• Tidak ada hasil yang ditemukan

IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

118

IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN

Dra. Ni Ketut Adi Mekarsari, Dra. Ni Nyoman Resmi, MM Universiats Panji Sakti Singaraja

ABSTRAK

Desa Sumberklampok merupakan desa yang ada di ujung Barat Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, berjarak kurang lebih 82 km dari Universitas Panji Sakti yang ada di kota Singaraja. Desa ini dikenal sebagai penghasil anyaman daun pandan. Produk yang dihasilkan monoton berupa tikar dan anyaman untuk alas sesaji. Kondisi wilayah desa yang sebagian berawa merupakan habitat yang cocok bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman pandan duri. Pada musim kemarau, masyarakat setempat memanfaatkan daunnya sebagai bahan baku kerajinan anyaman. Sedangkan pada musim hujan, daun pandan tidak dimanfaatkan sama sekali karena kesulitan dalam pengeringannya sehingga daun pandan dibiarkan busuk dan mengering di pohon.

Usaha pembuatan kerajinan anyaman daun pandan sudah ditekuni oleh sebagian warga di Desa Sumberklampok secara turun temurun dengan teknologi yang sangat sederhana. Umumnya pengrajin adalah kaum perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerjaan sambilan.

Melalui program IbM Kerajinan Daun Pandan, tim pelaksana dan mitra berkomitmen untuk menerapkan Iptek untuk memecahkan beberapa permasalahan: Pada Aspek Produksi 1). Rendahnya kapasitas produksi anggota, yaitu rata-rata hanya 2 buah tikar single (biasa) dan 1 buah tikar double, 2) Penyiapan bahan baku daun pandan hanya dilakukan pada musim kemarau, sementara pada musim hujan daun pandan tidak dipanen dan dibiarkan membusuk/kering di pohon, 3) Jenis produk kurang variatif, yakni hanya tikar pandan dan alas sesaji. Pada Aspek Manajeman dan Pemasaran Produk : 1) Penetapan harga jual belum didasarkan pada perhitungan biaya modal secara akurat, termasuk biaya tenaga kerja, 2) Pengelolaan usaha (manajamen bahan baku, manajemen produksi dan manajemen pemasaran) belum dilakukan sebagaimana layaknya sebuah usaha kerajinan, 3) Pemasaran produk terbatas pada pasar-pasar desa sekitar dan belum dilakukan upaya promosi produk pada pasar yang lebih luas. Kegiatan ini dilaksanakan selama 8 bulan, dengan target luaran: 1) Kapasitas produksi meningkat sekitar 150% atau 5 tikar pandan single/orang/hari atau 3 tikar pandan doble/orang/hari, 2) Panen dan pengolahan daun pandan dapat dilakukan pada musim hujan karena pengeringan sudah menggunakan alat pengering(oven), 3) Jika ada bahan baku daun pandan berlebih, jenis produk lebih variatif, sudah dilakukan pelatihan pembuatan sandak lantai (hotel), dompet dan tas, 4) Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan analisa ekonomi dan bisnis., 5) Manajemen usaha anggota maupun kelompok semakin baik dan tertib karena sudah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga untuk kelompok Sari Pandan dan Amertha Pandan, 6) Produk kerajinan dapat dipasarkan secara online.

Key word : Daun Pandan, anyaman, pengerajin

I. PENDAHULUAN

1.1.Analisis Situasi

Desa Sumberklampok merupakan desa yang ada di ujung Barat Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, berjarak kurang lebih 82 km dari Universitas Panji Sakti yang ada di kota Singaraja. Desa ini dikenal sebagai penghasil anyaman daun pandan. Produk yang dihasilkan monoton berupa tikar dan anyaman untuk alas sesaji.

Kondisi wilayah desa yang sebagian berawa merupakan habitat yang cocok bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman pandan duri. Pada musim kemarau, masyarakat setempat memanfaatkan daunnya sebagai bahan baku kerajinan anyaman. Sedangkan pada musim hujan, daun pandan tidak dimanfaatkan sama sekali karena kesulitan dalam pengeringannya sehingga daun pandan dibiarkan busuk dan mengering di pohon.

(2)

119 Usaha pembuatan kerajinan anyaman daun pandan sudah ditekuni oleh sebagian warga di Desa Sumberklampok secara turun temurun dengan teknologi yang sangat sederhana. Umumnya pengrajin adalah kaum perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerjaan sambilan.

Untuk memudahkan dalam koordinasi dan pengembangan usaha, ibu-ibu pengrajin daun pandan kemudian menghimpun diri ke dalam kelompok pengrajin daun pandan. Awalnya hanya ada satu kelompok pengrajin, yaitu Kelompok Pengrajin Sari Pandan. Namun karena jumlah warga yang menekuni usaha cukup banyak, maka sebagian lainnya membentuk kelompok baru, yaitu Kelompok Pengrajin Amertha Pandan. Kelompok Sari Pandan berdiri pada 2005 atau sudah berusia sekitar 9 tahun. Kelompok ini beranggotakan 16 orang dan dipimpin (diketuai) oleh ibu

Kadek Mariani. Aktif melakukan rapat kelompok setiap bulan, yaitu setiap tanggal lima setiap bulannya, sedangkan Kelompok Amertha Pandan masih relatif muda karena berdiri pada tanggal 24 Nopember 2013. Kelompok ini dipimpin oleh ibu Wayan Reni dan beranggotakan 15 orang. Kelompok ini melakukan pertemuan rutin setiap hari minggu, minggu pertama setiap bulannya.

Kegiatan usaha yang ditekuni oleh anggota yang tergabung dalam kedua kelompok ini adalah sama, yaitu pembuatan anyaman daun pandan. Jenis kerajinan yang dihasilkan adalah tikar pandan dan alas sesaji. Gambaran umum kondisi pohon pandan duri di lapangan dan contoh daun pandan yang telah dikeringkan oleh anggota kelompok dapat disimak pada gambar berikut.

Pohon pandan duri siap panen di lapangan

(3)

120 Sebagaimana telah disinggung di atas, kegiatan produksi hanya dilakukan pada musim kemarau, yaitu antara bulan April sampai dengan September. Bahan baku daun pandan diambil menggunakan sabit pada tanaman pandan duri yang tumbuh di kebun masing-masing. Pengambilan bahan baku biasanya dilakukan pada pagi hari. Bila daun pandan yang dimiliki anggota tidak mencukupi, biasanya mereka mendapatkan daun pandan dari warga lain dengan sistem bagi hasil. Setiap pembuatan 4 buah tikar maka pemilik daun mendapatkan bagian 1 buah tikar.

Daun pandan diikat kemudian di bawa ke rumah masing-masing untuk diproses lebih lanjut. Daun pandan dibersihkan dari duri yang terdapat di tepi daun menggunakan pisau. Setelah itu digulung dan dijemur di bawah terik matahari. Untuk mendapatkan daun pandan kering berkualitas baik, daun pandan harus dijemur sekitar seminggu penuh. Kualitas daun pandan yang baik dicirikan dengan warnanya hijau keputih-putihan dan bertekstur cerah atau mengkilap. Sedangkan daun pandan yang kurang mendapat sinar matahari berwana kusam, kehitaman dan agak berjamur. Selanjutnya dilakukan proses menganyam daun pandan kering menjadi tikar. Proses penganyamannya dilakukan pada musim

hujan. Pada waktu musim kemarau/panas, pengrajin hanya bisa melakukan proses produksi pada tahap pengeringan saja. Daun pandan yang kering lalu disimpan sebagai stok. Secara ringkas proses produksi anyaman daun pandan yang dilakukan oleh anggota kedua kelompok ini adalah sebagai berikut.

1. Daun pandan dipetik saat tanaman berumur 2 tahun, umur produktif daun pandan sekitar 15 tahun. Pemanenan daun pandan pada tanaman yang sama dilakukan setiap bulan sekali.

2. Menghilangkan duri daun pandan, tulang dan ujung daun pandan hingga mendapatkan ukuran lebar daun pandan 2-4 cm

3. Daun pandan tanpa duri digulung sampai mencapai diameter 20-25 cm. 4. Lama penjemuran 1 minggu jika cuaca

bagus.

5. Pada hari ketiga/keempat daun pandan yang belum kering dibalik gulungannnya agar daun pandan kering merata. Kualitas daun pandan kering yang kurang bagus dicirikan dengan warna hitam dan berjamur. Daun pandan yang tidak dapat sinar matahari akan rusak dan tidak dapat digunakan untuk membuat anyaman. 6. Selanjutnya dilakukan penganyaman,

(4)

121 yang ukurannya 110 x 140 cm, 115 x 85cm dan 40 x 50 cm (jenis biasa).

Kapasitas produksi tikar daun pandan ataupun alas sesaji pada masing-masing anggota sangat bervariasi.

Umumnya mereka baru mampu

menghasilkan tikar single (jenis biasa) rata-rata 2 (dua) buah per hari atau sebanyak 1 buah tikar jenis double. Kapasitas produksi maksimal jika dijadikan pekerjaan utama, dalam satu hari maksimum mereka dapat menyelesaikan 4 buah tikar jenis biasa dan 2 buah tikar jenis double. Permintaan jenis tikar biasa lebih banyak dari jenis double. Harga tikar juga bervariasi. Penentuan harga jual hanya berdasarkan taksiran biaya bahan baku, sementara biaya-biaya lainnya, termasuk upah pekerja belum diperhitungkan dalam penentuan harga. Tikar ukuran 110 cm x 140 cm kategori

single dijual dengan harga Rp 12.500,- dan untuk kategori double dijual dengan harga Rp 25.000,. Tikar berukuran 85 cm x 115 cm kategori single dijual dengan harga Rp 10.000 dan kategori double dijual dengan harga Rp 20.000. Tikar ukuran 40x50cm (alas sesaji) dijual dengan harga Rp. 6.000,- per unit.

Dalam memasarkan produknya, biasanya menunggu pembeli datang ke lokasi produksi. Saat ini mulai ada rintisan pemasaran yang dilakukan oleh anggota kelompok, namun masih terbatas ke

pasar-pasar yang ada di sekitar desa dan desa tetangga. Menurut penuturan Ketua Kelompok Sari Pandan, dulu pernah ada pembeli dari luar daerah yang melakukan pemesanan dalam jumlah besar dan kontinyu. Namun karena keterbatasan kapasitas produksi dan kurang kompaknya anggota dalam mengelola usaha, maka permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebetulnya tawaran pembeli tersebut merupakan peluang emas bagi kami, tapi apa boleh buat karena kemampuan anggota kelompok sangat terbatas dan manajemen usaha belum terkelola dengan baik, maka peluang tersebut belum dapat kami manfaatkan sebaik-baiknya.

Jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh eorang pengrajin rata-rata per bulan dengan 25 hari kerja adalah 100 buah tikar. Dengan jumlah anggota kedua kelompok 31 orang, maka jumlah produks yang dapat dihasilkan adalah 3100 buah per bulan. Karena pengrajin hanya bisa berproduksi pada musim hujan (enam bulan) maka jumlah produk yang bisa dihasilkan adalah 18600 buah tikar. Sebenarnya jika pengerajin bisa mengeringkan bahan bakunya pada musim hujan, jumlah produk yang dapat dihasilkan dapat melebihi jumlah tersebut di atas. Dengan demikian apabila ada pesanan dalam jumlah banyak pengerajin bisa memenuhi permintaan, selain itu pengerajin

(5)

122 juga dapat membuat produk baru selain tikar.

1.2. Permasalahan Mitra

Berdasarkan uraian pada bagian analisis situasi di atas, dapat diketahui bahwa meskipun usaha kerajinan anyaman daun pandan sudah ditekuni secara turun temurun oleh anggota kelompok, namun dalam proses produksi dan pemesanan produk masih menghadapi sejumlah permasalahan. Tidak semua permasalahan mampu ditangani melalui IbM ini. Oleh karena itu Tim Pengusul dan mitra bersepakat memfokuskan program/kegiatan IbM ini pada upaya pemecahan permasalahan-permasalahan sebagai berikut.

Pada aspek produksi:

1. Rendahnya kapasitas produk anggota, yaitu rata-rata hanya 2 buah tikar single (biasa) dan 1 buah tikar

double.

2. Penyiapan bahan baku daun pandan hanya dilakukan pada musim kemarau, sementara pada musim hujan daun pandan tidak dipanen dan dibiarkan membusuk/kering di pohon.

3. Jenis produk kurang variatif, yakni hanya tikar pandan dan alas sesaji. Pada Aspek Manajeman dan Pemasaran Produk :

1. Penetapan harga jual belum didasarkan pada perhitungan biaya modal secara akurat, termasuk biaya tenaga kerja. 2. Pengelolaan usaha (manajamen bahan

baku, manajemen produksi dan manajemen pemasaran) belum dilakukan sebagaimana layaknya sebuah usaha kerajinan.

3. Pemasaran produk terbatas pada pasar-pasar desa sekitar dan belum dilakukan upaya promosi produk pada pasar yang lebih luas.

II. TARGET LUARAN

Luaran yang dihasilkan dari pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana telah disebutkan di atas adalah :

1. Kapasitas produksi meningkat sekitar 150% atau 5 tikar pandan single/orang/hari atau 3 tikar pandan doble/orang/hari.

2. Panen dan pengolahan daun pandan dapat dilakukan pada musim hujan. 3. Jenis produk lebih variatif, setidaknya

ada jenis produk berbahan baku daun pandan.

4. Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan analisa ekonomi dan bisnis.

5. Manajemen usaha anggota maupun kelompok semakin baik dan tertib.

(6)

123 6. Produk kerajinan dapat dipasarkan ke

pasar-pasar dan pusat-pusat pasar kerajinan di Singaraja, Denpasar dan Gianyar.

7. Artikel pengabdian kepada masyarakat yang dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi.

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Pendekatan

Upaya pemecahan masalah yang diusulkan adalah pemberdayaan mitra dalam meningkatkan kuantitas, kualitas produk dan meningkatkan efisiensi produksi. Bahan dan peralatan untuk mewujudkan hal tersebut akan diusahakan pengadaannya melalui program IbM ini.

Pemberdayaan usaha kerajinan daun pandan duri dalam meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi produksi, serta meningkatkan kemampuan mitra dalam

mengelola usaha dan organisasinya dilakukan dengan metode PALS (Participatory Action Learning System). Prinsip dasar dari metode PALS adalah pelibatan mitra beserta anggotanya dalam proses pembelajaran aktif partisipasi dalam program aksi penerapan ipteks pengolahan daun pandan duri, manajemen kelompok dan penyempurnaan sistem pemasaran dengan segala pendekatan sehingga membentuk suatu sistem interaksi pembelajaran masyarakat secara partisipatif, baik secara personal maupun komunal. Metode PALS menitikberatkan pada transformasi kegiatan-kegiatan yang telah ada untuk diusahakan dibawa pada perubahan-perubahan ke arah perbaikan kondisi usaha dan kondisi kelembagaan kelompok usaha mitra. Secara diagramatik, rencana pemecahan permasalahan mitra dijabarkan seperti pada gambar berikut.

Produk yang dihasilkan : 1. Kapasitas produksi naik

sekitar 150%

2. Panen dan pengolahan daun pandan dapat dilakukan musim hujan.

4. Jenis produk bertambah, ada minimal 3 jenis produk yang dibuat.

5. Harga barang ditetapkan berdasarkan analisa ekonomi dan bisnis

5. Kelompok mampu

memasarkan produk dengan jangkauan pemasaran lebih luas

Teknologi pengolahan daun pandan

Kelompok Pengrajin Sari Pandan & Amertha

Pandan

Pelatihan tentang manajemen usaha dan

produksi (diversifikasi produk)

(7)

124 IV. KARYA UTAMA

4.1.1. Realisasi Program Ipteks

Berbagai kegiatan dilakukan untuk menghasilkan karya-karya yang direncanakan, mulai dari sosialisasi program, pertemuan koordinasi dengan pengurus kelompok, Mitra, Kepala Desa Sumberklampok, pelatihan dan penerapan pengeringan daun pandan dengan menggunankan mesin pengering atau oven, pelatihan pembutan sandal lantai (hotel) tas, serta dompet. Pelatihan dan ceramah menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kelompok; pelatihan administrasi kerja kelompok (buku anggota, pembukuan, keuangan); menentukan standar produksi serta harga prokok produksi, sistem pemasaran produk pandan, membuat plang (papan) Nama kelompok serta membuat blog. Secara rinci realisasi berbagai kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sosialisasi Program IbM

Sosialisasi pendahuluan dilaksanakan tanggal 13 Mei 2016, bertempat di kantor Kepala Desa Sumberklampok. Acaranya adalah

mengundang bapak Kepala Desa Sumberklampok, Ibu Kepala Desa Ketua Kelompok Kerja Sari Pandan dan Ketua Kelompok Amertha Pandan..

Koordinasi pada kedua kelompok dilakukan pada tanggal 6 Juni 2016. Pada saat itu Tim pelaksana IbM bertemu dengan kedua anggota kelompok. Pada saat itu tim IbM menyampaikan beberapa hal yaitu (1) pengadaan satu set mesin pengering daun pandan (oven); (2) waktu pelaksanaa ceramah menyusun Anggaran dasar Anggaran Rumah Tangga untuk kedua kelompok; (3) waktu pelaksanaan pembuatan produk baru sandal lantai (hotel), tas, dan dompet; (4) pendampingan dalam menentukan harga pokok produksi dan standar produk (5) pembuatan blog untuk memasarkan produk lewat online. Gambaran aktivitas pada saat pelaksanaan sosialisasi dapat dilihat pada gambar berikut

(8)

125

Gambar 4.1 Sosialisasi dengan Kepala Gambar 4.2. Sosialisasi dengan kelompok Desa Sumberklampok Sari Pandan dan Amertha Pandan

b. Pembukaan Pelatihan

Tim IbM melakukan pelatihan penyusunan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga untuk kelompok Sari Pandan dan Amertha Pandan pada tanggal 14 agustus 2016. Peserta pelatihan adalah anggota masing-masing kelompok, pada pelatihan ini dihadiri oleh ibu Kepala Desa dan telah disahkan oleh Kepala Desa Sumberklampok pada tanggal 24 Agustus 2016.

Pada tanggal 24 September 2016 sampai dengan tanggal 3 Oktober

2016, instruktur dari

Diiskopdagprin serta anggota kedua kelompok melakukan pelatihan pembuatan sandal lantai,atau sandal hotel, tas dan dompet yang bahan utamanya dari daun pandan. Daun pandan yang dipakai adalah yang kering manual artinya yang pengeringannya menggunakan sinar matahari.

Gambaran suasana saat penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga sarta pelatihan pembuatan produk baru dapat dilihat seperti tersaji sebagai berikut:

b

(9)

126 Gambar a. Ceramah dan pelatihan

penyusunan AD/T untuk kelompok Sari Pandan dan Amertha Pandan.

Gambar b. Pelatihan menganyam pandan sebagai dasar pembuatan tas, sandal dan dompet

Gambar c. Anyaman daun pandan bahan dasar untuk membuat tas, sandal dan dompet.

Gambar d. Salah satu anggota kelompok menjahit produk sandal. Gambar e. Mesin pengering daun pandan

(oven)

Gambar f. Daun pandan dalam oven pengeringan

c. Pelatihan pengeringan daun pandan dengan oven (mesin pengering).

Untuk mengatasi Rendahnya kapasitas produk anggota, yaitu rata-rata hanya 2 buah tikar single

(biasa) dan 1 buah tikar double, karena penyiapan bahan baku daun pandan hanya dilakukan pada musim kemarau, sementara pada

musim hujan daun pandan tidak

dipanen dan dibiarkan

membusuk/kering di pohon,dengan datangnya mesin pengering pada tanggal 2 Oktober 2016 diharapkan mampu mengatasi permasalahan kelompok, bahan baku dapat terpenuhi setiap saat.

4.1.2 Produk (Karya Utama)

Perbaikan dan peningkatan produksi tikar dari daun pandan sangat diharapkan dari program IbM Kelompuk Pengerajin Daun Pandan. Selain memproduksi tikar yang sudah diciptakan oleh kelompok pengerajin, Dengan ada mesin pengering daun pandan untuk bahan baku daun pandan kering sudah tidak masalah lagi, sehingga jika ada bahan baku berlebih kelompok dapat memproduksi Sandal lantai (hotel), tas, dan dompet yang sudah diberikan pelatihan selama 10 hari oleh instruktur yang didatangkan oleh tim IbM dari Danas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian

f

(10)

127 Kabupaten Buleleng. Manajemen Produksi yang handal, regulasi kelompok yang baik, pemasaran yang luas sangat diharapkan sehingga pengabdian yang dilaksanakan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat, sehingga membantu peningkatan perekonomian masyarakat

khususnya kelompok pengerajin Sari Pandan dan Kelompok Pengerajin Amertha Pandan.

Produk Prgram IbM Kelompok Pengerajin Daun Pandan tersaji pada tabel berikut:

Tabel 1. Produk IbM Kelompok Pengerajin Daun Pandan

No Produk Keterangan

1

Proses pembuatan tikar, dari pandan dihilangkan

durinya, digulung

kemudian dimasukan ke dalam mesin pengering, selama 4 jam, kemudian dianyam dan menjadi produk tikar

(11)

128

2 Produk sandal dan tas

yang dihasilkan kelompok 3 Produk Anggaran Dasar dn Anggaran Rumah Tangga Kelompok Pengerajin

Sari Pandan dan

Amertha Pandan

V. SIMPULAN

Dari hasil realisasi program Ipteks dan pencapaian produk (Karya Utama) selama pelaksanaa program IbM dapat dikemukakan bberapa simpulan sebagai berikut :

1. Dapat berproduksi maksimal yaitu dari 2 tikar single perhari menjadi 5 tikar single perhari atau 1 tikar dobel menjadi 2 tikar dobel perhari.

2. Dengan adanya bantuan msin pengering daun pandan, proses pengeringandapat dilakukan setiap saat.

3. Selain untuk kepentingan kelompok mesin juga dapat disewakan secara komersil untuk penganyam pribadi. 4. Adanya Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah tangga sehingga kelompok bekerja sesuai dengan aturan tersebut.

5. Dapat memproduksi produk baru untuk menambah diversifikasi produk.

6. Pengetahuan kelompok di dalam menghitung harga pokok produksi sehingga dapat menentukan harga pokok produk.

(12)

129

VI. SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Kelompok diharapkan terus berinovasi untuk menciptakan produk baru yang berkualitas, dapat mememnuhi kebutuhan konsumen sehingga meningkatkan pendapatn rumah tangga.

2. Dengan adanya penyuluhan tentang

manajemen produksi dan

administrasi, hendaknya kelompok dapat mengimplementasikan dalam kegiatan usahanya.

3. Kelompok hendaknya menetapkan standar produksi (pengupahan) serta

menyisihkan biaya penyusutaan peralatan.

VII. DAMPAK DAN MANFAAT

Dampak program IbM Kelompok Pengerajin Daun Pandan ditinjau dari sisi efisiensi efektifitas produk, manajmeen produksi dan Fakultas Ekonomi Unipas. Pemberdayaan usaha kelompok pengerajin daun pandan dalam meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi produksi serta meningkatkan kemampuan kelompok dalam usaha

sangat dirasakan oleh kelompok. Pelibatan anggota pada kelompok dalam proses pembelajaran dalam penerapan Ipteks pengerajin daun pandan, manajjemen kelompok dan penyempurnaan sintem pemasaran ddengan segala pendekatan sehingga kegiatan –kegitan yang telah ada dan ditambah dengan pelatihan- pelatihan menambah wawasan dari anggota kelompok kerja Sari Pandan dan Amertha Pandan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Frensidy Budy, 2008. Financial Mathematics. Salemba Empat. Jakarta

Horne,Van,James C, John M. Wachowicz,Jr.1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan . Edisi Sembilan. Salemba Empat Jakarta. Ismanto Novi Fajar, 2009. Jurnal Strategi

Pengembangan Usaha Budidaya Lele di Daerah Parung Kabupaten Bogor. Kementrian UKM dan Koperasi, 2008.

Laporan Penelitian Decision Support System Kelayakan Ekonomi dan Financial UKM. Jakarta.

Litabmas, Dikti.2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi IX. Litabmas Dikti, Kemendiknas. Jakarta

Kalengka Nobertus & Edi Trihartono. Kerajinan Daun Pandan. Penerbit Arcita.

(13)

130 Keown J. Arthur, et al. 2001. Dasar-Dasar

Manajemen . Edisi 7, Salemba Empat. Jakarta.

Kememperindag. Diklat Pengembangan Kerajinan Daun Pandan. Tanggal 18-23 Maret 2013. Jakarta.

Rangkuti Freddy, 2006. Business Plan, Teknik Pembuatan Perencanaan Bisnis Dan Analisis Kasus. P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 4.1 Sosialisasi dengan Kepala   Gambar 4.2. Sosialisasi dengan kelompok                 Desa Sumberklampok                            Sari Pandan dan Amertha Pandan
Gambar b.  Pelatihan menganyam pandan  sebagai dasar pembuatan tas,  sandal dan dompet
Tabel 1.  Produk IbM Kelompok  Pengerajin Daun Pandan

Referensi

Dokumen terkait

Sabda Tuhan pekan ini mengajak kita semua untuk bertumbuh dalam semangat saling berbagi dengan sesama yang paling miskin karena banyak Lazarus ada di antara

Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah

Kalimat pengandaian tipe III menunjuk pada peristiwa yang akan terjadi di waktu lampau, digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan pada waktu

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah pengunaan detergents test kits digital untuk pengukuran kadar senyawa aktif LAS dan ABS agar didapatkan data yang lebih

Alat yang digunakan untuk m-ngui titik l-'ur suatu s-nya+a adalah t-rmo,an.Gntuk id-ntifikasi kualitatif titik l-'ur m-ru,akan t-ta,an fisika yang ,-nting t-rutama untuk suatu

Untuk mengetahui sumber daya mineral dan energi dibutuhkan suatu ilmu Untuk mengetahui sumber daya mineral dan energi dibutuhkan suatu ilmu dan teknologi atau instrumen yang dapat

Sedangkan proses yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: (1) proses menangkap citra wajah dengan kamera untuk menyimpan ke database pada saat akses masuk; (2) proses

Tahap PSSA pada dokumen SAE ARP476 seperti yang juga dinyatakan dalam sub bab 2.2.2 menyatakan bahwa analisis yang dilakukan hanya menggunakan salah satu dari ketiga metode yang