• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Metode Penentuan Probabilitas. - 4 PROBABILITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2. Metode Penentuan Probabilitas. - 4 PROBABILITAS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. Pendahuluan.

Dalam setiap bisnis, sebagian besar keputusan bersifat tidak pasti. Misalnya manajer operasi tidak dapat mengetahui dengan pasti mengenai kapan suatu mesin akan rusak ? Berapa peluang mesin tersebut akan rusak minggu depan?.

Manajer bank ingin mengetahui berapa peluang nasabah akan mengambil uang 1 milyar besok?

Sebagian besar analisis statistik adalah nferensal dan probabilitas merupakan pondasi bag statistik inferensial, karena harus menggunakan sampel dari populasi dan menghitung statistik terhadap sampel tersebut dan kemudian mengambl kesmpulan dari nilai statistik yang menyerminkan populasi.

Nilai parameter untuk populasi tidak diketahui dengan pasti dengan mengambil sampel tersebut.

(3)

Contoh.

Manajer pengendalian kualitas mengambil sampel sebanyak 40 bola lampu secara acak dari populasi bola lampu untuk dihitung rata-rata durasi bolamp dari sampel tersebut.

Manajer tersebut mengestimasi rata-rata durasi bolamp untuk populasi bolamp berdasarkan informasi dari sampel tersebut. Oleh karena bolamp yang dianalisis tersebut hanya sampel dari populasi, maka rata-rata durasi 40 bolamp tersebut bisa jadi merupakan estmasi yang akurat atau tidak akurat untuk diberlakukan bagi populasi bolamp. Hasilnya tidak pasti.

Oleh karena, manajer operasi menetapkan nilai probabilitas terhadap estimasi tersebut.

2. Metode Penentuan Probabilitas.

Ada 3 metode dalam menentukan probabilitas: a) Classical probability

(4)

Classical probability

Metode klasik penentuan probabilitas menggunakan asumsi setiap outcome memiliki peluang yang sama untuk terjadi.

Classical probablity menggunakan aturan dan hukum serta melibatkan exsperiment dan event.

Exsperiment adalah proses untuk menghasilkan outcomes Event adalah coutcome dari suatu experiment

P(E) =

��

N = Jumlah outcomes yang mungkin terjadi dari suatu experiment

n

e

= Jumlah outcomes dimana event terjadi dalam N outcomes

Probabilitas 0 ≤ P(E) ≤1

Relative frequency of occurrence

Metode Relative frequency of occurrence untuk penentuan probabilitas didasarkan pada akumulasi data historis

Probability

Frekuensi Relatif =

������ ����� �������

������ ����� ����� ������� ,

(5)

Contoh.

Suatu perusahaan ingin menentukan probabilitas yang akan

digunakan oleh bagian pengendalian kualitas untuk menolak

kiriman bahan baku dalam ukuran batch berkutnya dari supplier.

Data yang dikumpulkan dari catatan perusahaan menunjukkan

bahwa supplier telah mengirimkan ke perusahaan sebanyak 90

batch pada waktu yang lalu dan bagan pengendalilan telah

menolak 10 batch. Dengan menggunakan metode ini, maka

probabilitas bahwa bagan pengendalian akan menolak untuk batch

berikutnya adalah 10/90 (0.11). Jika batch berikutnya di tolak, the

relative frequency of occurrence probability untuk pengiriman

berikutnya akan menjadi 11/91 = 0.12

Jika seorang pemain telah melakukan pertandingan basket

sebanyak 310 dan berhasil memasukkan ke jaring sebanyak 85

bola, maka rata-rata probabilitas bola kejaring=85/310 =0.274

Subjective Probablity

(6)

4.3 Struktur Probabilitas

Experiment.

Ekspermen adalah proses menghasilkan outcomes. Experiment dapat berupa suatu aktivitas seperti melempar koin, pemilihan komponen dari departemen produksi, dan mengambil kartu.

Event.

Event adalah outcome dari suatu experiment.

Jika experimentnya adalah melempar 2 koin , maka eventnya adalah 2 events (dengan simbol huruf cil e1,e2, e3..,en).

Pada experiment melempar dadu, elementary eventnya adalah angka 1, angka 2, angka 3, …, angka 6. Angka ganjil merupakan event, tapi bukan merupakan elementary event.

(7)
(8)

Ruang sampel

Ruang sampel adalah semua elementary events yang mungkin

a) Ruang sampel untuk experiment pelemparan 1 koin adalah (H,T)

b) Ruang sampel untuk experiment pelemparan 2 koin adalah (H1H1, H1T1, H2T1, H2T2)

c) Ruang sampel untuk experiment pelemparan 1 dadu adalah (1,2,3,4,5,6)

Unions dan Intersections

Union dari X dan Y adalah X U Y

Jika X = (1,4,7,9) dan Y = (2,3,4,5,6) X U Y = (1,2,3,4,5,6,7,9)

(1,1) (2,1) (3,1) (4,1) (5,1) (6.1)

(1,2) (2,2) (3,2) (4,2) (5,2) (6.2)

(1,3) (2,3) (3,3) (4,3) (5,3) (6.3)

(1,4) (2,4) (3,4) (4,4) (5,4) (6.4)

(1,5) (2,5) (3,5) (4,5) (5,5) (6.5)

(1,6) (2,6) (3,6) (4,6) (5,6) (6.6)

(9)

Intersection dinyatakan X n Y

Union dari X dan Y adalah X n Y

Jika X = (1,4,7,9) dan Y = (2,3,4,5,6)

X n Y = (4)

X

Y

Mutually Exclusive Event.

Mutually excluisive events itu suatu kondisi dimana satu peristiwa terjadi menghalangi peristiwa yang lain dan sebaliknya (tidak mungkin terjadi secara bersama sama, sehingga tidak ada interseksi/irisan dalam himpunan). Contoh.

Melempar koin

Probabilitas the mutually exclusive events pada waktu yang sama adalah nol, sehingga notasinya:

P(XnY) = 0 atau P(XUY) = 0

Independent Events.

Ndependents events terjadi jika satu peristiwa terjadi atau (tidak terjadi) tidak menghalangi peristiwa lain untuk terjadi (atau tidak terjadi).

Contoh.

(10)

Banyak eksperimen yang menggunakan seleksi random menghasilkan independent atau dependent events.

Jika seorang ingn mengambil sampel secara random baut yang rusak dari sebuah kotak yang berisi baut rusak sebanyak 5%, maka probabilitas kerusakan pada pengambilan baut pertama adalah 5% dan jika baut pertama dikembalikan ke kotak, maka probabilitas tngkat kerusakan tetap 5%.

P(X I Y) =P(X) dan P(Y I X) =P(Y)

Probabilitas terjadinya peristwa X dengan syarat peristwa Y terjadi dan Probabilitas terjadinya peristwa Y dengan syarat peristwa X terjadi.

Independent Events.

Ndependents events terjadi jika satu peristiwa terjadi atau (tidak terjadi) tidak menghalangi peristiwa lain untuk terjadi (atau tidak terjadi).

Contoh.

Pelemparan koin atau dadu. Jika pada pelemparan pertama keluar angka 6, maka pada pelemparan kedua tidak menghalangi angka 6 untuk keluar lagi. Probabilitas angka 6 pada angka 6 tetap 1/6 berapapun pelemrana yang dilakukan.

Collectively Exhausted Events.

(11)

Contoh collectively exhaustive lists.

(1,1) (2,1) (3,1) (4,1) (5,1) (6.1)

(1,2) (2,2) (3,2) (4,2) (5,2) (6.2)

(1,3) (2,3) (3,3) (4,3) (5,3) (6.3)

(1,4) (2,4) (3,4) (4,4) (5,4) (6.4)

(1,5) (2,5) (3,5) (4,5) (5,5) (6.5)

(1,6) (2,6) (3,6) (4,6) (5,6) (6.6)

Complementary Events.

Komplemen event A (dengan simbol Ᾱ).

Semua elementary events dari suatu eksperimen yang bukan aggota A merupakan komplementary A.

Contoh.

Jika event A adalah memperoleh angka 5, maka komplementary A adalah 1,2,3,4,6.

P ( Ᾱ) = 1 – P(A)

(12)

4.4 Empat Jenis Probabilitas

Ada 4 jenis probabilitas:

1) Marginal probablity P(E) dihitung dengan membag antara subtotal dan

total. E adalah event. Contoh, probabilitas seseorang memiliki 1 mobil ford dihitung dengan membagi jumlah pemilik ford dan jumlah pemilik mobil. Probabilitas orang menggunakan kacamata dalah membagi jumlah orang berkacamata dan jumlah orang.

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya budidaya udang dilakukan pada kolam luar yang tergantung pada matahari dan komunitas alga untuk memproses limbah nitrogen dari udang dan untuk mensuplai oksigen ke

bandeng, kakap putih dan kerapu macan, juga telah berhasil dipijahkan dan diproduksi benihnya antara lain berbagai jenis kerapu kerapu lumpur (E. corallicola),

Pada penelitian ini memakai metode penelitian hukum normatif dengan dengan memanfaatkan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder

Artinya, pemahaman dan penerimaan yang kita lakukan terhadap budaya yang dimiliki oleh masyarakat lain yang memiliki budaya yang berbeda menjadi satu dasar dalam

Mencermati realitas empirik dari kehidupan seni pertunjukan Topeng di tengah masyarakat Indramayu dengan ekspresinya yang khas, maka aspek pelaku seni dan aspek

Tes KGS berbentuk tes objektif (pilihan ganda) mencakup ketiga materi percobaan, yaitu: 1) sintesis dan karakterisasi natrium tiosulfat pentahidrat, 2)

Tulisan ini bertujuan mengkaji struktur ketenagakerjaan di pedesaan yang dirinci atas aspek tenaga kerja, angkatan kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Metode

dan keluarga, (2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan keluarga, dan (3) Data dan informasi kependudukan dan