BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan lingkungan pada saat ini sangat merugikan kehidupan masyarakat tidak saja dari segi materil tapi juga dari segi immateril, contonhya saja berbagai penyakit dapat timbul akibat dari lingkungan yang tidak sehat, bahkan bencana alam juga dapt terjadi akibat dari lingkungan yang tidak terjaga. Untuk itu diperlukan selalu adanya upaya dari Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk mengurangi laju kerusakan lingkungan dan melakukan pemulihan kualitas lingkungan.
Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan paling utama untuk mempertahankan hidupya. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen dari udara. Bagi manusia tidak ada yang dapat bertahan tanpa udara lebih dari 3 (tiga) menit.
Namun dengan adanya berbagai aktifitas manusia, dapat mengakibatkan penurunan kualitas udara. Oleh karena itu masyarakat perlu mengetahui kondisi udara di sekitar mereka dan dirasa perlu untuk melaksanakan suatu program yang dapat menyentuh kepada upaya ke arah perbaikan kualitas udara ambien yang diawali dengan ketersediaan data base terutama data kualitas udara ambien di Provinsi Sumatera Barat sehingga didapat gambaran tentang kondisi kualitas udara ambien yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengambil langkah – langkah kebijakan lebih lanjut.
langsung dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik. Kontribusi pencemaran udara oleh gas buang kendaraan bermotor dari penggunaan bahan bakar minyak (BBM) merupakan terbesar (49%) dari penggunaan. Udara emisi ini dapat mencemari udara ambien, dan dapat juga tidak mencemari udara ambien tergantung dari pengelolaan lingkungannya.
Merujuk Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan komponen lain ke dalam udara ambien akibat kegiatan manusia sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO2),
Hidrogen sulfida (H2S) dan karbon monoksida (CO) selalu di
bebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktifitas vulkanik, pembusukan tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga oleh aktifitas manusia. Adanya bahan asing di udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang lama di udara akan mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah wajib menginformasikan kualitas udara kepada masyarakat. Untuk itu setiap daerah perlu melakukan pemantauan kualitas udara secara kontinyu (berkala).
pembakaran sampah serta kebakaran hutan dan lahan. Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang hampir setiap tahun di musim kemarau di Sumatera Barat telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan kualitas udara ambien dewasa ini. Dampak kebakaran hutan dan lahan lebih jauh juga telah menimbulkan kerugian ekonomi, ekologi, gangguan keselamatan transportasi dan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
1.2 Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan Kegiatan
Melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas udara
ambien pada 18 (delapan belas) Kabupaten/Kota di Sumatera Barat
Menginformasikan kualitas udara ambien yang diperkirakan telah menimbulkan pencemaran udara pada stakeholder.
b.Sasaran Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan ini adalah
Terpantaunya kondisi kualitas udara ambien pada 18 (delapan belas) kabupaten/kota di Sumatera Barat
Terinformasikannya kualitas udara ambien yang
diperkirakan telah menimbulkan pencemaran udara pada stakeholder.
1.3 Lokasi Kegiatan dan Titik Sampling
- Ulu gadut (Kawasan industri)
- Perumnas Siteba (Kawasan pemukiman)
2. Kota Bukittinggi
1 - Terminal Aur Kuning (Kawasan Padat Lalu lintas)
3. Kota Payakumbuh 1 - Depan UKM Center (Kawasan Padat Lalu lintas)
4. Kota Solok 1 - Simpang Rumbio (Kawasan Padat Lalu lintas)
7. Kota Sawahlunto 1
-Taman Segitiga (Kawasan Padat Lalu lintas)
8. Kab.Padang
Pariaman 1
- Terminal Lubuk Alung (Kawasan Padat Lalu lintas)
9. Kab.Agam 1 - Simpang Padang Luar (Kawasan Padat Lalu lintas)
1
0. Kab. Pasaman Barat 1
- Depan Kantor Wali Nagari Lingkuang Aua (Kawasan Padat Lalu lintas)
1
1. Kab.Lima Puluh Kota 1
- Depan Kantor Bupati Sarilamak (Kawasan Pemukiman)
1
2. Kab. Pesisir Selatan 1
- Depan PDAM Painan (Kawasan Padat Lalu
4. Kab. Sijunjung 1 - Depan RSUD (Kawasan Padat Lalu lintas) 1
Kab. Solok 1 - Simpang Pasar Sumani (Kawasan Padat Lalu lintas)
1
7. Kab. Tanah Datar 1
- Lapangan Cindua Mato (Kawasan Padat Lalu lintas)
1
8. Kab.Solok Selatan 1
Sumber pembiayaan kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 pada kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dengan alokasi dana Rp.105.000.000 (Seratus Lima juta rupiah)
1.5 Organisasi Pengguna Barang / Jasa
Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dengan melibatkan instansi terkait, sedangkan pengambilan dan pemeriksaan sampel udara bekerjasama dengan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
BAB II
DATA PERENCANAAN KEGIATAN
2.1 Data Dasar
Sumber data dasar yang diperlukan dalam pemantauan kualitas udara ambien sebelum dilakukannya pemantauan antara lain
a) Kriteria lokasi
b) Jumlah lokasi/ titik sampling c) Parameter pencemar udara d) Indeks pencemar udara dan e) Indeks standar pencemar udara. f) Hasil pemantauan tahun sebelumnya
2.2 Standar/Kriteria yang Digunakan
A. KRITERIA LOKASI
1. Kawasan padat lalu lintas 2. Kawasan industri
3. Kawasan Pemukiman Penduduk
4. Kawasan yang terkena imbas kebakaran hutan dan lahan
B. PARAMETER PENCEMAR UDARA
1. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara. Sumber SO2 berasal dari
pembakaran bahan bakar mengandung sulfur (minyak, batu bara, bijih-bijihan mengandung logam) pada pembangkit listrik dan industri serta emisi kendaran bermotor yang menggunakan minyak solar sulfur tinggi.
Pencemaran SO2 menimbulkan dampak terhadap manusia
dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah
iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi
terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Apabila kadar SO2 dalam udara ambien telah melebihi Baku
Mutu (365mg/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker gas serta mengurangi aktifitas diluar rumah.
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa CO merupakan hasil dari pembakaran tidak sempurna dan mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin, pembakaran batubara dan minyak dari industri serta pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor.
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas dan menutup/menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO.
3. Partikel Debu (Total Suspended Partikulat/TSP dan PM10)
Partikulat debu merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Debu yang berukuran <10 mikron biasa disebut dengan PM10.
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Partikulat debu juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umumnya menghasilkan debu lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber debu yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.
Pada umumya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
4.Nitrogen Dioksida (NO2)
Emisi NO2 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena
sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, pembangkit listrik, proses industri dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO2 buatan
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. NO2 juga menjadi penyebab meningkatnya ozon di
lapisan bawah atmosfer. NO2 bersifat racun terutama terhadap
paru.
5. Ozon (O3)
Ozon merupakan zat berbahaya di lapisan atmosfer rendah. Karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran selama sehari dan dari suatu tempat ketempat lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam pemantauan.
Ozon termasuk pencemar skunder terbentuk dari reaksi NOx
dan HC dengan bantuan sinar matahari. Disamping itu ozon merupakan pembentuk kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat mengganggu penglihatan serta menimbulkan efek panas di udara.
C. INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
Menurut Kepmen LH No. KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), indeks standar pencemar udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tanggal 21 November 1997 parameter-parameter dasar untuk ISPU dan periode waktu pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter-parameter dasar untuk ISPU dan periode waktu pengukuran
NO PARAMETER WAKTU PENGUKURAN 1. Partikulat (PM10) 24 jam (periode pengukuran
rata-rata)
2. Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam (periode pengukuran
rata-rata)
3. Karbon Monoksida (CO) 8 jam (periode pengukuran rata-rata)
4 Ozon (O3) 1 jam (periode pengukuran
rata-rata)
5. Nitrogen Dioksida (NO2) 1jam (periode pengukuran
rata-rata)
Perhitungan ISPU mengacu pada batas indeks standar pencemar udara dalam satuan SI sesuai Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tanggal 21 November 1997 (Tabel 2).
Tabel 2. Batas indeks standar pencemar udara dalam satuan SI
ISPU
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57.5 1200 3750
Untuk perhitungan nilai ISPU dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
I = Ia – Ib (Xx – Xb) + Ib Xa – Xb
I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Ambien batas atas Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Hasil manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika
200 – 299 Sangat Tidak Sehat (merah)
Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar
300 – lebih Berbahaya
(hitam) Tingkatberbahaya yang secara umumkuallitas udara dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi
Dalam pelaporan ISPU, yang menjadi acuan adalah parameter dominan, angka dan kategori ISPU (Tabel 3).
Tabel 3. Angka dan kategori Indeks Standar Pencemar Udara tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika
(biru) tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara Untuk Setiap Parameter Pencemar
Kategori Rentang Carbon Monoksida (CO) Nitrogen (NO2) Ozon O3 Sulfur Dioksida
(SO2) Partikulat
Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada Beberapa
Sedang 51 - 100 Perubahan kimia darah tapi tidak
berpanyakit
lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
2.3 Studi-Studi Terdahulu yang Pernah Dilaksanakan
Kegiatan Pemantauan Udara Ambien ini merupakan kegiatan
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 6. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 20 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
9. Kep. Menteri Negara LH No.45 tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara
10. Kep. Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 tentang perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.8 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
13. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 10 tentang APBD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017.
14. Peraturan Gubernur No. 75 tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017.
BAB III
RUANG LINGKUP
3.1
Tujuan yang Ingin Dicapai
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Melakukan pemantauan dan pengukuran udara ambien pada 18 (Delapan belas) kabupaten/kota di Sumatera Barat
2. Mendapatkan gambaran tingkat pencemaran udara di Sumatera Barat
3. Menginformasikan kualitas udara ambien yang diperkirakan telah menimbulkan pencemaran udara kepada stakeholder
4. Memiliki alat pemantau udara ambien.
3.2 Outcome
Terpantaunya kondisi kualitas udara ambien pada 18 (Delapan belas) Kabupaten/ kota di Sumatera Barat
Adanya gambaran tingkat pencemaran udara disetiap kabupaten/ kota di Sumatera Barat dan
Dapat menginformasikan kualitas udara ambien kepada
Stakeholder
3.3 Mekanisme Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data
A. Pengumpulan Data Primer
Pengukuran kualitas udara ambien.
Data yang dihimpun melalui pengukuran di lapangan adalah konsentrasi parameter lingkungan kualitas udara ambien yaitu Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Oksidan (O3), Total
Suspended Solid (TSP) atau Partikulat (PM10), serta Nitrogen
Dioksida (NO₂) dengan lama waktu pemantauan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan kondisi di lapangan.
Observasi/Pengamatan Lapangan
Data yang dihimpun melalui observasi lapangan adalah aktifitas / kegiatan sekitar titik sampling yang berkonstribusi terhadap pencemaran udara ambien, lokasi pengukuran, pengamatan secara visual kondisi cuaca sewaktu melakukan pemantauan kualitas udara, kondisi lalu lintas dan lain-lain.
Wawancara dengan pihak terkait
Data yang dihimpun melalui wawancara adalah informasi tentang kendaraan bermotor/lalu lintas, gangguan kesehatan, pengelolaan sampah, kejadian kebakaran hutan, dan lain - lain.
B. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan melalui berbagai sumber antara lain :
Buku laporan hasil pemantauan kualitas udara ambien tahun-tahun sebelumnya.
Data kualitas emisi sumber tak bergerak beberapa
kegiatan industri pada kabupaten/kota yang bersangkutan.
Data dari instansi terkait di kabupaten/kota yang bersangkutan berkaitan dengan kulitas udara ambien, kebakaran hutan dan lahan, dan lain-lain.
2. Metode Analisa Data
Analisa kualitas udara ambien dilakukan oleh UPTD BLK Prov. Sumatera Barat. Metode dan analisis parameter kualitas udara ambien yang dipantau sesuai PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
3. Pengolahan Data
Data hasil pengukuran keualitas udara ambien yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Adapun parameter kunci untuk menghitung ISPU dan baku mutu seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Baku Mutu Udara Ambien Nasional N
o
Parameter Waktu
Pengukuran
Baku mutu
1 SO2 (Sulfur Dioksida) 1 jam 900 µg/Nm3
24 jam 365 µg/Nm3
1 tahun 60 µg/Nm3
2 CO (Karbon Monoksida) 1 jam 30.000 µg /Nm3
24 jam 10.000 µg /Nm3
3 NO2 (Nitrogen Dioksida) 24 jam 150 µg /Nm3
1 tahun 100 µg /Nm3
4 O3 (Ozon) 1 jam 235 µg /Nm3
5 TSP 24 jam 230 µg /Nm3
Untuk melihat trend kualitas udara ambien maka data tersebut juga dibandingkan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan tahun sebelumnya. Data hasil pengukuran kualitas udara ambien, data sekunder serta hasil pengamatan lapangan kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dan saran yang akan disampaikan ke Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan melalui surat follow-up hasil pemantauan lapangan untuk selanjutnya diharapkan dapat ditindak lanjuti Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
C. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan
- Pembuatan Petunjuk Operasional
- Penunjukan laboratorium yang melakukan pemantauan kualitas udara ambien.
- Persiapan administrasi seperti surat tugas dan surat pemberitahuan pelaksanaan kegiatan ke Pemerintah Kabupaten/Kota terkait.
- Rapat koordinasi dengan instansi LH dalam rangka evaluasi hasil kegiatan
b. Pelaksanaan
- Melakukan koordinasi, pengumpulan data dan informasi serta identifikasi sumber pencemaran udara ambien Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
- Pemantauan dan pengukuran kualitas udara ambien bekerjasama dengan pihak laboratorium.
c. Evaluasi dan Pelaporan
- Analisis sampel kualitas udara di laboratorium
- Evaluasi dan pengolahan data
- Menindaklanjuti berupa follow-up
- Pembuatan laporan
D
.
Jadwal PelaksanaanPelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dilakukan secara bertahap selama tahun anggaran 2017.
3.4
Peralatan dan Material
Dalam Pemantauan udara ambien dilakukan pengambilan sampel udara titik sampling yang telah ditentukan yang pengambilannya dilakukan oleh Balai Labor Kesehatan Sumatera Barat begitu juga dengan peralatan dan material disediakan oleh BLK Sumbar. Selain menggunakan peralatan pemantauan kualitas udara BLK Sumbar juga akan dilakukan uji coba peralatan pemantauan kualitas udara portabel Dinas LH Provinsi Sumatera Barat.
3.5 Lingkup Kewenangan
kesimpulan dan saran yang akan disampaikan ke Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan melalui surat follow-up hasil pemantauan lapangan untuk selanjutnya diharapkan dapat ditindak lanjuti Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
BAB IV
PRODUK LAPORAN
4.1 Jenis Laporan
Output kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien adalah berupa laporan hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2017, laporan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Data hasil pengukuran kualitas udara ambien pada kondisi normal dan kabut asap (jika ada) di 18 (Delapan Belas) kabupaten/kota di Sumatera Barat.
2. Analisis data hasil pengawasan dan pemantauan lapangan pada 18 (Delapan belas) kabupaten/kota di Sumatera Barat.
4.2 Jumlah Laporan
1. Laporan akhir kegiatan berjumlah 5 (lima) rangkap buku laporan 2. Laporan pelaksanaan setiap melakukan pemantauan berjumlah 3
(tiga) rangkap untuk masing-masing laporan yang diserahkan untuk Kepala Bapedalda, pertanggungjawaban keuangan, dan pertinggal.
4.3 Frekuansi Laporan
a. Pelaporan akhir kegiatan dilakukan satu kali setahun
b. Pelaporan pemantauan kualitas udara ambien dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan.
BAB V
PENUTUP
Dengan disusunnya Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien tahun 2017 ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi pelaksanaan kegiatan nantinya sehingga sasaran yang diinginkan dapat tercapai dengan baik .
Padang, Januari 2017
Disetujui dan disahkan :
Tanggal : Januari 2017
KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA BARAT
Drs. H. ASRIZAL ASNAN, MM
Pembina Utama Madya
NIP.19570803 198503 1 005
KEPALA BIDANG P2KLH & PHL DLH PROV. SUMBAR
Ir. SITI AISYAH, M.Si Pembina TK I
NIP.19670928 199203 2 002
A. URAIAN KEGIATAN PROGRAM PEMANTAUAN KUALITAS
UDARA AMBIEN TAHUN 2017
NO URAIAN VOL SATUA
N HARGA JUMLAH
Belanja Langsung 105 .
000.000
Belanja Barang dan jasa 105.000.
000
snelhecter buffallo 10 lembar 7.300 73.000
- Pena
Mygell
1 Kotak 72.500 72.500
- Clip paper
trigonal No.1 Jumbo 2 kotak 30.200 60.400
- Stepler
Mark Max ukuran 10 1 buah 23.600 23.600
- Stapler
(isi hecter) Max ukuran 1217 1 kotak 48.000 48.000
2. Belanja Bahan Bakar
Minyak/Gas 1 ls 2.999.950 2.999.950 (digunakan langsung untuk
kegiatan)
3. Belanja Jasa Kantor 52.937.
000
Belanja Jasa Laboratorium 6.187.00
0 Biaya Pengolahan dan Analisa
CO 0 00
4. Belanja Cetak dan
Penggandaan 1.491.750
- Fotocopy 485
7 250 1.214.250 1.214.250
- Fotokopi
surat dan cetak buku laporan 5 buku 55.500 277.500
5. Belanja Makanan dan
Minuman Rapat 1.592.500
- Belanja Perjalanan dinas dalam
daerah 41.725.000 Biaya Perjalanan dinas dalam
daerah (Luar kota dalam provinsi)
63.220.0 00
Uang Harian pemantauan di Kota
Padang 34.880.000
- Ess III/IV (1 org x 1 hari x 1 kali) 1 OH 225.00
0 225.000.000
- Staf gol III 1 OH 175.00 9.880.0
( 1 org x 1 hari x 1 kali) 0 00
- Staf gol II
(1 org x 1 hari x 1 kali) 1 OH 185.000 9.880.000
Penginapan 20.200.0
00
- Ess III/IV (1 org x 2 hari x 19 kali) 19 OK 400.00
0 7.600.000
- Staf gol
III/II ( 1 org x 2 hari x 19 kali) 19 OH 300.000 5.700.000