• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Agama Toleransi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Agama Toleransi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN AG

AGAMA

AMA

PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI

PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI

BUDAYA YANG BERAGAM

BUDAYA YANG BERAGAM

TOLERANSI BERAGAMA DALAM PEMBERIAN

TOLERANSI BERAGAMA DALAM PEMBERIAN

PELAYANAN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH :

PUTRI

PUTRI KEMALA DESTA

KEMALA DESTARI

RI

TINGKAT 1 REGULER B

TINGKAT 1 REGULER B

DOSEN : Dra. Hj. Nyimas Nenen S!

DOSEN : Dra. Hj. Nyimas Nenen S! M.Kes

M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK "#1"$"#1%

TAHUN AKADEMIK "#1"$"#1%

(2)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, atas berkah, rahmat, petunjuk da n hi da ya hn ya seh in gg a saya da pa t me ny elesaika n ma ka lah

ini tepat pada waktuy ang ditetapk an. Makalah dengan judul “ Pemberian Pelayanan Kesehatan melalui Budaya yang Beragam dan Toleransi Beragama dalam Pemberian Layanan Kesehatan.

!i da la m ma ka la h in i sa ya me mb ah as men ge na i pe ng ar uh " pe ng aruh so#i al bu da ya te rha da p pe mb er ian pe la ya nan ke seha tan serta

mem bah as me nge nai tol era nsi aga ma ter had ap pem ber ian pra kti k kebidanan maupun praktik kesehatan dalam kehidup an manusia.

$ay a me ng ak ui ma sih ban ya kn ya ke ku ran gan di da lam makalah ini sehingg adiperlu kanny a pen#arian data lebih dalam de ng an su mb er in %o rm as i ya ng le bi h lengkap agar hasil yang didapat dapat dikatakan sempurna.&leh karena itu, penulis u#apkan terimakasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing mata kuliah Pen didikan Agama, 'bu !ra. (j. )yimas )eneng $, M.Kes yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat selesai disusun. $emoga saja makalah ini dapat berman%aat bagi kita semua.

(3)

DA&TAR ISI

DA&TAR ISI

Ka'a

Ka'a Penan'arPenan'ar...i....i

Da('ar Da('ar Isi...Isi...iiii BAB BAB I I PENDAHULUPENDAHULUAN...AN...1...1

*.* Latar Belakang...* *.+ umusan Masalah...+ *.- Tujuan Makalah...+ BAB BAB II II PEMBAHASANPEMBAHASAN...%...% +.* P)/A0( B0!A1A T(A!AP PLA1A)A) K$(ATA)...-+.*.* Kebudayaan...-+.*.+ Pelayanan Kesehatan...-+.*.-Mata rantai antara kebudayaan dan kesehatan...2

+.*.3 Lingkup $istem Pelayanan Kesehatan...4

+.*.5 Kebudayaan dan Perubahannya...4

+.*.6 Kebudayaan dan $istem Pelayanan Kesehatan...*7

+.*.2 Pengaruh $osial Budaya Terhadap Pelayanan Kesehatan...** +.+ T&LA)$' !ALAM PAKT'K KB'!A)A)...*+ +.+.* Pengertian Konsep Agama...*+ +.+.+ Pola (ubungan antara Agam a dan Kesehatan.. ...*+ +.+.- Aspek Agama dalam Kesehatan...*-+.+.3 Aspek Kesehatan dalam Agama...*5

+.+.5 8ungsi Agama bagi Kesehatan...*6

+.+.6 Kebutuhan Akan Toleransi Beragama...*2

BAB BAB III III PENUTUP...PENUTUP...1)...1)

-.* Kesimpulan...*9

-.+ $aran...*9 DA&T

(4)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 La'aLa'ar Ber Be*a+an*a+an

$eiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal

perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyaraka t memberikan peranan pentin g dalam men#apai derajat kesehatan yang setinggi"ti ngginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses ber%ikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positi%

maupun negati%.

(ubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,sebagai salah satu #ontoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan #ara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

(5)

*.+ umusan Masalah

*. Apakah so#ial budaya berpengaruh bagi pelayanan kesehatan : +. Apakah pengertian kebudayaan serta pelayanan kesehatan : -. Bagaimana toleransi terhadap praktik kebidanan :

3. Apakah konsep agama serta bagaimana pola hubungan antara aga ma dan kesehatan :

5. Bagaimana %ungsi agama terhadap kesehatan :

*.- Tujuan

*. 0ntuk mengetahui pengaruh so#ial budaya bagi pelayanan kesehatan +. 0ntuk mengetahui pengertian kebudayaan serta pelayanan kesehatan -. 0ntuk mengetahui toleransi terhadap praktik kebidanan

3. 0ntuk mengetahui konsep agama sert a bagaimana pola hub ungan antara

agama dan kesehatan

5. 0ntuk mengetahui %ungsi agama terhadap kesehatan

BAB II

BAB II

(6)

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN

".1 Pener'ian Ke,-ayaan ".1 Pener'ian Ke,-ayaan

$ebagian orang menjelaskan bahwa kebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok indi;idu yang dipelajari se#ara turun temurun,tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi olelh suatu batasan tertentu yang sempit,

tetapi mempunyai struktur"struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.

"." Ma'a ran'ai an'ara +e,-ayaan an +ese/a'an "." Ma'a ran'ai an'ara +e,-ayaan an +ese/a'an

!idalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup sku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat.

!ari sudut pandang modern ,tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kbiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan #ontoh yang baik kebiasaan yang bertujuan

melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu"ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. !ia berusaha menyusukan bayinya dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi <biasanya demikian= bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang in%eksi.

".% Pe*ayanan

(7)

Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit"penyakit yang berat dan %atal. Masih banyak masyarakat yang tidak

mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. 'ni dapat dilihat dari sikap merka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap oang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat men#egah penularan dari penyakit"penyakit in%eksi seperti #a#ar dan TB>.

Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal"hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan se#ara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah %ator ilmiah. 'ni dapat merupakan sumber kon%lik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawana denganpemikiran se#ara medis.

!idalam masyarakat industri modern iatrogeni# disease merupakan problema. Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, pada hal rumah

sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman"kuman yang telah resisten terhadp anti biotika.

".0 Ke,-ayaan an

".0 Ke,-ayaan an Per-,a/annyPer-,a/annyaa

Tentu saja kebudayaan itu tidak statis , ke#uali mungkin pada masyarakt pedalaman yang terpen#il . (ubungan antara kebudayaan dan kesehatan biasanya

dipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana #ara"#ara hidup mereka tidak berubah selama beberapa generasi, walaupun mereka merupakan sumber data"

data bilogis yang penting dan model antropologi yang berguna , lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana mengubah kebudayaan mereka itu.

Pada )egara dunia ke - laju perke mbangan ini #ukup #epat, denga n berkembangnyasuatu masyarakat perkotaan dari masyarakat pedesaan. 'de"ide

tradisional yang turun temurun, sekarang telah di modi%ikasi dengan pengalaman" pengalaman dan ilmu pengetahuan baru. $ikap terhadap penyakit pun banyak

(8)

mengalami perubahan. Kaum muda dari pedesaan meninggalkan lingkungan mereka menuju kekota. Akibatnya tradisi budaya lama di desa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di kontrol dengan tekhnologi, setiap indi;idu didalamnya adalah subjek dari pada tuntutan ini, tergantung darikemampuannya unuk beradaptasi.

(ubungan yang selaras antara %aktor budaya dan biologis, yang mungkin berkembang sebagai hasil dari %aktornlingkungan, dapat dilukiskan dengan #ntoh" #ontoh dari Papua )ugini dan )igeria.pigbel sejenis penyakit berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman #lodistrium per%ringens type >. Penduduk papua )ugini yang tinggal didaratan tinggi biasany a sedikit makan daging oleh sebab itu, #enderung untuk menderita kekurangan en?im protetase dalam usus.

Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat masaknya tidak #ukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga kuman #lostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok mereka adalah kentang, mengandung tripsin

inhibitor, oleh sebab itu ra#un dari kuman yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga dihasilkan oleh #a#ing as#aris yang

banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman dapat juga berkembang dalam daging yang kurang di#ernakan, dan se#ara bebas mengeluarkan ra#unnya.

!ari beberapa %aktor budaya diatas,masing"masing %aktor berhubun gan satu sama lain nya. @anita" wanita (ausa yang tinggal di sekitar aria )igeria utara, se#ara tradisi memakan garam kurang selama priode ni%as, untuk meningkatkan produksi air susunya. Merka juga menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit.leh sebab itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang selama 37 hari setelah melahirkan. !iet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab timbulnya kegagalan jantung. 8aktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah %aktor pen#etus terjadinya kegagalan jantung.

(9)

Problema dalam menganalisa perubahan kebudayaan apakah meberikan dampak yang sangat besar sulit diukur, sebagai #ontoh kenaikan tekanan darah pada para penduduk yang berimigrasi ke kota. Kenyataan ini tidak dapat di pungkiri .tetapi apakah penyebabnya : kebudayaan:, lingkungan: Atau biologis:

Masih merupakan tanda Tanya.

Bila mana budaya itu berubah suatu adaptasi yang sukses tidak hanya tergantng pada $etiap masyarakat %aktor lingkungan dan biologis. Kemampuan untuk memodi%ikasi beberapa segi budaya juga penting.

". Ke,-ayaan an

". Ke,-ayaan an sis'em 2e*ayanan +ese/a'an.sis'em 2e*ayanan +ese/a'an.

Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru di perkenalkan kedalam suatumasyarakat dimana %aktor"%aktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan memilih #ara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih #ara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan keper#ayaan dan harapan pokokmereka lambat laun akann sadar apakah pengobatan baru tersebut ber%aedah , sama sekali tidak berguna, atau lambat

memberi pegaruh. )amun mereka lebih menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka #ara baru itu akan

dipergunakan se#ara sangat terbatas, atau untuk kasus"kasus tertentu saja.

Pelayanan kesehatan yang moderen oleh sebab itu harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan sia"sia jika ingin memaksakan sekaligus #ara" #ara moderen dan menyapu semua #ara"#ara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa asing dengna penduduk

setempat. ini tidak aan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada diantara mereka. !engan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin

lebar. $etiap masyarakat mempunyai #ara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan ksehatan masing"masing. $edikit usaha untuk mempelajari

(10)

kebudayaan mereka akan mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak mereka terima.

Pemuka"pemuka didalam masyarakat itu harus di yakinkan sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa #ara"#ara baru tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberika

man%aat yang lebih besar.pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan #ara"#ara menyakitkan seperti mengiris"iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan memberikan pil untuk diminum. (al

tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan ber%ikir dan menerima.

".3 Penar-/ S4sia* B-aya Ter/aa2 Pe*ayanan Kese/a'an ".3 Penar-/ S4sia* B-aya Ter/aa2 Pe*ayanan Kese/a'an

(ubungan antara %aktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu in%ormasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut.

Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan in%ormasi yang rin#i tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat. Ada banyak #ara yang bisa dilakukan ,mulai dari perkenalan program kerja, menghubungi tokoh"tokoh masyarakat maupun

melakukan pendekatan se#ara personal.

TOLERANSI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN TOLERANSI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

(11)

".5 Pener'ian K4nse2 ".5 Pener'ian K4nse2 AamaAama

$eperti halnya konsep masyarakat, konsep agama pun mengandung dua

makna, yaitu makna statik dan makna dinamik. Makna statik diorientasikan untuk menunjuk religi sebagai system so#ial agama se#ara %ormal, misalnya 'slam, Kristen, Katholik, (indu, dan Budha. $edangkan makna dinamik yaitu si%at atau semangat keagamaan. Aspek dinamis ini selain bersi%at subjekti% <personal= sesuai dengan pengalaman keagamaan dan penghayatannya masing"masing, juga selamanya tidak terkait dengan agamanya se#ara %ormal. Konsep dinamis ini disebut pula dengan istilah religiusitas dan spiritualitas.

)ilai dinamisnya sikap keagamaan ini telah dinyatakan oleh asullulah

Muhammad $A@. !alam masalah ini, beliau mengatakan bahwa keimanan seseorang mengalami pasang naik dan pasang surut, yazid wa yanqush. (al ini menunjukkan bahwa ada si%at dinamis dalam keberagaman seseorang.

Kaitannya dengan konsep dinamis ini, penghayatan terhadap nilai agama telah diakui oleh beberapa ilmuwan, bahwa agama memiliki e%ek yang luas dan mendalam terhadap kesehatan manusia, baik yang bersi%at %isik, emosi, spiritual , maupun so#ial.

".6 P4*a H-,-nan an'ara Aama an Kese/a'an ".6 P4*a H-,-nan an'ara Aama an Kese/a'an

".6.1 Sa*in ,er*a7anan ".6.1 Sa*in ,er*a7anan

Agama dan kesehatan potensial mun#ul sebagai dua bidang kehidupan yang saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut masih menjadi wa#ana prokontra. !alam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianjurkan dalam bidang kesehatan, tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam agama. Misalnya mengenai terapi urine <khususnya 'slam=, pengobatan dengan hal yang memabukkan atau pen#egahan ('CA'!$ melaui kondom.

!alam konteks ini, urine menurut ajaran 'slam adalah sesuatu yang najis. &leh karena itu, terapi kesehatan dengan menggunakan urine sesungguhnya

(12)

merupakan sesuatu hal yang bertentangan. Begitu pula pengobatan dengan barang atau benda"benda lainnyayang diharamkan, misalnya al#ohol.

Promosi tentang penggunaan kondom untuk menghindari diri dari sebaran ('CA'!$ merupakan suatu program yang memiliki irisan moral dengan agama. Program ini diapresiasikan oleh kalangan agama, sebagai kebijakan yang membuka peluan perilaku pergaulan bebas atau se#ara impli#it kebijakan itu seakan berbunyi “bolehkan %ree seD asalkan pakai kondom. Pemaknaan yang seperti inilah, maka kebijakan penggunaan kondom dalam menghindari ('CA'!$ potensial mendapatkan perlawanan dari kalangan agama.

".6." Sa*in

".6." Sa*in Men-+-nMen-+-n

Agama danCatau ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mendukung. &rang yang akan melaksanakan ibadah haji <'slam= membutuhkan peran tenaga medis untuk melakukan general #he#k up supaya kegiatan ibadah

haji dapat berjalan dengan baik.

Kesimpulan pemikiran mengenai hubungan antara agama <misalnya 'slam= dengan kesehatan, yaitu agama memberikan penekanan mengenai hubungan dirinya dengan Tuhan. $edangkan kesehatan lebih menekankan hubungan manusia dengan tubuh atau jiwanya sendiri. Pada akhirnya, dengan memadukan antara kesehatan dan agama ini, dapat membangun kesehatan jasmani dan rohani indi;idu itu sendiri.

".) As2e+ Aama a*am Kese/a'an ".) As2e+ Aama a*am Kese/a'an

Bila mengingat kode etik ini, baik kode etik kedokteran maupun kode etik keperawatan, untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak dipengaruhi oleh perbedaan agama, suku, ras, dan adat istiadat. Artinya, dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan ini tenaga medis tidak boleh melakukan

(13)

Prinsip kode etik ini sudah tidak ada perbedaan pendapat. Tampaknya dapat dengan mudah untuk memahami tuntutan pro%esionalitas tenaga medis tersebut. )amun pada sisi lain, jika dilihat dari sisi kewajiban, seorang tenaga medis haruslah menghargai hak pasien. !engan kata lain, seorang tenaga medis perlu menjunjung tinggi hak"hak pasien, termasuk hak dihargai pemahaman

keagamaannya.

!alam sejarah praktik kesehatan, ada seorang dokter digugat olah seorang pasien, yang telah ditolongnya dari an#aman kematian. Penyebab awal kejadian

ini bermula dari sikap dokter yang member trans%usi darah kepada pasien yang menganut ajaran 1ahudi konser;ati%.

Kasus ini terjadi di kanada, yaitu kasus the Eeho;ahFs @ittness <Malette ; $hulman, *997=. Pada saat itu, seorang dokter menemukan seorang anggota Ee;ihahFs @ittness dalam ke#elakaan serius akibat tabrakan mobil. !alam domprt orang tersebut, terdapat kalimat “)o Blood Trans%usion sesuai dengan ajaran dari sekte agamanya. !okter mengetahui larangan itu, tetapi karena keadaan pasien semakin parah dan hanya trans%use darah yang dapat menyelamatkannya dank arena naluri sebagai dokter mun#ul, dia berpikir objekti% dan rasional tentang pentingnya penyelamatan nyawa orang tersebut maka tulisan dalam dompet si

korban tersebut diabaikan. Akhirnya dilakukanlah trans%use darah sampai orang tersebut terselamatkan.

$etelah sembuh, orang tersebut mendapat in%ormasi bahwa kesembuhan tersebut disebabkan karena tindakan dokter yang memberikan trans%use darah pada tubuhnya. $eketika itu pula dia menggugat dokter ke pengadilan dengan

tuduhan dokter melakukan malpraktik dengan #ara tidak menghargai hak pasien. Kerugian yang dirasakan oleh Eeho;ahFs @ittness yaitu rusaknya keper#ayaan dirinya terhadap agama akibat perlakuan dokter tersebut. sehingga, akhir drama persidangan tersebut dimenangkan oleh pasien dan si dokter dikenai sanksi oleh pengadilan.

(14)

Merujuk pada kasus ini, ada dua #atatan penting yang perlu di pahami oleh para tenaga kesehatan. Pertama, penerapan teori kebutuhan <ne#essity= dalam pertolongan kesehatan, yaitu tindakan terbaik untuk kepentingan pasien bukan berdasarkan pandangan dokter, melainkan berdasarkan kepentingan atau pandangan klien. Kedua, setiap tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk

menghargai hak pasien untuk memegan teguh ajaran agama.

Agama pun bukan hanya untuk diakui haknya oleh tenaga medis, namun memiliki peran dan tunggal untuk mendukung proses penyembuhan. “Eika anda per#aya dan yakin pada satu dokter saja, maka pengobatan akan lebih e%ekti%

ditanganinya. !alam bukunya ini, Bernad menegaskan bahwa ada %aith %ursor yang dapat menunjang dalam praktik penyembuhan atau penyembuhan kesehatan. $alah satu #ontoh yang dikemukakan adalah pentingnya memberikan atau mengenali kepada diri sendiri, dengan membi#arakan “momen yang tidak lebih dari tujuh kata.

Pandangan ini diperkuat lagi dengan adanya pembagi mengawasi aneka ragam jenis penyakit. 0ntuk sekadar #ontoh, ketika menjelaskan teknik pengobatan tradisional.

".1# As2e+ Kese/a'an a*am Aama ".1# As2e+ Kese/a'an a*am Aama

!alam mengkaji aspek"aspek kesehatan dalam agama, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, ajaran agama se#ara uni;ersal. Kedua, perilaku

agama yang adil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan permasalahan pemikiran ini, maka dapat dikemukakan bahwa pada normati;e,

agama memberikan ajaran perubahan tentang pentingnya menjaga kesehatan, sedangkan dari hal perilaku nyata <mungkin masih= ada penganut agama yang tidak memperhatikan aspek kesehatan.

Kemudian dalam pemahaman, ada yang berpendapat bahwa masalah kesehatan berbeda dengan masalah agama. !an masalah kegiatan keagamaan tidak perlu dikaji dari hala kesehatan. Kalaupun ada hikmah kesehatannya, itu hanya karena e%ek. Kegiatan Keagamaan, harus siap dilandasi oleh iman. $esuai

(15)

dengan pemikiran religious yang dikembangkan <yaitu all %or health= dapat ditemukan bahwa setiap aspek kehidupan manusia mengandung aspek"aspek kesehatan, termasuk kegiatan"kegiatan keagamaan.

!alam (indu dan Budha ada meditasi, dalam 'slam ada gerakan sholat. Kedua kegiatan ini jika dilakukan dengan seksama dapat dikategorikan sebagai media “meditasi kesehatan. !engan kata lain, sholat memiliki aspek kesehatan.

Pengamatan pada makan, larangan makanan yang haram, pelarangan makanan yang berlebihan, serta anjuran minum madu adalah #ontoh lain aspek kesehatan dalam tata anjuran makan menurut ajaran agama. Ajaran untuk mengembangkan pola hidup prasangka baik mengandung hikmah pentingnya

brain power atau positi;e thingking.

".11 &-nsi Aama ,ai Kese/a'an ".11 &-nsi Aama ,ai Kese/a'an

".11.1 S-m,er M4ra* ".11.1 S-m,er M4ra*

Agama memiliki %ungsi yang strategis untuk menjadi pemberi kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Misalnya bagi seseorang yang beragama, sehat atau sakit adalah bagian dari “perilaku tuhan bagi hambanya dan “sakit adalah takdir tuhanserta hanya Tuhan

jugalah yang memiliki kewenangan menyembuhkan. !engan keyakinan seperti ini, seorang pasien dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan perlakuan manusia kepada")ya.

Agama menjadi sumber kekuatan yang kuat dalam diri pasien untuk hidup se#ara positi%. 8ilsu% oma, %ieserum mengatakan “manusia tidak terganggu oleh benda, melainkan terganggu oleh pendapatnya tentang benda"benda. $elain menjadi moti;asi, ajaran agama pun menja di bagian dari sumber etika bagi penyelenggaraan keyakinan kesehatan.

(16)

".1" S-m,er Kei*m-an ".1" S-m,er Kei*m-an

$ejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan

sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat

kita sebut kesehatan geneti#, yang dapat disebut juga sebagai ilmu kesehatan islami atau kedokteran islamia. !alam konteks 'slam, AlGuran dan (adis dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi kesehatan mental.

$e#ara umum, menurut @(& <*943= menga kui bahwa ada 3 dimensi kesehatan, yaitu %isiologis, kejiwaan, so#ial dan keagamaan. Agama pun menjadi sumber in%ormasi dalam pengembangan ilmu kesehatan %armakologi herbal.

!alam 'slam dinyatakan makanan halal. (alal adalah sehat se#ara psikis dan mental. Praktik"praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, dan gerakan lainnya adalah beberapa ilmu agama yang dikonser;asikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.

BAB III

BAB III

PENUTUP

PENUTUP

(17)

%.1 Kesim2-*an %.1 Kesim2-*an

!idalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup sku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat.

(ubungan antara %aktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu in%ormasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut.

Kesimpulan pemikiran mengenai hubungan antara agama <misalnya 'slam= dengan kesehatan, yaitu agama memberikan penekanan mengenai hubungan dirinya dengan Tuhan. $edangkan kesehatan lebih menekankan hubungan manusia dengan tubuh atau jiwanya sendiri. Pada akhirnya, dengan memadukan antara kesehatan dan agama ini, dapat membangun kesehatan jasmani dan rohani indi;idu itu sendiri.

%." Saran %." Saran

Te naga keseh atan haru s mamp u meny esuaik an diri dengan kondisi l i n g k u n g a n ny a, b e ra d a p t a s i deng an buday a"buday a domi nan yang ada di d a e r a h n y a dan memberikan penyuluhan untuk memberikan perubahan pada

mitos"mitos yang dapat membahayakan ibu, janin dan bayi. d a e r a h n y a d a n m em be ri ka n pe n y u lu ha n un tu k m em b er ik an pe ru ba ha n p a d a mitos"mitos yang dapat membahayakan ibu, janin dan bayi. $erta, dapat

(18)

DA&TAR PUSTAKA

DA&TAR PUSTAKA

(19)

www.google.#om httpHCCbooks.google.#o.idCbooks: idI*)2yM#;1Lh1>JpgIPA53JlpgIPA53JdGIpetugaskesehatantidakbole hmembedakanagamaJsour#eIblJotsI%hP(?y!-9kJsigIwbb)kp;>jsaAT/ nEmpD#bL8g1JhlIenJsaIJeiIr02h0EK7L1nor%sl3(AAwJredirNes#IyO ;IonepageJGIpetugas+7kesehatan+7tidak+7boleh+7membedakan +7agamaJ%Itrue httpHCCwww.annaba"#enter.#om www.lusymua#h.blogspot.#om www.al%ihusna.wordpress.#om

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu

Untuk itu perlu dilihat apa yang menjadi persoalan dalam membangun toleransi agama selama ini, apakah sistem yang dibangun oleh Pemerintah melalui regulasi selaku

Kehadiran NGO sebagai aktor penting dalam gerakan sosial baru tidak selamanya dapat dipandang produktif dalam menciptakan perubahan sosial atau setidaknya dapat membantu

Tenaga Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, anak balita dan Anak adalah setiap tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam pelayanan kesehatan ibu, bayi baru

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang spesialitik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir dengan

adanya hubungan yang bermakna antara perilaku petugas kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan disebabkan aktor sosial budaya, walaupun perilaku petugas kesehatan

Kehadiran NGO sebagai aktor penting dalam gerakan sosial baru tidak selamanya dapat dipandang produktif dalam menciptakan perubahan sosial atau setidaknya dapat membantu

Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan