• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Anak Karakteristi. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Karakteristik Anak Karakteristi. pdf"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANAK, KARAKTERISTIK ORANG

TUA, POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI

MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA

SISWA SD MUHAMMADIYAH 6 JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

OLEH :

PUTRI SHYAFIRA EL - MARYAM

NIM : 1205015090

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANAK, KARAKTERISTIK ORANG

TUA, POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI MAKANAN

CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA SISWA SD

MUHAMMADIYAH 6 JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

Skripsi ini

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH :

PUTRI SHYAFIRA EL - MARYAM

NIM : 1205015090

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

(3)
(4)
(5)

iii FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN STATISTIK KESEHATAN

Skripsi, Agustus 2016

Putri Shyafira El Maryam

Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik Dan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Sd Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan Tahun 2016

XCVIII + 98 halaman, 44 tabel, 14 gambar, 3 lampiran

ABSTRAK

Anak-anak pada usia sekolah merupakan salah satu yang banyak mengalami kejadian gizi lebih. DKI Jakarta merupakan provinsi di urutan ke-3 yang angka kegemukan pada anak nya masih besar. Fenomena sedentary life style konsumsi makanan cepat saji dan mulai berkurang nya aktivitas fisik juga menjadi pendorong terjadinya kegemukan (overweight) hingga obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik anak, karakteristik orang tua, pola makan, aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan Desain penelitian Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 4-5 di SD Muhammadiyah 6, berjumlah 165 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan, berjumlah 165 siswa. Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah sampel jenuh. Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil melalui kuesioner dan wawancara kepada responden. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.

Hasil Univariat pada penelitian ini dimana sebagian besar adalah siswa perempuan (54,5%), siswa yang berada pada masa kanak pertengahan dan akhir (80,6%), siswa dengan uang saku kecil (75,8%), pendidikan ayah yang lulus perguruan tinggi (85,5%), pendidikan ibu yang lulus perguruan tinggi (82,3%), pekerjaan ayah bukan sebagai pegawai swasta (51,5%), pekerjaan ibu yang tidak full time (64,8%), pendapatan keluarga tinggi (87,9%), frekuensi makanan utama baik (66,1%), frekuensi sarapan rutin (67,7%), konsumsi makanan cepat saji dengan intensitas sering (93,9%), dan frekuensi aktivitas fisik rendah (57%). Hasil uji Bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna pada kejadian gizi lebih yaitu pada variabel Frekuensi sarapan (Pvalue 0,006). Dari hasil (PR) Responden yang tidak rutin sarapan 1,625 kali lebih berisiko untuk mengalami kejadian gizi lebih.

Saran penulis adalah agar sekolah terutama unit kesehatan sekolah bisa lebih giat dalam melakukan langkah preventif dengan melakukan pengukuran status gizi secara rutin juga memberikan pemahaman mengenai dampak dari kejadian gizi lebih bagi kesehatan anak.

Kata Kunci : Gizi Lebih, Kegemukan, Obesitas, gizi lebih anak sekolah dasar

(6)

iv

UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH PROF.DR HAMKA FACULTY OF HEALTH SCIENCES

BACHELOR PROGRAM IN PUBLIC HEALTH SPECIALIZATION IN HEALTH STATISTICS

Skripsi, August 2016 Putri Shyafira El Maryam

Relation between the characteristics of the child, parent characteristics, diet, physical activity and consumption of fast food with overnutrition on the students of Muhammadiyah 6 elementary School

XCVIII+ 98 Page , 44 table , 14 Graphic , 3 Attachment characteristics of the child, parent characteristics, diet, physical activity and consumption of fast food with Overnutrition on the students of Muhammadiyah 6 elementary school in Tebet.

This research is a quantitative research using cross sectional study design. Sampling technique done is saturated samples. Sample of this research was grade 4 and 5 at Muhammadiyah 6 elementary school Tebet, total of sample 165 students. This study uses primary data taken through a questionnaire and interviews with respondents. The analysis used in this study were univariate and bivariate.

Univariate results in this study in which mostly female students (54.5%) of students in middle and late childhood (80.6%), students with a small pocket money (75.8%), pass education of father is college (85.5%), pass education of mother is college (82.3%), father's occupation is not as private employees (51.5%), mothers who did not work full time (64.8%), household income high (87.9%), the frequency of the main food is good (66.1%), the frequency of breakfast (67.7%), consumption of fast food with the intensity of the frequent (92.1%), and low frequency of physical activity (57 %). Bivariat test results showed that there was a significant relationship in the incidence of overnutrition are at variable frequencies breakfast (pvalue 0.006).

Advice writer is that school especially school health unit could be more active in conducting preventive measures by conducting regular measurements of nutritional status also provides insights on the impact of the incident overnutrition for children's health.

Keywords: Overnutrition, Overweight, Obesity, overnutrition elementary school children.

(7)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Shyafira El-Maryam

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juli 1994

Alamat : Jl.Tebet Barat 7D no 20 Rt 02 Rw 04 Kelurahan Tebet Barat, kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

No Telepon/HP : 085771220851

Agama : Islam

Pendidikan :

1.TK Kartini 2000

2.SDIT BAITULSALAM 2001-2003

3.SDN KEMANG 01 Bogor 2004-2006

4.SMP BOGOR CENTER SCHOOL 2007-2009

5.SMA BOGOR CENTER SCHOOL 2010-2011

6.SMA MUHAMMADIYAH 5 2011-2012

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan Kepada ALLAH SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa di SD Muhammadiyah 6 Jakarta Tahun 2016”. Dalam pembuatan skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagai hambatan. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak . Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, dan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Emma Rachmawati, Dra, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah PROF. DR. HAMKA juga sebagai pembimbing kedua yang selalu membimbing dan memberi dukungan bagi penulis.

2. Ibu Ony Linda SKM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat FIKes UHAMKA.

3. Ibu Retno Mardhiati, SKM, M.Kes selaku pembimbing Pertama yang telah membimbing dengan sabar juga selalu membantu kelancaran penulisan skripsi ini memotivasi dan mendukung penulis dalam membuat skripsi ini sehingga bisa diselesaikan dengan tepat waktu.

4. Ibu Leni Sri Rahayu, SKM, M.PH selaku Kepala Program Studi Gizi FIKes UHAMKA dan juga membimbing dan membantu penelitian ini. 5. Bapak Suratman, S.Ag, selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 6

Jakarta.

(9)

vii

7. Mama, Papa, Umi dan Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moral sehingga skripsi ini dapat diselasaikan tepat waktu.

8. Taufiq Abdullah dan Muhammad Khalid Umar selaku adik yang selalu membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Rizky Dwi Saputri dan Selvi Sela teman seperjuangan yang selalu membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.

10.Anak Madam yang juga selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman teman seperjuangan yang telah bersama-sama berjuang melewati masa-masa sulit dalam penyusunan skripsi ini.

12.Seluruh teman-teman STAKES 2012 yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini.

13.Seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat 2012 yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini.

14. Kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan namun tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan masukkan-masukkan dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini, dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammualaikum Wr.wb

(10)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined.

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN……….……xix BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Ruang Lingkup ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Bagi Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Tebet, Jakarta Selatan ... 7

1.5.2 Bagi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka ... 8

1.5.3 Bagi Peneliti ... 8

BAB II ... 9

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 9

2.1 Gizi Lebih ... 9

2.2 Overweight ... 14

2.3 Obesitas ... 15

(11)

ix

2.3.2 Gejala Obesitas ... 16

2.4 Penyebab Gizi lebih ... 17

2.5 Penilaian Gizi Lebih ... 21

2.6 Dampak Kesehatan dari Gizi lebih ... 22

2.7 Tindakan Gizi Lebih Bagi Anak... 24

2.7.1 Pengelolaan dan Terapi bagi Gizi Lebih... 25

2.7.2 Faktor Keberhasilan Terapi ... 25

2.8 Anak Sekolah ... 26

2.8.1 Pertumbuhan dan perkembangan Anak usia Sekolah 6-12 tahun... 26

2.8.2 Pemberian Makanan Pada Anak ... 28

2.9 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih ... 28

2.9.1 Karakteristik anak ... 29

2.9.2 Karakteristik Orang Tua ... 29

2.10 Pola Makan ... 30

2.11 Aktivitas Fisik ... 32

2.12 Konsumsi Cepat Saji ... 35

BAB III ... 37

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ... 37

3.1 Kerangka Teori ... 37

3.2 Kerangka Konsep ... 37

3.3 Definisi Operasional ... 38

3.4 Hipotesis ... 42

BAB IV ... 43

METODE PENELITIAN ... 43

4.1 Desain Penelitian ... 43

4.2 Populasi dan Sampel ... 43

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

4.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 44

4.5 Pengolahan Data ... 46

4.6 Analisis Data ... 48

BAB V ... 53

(12)

x

5.1 Gambaran Umum Sekolah ... 53

5.2 Analisis Univariat ... 54

5.2.1 Gizi Lebih ... 54

5.2.2 Karakteristik Siswa ... 55

5.2.2.1 Usia ... 55

5.2.2.2 Jenis Kelamin ... 57

5.2.2.3 Uang Saku ... 57

5.2.3 Karekteristik Orang Tua ... 58

5.2.3.1 Pendidikan Orang Tua ... 58

5.2.3.1.1 Pendidikan Terakhir Ibu ... 58

5.2.3.1.2 Pendidikan Terakhir Ayah ... 59

5.2.3.2 Pekerjaan Orang Tua ... 60

5.2.3.2.1. Pekerjaan Ibu ... 61

5.2.3.2.2. Pekerjaan Ayah ... 62

5.2.3.3 Pendapatan Keluarga ... 63

5.2.4 Pola Makan ... 64

5.2.4.1 Frekuensi Makanan Utama ... 64

5.2.4.2 Sarapan... 65

5.2.5 Aktivitas Fisik ... 65

5.2.6 Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 66

5.2.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat ... 67

5.3 Analisa Bivariat ... 68

5.3.1 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Usia ... 69

5.3.2 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Jenis Kelamin ... 69

5.3.3 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Uang Saku ... 70

5.3.4 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Pendidikan Ibu ... 70

5.3.5 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Pendidikan Ayah ... 71

5.3.6 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Pekerjaan Ibu ... 71

5.3.7 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Pekerjaan Ayah ... 72

5.3.8 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Pendapatan Keluarga ... 72

5.3.9 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Frekuensi Makan Utama ... 73

(13)

xi

5.3.11 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Aktivitas Fisik ... 74

5.3.12 Hubungan Kejadian Gizi Lebih dengan Frekuensi Konsumsi makanan cepat saji ... 74

5.3.13 Rekapitulasi Analisa Bivariat ... 75

5.4 Analisa Multivariat……….75

5.4.1 Hasil Analisa Multivariat………...76

5.4.2 Hasil Pemodelan Multivariat………..77

BAB VI ... 80

PEMBAHASAN ... 80

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 80

6.2 Gizi Lebih ... 80

6.3 Karakteristik anak ... 81

6.3.1 Usia ... 81

6.3.2 Jenis Kelamin ... 82

6.3.3 Uang Saku ... 83

6.4 Karakteristik Orang Tua ... 84

6.4.1 Pendidikan Terakhir ... 84

6.4.2 Pekerjaan ... 85

6.4.3 Pendapatan Keluarga ... 85

6.5 Pola Makan ... 86

6.6 Aktivitas Fisik ... 87

6.7 Konsumsi makanan Cepat saji ... 88

BAB VII ... 90

PENUTUP ... 90

7.1 Kesimpulan ... 90

7.2 Saran ... 91

7.2.1 Bagi Sekolah ... 91

7.2.2 Bagi Siswa ... 91

7.2.3 Bagi Orang Tua ... 91

7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 92

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi BMI menurut WHO ………..10

Tabel 2.2 kategori status berat anak………..11 Tabel 2.3 klasifikasi status gizi anak berdasarkan Z-Score………..12 Tabel 2.8.2. Jumlah energy dan protein yang dianjurkan bagi anak umur

7-12 tahun……….……….…28

Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Konsumsi Makanan Cepat saji dengan kejadian Gizi Lebih pada siswa SD Muhammadiyah

6 Tebet Jakarta Selatan…...38 Tabel 4.2 Populasi penelitian di SD Muhammadiyah 06 Tebet Jakarta Selatan, berdasarkan distribusi jumlah siswa perkelas………42

Tabel 4.3 Populasi penelitian di SD Muhammadiyah 06 Tebet Jakarta Selatan berdasarkan distribusi jumlah siswa perkelas berdasarkan jenis kelamin………...43

Tabel 4.6.2 Tabel Silang hasil pengamatan studi Cross Sectional………49 Tabel 5.1 Total Siswa Kelas IV dan V di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun

2016………....50

Tabel 5.2.1 Klasifikasi Status Gizi pada Siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta selatan pada tahun 2016……….52

(15)

xiii

Tabel 5.2.2.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016………54

Tabel 5.2.3.1.1.a Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….56

Tabel 5.2.3.1.2.a Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….57

Tabel 5.2.3.2.1.a Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Ibu dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016………...58

Tabel 5.2.3.2.2. Distribusi Siswa Berdasarkan Pekerjaan Ayah dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….59

Tabel 5.2.4.1.a Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Utama Pada Siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan……….61 Tabel 5.2.4.1.b Hasil Analisa Univariat Responden Berdasarkan Frekuensi Makanan

Utama Pada siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan………...61

Tabel 5.2.4.2.a Distribusi Responden Berdasarkan Sarapan siswa SD Muhammadiyah

06 Jakarta Selatan ………..62

Tabel 5.2.4.2.b Hasil Analisa Univariat Responden Berdasarkan Sarapan siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan………..62

Tabel 5.2.5.a Distribusi aktivitas fisik pada siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan………..62

Tabel 5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Aktivitas Fisik pada Siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan………..63

Tabel 5.2.6.a Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada Siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan……….63 Tabel 5.2.6.b Hasil Univariat Berdasarkan pertanyaan pendukung frekuensi konsumsi

(16)

xiv

Tabel 5.2.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik Dan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Sd Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan Tahun 2016………64

Tabel 5.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Gizi Lebih dengan usia di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016……….66

Tabel 5.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Gizi Lebih dengan jenis Kelamin di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016……….66

Tabel 5.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Gizi Lebih dengan uang saku di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016………67

Tabel 5.3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Gizi Lebih dengan pendidikan terakhir ibu dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016……67

Tabel 5.3.5 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan pendidikan terakhir ayah di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016…………..68

Tabel 5.3.6 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan pekerjaan Ibu di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016………...68 Tabel 5.3.7 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan pekerjaan

ayah di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016………69

Tabel 5.3.8 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan pendapatan keluarga di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016……….69 Tabel 5.3.9 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan frekuensi

makan utama pada siswa di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016………70

(17)

xv

Tabel 5.3.11 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan Aktivitas fisik pada siswa di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016……….71 Tabel 5.3.12 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Gizi Lebih dengan Frekuensi

Konsumsi makanan cepat saji pada siswa di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan 2016………...71

Tabel 5.3.13 Rekapitulasi Analisis Bivariat Distribusi Variabel Independen di SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan pada Tahun 2016………...72

Tabel 5.4.1 Hasil seleksi Bivariat Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Gizi Lebih pada Siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta

Selatan Tahun 2016………76

Table 5.4.2.a Model I Analisa Multivariat Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat saji dengan Kejadian Gizi Lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan

pada Tahun 2016………77

Table 5.4.2.b Model II Pengeluaran Variabel Usia pada Analisa Multivariat Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat saji dengan Kejadian Gizi Lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan pada Tahun 2016……….77 Table 5.4.2.c Model III Pengeluaran Variabel Uang Saku pada Analisa Multivariat

Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat saji dengan Kejadian Gizi Lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan pada Tahun 2016………78 Tabel 5.4.2.d Model IV Pengeluaran Variabel Pendidikan Ayah pada Analisa

Multivariat Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat saji dengan Kejadian Gizi Lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan pada Tahun

(18)

xvi

Tabel 5.4.2.e Akhir Analisa Multivariat Karakteristik Anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat saji dengan Kejadian Gizi Lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi persentil berdasarkan WHO untuk anak laki-laki………...11 Gambar 2.2 Klasifikasi persentil berdasarkan WHO untuk anak perempuan………..….12 Gambar 2.13 Kerangka Teori………...36 Gambar 3.1 Kerangka Konsep………...37 Gambar 4.6.3 Kerangka Model Prediksi………51 Gambar 5.2.1 Distribusi siswa berdasarkan gizi lebih di SD Muhammadiyah 06 Jakarta selatan tahun 2016………..52 Gambar 5.2.2.1.b Kategori Distribusi berdasarkan usia siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….53 Gambar 5.2.2.2 Distribusi Siswa berdasarkan Jenis Kelamin siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016………54 Gambar 5.2.2.3.b Distribusi Berdasarkan Uang Saku siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016………...55 Gambar 5.2.3.1.1.b distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….56 Gambar 5.2.3.1.2.b Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah dari siswa SD Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….57 Gambar 5.2.3.2.1.b Distribusi Siswa Berdasrkan Pekerjaan Ibu dari siswa SD

Muhammadiyah 06 Jakarta Selatan tahun 2016……….58 Gambar 5.2.3.2.1.b Distribusi Siswa Berdasarkan Pekerjaan Ayah dari siswa SD

(20)

xviii

DAFTRAR SINGKATAN

BMI : Body Mass Index

CDC : Centers for Disease Control

Depkes : Departemen Kesehatan

IMT : Indeks MasaTubuh

KEPMENKES RI : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

PER MENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

Per Gub : Peraturan Gubernur

PAQ-C : Physycal Activity Questioner For Children

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SD : Standard Deviasi

SK : Surat Keputusan

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia, sebuah negara berkembang terluas dengan sebagian besar wilayah nya di penuhi dengan laut atau disebut dengan negara maritim. Indonesia merupakan negara dengan ragam suku dan budaya. Hal tersebut dapat membentuk pola yang beragam pula, termasuk pada pola hidup juga pola makan. Belakangan ini Indonesia seperti terhipnotis oleh budaya yang berkembang di negara lain tidak hanya keanekaragaman seni dan budaya ternyata pola hidup dan pola makan atau kebiasaan makan luar pun mulai menjadi trend di Indonesia. Tentunya hal tersebut tidak serta merta datang begitu saja tanpa membawa dampak negatif. Telah banyak dampak yang timbul akhir akhir ini akibat pola hidup juga pola makan kebarat baratan atau kita lebih kenal dengan Sedentary Lifestyle dan Konsumsi makanan cepat saji.

Trend hidup dan pola makan yang tidak seimbang ini mulai menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan dari mulai kejadian kegemukan (overweight) sampai dengan obesitas dimana hal ini merupakan peluang terjadinya beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, strooke dan diabetes. Di zaman sekarang ini, penyakit degeneratif banyak diderita oleh golongan usia muda yang masih sangat produktif. Padahal sebelumnya tidak disangka bahwa penyakit ini bisa diderita oleh orang berusia dibawah 40 tahun bahkan anak, hal ini dikarenakan pola makan. Terkait dengan pengaruh dari globalisasi dan industrialisasi menyeret sebagian orang untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang kandungan gizinya tidak seimbang, tinggi lemak dan garam serta rendah serat (khomsan,2008). Hal hal inilah yang bisa membuka peluang lebih besar dari terjadinya gizi lebih.

(23)

2

seorang individu. Kegemukan (Overweight) merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat kelebihan jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009). Kemudian Obesitas terjadi apabila konsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan dan digunakan oleh tubuh (Mansjoer et.al., 2000).

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010 yaitu prevalensi status gizi anak umur 6-12 tahun berdasarkan IMT/U menurut provinsi, DKI Jakarta merupakan provinsi di urutan ke 3 yang angka kegemukan pada anaknya masih cukup besar yaitu 12,8% setelah Sulawesi Tenggara (14,7%) dan Papua Barat (14,4%). Sesuai pada data RISKESDAS 2010 prevalensi obesitas di Indonesia berdasarkan Indeks Masa Tubuh umur 6-12 tahun di dapati pada anak laki-laki sebesar 10,7% dan pada anak perempuan sebesar 7,7 %. Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan obesitas 8,8%. Data RISKESDAS 2013 menunjukkan peringkat prevalensi obesitas tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta (30,1%). Hal ini mencakup beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi sangat gemuk di atas nasional yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu dan Lampung.

Data yang dikumpulkan oleh himpunan obesitas Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan pada tahun 1993 jumlah penderita obesitas meningkat menjadi 6,3% untuk anak laki-laki dan 8% untuk anak perempuan. Data baru yang dikumpulkan oleh Himpunan Obesitas Indonesia yakni tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas untuk anak-anak pada sejumlah Sekolah Dasar di Indonesia adalah 12% menderita obesitas dan 9% kegemukan dari 1.730 anak (Zulfa, 2011). Indonesia pada dasarnya mengalami double burden permasalahan gizi, dimana permasalahan gizi kurang masih banyak dan kejadian gizi lebih juga perlahan meningkat. Sebenarnya jika ditindak lanjuti permasalahan gizi lebih ini juga sudah termasuk dalam posisi yang gawat karena dampak yang ditimbulkan nya juga cukup besar bagi kehidupan sesorang seperti mengidap penyakit jantung, diabetes atau bahkan stroke di masa selanjutnya.

(24)

3

satu penyebab terjadinya overweight dan obesitas. Seorang anak yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji akan berhubungan dengan kejadian obesitas, terlihat dari lebih banyaknya anak yang mengalami obesitas yang juga sering mengkonsumsi makanan cepat saji (Damopolii et.al, 2013). Kurang nya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang juga akan mempengaruhi kejadian obesitas, dari hasil RISKESDAS 2013 terdapat 22 provinsi dengan penduduk yang aktifitas fisik nya tergolong kurang aktif dan angka tertinggi diduduki oleh DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi tenggara (37,2%) dan Aceh (37,2%). Artinya kejadian gizi lebih akan menjadi semakin banyak di Indonesia melihat fenomena yang terjadi pada saat ini.

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang beresiko bagi kesehatan (Nurmalina, 2011). Ukuran populasi mentah Gizi lebih adalah indeks massa tubuh (IMT), berat badan seseorang (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi nya (dalam meter). Seseorang dengan BMI 30 atau lebih umumnya dianggap obesitas. Seseorang dengan BMI sama atau lebih dari 25 dianggap kegemukan. Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung koroner dan kanker. Dahulu overweight dan obesitas dianggap masalah hanya di negara-negara berpenghasilan tinggi, namun saat ini overweight dan obesitas secara dramatis meningkat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di perkotaan(WHO). Penderita Gizi lebih pun saat ini semakin beragam dari berbagai kalangan usia termasuk anak anak usia sekolah. Pada dasarnya kejadian kegemukan dan obesitas pada anak terjadi jika makanan sehari harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan seseorang anak yang bersangkutan (positive energy balance). Biasa nya terdapat pada anak yang cepat merasa lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya.

(25)

4

mengenai gizi lebih karena pada saat itu prevalensi nya masih sedikit. Namun dapat kita lihat fenomena yang terjadi pada akhir akhir ini dimana perkembangan zaman telah merubah pola hidup seseorang. Tahun tahun terakhir ini mulai terlihat prevalensi gizi lebih pada anak, terutama dari golongan sosial ekonomi baik, makin bertambah hingga menjadi masalah yang harus mendapatkan perhatian lebih.

Pembentukan pandangan yang salah selama ini terjadi pada beberapa orang tua yang merasa bahagia ketika melihat kondisi tubuh anaknya gemuk dan tidak bahagia melihat kondisi tubuh anak nya tidak segemuk anak lain nya. Hal ini merupakan salah satu hal yang harus dikoreksi dan di renungkan karena bisa jadi anak akan mengalami gizi lebih dimana makanan yang di konsumsinya lebih dari kebutuhan seharusnya dan energi yang menetap lebih banyak namun aktivitas fisik yang dilakukan sangat sedikit. Kondisi kegemukan seseorang anak akan membuka peluang terhadap risiko penyakit dan berbagai permasalahan kesehatan di kemudian hari, diantaranya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Seperti sebuah pernyataan yang pernah dikemukakan oleh seorang ahli gizi mengenai panjangnya ikat pinggang akan berhubungan dengan pendek umur seseorang dan hal tersebut dibuktikan dalam angka angka statistik perusahaan asuransi, dimana hanya 60% penderita obesitas mencapai umur 60 tahun dibandingkan dengan 90% diantara orang yang kurus. Lalu hanya 30% penderita obesitas mencapai umur 70 tahun sedangkan 50% diantara yang bertubuh kurus. Dan penderita obesitas yang berhasil mencapai umur 80 tahun sekitar 10 % kemudian orang orang yang bertubuh kurus yang berhasil mencapai usia ke 80 tahun 30%.

(26)

5

fisik dan konsumsi cepat saji dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan permasalahan gizi lebih yang mulai meningkat dan banyak. DKI Jakarta merupakan provinsi di urutan ke 3 yang angka kegemukan pada anak nya masih cukup besar. Fenomena kehidupan

sedentary life style konsumsi makanan cepat saji dan mulai berkurang nya aktivitas fisik juga menjadi salah satu pendorong terjadinya kegemukan (overweight) hingga obesitas. Pada saat ini obesitas tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan remaja melainkan anak anak. Permasalahan diatas juga mulai nampak pada siswa di SD Muhammadiyah 06 Tebet Jakarta Selatan, dimana sudah mulai merebaknya konsumsi makanan cepat saji dan intensitas olahraga dan aktivitas fisik yang kurang juga seringnya menghabiskan waktu untuk menonton tv dan bermain video game atau komputer yang membuat anak menjadi pasif dalam bergerak dan aktivitas fisik dilakukan berkurang. Pengharapan yang besar dimana generasi penerus bangsa akan menjadi bibit unggulan yang sehat yang dapat meramu masa depan dengan bijak dan baik.

(27)

6

aktifitas fisik dan konsumsi cepat saji dengan kejadian gizi lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik anak, karakteristik orang tua, pola makan, aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian Gizi Lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kejadian gizi lebih (overweight dan obesitas) pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

b. Diketahui gambaran karakteristik anak (Jenis Kelamin, usia, uang saku) pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016. c. Diketahui gambaran karakteristik orang tua (pendidikan,pekerjaan orang

tua, dan penghasilan orang tua) pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

d. Diketahui gambaran pola makan (Frekuensi Makan Utama dan Sarapan) pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016. e. Diketahui gambaran aktivitas fisik pada siswa di SD Muhammadiyah 6

Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

f. Diketahui gambaran konsumsi cepat saji pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

g. Diketahui hubungan antara karakteristik anak (Jenis Kelamin, usia, uang saku) terhadap kejadian gizi lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

(28)

7

i. Diketahui hubungan antara pola makan (Frekuensi makan dan Sarapan) anak terhadap kejadian gizi lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

j. Diketahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian gizi lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016. k. Diketahui hubungan konsumsi cepat saji terhadap kejadian gizi lebih

pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016. l. Mencari dan diketahuinya variabel yang paling dominan berhubungan

dengan kejadian gizi lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2016.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari- Juni 2016 di SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan FFQ untuk pola makan, karakteristik anak, orang tua, pola makan dan aktivitas fisik dilakukan dengan cara wawancara (kuesioner). Sedangkan untuk mengetahui gizi lebih dilakukan dengan cara pengukuran tinggi badan dengan Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm dan berat badan menggunakan timbangan berat badan Camry dengan ketelitian 0,1 kg.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain untuk SD Muhammadiyah 6 Jakarta selatan, Untuk FIKes UHAMKA dan untuk peneliti.

1.5.1 Bagi Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Tebet, Jakarta Selatan

a. Dapat memberikan gambaran, informasi serta prevalensi gizi lebih di sekolah terkait.

(29)

8

1.5.2 Bagi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka

Untuk menambah refrensi kepustakaan dan menjadi tambahan masukan dalam upaya pengembangan dan penerapan ilmu kesehatan masyarakat mengenai hubungan karakteristik anak, karakteristik orang tua, Pola makan, aktivitas fisik dan konsumsi cepat saji dengan kejadian gizi lebih pada siswa di SD Muhammadiyah 6 Tebet Jakarta Selatan tahun 2016. 1.5.3 Bagi Peneliti

(30)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Gizi Lebih

Istilah gizi lebih dapat diaplikasikan pada energi masing masing komponen energi dan mikronutrient. Tingkatan gizi lebih biasanya didefinisikan berdasarkan keadaan yaitu kegemukan (overweight) atau obesitas pada diri seseorang (Gibney, 2009). Kegemukan dan Obesitas merupakan masalah gizi lebih yang pada saat ini mulai marak dijumpai pada anak. kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori(energi) yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan tubuh, atau dibakar melalui proses metabolisme didalam tubuh(Ginanjar,2009). Keadaan gizi lebih mengacu pada keadaan ketika kelebihan lemak disimpan dalam jaringan adiposa. Adiposa tidak dapat di ukur secara langsung dengan begitu harus menggunakan ukuran antropometrik. Pengukuran antropometrik paling banyak dipakai untuk mengklasifikasi berat badan(Gibney, 2009).

Masalah gizi lebih mulai banyak terjadi di Indonesia. Seringkali makanan yang disajikan di dalam kelurga karena kesenangan dengan makanan tertentu bukan disediakan berdasarka dengan kebutuhan. Dengan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini cenderung menyukai makanan cepat saji, yang kandungan gizi nya tidak seimbang. Rata rata makanan seperti itu mengandung lemak dan garam yang tinggi tetapi kandungan serat nya rendah. Kebiasaan masyarakat perkotaan mengkonsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi ini menimbulkan masalah gizi lebih (Minarmo,2008). Gizi lebih yaitu overweight dan obesitas mulai jadi permasalahan kesehatan masyarakat. Gizi lebih ini terutama obesitas merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes sampai dengan kanker (KEMENKES RI dalam strategi nasional penerapan pola makan dan akktivitas fisik, 2011).

(31)

10

Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan (17,75%), Denpasar ( 11,7%), Surabaya (11,4%), Padang (7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta (4%) dan Solo (2,1%). Didapatlah rata-rata prevaensi kegemukan di sepuluh kota besar mencapai 12,2% (Ginanjar,2009). Fenomena gizi lebih pada anak di Indonesia saat ini menjadi fenomena yang mencemaskan. Fenomena yang banyak dijumpai pada anak terutama di kota kota besar pada masyarakat kelas menengah dan atas ini terjadi akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendidik anak untuk hidup lebih sehat. Seperti yang kita ketahui bahwasannya kejadian gizi lebih inilah yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif dikemudian hari.

Dalam mengenali apakah seorang anak termasuk kegemukan atau obesitas, ada beberapa cara sederhana untuk mengenalinya. Salah satunya dengan melakukan pengukuran status gizi yaitu dengan cara menghitung Index massa Tubuh (Body Mass Index) yang dibagi dengan umur (IMT/U). Cara ukur ini ingin menunjukkan apakah seorang anak terlalu berat dengan tinggi yang mereka miliki pada umurnya. Pada orang dewasa pengklasifikasian status gizi lebih mudah yaitu hanya dengan menghitung BMI-nya. Jika hasil menunjukkan diatas 30 atau kelebihan berat badan sebesar 20% dianggap obesitas (Nurmalina, 2011) . Berikut merupakan cara hitung BMI dengan cara Konvensional.

Sumber : Buku Pencegahan dan menejemen Obesitas tahun 2011. Kemudian hasil klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi BMI Menurut WHO

IMT Klasifikasi

< 18.5 kg/ 2 berat badan kurang / Underweight 18.5–24.9 kg/ 2 Berat badan normal

25.0–29.9 kg/ 2 Kelebihan berat badan/ Overweight 30.0–34.9 kg/ 2 kegemukan kelas I / obese I

35.0-39.9 kg/ 2 kegemukan kelas II /obese II

≥ 40.0 kg/ 2 kegemukan kelas III/ obese III Sumber : Buku Pencegahan dan menejemen Obesitas tahun 2011.

IMT/BMI = � ��� �� � (��)

(32)

11

Hasil perhitungan diatas jika menunjukkan hasil hitung IMT =

� ��� �� � (��)

�� ��� �� � ( )2 jika hasil adalah kurang dari 18,5 maka tergolong dalam berat badan kurang. Jika hasil 18,5- 24,9 maka tergolong berat badan yang normal, ketika hasil 25,0- 29,9 sudah tergolong kedalam berat badan lebih. 30-34,9 adalah termasuk kegemukan kelas 1 sudah masuk kategori obesitas (tabel 2.1).

Kejadian obesitas dan kegemukan pada anak diartikan beda dengan kegemukan pada orang dewasa. Ada pertimbangan yang lain dalam penilaian gizi lebih pada orang yang berusia dibawah 20 tahun. Dikarenakan anak anak masih terus tumbuh dan pertumbuhan pada anak laki laki dan perempuan memiliki tingkatan yang berbeda. Tidak hanya dengan standar yang telah ditetapkan seiring bertambahnya lemak tubuh pada anak maka diperlukan variabel usia serta jenis kelamin sebagai variabel yang dihitung dalam mengukur obesitas pada anak.

Perhitungan status gizi pada anak juga bisa dilihat berdasarkan persentil. Secara garis besar dalam menghitung status gizi anak menggunakan BMI namun setelah itu nilai yang di peroleh di plot di grafik untuk mendapat peringkat persentil. Persentil yang dimaksud merupakan sebuah indikator yang digunakan untuk menilai pola ukuran individu dan pertumbuhan anak. Indicator ini berisikan kurva atau garis lengkung yang menunjukkan nilai persentil tertentu (Nurmalina, 2011). Berikut kategori status berat anak:

Tabel 2.2 Kategori Status Berat Anak

Kategori status Rentang Persentil

Underweight (Kurang berat badan) Kurang dari persentil ke-5

Healthy Weight (Berat badan sehat) Persentil ke-5 sampai kujrang dari persentil ke-85

Overweight (kelebihan berat badan) Persentil ke-85 sampai kurang dari persenril ke-95

Obesitas (Obesitas) Persentil ke- 95 atau lebih

Sumber : Buku Pencegahan dan Manajemen Obesitas (Nurmalina, 2011)

(33)

12

Gambar 2.1 Klasifikasi Persentil Berdasarkan WHO Untuk Anak Laki-Laki

Sumber : http://www.who.int/growthref/who2007

Gambar 2.2 Klasifikasi Persentil Berdasarkan WHO Untuk Anak Perempuan

Sumber : http://www.who.int/growthref/who2007

(34)

13

hanya menghitung IMT, melainkan membandingkan hasil BMI atau IMT dengan usia anak dari tabel Z-Score dengan klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Anak Berdasarkan Z-Score

Kategori status Rentang Z-Score

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3SD - <-2 SD

Normal -2SD-1SD

Overweight >1SD-2SD

Obesitas >2SD

Sumber : Buku Pedoman KEPMENKES RI Standard antropometri penilaian status gizi anak tahun 2011

Dengan perhitungan :

Z-Score = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan

Sumber : Buku Gizi seimbang (Almatseir, 2011)

Keterangan : -Nilai Individu Subyek : hasil IMT

-Nilai median Baku Rujukan : Nilai Median dari Umur anak(nilai ini dilihat dari tabel standard Indeks Masa Tubuh menurut umur yang dikeluarkan oleh kemenkes dalam standard antropometri penilaian status gizi anak).

-Nilai simpangan baku : nilai simpangan baku adalah nilai yang diambil tergantung pada hasil IMT nya. Jika hasil IMT < nilai median maka nilai median dikurangi dengan nilai -1SD. Namun jika hasil IMT > nilai median maka nilai +1SD diambil untuk mengurangi nilai median.

(35)

14 2.2 Overweight

Overweight atau Kegemukan adalah kelebihan Berat Badan dengan ambang batas IMT/U > 1 Standar Deviasi sampai dengan 2 Standar Deviasi (WHO, 2005). Klasifikasi internasional untuk derajat overweight didasarkan pada indeks masa tubuh (IMT atau BMI). Orang orang yang overweight menghadapi resiko mordibitas yang meningkat dengan demikian harus mencegah kenaikan berat badan yang lebih lanjut(Gibney, 2009). Kegemukan (Overweight) merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat kelebihan jarungan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).

Kegemukan (Overweight) pada masa kanak kanak umumnya disebabkan oleh pola makan yang salah dan aktivitas fisik yang kurang. Aktifitas fisik sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran lemak tubuh. Kemajuan tekhnologi, acara televisi dan kemudahan transportasi menyebabkan anak anak enggan melakukan aktivitas fisik yang membutuhkan energi (Ramayulis, 2008). Hal ini terus berlanjut hingga akhirnya anak mengalami kegemukan (Overweight). Pada awalnnya permasalahan kegemukan hanya menjadi momok masalah di Negara Negara maju seperti eropa. Derajat kegemukan (Overweight) pada anak 10 tahun di eropa meningkat drastis dalam kurun waktu 25 tahun yaitu sebanyak dua kali lipat pada anak anak yang berusia enam hingga sebelas tahun. Dan kini permasalahan ini tidak hanya dirasa menghawatirkan bagi Negara maju melainkan beberapa Negara berkembang saat ini sudah mulai menghawatirkan terjadinya kegemukan (Overweight) pada anak. karena pada saat ini angka kegemukan (Overweight) secara drastis mulai meningkat. Kejadian gizi lebih ini merupakan gerbang awal resiko terjadinya penyakit degeneratif.

(36)

15

anaknya kurus. Jika orang tua akan mendasari pemikirannya dengan ini maka hal ini menyebabkan kejadian kegemukan pada anak akan semakin banyak lagi.

2.3 Obesitas

Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan akibat penimbunan lemak (Sarasvati,2010). Dengan kata lain obesitas merupakan kondisi dimana lemak tubuh menumpuk sehingga menimbulkan efek buruk pada kesehatan (Nurmalina, 2011). Obesitas adalah salah satu penyakit gaya hidup masa kini. Obesitas merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kelebihan lemak dalam tubuh. Obesitas merupakan akibat langsung dari kebiasaan makan yang tidak sehat dan gaya hidup santai (Arora, 2007). Masyarakat sering menganggap orang yang kegemukan atau obesitas merupakan sebuah tanda kemakmuran bukan sebagai sebuah masalah. Pemahaman yang sama terjadi pada anak yang mengalami Obesitas. Dimana orang tua akan merasa bangga apabila anaknya gemuk, padahal kegemukan yang dialami seseorang tidak selalu menyatakan bahwa anak itu sehat. Adakalanya orang tua begitu berambisi mempunyai anak yang gemuk bahkan sampai memberikan makanan lebih dari yang di anjurkan. Menurut Kunkun Obesitas terjadi karena “konsumsi makanan cepat saji atau makanan restoran yang kaya lemak hewani (lemak jenuh) juga kaya karbohidrat, gula,dan tepung yang kurang Serat” (Soegih, 2009).

(37)

16

Masa Tubuh umur 6-12 tahun di dapati pada anak laki-laki sebesar 10,7% dan pada anak perempuan sebesar 7,7 %. Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%. Terdiri dari gemuk 10,8% dan obesitas 8,8%. Data RISKESDAS 2013 menunjukkan peringkat prevalensi obesitas tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta (30,1%). Hal ini mencakup beberapa provinsi di indonesia yang memiliki prevalensi sangat gemuk diatas nasional yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu dan Lampung. Obesitas menjadi peluang utama terjadinya beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan hipertensi (Arora, 2007). Penyebarluasan akibat buruk obesitas harus mulai dilakukan terhadap masyarakat umum, agar perilaku mereka menjadi lebih menguntungkan untuk pencegahan obesitas.

2.3.1 Klasifikasi Obesitas

Obesitas jika dilihat berdasrkan etiologi atau penyebab nya dibedakan menjadi dua:

1. Obesitas Primer : disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan yang berlebihan dibanding dengan kebutuhan energy yang diperlukan tubuh. 2. Obesitas Sekunder : disebabkan adanya penyakit atau kelainan kogenital,

endokrin, atau kondisi lain.

Menurut pathogenesis nya obesitas dibagi dalam dua golongan : 1. Regulatory Obesity

Gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur masukan makanan (central mechanism regulating food intake).

2. Obesitas Metabolik

Terdapat kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat (mansjoer,2003). 2.3.2 Gejala Obesitas

(38)

17

anak terlihat berdagu ganda (double chin), buah dada seolah berkembang, perut membuncit dan dinding perut terlihat berlipat lipat. Pada anak laki laki penisnya terlihat kecil karena sebagian organ tersebut tersembunyi didalam jaringan lemak pubis (Mansjoer, 2003).

Selain itu sesak nafas juga bisa menjadi salah satu gejala terjadinya obesitas dimana hal ini terjadi akibat disebabkan oleh timbunan lemak berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada yang bisa menekan paru-paru. Gangguan sesak nafas ini bahkan terjadi meski penderita hanya melakukan aktivitas ringan. Gangguan pernafasan ini bisa menjadi lebih membahayakan apabila terjadi pada saat penderita tertidur, hal ini menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (Sleep apnea). Lemak tubuh yang terlalu banyak juga menyebabkan beberapa gejala yang kurang baik seperti depresi atau masalah emosional, kesulitan berjalan dan bergerak, dan mulas (Nurmalina, 2011). Selain itu penderita obesitas cenderung memiliki permukaan tubuh yang relative lebih sempit dibandingkan berat badannya. Akibatnya panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan lebih banyak keringat (Sarasvati, 2010).

2.4 Penyebab Gizi lebih

Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya gizi lebih yang sebagian besar merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, sosial ekonomi, dan nutrisi. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, pola makan, serta pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu perubahan gaya hidup juga menurunkan frekuensi dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. Terjadi penurunan aktivitas fisik ini dapat dilihat dari penurunan intensitas olahraga dan permainan yang mempergunakan fisik pada anak digantikan dengan jenis permainan elektronik seperti video game. Banyak penyebab yang menjadikan seorang anak mengalami gizi lebih yaitu kegemukan (overweight) hingga obesitas diantara nya adalah:

1. Herediter

(39)

18

yang diikuti oleh anak (yatim, 2005). Dengan demikian kegemukan disebabkan oleh tidak seimbang nya energy dari makanan dengan kalori yang dikeluarkan . Penelitian menunjukkan rata rata faktor genetik berpengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Ada orang yang cenderung lebih gemuk yakni bila berbentuk tubuh

endomorph (sarasvati, 2010). Faktor genetik mempengaruhi terjadinya kegemukan, dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orang tua menderita obesitas, dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orang tua menderita obesitas (Henuhili, 2010).

Gen juga dapat mempengaruhi jumlah lemak yang tersimpan dalam tubuh dan kemana tubuh membawa lemak ekstra tersebut. Karena keluarga sering sering berbagi makanan dan kebiasaan aktivitas fisik yang nyaris sama, maka link antara gen dan lingkungan juga saling mendukung. Adanya mutasi pada multigen penyebab obesitas yang diketahui bahwa individu yang berasal dari keluarga obesitas memiliki kemungkinan obesitas 2-8 kali lebih besar disbanding dengan keluarga yang tidak(Soegih dkk, 2009). Seorang anak yang orang tuanya gemuk dan biasa mengkonsumsi makanan berkalori tinggi dan tidak aktif kemungkinan besar anak tersebut akan mewarisi kebiasaaan serupa dan berpeluang terhadap kejadian obesitas (Nurmalina, 2011). Faktor bawaan orang tua adalah salah satu faktor terjadinya gizi lebih. Memiliki bakat mudah gemuk. Dengan bakat mudah gemuk ini metabolisme seseorang lebih banyak menyimpan kalori daripada menggunakannya sehingga tubuh jadi lebih gemuk.

2. Terlalu banyak kalori yang masuk ke tubuh

(40)

19 3. Ganguan Hormon

Gangguan Hormon, walaupun sangat jarang ada kalanya gizi lebih yaitu kegemukan dan obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antar hormon, seperti pada sindrom cushing dimana kondisi kelenjar adrenal tubuh membuat terlalu banyak hormone kortisol. Sindrom ini juga dapat berkembang jika seeseorang menggunakan dosis tinggi obat obatan tertentu dalam waktu yang lama. Orang yang menderita sindrom ini biasanya mengalami obesitas dibagian tubuh atasnya seperti lemak disekitaran leher, wajah bulat namun lengan dan kaki tidak gemuk. Selanjutnya ada polycystic ovarian syndrome biasa nya hal ini mempengaruhi 5-10% wanita pada masa usia subur (Nurmalina, 2011). Wanita yang mengalami ini biasanya berpeluang terhadap kejadian obesitas karena tinggi nya kadar hormone androgen. hypothyroidism kondisi dimana kelenjar tiroid tidak membuat hormone tiroid yang cukup hal ini menmperlambat metabolisme dan beresiko menambah berat badan kemudian penyakit hormone lainnya (Nurmalina, 2011).

4. Kurang berolahraga dan aktivitas fisik yang kurang

Belakangan ini ketika sedentary life style mulai merebak, membuat semakin sedikit anak anak yang terlibat dalam latihan fisik yang teratur. Sedentari merupakan pergerakan tubuh yang minimal sehingga kebutuhan energi juga mnimal, sehingga beberapa yang dilakukan hanya memerlukan sedikit energy seperti menonton TV, bekerja hanya didepan komputer atau bermain game (Soegih,dkk, 2009). Aktivitas fisik yang kurang dimana sebagian anak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, bermain video game, membuat mereka menjadi kurang aktif secara fisik. Terkadang kegiatan seperti yang disebutkan itu mendorong anak untuk mengkonsumsi camilan dan semakin sedikit menggunakan energy (kalori) (Nurmalina, 2011).

(41)

20

kalori yang mereka dapat dari makan dan minuman yang dikonsumsi. Dan semkain membuka lebar resiko terkena penyakit jantung, tekanan darah tinggi hingga diabetes.

Kurang nya seseorang melakukan olahraga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya gizi lebih. Hal tersebut dikarenakan olahraga akan membantu mengurangi berat tubuh dengan cara membakar kalori. Selain itu banyak manfaat yang dirasakan apabila teratur dalam menjalankan olahraga diantaranya memperlancar peredaran darah sehingga kebutuhan jaringan, organ dan tubuh akan zat zat gizi akan terpenuhi, dan berbagai fungsi dalam tubuh pun akan berjalan dengan baik (Sarasvati,2010). Kurangnya aktivitas fisik akan menambah resiko kegemukan pada diri anak karena kativiktas fisik dan kegemukan memiliki hubungan sebab akibat yang kuat. Kegemukan bisa diakibatkan aktivitas fisik yang rendah (Sumanto, 2009).

5. Faktor Psikis

Diantara beberapa orang seringkali makanan menjadi pelarian pada saat seseorang mengalami masalah ataupun risau, jikalau hal ini tidak dapat dikendalikan dengan baik, maka akan berdampak pada terjadinya pertambahan berat badan dan berpeluang menjadikan seseorang mengalami gizi lebih mulai dari kegemukan hingga obesitas (Sarasvati,2010).

6. Kebiasaan makan yang keliru

(42)

21 7. Faktor pola makan yang abnormal

Pada penderita obesitas ditemukan pola makan yang abnormal diantaranya adalah pola makan dimalam hari dan makan dalam jumlah sangat banyak (binge). Pola seperti ini biasanya terjadi dipicu oleh keadaan kecewa dan stress. Binge mirip dengan bulimia nervosa yaitu seseorang yang makan dalam jumlah sangat banyak. Namun pada Binge tidak diikuti dengan memuntahkan kembali makanan yang ditelannya, tetapi dampaknya adalah kalori yang di konsumsi akan menjadi sangat banyak. Kemudian sindroma makan pada malam hari adalah kurangnya nafsu makan pada pagi harinya, justru muncul dimalam hari dan cenderung akan makan dengan jumlah yang berlebihan (Sarasvati,2010).

8. Pengaruh Obat obatan tertentu

Obat obatan tertentu dapat menyebabkan kelebihan berat badan. Steroid dan beberapa obat anti depresi cenderung mampu menyebabkan penambahan berat badan (Sarasvati,2010). Obat obatan tersebut dapat memperlambat tingkat pembakaran kalori, meningkatkan nafsu makan dan berpeluang terhadap kejadian obesitas (nurmalina, 2011).

9. Kurang Konsumsi Makanan Berserat

Pada saat mulai berjamurnya makanan siap saji dan banyak masyarakat yang lebih memilih makanan siap saji begitupun yang dialami oleh banyak anak usia sekolah. Makanan siap saji yang dikonusmsi di restoran lebih banyak mengandung lemak, tinggi energi, kaya akan tepung dan gula yang sangat kurang akan serat. Hasil analisa para pakar di Amerika menunjukkan bahwa kandungan gizi makanan yang dikonusumsi masyarakat modern pada saat ini sangat kurang akan serat dikarenakan kurang nya mengkonsumsi sayur dan buah (Soegih, 2009). Kurangnya mengkonsumsi serat bisa menyebabkan kanker usus (Judarwanto, 2004).

2.5 Penilaian Gizi Lebih

(43)

22

1. penentuan berat terhadap tinggi badan, umur, tipe tubuh. Pengukuran berat terhadap tinggi menggunakan BMI (Body Mass Index) dengan menggunakan perhitungan konvensional ataupun menghitung BMI dengan menggunakan tabel, menghitung BMI dengan kalkolator online dan menghitung BMI dengan patokan persentil usia (Nurmalina, 2011). 2. mengukur tebal lipat kulit (skin fold Thickness) di beberapa tempat,

seperti bagiantrisep, subskapula,suprailiaka,dsbg.alat ukur yang digunakan adalah Caliper. Hasil ukur dibandingkan dengan baku yang ada dan jika di dapati kelebihan melampaui 1 Standar deviasi, maka orang tersebut menderita obesitas. Tebal lipatan kulit tidak tergantung pada tinggi badan, hingga dapat mebri nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin (Mayer,1973).

2.6 Dampak Kesehatan dari Gizi lebih

Sering kali gizi lebih yaitu kegemukan dan obesitas dipandang sebagai sesuatu yang tidak bermasalah bagi sebagian masyarakat. Ditinjau lebih jauh lagi gizi lebih merupakan pintu utama resiko terjadinya beberapa penyakit serius bagi orang dewasa, anak muda bahkan sampai ke tataran anak anak (Nurmalina,2011). Juga terdapat korelasi yang positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi. Berikut merupakan beberapa gangguan kesehatan bagi orang yang mengalami gizi lebih.

(44)

23

darah dan profil lipid yang tidak menguntungkan (penurunan kadar HDL-kolesterol dan peningkatan kadar LDL-kolesterol serta trigliserida) yang selanjutnya merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular (Gibney, 2009)

Hipertensi , jika anak mengalami obesitas maka kemungkinan pada masa dewasa nya maka resiko anak terjangkit hipertensi akan lebih besar. Tekanan darah adalah kekuatan darah mendorong terhadap dinding arteri saat jantung memompa darah keluar. Jika tekanan ini naik dari waktu ke waktu maka dapat merusak tubuh dalam banyak cara (Nurmalina,2011). Selain itu Resiko stroke pada seseorang yang mengalami obesitas akan menjadi sangat besar seiring meningkatnya BMI. Kondisi gizi lebih terkhusus obesitas menyebabkan penumpukan plak pada arteri, terkadang daerah plak bisa pecah kemudian menyebabkan terbentuknya bekuan darah. Jika bekuan yang terjadi dekat dengan otak makadapat memblokir aliran darah dan oksigen ke otak, kemudian terjadilah stroke. Selanjutnya berpeluang terhadap Diabetes Tipe 2 dimana Pada kondisi seorang yang mengalami diabetes tipe II sel sel tubuh tidak menggunakan insulin dengan benar. Awalnya tubuh bereaksi dengan membuat insulin lebih banyak, kemudian seiring waktu tubuh tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengendalikan tingkat gula darahnya. Kebanyakan orang yang mengalami diabetes tipe 2 ini merupakan orang yang mengalami kelebihan berat badan.

(45)

24 2.7 Tindakan Gizi Lebih Bagi Anak

Penyembuuhan bagi anak yang kegemukan dilakukan dalam berbagai upaya mulai dari latihan fisik dan memberi aturan aturan yang dapat membentuka anak. Tujuan penyembuhan adalah menurunkan berat badan. Setiap kelebihan berat badan dari berat badan ideal 20% memeerlukan waktu 1 sampai 1 setengah tahun untuk mencapai berat yang ideal kembali (Dietz, 1983 dalam buku 30 gangguan kesehatan pada anak usia sekolah).

Jika dilihat pada bagaimana terjadinya kegemukan dan obesitas dimana masukan (intake) dan pengeluaran energy tidak seimbang, maka dalam prinsip nya pengobatan untuk obesitas adalah :

1. Mengurangi masukan energy 2. Memperbesar penggunaanya

Kegemukan dan obesitas sejatinya bukan hanya masalah biomedik tetapi juga berkaitan dengan kebiasaan makan, kejiwaan dan faktor sosial. Ada baiknya sebelum memulai pengobatan diketahui dulu mengenai usia, ada atau tidak nya riwayat obesitas dalam keluarga, kebiasaan makan dan keadaan lain yang dapat menyebabkan obesitas dan aktivitas fisik yang dilakukan sehari harinya.

Berlainan dengan orang dewasa anak masih bertumbuh sehingga dikhawatirkan jika menurunkan berat badan sangat drastis akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Pada kasus anak yang mengalami obesitas berat hanya latihan jasmani tidak akan menjadi jalan keluar melainkan bersamaan dengan terapi dietetic, sehingga jumlah energi sehari harinya harus dikurangi hingga tubuh mengambil kekurangannya dari jaringan lemak tubuh sebagai sumber energi tanpa mengurangi pertumbumbuhannya. Diet rendah energy tersebut harus mengandung cukup zat-zat gizi esensial. Mengurangi energi dalam diet obesitas harus sangat berhati hati. Seperti dalam mengurangi protein yang terlampau banyak akan menimbulkan keseimbangan nitrogen yang negatif, kekurangan protein akan menyebabkan atrofi otot. Protein merupakan zat pembangun dan fungsi lainnya sebagai hormone dan enzim ikut terganggu jika mengalami pengurangan protein yang banyak.

(46)

25

konsumsi karbohidrat yang berlebih pada umumnya merupakan salah satu penyebab gizi lebih yaitu kegemukan dan obesitas. Maka sebaiknya karbohidratlah yang harus dikurangi dengan kadar yang sesuai. Dalam menurunkan berat badan anak dengan obesitas berat sebaiknya jangan melebihi 500 gr setiap minggunya. Untuk menurunkan berat badansebanyak 500 g tiap minggunya tubuh dipaksa untuk mengurangi cadangan lemaknya sebanyak 500 gr. Oleh karena 1.4 g jaringan lemak sama nilainya dengan 1 g lemak, yaitu 9-9,3 kkal, maka jumlah energy yang harus dikurangi setiap minggunya sekitar 3250 kkal atau tiap harinya 450-500 kkal. Dengan ini anak yang mengalami obesitas harus dipertahankan berat badannya dan menaikan tinggi badannya. Mendorong anak melakukan aktivitas fisik, membatasi waktu menonton TV terlebih jika disertai konsumsi makanan berkalori tinggi dan mengontrol anak agar lebih aktif.

2.7.1 Pengelolaan dan Terapi bagi Gizi Lebih

Ada beberapa metode dalam pengelolaan atau terapi bagi seseorang yang mengalami gizi lebih mulai dari kegemukan hingga obesitas. Diantaranya:

1. Terapi Utama “ Primary Treatment”

Yaitu terapi yang harus dilakukan dan sebaiknya dijalankan bersamaan yaitu diet, latihan fisik atau melakukan aktivitas fisik dan perubahan prilaku. 2. Terapi Medis “Medical Therapy”

Yaitu terapi yang diberikan pada penderita obesitas yang disertai satu atau lebih komorbid misalnya Diabetes Melitus dan Penyakit jantung Koroner. 3. Terapi Pendamping “Adjunctive Therapy”

Ini merupakan terapi tambahan agar terapi utama dapat dijalankan dengan baik.seperti penggunaan obat obatan, akupuntur, tindakan bedah dan non bedah (Soegih, dkk, 2009).

2.7.2 Faktor Keberhasilan Terapi

(47)

26 1. Motivasi dari pasien

Motivasi psaien menurunkan berat badan perlu dicari karena dapat dipakai untuk mengetahui kesungguhan pasien.

2. Disiplin diri

Disiplin diri sangat dibutuhkan dalam menjalankan terapi karena disiplin yang baik akan mendapatkan hasil yang baik juga.

3. Strategi jangka panjang

Program penurunan berat badan harus merupakan strategi jangka panjang karena overweight dan obesitas merupakan kondisi yang kronis, sebab itu intervensi jangka pendek akan menjadi tidak efektif, dan berat badan akan kembali dengan cepat apabila pengobatan dihentikan. Menanamkan pengertian bahwa kejadian gizi lebih dapat menyebabkan terjadinya berbagai resiko.

4. Tujuan yang realistis

Keberhasilan program penurunan berat badan sebaiknya didiskusikan dengan pasien dan disetujui berapa berat badan yang ingin diturunkan dan diterapkan sebaiknya bertahap. Keberhasilan hendaknya memperhatikan faktor umur pasien, tingkat kegemukan dan ada tidak nya faktor resiko (Soegih dkk, 2009).

2.8 Anak Sekolah

Anak usia sekolah merupakan kondisi seorang anak yang menginjak usia 6-12 tahun dimana pada masa ini anak mulai masuk pada masa sekolah. Anak sekolah adalah anak kelas 1- 12 (KEMENKES RI, 2012)

2.8.1 Pertumbuhan dan perkembangan Anak usia Sekolah 6-12 tahun

(48)

27

Periode pertumbuhan di usia 6-11 tahun merupakan masa pertumbuhan lambat yang konsisten ini merupakan periode tenang sebelum ledakan pertumbuhan yang cepat di remaja (Santrock,2007). Pada usia tersebut anak sangat membutuhkan kecukupan gizi. Tugas kita sebagai orangtualah untuk menyusun gizi yang seimbang untuk mereka. Untuk itu, kita perlu terlebih dulu mengenali bahan-bahan yang kita gunakan untuk menyusun menu sehingga sesuai dengan anjuran kecukupan gizi. Sebagai panduan ilmiahnya kita bisa menyusun menu berdasarkan piramida pedoman umum gizi seimbang (Muaris,2010). Rentang kehidupan dimulai dari 6-12 tahun memiliki berbagai label, masing masing menguraikan karakteristik dari periode tersebut. Periode usia pertengahan ini sering kali disebut usia sekolah atau masa sekolah. Periode ini dimulai pada saat masuknya anak ke lingkungan sekolah, yang memiliki dampakn signifikan pada perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain.secara fisiologis masa kanak kanak pertengahan dimulai dengan tanggal nya gigi susu pertama dan diakhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen.

Perkembangan pada anak usia sekolah merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan, dimana perkembangan yang terjadi pada usia sekolah meliputi perkembangan :

1. Perkembangan Biologis

Saat umur 6-12 tahun pertumbuhan rata-rata bertambah 5cm pertahun untuk tinggi badandan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut anak laki laki dan perempuan mempunyai pertambahan ukuran tubuh yang berbeda. Anak laki laki cenderung kurus dan tinggi , dan anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot.

2. perubahan proporsional

proporsi tubuh mereka sudah lebih tinggi dan baik dibanding masa pra sekolah.

(49)

28

anak anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Anak usia sekolah mempunyai lebih banyak peluang untuk jajan dilingkungan sekolah. Hal hal tersebut yang pada awal nya menjadi permulaan bagi anak yang membeli makanan yang nilai gizinya tidak jelas. Kemudian sesampainya dirumah anak usia sekolah seringkali merasa lapar dan akhirnya kembali makan sesampainya dirumah. Jika tidak dikuatkan dengan kontrol yang baik dari orang tua maka akan menyebabkan pola makan yang tidak baik.

2.8.2 Pemberian Makanan Pada Anak

Banyak faktor yang menentukan kecepatan pertumbuhan anak. Kebutuhan zat gizi berbeda beda dengan umur, kecepatan pertumbuhannya,banyaknya aktivitas fisik, efesinsi penyerapan dan utilisasi makanannya. Pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sangat tergantung pada masukan makanannya. Makanan bagi anak sekolah 7-12 tahun. Jumlah energi dan protein yang dianjurkan oleh Widya Karya Ansional Pangan dan Gizi bagi anak umur 7-12 tahun ialah

Tabel 2.8.2. Jumlah energy dan protein yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi bagi anak umur 7-12 tahun Golongan Umur Berat Tinggi Energi Protein 7-9 tahun 23,5 Kg 120 cm 1860 Kkal 36 gram 10-12 tahun 30 Kg 135 cm 1950 Kkal 45 gram

Sumber : Ilmu gizi klinis pada anak (Pudjiadji 1990)

Dalam periode ini pertumbuhan berjalan terus dengan mantap walaupun tidak secepat waktu bayi. Jadwal makanannya harus disesuaikan dengan waktu. Harus di sempatkan untuk sarapan dan bekal untuk makan siang.pada umur ini anak memerlukan asupan yang cukup karena aktivitas fisik yang juga dijalaninya.

2.9 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi BMI Menurut WHO
Gambar 2.2  Klasifikasi Persentil Berdasarkan WHO Untuk Anak Perempuan
Gambar 3.1 Kerangka Teori Hubungan Karakteristik anak, Karakteristik Orang Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik,
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang  Tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Dan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Di SD Muhammadiyah 6 Jakarta Selatan Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

kurangnya  2  (dua) dan sebanyak­banyaknya  4  (empat)  calon praja IPDN

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 sampai dengan 23 Mei 2013 bertempat di rumah pasien yang pernah berobat atau memeriksakan di Poliklinik penyakit

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe make a match dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak .... Penelitian Terdahulu

dikeluarkan oleh mufti yang layak, maka mustafti hendaklah beramal dengan fatwa berkenaan. Namun jika mufti berkenaan menarik kembali fatwanya dan mustafti pula

Kesimpulan yang bisa didapat dari penelitan tentang pergeseran kata enyong pada masyarakat Jawa di Kabupaten Batang yaitu bahwa pada masayarakat yang tinggal di daerah rural,

Faktor Risiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi Dini Dengan Metode Iva (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat).. Department of Nutrition Faculty