“Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat”
Kelompok 3:
1. Rani Hernawati
2. Bella Angelina
3. Arsidna Dinda
4. M.Fakhrul Bahtiar
5. Ilham Mafian
Pengertian Sistem dan Sistem Filsafat
“Sistem” dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang
terdiri dari aneka bagian yang bersama-sama membentuk satu
kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian mempunyai tugas dan
fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun
demikian tugas dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat
keseluruhan tersebut. Suatu sistem harus memenuhi lima
persyaratan seperti berikut ini:
•
Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya
•
Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung
kontradiktif
•
Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain
•
Ada keseimbangan dalam kerja sama
Sedangkan “filsafat” berasal dari bahasa Yunani
philosophia.
Philo
berarti cinta, sedangkan
shopia
berarti kebijaksanaan.
Dengan demikian secara etimologis filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat
Adapun ciri-ciri berfikir filsafat :
1. Radikal; sampai ke akar persoalan
2. Kritis; tanggap terhadap persoalan yang berkembang
3. Rasional; sejauh dapat dijangkau akal manusia
4. Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi
5. Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
6. Koheren; runtut, berurutan
7. Konsisten; berpikir lurus/ tidak berlawanan
8. Sistematis; saling berkaitan
9. Matodis; ada cara untuk memperoleh kebenaran
10. Komprehensif; menyeluruh, dan
Pancasila sebagai sistem filsafat
Berarti bahwa Pancasila merupakan kesatuan
pemikiran yang mendasar yang membawakan
kebenaran yang substansial atau hakiki.
Pancasila yang disahkan secara formal di dalam
Pembukaan UUD 1945 itu telah memenuhi syarat
sebagai sistem filsafat. Sebagai sistem filsafat,
Pancasila yang terdiri dari lima sila itu merupakan satu
keseluruhan yang terdiri dari bagian sila-silanya
merupakan tata rakit yang teratur, dan tata rakit itu
sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan
Dalam konteks aksiologi
yang membahas tentang manfaat dari nilai. Pancasila sebagai sistem filsafat
secara keseluruhan bulat utuh mengandung nilai manfaat yaitu untuk
mempersatukan bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, mengandung manfaat
sebagai acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, mengandung manfaat untuk dijadika cita-cita bersama sebagai
ideologi bangsa dan negara.
Dalam konteks ontologis
yang membahas tentang “ada sebagai yang ada”, yang
adanya tidak dapat tidak, dan hakiki. Artinya keberadaan mutlak nilai-nilai Pancasila itu ada dalam adat istiadat budaya dan religi bangsa Indonesia sejak dulu kala. Keberadaan mutlak dari sistem filsafat Pancasila mempunyai
kedudukan yang benar-benar kuat tak mudah digoyahkan. Oleh karena itu menolak Pancasila sebagai sistem
filsafat berarti mengingkari nilai-nilai substansial hakiki yang telah membudaya dalam
Dalam konteks antropologis
yang membahas tentang kajian “manusia” itu sendiri. Pancasila sebagai sistem filsafat bertitik tolak pada hakekat kodrat manusia yang “monopluralis” yaitu terdiri dari: susunan kodrat monodualis jiwa-raga;
kedudukan kodrat monodualis makhluk berdiri sendiri-makhluk Tuhan; sifat kodrat monodualis makhluk individusosial. Hakekat kodrat manusia yang demikian itu menjadi landasan kehidupan manusia yang baik secara
individu maupun kelompok kebangsaan, yang selalu
diarahkan dalam keseimbangan dan keselarasan.
Dalam konteks epistemologis. Pancasila sebagai sistem filsafat dimaksudkan bahwa
keberadaannya diproses dengan menggunakan metode tertentu oleh Notonegoro, metode yang dipergunakan untuk memprose Pancasila itu disebut analitiko sintesa atau induksi. Dimulai dari pengamatan hal-hal khusus
terhadap nilai-nilai adat istiadat-budaya dan religi bangsa
Indonesia. Dari pengamatan khusus itu diperoleh nilai yang sama, dan nilai yang sama itu dipadatkan menjadi lima (5) sila seperti termuat dalam
Bentuk susunan hierarkhis piramida ini mengacu pada hukum logika perbandingan linear, yaitu: isi pengertian kecil tetapi luas cakupan juga kecil dan sebaliknya, isi pengertian besar tetapi luas cakupan juga besar.
Keterangan :
Meskipun beda gambarnya, tetapi keduanya substansinya sama. Gambar piramida “normal” itu menunjukan pada suatu perbandingan terbalik, artinya isi kecil, luas cakupannya besar. Sebaliknya isi besar, luas cakupannya kecil. Sedangkan gambar piramida terbalik menunjukan pada suatu perbandingan linier, artinya: isi kecil, lus cakupannya juga kecil. Sebaliknya isi besar, luas cakupannya juga besar.
Pada gambar piramida “normal”, Sila I terletak pada puncak piramida yang artinya, isinya keci tetapi meliputi dan menjiwai sila-sila lainnya. Pada gambar piramida