• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Siswa SMA Tentang Hiv/aids Di Smu Negeri I Wedi Klaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Siswa SMA Tentang Hiv/aids Di Smu Negeri I Wedi Klaten"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Handayani, Dosen STIKES Muhammadiyah Klaten Sri Handayani

ABSTRAK

HIV/AIDS menduduki peringkat perta di Indonesia terutama di propinsi DKI Jakarta. Kasus HIV/AIDS sebagian beasr terjadi pada umur 20-29 tahun. Upaya untuk menurunkan kejadi HIV/AIDS pada remaja membutuhkan penanganan yang terintegrasi dan menyeluruh. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap siswa SMA tentang HIV/AIDS di SMU Negeri I Wedi Klaten.

Metode penelitian ini dilakukan secra survey. Rancangan penelitian dsekriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMU N I Wedi Klaten. Teknik pengambilan sampel dengan stratified random sampling. Istrumen penelitian adalh kuesioner dan analisis data menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian sebagian responden (90,5%) mempunyai pengetahuan baik tentang HIV/AIDS. Sikap responden yang mendukung pencegahan HIV/AIDS sebagian besar (85,7%) adalah positif. Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap sisa SMU tentang HIV/AIDS

(2)

A. PENDAHULUAN

Acquired Immunodeficiency syndrom (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) (Djuanda, 2007). Penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit infeksi, bakteri, bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik atau keganasan seperti sarcoma berpori dan limfoa yang hanya menyerang otak.

Saat ini HIV/AIDS masih menjadi suatu fenomena, karena data yang muncul dipermukaan hanya sedikit, namun masih ada ksus-kasus yang belum terdata. Jumlah orang yang terinfeksi HIV terus meningkat pesat dan tersebar luasdiseluruh penjuru dunia. Kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS sampai tahun 2008 sebanyak 6277 pengidap HIV dan AIDS sebanyak 15136 serta 3197 orang telah meninggal (Ditjen PP dan PL Depkes RI, 2008).

Kasus HIV/AIDS menduduki peringkat pertama di Indonesia terutama di propinsi DKI Jakarta dan jawa tengah. Kasus HIV/AIDS sebagian besar terjadi pada umur 20-29 tahun (Ditjen PP dan PL Depkes RI, 2008). Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS, ibu pada bayinya, darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, pemakaian alat-alat yang tidak steril (Djuanda, 2007)

Upaya untuk menurunkan kejadian HIV/IDS diantar remaja membutuhkan penanganan yang terintegrasi dan menyeluruh. Beberapa kegiatan untuk mengurangi HIV/AIDS diantaranya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada anak sekolah dapat dilakukan dengan memasukkan materi kesehatan ke dalam kurikulum pembelajaran. Sekolah sebagai institusi pendidikan mempunyai kesempatan yang luas sebagi tempat penyebaran informasi sehingga dapat meningkatkan sikap para remaja berkaitan dengan pencegahan dan penularan HIV/AIDS (Rahayuwati, 2008)

Menurut penelitian Wigati (2007), bahwa pengethauan yang baik akan mendukung sikap remaja tentang HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan pengetahuan sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng atau lebih lama (Notoatmodjo, 2003)

Karena semakin baik pengetahuan semakin baik pula sikap remaja tentang HIV/AIDS. Menurut Notoatmodjo (2003), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap yang didasari oleh pengethaun akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian secara survey. Rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi terjangkau penelitian adalah siswa SMU Negeri I Wedi sebanyak 495 orang dan populasi target adalah siswa kelas II sejumlah 169 orang. Sampel diambil secara“stratified random

(3)

sampling”sebanyak 25% dari populasi kelas II yaitu 42 siswa yang terdiri dari kelas IPA 15 siswa dan kelas IPS 27 siswa.

Istrumen penelitian untuk mengukur pengetahuan berupa kuesioner tertutup dengan skala Guttman. Kuesioner untuk mengukur sikap dengan menggunakan skala likert.

Analisi data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) dengan uji chi-square

C. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian terhadap 42 responden diperoleh data bahwa 50% responden berusia 16 tahun, sebanyak 54,8% mengambil jurusan IPA dan 54,8% berjenis kelmain perempuan. Hasil penelitian tentang pengetahuan siswa SMA tentang HIV/AIDS menunjukkan lebih dari separuh (90,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS. Sikap responden tentang HIV/AIDS menunjukkan bahwa sebagian besar (85,7%) mempunyai sikap positif dalam pencegahan HIV/AIDS. Secara ringkas hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Remaja SM tentang HIV/AIDS Di SMA Negeri I Wedi

No Variabel F (%) 1 Umur 16 tahun 17 tahun Jumlah 21 21 42 50 50 100 2 Jurusan IPA IPS Jumalh 23 19 42 54,8 45,2 100 3 Jenis Kelamin Laki Perempuan Jumlah 23 19 42 54,8 45,2 100 4 Pengetahuan Baik Cukup Baik Kurang Baik Jumlah 38 3 1 42 90,5 7,1 2,4 100 5 Sikap Positif Negatif Jumlah 36 6 42 85,7 14,3 100

(4)

Distribusi hubungan anatra pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS menunjukkan bahwa siswa yang pengetahuannya baik mempunyai sikap positif (97,2%) lebih baik daripada siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik dan sikap negatif (16,7%). Hubungan pengetahuan dan sikap siswa SMU tentang HIV/AIDS dapat dilihat paa tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan dengan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMU N I Wedi Klaten

Pengetahuan

Sikap Total Nilai

P Positif Negatif F % F % F % Baik Cukup Baik Kurang Baik Total 35 1 0 36 97,2 2,8 0 100 3 2 1 6 50 33,3 16,7 100 38 7,1 1 42 90,5 7,1 2,4 100 0,001 D. PEMBAHASAN

Siswa SMU Negeri I Wedi Klaten mempunyai pengetahuan baik tentang HIV/AIDS. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif menjadi domain yang sangat penting dalam pembentukan sikap terhadap tindakan seseorang (overt behaviur) (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan responden tentang HIV/AIDS adalah kemampuan responden menjawab pertanyaan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Bila dilihat sikap, siswa SMU Negeri I Wedi mempunyai sikap yang positif tentang HIV/AIDS. Sikap merupakan perasaan mendukung dan perasaaan tidak mendukung (Azwar, 2005) sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulasi atau obyek (Notoatmodjo, 2003)

Wigati (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa yang baik akan mendukung sikap remaja yang baik tentang HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan sikap yang didasari oleh pengetahaun akan bersifat langgeng atau lebih lama (Notoatmodjo, 2003). Pendapat ini diperkuat oleh penelitian Sri Handayani (2003) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang PMS dengan sikap seksual remaja. Sikap akan mempengaruhi perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Selain sikap dan pengetahuan, perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, sosial ekonomi, fasilitas (sarana dan jarak pelayanan kesehatan), budaya dan sebagainya. Perilaku berkaitan dengan pengetahuan terhadap pencegahan HIV/AIDS, dengan meningkatnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat menimbulkan perilaku terhadap pencegahan HIV/AIDS sehingga akan mengakibatkan tindakan yang dilakukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Roger dalam Lia, 2008).

Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa dari 38 responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 35 responden (92,1%) mempunyai sikap positif..

(5)

berdasarkan uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan hasil hitung 13,990 dan tabel 5,99. Jadi nalai hitung > nilai tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang HIV/AIDS. Semakin baik pengetahuan semakin baik pula sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Penelitian ini sesuai dengan Kunhastuti (2003), bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Susilawati (2003) dan Prawita (2006), bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap HIV/AIDS.

Menurut Lawrence Green dalam Notatmodjo (2004) sikap ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor. Faktor predisposisi (Predisposing Factor) meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagai yang terdapat dalam individu maupun masyarakat. Faktor pendukung (Enabling Factor) meliputi lingkungan fisik seperti umur, status sosial, ekonomi, pendidikan, sumber daya atau potensi masyarakat. Faktor pendorong (Reinforcing Factor) meliputi sikap dan sikap orang lain. Misalnya : sikap orang tua, suami, tokoh masyarakat atau peugas kesehatan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Ada hubungan pengetahuan dan sikap siswa SMU tentang HIV/AUDS di SMU Negeri I Wedi Klaten

2. Saran

a. Bagi Remaja

Dalam mencari informasi tentang HIV/AIDS diharapkan remaja dapat lebih selektif baik melalui media cetak dan media elektronik.

b. Bagi institusi Pendidikan

1. Institusi hendaknya bekerjasama dengan instansi terkait atau tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai HIV/AIDS kepada remaja.

2. Memberikan masukan yang positif terhadap remaja sehingga remaja tidak bingung dalam mengaplikasikan informasi yang diperoleh tentang HIV/AIDS

3. Institusi diharapkan mampu memberikan kegiatan yang positif yang sesuai dengan kecenderungan responden agar perkembangan kepribadian respondennya dapat berkembang dengan baik

4. Informasi mengenai HIV/AIDS sebaiknya diberikan sejak dini, agar pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS menjadi lebih baik.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Edisi Revisi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

BKKBN. 2002. Satu Dari Lima Orang Indonesia Adalah Remaja. Available At http://www.kesrepro,info/krr/jun/2005/krr01.htm. Download At 7 Maret 2007 pukul 20 : 58 : 19

BKKBN. 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja. http://www.bkkbn.go.id. Download at 28 Februari 2007

Ditjen PP & PL. Statistik Kasus IDS di

Indonesia.http://www.spirita.or.id/stats/statCurr.pdf.download tanggal 5 Febrauri 2008 pukul 15 : 05 : 13

Djuanda. 2007. HIV/AIDS Pendekatan Biologis Molekuler. Klinis dan Sosial. Airlangga University Press. Surabaya.

Hurlock, E. IB. 2007. Psikologi Perkebangan. Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta

Imran, I. 1999. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta

Kunhastuti. 2003. Pengetahuan dan Sikap remaja Terhadap Pencegahan HIV/AIDS di Dusun Mranggen Tegal Sleman Tahun 2003. KTI. Yogyakarta

Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

________,2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta ; Jakarta

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawan Pada Pasien yang Terinfeksi HIV/AIDS. Salemba Medika, Jakarta

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Purwanto, 2002. Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta

Sarwono, SW. 2004. Psikologi Remaja. Raja Grafindo : Jakarta

Sarwono, SW. 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja.

http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9901/lap4.htm. Download at 2 Maret 2007

Susilowati. 2004. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pekerja seks Komersial terhadap HIV/AIDS di Pasar kembang Yogyakarta tahun 2004. Skripsi \, Yogyakarta

Wigati, 2007. Hubungan Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMA N I Sampang Cilacap. Skripsi, Klaten.

(7)

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Remaja SM tentang HIV/AIDS  Di SMA Negeri I Wedi
Tabel  4.5.  Distribusi  Frekuensi  Pengetahuan  dengan  Sikap  Remaja  tentang  HIV/AIDS di SMU N I Wedi Klaten

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media audio visual pada metode penugasan berjalan baik ini dapat dilihat dari hasil lembar observasi yang dilaksanakan oleh

Sitompul, Hamzah Nuzulul Fazri. Analisis Penggunaan Majas Hiperbola Pada Iklan Komersial di Televisi. Pembimbing Utama Drs. Rokhmat Basuki, M.Hum. dan Pembimbing

Pada pasal diatas telah diatur mengenai kewajiban kehadiran saksi yang diminta oleh tersangka atau terdakwa, namun terdapat kekosongan hukum Undang-Undang Nomor 20

Perpustakaan yang menjadi alamat terkonsentrasinya khazanah media pengetahuan sehingga pengetahuan dapat diabadikan dan dikomunikasikan melintasi batas ruang dan waktu,

Menindaklanjuti point 1 (satu) diatas, pelaksanaan pemberian penjelasan pada tanggal 15 Februari 2017 yang dilaksanakan bertepatan dengan hari libur nasional dalam hal

Jika ibu dan ayah berbeda penerimaan terhadap anak-anaknya, akan mendorong masalah yang serius bagi anak-anak yang merasa diperlakukan tidak adil atau dinomorduakan.. PESAN

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

memanfaatkan teknologi komunikasi dan seni penggerakan masyarakat serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi serta melakukan kerja sama secara lintas program