PENJADWALAN PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT
DENGAN MENGGUNAKAN
GOAL PROGRAMMING
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Company LOGO
LATAR BELAKANG
•
Permasalahan
penjadwalan
perawat
UGD
adalah
permasalahan yang sering terjadi pada instansi-instansi
kesehatan seperti klinik dan rumah sakit.
•
Penjadwalan perawat yang buruk dan tidak efisien dapat
mempengaruhi kinerja perawat dalam melayani pasien.
•
Pada tugas akhir ini akan dikembangkan suatu formulasi
matematika
dengan
menggunakan
metode
goal
programming untuk membuat model penjadwalan perawat
RUMUSAN MASALAH
•
Bagaimana langkah-langkah dalam membentuk model
penjadwalan perawat UGD yang lebih efektif dan efisien.
•
Bagaimana menyelesaikan model goal programming untuk
penjadwalan perawat UGD.
•
Bagaimana perbandingan keoptimalan antara penjadwalan
yang dilakukan secara manual dengan penjadwalan yang
dilakukan melalui metode goal programming.
BATASAN MASALAH
•
Data yang dipakai merupakan data primer dan sekunder
yang diambil dari Unit Gawat Darurat RSU Hají Surabaya.
•
Data yang dipakai diasumsikan dalam keadaan ideal dan
tidak berubah-ubah.
•
Penjadwalan yang dilakukan dibuat untuk periode 1 bulan
kerja perawat UGD.
•
Penjadwalan tidak memperhatikan skill level perawat.
TUJUAN PENELITIAN
•
Membentuk model penjadwalan perawat UGD yang lebih
efektif dan efisien.
•
Menyelesaikan model goal programming untuk penjadwalan
perawat UGD.
•
Membandingkan keoptimalan antara penjadwalan yang
dilakukan secara manual dengan penjadwalan yang
MANFAAT PENELITIAN
•
Memberikan informasi mengenai langkah-langkah
penjadwalan perawat UGD dengan metode goal
programming yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan para pengambil keputusan (kepala staff
perawat) dalam membuat penjadwalan kerja yang efektif
tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran.
•
Bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian atau
pengembangan model penjadwalan perawat UGD
selanjutnya.
PERMASALAHAN PENJADWALAN
•
Setiap manajemen suatu perusahaan menginginkan dapat
melaksanakan setiap pekerjaannya secara efektif dan efisien
agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
•
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah masalah
penjadwalan tenaga kerja.
•
Permasalahan
tenaga
kerja
yaitu
bagaimana
menyeimbangkan tenaga kerja yang besar dengan variasi
kerja yang beragam atau tenga kerja yang terbatas dengan
varisi kerja yang beragam
•
Contoh nyata dari kasus permasalahan penjadwalan tenaga
kerja adalah penjadwalan perawat di ruang UGD
KONSEP KEPERAWATAN
Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun
1983 yang ditulis oleh Sri Praptianingsih (2005)
keperawatan
adalah
suatu
bentuk
pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh siklus hidup manusia.
PENJADWALAN PERAWAT
Ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan
keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu:
•
Staffing Decision
•
Scheduling decisión
KARAKTERISTIK PENJADWALAN
PERAWAT
Menurut Warner (1976) seperti yang dikutip oleh Jaumard (1998)
penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
•
Coverage
•
Quality
•
Stability
•
Flexibility
•
Fairness
•
Cost
MODEL SEDERHANA PENJADWALAN
PERAWAT UGD
Pada ruang UGD di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift, yaitu
shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah sebagai berikut :
1. shift pagi
•
kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja•
durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore 2. shift sore•
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja•
Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam 3. shift malam•
kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerjaMODEL SEDERHANA PENJADWALAN
PERAWAT UGD
Peraturan yang ada dalam rumah sakit, dibagi kedalam dua jenis yaitu : 1. Hard-constraints
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh hard-constraints adalah :
•
Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secarabertrut-turut.
•
Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari tiga hari aktif kerjaberturut-turut. 2. Soft-constraints
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran terhadap soft
constraint tersebut diminimalkan. Contoh soft constraints adalah:
•
Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-turutGoal programming
Goal programming (selanjutnya disingkat dengan GP) merupakan pengembangan
dari program linear. GP diperkenalkan oleh Charnes dan Cooper pada awal tahun enam puluhan. GP merupakan salah satu teknik optimasi dengan tujuan ganda yang dikembangkan dari pemrograman linear dalam riset operasi.
Adapun formulasi goal secara umum (ignizio, 1982) adalah: Minimize a = [ g1 (n,p),…………gk(n,p)] (2-4)
Subject to:
fi(x) + ni– pi = bi untuk i = 1,2……,m x,n,p ≥ 0 , dimana
a = Vektor pencapaian
gk (n,p) = Fungsi linear variable deviasi fi(x) =
= Ci,j adalah koefisien yang berhubungan dengan variabel j dalam goal atau kendala i.
Non-preemtive atau pembobotan
Pada metode ini masing-masing koefisien di fungsi tujuan dapat
diberikan bobot yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan.
Misalkan dalam model goal programming terdapat n tujuan dan pada
tujuan ke-i diberikan fungsi sebagai berikut:
Minimize G
i,i= 1,2,……….n
Bentuk kombinasi dari fungsi tujuan dengan metode pembobotan
adalah:
Minimize Z= W
1G
1+ W
2G
2+ W
3G
3+…..+ W
nG
nParameter dari W
ii= 1,2,…,n merupakan bobot positif yang
mencerminkan preferensi dari pembuat keputusan terhadap
kepentingan relatif dari masing-masing tujuan. Tujuan yang paling
penting mempunyai nilai bobot yang palin besar. Parameter G 1,2,...,n
merupakan variabel yang akan diminimalkan nilainya.
METODOLOGI PENELITIAN
Identifikasi masalah
Tinjauan pustaka
Mulai
Analisis hasil penjadwalan
Pengumpulan dan pengolahan data
Pengembangan Model
penjadwalan
PENGEMBANGAN MODEL DAN
PENGUMPULAN DATA
NOTASI DAN ASUMSI
Notasi-notasi yang digunakan adalah:•
i….I = hariDalam model ini terdapat 30 hari periode penjadwalan.
•
k…K = perawatDalam model ini terdapat 22 perawat yang akan dijadwalkan Variabel Keputusan
•
XMi,k = variabel binary integer 1 atau 0 yang nilainya menentukan perawat k berjaga pada hari i untuk shift pagi (Morning).•
XAi,k = variabel binary integer 1 atau 0 yang nilainya menentukan perawat k berjaga pada hari i untuk shift sore (Afternoon).•
XNi,k = variabel binary integer 1 atau 0 yang nilainya menentukan perawat k berjaga pada hari i untuk shift malam (Night).•
XRi,k= variabel binary integer 1 atau 0 yang nilainya menentukan perawat k tidak berjaga pada hari i.LANJUTAN
Variabel Keputusan•
night1ik = variabel deviasi untuk pelanggaran aturan perawat k yang memiliki jadwal dua shift malam berturut-turut. night1ik merupakan variable binary 1 atau 0.•
night2ik = variabel deviasi untuk pelanggaran aturan perawat k yang memiliki jadwal lebih dari dua shift malam berturut-turut. night2ik merupakan variable binary 1 atau 0.•
aftr1ik = variabel deviasi untuk pelanggaran aturan perawat k yang memilikijadwal tiga shift siang berturut-turut. aftr1ik merupakan variable binary 1 atau 0.
•
aftr2ik = variabel deviasi untuk pelanggaran aturan perawat k yang memilikijadwal lebih dari tiga shift siang berturut-turut. aftr2ikmerupakan variable binary 1 atau 0.
•
mrng1ik = variabel deviasi untuk pelanggaran aturan perawat k yang memiliki jadwal tiga shift pagi berturut-turut. mrng1ik merupakan variable binary 1 atau 0.PEMBERIAN BOBOT PADA FUNGSI
TUJUAN
Pada tugas akhir ini metode goal programming yang digunakan adalah metode non-preemtive atau pembobotan. Metode non-non-preemtive adalah metode yang digunakan bilamana kita menghadapi tujuan-tujuan pada tingkat prioritas yang sama. Walaupun memiliki tingkat prioritas yang sama, tujuan-tujuan tersebut tetap dapat diberikan bobot yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan pembuat keputusan dan bersifat sangat subyektif. Bobot yang diberikan mencerminkan preferensi dari pembuat keputusan terhadap kepentingan relatif dari masing-masing tujuan. Bobot-bobot tersebut akan direpresentasikan sebagai berikut:
W1= 4, yaitu bobot untuk meminimalkan deviasi perawat ditugaskan pada dua shift malam berturut- turut.
W2= 5, yaitu bobot untuk memnimalkan deviasi perawat ditugaskan pada lebh dari dua shift malam berturut- turut.
W3= 3,yaitu bobot untuk meminimalkan deviasi perawat ditugaskan pada tiga shift malam berturut- turut.
W4= 3, yaitu bobot untuk meminimalkan deviasi perawat ditugaskan pada labih dari tiga shift malam berturut- turut.
FUNGSI TUJUAN
Meminimalkan
Z = 4 + 5 + 3 + 3
+ 2 + 2
BATASAN MODEL
Batasan model dibagi ke dalam dua jenis yaitu hard-constraints dan
soft-constraints. Berikut penjelasan batasan-batasan tersebut. 1. Hard constraints
Hard-constraints merupakan batasan yang merepresentasikan peraturan rumah
sakit yang tidak boleh dilanggar. Ada enam batasan yang termasuk ke dalam
hard-constraint
a. Batasan 1
Pemenuhan kebutuhan perawat per-shift
LANJUTAN
b. Batasan 2Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada dua shift berturut-turut dalam sehari
XMik+ XAik+ XNik+ XRik<= 1, untuk semua i = 1,I dan k = 1,K, c. Batasan 3
Batasan ini mensyaratkan agar setiap perawat tidak ditugaskan pada shift malam pada hari i lalu kembali ditugaskan pada shift pagi di hari berikutnya secara berturut-turut.
XMik+ XAik+ XNik+ XRik+ XM(i+1)k<= 1, untuk semua i = 1,I-1 dan k = 1,K, d. Batasan 4
Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada lebih dari 3 hari aktif kerja berturut-turut
XRik + XR(i+1)k + XR(i+2)k + XR(i+3)k ≥ 1, untuk semua i = 1,I-3 dan k = 1,K, XMikXR<= 1
LANJUTAN
e. Batasan 5Batasan ini mensyaratkan agar jumlah total shift setiap perawat sesuai dengan range yang ditentukan oleh rmenejemen rumah sakit.
untuk semua k = 1,K, f. Batasan 6
Batasan ini mensyaratkan agar jumlah shift malam selama penjadwalan berkisar 30 % dari total shift yang ada
untuk semua k = 1,K, 2. Soft contraints
Soft-constraints merupakan batasan yang merepresentasikan peraturan rumah
LANJUTAN
g. Batasan 7Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut.
XNik + XN(i+1)k – night1ik <=1, untuk semua i = 1,I-1 dan k = 1,K, h. Batasan 8
Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada lebih dari dua shift malam berturut-turut.
XNik + XN(i+1)k + XN(i+2)k – night2ik <=2, untuk semua i = 1,I-2 dan k = 1,K, i. Batasan 9
Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut.
XAik + XA(i+1)k + XA(i+2)k – aftr1ik <=2, untuk semua i = 1,I-2 dan k = 1,K, j. Batasan 10
LANJUTAN
XAik + XA(i+1)k+ XA(i+2)k+ XA(i+3)k – aftr2ik <=3, untuk semua i = 1,I-3 dan k = 1,K,
k. Batasan 11
Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada tiga shift pagi berturut-turut.
XMik + XM(i+1)k+ XM(i+2)k – mrng1ik <=2, untuk semua i = 1,I-2 dan k = 1,K, l. Batasan 12
Batasan ini mensyaratkan agar perawat tidak ditugaskan pada lebih dari tiga shift pagi berturut-turut
XMik + XM(i+1)k+ XM(i+2)k+ XM(i+3)k – mrng2ik <=3, untuk semua i = 1,I-3 dan k = 1,K,
PENGUMPULAN DATA
Jumlah Total perawat 24
Jumlah perawat yang mengmbil cuti pada bulan April
2010 2
Jumlah perawat yang dijadwalkan pada bulan april 2010 22 Jumlah total minimal hari aktif kerja perawat selama 1
bulan 15
Jumlah total maksimal hari aktif kerja perawat selama 1
bulan 22
Jumlahminimal kebutuhan perawat pada shift pagi, sore
dan malam 4
Jumlahmaksimal kebutuhan perawat pada shift pagi, sore
dan malam 5
Jam kerja shift pagi 07.00- 14.00
HASIL PENJADWALAN DAN
PEMBAHASAN
DATA MASUKAN
Model yang dipakai mempunyai data masukan sebagai
berikut:
•
Jumlah perawat UGD
•
Jumlah minimal dan maksimal perawat jaga shift pagi
•
Jumlah minimal dan maksimal perawat jaga shift sore
•
Jumlah minimal dan maksimal perawat jaga shift malam
•
Jumlah minimal dan maksimal hari aktif kerja perawat
selama satu bulan.
VARIABEL KEPUTUSAN
Pada model matematis terdapat variabel keputusan sebagai berikut :
•
Jadwal kerja perawat untuk shift pagi pada hari tertentu (tipe binary 1 atau 0)•
Jadwal kerja perawat untuk shift sore pada hari tertentu (tipe binary 1 atau 0)•
Jadwal kerja perawat untuk shift malam pada hari tertentu (tipe binary 1 atau 0)•
Jadwal kerja perawat untuk untuk tidak bertugas pada hari tertentu (tipe binary 1 atau 0)•
Deviasi pelanggaran dua shift malam berturut-turut (tipe binari 1 atau 0•
Deviasi pelanggaran lebih dari dua shift malam berturut-turut (tipe binari 1 atau 0).•
Deviasi pelanggaran tiga shift sore berturut-turut (tipe binari 1 atau 0).•
Deviasi pelanggaran lebih dari tiga shift sore berturut-turut (tipe binari 1 atau 0).HASIL PEMODELAN
Setelah model matematik diformulasikan dalam bentuk Goal Programming dan selanjutnya diproses dengan menggunakan paket LINGO maka dihasilkan jadwal kerja perawat untuk Unit Gawat Darurat dalam periode satu bulan.
•
Dari hasil komputasi model GP jumlah kebutuhan minimal dan maksimal perawat untuk tiap shiftdalam satu hari sudah memenuhi range yang ditentukan pihak manajemen rumah sakit.
•
Untuk setiap perawat dari jadwal GP tidak terdapat perawat yang ditugaskan pada lebih dari satu shift berturut-turut dalam sehari. Selain itu juga tidak ditemukan perawat ditugaskan pada shift malam di hari i lalu kembali ditugaskan pada shift pagi di hari berikutnya.•
Day off dari masing-masing perawat dipenuhi dengan cara memberikan hari libur maksimal setelah perawat ditugaskan pada tiga hari aktif kerja. Dari jadwal GP tidak ada perawat yang tidak mendapat hari libur setelah maksimal bekerja selama tiga hari.•
Untuk total jumlah shift perawat dalam satu periode sudah memenuhi range yang ditentukan olehpihak manajemen rumah sakit yaitu antara 15 sampai 22 hari.
•
Untuk pembagian shift malam dari jadwal hasil komputasi terlihat setiap perawat memiliki jatah shift malam kurang lebih 30% dari jumlah shift yang ada.•
Untuk pelanggaran perawat ditugaskan pada dua atau lebih shift malam secara berturut- turut tidak didapati pada jadwal hasil komputasi.PERBANDINGAN PELANGGARAN ANTARA
JADWAL MANUAL DAN JADWAL GP
•
Perbandingan pelanggaran terhadap Hard ConstraintsSeperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, hard constraints merupakan peraturan Rumah Sakit yang tidak boleh dilanggar, namun pada prakteknya pada jadwal yang dibuat secara manual masih terdapat beberapa pelanggaran
1. Pelanggaran terhadap batasan 1
Pada jadwal manual pelanggaran terjadi sebanyak 18 kali. Misalnya saja pada hari ke-1 jumlah perawat pada shift pagi melebihi range yang ada yaitu sebanyak 6 orang. Sedangkan pada jadwal GP tidak terjadi pelanggaran
2. Pelanggaran terhadap batasan 2
Pada jadwal manual pelanggaran terjadi sebanyak 2 kali. Misalnya saja terjadi pada perawat 11 hari ke-11 yang ditugaskan pada shift pagi dan sore berturut-turut. Sedangkan pada jadwal GP tidak terjadi pelanggaran
3. Pelanggaran terhadap batasan 3
Pada jadwal manual ataupun jadwal GP tidak terdapat pelanggaran terhadap batasan ini.
LANJUTAN
4. Pelanggaran terhadap batasan 4Pada jadwal manual masih terdapat perawat yang mendapat day off setelah lima hari kerja, sedangkan pada jadwal GP day off diberikan maksimal setelah tiga hari kerja perawat.
5. Pelanggaran terhadap batasan 5
Pada jadwal manual pelanggaran terjadi sebanyak 4 kali. Misalnya saja perawat 2 yang memiliki jumlah shif sebanyak 23 buah pada bulan April yang melebihi
range yang ada. Sedangkan pada jadwal GP tidak terjadi pelanggaran 6. Pelanggaran terhadap batasan 6
LANJUTAN
•
Perbandingan pelanggaran terhadap Soft ConstraintsAnalisis perbandingan keoptimalan dilakukan dengan cara membandingkan jadwal yang dibuat secara manual dengan jadwal yang dihasilkan melalui model GP. Penilaian keoptimalan jadwal yang dihasilkan dapat dilihat dari jumlah pelanggaran terhadap
soft-constraints.
1. Perbandingan pelanggaran perawat ditugaskan pada 2 shift malam berturut- turut.
(deviasi night1ik).
Pada jadwal manual, terlihat terdapat 2 perawat yang memiliki jadwal yang
melanggar aturan ini, yaitu pada perawat 13 pada hari ke-22 dan hari ke-23, selain itu pelanggaran juga terjadi pada perawat 19 yang jadwalnya melanggar pada hari ke-26 dan ke-27. Adapun pada jadwal GP tidak ada satupun jadwalperawat yang
melanggar aturan ini.
2. Perbandingan pelanggaran perawat ditugaskan pada lebih dari dua shift malam
berturut-turut (deviasi night2ik)
Pada jadwal manual terlihat bahwa pelanggaran terjadi sebanyak 32 kali, misalnya
LANJUTAN
3. Perbandingan pelanggaran perawat ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut
(deviasi aftr1ik).
Pada jadwal manual terjadi pelanggaran sebanyak 35 kali, misalnya terjadi pada
perawat 3 yang ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut pada hari ke- 28, 29 dan 30. Adapun pada jadwal GP hasil komputasi tidak ada jadwal perawat yang
melanggar aturan ini
4. Perbandingan pelanggaran perawat ditugaskan pada lebih dari tiga shift sore
berturut-turut (deviasi aftr2ik)
Pada batasan ini baik jadwal GP hasil komputasi maupun jadwal manual tidak ada satupun pelanggaran yang terjadi.
5. Perbandingan pelanggaran perawat ditugaskan pada tiga shift pagi berturut-turut
(deviasi mrng1ik)
Pada jadwal manual pelanggaran terjadi sebanyak 7 kali, misalnya saja hal ini terjadi pada perawat 3 dimana perawat tersebut memiliki jadwal yang melanggar aturan ditugaskan pada tiga shift pagi berturut-turut pada hari ke- 25, 26 dan 27.
HASIL PEMODELAN
6. Perbandingan perawat ditugaskan pada lebih dari tiga shift pagi berturut-turut
(deviasi mrng2ik)
Pada jadwal manual pelanggaran terjadi sebanyak 12 kali, mislnya saja terjadi pada perawat 1 dimana perawat tersebut memiliki jadwal yang melanggar aturan ditugaskan pada lebih dari tiga shift pagi berturut-turut pada hari 5, 6, 7, 8 dan 9.
Adapun pada jadwal GP hasil komputasi tidak ada jadwal perawat yang melanggar aturan ini
KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan model penjadwalan goal Programming, maka diperoleh penjadwalan perawat yang lebih baik dibandingkan jadwal yang dibuat secara manual.
2. Jadwal yang dihasilkan dengan model goal programming dapat memenuhi seluruh hard-constraints yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang tidak boleh dilanggar, dan juga memenuhi seluruh soft-constraints yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang dapat dilanggar.
SARAN
1. Perencanaan penjadwalan perawat di rumah sakit sebaiknya dilakukan diawal pembuatan jadwal dan memperhatikan aturan yang ditetapkan oleh
manajemen rumah sakit.
2. Penggunaan model penjadwalan Goal Programming, dapat menjadi alternative bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan jadwal perawatnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian pada kasus dimana terdapat permintaan hari libur, permintaan shift pagi, sore dan shift malam dari perawat atau pada kasus dimana setiap perawat mendapatkan jumlah shift yang merata.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Azaiez, M. N., & Al Sharif, S. S. (2005). A 0–1 goal
programming model for nurse scheduling. Computers
& Operations Research, 32(3), 491–507.
[2] Hillier dan Lieberman. (1990). Pengantar Riset Operasi. Erlangga, Jakarta [3] Ignizio, James P. (1982). Linear Programming in
Single – and Multiple – Objective System. The
Pennsylvania State University, Prentice – Hall,Inc, 32(3), Inc.
[4] Jeumard, Brigitte, Semet, Frederic, Vovor, Tsevi, 1998.
A genereralized linear programming model for nurse scheduling 107: 1-18, European Journal of Operation
Research.
[5] Jian – Bo Yang. (1999). Gradient Projection and
Local Region Search for Multiobjective Optimisation.
European Journal of operation Research 112, 432 - 459. [6] Sri Praptiningsih.(2006). Kedudukan Hukum Perawat
DAFTAR PUSTAKA
[7] Tabucanon, Mario T. (1988). Multiple criteri Decision
Makin in Industry Elsevier Science PublishingCompany, New york.
[8] Taha, Hamdy A. (2007). Operations Research : An
Introduction Eighth Edition. Prentice-Hall Inc., Upper
Saddle River, New Jersey.
[9] Tamiz, M., Jones, D., & Romero, C. (1998). Goal
programming for decision making: An overview of the current state-of-the-art. European Journal of
Operational Research, 111, 569–581
[10] Topalagu, Seyda.(2006). A multi-objective
programming model for scheduling emergency
medicine residents. Computers & Operations Research,