• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan etnis Cina di Medan di mulai pada abad ke-15, dimana ketika armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk berdagang dengan cara barter. Hubungan dagang tersebut berlangsung dalam waktu lama sehingga sebagian pedagang tersebut menetap di Sumatera Timur. Ketika usaha perkebunan tembakau Belanda di Deli terus berkembang maka pengusaha Belanda mendatangkan tenga kerja dari daratan Cina karena mereka tidak cocok dengan buruh pribumi. Pada tahun 1879 tercatat 4.000 orang kuli Cina, dan pada tahun 1888 tercatat 18.352 orang kuli Cina. Setelah kontrak mereka habis, para buruh Cina banyak bermukim di kota-kota, dan bekerja sebagai pedagang, pemilik toko, petani kecil, nelayan dan penjual barang bekas. Pada akhir abad ke-19, dengan bantuan pemerintah Hindia Belanda dan pengusahanya, memberikan monopoli pengangkutan di kawasan Sumatera Timur pada etnis Cina. Pengusaha Belanda juga memberikan kesempatan bagi orang etnis Cina untuk menjadi penyalur bahan makanan dan kontraktor di perkebunan ( Lubis,1996 : 33 ).

Etnis Cina yang ada di kota Medan merupakan kelompok yang dikenal dengan sebutan Cina totok. Ini dapat dilihat dari karakteristik etnis Cina yang ada, dimana mereka masih mempertahankan budaya dari kota atau propinsi asalnya di Cina. Etnis Cina yang di Jakarta sering juga di sebut dengan Cina peranakan, karena mereka lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Cina (Intisari,

(2)

etnik Tionghoa September 2006:49). Kebanyakan etnis Cina yang di Sumatera Timur tidak berbahasa Melayu, mereka hanya menggunakan bahasa Cina menurut dialek mereka masing-masing (Vleming Jr.1989 :185 ). Jadi bukan merupakan hal yang mengherankan jika para etnis Cina yang ada di Medan terbiasa menggunakan bahasa Cina dalam kegiatan sehari-hari.

Dari hasil sensus penduduk tahun 1930 jumlah etnis Cina di kota Medan 27.000 jiwa. Pada tahun 1973 Biro Pusat Statistik melaporkan etnis Cina di kota Medan mencapai 129.408 jiwa, hasil survei tahun 1983 etnis cina berjumlah 166.166 jiwa lebih (Melly G. Tan 1979 dan Pelly, 1983 :103). Menurut sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2000 penduduk etnis cina telah berjumlah 202.308 jiwa dan merupakan populasi penduduk terbesar ketiga setelah populasi penduduk etnis Jawa dan etnis Batak di Medan.

Kota Medan sudah menjadi tempat perkumpulan etnis Cina sejak sekitar tahun 1920-an. Perkumpulan etnis Cina ini biasanya bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pedagang etnis Cina yang berada dalam kesulitan, berperan sebagai perantara penyelesaian perselisihan di antara anggota, pemberi sokongan pada para penemu, pemberian bantuan pada orang Cina melarat, dan sebaginya. Perkumpulan-perkumpulan tersebut dibedakan menjadi perkumpulan keahlian, perkumpulan orang sekampung / propinsi dan perkumpulan keluarga. Pada sekitar tahun 1920-an di kota Medan terdapat 16 perkumpulan keahlian, 12 perkumpulan sekampung ( Vleming Jr.1989:187 ). Setiap perkumpulan tersebut memiliki aturan-aturan sendiri, memiliki waktu berkumpul dan memiliki gedung sendiri untuk bertemu.

(3)

Saat ini etnis Cina di Medan merupakan etnis yang paling dominan dalam penguasaan sumber daya ekonomi dan orang-orang kaya di Medan merupakan orang dari etnis Cina (Baddaruddin, 2003;40). Hal ini tidak terbatas saja pada etnis Cina di Medan tetapi juga etnis Cina yang ada di Indonesia secara umumnya merupakan pemilik dan pebisnis-pebisnis yang menguasai dan mengendalikan ekonomi. Menurut majalah Forbes Asia 10 orng terkaya di indonesia di dominasi etnik ini, seperti Sukanto Tanoto, Putra Sampoerna, Eka Tjipta Widjaja, Rachman Halim, R. Budi Hartono, Eddy William Kartuari, Trihatma k. Haliman dan Liem Sioe Liong (Tempo, 1 oktober 2006 : 112). Dalam majalah Swasembada pada edisi Bintang-bintang Bisnis dari daerah ( Swa 18 edisi khusus/31 agustus 2006 ) yang merangkum nama-nama pengusaha-pengusahsa sukses dari Sumatera Utara maka di dapat banyak nama pengusaha-pengusaha dari etnis Cina seperti Albert Kang, Amin Halim, Anton Chen Tjia, Bobby Leong, Vincent Wijaya dan lainnya. Pada umumnya pengusaha-pengusaha yang menguasai bisnis di Sumatera Utara khusus Medan merupakan pengusaha-pengusaha dari etnis Cina.

Keunggulan etnis Cina dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari budaya mereka dalam berdagang yang mereka rintis sejak mereka tiba ke Medan. Keunggulan etnis Cina pada bidang ekonomi tidak terlepas pada ikatan kekerabatan yang menyadiakan jaringan sosial dikalangan mereka. Jaringan sosial terbentuk dimulai dari ikatan-ikatan kekeluargaan dan ikatan-ikatan pertemanan yang terjalin dalam komunitas etnis Cina. Ikatan kekerabatan dan pertemanan yang terbentuk sudah sejak dari dahulu hal ini dapat kita lihat dengan banyaknuya perkumpulan-perkumpulan etnis Cina sejak kedatangan etnis Cina ke Indonesia (Vleming

(4)

Jr,1989:187). Ikatan-ikatan ini terus terbentuk dan berkembang, kebanyakan ikatan ini berdasarkan pada kekerabatan dan ikatan kedaerahan, ikatan-ikatan yang berkembang membentuk jaringan sosial yang luas. Jaringan sosial yang terbentuk memberikan kontribusi-kontribusi yang menguntungkan dalam pencapaian tujuan bersama, seperti bagaimana etnis Cina berbagi informasi ketika melakukan bisnis.

Kepercayaan pada pengusaha etnis Cina merupakan satu hal yang sangat penting dalam berbisnis. Sin yung yang artinya mempergunakan kepercayaan seluas-luasnya adalah peribahasa Cina kuno yang sangat berpengaruh pada pengusaha etnis Cina dalam berbisnis (Elly, 2006:2). Kepercayaan di sini mempunyai makna yang dalam bukan hanya pada hubungan antar pribadi tapi juga dasar dalam melakukan bisnis. Kepercayaan pada bisnis para pengusaha etnis Cina merupakan bagian yang tak terlepaskan akan terjalinnya kerjasama dalam bisnis. Menurut hasil penelitian Robert H. Sillin (1972) yang meneliti tentang pasar grosir sayur di Hongkong, dia menemukan bahwa kepercayaan merupakan faktor vital dalam mempertahankan jaringan kompleks hubungan-hubungan dagang. Kepercayaan yang terjadi antara para pengusaha etnis Cina membawa kepada kemudahan dalam melakukan kegiatan bisnis, sehingga kegiatan transaksi bisnis lebih mudah dan praktis.

Dalam menjalankan kegiatan bisnis, orang etnis Cina selalu berpegang pada nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bersama. Nilai-nilai dan norma tersebut menjadi sesuatu yang menjaga dan mempererat hubungan-hubungan yang telah ada sehingga tercapai satu keharmonisan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Nilai dan norma yang ada seperti menekankan saling menjaga kepercayaan dengan sesama etnis Cina dalam melakukan kegiatan bisnis. Pengertian norma di sini adalah

(5)

sekumpulan aturan-aturan yang menjadi pegangan dan diikuti anggota dalam suatu kelompok.

Dengan membaca pemaparan diatas maka terlihat bagaimana modal sosial yang berupa kepercayaan, jaringan sosial dan norma sangat berperan dalam mempengaruhi kegitan berbisnis para pengusaha Cina. Dalam penelitian ini mengkaji bagaimana peranan jaringan sosial sebagai potensi modal sosial dalam kegiatan bisnis etnis cina di kota Medan. Bagaimana para pengusaha etnis cina dapat memanfaatkan modal sosial untuk mengembangkan dan melakukan bisnis mereka. Hal inilah yang membuat menarik peneliti, untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah:

“Bagaimana peranan jaringan sosial sebagai potensi modal sosial pada bisnis etnis Cina di Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui bagaimana peranan jaringan sosial sebagi potensi modal sosial pada bisnis etnis Cina di kota Medan.”

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis:

 Bahwa penelitian yang berkaitan tentang peranan jaringan sosial sebagi potensi modal sosial pada bisnis etnis cina, diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada mahasiswa lainnya yang akan melakukan penelitian tentang Jaringan sosial sebagai potensi modal sosial pada bisnis etnis cina dalam bentuk yang lainnya.  Memberikan manfaat kepada peneliti untuk mengetahui dan

memperoleh jawaban mengenai modal sosial pada bisnis etnis Cina di Kota Medan .

1.4.2 Manfaat Praksis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau umbangan bagi peneliti dan pihak-pihak terkait lainnya.

1.5 Defenisi Konsep

Untuk memperjelas maksud dan pengertian, serta untuk mempersatukan pemahaman persepsi tentang konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan menguraikan batasan konsep yang akan dipergunakan. Pemberian batasan konsep ini diperlukan untuk menuntun peneliti dalam menangani rangkaian proses penelitian bersangkutan serta dalam menginterpretasikan hasil penelitian (Sanapiah

(7)

Faisal, 1999:107). Berikut dijelaskan batasan konsep yang dipergunakan dalam peneltian ini.

1. Bisnis adalah proses-proses yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan berusaha.

2. Etnis cina adalah orang yang memiliki silsilah keturunan dari negeri Cina dan telah lama tinggal di Indonesia dan menjalankan usaha mereka di Indonesia.

3. Modal Sosial adalah potensi atau sumber daya yang bernilai ekonomis yang dimiliki oleh setiap individu, lapisan masyarakat, kelompok dan komunitas serta dapat digunakan untuk mengakses sumber-sumber keuangan, mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan juga menunjukkan pada bagian-bagian organisasi sosial seperti kepercayaan, jaringan dan norma.

3.1 Kepercayaan (Trust), adalah sikap mempercayai antara orang etnis Cina dengan etnis Cina atau etnis lain, yang dilakukan dalam melakukan kegiatan bisnis, dimana mengandung harapan akan didapat keuntungan bersama.

3.2 Jaringan Sosial (Social Networks) adalah hubungan-hubungan yang terjalin diantara para pengusaha etnis Cina dengan pengusaha etnis Cina yang lain, yang didalamnya telah terbangun keterlekatan. Hubungan keterlekatan didasari pada hubungan kekerabatan, pertemanan, kedaerahan, agama dan suku.

(8)

3.3 Norma/nilai (norms) adalah norma dan nilai sesuatu aturan dan ide dan menjadi pegangan dan diikuti oleh anggota kelompok dalam melakukan kegiatan-kegiatan bisnis sehari-hari.

4. Pengusaha adalah orang yang memiliki usaha dalam bidang perdagangan dan jasa.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan virtual musik gamelan terdiri dari gerakan pada tangan kanan operator dengan menggunakan sensor kinect.. Variasi nada pada Virtual musik gamelan terdiri dari

Biotechnology Second Edition Volume 9: Enzymes, Biomass, Food and Feed.. VCH Verlagsgesellschaft

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah pada pra lansia penderita hipertensi dengan menggunakan

Persepsi Konsumen Tentang Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Jamu Pegal Linu Produksi Cilacap dan Hubungannya dengan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal Linu di Kalangan Pengunjung

Dapat memberikan masukan dan informasi tentang pengelolaan asuhan keperawatan dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang terjadi pada klien dengan gangguan mental, serta

Bagi Investor, yaitu diharapkan agar dapat menjadi faktor penentu keputusan yang akan diambil dalam melakukan aktivitas investasi saham pada perbankan yang

Tingkat akurasi tersebut diperoleh antara lain dengan parameter DWT dekomposisi level 3, karena dekomposisi level 3 sudah mampu menghasilkan vektor ciri lebih

Hasil analisis dan pembahasan di atas, untuk mengukur berapa besar kontribusi/penerimaan sektor pariwisata berupa pajak hotel dan pajak restoran tersebut