• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA DEWASA MUDA DI KARTASURA. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA DEWASA MUDA DI KARTASURA. Oleh :"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SEX

EDUCATION TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN

SIKAP PADA DEWASA MUDA DI KARTASURA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

Ibnu Mega Tirta J 210100073

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

(2)
(3)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ibnu Mega Tirta

NIM : J 210100073

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S1) Fakultas : Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalty

Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya

yang berjudul :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SEX

EDUCATION TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PADA DEWASA MUDA DI KARTASURA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Surakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Surakarta

Pada tanggal : 1 September 2014

Yang menyatakan

(4)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA DEWASA

MUDA DI KARTASURA

Ibnu Mega Tirta1, Arif Widodo2, Dian Hudiawati3

ABSTRAK

Hasil pra survei dan wawancara tentang pengetahuan dan sikap sex education pada dewasa muda sebanyak 35 dewasa muda di desa Makamhaji secara keseluruhan sebanyak 10 orang sudah mengetahui tentang arti pentingnya sex education baik yang sudah menikah maupun belum, sedangkan 25 orang mengatakan belum pernah mendapatkan informasi dan tabu untuk tidak membicarakan hal tersebut serta mementingkan karir dan pendidikan terlebih dahulu. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap tentang seks bebas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada dewasa muda. Metode penelitian adalah Design yang digunakan Quasi Eksperiment, dengan rancangan yang digunakan adalah Pretest and Posttest control Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah 86 dewasa muda usia antara 18-40 tahun yang tinggal di desa Pabelan. Penelitian ini menentukan sampel 30 responden sebagai kelompok eksperimen dan 30 kelompok kontrol dan teknik sampel yang digunakan dengan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dengan Paired Sample t-test dan Independen simple t-test. Simpulan: Tingkat pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan kategori cukup (50,0%), Tingkat pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan kategori baik masing-masing (76,7 dan 66,7%), Hasil post test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas pada kategori baik masing-masing (73,3% dan 60%), Hasil post test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas pada kategori baik masing-masing (80,0% dan 66,7%), Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang sex education terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pada dewasa muda di Kartasura.

(5)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

EFFECT ON SEX EDUCATION HEALTH EDUCATION ON THE LEVEL OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF YOUNG ADULTS IN KARTASURA

Ibnu Mega Tirta1, Arif Widodo2, Dian Hudiawati3

ABSTRACT

The results of the pre-survey and interviews of knowledge and attitudes about sex education in young adults were 35 young adults in the village as a whole Makamhaji information in as many as 10 people may already know about the importance both a married and unmarried, while 25 people said had not received information about and they say taboo not to talk about it and the importance of career and education first. The purpose of the study was to determine differences in the effect of health education on the level of knowledge and attitudes in the experimental group and a control group of young adults. The research method used is a quasi experiment design, with a design that is used is the pretest and posttest control group design. The population was 86 young adults between 18-40 years of age. This study determines the sample of 30 respondents as the experimental group and 30 control group samples and techniques used by purposive sampling. Data analysis techniques used by paired sample t-test and independent t-test simple. Conclusions: The level of knowledge respondents experimental group and control group before given health education about in enough categories (50.0%), level of knowledge respondents experimental group and control group after being given health education about in both categories (76,7% and 66.7%), post-test results of the respondents 'attitudes experimental group and the control before given health education about in the majority of both categories (73.3% and 60%), post-test results of the experimental group respondents' attitudes and the control group after being given health education on the majority of both categories (80.0% and 66.7%), influences of health education on the level of knowledge and attitudes in young adults in Kartasura.

(6)

LATAR BELAKANG

Dewasa atau adult adalah istilah dari bahasa latin merupakan bentuk kata lampau dari partisipel yang mempunyai kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran sempurna atau yang telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan dan siap menerima kedudukan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

World Health Organization (WHO) memperkirakan dewasa yang ada di dunia memperkirakan 47% sudah terlibat dalam perilaku seks bebas. Angka ini juga sangat berkaitan dengan tingginya jumlah angka penderita Human Immuno Devesiancy Virus/ Aquered Immuno Deficiency Virus (HIV/AIDS) yang setiap tahunnya me-ningkat terus menerus. Terbukti pada tahun 2002 jumlah penderita diperkira-kan 90.000 hingga 160.000 kasus. Angka ini semakin meningkat pada tahun 2006 antara 169.000 hingga 216.000 data akhir di bulan september menunjukan angka 6.987 dengan kasus baru (Kartono,2008).

Menurut survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan repro-duksi menunjukkan 43,22% pengetahu-annya rendah, 37,28% pengetahuan cukup, sedangkan 19,50% pengetahu-annya memadai. Menurut survey PKBI Jawa Tengah tentang perilaku dewasa saat berpacaran menunjukkan saling mengobrol 100%, berpegangan tangan 93,3%, mencium pipi/kening 84,6%, berciuman bibir 60,9%, mencium leher 36,1%, saling meraba (payudara dan

kelamin) 25%, dan melakuan hubungan seks 7,6% (Farid, 2005).

Menurut hasil penelitian Mentari (2008) dari seluruh responden sebanyak 533. Laki-laki 18,55% sudah pernah melakukan hubungan seks atau Intercourse. Mahasiswa yang melaku-kan oral seks 16,55 %, anal seks 7,35 %. Sedangkan yang memilih Petting untuk memuaskan nafsu seksual mereka 24,25%. Sementara perempuan 8,75% sudah pernah melakukan hubungan seks. Oral seks 7,75 %, anal seks 4,89%. Petting juga diminati, sebanyak 11,95% melakukan Petting. setengah dari mereka juga sering melakukan ciuman di bibir yang memicu terjadinya hubungan seksual, laki-laki 50,7% dan perempuan 49,3%.

Menurut penelitian Handayani (2009) perbedaan perilaku seksual mahasiswa laki-laki UNS yang tinggal di kos dan tidak tinggal di kos ditinjau dari interaksi teman sebaya, hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata perilaku seksual antara mahasiswa yang tinggal di kos dan tidak kos artinnya mahasiswa yang kos memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dari mahasiswa yang tidak kost.

Menurut data Reskrim Polres Sukoharjo (2014) angka kejadian prilaku seksual di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2012 terdapat 17 kasus menunjukan persetubuhan korban berusia 13-16 tahun sebanyak 9 kasus dimana pelakunya berusia 15-28 tahun, kasus pencabulan korban usia 3-13 tahun dimana pelakunya berusia 15-56 sebanyak 7 dan 2 kasus pemerkosaan dan penganiyayan pada 20-25 tahun, pada tahun 2013 angka kejadian prilaku seksual sebanyak 33 kasus menunjukan persetubuhan sebanyak 13 korban

(7)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

berusia 14-17 tahun dimana pelakunya berusia 16-48 tahu, kasus pencabulan sebanyak 7 kasus dimana pelakunya berusia 12-60 tahun, membawa lari anak sebanyak 2 kasus berusia 14-15 tahun dimana pelaku berusia 14-35 tahun, penganiyayan sebanyak 6 kasus berusia 9-16 tahun dimana pelakunya berusia 12-57 tahun dan kasus pemerkosaan sebanyak 5 kasus.

Pabelan terletak sebelah barat kota Surakarta dimana alasan penulis melakukan penelitian di Pabelan karena terdapat lingkungan yang berdekatan dengan instansi pendidikan, pabrik, dan banyaknya kost-kostan yang bebas sehingga dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif dimana salah satu dampak negatifnya yaitu perilaku seks bebas di kalangan dewasa muda.

Berdasar hasil pra survei dan wawancara tentang pengetahuan dan sikap tentang Sex Education pada dewasa muda sebanyak 35 orang dewasa muda di desa Pabelan secara keseluruhan di dapat informasi, 10 orang sudah mengetahui tentang arti pentingnya Sex Education baik yang sudah menikan dan yang belum menikah, sedangkan 25 orang menga-takan belum pernah mendapat-kan informasi tentang pendidikan seks dan mereka mengatakan tabu untuk tidak membicarakan hal tersebut serta mementingkan karir dan pendidikan terlebih dahulu.

METODE PENELITIAN

Design yang digunakan Quasi Eksperiment, dengan rancangan yang digunakan adalah Pretest and Posttest control Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah 86 dewasa muda usia antara 18-40 tahun yang tinggal di Desa Makam Haji. penelitian ini menentukan sampel 30 responden

sebagai kelompok eksperimen dan 30 kelompok kontrol.

Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dengan Paired Sample t-test dan Independen simple t-test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik responden berda-sarkan umur, pendidikan dan status pekerjaan. Karakteristik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol  (%)  (%) Umur ≤ 25 tahun 22 73,3 21 70,0 26-30 tahun 7 23,4 5 16,7 > 30 tahun 1 3,3 4 13,3 Jenis Kelamin: Laki-laki 17 56,7 16 53,3 Perempuan 13 43,3 14 46,7 Pendidikan SD 0 0,0 1 3,3 SMP 0 0,0 2 6,7 SMA 27 90,0 25 83,3 D3 2 6,7 2 6,7 S1 1 3,3 0 0,0 Pekerjaan BlmBekerja 12 40,0 8 26,7 Mahasiswa 6 20,0 6 20,0 Wiraswasta 0 0,0 2 13,3 Swasta 0 0,0 10 33,3 Kary. Swasta 12 40,0 4 10,0

Tabel 1 menunjukan distribusi umur responden pada kelompok eksperimen maupun kontrol lebih banyak pada usia kurang dari 25 tahun tahun yaitu 73,3% pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol 70%. 2

(8)

Pendidikan responden dari kelompok eksperimen sebagian besar adalah SMA dan kelompok kontrol sebagian besar juga SMA yaitu masing-masing 90% dan 83,3%. Sedangkan status pekerjaan responden mayoritas belum bekerja pada kelompok eksperimen dan di sektor swasta pada kelompok kontrol yaitu masing-masing 40% dan 33,3%. Pengetahuan tentang Sex Education pada dewasa muda di Kartasura

1. Pre test pengetahuan tentang tentang Sex Education pada dewasa muda.

Tabel 2.Hasil pre test pengetahuan tentang tentang Sex Education pada dewasa muda.

Pengetahuan

Kelompok Pre Test Eksperimen Kontrol N % N % Baik 15 50,0 13 43,3 Cukup 15 50,0 15 50,0 Kurang 0 0,0 2 6,7 Total 30 100.0 30 100.0

Tabel 2. menunjukan hasil pre test tingkat pengetahuan pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol mayoritas masih tergolong cukup yaitu 50% pada kelompok eksperimen dan 50% pada kelompok kontrol.

2. Post test pengetahuan tentang Sex Education pada dewasa muda. Tabel 3. Hasil post test pengetahuan

tentang Sex Education pada dewasa muda.

Pengetahuan

Kelompok Pre Test Eksperimen Kontrol N % N % Baik 23 76,7 20 66,7 Cukup 7 23,3 10 33,3 Kurang 0 0,0 0 0,0 Total 30 100.0 30 100.0

Tabel 3 menunjukkan hasil post test tingkat pengetahuan responden baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas pada kategori baik yaitu sebesar 76,7 dan 66,7%.

Sikap tentang Sex Education pada dewasa muda di Kartasura.

1. Pre test sikap tetang sex education pada dewasa muda

Tabel 4. Hasil pre test sikap tentang tentang Sex Education pada dewasa muda.

Sikap

Kelompok Pre Test Eksperimen Kontrol N % N % Baik 22 73,3 18 60,0 Cukup 8 26,7 11 36,7 Kurang 0 0,0 1 3,3 Total 30 100.0 30 100.0 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa hasil pre test sikap responden sebelum adanya pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas pada kategori baik masing-masing 73,3% dan dan 60,0%.

2. Post test sikap

Tabel 4. Hasil pre test sikap tentang tentang Sex Education pada dewasa muda.

Sikap

Kelompok Pre Test Eksperimen Kontrol N % N % Baik 24 80,0 20 66,7 Cukup 6 20,0 10 33,3 Kurang 0 0,0 0 0,0 Total 30 100.0 30 100.0

(9)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

Berdasarkan tabel 4. Hasil post test sikap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol masih banyak dalam kategori baik masing-masing 80,0% dan 66,7%.

Analisis uji beda rata-rata pre

test-post test pengetahuan kelompok

eksperimen

Tabel 5. Hasil pengujian beda rata-rata tingkat pengetahuan responden tentang sex education kelompok eksperimen Pengeta huan Mean t-test p-value Keput usan Pre test 15,67 -6.430 0.000 Ho ditolak Post test 17,20

Tabel 5. nilai p-value= 0,000. Keputusan yang diambil adalah Ho ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang sex education pada dewasa muda di Kartasura.

Analisis uji beda rata-rata pre

test-post test pengetahuan kelompok kontrol

Tabel 6. Hasil pengujian beda rata-rata

pre test dan post test tingkat

pengetahuan responden kelom-pok kontrol Pengetah uan Mean t-test p-value Keputusan Pre test 14,87 -5,410 0.000 Ho ditolak Post test 16,07

Pada tabel 5 tentang hasil pengujian beda rata-rata pre test dan post test tingkat pengetahuan responden

kelom-pok kontrol diketahui nilai p-value =

0,000. Keputusan yang diambil adalah

Ho ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan responden kelompok kontrol tentang sex education.

Analisis uji beda rata-rata pre test - post test sikap kelompok eksperimen

Tabel 7. Hasil pengujian hipotesis pre

test-post test sikap kelompok

eksperimen Sikap Mean t-test p-value Kep. Pre test 64,77 -1,852 0.074 Ho diterima Post test 66,37

Tabel 7. menunjukkan nilai p-value = 0,074. Keputusan yang diambil adalah Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata sikap kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang Sex Education pada Dewasa Muda di Kartasura.

Analisis uji beda rata-rata pre

test-post test sikap pada kelompok kontrol

Tabel 8. Hasil pengujian hipotesis pre

test-post test sikap pada

kelompok kontrol Sikap Mean t-test p-value Kep. Pre test 62,26 -1,018 0.317 Ho diterima Post test 62,97

Tabel 8. menunjukkan nilai p-value= 0.317. Keputusan yang diambil adalah Ho diterima artinya tidak terdapat beda rata-rata sikap responden kelompok kontrol antara pre test dan post test sikap tentang Sex Education pada Dewasa Muda di Kartasura.

Analisis uji beda rata-rata post test pengetahuan kelompok eksperimen dan kontrol

(10)

Hasil uji beda pengaruh pendidikan kesehatan tentang Sex Education pada Dewasa Muda antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol di Kartasura

Tabel 9. Hasil uji beda rata-rata post test pengetahuan pada kelompok eksperimen dan kontrol

Post test

pengetahuan

Me

an test T- value p- Kep.

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol 17,20 16,07 2,396 0.020 Ho ditolak

Berdasarkan tabel 9. menunjukkan Nilai t-test = 2.396 dengan p-value = 0,020 < 0,05, berarti Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang Sex Education terhadap tingkat pengetahuan pada dewasa muda di Kartasura.

Uji beda rata-rata pengaruh

pendidikan kesehatan tentang sex

education terhadap sikap kelompok

eksperimen dengan kontrol

Tabel 10. Hasil uji beda pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap

sikap kelompok perlakuan

dengan kelompok. Post test sikap. Mean t-test p-value Kep. Kelompok eksperimen Kelompok kontrol 66,37 62,93 2,117 0.039 Ho ditolak

Berdasarkan tabel 10. menunjuk-kan Nilai t- test= 2.117 dengan p-value = 0,039 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang sex education terhadap sikap pada dewasa muda di Kartasura.

PEMBAHASAN

A. Tingkat Pengetahuan responden tentang sex education

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan responden dari kedua kelompok sebagian besar responden berpengetahuan baik untuk kelompok eksperimen dan cukup untuk kelompok kontrol. Hasil ini sesuai dengan hasil pra survei dan wawancara berkaitan dengan pengetahuan dan sikap tentang Sex Education pada dewasa muda sebanyak 35 orang dewasa muda di Desa Makam Haji secara keseluruhan di dapat informasi sebanyak 10 orang sudah mengetahui tentang arti pentingnya Sex Education baik yang sudah menikah dan yang belum menikah, sedangkan 25 orang mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang pendidikan seks dan mereka mengatakan tabu untuk tidak membicarakan hal tersebut serta mementingkan karir dan pendidikan terlebih dahulu.

Kelompok eksperimen yang diberikan pendidikan kesehatan terdapat perubahan tingkat pengetahuan, pada pre test pengetahuan kategori baik yang semula terdapat 15 responden meningkat menjadi 25 responden pada post test, sehingga ada peningkatan menjadi (76,7%). Kategori tingkat pengetahuan cukup terjadi penurunan dari 15 responden menjadi 7 responden, menurun menjadi sebesar (23,3%). Tingkat pengetahuan kategori kurang tidak adanya perubahan yaitu sama-sama tidak ada. Wawan dan Dewi (2010) menyatakan bahwa pengetahuan dapat diubah dengan strategi persuasi yaitu memberikan

(11)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

informasi kepada orang lain dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah dengan memberikan leaflet dan materi berupa ceramah. Proses pemberian materi dengan metode ceramah dan adanya komunikasi dua arah yaitu antara pemberi pendidikan kesehatan tentang sex education dan adanya pertanyaan dari responden menjadikan pengetahuan tentang sex education yang diberikan mudah dicerna sehingga menjadikan responden semakin mudah

memahami materi yang

disampaikan berkaitan dengan sex education.

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.

Hasil post test pada kelompok kontrol menunjukkan terjadi perubahan pada pengetahuan pada kelompok pre test dengan kategori kurang, pada pre test dari 2 responden turun pada post test menjadi 0 responden, pengetahuan cukup terjadi perubahan yaitu dari 15 responden pada kelompok pre test meningkat pengetahuannya menjadi 10 responden (33,3%), sementara jumlah responden dengan pengetahuan baik terjadi peningkatan dari 13 responden pada kelompok kontrol menjadi 20 responden pada kelompok kontrol.

Menurut penelitian Fatmawati (2009), membandingkan hasil post test antara kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil analisis terhadap variabel sikap menunjukan bahwa kelompok eksperimen yang diberi pendidikan lebih mengingat, dan mengerti disebabkan karena adanya penambahan media leaflet sehingga memungkinkan responden membacanya dirumah, sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan post test hal ini dipengaruhi oleh adanya responden mencari diinternet dan bertanya kepada orang yang lebih paham.

Hasil uji pre test - post test pengetahuan kelompok ekperimen yang telah ditampilkan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dengan nilai rata-rata pre test sebesar 15,67% meningkat menjadi 17,20% pada post test. Hasil uji hipotesa penelitian mengenai pengetahuan kelompok eksperimen disimpulkan adanya perubahan pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang sex education pada dewasa muda di Kartasura. Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan, dimana pre test pengetahuan rata-rata sebesar 14,87% dan berubah menjadi sebesar 16,07%. Dengan perubahan nilai rata-rata ini maka secara statistik terjadi perubahan yang bermakna pengetahuan responden antara pre test dan post test. Peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen dapat terjadi karena proses pendidikan kesehatan diberikan dengan cara dua arah, artinya informasi yang kurang dipahami oleh responden dapat ditanyakan kembali. Jawaban yang 6

(12)

diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti ternyata lebih mudah dipahami responden dari pada harus menggunakan bahasa kesehatan yang mungkin sulit dipahami oleh responden.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Indarto dan Sigit (2012) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta, hasil penelitian menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan baik adalah yang terbesar yaitu sebanyak 134 responden (52 %), pengetahuan kurang adalah yang terkecil yaitu sebanyak 23 responden (9 %) dan pengetahuan cukup sejumlah 35 responden (39 %). Hasil analisis bivariate menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual.

B. Sikap responden tentang Sex

Education

Responden yang telah mendapat pendidikan kesehatan terjadi perubahan sikap yaitu dari 8 responden menjadi 6 responden yang termasuk sikap cukup. Sikap baik pada pre test terdapat 22 (73,3%) responden dan meningkat menjadi 24 (80,0%) responden.

Kelompok kontrol pada pre test terjadi perubahan sikap dari 11 (36,7%) responden yang termasuk sikap cukup berkurang menjadi 10 responden (33,3%), dan pada perubahan sikap baik juga mengalami perbedaan sikap baik yaitu 18 (60,0%) meningkat menjadi 20 (66,7%) sehingga hal ini berarti

adanya responden yang mempunyai sikap yang baik dari pre test maupun post test. Sikap yang ditunjukkan responden dalam penelitian ini juga sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang mencerminkan sikap responden yang diawali dari kurangnya pengetahuan tentang sex education yang membawa perilaku responden sehingga pada akhirnya responden tidak melakukan sek bebas.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada uji beda rata-rata pre test-post test sikap kelompok perlakuan atau eksperimen dapat dikatakan terjadi peningkatan sikap pada kelompok perlakuan hal tersebut disebabkan oleh sikap responden yang sangat setuju terhadap seseorang yang boleh berhubungan seks jika orang tersebut dan pasangannya telah resmi nenikah dan juga mempunyai sikap bahwa apabila seseorang berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks dapat menyebabkan penyakit menular seksual. Azwar (2008) menyatakan bahwa sikap dipengaruhi beberapa faktor salah satunya pengalaman pribadi, pengaruh orang lain karena akan ikut membentuk dan mempengaruhi pengetahuan dan stimulus sosial.

Menurut Azwar (2008) menyatakan sikap merupakan pola perilaku tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Tingginya kategori baik pada sikap responden tentang sex education dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain karena apa yang telah dan sedang kita alami

(13)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial.

Menurut Walgito (2003) sikap adalah merupakan keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif berkelanjutan, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Hasil penelitian tentang sikap juga diperkuat dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired-sample t test menunjukan hasil t-test -1,852, nilai p-value 0,074. Keputusan yang diambil Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata sikap kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang sex education.

Menurut Azwar (2008) untuk merubah sikap perlu pemahaman dan evaluasi yang mendasar karena sikap sangat erat kaitannya dengan nilai (value) yang dianut. Untuk mengubah sikap, yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan, dimana fasilitator dapat membantu peserta untuk mengenal dan menyadari sikap lama sebelum mengikuti pendidikan kesehatan untuk mengevaluasi sikap tersebut melalui diskusi dengan orang lain.

Kelompok perlakuan yang mendapat pendidikan kesehatan dan mampu memahami materi yang disampaikan oleh peneliti, maka mereka akan membandingkan materi pendidikan kesehatan tentang sex education dengan kondisi mereka selama ini, tampaknya selama ini sikap dan perilaku

mereka sudah baik berkaitan dengan sex education agar tidak terjerumus pada perilaku sex bebas. Berbeda halnya pada sikap kelompok kontrol, dimana pendidikan kesehatan yang diberikan dilakukan setelah post test, hal ini menjadikan responden kurang banyak mendapat informasi tentang sex education secara baik, meskipun antara pre test dan post test diberikan jeda waktu selama 45 menit.

C. Uji Beda Pengaruh Penkes tentang Sex Education terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Hasil penelitian dengan independent samples t-test diketahui nilai t- test= 2.117 dengan p = 0,039. Keputusan adalah Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata sikap antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang sex education pada dewasa muda di Kartasura.

Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen pada tingkat pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang sex education sebesar 17,20 yang nilainya lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (tanpa diberi pendidikan kesehatan tentang sex education) sebesar 16.07. Di samping itu, dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen pada sikap sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang sex education sebesar 66,37 yang nilainya lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (tanpa diberi pendidikan kesehatan tentang sex education) sebesar 62.93. Hal ini berarti dengan adanya pendidikan kesehatan tentang sex education akan 8

(14)

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pada dewasa muda di Kartasura.

Menurut Lockwood (2009) menyatakan pemilihan metode penyuluhan harus disesuaikan dengan karakteristik sasaran, dimana pada penelitian ini responden terbanyak adalah laki-laki dengan usia kurang dari 25 tahun dan tingkat pendidikan mayoritas SMA sehingga mereka lebih suka diajak berbicara, berdiskusi untuk mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Responden lebih suka dilibatkan secara aktif dalam proses belajar tersebut sehingga mereka bisa leluasa untuk bertanya karena materi penyuluhan berkaitan dengan sex education.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Ariyandini (2012) meneliti tentang perbedaan tingkat religiusitas dan sikap terhadap seks pranikah antara pelajar yang bersekolah di SMA umum dengan SMA berbasis agama. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhasap seks bebas antara pelajar SMA umum dengan SMA berbasis agama. Oleh karena itu untuk mengurangi efek atau dari pergaulan bebas maka diperlukan penanaman beragama yang baik dan pendidikan kesehatan yang menjelaskan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit reproduksi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

A. Simpulan

1. Tingkat pengetahuan responden kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang sex education pada kategori cukup sebanyak 15 orang.

2. Tingkat pengetahuan responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang sex education pada kategori baik masing-masing 23 orang dan 18 orang.

3. Sikap responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang sex education pada kategori baik masing-masing sebanyak 22 orang dan 18 orang.

4. Sikap responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang sex education pada kategori baik masing-masing 24 orang dan 20 orang.

5. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang sex education terhadap tingkat pengetahuan value = 0,020) dan sikap (p-value = 0,039) pada dewasa muda di Kartasura.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang diambil, peneliti memberikan saran 1. Bagi responden

Diharapkan setelah men-dapat pendidikan kesehatan tentang sex education, masyarakat khususnya pada dewasa muda di Kartasura dapat merubah sikap tentang sex education agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang, salah satunya dengan mengikuti pendidikan sex education dan pendalam agama sehingga

(15)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sex Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Dewasa Muda Di Kartasura ( Ibnu Mega Tirta )

responden terhindar dari perilaku menyimpang.

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Institusi pendidikan kepera-watan, hendaknya membekali pula mahasiswanya dengan kemampuan menyampaikan materi kesehatan kepada masya-rakat, sehingga kemampuan calon perawat yang nantinya menjadi nara sumber kesehatan di masyarakat dapat diemban dengan baik.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengimplementasikan metode ini untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden dalam masalah yang berbeda, misalnya tentang pola asuh dan perilaku sex atau membandingkan metode leaflet atau media cetak dengan metode audio visual.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. (2008). Sikap manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Farid,2005. Karakterislik Remaja di Masa Reproduksi. http://suara-merdeka.com. Diperoleh tanggal 20 Januari 2013.

Hurlock. Elizabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartono. Kartini. Dr, 2008. Patologi Sosial II, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Lockwood, T. (2009). How to Become a More Design-Minded Organization. Volume 20, Issue 3, pages 28–37

Mentari, kurniasari. 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Seksual Di Kalangan Mahasiswa. Skripsi Universitas Airlangga: Surabaya. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi

Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka cipta

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kedua metode pada matriks pangan cair dengan tingkat karbohidrat rendah, sedang dan tinggi

Hasil dari perancangan aplikasi yang dibuat adalah toko buku online dengan J2ME yang dapat membantu pelanggan untuk melakukan pembelian 24 jam dan membuat toko buku online

The chairperson of the committee has one more dollar than the vice chairperson, who sits on his right and has one more dollar than the member on her right, who has one more dollar

Indikator implementasi program yang tidak memiliki hubungan positif dengan proses pencitraan adalah jenis kegiatan dan frekuensi kegiatan.. Selanjutnya, dari hasil Uji Korelasi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bangun prisma dan limas siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan metode pembelajaran Learning Start With

Hasil kajian biaya manfaat terhadap Program A dan Program B di Kabupaten Belu menunjukkan bahwa pada tahun keC10 pelaksanaan program, Program A dan Program B masingCmasing

4) Kapal perikanan melakukan penangkapan ikan di daerah terlarang. Pelanggaran-pelanggaran itu kalau tidak terkendali dan terjadi secara terus menerus, maka tentu akan merugikan

Resistensi silang adalah keadaan resistensi terhadap antimikroba tertentu yang juga memperlihatkan sifat resistensi terhadap antimikroba yang lain. Pada resistensi silang,