BAB 81. USUL - USUL § 960. Usul2 mengenai keseluruhan pendidikan
Rentjana pembaharuan sistima kearah sistima Indonesia (Sistima Nasional Pantja Sila) didasarkan kepada bahan2 jang berikut:
a. Perkembangan didalam lingkungan Departemen P.P. dan K. 1. Mengenai pendidikan umum :
sebagai jang termuat didalam :
(a). Laporan Tahun Peladjaran 1956—1957 Djawatan Pendi-dikan Umum Kementerian P.P. dan K. Bab IV Beberapa Masalah Chusus, Pasal 4: Kearah Pembaharuan Pendi-dikan dan Pengadjaran (hal. 122), jang memuat perihal : — Science Teaching Centre
— Teaching-Aid Centre
— Pilot project S.G.B., S.G.A. Tasikmalaja
— Bagian Research dari Djawatan Pendidikan Umum — Comprehensive School
— dll.
(b). Buku jang memuat 11 Pikiran2 dalam pembaharuan
PENDIDIKAN DISEKOLAH — Djawatan Pendidikan Umum Kementerian P.P. dan K., chususnja jang menge-nai pembaharuan pendidikan guru dan S.M.P. sebagai „Comprehensive School” (hal. 67).
(c). Risalah KONPERENSI DIREKTUR-DIREKTUR S.M.A. SELURUH INDONESIA (Negeri, Subsidi, Bantuan dan Partikelir lainnja), tanggal 26 Pebruari sampai dengan 1 Maret 1955 di Malang Djawatan Pengadjaran P.P. dan K., terutama tentang „Kedudukan S.M.A. dalam sistim persekolahan kita” oleh Saudara Ali Marsaban, Kepala Inspeksi S.M.A. jang mendjadi Ketua Konperensi (hal. 32) dan seterusnja, dan Keputusan Konperensi jang me-ngenai Bentuk dan Organisasi S.M.A. (hal. 178) dan se-terusnja.
2. Mengenai Pendidikan Kedjuruan, sebagai jang termuat dalam Almanak 1960 Djawatan Pendidikan Kedjuruan Departemen P.P. dan K.
3. Brosure berupa Memorandum mengenai Kementerian P.P. dan K. jang dikarang oleh Saudara M. Hutasoit sewaktu meletakkan djabatannja sebagai Sekdjen. Kementerian P.P. dan K. pada tanggal 20 April 1959.
b. Perkembangan dari faham-faham baru mengenai pendidikan dan persekolahan diluar negeri sebagai jang termuat didalam buku2 :
— Adolph E. Meyer, Ph. D. : The Development of Education in the Twentieth Century
- Francis J. Brown : Educational 'Sociology
- John S. Brubacher : Modern Philisophies of Education - Karl Mannheim : Man and Society in an Age of
Reconstruction
- Karl Mannheim : Diagnosis of Our Time
- Karl Mannheim : Freedom Power and Democratic Planning.
(terutama buku Karl Mannheim: Diagnosis of Our Time).
Buku-buku mana menundjukkan kearah pembaharuan jang diada-kan didalam lingkungan Departemen P.P. dan K. tersebut diatas. c. Untuk djelasnja dapat dikemukakan, bahwa perubahan-perubahan
insidentil didalam lingkungan Kementerian P.P. dan K. sebagai jang disebutkan diatas djika ditjakup dan difikirkan lebih landjut, kita akan tiba setjara principiil kearah rentjana pendidikan nasional. Oleh karena sempitnja waktu, sehingga tidak dapat menelaah setjara mendalam sistima nasional tersebut diatas, maka disarankan bahwa sistima baru tadi dipergunakan sebagai dasar pembitjaraan didalam lingkungan nasional jang lebih luas. Pembahasan tadi dapat diada -kan dalam masa pembangunan 8 tahun pertama dari Depernas, oleh karena didalam masa tadi jang dipentingkan adalah pemba-haruan insidentil kearah perbaikan jang ada dan pengadjaran ke-tinggalan didalam rentjana Kementerian P.P. dan K.
§ 961. Sistim Pendidikan Nasional
Meskipun sedjak proklamasi 17 Agustus 1945 sampai sekarang su-dah banjak perubahan-perubahan dalam rentjana pendidikan dan pengadjaran jang menudju kearah pendidikan kebangsaan, tetapi karena perubahan2 itu terlalu lambat djalannja terutama karena biaja jang
disediakan untuk pendidikan terlalu sedikit, maka hasilnja belum memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia.
Pendidikan dan Pengadjaran adalah landasan utama bagi pemba-ngunan semesta, pendidikan baru memperoleh makna dan tudjuan jang tepat, bila ia diintegrasikan kedalam dan didjadikan dasar bagi usaha pembangunan semesta.
Djadi pendidikan harus mempunjai funksi berbakti, jakni meng-hasilkan pembangunan2, menghasilkan tenaga2 jang turut membangun.
Dalam pada itu usaha pembangunan itu harus berentjana, bila tidak maka pendidikanpun akan mendjadi katjau dalam memenuhi fungsinja.
Terlebih-lebih dinegara kita, dimana funksi pembangunan itu ialah untuk melenjapkan penderitaan bangsa dalam waktu jang sesingkat-singkatnja, maka benar-benar merupakan suatu sjarat mutlak, bahwa pendidikan harus setjara rasionil dihubungkan dengan usaha pemba -ngunan.
Karena jang akan kita bangun ialah masjarakat Pantjasila, maka pendidikan dalam segala kegiatannja harus didjiwai Pantjasila, dengan tidak melupakan unsur2 kebudajaan Indonesia.
Tudjuan pendidikan adalah membentuk manusia jang berkepri-badian Indonesia (berdjiwa Pantjasila) :
a. mempunjai rasa ketuhanan dan menghormati agama b. berperikemanusiaan
c. tjinta tanah-air, Bangsa dan kebudajaannja d. berdjiwa demokrasi Indonesia
e. mempunjai rasa tanggung-djawab sosial, dan sanggup melaksanakan tjita2 masjarakat adil dan makmur dengan keberanian bakti
dan pengabdian disertai kedjudjuran jang seichlas-ichlasnja.
Untuk mentjapai tudjuan tersebut dan agar pendidikan memenuhi kebutuhan-kebutuhan bangsa Indonesia, maka pendidikan itu har-us mempunjai sifat2 seperti berikut:
1. Disesuaikan dengan keperluan seluruh rakjat Indonesia dan ber-sifat membangun.
2. Menudju kepada kewadjiban beladjar untuk setiap anak Indonesia. 3. Bersifat pembinaan Bangsa sesuai dengan isi Undang2 Pokok
Pen-didikan (nation-building).
4. Ditudjukan kepada tertjapainja kemakmuran seluruh Bangsa.
5. Mengutamakan djenis2 sekolah2 kedjuruan dalam setiap lapangan,
karena memerlukan tenaga ahli.
6.. Mengembangkan segala segi kepribadian, jakni segi intelek (pe -ngetahuan), kemauan (daja tjipta) dan perasaan, sehingga tertja-painja didikan harmonis.
7. Bersifat praktis dan berguna bagi masjarakat (bersifat sosial) dan mengutamakan perbuatan2 (rieel praktis).
8. Menimbulkan daja kritis, daja tjipta, daja inisiatip, daja kerdja, rasa tanggung-djawab.
9. Melenjapkan perbedaan penghargaan (diskriminasi) antara djenis pekerdjaan „kasar” dan „halus” (sifat demokrasi).
10. Menanamkan rasa tjinta kepada Rakjat dan Negara dan Kebuda-jaannja (djiwa patriotisme) dan rasa persatuan (Bhineka Tunggal ika).
11. Menjatu-ragakan diri dengan masjarakat (integrasi) Pendidikan jang dernikian Ika dinamakan Pendidikan Nasional.
§ 962. Apakah pendidikan Nasional ?
Bukanlah mudah, malahan sangat sulit untuk mendjawab perta-njaan ini setjara singkat atau untuk membuat sesuatu ketentuan singkat jang dengan tjepat merumuskan apakah sebenarnja jang dimaksud dengan Pendidikan Nasional itu.
Walaupun demikian, mengelakan kesulitan begitu sadja dengan pengakuran diatas, tidaklah pula pada tempatnja. Karena itu, telah dipilih salah satu ketentuan dari sekian banjak perumusan jang pernah dikemukakan, jaitu sebagai berikut:
„jang disebut pendidikan nasional ialah Pendidikan jang memenuhi kebutuhan Bangsa Indonesia”.
§ 963. Apakah sebabnja, maka Pendidikan Nasional itu belum djuga terwudjud ?
Jang merupakan penghemat pelaksanaan Pendidikan Nasional ialah :
a. Anggaran Belandja untuk Kementerian P.P. dan K. terlalu amat ketjil. Dengan anggaranjang hanja k.l. 5% itu tidaklah mungkin Pendidikan Nasional diwudjudkan dengan sempurna. Bila kita berbitjara tentang usaha pembangunan hendaknja beranilah kita meninggikan A.B. untuk Kementerian P.P. dan K. sampai 25% dari budget Negara.
b. Gadji guru2 sebagai pegawai negeri tidak seimbang dengan tugasnja
sebagai pembina bangsa, untuk tidak berbitjara tentang tjukupnja untuk penghidupan jang sederhana.
Kebanjakan guru2 terpaksa membanting-tulang sehari penuh untuk
mentjukupi kehidupan mereka, sehingga kurang ada terdapat ke-gembiraan bekerdja ; pada hal keke-gembiraan bekerdja adalah sjarat mutlak untuk dapat mendidik angkatan baru.
c. Bermeradjalelanja hal2 diluar sekolah jang menghantjurkan usaha2
kita. Usaha kita dengan susah pajah mendidik sedikitdikitnja di -ruangan sekolah, kemudian dihantjurkan kembali oleh madjalah2,
gambar2, poster2 dan film2 tjabul dll. Sebagai illustrasi beberapa
tjontoh :
— dibeberapa negeri Eropa beberapa madjalah2 tidak
diperboleh-kan diimport, tetapi dinegara kita ini pada permulaannja di-import banjak2.
— film „Rock around the clock” dilarang permutarannja
dibe-berapa negara Bagian Amerika, di Inggris dsb.; tetapi di Djakarta film ini diputar berminggu-minggu terus-menerus. d. Alam fikiran asing umumnja, Belanda chususnja, masih tetap
ber-tjokol dengan kuatnja.
Ada masanja pula, djika kita tidak berbahasa Belanda, kita akan kurang mendapat ladenan atau perhatian. Djuga ada masanja, ku-liah Ilmu Pendidikan dan sedjarah diberikan, seakan-akan kita berkuliah di Amsterdam ataupun tempat2 lain di Negeri Belanda.
Hal2 tersebut sudah tentu menghambat pembentukan djiwa
kebang-saan pada siswa2. Djuga dalam berbagai lapangan hidup lainnja
alam fikiran ini masih bertjokol kuat,
e Susunan Organisasi Kementerian P.P. dan K. belum sempurna, sehingga kelantjaran usaha belum dapat ditjapai.
f Seluruh usaha Pendidikan dan Pengadjaran tidak ditempatkan se-tjara rasional (tepat) dalam rentjana pembangunan
Kita ketahui, bahwa rentjana Pembangunan memerlukan : (1) ketjakapan
(2) sifat2 kepribadian
(3) material (4) dan lain-lain.
Persiapan faktor pertama jaitu ketjakapan dan kepribadian adalah tugas Pendidikan dan Pengadjaran sebagai pembentukan Kader; sudah tentu setiap Rentjana Lima Tahun tanpa pembentukan kader akan gagal.
g. Orientasi kita pada umumnja berat sebelah, terlampau banjak ke Barat. Padahal kita semestinja harus lebih banjak dan terutama berorientasi kenegara-negara tetangga, Asia-Afrika, sebab masalah jang kita hadapi mempunjai titik2 persamaan dan ada kalanja dapat
dikatakan analoog benar-benar. Kita hanja perlu memperhatikan peranan bangsa2 India, Tiongkok dan Djepang dalam dunia
peng-hidupan ekonomi kita untuk dengan segera dapat mengalami arti orientasi kenegeri tetangga kita.
h. Pemerintah masih belum berhasil menarik masjarakat kedalam kantjah Pendidikan. Hendaknja serikat guru dapat mengusahakan kerdjasama jang baik antara badan2 pendidikan. P.O.M.G., ter-utama
dalam sifat2 pendidikan.
i. Susunan Sekolah (bentuk), tjara dan bahan pendidikan dan pe-ngadjaran (isi) dan organisasi pendidikan dan pepe-ngadjaran jang sesuai dengan keadaan tahun 1941 merupakan penghalang jang ter-besar jang perlu segera dan tjepat dirubah; dan banjak segi2 ini
masih terdapat didunia perguruan kita sekarang.
Demikianlah antara lain 9 hal jang pokok sebagai penghambat usaha perwudjudan Pendidikan Nasional.
§ 964. Bagaimanakah bentuk persekolahan jang kita inginkan jang sesuai benar dengan Pendidikan Nasional itu ?
Susunannja dan djenisnja perlu dengan tegas kita berikan, agar pembahasan kita djangan merupakan teori belaka. Sudah tentu dalam zaman merdeka ini segala keadaan gandjil jang tidak sesuai dengan keinginan negara kita dan jang merugikan, haruslah kita lenjapkan.
Segala bentuk susunan sekolah jang berdasarkan zaman dan azas2
kolonial harus tjepat-tjepat kita hilangkan.
Setjara umum kita berkehendak, supaja sekolah2 kita itu segera
mungkin menghasilkan tenaga2 ahli untuk keperluan pembangunan
jang telah direntjanakan. Dalam menjusun persekolahan kita harus berpegang kepada 3 buah prinsip, jaitu:
a. prinsip kedjuruan
b. prinsip ketrampilan dan kemasjarakatan c. prinsip progressi.
§ 965. Prinsip kedjuruan
Berpegang kepada prinsip ini, maka segala sekolah2 umum dalam
bentuk jang sekarang (S.M.P., S.M.A.) harus dirobah; sekolah2 umum
ini tidaklah mendidik kepada sesuatu keachlian, melainkan banjak menghasilkan orang2 jang kurang ada gunanja bagi masjarakat.
Perubahan sekolah2 umum ini tidaklah berarti memutuskan djalan bagi
pemuda2 kita untuk memasuki sekolah2 tinggi (fakultas2,
sitas, akademi2) sebab dalam sistim pendidikan nasional ini tamatan
Sekolah2 Umum tetap bisa melandjutkan peladjarannja ke Sekolah
Tinggi. Tetapi kalau mereka tidak bisa melandjutkan peladjarannja ke Sekolah Tinggi, mereka sudah mempunjai sesuatu keachlian, jang dipergunakan dimasjarakat. Begitu pula tamatan Sekolah2 Kedjuruan
harus dapat pula melandjutkan peladjarannja ke Sekolah Tinggi
Dalam pada itu guru jang memberi vak umum, sekarang masih terus memegang vaknja ditiap-tiap sekolah kedjuruan, sebab tiap2
Se-kolah kedjuruan harus mendapat mata-peladjaran Bahasa Indonesia, Sedjarah dan Ilmu Bumi disamping mata-peladjaran2 jang dikehendaki
oleh kedjuruannja, supaja djangan hanja mendjadi petugas jang ahli kelak, tetapi djuga warganegara dan patriot Indonesia jang baik.
Bukan sadja di-sekolah2 kedjuruan menengah, tetapi sampai2
ke-sekolah tinggi mata-peladjaran2 kulturil ini diharuskan bagi tiap2
mahasiswa. Dengan demikian pemerintah akan mendapat petugas2 jang
tjakap dan berdjiwa nasional.
Kita djuga telah melihat bahwa ratusan, bahkan ribuan tamatan sekolah-sekolah umum menganggur. Kalaupun mereka bekerdja, ter-njata, bahwa ilmu jang mereka peroleh disekolah tidak begitu dapat dipergunakan dalam pekerdjaan.
Misalnja :
- tamatan S.M.A. djurusan A (Bahasa) belumlah dapat beker-dja sebagai penterdjemah.
- tamatan S.M.A. djurusan B (Pasti Alam) belum pula tjukup berpengetahuan Ilmu Pasti dan Ilmu Alam untuk dapat diper-gunakan pada sesuatu perusahaan teknik dan lain jang se-hubungan dengan itu.
- tamatan S.M.A. djurusan C (Ekonomi) belum Pula sanggup mendjadi pekerdja2 jang tjakap dalam lapangan ekonomi, ka-rena
pengetahuannja adalah semata-mata teori belaka.
Kesimpulan dari uraian ini ialah : Sekolah jang semata-mata bersifat umum dalam masa pembangunan ini tidak memenuhi kebutuh-an Masjarakat, karenkebutuh-anja perlu mendapat perubahkebutuh-an.
§ 966. Prinsip ketrampilan
Arti ketrampilan jang kita maksudkan ialah memiliki keachlian jang dapat bermanfaat bagi masjarakat.
Setiap djenis sekolah (diatas sekolah dasar) atau bagian2nja harus
menghasilkan „achli”. Misalnja :
S.M.A.-A harus diubah sedemikan rupa, sehingga benar2 dapat
menghasilkan tenaga bahasa jang tjakap dan tenaga jang dapat dipergunakan.
S.M.A.-B harus diubah sehingga benar menghasilkan tenaga Ilmu Pasti dan Ilmu Alam jang segera dapat dipergunakan dalam praktek.
S.M.A.-C harus diubah sedemikian, sehingga menghasilkan tenaga ekonomi jang achli menurut tarafnja.
§ 967. Prinsip progressi
Setiap tamatan sekolah kedjuruan harus mendapat kesempatan jang sama untuk melandjutkan peladjaran kedjuruannja sampai ke-sekolah2 jang setinggi-tingginja.
Tidaklah lagi sesuai dengan masa sekarang, bahwa seorang tamatan S.T.M. tidak diperbolehkan melandjutkan peladjarannja ke S.T.T.
Karena itu susunan persekolahan serta isi rentjana peladjaran S.T.M. dan S.T.T. umpamanja harus merupakan suatu kesatuan jang continue. Demikianlah dalam garis besarnja susunan sekolah kita, jakni ber-dasarkan 3 prinsip sbb.:
- Setiap djenis sekolah diatas Sekolah Dasar adalah sekolah pra-kedjuruan dan pra-kedjuruan (prinsip pra-kedjuruan).
- Setiap djenis sekolah harus menghasilkan ahli (prinsip ketram-pilan), jang bermanfaat bagi pembangunan.
- Setiap tamatan sekolah berhak menuntut ilmu lebih landjut (prin-sip progressi).
Dengan susunan sekolah berdasarkan prinsip2 diatas Seksi
ber-pendapat, bahwa masalah bentuk pendidikan Nasional sudah dipetjah-kan. Disamping susunan sekolah jang berdasarkan ketiga prinsip di-atas, sudah tentu djumlah setiap djenis sekolah harus pula mentjukupi. § 968. Bagaimanakah isi atas djiwa pendidikan Nasional itu ?
a. Sesuai dengan prinsip kedjuruan, setiap anak harus mempeladjari hal2 jang praktis dan berguna bagi masjarakat. Bangsa kita sedang
menghadapi pembangunan jang segera harus terlaksana, dan sedang „mengedjar” bangsa2 lain: oleh karena itu warisan dari azas
mendidik masa pendjadjahan jaitu „algemene ontwikkeling” sadja
atau „pengetahuan umum” semata-mata sangat tidak tepat bagi bangsa kita.
pengetahuan umum menjebabkan seseorang mengetahui satu hal dari segala sesuatu (one thing about every thing). Bangsa jang sedang mulai membangun memerlukan warga-negara2 jang
menge-tahui dan menguasai setjara praktis segala sesuatu tentang satu hal (everthing about one thing).
Djadi jang merupakan masalah pokok dalam lapangan pengadjaran ialah: Bagaimana memperoleh pengadjaran kedjuruan jang meng-hasilkan ahli2 jang praktis.
b. Soal pokok berikut dalam lapangan pendidikan ini ialah soal in-tellectualisme. Kita mengetahui, bahwa sebenarnja kepribadian ma-nusia itu tidak mungkin dapat di-bagi2 dalam kotak2, tetapi sekedar
memberi gambaran dapatlah kita buat pembagian dalam beberapa seginja, jaitu segi pengetahuan (fikiran), segi perasaan dan segi kemauan.
Sudah tentu manusia itu mendjadi pintjang ataupun hilang kese -imbangannja, bila hanja satu seginja sadja dikembangkan. Karena itu sedapat-dapatnja ketiga segi itu harus sama2 dikembangkan
setjara harmonis.
Intellectualisme semata-mata mengembangkan pengetahuan, segi intellek, dan segi perasaan dan kemauan kurang sekali mendapat perhatian.
Bahaja inilah harus segera kita djauhkan dengan didikan harmonis. Djadi soalnja bukanlah „melenjapkan” pendidikan pengadjaran pengetahuan (intellectualisme), melainkan mengimbangi intellec-tualisme ini dengan segi kepribadian jang lain sehingga selaras atau harmonis.
Perasaan dan kemauan, rasa tjinta kepada tanah air, Bangsa dan kebudajaannja, rasa susila, djiwa demokratis, semangat kesederha-naan, rasa tanggung-djawab terhadap kesedjahteraan masjarakat dan sebagainja, kemauan jang pokok dengan daja tjipta jang ber-manfaat wadjib dikembangkan dan dipupuk sebaik mungkin.
Bagaimanakah tjaranja ?
Tjaranja ialah dengan perbuatan, rasa tanggung-djawab itu tidak dapat kita pidatokan, karena dengan demikian kita mengadjarkan pengetahuan tentang tanggung-djawab, sehingga jang ditanamkan bukanlah rasa tanggung-djawab (sifat intellectualisme).
Jang dimaksud dengan „berbuat” bukanlah berbuat asal berbuat (seperti „doeschool” dimasa lampau), melainkan melakukan per-buatan jang bermaksud jang mempunjai fungsi dan tudjuan ter-tentu menudju kepada perwudjudan untuk pokok pendidikan. Dapat kita njatakan, bahwa dimana merdeka ini berbagai sekolah mempraktekkan setjara berentjana didikan dengan perbuatan jang bermakna itu, antara lain S.G.B. di Tasikmalaja, Sumedang dll. Nama jang pernah disebut untuk S.G.B .2 tersebut ialah S.G.B.
„Perintis” ada pula disebut-sebut nama2 „Pilot Projek”,
nama-nama jang lebih tepat kuranglah merupakan soal jang begitu prin-sipieel. Pokoknja ialah didikan dengan perbuatan jang bermakna telah dimulai.
Sudah barang tentu usaha itu belum sempurna, tetapi sudah pasti hal jang menundjukkan kesadaran pentjiptanja dan penjelenggara2
-nja.
Harapan kita tentu agar sebanjak mungkin sekolah2 kita (kalau
dapat semuanja) mengambil teladan dari S.G.B.2 tersebut.
e. Rentjana Peladjaran di-sekolah2 kedjuruan hendaknja disesuaikan
dengan Rentjana Pembangunan jang setjara konkrit.
1. kita memerlukan segera pembangunan2 rumah2, djembatan2,
dan djalan2, oleh karena itu hendaknja ada djurusan dalam
sekolah2 Teknik jang chusus mendidik ahli2 perumahan,
arsi-tek-arsitek, mantri2 ukur dsb. jang dengan bahan2 jang murah,
tetapi kelak dengan tjepat dapat membangun keperluan2 jang
disebut diatas.
2, kita memerlukan ribuan ahli2 pengobat dan bidang. Hendaknja
ada sekolah2 kedjuruan setjara berentjana chusus mempersiap-
kan tenaga2 jang diperlukan itu.
3. kita memerlukan perluasan sawah. Hendaknja ada sekolah2
kedjuruan jang segera mempersiapkan ahli2 pengairan, ahli
ukur2, dan ahli lainnja jang diperlukan chusus untuk itu.
Demikianlah beberapa tjontoh sjarat2 apa jang harus dipenuhi oleh
Rentjana Peladjaran Sekolah2 Kedjuruan.
d. Bagaimana halnja dengan Peladjaran di Sekolah Dasar. Tudjuan Sekolah Dasar ialah semata-mata :
1. memberikan pendidikan djiwa (mental education)
2. memberikan pengadjaran ketjakapan dasar (fundamental edu-cation).
Jang dimaksud dengan Pendidikan Djiwa ialah: mendidik djiwa tjinta kepada bangsa dan tanah air, rasa tanggung-djawab, ketekunan, tata-tertib, kebersihan, toleransi, demokrasi ; kedjuruan2 dsb. (Semuanja
ini harus diperoleh melalui perbuatan, bukan melalui pengadjaran jang bersifat kuliah).
Jang dimaksud dengan ketjakapan dasar ialah: ketjakapan mem -batja, menulis, berhitung, berbahasa/berkebudajaan Indonesia, bahasa Daerah dan pengetahuan tentang kesehatan, dasar/Bumi dan Sedjarah Tanah Air. Ilmu Ketjakapan Dasar ini harus dimiliki setiap anak2
di-seluruh Indonesia. Oleh karena itu rentjana Peladjaran untuk ketjakap-an dasar ini harus ditentukketjakap-an setjara central, dengketjakap-an tidak meninggal-kan sifat2 demokrasi. Jang ditentukan oleh daerah ialah pendidikan
djiwa, dan pengetahuan tambahan jang disesuaikan dengan keperluan daerah. Tentu bahasa-daerah termasuk dalamnja.
Pengetahuan tambahan didaerah-daerah perikanan, pertambangan, pelajaran, pertanian, perkebunan, industri, peternakan, kota, kampung dsb. tentu berlainan satu sama lain. Disinilah terletak tanggung-djawab pemimpin2 dan pemerintahan didaerah untuk benar2 mengenal segala
seluk-beluk kejakinan, kekurangan, keperluan dan keadaan lainnja didaerahnja, untuk dapat mengembangkan dan membangun daerah tersebut sesuai dengan segi-segi rieel jangmenguntungkan daerah ter-sebut.
Djadi fungsi Sekolah Dasar ialah memberikan pendidikan dasar dalam segi djiwa maupun segi ketjakapan sehingga tamatan sekolah dasar dapat mendjadi warganegara jang baik serta dengan darah-daging mentjintai tanah airnja dengan sungguh2, dan siap pula dalam
tarap2 jang sesuai untuk mengikuti pendidikan kedjuruan ataupun
pra-kedjuruan. Bahwasanja pendidikan djiwa dititik-beratkan disekolah dasar bukanlah berarti bahwa pendidikan djiwa di Sekolah Landjutan kelak akan diabaikan. Sekali-kali tidak, sebab kita tetap/menginginkan ahli-ahli dan sebagainja jang tidak berdjiwa kebangsaan; kita tidak menginginkan „manusia2 robot”. Tidak pula berarti, bahwa rentjana
peladjaran disekolah kedjuruan harus semata-mata meliputi vak2
ke-djuruan, sebab kita tidak menghendaki orang2 jang berpendidikan
ter-lampau „tunggal segi” (eenzijdig), dalam ketjakapan dan pengetahuan-nja; kita menghendaki negara2 jang mempunjai kemasjarakatan jang
politis dewasa, jang mempunjai social understanding. Oleh karena itu harus pula antara lain ditentukan bahan-minimum pengetahuan umum jang harus dipeladjari dan dimiliki peladjar2 sekolah landjutan ;
misal-nja sadja segala sesuatu mengenai Tanah Air (Bahasa, Kebudajaan, Sedjarah, Ilmu Bumi, Kewarganegaraan) sampai taraf2 tertentu harus
setjara merata dimiliki oleh peladjar2 Sekolah Landjutan.
§ 969. Bagaimana organisasinja untuk menjelenggarakan maksud pembaharuan pendidikan itu ?
Soal organisasi adalah penting, malahan mempunjai persoalan2 jang
beraneka-ragam, prinsipil ialah: Siapakah jang akan menjelenggarakan sekolah kedjuruan, Kementerian P.P. dan K.-kah atau Kementerian jang bersangkutan ?
Ada tiga kemungkinan : Pertama:
Tetap seperti keadaan jang ada, jaitu Sekolah2 Kedjuruan
dise-lenggarakan oleh tiap2 Kementerian, umpama :
— Sekolah Pelajaran oleh Kementerian Pelajaran, Sekolah Pertanian oleh Kementerian Pertanian, — Sekolah2 Djuru Rawat oleh Kementerian Kesehatan,
— Sekolah Pradjurit dan Perwira oleh Kementerian Pertahanan dan sebagainja.
Disamping itu Kementerian P.P. dan K. menjelenggarakan beberapa djenis Sekolah Kedjuruan jang tidak diselenggarakan oleh Ke menterian-kementerian jang bersangkutan.
Kedua:
Setiap djenis Sekolah Kedjuruan diselenggarakan oleh Kementerian P.P. dan K. Ada dua pendapat mengenai kemungkinan ini :
a. jang menjetudjui, malahan jang menjatakan seharusnja demikian dengan alasan supaja Koordinasi dan Organisasi Sekolah2 tersebut
terdjamin oleh karena berada disatu tangan.
b. kebalikannja ada jang menganggap, bahwa djustru kalau seluruh sekolah-sekolah kedjuruan itu diselenggarakan oleh Kementerian P.P. dan K., maka tidak akan ada lagi „overzicht” karena terlalu banjak dan berbagai ragam.
K e t i g a :
Djenis Sekolah Kedjuruan diselenggarakan oleh Kementerian2
jang bersangkutan dan Kementerian P.P. dan K. hanja menjelenggara kan Sekolah2 dasar dan Sekolah2 Guru.
Djuga mengenai hal ini ada dua pendapat : 1. jang tidak menjetudjui menjatakan:
kalau sekolah2 kedjuruan diselenggarakan oleh Kementerian2
masing2, maka jang dipentingkan kelak hanja segi ketjakapan
(skill), sedangkan segi pendidikan (mental) akan diabaikan se -hingga sekolah2 kedjuruan akan merupakan „manusia jang tunggal
segi” ataupun dengan kata-kata lain „manusia mesin” (robot). Dan lagi tidak akan dapat terselenggara koordinasi dan kerdja-sama antara sekolah kedjuruan jang satu dengan jang lain, sehingga usaha Rentjana Lima Tahun akan terlambat.
2. aliran jang menjetudjui kemungkinan ketiga ini mengemukakan alasan, bahwa hanja kementerian2 jang bersangkutanlah jang lebih
djelas mengetahui keperluan2nja sesuai dengan rentjana
ngunannja, berapa kader jang diperlukan dan ketjakapan apa jang harus dimilikinja, sehingga dengan njata2 pendidikan itu
di-inte-grasikan dalam Rentjana Lima Tahun. Lagi pula setiap sekolah2
kedjuruan jang diselenggarakan oleh tiap-tiap Kementerian hingga dewasa ini memberi hasil jang memuaskan.
Setelah dibahas setjara mendalam, maka ternjata perlu diadakan koordinasi dari kemungkinan pertama dan ketiga sebagai berikut : Kementerian P.P. dan K. menjelenggarakan :
Sekolah Dasar,
Sekolah Pra Kedjuruan,
Sekolah Kedjuruan jang bersifat umum,
Sekolah Pendidikan Guru,
Universitas-universitas,
Research jang bersifat keseluruhan dalam bidang pendidikan.
Kementerian lainnja menjelenggarakan:
dalam garis besarnja sekolah kedjuruan chusus (spesialistis) dalam bidangnja masing2 dari taraf I sampai
ke-akademinja.
Sekolah Pendidikan Guru keachlian chusus. Disamping itu ada pula bahagian Research jang bersifat spesifik.
Demikian persoalan dan kesimpulan tentang hal „siapa jang akan menjelenggarakan persekolahan kita”.
Seperti telah terlebih dahulu dikatakan diatas, persoalan sekitar organisasi ini berbagai djenis.
Persoalan lainnja ialah : Persoalan P.O.M.G.
Menarik Masjarakat agar mereka langsung turut berusaha menje-lenggarakan dan merentjanakan dan paling penting djuga membiajai persekolahan2, adalah suatu faktor penting dalam pembangunan sesuatu
bangsa.
Masjarakat kita harus mendjadi „education-minded”, harus turut memikirkan dan membiajai langsung pendidikan anak2 kita.
Untuk inilah perlu diadakan P.O.M.G. (Persatuan Orang Tua Murid
dan Guru).
-Kita merasa sjukur, bahwa segi ini telah berhasil baik. Banjak P.O.M.G.2 telah membuktikan hasil2 baiknja, kesanggupan materi dan
buah fikiran.
Hasil jang utama ialah: masjarakat kita sudah benar2 mulai
me-masuki Kantjah Pendidikan, walaupun masih belum merata benar sampai keseluruh Tanah Air. Keinsjafan masjarakat tentang penting-nja pendidikan adalah suatu bukti, betapa dalampenting-nja mulai meresap djiwa kemerdekaan tanah air. Didjaman pendjadjahan masjarakat umumnja hanja menunggu-nunggu apa kelak akan „diberikan” peme-rintahnja. Keinsjafan jang mulai tumbuh ini, wadjib kita pupuk se-hebat2nja.
Persoalan ketiga dari organisasi jang perlu dikemukakan lagi, ialah : persoalan bagian research (penjelidikan), Inspeksi, bagian ma -djalah, bagian kursus2 dll., djadi organisasi dalam tubuh Djawatan
Pendidikan. q
Sekalian Badan2 dan Bagian2 itu seakan-akan merupakan „pulau”
dalam organisasi Pendidikan dan Pengadjaran. Sekaliannja amat pen -ting, dan turut menentukan sifat dan isi Pendidikan dan Pengadjaran. Oleh karena itu diusahakan lebih tegas Koordinasi antara segala bagian2
tersebut. Achirnja satu persoalan lagi sekitar organisasi jang perlu diperhatikan, jaitu: Persoalan Koordinasi antara Djawatan dsb. dalam tubuh Departemen P.P. dan K. sendiri. Djawatan2 itu benar2 harus
merupakan badan2 kokoh teratur dan berkoordinasi satu sama lain
dengan pembagian tugas jang konkrit.
Kita ketahui bahwa pendidikan itu dimulai didalam rumah jang kita sebut lingkungan I (diluar sekolah).
Djawatan Pendidikan Umum dan Kedjuruan sudah djelas meng-usahakan pendidikan dan pengadjaran sekolah2 dan kursus (sebutkan
itu lingkungan II).
Djawatan Kebudajaan sesuai dengan namanja, terutama melaksa-nakan politik Kebudajaan (kultur-politik) jang langsung berhubungan dengan usaha pendidikan. Sehubungan dengan pemakaian istilah ling kungan I dan II diatas, maka tugas Djawatan Kebudajaan adalah di -dalam dan diluar sekolah, sehingga kebudajaan itu meresap kepada djiwa anak-anak.
Djawatan Kebudajaan itu harus melenjapkan pengaruh2 dan unsur2
kebudajaan jang dapat merusak hasil pendidikan dilingkungan I dan II dan berdasarkan pengaruh2 dan unsur2 jang mengembangkan
pendi-dikan.
Dengan demikian Djawatan Kebudajaan harus pula. bekerdja-sama dengan sekolah2; kesan, terlampau banjak mengerdjakan tari2an
(se-rimpi, serampang duabelas dll.), untuk pertundjukan kepada orang2
besar ataupun tamu dari luar negeri, hendaknja segera dilenjapkan dengan tjara bekerdja seperti/lingkungannja seperti Djawatan Kebu -dajaan.
Dalam rangka susunan persekolahan jang kita rentjanakan kelak, Djawatan Pendidikan Masjarakat bertugas membuka kursus2 masjarakat
untuk mendjadi tukang sepatu, tukang bubut, tukang pangkas, montir radio, sopir, montir listrik, mobil, djuru2 tik, seteno dsb.
Sehingga setjara masal mulai dari tenaga2 rendahan tetapi ahli,
terbentuk soal-soal administrasi dalam organisasi perlu disederhanakan, sehingga sifat birokrasi hendaknja dikurangi.
§ 970. Sistim pendidikan nasional
Sistim, Pendidikan Nasional hendaknja mempunjai Tiga Dasar : Panama, dasar sosiologis :
Pendidikan harus mendjadi fondamen bagi setiap usaha pemba-ngunan.
Kedua, dasar psiologis:
Setiap manusia harus merupakan pemakai dan penghasil dalam bidang materiil ataupun kulturil.
Ketiga, dasar filosofis :
Sistim pendidikan kita harus lahir dart filsafat jang dianut Negara (Pantjasila).
Jang kita lukiskan diatas, djuga Djawatan Pendidikan Masjarakat mem-punjai :
a. Dasar Sosiologis :
Pendidikan merupakan fondamen bagi pembangunan.
Pendidikan baru memperoleh makna dan tudjuan jang tepat, bila ia diintegrasikan kedalam dan didjadikan dasar bagi usaha pem-bangunan masjarakat.
Djadi pendidikan mempunjai fungsi berbakti, jakni menghasilkan pembangunan-pembangunan.
Dalam pada itu usaha pembangunan itu harus berentjana, djika tidak, maka pendidikan akan mendjadi katjau dalam memenuhi fungsinja.
Sebagai misal: bila hendak mendirikan sebuah gedung tanpa merentjanakan tenaga-tenaga ahli apa jang kita perlukan, dan djumlah berapa, maka mungkinlah kita kekurangan tukang tembok, tetapi kelebihan tukang batu dan sebagainja.
Dewasa ini kita melihat timbulnja urut pengangguran beribu-ribu ditengah-tengah djutaan rakjat jang masih buta-huruf jang haus akan pendidikan ; hal ini berarti mendirikan sekolah-sekolah guru tidak lebih dahulu dengan pembangunan jang berentjana.
Terlebih-lebih seperti Indonesia dimana fungsi pembangunan itu ialah untuk melenjapkan penderitaan bangsa dalam waktu jang se-singkat2nja, maka benar-benar merupakan sjarat mutlak, bahwa
pendidikan harus setjara rasionil dihubungkan dengan usaha pem-bangunan.
Dengan djalan demikian seluruh bangsa Indonesia dengan tjepat dapat didjadikan suatu totalitet manusia jang bekerdja kearah suatu tjita-tjita.
Achli sosiologi Karl Mannheim dengan tegas berkata dalam bukunja bahwa : FONDAMEN DARI PEMBANGUNAN IALAH PENDI-DIKAN, dalam lain perkataan, pembangunan tanpa pendidikan pasti akan gagal.
Kita berikan beberapa tjontoh : P e r t a m a :
Kesehatan bangsa masih sangat perlu segera dibina dan mendapat perhatian sungguh2 dari Pemerintah, karena itu kita memerlukan
dalam djumlah puluhan ribu ahli-ahli kesehatan bukan sadja dok-ter-dokter jang memerlukan Pendidikan jang agak pandjang, tetapi ter-lebih2 ahli-ahli kesehatan tingkat II. Umpama : Djururawat2,
Bidan2, Mantri2, jang pendidikannja lebih singkat tetapi mentjukupi.
Andaikata sepertiga sadja penganggur2 tamatan S.M.A. dewasa ini
adalah ahli2 kesehatan tingkat II, maka terang kesehatan bangsa
kita akan lebih baik terpelihara. Kedua:
Negara kita jang mempunjai daerah air (lautan) jang sangat luas itu memberi kemungkinan banjak untuk penghidupan sebagai nelajan-nelajan. Andaikata sepertiga sadja tamatan S.M.A. itu ada-lah nelajan-nelajan jang terlatih baik, maka kekurangan proteine jang begitu vital bagi bangsa kita sebagian besar terpenuhi.
Selandjutnja andaikata ratusan ribu tamatan S.R. jang tidak dapat melandjutkan peladjarannja, pernah mempeladjari sesuatu ketram-pilan sosial dalam lapangan pertanian, peternakan, pertukangan dsb. selama dia sekolah di S.R., maka pastilah daja produksi ber -kepala sangat tinggi.
Banjaklah lagi tjontoh2 seperti jang diberikan diatas jang dapat
menundjukkan adanja kepintjangan-kepintjangan pada sistim pen-didikan pengadjaran kita, jang harus segera murigkin kita atasi. b. Dasar Psikologis:
Setiap manusia adalah manusia penghasil dan pemakai.
Pembangunan masjarakat mempunjai segi2 materiil dan kulturil.
Karena setiap orang Indonesia harus kita usahakan supaja men-djadi penghasil (pentjipta) dan pemakai (penikmati) dalam segi-segi materiil dan kulturil itu.
Tjontoh untuk mendjelaskan maksud istilah-istilah tersebut diatas ialah :
Seorang jang membeli mobil adalah pemakai materiil;
Seorang jang menikmati hasil lukisan2 jang indah adalah pemakai
kulturil;
Seorang jang menukangi sesuatu adalah penghasil materiil ; Seorang jang menggubah pantun2, sjair-sjair jang indah adalah
penghasil kulturil.
Orang jang semata-mata dipersiapkan untuk sesuatu kedjuruan mendjadi penghasil jang baik, tetapi ia bukan pemakai, dan kulturil djiwanja miskin. Sebaliknja orang2 jang hanja menerima
pendi-dikan umum hanja pemakai belaka. Ia bukanlah penghasil.,
Kedua djenis pendidikan tersebut jaitu jang hanja mendidik untuk pengetahuan umum mengakibatkan struktur masjarakat jang te-gang dan pintjang.
Menurut pengalaman kita, didikan sematjam inilah jang pernah kita alami dalam masa2 pendjadjahan. Djika kita djudjur
meng-akuinja banjak ahli-ahli teknik jang menganggap sjair2 dan pantun2
indah, chajal belaka. Sebaliknja banjak seniman2 jang dapat
me-nikmati hasil dari teknik2 dan sebagainja.
Segi penghasil (Pentjipta) itu dapat dikatakan identik dengan keachlian, ketrampilan pembaktian kepada kesedjahteraan masja-rakat, djadi segi sosial.
Segi pemakai adalah identik dengan segi kesedjahteraan diri sen-diri maupun kulturil ataupun materiil. Untuk mendjamin kese-imbangan antara kedua segi tersebut kita harus mendidik setjara individuil dan djuga setjara sosial. Segi sosial ini harus mendapat perhatian jang sungguh.
Pendidikan sosial itu dapat diwudjudkan dalam bentuk, methode-projek, tetapi bukan methode projek jang dipusatkan kepada se-suatu mata peladjaran, melainkan jang berpokok kepada masalah bangsa, konkritnja projek Desa.
Projek-projek itu harus sedemikian sehingga:
1. Peladjaran2 kita dapat memahami masalah bangsa kita dalam
lapangan politis, ekonomis, sosial/dan kulturil (segi mengenal).
2. Peladjar2 harus merasakan masalah2 bangsa kita dalam
lapang-an-lapangan tersebut (segi perasaan).
3. Pada peladjar harus timbul kemauan untuk mentjurahkan tenaganja memetjahkan masalah2 tersebut sehingga rakjat
di-lepaskan dari penderitaan (segi kemauan).
4. Peladjar harus dapat bekerdja-sama dan berorganisasi dalam projek-projek itu (segi koperasi dan organisasi).
Projek jang kita maksud harus meliputi segala lapangan hidup, tidak seperti projek2 John Dewey jang hanja bersifat
sosio-ekonomis.
Selandjutnja projek2 itu harus ditudjukan kepada
menanam-kan hasrat mengubah masjarakat dewasa ini mendjadi masja-rakat jang berdjiwa Pantja-Sila sesuai dengan U.U.D. Negara kita.
(Lain halnja dengan projek2 John Dewey jang ditudjukan
kepada menjesuaikan diri kekepada masjarakat, dan bukan mena -namkan hasrat untuk mengubah masjarakat itu).
Sifat2 mengenai teknik dan tjara mendidik jang sangat sesuai
dengan pendidikan nasional ialah : (a) Sifat expresi dan keaktipan.
(b) Sifat kerdja-sama dan bergotong-rojong. (c) Sifat beladjar dengan berbuat.
(d) Sifat2 pendidikan berlangsung dengan ikut-serta dalam
hidup masjarakat.
Sifat psikologis dan filosofisnja a l ialah:
(1) sifat watak dibentuk dalam kegiatan2 sosial jang konkrit,
djangan bukan melalui chotbah2 sosial tentang kesusilaan.
(2) tugas pendidikan ialah menemukan dan mengembangkan pembawaan dan bakat-bakat.
c. Dasar Filosofis :
Sistim pendidikan kita harus lahir dari dan sesuai dengan filsafah jang dianut negara.
Undang-undang pokok pendidikan menegaskan, bahwa pendidikan kita harus berdasarkan Pantja-Sila.
Sebenarnja uraian diatas tentang dasar sosiologis dan psikologis sudah sesuai dengan beberapa sifat2 (segi2) pendidikan dan
ber-dasarkan Pantja-Sila, jaitu :
1. Sosiologis : Pendidikan harus merupakan fondamen bagi pembangunan masjarakat.
2. Psikologis : Setiap manusia harus merupakan penghasil dan pemakai dalam keseimbangan jang harmonis.
§ 971. Struktur Persekolahan
Dasar sosiologis dan psikologis jang diterangkan diatas dengan sendirinja mempunjai akibat terhadap susunan (struktur) persekolahan. a. Menurut dasar psikologis, dengan sendirinja sekolah2 jang hanja
menghasilkan djuru2 sadja (djadi hanja penghasil), tidak sesuai.
b. Sebaliknja, sekolah2 jang hanja memberikan pengetahuan2 umum
tanpa melatihnja dalam satu2 hal keahlian, djuga tidak sesuai,
karena hanja menghasilkan pemakai.
c. Dasar psikologis menginginkan pendidikan jang harmonis, karena itu ada dua kemungkinan terhadap struktur sekolah, jaitu :
P e r t a m a :
A. dalam sekolah2 umum jang ada sekarang diberi didikan
tambahan dalam sesuatu djurusan bakat anak didik. B. dalam sekolah kedjuruan jang ada diberikan pengadjaran
tambahan pengetahuan umum dengan teratur dan intensif. Kedua:
Direntjanakan sesuatu struktur persekolahan jang baru.
1. Menurut dasar sosiologis, sekolah2 harus menghasilkan
pem-bangun-pembangun dalam kwalitet dan kwantitet jang diper-lukan untuk pembangunan tanah air (negara dan masjarakat). 2. Kita ketahui setiap negara muda seperti kita ini memerlukan
tenaga2 ahli sebanjak mungkin dalam waktu jang setjepat
mungkin pula.
3. Akibat2 dari pasal2 diatas terhadap struktur persekolahan kita
adalah sebagai berikut: P e r t a m a :
Susunan sekolah kita harus segera mungkin dipusatkan kepada kedjuruan dalam pada itu kita harus memperhatikan hasi12 ilmu
djiwa jang dapat memberikan petundjuk2 pada kita, sedjak umur
berapa seseorang anak dapat dianggap telah tjukup „matang” untuk
„mengenal” bakatnja untuk diperkembangkan selandjutnja.
Kedua:
Dalam keadaan sekarang ini kita harus memperbanjak sekolah2
kedjuruan sadja seperti jang ada sekarang. Ketiga:
Kita menjusun struktur persekolahan jang baru.
Setelah memberikan pendjelasan2 diatas, kita tidak bisa
melepas-kan diri dari kenjataan, antara lain :
hingga taraf mana dapat kita wadjibkan sekolah seseorang warga negara (batas kewadjiban beladjar).
hingga mana ekonomis dapat kita pertanggung-djawabkan, sehingga batas waktu dapat kita tentukan.
hingga mana kesanggupan kita menghapus atau mengubah struktur jang ada, karena rentjana chajalan dalam masa pembangunan jang malahan mendjadi penghalang segala usaha2 kemadjuan.
Menghapuskan begitu sadja sesuatu sekolah jang telah ada, tetapi tidak tjotjok lagi dalam struktur jang kita inginkan, pasti tidak mungkin dengan tidak menggunakan masa peralihan.
§ 972. Tudjuan Sekolah Taman Kanak-kanak Sekolah taman kanak-kanak:
Sekolah taman kanak2 merupakan suatu bagian jang terintegrasi
dalam keseluruhan sistim pendidikan: ada jang menganggap, bahwa Sekolah T.K. ini adalah suatu luxe dan hanja teruntuk anak2 orang
jang punja. Pendidikan ini amat kita sesalkan, karena djustru masa jang dialami anak didik pada S.T.K. dapat memberi ketentuan-ketentuan penting dalam pertumbuhan selandjutnja.
Betapa lainnja sikap seorang anak jang dari S.T.K. daripada sikap seorang anak jang langsung ke-kelas I sekolah rakjat, tjukup dapat menundjukkan hasil2 baik dari S.T.K. itu, al.: Penguasaan gerak,
inisiatif, kerdjasama, penguasaan diri, keradjinan, penguasaan bahasa lisan dan sebagainja.
Selain dari itu S.T.K. itu tidak perlu harus mahal pembiajaannja, sebab dapat djuga disederhanakan sesuai dengan kekuatan keuangan. Singkatnja, fungsi dari S.T.K. itu ialah al.:
a. membina penjesuaian sosial dan ekonomi pada anak.
b. menjeleksi dan meng-organisasi pengalaman, sehingga anak-anak mendjadi perasa terhadap hal2 jang baik.
c. mempererat hubungan baik antara anak, orang tua, guru dan masjarakat.
Dalam Undang-undang No. 12 tahun 1954. Pasal 6: ajat I menurut djenisnja pendidikan dan pengadjaran dibagi atas:
1. Pendidikan dan Pengadjaran Taman Kanak2.
2. Pendidikan dan Pengadjaran Rendah (Dasar). 3. Pendidikan dan Pengadjaran Menengah. 4. Pendidikan dan Pengadjaran Tinggi.
a.b.c.d. merupakan suatu keseluruhan sehingga pendidikan Peng-adjaran Taman kanak2 adalah bagian jang tak dapat dipisahkan dari
jang lain. Ini berarti bahwa dalam prinsip Pemerintah wadjib men-dirikan S.T.K.2 seperti halnja dengan S.R. sekolah Menengah dsb., akan
tetapi berhubung dengan keadaan Negara, dimana harus dilaksanakan rentjana kewadjiban beladjar (tingkat S.R.) didalam lima Tahun. Hal mana memerlukan pembiajaan jang istimewa, maka dapat diambil kebidjaksanaan, untuk sementara menangguhkan pelaksanaan rentjana S.T.K. oleh Pemerintah atau dilaksanakannja dalam djumlah jang terbatas.
Dan masih dihadapkan perasaan jang aktip dari Swasta (masjara-kat). Sebagai tegenprestasi, Pemerintah harus memperbanjak S.G.T.K. Negeri. Perbandingan Pemerintah-Swasta pada tahun 1958: S.G.T.K. Negeri 6 dan S.G.T.K. Partikelir 40. Untuk mentjukupi kebutuhan2
dalam masjarakat, adalah merupakan suatu kenjataan bahwa diseluruh tanah air S.T.K.2 tumbuh sebagai tjendawan dimusim hudjan, karena
telah dirasakan sebagai kebutuhan jang mutlak. Pun-dianggap perlu didirikannja S.T.K.2 Tauladan (model scholen) :
(a). untuk mendjadi tjontoh/pegangan bagi S.T.K.2 Swasta.
jang akan didirikan oleh Pemerintah.
(b). untuk mempraktekkan hasil olahan dari Laboratorium psikologi jang akan didirikan oleh Pemerintah.
Dan terhadap usaha swasta Pemerintah hendaknja mengadakan koordinasi/kerdjasama jang sebaik-baiknja dan memperbesar subsidinja
§ 973. Sekolah Dasar
Jang kita maksud ialah jang biasanja disebut Sekolah Rakjat. Kita berpendapat bahwa didikan se-rendah2nja jang wadjib dialami
setiap warganegara ialah Sekolah Rakjat jang 6 tahun itu. Tentu sadja hal ini hanja pada masa permulaan ini; karena bila fase ini telah selesai, maka makin lama makin dipertinggikan kelak tingkat kewa-djiban beladjar tersebut.
Itu sebabnja, maka dewasa ini nama S.R. itu sebaiknja diubah mendjadi Sekolah Dasar, agar tambah djelas maksud dan tudjuannja bagi-setiap warganegara Indonesia. Fungsi Sekolah Dasar itu ; ialah : Pertama:
Menanamkan djiwa kebangsaan pada anak didik (djiwa persatuan, patriotisme dan demokrasi) semangat kesederhanaan, semangat beker-dja dan pengabdian rasa hormat kepada orang tua dan wanita dsb.
S.D. harus memberikan sesuatu bekal ekonomis, politis dan kulturil sesuai dengan djiwa anak2, misalnja : membatja riwajat hidup pahlawan2
jang meninggalkan anak2 kesan jang permanen dalam djiwa si anak
(bukan mempeladjari deretan2 tahun2 sedjarah).
Djadi bukanlah terutama untuk mempersiapkan sianak untuk me -nempuh udjian supaja dapat melandjutkan peladjarannja kesekolah lebih tinggi. Karena itu sebaiknja methode jang dipergunakan ialah terutama „sistim projek” jang berpusat kemasjarakatan.
Termasuk fungsi pertama itu ialah memberikan pengertian arti kesehatan bagi si-anak.
Kedua:
Memberikan ketrampilan jaitu membatja, menulis, berhitung. K e t i g a :
Memberikan pengetahuan2 jang fundamentil dan fungsionil hidup
(pertanian dan sebagainja).
Termasuk fungsionil umpamanja: tjara mempertinggi produksi makanan.
K e e m p a t :
Memberikan penerangan kedjuruan sebagai usaha pertama ke-arah pemilihan pekerdjaan dengan djalan sistim2 projek dan batjaan2
jang menarik.
Keempat-empat fungsi itu tidaklah terpisah satu antara lain, tetapi merupakan suatu kebulatan jang menudju kepada pembentukan kepri -badian jang kokoh.
§ 974. Sekolah Pra Kedjuruan
a. Fungsi Sekolah Pra Kedjuruan ialah: Pertama:
Kelandjutan dari fungsi-fungsi Sekolah Dasar dalam memberikan pengetahuan umum lebih mendalam.
K e d u a :
Dan terutama membimbing para peladjar setjara sistimatis, hingga „mempertemukan” si-anak dengan bakatnja.
Berapa lama Sekolah Pra Kedjuruan itu bergantung kepada ur-gensi keperluan tenaga ahli. Sebenarnja makin lama persiapan dalam sekolah pra kedjuruan makin menguntungkan kepada per-kembangan kepribadian seseorang jang memberikan pula kepada pendidikan kedjuruannja.
Tetapi melihat kenjataan dan keadaan, bahwa tenaga-tenaga ahli diperlukan setjepat mungkin, maka tjukuplah 3 tahun Sekolah Pra Kedjuruan.
b. Mata peladjaran2 di Sekolah Pra Kedjuruan itu dapat dibagi dalam
3 golongan: P e r t a m a :
Jang diwadjibkan : jang fundamentil. Kedua:
Jang diwadjibkan dengan memilih : (minta peladjaran Pra Ke-djuruan).
K e t i g a :
Jang tidak diwadjibkan dengan memilih : (mata-peladjaran kege-maran).
Mata-peladjaran Pra Kedjuruan ini harus didasarkan kepada soal2
pembangunan jang terpenting, umpamanja: Industri, pertanian, peladjaran, kesehatan, transmigrasi dll.
Disinilah terlihat suatu perbedaan prinsipil dengan diferensiasi sesudah dua tahun jang terutama di S.M.P. sekarang ini didasarkan kepada dapat tidaknja Ilmu Pasti.
Sistim ini memerukan ruangan2 tersendiri untuk tiap2 mata
pela-djaran pilihan, praktikum dan untuk olah-raga, musik dan seba-gainja.
Jang lebih dapat kita laksanakan dalam rangka pendidikan nasional dan lebih sesuai dengan realitet jang kita hadapi ialah, bahwa di Sekolah Pra Kedjuruan ini sambil peladjar2 tersebut beladjar
un-tuk benar2 „menginsjafi” bakatnja setiap tahun harus ada salah
satu mata-peladjaran pilihannja jang chusus mesti diselesaikannja sendiri disamping peladjaran biasa, sehingga setiap tahun ada satu hal jang benar2 telah dikuasai oleh jang bersangkutan.
Bila is terpaksa meninggalkan Sekolah, karena keadaan ekonomi (hal mana bukan hal jang aneh dalam masjarakat kita), maka
pastilah ia sudah „ahli” dalam hal jang telah chusus dipilihnja
setiap tahun menurut djendjang taraf2 jang didjalani.
Karena itu persiapan untuk pilihan chusus ini harus dengan sekuat tenaga diselesaikan tiap tahun.
Menurut keadaan, sistim inilah jang sangat sesuai dengan con-stilasi masjarakat kita dewasa ini.
§ 975. Fungsi Sekolah Kedjuruan termasuk Kewanitaan
Perkembangan watak dan pengetahuan seperti jang terdapat dalam fungsi Sekolah Dasar dilandjutkan sampai Sekolah2 Kedjuruan jang
diselenggarakan baik oleh Departemen P.P. dan K. maupun oleh berbagai Kementerian.
Disamping itu tentu diutamakan peladjaran2 Kedjuruan jang
se-suai dengan djenis sekolah tersebut.
Pada setiap Sekolah Kedjuruan diberi dua djenis mata-peladjaran : Pertama : jang chusus mengenai kedjuruan.
Kedua : vak2 umum untuk pembentukan kepribadian dalam
hubungan djiwa kebangsaan.
Antara kedua djenis mata-peladjaran itu harus senantiasa ada korelasi jang tegas, sehingga diluar dan didalam tetap merupakan suatu keseluruhan usaha jang bulat.
Kedjuruan ini dapat dibagi dalam berbagai taraf.
Setiap taraf dapat diberi suatu penjebutan jang berachir dengan gelaran B.A., M.A., Dr.
§ 976. Universitas-universitas (Perguruan Tinggi)
a. Fungsi Universitas dan Perguruan Tinggi lainnja ialah: memper-siapkan ahli2 tingkat tertinggi dengan djumlah dan kwalitet jang
disesuaikan dengan keperluan pembangunan dan pembinaan ma-sjarakat. Membentuk manusia2 Ilmiah untuk penjelidikan ilmu2
pengetahuan baru.
b. Untuk memperoleh hasil peladjaran jang setinggi-tingginja bagi para tjalon kader tinggi, dalam rangka pembangunan semesta dan berentjana adalah perlu diadakan peladjaran terpimpin (guided study) dalam arti:
Menentukan djumlah siswa bagi tiap-tiap fakultas atau djurusan dari fakultas.
Menentukan waktu tentamen dan udjian.
Menentukan sjarat-sjarat penerimaan siswa.
Membatasi kemerdekaan beladjar.
Menggunakan sistim „tutorship”.
c. Agar kader tinggi selain ahli, djuga berdjiwa pembangunan, maka perlu diadakan studium generale jang meliputi peladjaran tentang Pantja-Sila, Demokrasi Terpimpin, U.U.D. 1945, kepribadian Indo-nesia.
d. Mengusahakan agar lambat laun tiap-tiap propinsi mempunjai satu Universitas dengan minimum 5 fakultas.
e. Diusahakan Universitas2 Rakjat, dimana sardjana2 muda
menjalur-kan pengetahuannja setjara popular sebagai guru.
f. Agar makin tepat guna menggerakan tenaga Swasta mengenai Pendidikan Kader Tinggi dalam rangka pembangunan, Pemerintah hendaknja mengadakan Lembaga Perguruan Tinggi Swasta.
Lembaga tersebut bertugas memberi bimbingan dan pengawasan pada perguruan2 Tinggi Swasta. Anggota dan Ketuanja diangkat
oleh Pemerintah, sebagian dari Pegawai2 negeri, sebagian dari
golongan Perguruan Swasta, sehingga dalam Lembaga resmi ini terlaksana pertemuan antara pikiran2 Pemerintah dan pikiran2
masjarakat kearah pembangunan masjarakat jang adil dan makmur. Lembaga tersebut bertanggung-djawab langsung kepada Menteri P.P. dan K. supaja Departemen P.P. dan K. mengusahakan agar Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi Swasta mendapat bimbingan tentang soal teknis jang mengenai Pendidikan dan Pengadjaran Universitas dari Universitas2 Negeri, misalnja bahwa mahasiswa2 dari Perguruan
Tinggi Swasta dapat menempuh udjian, pada tiap tingkatan pada Universitas Negeri atau misalnja:
Supaja sebelum Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi swasta dapat menjelenggarakan udjian sardjana, pada mahasiswa itu sesudah lulus-tingkat sardjana2 muda, dapat melandjtitkan peladjarannja
pada Universitas2 negeri untuk mentjapai gelar Sardjana.
g. Agar Lembaga2 jang termasuk dalam lingkungan Universitas2
mengadakan/mempergiat researches tentang soal2 jang mengenai
pembangunan semesta Berentjana.
h. Agar selekas mungkin dibentuk Undang2 Perguruan Tinggi dalam
maim terdjamin otonomi Universitas didalam arti lengkap (privaat dan publiekrechtelijk) dan agar pada tiap Universitas diberikan sifat Civitas Academica.
§ 977.. Djenis Persekolahan dan Susunannja
Seperti telah didjelaskan diatas, dalam kita mengadakan perubahan perubahan dalam struktur persekolahan, kita tidak dapat melepaskan diri dari kenjataan atau dari sekolah2 jang sedang kita miliki dewasa
ini sebagai warisan dengan perubahan2 jang telah kita adakan
dalam-nja dan sebagai hasil tjiptaan2 baru dari negara kita.
Perkembangan selandjutnja akan terus-menerus memberikan fakta2
baru untuk senantiasa mengadakan perubahan2 dan tambahan2 lagi.
Menghapuskan begitu sadja lalu menggantikannja dengan jang baru
.dalam pendidikan, tidak mungkin; setjara „kontra diktioner” kami
katakan :
„Revolusi melalui evolusi”.
Dengan pendjelasan singkat diatas, dibawah ini diterangkan empat golongan persekolahan, jaitu :
Pertama : Sekolah2 Kedjuruan melalui Pra Kedjuruan.
Kedua: Sekolah2 Pendidikan Guru
Ketiga : Sekolah2 Kedjuruan.
Keempat : Sekolah2 Kedjuruan melalui Kursus-kursus.
(lihat bagian susunan Persekolahan) terlampir pada halaman berikut : a. Pendjelasan Tiap2 Golongan:
Kedjuruan melalui Pra Kedjuruan.
1. Sebagaidasar dari keempat golongan Persekolahan diatas itu, ialah :
—Sekolah Taman Kanak2 — 2 tahun semua anak tetapi
Pe-merintah hendaknja memulai mengadakan S.T.N. sendiri. —Sekolah Dasar (S. R.) — 6 tahun,
Kedua djenis sekolah ini wadjib diselesaikan oleh setiap warga-negara, kalaupun oleh karena keadaan S.T.K. tidak dapat dikundjungi oleh semua anak, tetapi Pemerintah hendaknja memulai mengadakan S.T.K.2 Negeri sendiri. Meskipun tidak
sebanjak Sekolah Dasar; tetapi di-kota2 sebaliknja ada S.T.K.
Negeri.
Sekolah Dasar 6 tahun itu wadjib ditamatkannja.
Pembangunan jang kita inginkan pada Sekolah Dasar itu ialah : —Setiap tahun peladjar-peladjar itu harus mengistimewakan
satu a dua vak jang mendjadi kegemarannja, sehingga pada achir tahun beladjar, peladjar tersebut mempunjai „ketja-kapan” dalam vak-vak jang digemari itu. Dengan djalan
demikian rasa kepertjajaan kepada diri ada pada anak itu. —Pada permulaan, waktu-waktu jang istimewa jang
diberi-kannja kepada vak-vak kegemarannja itu, tidak begitu banjak, karena dikelas I S.D. itu semua anak masih mulai berkenalan dengan pokok-pokok pendidikan pengadjaran. Lambat laun hingga kelas VI, makin intensiplah peladjar itu mengistimewakan vak-vak kegemarannja itu. Sehingga pada achir kelas VI pasti harus sudah ada satu a dua vak jang benar-benar dikuasai anak tersebut, tentu dalam taraf jang seimbang, bukan teoritis tetapi benar-benar praktis. Maksudnja ialah: Kalaupun anak tadi tidak akan melan-djutkan peladjarannja ke Sekolah-sekolah jang lebih tinggi, dia sudah dapat terdjun kemasjarakat untuk berdiri sendiri mentjari pekerdjaan atau memulai pekerdjaan sendiri.
—Karena itu sifat pengadjaran haruslah „berbuat” ; bukan teori, tetapi benar-benar mempraktekkan setiap tahun ha12
jang digemarinja.
—Kita harus benar-benar mendidik anak2 bekerdja sendiri
melakukan segala sesuatu jang mungkin nanti diperlukannja dalam penghidupannja. Upama : memperbaiki kereta angin, mengasah pisau, membuat sapu, mentjat dinding, memasak, nasi, menggoreng ikan, daging dan sebagainja, memelihara ajam, ikan dan sebagainja, menggosok sepatu, membuat „memasang” tangkai tjangkul, mentjutji pakaian, menggo-sok
badju, menempel jang kojak-kojak dan sebagainja ha12 jang
temui dalam hidup sehari-hari.
2. Dari Sekolah Dasar ini anak tersebut dapat melandjutkan peladjarannja kesekolah landjutan tingkat Pertama (Pra Ke-djuruan) 3 tahun.
—Sifat pendidikan disini ialah, anak2 kita dengan bimbingan
jang berentjana dari guru-guru, mulailah lebih mengenal diri-sendiri, mengenal arah-arah mana sebenarnja bakatnja. —Selain dari itu dikelas I sudah banjak diberikan waktunja
kepada vak-vak kegemarannja, sehingga pada achir tiap kelas ada pula jang benar-benar dikuasainja.
—Tugas guru dalam hal ini berat, sebab harus mengikuti perkembangan setiap murid, serta membimbingnja dan me-nasehatinja agar bakat2 jang benar-benar bakat si-anak
ditemuinja.
Djadi tugas guru : mempertemukan si-anak dengan bakatnja. Itulah sebabnja maka sekolah ini disebut Pra Kedjuruan, se-bab setamat sekolah ini haruslah sudah tegas djurusan si-anak. 3. Dari Sekolah Pra Kedjuruan ini barulah anak masuk ke
Sekolah Kedjuruan (SMK). Sesuai dengan bakatnja, dapatlah dipilihnja djurusan2 diberbagai golongan Sekolah itu, (djadi
tidak perlu tetap dalam lingkungan golongan I si-anak dapat melandjutkan peladjarannja ke Landjutan Tingkat atas mi-salnja :
S.M.A.-A.: Chusus djurusan Bahasa. S.M.A.-B.: Chusus djurusan Exacta.
S.M.A.-C.: Chusus djurusan Ekonomi/Hukum.
S.M.A. jang kita maksudkan tidaklah seperti jang ada sekarang S.M.A.-A.-B.-C., tidak menempatkan 3 sekolah seperti jang ada sekarang, tetapi merupakan satu sekolah dengan tiga djurusan jaitu A., B. dan C. Tamatan tiap2 djurusan A., B., dan C
harus sudah benar2 ahli menengah dalam djurusan itu dan tidak
tjanggung2 seperti keadaan sekarang.
Tamatan S.M.A.-A sudah harus benar2 sanggup mendjadi guru
bahasa. Bahasa jang dipeladjari ialah : Bahasa Indonesia, Bahasa Kawi, Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, Bahasa Peran-tjis, Bahasa Djerman, Bahasa Nippon, Bahasa Tionghoa.
Sudah tentu tidak mungkin si-anak mendjadi ahli semua Bahasa itu, karena itu setiap tahun pula dipilihnja 1 a 2 bahasa jang setjara istimewa diperdalamnja Bahasa. Sedjak tahun pertama harus sudah banjak waktu jang diberikan kepada ba-hasa-bahasa jang diistimewakannja itu. Mendjelang achir kelas III tidaklah lagi begitu banjak waktunja untuk vak2
istimewanja itu (ini harus sudah pasti,dikuasainja), karena ia mem -persiapkan diri untuk udjian terachir.
Tamatan2 S.M.A.-, sudah harus benar2 sanggup mendjadi pe-tugas
dimana diperlukan vak2 exacta, umpamanja sadja:
ahli menengah Ilmu Alam. ahli menengah Kimia. ahli menengah Ilmu Pasti.
Dan mereka harus sudah sanggap bekerdja dalam lapangan2
jang dipilihnja. Djuga disekolah ini keahliannja dalam vak2
istimewa jang dipilihnja harus setjara istimewa dipersiapkan-nja setiap tahun. Tamatan S.M.A.-C djuga harus sudah dapat terdjun kemasjarakat untuk bagian Ekonomi dan Hukum, umpamanja : memegang buku Perusahaan2, administrasi
per-usahaan-perusahaan, urusan2 hukum buruh2 perusahaan,
ber-usaha sendiri, penasehat2 hukum sesuatu perusahaan rendah/
menengah.
Djuga disini setiap tahun harus sudah dipilihnja satu dan vak jang setjara istimewa dipersiapkannja, sehingga ia benar2 „ahli
menengah” dalam vak pilihannja.
Pada Sekolah Landjutan baik tingkatan pertama maupun ting -katan atas perlu ditanamkan djiwa perintis dan diadakan regu2
kegemaran (interest groups) dan kegiatan2 diluar djam
pela-djaran guna memberikan saluran kepada djiwa jang dinamis dan kreatip.
Tamatan S.M.A.2 (jang bersifat kedjuruan ini) dapat
melan-djutkan peladjaran ke Perguruan Tinggi jang sesuai dengan djurusannja. Djuga Perguruan Tinggi dari golongan Perseko-lahan II dan III.
Dalan golongan I ini :
—Tamatan S.M.A. dari A dapat ke Fakultas Ahli Bahasa. —Tamatan S.M.A.-B. dapat ke Fakultas Teknik Kimia, dll.
jang berhubungan dengan vak Exacta.
—Tamatan S.M.A.-C. dapat ke Fakultas Hukum/Ekonomi. Sistim jang kita inginkan pada fakultas2 ini ialah B.A., M.A.
dan Dr pada tiap Periode (2 a 3 th.) peladjaran2 harus
di-achiri periode itu dengan wewenang B.A., M.A., Dr berturut-turut. Dengan djalan demikian, maka bila karena keadaan seseorang mahasiswa terpaksa tidak sanggup melandjutkan peladjarannja (umpama karena keuangan dan lain), maka sudahlah dapat ia mempunjai B.A. atau M.A.
Djadi tidak selamanja perlu sampai titel Dr.
Menilik keadaan ekonomi bangsa kita, sistim B.A., M.A., Dr inilah jang sesuai; disamping itu negara kita memerlukan sebanjak mungkin tenaga2 ahli dalam berbagai bidang dari
tingkat rendah, menengah dan tinggi.
Tidak selamanja harus diperlukan jang berpendidikan Akademi penuh.
b. Pendidikan Guru:
Untuk pendidikan guru dari berbagai tingkatan kita menginginkan satu golongan tersendiri jaitu :
1. S.G... 6 tahun 2. F.K.I.P... 5 a 6 tahun.
3. Sebagian Bahagian2 dari F.K,I.P, berbagai Kursus2 B I dan
BII.
Pada dewasa ini pengadjar2 Sekolah Menengah pendidikannja
ber-matjam-matjam tingkat, ada jang berpendidikan B I dan B II. Sardjana Muda dsb. F.K.I.P. hendaknja merupakan Balai Pendidikan bagi Guru-guru Menengah.
Sesudah Sekolah Dasar, para peladjar dapat memasuki S.G. 6 tahun, djadi guru2 jang serendah-rendahnja ialah tamatan S.G. Mereka
kelak akan mendjadi guru berwenang penuh pada Sekolah Dasar. Selama sekolah tiap peladjaran harus memperdalam diri 1 a 2 vak jang digemarinja, untuk kemudian hari diperdalamnja lagi pada Kursus B I, BII.
F.K.I.P.: jang terdiri dari djurusan2 sebanjak djumlah peladjaran jang
ada, harus terbagi dalam periode2 pula. Tiap periode harus diachiri
dengan tingkatan B.A., M.A. dan Dr.
dengan demikian guru2 tersebut dapat ber-turut2 mendjadi
guru2 pada Sekolah2 Pra Kedjuruan dan Sekolah S.M.A.
Hanja sadja tiap vak jang dipersiapkannja harus benar2
dengan praktek dikuasainja, bukan theori belaka.
Pembaharuan ini sangat perlu mendjadi pelaksanaan jang sungguh2, agar djangan tertjipta lagi sardjana2 muda atau
sardjana2 jang hanja theoritis belaka:
Disamping itu persiapan praktek mengadjar wadjib diperdalam dengan latihan2 mengadjar. Menguasai sesuatu ilmu
belum. berarti dapat mengerdjakannja kepada peladjar-peladjar.
Bi-dang ini perlu sekali lagi kita tegaskan menilik pengalaman2
jang ada.
c. Sekolah2 Kedjuruan termasuk Kewanitaan :
1. Sekolah2 terdiri dari tiga tingkatan, jaitu :
—tingkatan pertama, —tingkatan menengah, —tingkatan tinggi.
2. Ketiga tingkatan merupakan satu sistim jang kontinu, artinja dari tiap tingkatan dapat melandjutkan peladjaran ketingkatan jang lebih tinggi.
Inilah salah satu pembaharuan jang sangat prinsipiil berbeda dari jang ada dewasa ini. Pembaharuan jang kita sebut ini sesuai dengan prinsip progressi jang pernah kita djelaskan di-bahagian lain dari uraian ini. Karena itu Rentjana Peladjaran dalam tiap tingkatan haruslah sebagian dari tingkatan jang diatasnja dan jang dibawahnja.
3. Untuk dapat melandjutkan peladjaran ketingkatan jang lebih tinggi perlu ada seleksi baik dari jang baru lulus maupun dari jang bekerdja terlebih dahulu.
4. Menurut pengalaman, jang sangat perlu diperbaharui, ialah mempersiapkan diri. Peladjar2 harus benar2 dilatih sedemikian
rupa, sehingga setjara theori benar2 tjakap tetapi jang penting
disamping itu ialah : praktis dengan pengalaman2 praktek