BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman flora yang tinggi, berbagai macam tanaman terdapat di Indonesia. Salah satunya adalah tanaman pisang, hampir tidak ada daerah di Indonesia yang tidak terdapat tanaman pisang. Pisang merupakan tanaman rakyat yang dapat tumbuh di hampir seluruh tipe agroekosistem, sehingga tanaman ini menduduki posisi pertama dalam hal luas bila dibandingkan dengan tanaman buah lainnya. Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Pengembangan dan persebaran tanaman pisang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah iklim, media tanam dan ketinggian tempat. Oleh karena beberapa faktor tersebut maka perkembangan dan persebaran pisang juga akan dipengaruhi oleh pola ketersediaan air sepanjang tahun dan kecocokan (kemampuan adaptasi) varietas menurut seleksi alam, akibatnya daerah persebaran tersebut sekaligus menjadi sentra produksi pisang [1].
Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki tingkat produksi cukup tinggi di Indonesia dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Dilihat dari nilai produksi kotor dunia, pisang juga menempati urutan ke-empat untuk bahan pangan dunia yang paling penting untuk diperhatikan setelah beras, gandum, dan jagung [2].
saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku [4].
Abu merupakan residu mineral yang diperoleh setelah pembakaran pada bahan organik. Potensi generasi abu bervariasi dari satu bahan tanaman yang lain. Komposisi abu tergantung pada sumber, jenis bahan tanaman dan sifat tanah tempat tumbuh suatu tanaman. Bagian dari tanaman yang dibakar dapat menentukan hasil abu dan komposisi. Bahkan pada tanaman yang sama, komposisi logam dapat bervariasi, seperti yang diamati dalam studi melacak konsentrasi elemen dalam kulit buah dan batang Musa paradisiaca [5].
Alkali kalium telah diperoleh secara domestik di seluruh dunia dan secara komersial digunaan pada sektor kaca datar, kimia, pulp dan kertas. Hal ini juga digunakan untuk produksi sabun lokal dan secara tradisional digunakan sebagai agen pembersih. Isi alkali dari kalium turunan abu dinyatakan kalium dan natrium hidroksida atau kalium dan natrium karbonat. Signifikan efektivitas dan ekonomis dari pengelolaan limbah kayu melalui produksi kalium. Kandungan kalium dari kulit pisang matang dan kulit pisang mentah ditujukan untuk pembuatan sabun [6].
Penelitian sejenis dalam rangka pembuatan abu dari kulit berbagai buah sebagai sumber alkali dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu dalam Pembuatan Abu dari Kulit Buah sebagai Sumber Alkali.
Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Intisari
C. O. Onyegbado; E.T. Iyagba; dan O.J. Offor (2002) [7].
Solid Soap
Production using
Plantain Peel Ash
as Source of Alkali
dalam Journal of Applied Science and Environmental Management Vol.
Kulit pisang mentah dikeringkan dalam oven pada 100 °C selama dua hari sampai berat konstan. Pembakaran dilakukan selama 3 jam. Analisis spektrofotometri dari ekstrak untuk ion logam
6 (1) 73-77. menggunakan atomic absorption spectrophotometer
(AAS). Komposisi persentase ion logam dalam ekstrak diperoleh kalium sebesar 81,98 % dan natrium sebesar 15,86
Prosedur pembuatan sabun sama dengan penelitian Onyegbado dkk. Sampel dikeringkan dalam oven pada 100 °C selama dua hari sampai berat konstan. Suhu dan waktu
furnace yang dilakukan yaitu
500 oC selama 6 jam. Dilakukan analisis spektofotometri, molaritas, pH, dan konduktivitas. Hasil
menunjukkan bahwa
kandungan alkali kalium pada kulit pisang raja sebesar 231,93 mg/kg dan kulit pisang sebesar 181,99 mg/kg.
Menggunakan kulit buah pisang sebagai sumber alkali. 0,5 gram sampel kering dan sampel tanah ditimbang dalam cawan lebur porselen dan dilakukan pembakaran dalam
muffle furnace pada suhu
O. Abiona (2010)
(AAS). Hasil analisis berkisar 6,3-12,0% untuk kadar abu, 69,0-81,9% untuk kadar alkali pada abu, dan 4,7-9,6% untuk kadar alkali pada kulit kering. Mary B. Ogundiran;
Menggunakan kulit kacang mete sebagai sumber alkali. Sampel dikeringkan dalam oven pada 105 oC selama 3 jam, kemudian dibakar menjadi abu dalam muffle
furnace pada 500 oC selama 4 jam menggunakan cawan lebur porselen. Dilakukan analisa kandungan alkali karbonat dan hidroksida serta komponen anorganik. Hasil analisa menunjukkan bahwa didapat kandungan abu sebesar 3,0 ±
Variasi waktu pembakaran 30, 60, 90 dan 120 menit dan variasi suhu 400, 500 dan 600 o
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No 1
dan kadar karbon pada arang sekam padi dengan nilai bervariasi.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah menentukan temperatur pembakaran optimum pada pembuatan abu dari kulit buah pisang untuk memperoleh kandungan alkali K2O terbanyak.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menentukan temperatur pembakaran optimum pada pembuatan abu dari kulit buah pisang.
2.
Untuk menghasilkan komposisi terbaik alkali dari kulit buah pisang setelah pembakaran untuk digunakan sebagai sumber alkali.1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa limbah kulit buah pisang dapat digunakan sebagai sumber alkali alternatif. Memberikan nilai lebih pada limbah kulit buah pisang dalam bidang industri. Selain itu juga dapat mengurangi limbah kulit buah pisang dan meningkatkan nilai ekonomis dari kulit buah pisang yang merupakan limbah padat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Bahan baku yang digunakan adalah kulit buah pisang kepok (Musa
paradisiaca Linn cv. ‘Saba’). Proses yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pembuatan abu kulit buah pisang dengan memvariasikan dua variabel sebagai berikut:
Sedangkan variabel tetap antara lain sebagai berikut: - Bahan baku kulit buah pisang kepok
Parameter uji yang dilakukan antara lain : - Analisis rendemen
- Analisis pH
- Analisis normalitas basa - Analisis konduktivitas
- Analisis kandungan K2O dengan metode AAS (Atomic Absorption