BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
menjadikan masyarakat kurang memahami pentingnya pendidikan, tetapi juga membuat masyarakat menjadi malas bilamana harus berjalan jauh hanya untuk bersekolah. Oleh karena itu wajar jika Depdiknas mengeluarkan kebijakan pendidikan salah satunya adalah upaya pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Akses pendidikan yang memadai diharapkan mampu membawa perubahan positif dalam cara pandang dan cara berpikir masyarakat mengenai pendidikan.
Data dari Harian Terbit 11 Februari 2013
menunjukkan bahwa di Indonesia angka putus sekolah semakin meningkat yaitu "jumlah anak putus sekolah setiap tahun masih terjadi, celakanya dari tingkat SD-SMA cukup besar pada tahun 2010 angkanya mencapai 1,08 juta anak". Situasi ini sungguh merupakan keadaan yang ironis, ketika setiap daerah diberikan kesempatan untuk mengelola manajemen pendidikannya sendiri. Pemerintah menyiapkan dana (program dana BOS dan DAK) untuk terus membangun dan memperbaik akses pendidikan sebagai salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, tidak berhasil mengurangi angka anak wajib belajar yang putus sekolah.
terjadi di Sumba khususnya Kabupaten Sumba Timur. Angka anak putus sekolah per tahun 2011 terdapat 280 anak putus sekolah untuk tingkat SD dan 16 untuk tingkat SMU (Timor Express, 2012). Menurut data dari Waingapu.com adalah sekolah di Kabupaten Sumba Timur, 75% dibawah standar mutu nasional, yang dengan demikian masalah pendidikan didaerah ini masih sangat rendah atau berada dibawah rata-rata. Alasan mengapa Sumba Timur masih berada dibawah standar mutu nasional adalah kesadaran masyarakat untuk mengenyam pendidikan masih sangat rendah.
dikota jauh berbeda dengan keadaan sekolah didesa. Keadaan geografis pulau Sumba yang sangat sulit untuk dijangkau, desa-desa yang saling berjauhan antara desa yang satu dengan desa yang lain, antara perkampungan yang satu dan perkampungan yang lain merupakan salah satu kendala dalam menerapkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Dengan peningkatan akses pendidikan diharapakan akan dapat memperbaiki setiap persoalan pendidikan seperti persoalan anak putus sekolah yang di alami di Kabupaten Sumba Timur, membangun pengetahuan masyarakat agar memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
Oleh karena itu, agar implementasi kebijakan pemerataan perluasan akses pendidikan dapat dilaksanakan, maka dibutuhkan dana yaitu melalui kebijakan program dana BOS dan DAK. Melalui kebijakan dana-dana tersebut pemerintah mengharapkan terjadinya perubahan yang semakin baik dalam dunia pendidikan serta akses pendidikan diperoleh secara merata oleh masyarakat baik di kota maupun di desa terpencil. Dengan melihat permasalahan diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba
1.1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka persoalan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses dan hasil implementasi kebijakan pendanaan perluasan akses pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba Timur tahun 2010 s/d 2012?
2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dan membatasi pelaksanaan implementasi kebijakan pendanaan perluasan akses pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba Timur tahun 2010 s/d 2012?
1.2.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses dan hasil implementasi kebijakan pendanaan perluasan akses pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba Timur tahun 2010 s/d 2012.
1.3.
Manfaat Penelitian
1.3.1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sumbangan pengetahuan di Program Studi Manajemen Pendidikan mengenai implementasi kebijakan pendanaan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.
1.3.2. Manfaat Praktis