MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTO
MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTO
0.00 / 5 5 0.00 / 5 5 1 / 51 / 5 2 / 52 / 5 3 / 53 / 5 4 / 54 / 5 5 / 55 / 5 0
0 votes, votes, 0.000.00 avg. rating ( avg. rating (00% score)% score) Indikator-indik
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit ator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensussakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
harian rawat inap : 1.
1. BOR BOR ((Bed Occupancy RatioBed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat ti = Angka penggunaan tempat ti dur)dur) BOR menurut Huffman (1994) adalah “
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of the ratio of patient service days to inpatient bed count dayspatient service days to inpatient bed count days in a period
in a period under considerationunder consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalahadalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus :
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100% (jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100% (jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode) (jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)
2.
2. ALOS ALOS (( Average Le Average Length of Stangth of Stay y = Rata-rata lamanya pasien dirawat) = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Huffman (1994) adalah “
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient dischargedThe average hospitalization stay of inpatient discharged during the period
during the period under considerationunder consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapatdiagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antaraALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus :
Rumus :
(jumlah lama dirawat) (jumlah lama dirawat)
(jlh pasien keluar (hidup + mati)) (jlh pasien keluar (hidup + mati))
3.
3. TOI TOI ((Turn Over Interval Turn Over Interval = Tenggang perputaran) = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensiterisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1 -3 hari.-3 hari. Rumus :
Rumus :
((jumlah tempat tidur ×
((jumlah tempat tidur × Periode) −Periode) − Hari Perawatan) Hari Perawatan) (jlh pasien keluar (hidup + mati))
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
4.
4. BTO BTO ((Bed Turn Over Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Huffman (1994) adalah “
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of …the net effect of changed in occupancy rate and length ofchanged in occupancy rate and length of stay
periode, berapa kali tempat tidur
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satudipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.dipakai 40-50 kali. Rumus :
Rumus :
Jumlah pasien
Jumlah pasien dirawat (hidup + mdirawat (hidup + mati)ati) (jumlah tempat tidur)
(jumlah tempat tidur)
5.
5. NDR NDR ((Net Death RateNet Death Rate))
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiapsetelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus :
Rumus :
Jumlah pasien
Jumlah pasien mati > 48 jam mati > 48 jam × 100%× 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) (jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6.
6. GDR GDR ((Gross Death RateGross Death Rate))
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderitapenderita keluar.
keluar. Rumus : Rumus :
Jumlah pasien
Jumlah pasien mati seluruhnmati seluruhnya ya × 100%× 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) (jumlah pasien keluar (hidup + mati))
MENGHITUNG TENAGA PERAWAT MENGHITUNG TENAGA PERAWAT A.
A. Cara Cara rasiorasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yangsebagai denominator personal yang diperlukan.M
diperlukan.Metoda ini paling etoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanyahanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumahtidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhk
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan an dan sumber daya untuk prencanaan psumber daya untuk prencanaan personalersonal terbatas,jenis,tip
terbatas,jenis,tipe, dan volume e, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnyayang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor
digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan stand
ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :ar sebagai berikut :
Tipe RS
Tipe RS
TM/TT
TM/TT
TPP/TT
TPP/TT
TPNP/TT
TPNP/TT
TNM/TT
TNM/TT
A & B
A & B
1/(4-7)
1/(4-7)
(3-4)/2
(3-4)/2
1/3
1/3
1/1
1/1
C
C
1/9
1/9
1/1
1/1
1/5
1/5
¾
¾
D
D
1/15
1/15
1/2
1/2
1/6
1/6
2/3
2/3
Khusus
Khusus
Disesuiakan
Disesuiakan
Keterangan : Keterangan : TM = Tenaga Medis TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur TT = Tempat Tidur
periode, berapa kali tempat tidur
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satudipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.dipakai 40-50 kali. Rumus :
Rumus :
Jumlah pasien
Jumlah pasien dirawat (hidup + mdirawat (hidup + mati)ati) (jumlah tempat tidur)
(jumlah tempat tidur)
5.
5. NDR NDR ((Net Death RateNet Death Rate))
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiapsetelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus :
Rumus :
Jumlah pasien
Jumlah pasien mati > 48 jam mati > 48 jam × 100%× 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) (jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6.
6. GDR GDR ((Gross Death RateGross Death Rate))
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderitapenderita keluar.
keluar. Rumus : Rumus :
Jumlah pasien
Jumlah pasien mati seluruhnmati seluruhnya ya × 100%× 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) (jumlah pasien keluar (hidup + mati))
MENGHITUNG TENAGA PERAWAT MENGHITUNG TENAGA PERAWAT A.
A. Cara Cara rasiorasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yangsebagai denominator personal yang diperlukan.M
diperlukan.Metoda ini paling etoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanyahanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumahtidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhk
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan an dan sumber daya untuk prencanaan psumber daya untuk prencanaan personalersonal terbatas,jenis,tip
terbatas,jenis,tipe, dan volume e, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnyayang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor
digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan stand
ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :ar sebagai berikut :
Tipe RS
Tipe RS
TM/TT
TM/TT
TPP/TT
TPP/TT
TPNP/TT
TPNP/TT
TNM/TT
TNM/TT
A & B
A & B
1/(4-7)
1/(4-7)
(3-4)/2
(3-4)/2
1/3
1/3
1/1
1/1
C
C
1/9
1/9
1/1
1/1
1/5
1/5
¾
¾
D
D
1/15
1/15
1/2
1/2
1/6
1/6
2/3
2/3
Khusus
Khusus
Disesuiakan
Disesuiakan
Keterangan : Keterangan : TM = Tenaga Medis TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan TPP = Tenaga Para Medis Perawatan TPNP = tenaga para medis non perawatan TPNP = tenaga para medis non perawatan TNP = tenaga non medis
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat launlaun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan
dengan kondisi rumah sakit dan profesionalprofesional..
B.
B. Cara Cara DemandDemand Cara demand adalah
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyataperhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
dibutuhkan waktu sebagai berikut: 1.
1. untuk untuk kasus kasus gawat gawat darurat darurat : : 86,31 86,31 menitmenit 2.
2. untuk untuk kasus kasus mendesak mendesak : : 71,28 71,28 menitmenit 3.
3. untuk untuk kasus kasus tidak tidak mendesak mendesak : : 33,09 33,09 menitmenit Hasil penelitian di rumah sakit di
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkFilipina, menghasilkan data sebagai berikut:an data sebagai berikut:
No
No
Jenis pelayanan
Jenis pelayanan
Rata
Rata
–
–
rata jam perawatan /
rata jam perawatan /
hari
hari
1
1
Non
Non bedah
bedah
3,4
3,4
2
Bedah
2
Bedah
3,4
3,4
3
3
Campuran
Campuran bedah
bedah dan
dan non
non bedah
bedah
3,5
3,5
4
4
Pos
Pos partum
partum
3,0
3,0
5
5
Bayi
Bayi baru
baru lahir
lahir
2,5
2,5
Konversi kebutuh
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti an tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.pada perhitungan cara Need.
C.
C. Cara Cara GilliesGillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatanunit perawatan adalagh sebagai berikut:
adalagh sebagai berikut: Keterangan :
Keterangan : A = rata-rata
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hjumlah perawatan/pasien/hariari B = rata-rata jumlah pasien /hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari C= Jumlah hari/tahun
C= Jumlah hari/tahun D = Jumlah hari
D = Jumlah hari libur masing-masing perawatlibur masing-masing perawat E = jumlah jam
E = jumlah jam kerja masing-masing perawatkerja masing-masing perawat F = Jumlah jam
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahunperawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Prinsip perhitungan rumus Gillies
Prinsip perhitungan rumus Gillies::
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu: Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
a)
a) Perawatan Perawatan langsung, langsung, adalah padalah perawatan yerawatan yang diberikang diberikan oleh an oleh perawat yperawat yang ada ang ada hubunganhubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkatBerdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka
ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial
self care, partial care, total care dan intensive care. care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhanMenurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
self self care care dibutuhkan dibutuhkan ½ ½ x x 4 4 jam jam : : 2 2 jamjam
partial partial care care dibutuhkdibutuhkan an ¾ ¾ x x 4 4 jam jam : : 3 3 jamjam
Total Total care care dibutuhkdibutuhkan an 1- 1- 1½ 1½ x x 4 4 jam jam : : 4-6 4-6 jamjam
Intensive Intensive care care dibutuhkan dibutuhkan 2 2 x x 4 4 jam jam : : 8 8 jamjam
b)
b) Perawatan Perawatan tak tak langsunglangsung , , meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan,meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim,
memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatanmenulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies,
kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245)1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari,
= 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/= 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit
klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkJohn Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, an 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)1994) c)
c) Pendidikan kesehatanPendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindakyang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan
lanjut pengobatan. Menurut Mayer . Menurut Mayer dalam Gillies (1994), wakdalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untu yang dibutuhkan untuktuk pendidikanpendidikan
kesehatan
kesehatanialah 15 menit/ klien/ hari.ialah 15 menit/ klien/ hari. v
v Rata-rata klien per hari adalah jumlah kRata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdslien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-asarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed
ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:
o
o Jumlah
Jumlah hari
hari perawatan
perawatan rumah
rumah sakit da
sakit dalam
lam waktu
waktu tertentu
tertentu x 10
x 100%
0%
Jumlah tempat tertentu x 365Jumlah tempat tertentu x 365
Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hariJumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
1.
1. Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hariminggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari.
sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakanmerupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 harihari dan cuti tahunan = 12 hari.
dan cuti tahunan = 12 hari. 2.
2. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hariJumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari
maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jamper minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
perhari) 3.
3. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untukJumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)
antisiapasi kekurangan/ cadangan)
D.
D. Metoda Metoda Formulasi Formulasi NinaNina
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitunmenghitung kebutuhan tenaga.g kebutuhan tenaga. Contoh pengitungannya
Contoh pengitungannya::
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-ratatempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
tersebut adalah sbb:
Tahap ITahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari
hari
Tahap IITahap II
Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.hari. B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
Tahap IIITahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam
Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun. D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
Tahap V
Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
E. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
REFERENSI
Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit , Katiga Bina: Jakarta.
Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki: Yogyakarta
Perhitungan Tenaga Keperawatan
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem kesehatan suatu negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat. Ketenagaan membutuhkan masa persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan sumber daya yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk pemerataan pelayanan.
Dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan
tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya.
Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indicator keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya manusia yang cukup dengan kualitas yang tinggi professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan dirumah sakit, bahkan Huber (cit. Nurdjanah, 1999)melaporkan bahwa 70% tenaga kesehatan dirumah sakit adalah perawat.Sedang Gillies (1994) memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total anggaran digunakan untuk menggaji perawat.Kualitas asuhan keperawatan dapat dapat mencapai hasil ayng optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan penelitian WHO (1997),beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemikan fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan perawat. Hal ini disebabkan karena peran perawat belum didefinisikan dengan baik, dan perawt yang lain masih banyak yang tidak mementingkan absensi. Dengan tanpa dipungkiri lagi bahwa perawat merupakan kelompok terbesar di era rumah sakit sehingga baik buruknya pelayanan rumahsakit adlh merupakan citra dari kelompok perawat sebagai jasa pemberian pelayanan keperawatan.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit. (Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari fakta di atas menunjukan bahwa ketenagakerjaan merupakan indicator penting untuk keberhasialn suatu rumah sakit melakukan pelayanan pada msyarakat. Dari factor tersebut maka diambil rumusan masalah “Perhitungan Ketenagakerjaan Yang Efektif Dan Efisien.”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mengetahui perhitungan ketenagakerjaan yang efektif dan efisien
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang perhitungan tenaga perawatan yang ada di rumah sakit.
b) Mengetahui hakekat dan prinsip – prinsip dalam ketenagkerjaan
c) Mengetahui metode perhitungan dalam kepereawatan
d) Dengan adanya pre planning ini diharapkan agar menambah pengetahuan tentang pembagian tenaga perawat di sebuah unit di rumah sakit secara efektif dan efisien.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. HAKEKAT KETENAGAKERJAAN
Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengeturan, mobilisasi potensi, proses motivasi, dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu, or ganisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsaah yang dianut oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja. Misalnya, pandangan tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga keperawatan. Dari pandangan tersebut akan terbentuk pola ketenagakerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan.
B. PRINSIP
–
PRINSIP DALAM KETENAGAKERJAAN1. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
1. pendidikan dan pengalaman setiap staf
2. peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
3. mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
4. mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
5. mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
1. jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3. tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4. variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6. penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima tugas
2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya k urangnya pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan pengaruh dan power baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha ora ng lain
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini. Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan pendelegasian :
o meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan tepat, kerjakanlah
sendiri”.
o kurang percaya diri o takut dianggap malas o takut persaingan
o takut kehilangan kendali
o merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai definisi kerja
yang tidak jelas
o takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas o menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
o kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan dengan tugas yang
didelegasika
o kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
o kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang memiliki ketrampilan atau
pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan sebagian aspek dari suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :
jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
jangan takut salah
jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk sukses
kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka dapat melakukan tugas yang didelegasikan
perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan masalahnya
hindari kritik bila terjadi kesalahan
berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung gugat dan dukungan yang tersedia
berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan baik Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil tersebut
5. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7. tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. berikan dukungan
3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagi an dan perasaan lebih penting dari yang lain
- menumbuhkan rasa saling membantu
- menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan, pembakuan formulir yang berlaku.
4. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori kegiatan yang ada
2. memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya serta tujuan yang akan dicapai
4. mendelegasikan
Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
1. terperangkap dalam pekerjaan
2. menunda karena takut salah
3. tamu yang tidak terjadwal
4. telpon
5. rapat yang tidak produktif
6. peraturan “open door”
C. Perhitungan Tenaga Perawat.
Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal, sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan, fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan. 2. Rumusan perhitungan tenaga perawat
a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat .
Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift .
c. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri makanan dan minum dilakukan sendiri
ambulasi dengan pengawasan
observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift minimal dengan status psikologi stabil
perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
ambulasi dibantu
pengobatan dengan injeksi
klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
semua kebutuhan klien dibantu
perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
makan dan minum melalui selang lambung pengobatan intravena “perdrip”
dilakukan suction gelisah / disorientasi perawatan luka kompleks
D. Metode
–
metode Cara Perhitungan KetenagakerjaanTingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain yaitu
Metode Douglas
Metode Sistem Akuitas
Metode Gillies
Metode Swanburg
Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumlah
Pasien
Klasifikasi KLien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 3 = 0,51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 Orang
2) Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift • ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam
2. kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
3. kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam
4. kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam : 60 jam
- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
Masing2 tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial ( partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
· menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 meni t/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata- rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja ef ektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang denganketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,,
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang
4) Metode Swansburg
Contoh:
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari . Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan
6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
MenurutWarstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari• ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
DAFTAR PUSTAKA
DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby
-year book, Inc.
Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia :
WB Saunders.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management Functions in
Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
nurses. Canada : Jones and Barlett Publisher
Mukty--- Nurse---- Blog
Semoga bisa membantu dan bermanfaat, ku tulis yang bisa aku tulis
walapun hanya sedikit.
Sabtu, 20 Oktober 2012
PERENCANAAN
TENAGA KEPERAWATAN
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh
sistem pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi individu yang
memadai. Perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan ketenagaan yang baik
mempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode
pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Dalam menganalisis dan merencanakan
kebutuhan tenaga keperawatan, manajer keperawatan dapat mengacu ke pelbagai
pendekatan atau formula penghitungan kebutuhan tenaga perawat m enurut beberapa
ahli.
Perawat merupakan proporsi tenaga yang paling besar di rumah sakit,
diperkirakan sekitar 75 % dari jumlah seluruh tenaga kesehatan. Dengan dominanya
jumlah perawat ini maka diperlukan formula khusus untuk menentukan kebutuhanya.
Formula dikembangkan untuk memberikan kemudahan kepada manajer keperawatan
dalam melakukan penghitungan tenaga perawat dan bisa digunakan untuk
perbandingan
apakah tenaga perawat yang ada saat ini sudah cukup, kurang atau berlebih.
Terdapat beberapa formula perhitungan tenaga keperawatan di pelayanan antara
lain adalah formula Gillies (1982), formula P PNI, formula Douglas (1992), formula
Ilyas (1999), metode Rasio, dan formula Loveridge dan Cummings (1996)
1. Metode Gillies (1982)
Salah satu formula penghitungan tenaga keperawatan yang dikembangkan Gillies
(1982) adalah sebagai berikut :
( 365 C ) x jam kerja / hari
A x B x 365
Tenaga Perawat
−
=
Keterangan :
A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien.
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari libur
6
• Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24
jam
• Komponen B, adalah hasil perkali an BOR dengan jumlah tempat tidur. Contoh jika
BOR 76 %
dan jumlah tempat tidur 100 maka sensus harian adalah 76.
• Komponen C, jumlah hari libur resmi yang ditentukan oleh pemerintah dan jumlah hari
libur
karena cuti tahunan personel. Jumlah hari libur diIndonesia kira-kira 76 hari yang terdiri
dari
52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur nasional. Disamping itu perlu juga
diperhitungkan
hari libur lain yaitu secara alamiah menjadi hak biologis wanita yaitu cuti hamil kurang
lebih
selama 3 bulan.
• Jam kerja perhari 6 jam perhari
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 120 jam seperti pada tabel,
BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah
sakit tersebut :
Tabel 1.1 rata-rata perawatn selama 24 jam
NO Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata jam
perawatan
pasien/hari
Jumlah jam
perawatan
/hari
1 Pasien bedah 10 4 40
2 Pasien anak 5 6 30
Jumlah 25 120
Jawab :
( 365 76 ) x 6
120 x (70/100 x 100) x 365
Tenaga Perawat
−
=
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan menurut formula gillis adalah :
7
2. Metode Lokakarya PPNI
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan
mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung
dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per
minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di
Indonesia:
125%
41 mg x 40 jam
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )
Tenaga Perawat = x
Keterangan :
TP = Tenaga perawat
A = Jumlah jam perawatan / 24 jam
41 Mg = 365 - 52 (Hr Ming.) - 12 hr libur - 12 hr cuti = 289 / 7
• Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24
jam
• BOR, adalah prosentase rata -rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode
tertentu
(satu semester/satu tahun)
• Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai berikut :
= (365 –(52 hr minggu+12 hari libur nasional+ 12 cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/mg
= 41 minggu
• Komponen 125 %, yaitu tin gkat produktivitas diasumsikan hanya 75 % sehingga dikali
125 %.
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 40 jam seperti pada tabel, B OR
rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakit
tersebut :
Tabel 1.2 rata-rata perawatn selama 24 jam
NO Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata jam
perawatan
pasien/hari
Jumlah jam
perawatan
/hari
1 Pasien bedah 10 4 40
8
Jawab :
125%
41 mg x 40 jam
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )
Tenaga Perawat = x =
125%
41 mg x 40 jam
( 40 x 52 mg ) x 7 Hr ( 100 x 0,7 )
Tenaga Perawat = x =
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan menurut formula PPNI adalah = 776
3. Metode Ilyas
Metode ini dikembangakan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Rumus dasar
dari formula ini adalah sebagai berikut :
(255 x jam kerja / hari)
A x B x 365
Tenaga Perawat =
Keterangan:
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadual kerja perawat dirumah
sakit
yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat mendapat libur satu
hari
setelah jadual jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari pertama perawat masuk pagi,
hari kedua
siang, hari ketiga malam dan hari keempat perawat mendapat libur satu hari
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 6 j am, BOR rata-rata 70 %,
jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakit tersebut :
Jawab :
(255 x jam kerja / hari)
A x B x 365
Tenaga Perawat =
(255 x 6 )
6 x (100 x 0,7) x 365
Tenaga Perawat =
= 100 orang
9
4. Douglas (1992)
Douglas (1992), mengklasifikasi derajat ketergantungan klien menjadi tiga kategori,
yaitu :
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
b. Perawatan parsial, memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Klien dengan kateter urine, intake dan out put dicatat
5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
c. Perawatan total, memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Semua keperluan pasien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3) Makan melalui NGT, terapi intra vena
4) Dilakukan pengisapan lendir
5) Gelisah/disorientasi
Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada
pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel
2.1 berikut :
10
Tabel 2.1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu ruang rawat
Jumlah
Klien
Klasifikasi klien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
Sumber : Douglas (1984) dalam Sitorus (2006)
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien
dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlah
perawat yang dibutuhkan:
a. Dinas pagi :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0.27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,90 6 orang
b. Dinas siang
3 x 0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.10
5 x 0,30 = 1,50
Jumlah 4,02 4 orang
c. Dinas malam
3 x 0,10 = 0,30
14 x 0.07 = 0,98
5 x 0,20 = 1,00
Jumlah 2,26 2 orang
11
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total j umlah kebutuhan perawat
untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang. Penetapan jumlah perawat
dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan
selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari.
Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah dan
variasi pasien di ruang rawat tersebut. Kepala ruangan mengalokasikan setiap
pasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut.
Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.
5. Metode rasio
Metode rasio adalah metode yang didasarkan pada SK Menkes Nomor:
262/Menkes/Per/VI/79), sebagaimana pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Rasio Tempat Tidur dan Personel Rumah Sakit
Tipe RS TM/TT TPP/TT TNP/TT TnonP/TT
A dan B 1 /(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 ¾
D 1/15 1/2 1/6 2/3
E Disesuaikan
TM : Tenaga medis,
TPP : tenaga paramedis perawatan,
TNP : Tenaga non paramedis,
TnonP : Tenaga non paramedis perawatan,
TT : Tempat tidur
Sumber : Sitorus (2006)
12
6. Loveridge dan Cummings (1996)
Loveridge dan Cummings (1996), mengklasifikasi klien berdasarkan pada tingkat
keseriusan kondisi klien yang dirawat di rumah sakit yaitu :
a. Sistem klasifikasi pasien (patient classification system)
Tabel 2.2 Sistem akuitas dengan evaluasi prototipe Generik
No Kategori Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
1 Pengkajian 1. Tanda vital
setiap shift
2. Pasien
mandiri
1. Tanda vital setiap 6
jam
1. Tanda vital setiap 4
jam observasi
2. Tanda neurologi setiap
2 4 jam
3. Terdapat 1 2 selang
1. Tanda vital setiap 2 jam
2. Terdapat lebih dari 3
selang
2 Mobilisasi Ambulasi
sendiri
Ambulasi atau duduk
di kursi dengan
dibantu oleh satu
orang
Ambulasi atau duduk di
kursi dengan dibantu
oleh 2 orang
Ambulasi atau duduk di
kursi dengan dibantu oleh
3 orang
3 Kebersihan
diri dan
eliminasi
Mandiri 1. Menggunakan
psipot dengan
dibantu oleh satu
orang
2. Mandi dibantu
3. Kateter urine
1. Menggunakan pispot,
dibantu oleh 2 orang
2. Dimandikan di tempat
tidur
3. Ganti sprei oleh 2
orang
1. Inkontinensia
2. Diandikan di tempat tidur
3. Mengganti sprei beberapa
kali tiap shift
4 Diet Makan
sendiri
Mengatur posisi unuk
makan dengan
dibantu oleh satu
orang
makan dibantu oleh 2
orang
2. Makan dibantu
Menggunakan NGT
5 Obatobatan
Obat 1 -2
macam tiap
shift
1. Obat 3 – 5 macam
tiap shift
2. Obat intra vena 1
macam
1. Obat 6 – 7 macam tiap
shift
2. Obat IV dua macam
tiap shift
3. Transfusi darah 1 unit
1. Obat 8 macam tiap shift
2. Mendapat heparin tiap
infus
3. Obat IV 3 macam tiap
shift
6 Pendidikan
kesehatan
dan emosi
1. Waspada
(alert)
2. Pendidikan
kesehatan
sederhana
1. Cemas ringan
2. Penguatan
pendidikan
kesehatan
3. Interaksi dengan
keluarga beberapa
kali
1. Disorientasi
2. Hambatan dalam
bahasa
3. Interaksi dengan
keluarga sering
4. Pendidikan kesehatan
untuk pulang
1. Memerlukan perhatian
terus menerus
2. Hambatan dalam bahasa
3. Pendidikan kesehatan
tentang prosedur
kompleks
4. Interaksi dengan keluarga
yang intensif
7 Lain-lain Tidak ada Pelaksanaan prosedur
sederhana
1. Mengosongkan
kantung kolostomi
2. Pelaksanaan prosedur
oleh 2 orang
1. Irigasi kolostomi
2. Suction tiap 2 jam
Sumber : Sitorus (2006)
b. Sistem akuitas (acuity system)
1) Evaluasi prototipe, pasien dikelompokkan ke dalam kelas yang ditetapkan
berdasarkan indikator kritis, data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2.
Setiap kelas memerlukan waktu pemberian asuhan keperawatan yang berbeda
yaitu : a) Kelas I 2 jam/24 jam, b) Kelas II 3 jam/24 jam, c) Kelas III 4,5
jam/24 jam dan d) Kelas IV 6 jam/24 jam. Dalam satu hari, perawat terbagi
13
menjadi tiga shift dimana setiap shiftnya memerlukan 35 % untuk shift pagi,
35 % untuk shift sore dan 30 % untuk shift malam.
2) Evaluasi faktor : pasien dikelompokkan berdasarkan jumlah nilai yang
didapat berdasarkan indikator kritis atau unit nilai relatif (RVUs) dengan
pembagian :
a) Kelas I : 0 -10 point,
b) Kelas II 11 – 25 point,
c) Kelas III 26 – 40 ponit,
d) Kelas IV lebih dari 41 point
14
7. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit
Kebutuhan tenaga kerja keperawatan perlu memperhatikan unit kerja yang ada
dirumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit
sebagai berikut :
a. Rawat inap dewasa
b. Rawat inap anak / perinatal
c. Rawat inap intensif
d. Ruang gawat darurat
e. Kamar bersalin
f. Kamar operasi
g. Rawat jalan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan adalah
sebagai berikut :
1) Berdasarkan klasifikasi pasien
Cara perhitungannya didasarkan pada :
- Tingkat ketergantungan pasien
- Rata-rata pasien perhari
- Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien
- Jam kerja efektif setiap perawat/7 jam /hari
Rumus =
jam perawatan
tenaga kep.R. Rawat Inap =
+ Loss day + Tugas non kep.
Jam kerja efektif per shif
15
Tabel 1.1 Contoh perhitungan dalam ruang
NO Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata
jam
perawatan
pasien/hari
Jumlah jam
perawatan
/hari
1 Pasien bedah 10 4 40
2 Pasien anak 5 6 30
3 Pasien penyakit dalam 15 5 75
Jumlah 30 145
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan
=
145
=
Jam kerja efektif pershif 7 21
Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah (faktor koreksi) yaitu hari
libur/cuti/hari besar (loss day) :
Jml mg dlm 1 tahun + cuti+hari besar
X
Jumlah perawat yang ada
Jumlah hari kerja efektif setahun =
52 + 12 + 14
X
21
=
286 6
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat
makan pasien, dan lainnya diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + Loss day
X
25
=
100
21 + 6
X
25
=
100 7
Jadi tenaga yang diperlukan adalah :
Tenaga yang ada + faktor koreksi + tugas non keperawatan =
21 + 6 + 7 = 34 orang perawat
16
b. Kamar Operasi
Dikamar operasi menggunakan dasar perhitungan sebagai berikut :
1) Jumlah jenis operasi
2) Jumlah kamar operasi
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja.
4) Tugas perawat dikamar operasi (instrumentator, perawat sirkulasi = 2 orang
/tim)
5) Ketergantungan pasien
- Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi
- Operasi sedang : 2 jam / 1 operasi
- Operasi kecil : 1 jam / 1 operasi
( jam perawatan /hari X operasi) X perawat dalam tim
=
Jam kerja efektif / hari
Contoh kasus :
Dalam suatu rumah sakit terdapat 25 operasi /hari, dengan perincian :
- Operasi besar 6 orang
- Operasi sedang 10 orang
- Operasi kecil 9 orang
Berapa kebutuhan tenaga perawat di ruang ini :
Jawab :
(6 x 5) +(10 x 2) + (9x1) X 2
= 18
7 jam
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dikamar operasi adalah 18
orang
17
c. Diruang Gawat darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah :
1) Rata-rata jumlah pasien / hari
2) Jumlah jam perawatan / hari
3) Jam efektif perawat / hari
4) Ketergantungan pasien,Gawat darurat, Mendesak , dan tidak mendesak :
Rumus :
D X 365
TP:
255 X Jam kerja/hari
Keterangan:
TP = Tenaga perawat
D = Jam keperawatan
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadual kerja perawat
dirumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat
mendapat libur satu hari setelah jadual jaga m alam. Uraiannya sebagai berikut hari
pertama perawat masuk pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam dan hari keempat
perawat mendapat libur satu hari
Jam kerja/hari = 6 jam/hari
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 01.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
cara perhitungan tenaga perawat
cara perhitungan tenaga perawat
Langkah-langkah untuk perhitungan tenaga keperawatan
1. Tentukan terlebih dahulu rata-rata jumlah pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya a. Asuhan Keperawatan Langsung (Gillies)
* Self care = ¼ x 4 = 1 jam * Partial care = ¾ x 4 = 3 jam * Total care = (1-1,5) x 4 = 4-6 jam * Intensive = 2 x 4 = 8 jam
b. Asuhan tidak langsung (dokumentasi, dll) = Wolf e&Young = 60 menit/klien/hari c. Pendidikan Kesehatan : 15 menit/hari/klien = 0,25 jam
2. Tentukan rata-rata jumlah pasien perhari = BOR x Tempat Tidur
Hal ini bisa secara langsung pula dilihat dari jumlah p asien berdasarkan hal yang no 1, jadi tidak perlu repot-repot menghitung kembali rata-rata jumlah pasien
Menghitung BOR, AvLOS, TOI, dan BTO
Akhirnya, ilmu yang saya pelajari ketika masih kuliah dengan Pak Sis Wuryanto
(padahal durung lulus) dipake juga ketika bikin Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit di RSUD Sekarwangi, SUkabumi.
Yaitu salah satu ilmu dasar rekam medis : menghitung BOR, AvLOS, TOI, dan BTO!
Angka-angka ini merupakan dasar dalam pembuatan Grafik Barber Johnson. Untuk
pembuatan grafik Barber Johnson pernah saya bahas pada waktu jaman dahulu, tapi
artikelnya sudah ilang. Kapan-kapan klo sempet akan saya bahas lagi berikut script
untuk membuatnya, OC DAB!
Sebelumnya saya segarkan ingatan Anda (bagi lulusan Rekmed yg udah lupa) atau
saya kasih tau (bagi yang belum tahu) tentang ke empat variabel tersebut :
BOR : Bed Occupacion Rate (Angka rata-rata tempat tidur terisi dalam satu tahun)
Tempat tidur yang dimaksud adalah tempat tidur di ruang rawat inap.
Angka BOR ideal berkisar antara 75% - 85%
P = O X 100/A
AvLOS : Average Length of Stay (Angka rata-rata lamanya seorang pasien dirawat)
Angka AvLos ideal : 3 - 12 hari
L = O X 365/D
TOI : Turn Over Interval (Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi)
TOI ideal : 1 - 3 hari
T = (A-O) X 365/D
BTO : Bed Turn Over (Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun)
BTO ideal : lebih dari 30 kali
B = D/A
Keterangan :
O = rata-rata tempat tidur terisi dalam 1 tahun
D = Jumlah pasien yang keluar dalam 1 tahun
A = Jumlah tempat tidur
Masih bingung?sama, saya pun bertanya-tanya, bagaimana memperoleh nilai O, D, dan
A.
Secara umum, variabel-variabel tersebut dapat Anda peroleh jika perawat Rumah Sakit
Anda melaksanakan Sensus Rawat Inap dengan baik dan benar, kemudian bagian
Rekam Medis merekapnya.
Cara mendapatkan nilai O :
Lakukan sensus harian dulu kemudian akan mendapatkan angka lama dirawat per hari.
lama dirawat = pasien awal+pasien masuk+pasien pindahan-pasien dipindahkan-pasien
keluar hidup-pasien keluar mati
jumlahkan lama dirawat tersebut selama satu tahun.
O = total lama dirawat/365
Cara mendapatkan nilai D :
D = pasien dipindahkan+pasien keluar hidup+pasien keluar mati
Cara mendapatkan nilai A :
Masuk ke ruang-ruang rawat inap, hitung sendiri jumlah tempat tidur yang ada! Klo
males, silakan tilpun perawat masing-masing bangsal…
Jika masih ada yg salah, mohon dikoreksi, tp j ika masih bingung, itu adalah kehendak
Yang Maha Kuasa, jadi…, disyukuri saja.
NB : Angka 365 merupakan jumlah hari dalam tahun tersebut
125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak k e arah tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh p erawat Indonesia masih 75%.
Contoh :
Hasil analisis selama 6 bulan Pada ruangan dengan kategori medikal bedah didapatkan rata-rata pasien yang dirawat : Self care 5 orang, partial care 10 orang dan total care 5 orang
Jawaban:
Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien (TT x BOR) = 20 orang, dan langkah selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan :
Self Care = (5 x 1 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25 jam) = 11,25 jam Partial Care = (10 x 3 jam) + (10 x 1 jam) + (10 x 0,25 jam) = 42,5 jam Total Care = (5 x 6 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25) = 36,25 jam
Total Jam asuhan = 11,25 + 42,5 + 36,25 = 90 jam/20 pasien Rata-rata jam asuhan = 4,5 jam
Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalah TP=((4,5 x52x7x20)/(1640 jam) ) x 125% = 24,9 orang perawat Dibulatkan menjadi 25 orang perawat pelaksana
Catatan : Jumlah Perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pelayanan tetapi te rdapat aspek lain yang sangat berperan yaitu KOMITMEN PERAWAT dalam m elaksanakan Asuhan.
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 01.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi: