• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja...1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja...1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIKUIDITAS, EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA DAN LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Agus Rahman Alamsyah Zainul Muchlas

Dosen STIE ASIA Malang Abstract

This study aims to determine how much influence the liquidity proxied current ratio (CR), the efficiency of working capital is proxied working capital turnover (WCT) and the leverage that proxy debt to equity ratio (DER) to profitability that proxy return on investment (ROI) on companies Manufacturing Sector Consumer Goods Industry listed in the Indonesia Stock Exchange. The results showed that the variable current ratio (CR) partially no effect on the return on investment (ROI), variable working capital turnover (WCT) partially significant effect on return on investment (ROI) variable debt to equity ratio (DER) is partial no significant effect on return on investment (ROI). Variable current ratio (CR), working capital turnover (WCT), debt to equity ratio (DER) simultaneously affect the return on investment (ROI) at manufacturing consumer goods

industry sectors listed on the Jakarta Stock Exchange

Keywords: liquidity, working capital efficiency, leverage, profitability

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas yang diproksikan current ratio (CR), efisiensi modal kerja yang diproksikan working capital turnover (WCT) dan leverage yang diproksikan debt to equity ratio (DER) terhadap profitabilitas yang diproksikan return on investment (ROI) pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel current ratio (CR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap terhadap return on investment (ROI), Variabel working capital turnover (WCT) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI) Variabel debt to equity ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI). Variabel current ratio (CR), working capital turnover (WCT), debt to equity ratio (DER) secara simultan berpengaruh terhadap return on investment (ROI) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Kata kunci: likuiditas, efisiensi modal kerja, leverage, profitabilitas

Pendahuluan

Menurut Harahap (2011:304) profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mempunyai daya saing yang tinggi sehingga dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi

perusahaan.

Rasio profitabilitas (profitability ratio) menurut Horne dan Wachowicz (2005:222) adalah

“rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”, dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan mengharapkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable).

Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang

manufaktur memerlukan perhatian yang lebih

terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar lebih

efisien. Hal ini karena proporsi aktiva lancar

perusahaan manufaktur biasanya lebih dari

setengah total aktiva. Oleh karena itu, return on

investment (ROI) menghubungkan keuntungan

yang diperoleh dari operasi perusahaan (net

operating income) dengan jumlah investasi atau

aktiva yang digunakan untuk menghasilkan

(2)

keuntungan operasi tersebut (net operating assets).

Sebutan lain untuk ROI adalah “net operating profit rate of return” atau “operating earning power” (Munawir, 1995:89). Efisiensi modal kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak kekurangan. Pengelolaan modal kerja yang efisien dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Efisiensi modal kerja dipengaruhi oleh perputaran modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan rendahnya turnover persediaan dan piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar.

Penurunan laba menunjukkan pendapatan yang menurun atau naiknya biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan laba. Perusahaan yang efisien dalam penggunaan modal kerjanya dinilai dengan membandingkan modal kerja dengan hasil laba yang didapatkan. Jika dinaikkan modal kerja yang digunakan sedangkan hasil laba yang didapatkan semakin berkurang maka perusahaan tersebut penggunaan modal kerjanya tidak efisien begitu pula sebaliknya (Riyanto, 2010:28).

Pendanaan dengan utang secara langsung meningkatkan leverage perusahaan. Menurut Sjahrial (2007:147), leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap. Ada dua tipe leverage yaitu operating leverage (leverage operasi) dan financial leverage (leverage keuangan). Operating leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya.

Financial leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya.

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2010:263). Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan Houston (2001:84) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.

Ketiga, jika perusahaan memperoleh pengembalian

yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.

Likuiditas sebagai alat pengukur seberapa besar kemampuan perusahaan didalam memenuhi kebutuhan kas untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun untuk membayai operasional sehari-hari sebagai modal kerja. Likuiditas mempunyai hubungan yang erat dengan profitabiltas, karena likuiditas menunjukkan tingkat ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional. Menurut Horne dan Machowicz (2005:313) dalam bukunya prinsip- prinsip manajemen keuangan dikatakan bahwa kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas. Hal ini menjadi permasalahan dalam perusahaan yang dihadapkan pada persoalan bertolak belakangnya likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Bilamana perusahaan menetapkan aset yang besar, kemungkinan yang terjadi pada tingkat likuiditas akan aman, akan tetapi harapan untuk mendapatkan laba yang besar akan turun yang kemudian akan berdampak pada profitabilitas perusahaan ataupun sebaliknya. Makin tinggi likuiditas, maka makin baik posisi perusahaan dilihat dari kreditur oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak, ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana–dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek- proyek yang menguntungkan perusahaan.

Penelitian Telasih (2014) meneliti tentang Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Size Perusahaan terhadap Tingkat Return on Investment pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah Periode 2009-2012 menunjukkan bahwa WCT, CR dan Size berpengaruh signifikan dan mempunyai koefisien positif terhadap ROI.

Berbeda dengan penelitian Ima (2007) meneliti

tentang Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja,

Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas

menunjukkan bahwa hanya WCT yang

berpengaruh signifikan terhadap ROI dan

(3)

pengaruhnya adalah positif. Penelitian Sari (2010) meneliti tentang Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Leverage, Likuiditas dan Firm Size terhadap Profitabilitas menunjukkan WCT, DER, CR dan Firm Size berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap ROA.

Landasan teori 1. Likuiditas

Menurut Sartono (2010:116) likuiditas adalah “menunjukan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu yang mudah untuk di ubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan”. Menurut Riyanto, (2010:25-26) “masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus di penuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan”.

Untuk menilai likuiditas perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan. Menurut Riyanto, (2010:28) “current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar , maka setiap transaksi yang mengakibatkan perubahan jumlah aktiva lancar atau utang lancar baik masing- masing atau kedua-duanya, akan dapat mengakibatkan perubahan current ratio, yang ini berarti akan mengakibatkan perubahan tingkat likuiditas”. Current ratio yang tinggi menunjukkan posisi yang baik bagi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Di lain pihak, ditinjau dari sudut pemegang saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang lebih dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.

Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang suatu current ratio yang rendah menunjukkan pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif yaitu bila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat (Tunggal, 2005:157). Munawir (2001:72)

menyatakan “current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan”. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sawir, 2001:10):

100%

Lancar x Kewajiban

Lancar Aktiva

CR

2. Modal kerja

a. Pengertian modal kerja

Menurut Kasmir (2010:250) Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1) Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva l ancar.

Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).

2) Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja.

Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Konsep ini disebut modal kerja bersih atau net working capital.

3) Konsep fungsional, menekankan kepada

fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam

memeroleh laba. Artinya sejumlah dana yang

dimiliki dan digunakan perusahaan untuk

meningkatkan laba perusahaan. Semakin

banyak dana yang digunakan sebagai modal

kerja seharusnya dapat meningkatkan

perolehan laba. Demikian pula sebaliknya,

jika dana yang digunakan sedikit, labapun

(4)

akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.

b. Siklus modal kerja

Proses pemutaran modal kerja akan selalu berjalan selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja berputar terus-menerus dalam perusahaan karena dipakai untuk membiayai operasi seharihari. Proses pemutaran modal kerja itu dinamakan lingkaran modal kerja, yang akan selalu berputar selama perusahaan merupakan going concern atau masih berjalan (Tunggal, 2005:91).

Analisis tentang lingkaran modal kerja dimulai dengan kas, uang kas ditanam dalam persediaan dan berbagai alat dan jasa, di samping dibiayai dari para pemasok dengan kredit, yang kemudian memerlukan pembiayaan dengan kas.

Maka proses kas, persediaan-piutang-uang merupakan lingkaran modal kerja, dan akan berputar terus-menerus selama perusahaan itu berjalan.

c. Efisiensi modal kerja

Efisiensi modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan sendiri (Hakim, 2010:80). Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi dan Halim, 2005:125).

Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali.

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi modal kerja dalam penelitian ini adalah Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover). Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut (Sawir, 2001:16):

100%

Lancar x Utang - Lancar Aktiva

Penjualan WCT

3. Leverage

Menurut Brigham dan Houston (2009:101) “leverage adalah, seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang”. Menurut Sutrisno (2009:217) “rasio leverage adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang”. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menunjukkan indikasi

tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank) (Salno dan Baridwan, 2000:103).

Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Leverage suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, apabila perusahaan sekiranya dilikuidasikan (Riyanto, 2010:32). Pengertian leverage dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek dan jangka panjang). Menurut Munawir (2002:32) “leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang”.

Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula resiko kerugian yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang rendah tentu mempunyai risiko kerugian yang lebih kecil. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi.

Adapun rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to equity ratio. Menurut Kasmir (2010:156) “debt to equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas.

Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang lancar dengan seluruh utang ekuitas”.

Husnan dan Pudjiastuti (2006:70) berpendapat bahwa “debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri”. Berdasarkan pendapat di atas, debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.

Adapun perhitungan ratio ini adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010:158):

100%

Ekuitas x Utang Total DER

4. Profitabilitas

Menurut Harahap (2011:304)

“profitabilitas menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua

(5)

kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2012:196).

Rasio profitabilitas menurut Brigham and Houston (2009:107) adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi.

Rasio ini meliputi margin laba atas penjualan, rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian atas total aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas saham biasa. Menurut Kasmir (2012:197), tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun pihak lain adalah:

a. Mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

b. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

f. Mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

Menurut Kasmir (2012:198) manfaat pengukuran rasio profitabilitas yang diperoleh adalah:

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengetahui produktivitas dari seluru h dana

perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Adapun rasio yang diigunakan dalam penelitian ini adalah Return on investment (ROI).

Rasio return on investment (ROI) atau ditulis juga dengan return on total asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.

Investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yan ditanamkan atau ditempatkan (Fahmi: 2011:135). Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan

operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa return on investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, return on investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets).

Sebutan lain untuk ROI adalah “net operating profit rate of return” atau “operating earning power” (Munawir, 1995:89).

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Munawir, 2001:89):

100%

Aktiva x Total

Pajak Setelah ROI Laba

Kerangka konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka konseptual

2. Hipotesis

a. Current ratio (CR) terhadap return on investment (ROI)

Current ratio (CR) termasuk ke

dalam rasio likuiditas. Perusahaan yang likuid

adalah perusahaan yang mempunyai kekuatan

besar untuk membayar, sehingga mampu

memenuhi kewajiban finansialnya yang

segera jatuh tempo (Moeljadi, 2006:68). Hasil

penelitian dari Telasih (2014) secara parsial

likuiditas berpengaruh positif dengan

(6)

profitabilitas yang artinya apabila profitabilitas meningkat maka perusahaan akan dapat segera memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya, dari uraian di atas maka hipotesis pertama penelitian ini adalah:

H1: diduga current ratio (CR) berpengaruh terhadap return on investment (ROI)

b. Working capital turnover (CR) terhadap return on investment (ROI)

Penelitian Ima (2007) dan Penelitian Putri (2013) menunjukkan bahwa secara parsial efisiensi modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas, dari uraian di atas maka hipotesis kedua penelitian ini adalah:

H2: diduga working capital turnover (WCT) berpengaruh terhadap return on investment (ROI)

c. Debt to equity ratio (DER) terhadap return on investment (ROI)

Penelitian Sari (2010) debt to equity ratio memiliki pengaruh positif terhadap return on investment (ROI), sehingga sesuai dengan teori yang diungkapkan Riyanto (2005:) yang menyatakan bahwa semakin tingginya return on asset maka akan menurunkan debt equity ratio karena debt equity ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang, dari uraian di atas, maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah:

H3: diduga debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return on investment (ROI)

d. Current ratio (CR), working capital turnover (WCT) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return on investment (ROI)

Penelitian Husaini, et al. (2014) menunjukkan variabel WCT, CR, DTA secara simultan signifikan pengaruhnya terhadap ROI, penelitian Telasih (2014) menunjukkan bahwa variabel WCT, CR dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan mempunyai koefisien positif terhadap ROI.

Hal ini menunjukkan jika terjadi peningkatan WCT, CR dan ukuran perusahaan maka akan diikuti oleh kenaikan tingkat ROI, dari uraian di atas, maka hipotesis keempat penelitian ini adalah:

H4: diduga current ratio (CR), working capital turnover (WCT) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return on investment (ROI) berpengaruh secara simultan terhadap return on investment (ROI)

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan

teknik dengan mempelajari catatan atau dokumentasi yang berhubungan dengan permasalahan. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:146) menjelaskan bahwa dokumentasi adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa: faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program. Dalam penelitian ini menggunakan data dari periode 2010 sampai 2014. Data keuangan perusahaan pada periode tersebut merupakan data terakhir yang dapat diakses oleh peneliti yang disajikan pada Tabel 1 di bawah ini:

Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Analisis Regresi Berganda

Adapun rekapitulasi pengujian analisis regresi disajikan pada tabel 2 di bawah ini :

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua lebih variabel independen satu variabel dependen.

Dengan melihat tabel dapat disusun

persamaan regresi linier sederhana sebagai

berikut.

(7)

Y = 3.593 + 0,009X

1

+ 0,025X

2

- 0,045 X

3

+ e Dari persamaan regresi yang terbentuk di atas, penjelasan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Konstanta dihasilkan sebesar 3.593. Hasil ini menunjukkan apabila diasumsikan semua variabel independen bernilai nol, maka ROI akan memiliki nilai sebesar 3.593

b. Koefisien regresi dari variabel CR (X

1

) diperoleh sebesar 0,009. Hasil ini menunjukkan apabila variabel nilai CR naik sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel independen lain tetap maka akan diikuti oleh kenaikan ROI sebesar 0,009 satuan.

c. Koefisien regresi dari variabel WCT (X

2

) diperoleh sebesar 0,045. Hasil ini menunjukkan apabila variabel WCT naik sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel independen lain tetap, maka akan diikuti oleh kenaikan ROI sebesar 0,045 satuan.

d. Koefisien regresi dari variabel DER (X

3

) diperoleh sebesar -0,025. Hasil ini menunjukkan apabila variabel tersebut naik sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel independen lain tetap, maka akan diikuti oleh penurunan ROI sebesar 0,025 satuan.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R

2

) Koefisien determinasi berfungsi untuk melihat sejauh mana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi varibel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel independen.

Besarnya nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:

Adjusted R

2

adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi. Nilai Adjusted R

2

telah

dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan yang berarti nilai tersebut telah benar-benar menunjukkan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS seperti pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R²) yaitu sebesar 0,129 atau 12,9%. Hal ini menunjukkan variasi dari variabel independen yaitu nilai CR,WCT, DER mampu menjelaskan 12,9% variasi variabel dependen ROI, sedangkan sisanya sebesar 100%- 12,9% = 82,1% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Dengan kata lain, masih ada variabel- variabel lain yang juga berperan dalam memberikan pengaruh terhadap ROI sebesar 82,1%.

b. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:88). Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).

Pengujian ini akan menguji apakah CR, WCT, DER secara simultan mempengaruhi ROI.

Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama berpengaruh simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari F

hitung

4,659 lebih besar dibandingkan F

tabel

sebesar 2,73 (4,659 > 2,73) dan nilai signifikansi senilai 0,005 lebih kecil dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0.050 (0,005 <

0,050). Dengan demikian, ada pengaruh secara signifikan antara CR, WCT, DER terrhadap ROI.

c. Uji t

Uji t merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui pengaruh signifikansi dari variabel-

variabel independen yaitu CR (X

1

), WCT (X

2

),

DER (X

3

) secara parsial terhadap ROI, sebagai

berikut:

(8)

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan diperoleh bahwa nilai t

tabel

sebesar 1,99394. Hasil analisis pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, sebagai berikut:

1) Current ratio (CR) mempunyai t

hitung

sebesar 1,563 lebih kecil dari t

tabel

sebesar 1,99394 (1,563 < 1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,122 lebih besar dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,122 > 0,050).

Hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak yang artinya CR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI .

2) Working capital turnover mempunyai t

hitung

sebesar 3,632 lebih besar dari t

tabel

sebesar 1,99394 (3,632 >1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,001 lebih kecil dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,001 <

0,050). Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima yang artinya WCT berpengaruh signifikan terhadap ROI.

3) Debt to equity ratio (DER) mempunyai t

hitung

sebesar -1,517 lebih kecil dari t

tabel

sebesar 1,99394 (-1,517 < 1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,134 lebih besar dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,134 >

0,050). Hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak yang berarti DER tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI.

Pembahasan

1. Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis regresi uji parsial menunjukkan bahwa likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (return on investment).

Hal ini ditunjukkan pada t

hitung

sebesar 1,563 lebih kecil dari t

tabel

sebesar 1,99394 (1,563 <

1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,122 lebih besar dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,122 > 0,050). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dalam hal likuiditas tidak mampu memenuhi

kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya sehingga tidak mempengaruhi profitabilitas yang diperoleh perusahaan.

Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Jumlah kas, jumlah persediaan dan piutang yang akan menjadi uang kas merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk membayar kewajiban lancar kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur likuiditas perusahaan dengan menggunakan current ratio dimana membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang harus dilunasi. Berdasarkan hasil laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa jumlah persediaan dalam memiliki nilai yang besar pada aktiva lancar. Jumlah persediaan itu sendiri sebagian besar berupa persediaan barang jadi.

Jumlah persediaan yang cukup besar tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Persediaan yang cukup besar pada aktiva lancar menjadikan likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang diproksikan return on investement (ROI) karena persediaan membutuhkan waktu dan proses yang panjang untuk dapat diubah menjadi uang kas dan memberikan pengembalian keuntungan yang diharapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Husaini (2014), Putri (2013) dan Ima (2007). Menurut Husaini (2014) likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dari penelitian Telasih (2014) menunjukkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROI).

Menurut Telasih (2014) menyatakan bahwa apabila tingkat profitabilitas meningkat maka perusahaan akan dapat segera memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya dan investor akan menilai perusahaan dalam keadaaan likuid.

2. Pengaruh Efisiensi Modal Kerja (WCT) terhadap Profitabilitas (ROI)

Berdasarkan hasil analisis regresi uji parsial menunjukkan bahwa efisiensi modal kerja (working capital turnover) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (return on investment). Hal ini ditunjukkan pada t

hitung

sebesar 3,632 lebih besar dari t

tabel

sebesar 1,99394 (3,632 >1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,001 lebih kecil dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,001 <

0,050). Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi modal kerja mutlak dilakukan sehingga profitabilitas yang diperoleh perusahaan meningkat.

Modal kerja diartikan sebagai

investasi yang ditanamkan dalam aktiva

lancar, seperti kas, bank, surat-surat berharga,

(9)

piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur efisiensi modal kerja dengan menggunakan perputaran modal kerja dimana diukur dengan menbandingkan antara penjualan dengan modal kerja bersih (aktiva lancar dikurang hutang lancar). Tingkat perputaran modal kerja mengukur berapa kali aktiva lancar mampu berputar untuk menghasilkan penjualan. Semakin cepat modal kerja berputar semakin banyak penjualan yang berhasil tercipta.

Perputaran modal kerja yang semakin cepat menunjukkan aktiva lancar yang diterima oleh perusahaan semakin cepat.

Aktiva lancar yang cepat diterima perusahaan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi menunjukkan kinerja penjualan pada perusahaan tersebut tinggi untuk menghasilkan uang kas. Nilai penjualan yang besar sangat menguntungkan bagi perusahaan dan profitabilitas yang diterima perusahaan akan semakin besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Telasih (2014), Husaini (2014) dan Sari (2010). Menurut Telasih (2014) perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Du Pont, yang menyatakan bahwa perubahan laba dipengaruhi oleh perputran aktiva, semakin cepat perkembangan aktiva berarti semakin efektif perusahaan dengan akibat meningkatnya laba yang diperoleh. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Putri (2013) bahwa working capital turnover tidak berpengaruh disebabkan karena perusahaan belum efisie dalam mengelola modal kerja yang dimiliki dan dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva tetap yang berlebih.

3. Pengaruh leverage (DER) terhadap profitabilitas (ROI)

Berdasarkan hasil analisis regresi uji parsial menunjukkan bahwa leverage (debt to equity ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (return on investment).

Hal ini ditunjukkan pada t

hitung

sebesar -1,517 lebih kecil dari t

tabel

sebesar 1,99394 (-1,517 <

1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,134 lebih besar dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,134 > 0,050). Hal ini berarti leverage (DER) tidak berdampak terhadap perubahan profitabilitas (ROI).

Leverage menggambarkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang

dimilikinya. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan, artinya leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Dalam penelitian ini, untuk mengukur leverage dengan mengunakan debt to equity ratio dimana membandingkan antara total hutang dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan hasil laporan keuangan, ekuitas yang dimiliki perusahaan manufaktur industri barang konsumsi lebih rendah daripada total hutang yang dimilikinya. Akibatnya nilai DER yang dimiliki perusahaan tinggi.

Pada dasarnya perusahaan menambah jumlah utang untuk menambah modal untuk mengembangkan perusahaan.

Ketidakseimbangan antara total hutang dan ekuitas yang terlihat pada nilai DER yang tinggi memiliki risiko yang tinggi pada perusahaan. Semakin tinggi hutang perusahaan maka perusahaan akan semakin besar beban yang ditanggung perusahaan dimana hutang selalu disertai dengan bunga pinjaman. Hal inilah yang mempengaruhi profitabilitas yang diperoleh perusahaan sebab ekuitas yang seharusnya juga digunakan untuk mengembangkan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas yang lebih besar, harus beralih digunakan untuk menutupi utang yang harus dipenuhi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sari (2010) bahwa leverage berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk berinvestasi, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba karena dana yang tersebdia perusahaan untuk kegiatan operasional semakin besar.

4. Pengaruh secara simultan likuiditas (CR), efisiensi modal kerja (WCT), leverage (DER) terhadap profitabilitas (ROI)

Secara simultan dapat diketahui bahwa variabel independen yang digunakan yaitu variabel efisiensi modal kerja (WCT), likuiditas (CR), dan leverage (DER) berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROI). Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi senilai 0,005 lebih keci dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0.050 (0,005 >

0,050) dan koefisien determinasi (adjusted R²)

yaitu sebesar 0,129 atau 12,9%. Hal ini

menunjukkan variasi dari variabel independen

yaitu nilai CR,WCT, DER mampu menjelaskan

12,9% variasi variabel dependen ROI, sedangkan

sisanya sebesar 100%-12,9% = 82,1% dijelaskan

oleh sebab-sebab lain diluar model. Hal ini

menunjukkkan bahwa likuiditas, efisiensi modal

kerja dan leverage secara bersama-sama

berpengaruh terhadap profitabilitas.

(10)

Pengelolaan likuditas, modal kerja dan leverage dalam perusahaan manufaktur harus dilakukan dengan baik untuk menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Dalam penentuan modal kerja uang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah pertukaran (trade off) antara faktor likuditas dan profitabilitas. Jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkian dapat meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan namun dapat menimbulkan dana-dana yang menganggur sebaliknya jika memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah besar, kesempatan untuk memperoleh profitabiltas menurun. Selain itu, pendanaan dengan utang lebih besar dari modal sendiri tentu akan beresiko karena beban bunga yang meningkat sehingga menurunkan profitabilitas.

Simpulan dan saran Simpulan.

Pengaruh secara simultan antara likuiditas (CR), efisiensi modal kerja (WCT), leverage (DER) terhadap profitabilitas (ROI) menunjukkan hasil pengaruh yang sangat besar dan signifikan, sedangkan pengaruh secara persial antara likuiditas (CR) dan efisiensi modal kerja (WCT), berpengaruh secara signifikan dan leverage (DER) terhadap profitabilitas (ROI) berpengaruh tetapi tidak signifikan.

Saran

Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa keuntungan perusahaan bisa dicapai jika perusahaan lebih mempertimbangkan keunggulan likuiditas dan pengefisiensian modal kerja. Bagi investor yang berminat berinvestasi sebaiknya mempertimbangkan pada aspek likuilitas perusahaan dan modal kerja perusahaan yang listing di Bursa Efek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.

2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

2. __________. 2009. Manajemen Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat.

3. Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta.

4. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Universitas Diponegoro.

5. Hakim, Abdul dkk. 2010. Analisis Laporan Keuangan Jangka Panjang. Yogyakarta:

Liberty.

6. Hanafi, M Mahmud dan Halim, Abdul. 2005.

Analisi Laporan Keuangan, Yogyakarta:

AMP, YKPN.

7. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja grafindo Persada.

8. Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. 1997. Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

9. ___________. 2005. Management Prinsip- Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

10. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006.

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

11. Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

12. ______. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Prenada Media Group.

13. ______. 2012. Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

14. Muljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: BFFE

15. Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: Liberty Jogya

16. _______, 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajmen, Yogyakarta: BFFE.

17. _______. 2002. Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: YPKN.

18. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE.

19. Salno, H. M. & Z. Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing):

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada. Tesis Program Sarjana Master of Science.

20. Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BFFE.

21. Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

22. Sjahrial, Dermawan. 2007. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

23. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.

24. Tunggal, Amin Widjaja. 2005. Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Metode Secton yang merupakan gabungan kedua metode ini juga telah dikembangkan dan dapat bekerja dengan baik dalam penentuan penyelesaian persamaan non linier... Pada

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) upaya-upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Getasan dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa, 2) upaya-upaya yang

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari bahasa Arab. Berdasarkan temuan dari penelitian terdahulu yang

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah (1) Apabila aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran pengembangan berbahasa anak dalam kegiatan

Kepegawaian dan Umum ,selanjutnya meneruskan data kinerja Ketua Program Studi / Ketua Jurusan kepada Kepala Bagian Akademik dan Umum untuk di disposisi kepada

Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa limbah daun wortel dapat diberikan sampai 90% dalam bentuk segar sebagai pakan untuk penggemukkan Domba Batur.. Disarankan kepada

sadar betapa penting regulasi dan peraturan tentang K3 ini untuk diterapkan (Ramli, 2010:2). Penerapan K3 di tempat kerja me- rupakan suatu kebutuhan bagi