• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monosodium Glutamat (MSG) - Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan E Terhadap Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus musculus L.) Yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monosodium Glutamat (MSG) - Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan E Terhadap Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus musculus L.) Yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Monosodium Glutamat (MSG)

Monosodium glutamat (MSG) digunakan secara luas sebagai penambah rasa.

L-glutamic acid adalah komponen asam amino pada MSG. Rata-rata konsumsi MSG pada Negara industri diperkirakan berkisar dari 0,3-1 g per hari. Akan tetapi

penggunaannya dapat lebih banyak lagi, tergantung pada isi kandungan MSG dalam

makanan dan pilihan rasa seseorang (Geha et al., 2000). Perbedaan persepsi terhadap rasa antara setiap orang adalah umum, yaitu disebabkan antara lain oleh usia, jenis

kelamin, dan pada perokok berat maka akan memberikan respon yang buruk (Zuhra,

2006). MSG digunakan sebagai penyedap masakan untuk merangsang selera makan.

Namun pemberian MSG pada makanan yang terlalu banyak menyebabkan rasa

tidak enak pada makanan tersebut (Simanjuntak, 2010).

Asam glutamat pertama diisolasi pada tahun 1866 dan garamnya (garam Na)

ditemukan tahun 1909 oleh ahli kimia Jepang “Ikeda”. Namun demikian, produksi

secara komersial baru dilakukan pada tahun 1954. MSG dihasilkan dari protein

gandum, jagung, dan kedelai serta dipasarkan dalam bentuk kristal murni berwarna

putih dengan merek dagang ajinamoto, sasa, miwon, maggie, royco, dan lain

sebagainya. Glutamat terdiri dari bentuk D- dan L- serta bentuk campuran rasemat.

Bentuk L- merupakan isomer yang terdapat secara alami dan mempunyai sifat sebagai

pembangkit cita rasa. Bentuk D- tidak memiliki sifat sebagai pembangkit cita rasa

(Zuhra, 2006). Jenis makanan yang mengandung banyak protein yaitu diantaranya

seperti ASI, susu sapi, keju, dan daging mengandung banyak glutamat, sedangkan

sebagian besar sayuran sedikit mengandung glutamat. Sayuran atau buah tertentu

mengandung banyak glutamat bebas seperti jamur, tomat, dan kacang polong

(2)

Berikut struktur kimia MSG :

O O

NaO OH

NH2

Gambar 2.1 Struktur Kimia MSG

2.1.1 Metabolisme MSG

Metabolisme asam amino non esensial, termasuk glutamat, menyebar luas di dalam

jaringan tubuh. Telah dilaporkan bahwa 57% dari asam amino yang diabsorbsi

dikonversikan menjadi urea melalui hepar, 6% menjadi plasma protein, 23% absorbsi

asam amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino, dan sisanya 14% tidak

dilaporkan dan diduga disimpan sementara di dalam hepar sebagai protein hepar/

enzim. Menurut The Glutamate Association dari Amerika Serikat, Juli 1976, protein yang dimakan sehari-hari mengandung 20-25% glutamat (Sukawan, 2008).

Tubuh manusia terdiri dari 14-17% protein dan dari jumlah ini seperlimanya

merupakan glutamat. Diperkirakan seorang dewasa yang berat badannya 70 kg

rata-rata mengandung 2 kg glutamat dalam protein tubuhnya. Glutamat bebas juga terdapat

dalam sistem saluran pencernaan, darah, organ, dan jaringan lain dalam tubuh yang

berbeda-beda. Kadar glutamat bebas dalam otak 100 kali kadar glutamat dalam darah.

Jumlah glutamat bebas yang beredar yang diperlukan untuk keperluan tubuh berkisar

10 g. Total body turnover dalam metabolisme inter-media air diperkirakan 5-10 g/ jam (Santoso, 1989).

Glutamat yang diserap kemudian ditransaminasikan dengan piruvat ke bentuk

alanin. Alanin dari hasil transaminasi dari piruvat, oleh asam amino dikarboksilat,

menghasilkan aketoglutarat atau oksaloasetat. Proses ini mengakibatkan

berkurangnya jumlah asam amino dikarboksilat yang dilepas ke dalam darah portal.

Glutamat dan asam aspartat dari metabolisme mukose dibawa melalui vena portal ke

hepar. Sebagian glutamat dan aspartat dikonversikan oleh usus dan hepar ke bentuk

(3)

2.2 Radikal Bebas dan Antioksidan 2.2.1 Radikal Bebas

Pada metabolisme yang normal, tubuh menghasilkan partikel berenergi tinggi

dalam jumlah kecil yang dikenal sebagai radikal bebas. Radikal bebas dan sejenisnya

diproduksi dalam sistem biologis pada pertahanan anti mikroba, melalui aksi

monooksigenase yang berfungsi ganda, oleh berbagai enzim oksidatif seperti xanthine oxidase, dan autooksidasi dengan mediator bahan logam berat atau quinines. Pada konsentrasi tinggi radikal bebas dan bahan sejenisnya berbahaya bagi mahluk hidup

dan merusak semua bagian pokok sel. Radikal bebas juga mengganggu produksi

normal DNA, dan merusak lipid pada membran sel. Radikal bebas juga ditemukan

pada lingkungan sekitar kita. Ada berbagai sumber dari peningkatan radikal bebas,

termasuk logam tertentu (seperti besi), asap rokok, polusi udara, obat-obat tertentu,

racun, highly processed foods dan bahan tambahan makanan, sinar ultraviolet, dan radiasi. Meskipun bukti masih belum didapatkan, produksi yang berlebihan dan

menyimpang dari kelompok radikal pada inflamasi, metabolisme bahan kimia

eksogen, atau melalui autooksidasi berperan dalam terjadinya penyakit pada manusia

(Arief, 2003).

2.2.2 Antioksidan

Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat

dan mencegah terjadinya oksidasi. Antioksidan memiliki kemampuan dalam

memberikan elektron, mengikat, dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas yang

mematikan. Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain

untuk mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam

bentuk tersebut tetapi dengan struktur yang tidak dapat merusak molekul lainnya

(Rohdiana, 2008). Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi

kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi

berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif

Buah dan sayur mengandung antioksidan tinggi. Antioksidan ini mampu mengubah

(4)

penyakit. Radikal bebas yang tidak terkontrol bisa menyebabkan kerusakan sel-sel

(Jati, 2008).

Stres oksidatif (oxidative stress) adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas (prooksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yaitu

kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas. Beberapa bentuk

antioksidan antara lain vitamin, mineral, dan fitokimia (Iswara, 2009).

Menurut Pratimasari (2009), berdasarkan mekanismenya antioksidan dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu:

a. Antioksidan Primer

Antioksidan primer mengikuti mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal dengan

mendonorkan atom hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang radikal, produk

yang dihasilkan lebih stabil dari produk inisial. Contoh antioksidan ini adalah

flavonoid, tokoferol, senyawa thiol, yang dapat memutus rantai reaksi propagasi

dengan menyumbang elektron pada peroksi radikal dalam asam lemak.

b. Antioksidan Sekunder

Antioksidan ini dapat menghilangkan penginisiasi oksigen maupun nitrogen radikal

atau bereaksi dengan komponen atau enzim yang menginisiasi reaksi radikal antara

lain dengan menghambat enzim pengoksidasi dan menginisiasi enzim pereduksi atau

mereduksi oksigen tanpa membentuk spesies radikal yang reaktif. Contoh

antioksidan sekunder yaitu sulfit, vitamin C, betakaroten, asam urat, billirubin, dan

albumin.

2.2.3 Metabolisme Antioksidan Dalam Hepar

Hepar adalah organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin yang berasal

dari bakteri maupun zat kimia. Untuk melakukan detoksifikasi dari bahan berbahaya

tersebut, hepar mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah dan enzim yang

merusak kelompok oksigen reaktif (ROS) yaitu glutation tereduksi (GSH), vitamin C,

vitamin E, superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase

(5)

2.3 Asam Askorbat (Vitamin C)

Vitamin C memiliki struktur sangat mirip dengan glukosa, pada sebagian besar

mamalia vitamin C berasal dari glukosa. Vitamin C terdapat dalam bentuk asam

askorbat maupun dehidroaskorbat (Sulistyowati, 2006).Vitamin C mudah diabsorpsi

secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke

peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi di

antara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 g (sebagai pil) hanya

diabsorpsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa kesemua jaringan

(Almatsier, 2009).

Gambar 2.3 Struktur Vitamin C

Vitamin C (L-Ascorbic acid) merupakan senyawa alami yang bersifat antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas namun bukan bersifat enzimatis. Senyawa

ini umumnya hanya dapat disintesis oleh tanaman. Manusia tidak mampu mensintesis

senyawa ini. Ketidakmampuan ini menyebabkan manusia umumnya menderita

penyakit yang disebut hipoaskorbemia dan dalam keadaan parah akan timbul skorbut

yang fatal. Kepentingan senyawa ini bagi manusia salah satunya berdasarkan

kemampuannya mengikat zat-zat radikal seperti superoksida, radikal hidroksil dan

juga bereaksi langsung dengan peroksida. Oleh karena itu vitamin C dapat mencegah

berbagai radikal bebas bersifat toksik yang menyebabkan oksidasi. Banyak penelitian

yang telah dilakukan bahwa vitamin C sangat bermanfaat bagi pencegahan dan

pengobatan penyakit antara lain menurunkan tekanan darah dan kolestrol, mencegah

(6)

2.4 Tokoferol (Vitamin E)

Pada tahun 1922 ditemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah keguguran

dan sterilitas pada tikus. Pada tahun 1936 diisolasi dari minyak kecambah gandum dan

dinamakan tokoferol, berasal dari bahasa Yunani dari kata tokos yangberarti kelainan dan pherein berarti menyebabkan. Sekarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan istilah vitamin E biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang

aktif secara biologis. Vitamin E murni tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan

vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning muda

hingga kecoklatan. Vitamin E larut dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut

organik, tetapi tidak larut dalam air (Almatsier, 2009).

Gambar 2.4 Struktur Vitamin E

Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel dan berfungsi

melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi

radikal bebas. Vitamin E memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak muncul

karena adanya reaksi antara lipid dan radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu

atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk

radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak (Hariyatmi, 2004).

Tokoferol sebagai antioksidan dapat bereaksi dengan ROS dan radikal bebas

lain. Pada proses ini tokoferol berperan sebagai radikal bebas yang tidak reaktif

sehingga akan berikatan dengan elektron bebas dari radikal bebas reaktif lain.

Perlakuan pemaparan asap rokok secara kronik dan vitamin E menunjukkan hasil

(7)

(hanya diberi paparan asap rokok kronik). Keberadaan antioksidan nonenzimatik

seperti vitamin E diperlukan untuk dapat mengatasi stress oksidatif dalam tubuh.

Vitamin E terutama tokoferol adalah antioksidan yang sangat aktif dalam mencegah

peroksidasi lipid dengan menangkap peroksil lipid. Tokoferol akan mentransfer atom

hidrogen (dengan elektron tunggalnya) (Quratul’ainy, 2006).

2.5 Hepar

Hepar adalah organ parenkim yang berukuran terbesar dan memegang peranan

penting dalam proses metabolisme tubuh. Hepar memiliki banyak fungsi antara lain

untuk menyimpan dan menyaring darah, membentuk protein plasma seperti albumin,

menghasilkan cairan empedu, sebagai tempat penyimpanan vitamin A dan zat besi

serta mampu mendetoksikasi berbagai obat dan toksik menjadi inaktif atau larut air

(Guyton, 1997). Hepar melakukan banyak fungsi penting berbeda-beda dan

bergantung pada sistem aliran darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat khusus.

Ketika hepar rusak, maka semua sistem terpengaruh (Corwin, 2008).

Hepar merupakan perantara antara sistem pencernaan dan darah. Hepar adalah

organ tubuh terbesar dan merupakan kelenjar terbesar, kecuali kulit, dengan berat

lebih kurang 1,5 kg. Hepar terletak di rongga perut di bawah diafragma. Kebanyakan

darahnya (70-80%) datang dari vena porta; sebagian kecil dipasok oleh arteri hepatika.

Seluruh materi yang diserap melalui usus tiba di hepar melalui vena porta, kecuali

lipid kompleks, yang terutama diangkut melalui pembuluh limfe. Posisi hepar dalam

sistem sirkulasi adalah optimal untuk menampung, mengubah dan mengumpulkan

metabolit serta menetralisir dan mengeluarkan substansi toksik. Pengeluaran ini terjadi

melalui empedu, suatu sekret eksokrin dari hepar, yang penting untuk pencernaan

lipid (Junquiera et al., 1997).

2.5.1 Struktur Hepar

Hepar terbungkus oleh sebuah kapsul fibroelastik yang disebut kapsul Glisson dan

(8)

pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Kedua lobus hepar tersusun oleh unit-unit

yang lebih kecil disebut lobulus. Lobulus terdiri atas sel-sel hepar (hepatosit), yang

menyatu dalam suatu lempeng. Hepatosit dianggap sebagai unit fungsional hepar.

Sel-sel hepar dapat melakukan pembelahan Sel-sel dan mudah diproduksi kembali saat

dibutuhkan untuk mengganti jaringan yang rusak (Corwin, 2008).

2.5.1.1 Lobulus Hepar

Setiap lobus tersusun atas lobulus-lobulus berbentuk segienam yang merupakan unit

fungsional hepar. Lobulus hepar tersusun atas lempeng hepatosit berbentuk silindris

yang merupakan jajaran dari sel-sel hepar. Pada setiap ujung dari sudut segienam

lobulus disebut portal triad, karena ditempat tersebut merupakan tempat

berkumpulnya tiga saluran yaitu cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan

saluran empedu (Tarwoto et al., 2009).

Komponen struktural utama dari hepar ialah sel hepar atau hepatosit (Yun.

hepar, hati, + kytos). Sel epitel ini berkelompok membentuk lempeng-lempeng yang saling berhubungan. Pada sajian mikroskop cahaya, tampak adanya satuan-satuan

struktural yang disebut lobulus hepar klasik. Lobulus hepar di bentuk oleh massa

jaringan berbentuk 0,7x2 mm. Pada hewan tertentu (misalnya babi), lobulus ini

dipisah-pisahkan oleh selapis jaringan ikat. Hal ini tidak terjadi pada manusia yang

lobulusnya saling berkontak, sehingga sukar ditetapkan batas-batas antar lobuli.

Tetapi pada beberapa daerah lobulus ini dibatasi oleh jaringan ikat yang mengandung

duktus biliaris, pembuluh limfe, saraf, dan pembuluh darah. Celah portal terdapat pada

sudut lobulus dan dihuni oleh triad portal. Hepar manusia memiliki 3-6 triad portal per

lobules (Junquiera et al., 1997).

Hepar Mencit (Mus musculus L.) memiliki empat lobus utama yang saling berhubungan satu sama lain dan dan dapat tampak keseluruhannya pada bagian dorsal.

Keempat lobus tersebut dapat dibedakan yakni : sebuah lobus median, dua lobus

lateral (kiri dan kanan), dan satu lobus caudal yang terbagi setengah di bagian dorsal

(9)

2.5.1.2 Hepatosit

Sel-sel hepar adalah polyhedral, dengan 6 atau lebih permukaan, dan garis

tengah lebih kurang 20-30 µm. Pada preparat histologist yang diwarnai dengan

hematoksilin dan eosin, sitoplasma bersifat eosinofilik, terutama karena banyaknya

mitokondria dan sejumlah retikulum endoplasma licin. Hepatosit yang terletak pada

jarak-jarak berbeda dari triad portal memperlihatkan struktural, histokimia, dan

biokimia yang bervariasi. Permukaan setiap sel hepar berkontak dengan dinding

sinusoid, melalui celah Disse, dan dengan permukaan hepatosit lain. Tempat 2

hepatosit saling bertemu terbentuk celah tubular diantaranya yang dikenal sebagai

kanalikuli biliaris ikat (Junquiera et al., 1997).

Gambar 2.5 Histologis Lobus Hepar yang Menunjukkan Letak Vena sentralis, Hepatosit, dan Sinusoid

2.5.2 Fungsi Hepar

Menurut Syaifuddin (2000), fungsi hepar yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi metabolis. Memetabolisme asimilasi karbohidrat, lemak, protein, vitamin,

dan produksi energi. Seluruh monosakarida akan diubah menjadi glukosa dan

pengaturan glukosa dalam darah ini terjadi di hepar. Pembentukan asam lemak dan

lipid dan pembentukan fosfolipid terjadi di hepar. Metabolisme protein, perubahan

asam amino yang satu menjadi yang lain, pembentukan albumin, dan globulin juga

(10)

2. Fungsi ekskretori. Produksi empedu dilakukan oleh sel hepar (bilirubin, kolestrol,

dan garam empedu). Ke dalam empedu juga diekskresikan zat yang berasal dari

luar tubuh seperti logam-logam berat, bermacam zat warna, dan lain-lain.

3. Fungsi pertahanan tubuh. Detoksikasi racun siap untuk dikeluarkan dan tubuh

melakukan fagositosis terhadap benda asing dan langsung membentuk antibodi.

Bila hepar rusak maka berbagai racun akan meracuni tubuh.

4. Pengaturan dalam peredaran darah. Hepar berperan membentuk darah serta

heparin di hepar dan juga berfungsi mengalirkan darah ke jantung. Di dalam hepar

sel darah merah akan rusak karena adanya sel-sel sistem retikulo endothelium

(RES). Perusakan ini juga terjadi dalam limpa dan sumsum tulang.

5. Hepar membentuk asam empedu. Dari kolesterol terbentuk pigmen-pigmen

empedu, terutama dari hasil perusakan hemoglobin.

2.5.3 Kelainan Hepar Karena Obat dan Bahan Toksik

Hepar berfungsi sebagai alat detoksifikasi terhadap berbagai bahan yang dicerna oleh

usus termasuk obat-obatan dan bahan toksik lainnya. Pemberian obat-obatan yang

berlebihan dan bahan toksik yang dimakan tanpa disadari dapat menimbulkan

kelainan patologik parenkim hepar seperti nekrosis berat, hepatitis kronik ataupun

sirosis hepatitis (Tambunan, 1994). Pada umumnya senyawa kimia yang digunakan

hepar untuk mengonjugasikan obat dan toksin larut lemak, misalnya protein plasma,

disintesis oleh hepar. Pada hepar yang kurang berfungsi baik suplai senyawa-senyawa

tersebut menjadi tidak kuat (Corwin, 2008). Kerusakan hepar karena zat toksik

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis zat kimia yang terlibat, dosis yang

diberikan, dan lamanya paparan zat tersebut (Amalina, 2009).

2.5.4 Jenis-Jenis Kerusakan Hepar

Hepar berfungsi untuk menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisasi,

(11)

menyebabkan berbagai efek toksik pada berbagai organel dalam sel hepar sehingga

dapat mengakibatkan berbagai jenis kerusakan seperti berikut ini.

a. Degenerasi

Menurut (Tambunan, 1994), degenerasi lemak atau perlemakan hepar

merupakan degenerasi yang paling sering ditemukan. Sitoplasma membengak, berisi

lemak dan inti terdesak ke pinggir. Pada degenerasi lemak dapat terjadi perubahan

sekunder yaitu atrofi ataupun nekrosis hepatosit. Degenerasi hidropik yaitu satu atau

kelompok hepatosit yang membengkak, siptoplasma jernih berbentuk balon dan

kadang-kadang disebut degenerasi balon. Kelainan ini ada hubungannya dengan

gangguan fungsi hepar dan kemungkinan sifatnya reversibel.

b. Nekrosis

Nekrosis hepar adalah kematian hepatosit. Pada umumnya nekrosis merupakan

kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dilaporkan menyebabkan nekrosis hepar.

Nekrosis hepar merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu

kritis karena sel hepar mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa

(Lu, 1994).

2.5.5 Regenerasi Hepar

Meskipun merupakan organ yang sel-selnya diperbarui secara lambat, hepar

memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Hilangnya jaringan hepar akibat

tindakan bedah atau oleh kerja substansi toksik memicu mekanisme yang merangsang

sel-sel hepar membelah, sampai masa jaringan aslinya pulih kembali. Pada tikus,

hepar dapat memulihkan kehilangan sampai 75% beratnya dalam waktu 1 bulan. Pada

manusia, kemampuan ini berkurang. Jaringan hepar yang diregenerasi umumnya

serupa dengan jaringan yang hilang. Namun bila kerusakan itu terjadi terus menerus,

maka terbentuk banyak jaringan ikat bersama regenerasi sel hepar

Gambar

Gambar 2.3 Struktur Vitamin C
Gambar 2.4 Struktur Vitamin E
Gambar 2.5 Histologis Lobus Hepar   yang Menunjukkan Letak Vena sentralis,              Hepatosit, dan Sinusoid

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat observasi siklus kedua mengalami peningkatan dari siklus pertama dengan meningkatnya kemampuan berfikir kreatif

Kepala desa atau perangkat desa sebagai pihak yang menyewakan telah meninggal dunia atau dlberhenti- kan dari jabatannya, padahal masa sewa-menyewa belum berakhir, maka dalam

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul : “Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Tetapi dengan melihat pada putusan Mahkamah Syar - iyah di Padang Panjang yang memutuskan bahwa talak Syafrin adalah talak liar yang diartikan sebagai talak yang

Merpati Nusantara, pegawai-pegawai- nya atau agen-agennya serta semua pengangkut lainnya yang turut menye- lenggarakan pengangkutan ini dari tanggung jawab terhadap

tidak cukup, kebutuhan yang terus meningkat dan pengaruh lingkungan sosial,. mempengaruhi sikap dari tindakan setiap

Jika MOSFET dalam kondisi ideal, ketika MOSFET dalam kondisi ON memiliki karakteristik tegangan pada terminal pengalir dan sumber (V DS ) sama dengan nol dan arus yang

- Bahwa memori/risalah kasasi dari para pemohon kaaasi diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya baru pada tanggal 22 Juni 1993, sedang permohonan kasasi diterima