LAPORAN AKHI R
PENI NGKATAN KAPASI TAS PENYULUHAN
DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN
I NOVASI PERTANI AN
DI PROVI NSI BENGKULU
( 7 Teknologi : padi, saw it- sapi, jeruk gerga,
pengendalian PBK, jagung, kedelai)
UMI PUDJI ASTUTI
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
2015
LAPORAN AKHI R
PENI NGKATAN KAPASI TAS PENYULUHAN
DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN
I NOVASI PERTANI AN
DI PROVI NSI BENGKULU
( 7 Teknologi : padi, saw it- sapi, jeruk gerga,
pengendalian PBK, jagung, kedelai)
Umi Pudji Astuti
Yesmaw ati
Bunaiyah Honorita
Linda Harta
Sanusi Musa
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh,
Peneliti dalam Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu
dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban
terhadap hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2015.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan
dan penyusunan laporan masih banyak ditemui berbagai kendala dan
kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan
sumber perbaikan, mudah-mudahan dapat member manfaat bagi kita semua.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan
kegiatan ini, diucapkan terimakasih. Semoga hasil kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian di Propinsi Bengkulu.
Bengkulu, Desember 2015 PenanggungJawab
LEMBAR PENGESAHAN
1. JudulRDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan Dalam Rangka Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Penelitian (L/ B) Lama
6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MPDD
b. Pangkat / Golongan : Pembina TK I / I V.b
c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu
8. Agroekosistem : -9. Tahun Mulai : 2014 10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : 1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot dan demcara di BP3K/ BPP.
2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.
12. Output Akhir : Meningkatnya kapasitas komunikasi/ penyuluhan Dalam Rangka Percepatan I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu 13. Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluh
juta delapan ratus dua puluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Wahyu Wibawa, MP NI P.19690427 199803 1 001
Penanggungjawab Kegiatan
Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP NI P.19610531 199003 2 001
Mengetahui, Kepala BBP2TP,
Dr. I r.Abdul Basit, MS
NI P .19610929 198603 1 003
Kepala BPTP Bengkulu,
DAFTAR I SI
Halaman
KATA PENGANTAR... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
DAFTAR I SI ... v
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR LAMPI RAN... vii
RI NGKASAN ... viii
SUMMARY... x
I . PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Keluaran yang diharapkan ... 2
I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 3
2.1. KerangkaTeoritis ... 3
2.2. Hasil Pengkajian Terdahulu ... 3
I I I . PROSEDUR ... 10
3.1. Metode Pelaksanaan... 10
3.2. Waktu dan lokasi ... 10
3.3. Pelaksanaan kegiatan ... 10
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 13
V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 31
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 32
JADUAL KERJA……… ... 33
PEMBI AYAAN ………... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil
pengkajian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015... 14
2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku
inovasi :petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015... 15
3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatan
kapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 ... 16
4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh di
Provinsi Bengkulu tahun 2015 ... 19
5. Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan Singaran
Patih Kota Bengkulu, Mei-September 2015 ... 21
6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,
Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015 ... 22
7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal di BP3K
Tabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015. ... 24
8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di
BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015... 25
9. Sikap Kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai
di BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ... 25
10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di
BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ……….. ... 26
11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal Kecamatan
Muara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015 ………... 27
12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelah mengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di Desa Jayakarta Kecamatan Talang I V Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun
2015 ... 28
13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakan
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman 1. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kabupaten Bengkulu
Selatan ... 39
2. Dokumentasi kegiatan demplot padi di Kota Bengkulu ... 43
3. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kota Bengkulu ... 45
4. Dokumentasi kegiatan demplot kedelai di Kabupaten Lebong ... 46
5. Dokumentasi kegiatan demplot Jeruk di Kabupaten Lebong ... 49
6. Susunan Acara Kegiatan Pertemuan Apresiasi Teknologi antar Pelaku I novasi yaitu Petani, Penyuluh Lapang dan Kontak Tani Tahun 2015 ... 51
7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku I novasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di Desa Sukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2015 ... 52
8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi ... 54
9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari ... 64
10. Petunjuk teknis teknologi kedelai ... 82
RI NGKASAN
1 Judul : Peningkatan Kapasitas penyuluh, peneliti dalam percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Bengkulu (7 teknologi)
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu
3 Tujuan : 1. Meningkatkan peran penelitidan penyuluh dalam mempercepat proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/ BPP.
2. Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.
4 Keluaran : 1. Meningkatnya peran penelitidan penyuluh dalam percepatan proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan 7 unit demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K . 2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di 6 wilayah BP3K/ BPP.
5 ProsedurPelaksanaan : 1. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan/ Komunikasi Dalam Rangka Percepatan I novasi Pertanian Di Provinsi Bengkulu dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2015.
2. Pendekatan kegiatan desiminasi meliputi : Pertemuan langsung, On farm trial melalui demplot dan demcara di lapangan (BP3K/ BPP),Partisipatif, dan spesifik lokasi. 3. Lingkup kegiatan desiminasi :
a. Pertemuan intern dan stekeholders
b. Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedelai, dan budidaya tumpang sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan penyuluh (BPTP dan lapangan).
c. Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna d. Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, (ii) Mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang.
e. Melaksanakan Demonstrasi Plot di wilayah kerja BP3K.
f. Narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah), tentang teknologi padi, integrasi sawit-sapi, jeruk gerga, jagung, kedelai, pengendalian Penggerek buah Kakao), maupun cara menyusun KTI penyuluh.
g. Data dananalisis data,
h. Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul
4. Metode desiminasi : demplot/on farm trial, demcara, pertemuan melalui apresiasi teknologi, pertemuan sebagai nara sumber, dan penyampaian leaflet dan brosur.
6 Capaian : 1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTP oleh petani, KTNA dan penyuluh di 6 wilayah BP3K/ BPP di 4 Kabupaten dan Kota.
2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagi penyuluh di lapangan di 15 BP3K di 4 Kabupaten dan Kota
3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalah dan 3 KTI berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan
7 Manfaat : 1. Tersebarnya inovasi pertanian secara cepat kepada pengguna (petani, KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K/ BPP).
2. Tersedianya bahan informasi berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi bagi penyuluh, KTNA dan petani di Daerah. 8 Dampak : 1. Mempercepat peningkatan produktivitas
pertanian
2. Meningkatnya kesejehteraan petani di Daerah
9 Jangka Waktu : Satu Tahun
SUMMARY
1 Title : The I mprovement of the Extensionist, Reseacher Capacity in The Accerelaration of Agriculture I nnovation Development in Bengkulu Province (7 Technologies)
2 I mplementing Unit : AI AT Bengkulu 3 Objectives : Bengkulu Province
4 Purpose : 1. To improve the role of researcher and extensionist in accelerating the expansion process of agricultural innovations adoption through demonstration plot activities in BP3K/ BPP.
2. To disseminate 7 technologies of AI AT’s study results to farmers, KTNA and extensionist in the region of BP3K/ BPP.
5 Output : 1. The improvement of the role of researcher and extensionist in accelerating the expansion process of agricultural innovations adoption through demonstration plot activities in BP3K/ BPP.
2. The dissemination of 7 technologies of AI AT’s study results to farmers, KTNA and extensionist in the region of BP3K/ BPP. 5 Methodology : 1. The activity of the improvement of
extension/ communication capacity in order to accelerate the innovation of agriculture in Bengkulu Provincy was held in January -December 2015.
2. The Approach of dissemination activities include: meeting directly, on farm trial through demonstration plot and demonstration way in the field (BP3K/ BPP), participatory and specific location.
3. The scope of dissemination activities are: 1) I nternal and stekeholders meeting.
2) The preparation of materials innovation assessment results (rice technology, integration of plantation oil-cow, gerga citrus, corn, soybeans, cocoa fruit borer control techonologyes) aimed to improve the role of the researcher and extensionist (AI AT and field).
3) The arrangement of information materials: the control of cocoa fruit borers, fermented palm fronds and leaves for animal feed, compost production technology aimed to accelerate innovation delivery to the users. 4) The activity of Technology Appreciation
researcher, extensionist, and contact farmers. The aim of this activity are: (i) to communicate the assessment result, idea and concept to improve farming performance, (ii) to gain the feedback of agriculture innovation implementation in the field.
5) To I mplement Demonstration Plot in the working area of BP3K.
6) Speakers at BPP (The preparation of LPM, synopsis, and paper) about rice technology, integration of plantation oil-cow, gerga citrus, corn, soybeans, cocoa fruit borer control techonologies).
7) Data and analysis of data.
8)To prepare of scientific papers like technology information that documented in the library of BPTP and BP3K as many as 3 titles
4. Dissemination method: demonstration plot/ on farm trial, demonstration way, meeting through technology appreciation, speaker, and delivery leaflets and brochures.
6 Achievement : 1. Knowing of 7 technologies of AI AT study result by farmers, extensionist in the region of BP3K/ BPP in 4 districts.
2. Dissemination the way of scientific paper writing to extensionist in 15 BP3K in 4 districts.
3. The completion of scientific papers as many as 4 titles of paper and 3 titles of scientific paper in the form book that documented in the library.
7 Benefit : 1. The spread of agricultural innovation quickly to users (farmers, KTNA and extensionist in the region of BP3K/ BPP).
2. The availability of information materials based on specific location of agricultural innovations for extensionist, KTNA and farmers in the region.
8 I mpact : 1. The acceleration of agricultural productivity increasing.
2. The increasing of farmers welfare in the region.
9 Duration : Annualy
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan teknologi hasil litkaji diharapkan dapat mendorong
pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi
sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Output kegiatan litkaji yang
layak akan ditindaklanjuti dengan kegiatan desiminasi. Output litkaji disebut
“layak” apabila hasil litkaji merupakan output yang berpotensi untuk memberikan
outcome, benefit, dan dampak kepada pengguna. Selain output tersebut, kinerja
perluasan dan percepatan suatu inovasi pertanian juga sangat dipengaruhi
oleh(i) ketepatan (efektif dan efisien) strategi pemasyarakatan inovasi pertanian,
(ii) sinergi hubungan antar pelaku inovasipertanian (peneliti, penyuluh, petani,
penentu kebijakan, swasta), dan (iii) sinergi hubungan kelembagaan antar
institusi yang terkait dengan pembangunan pertanian.
Kinerja sistem alih teknologi akan berhasil dan berdaya guna apabila
mendapat dukungan dari tiga kelembagan yang saling terkait yaitu (i)
kelembagaan penelitian dan pengembangan, (ii) kelembagaan penyuluhan, dan
(iii) kelembagaan petani. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu rangkaian
yang saling mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak
dapat bekerja sendiri-sendiri.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis
Badan Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi,
komunikasi dan diseminasi diharapkan menjadi roda penggerak dalam
mempercepat dan memperluas pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil
penelitian dan pengkajian (litkaji) oleh pengguna (pelaku utama dan pelaku
usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan
inovasi/ teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk
diketahui dan dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga
sebagai upaya scalling up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi
atau mekanisme yang efisien dan efektif.
Tuntutan pencapaian tujuan pembangunan pertanian saat ini cukup berat
(pencapaian swasembada pangan), sehingga bekal kemampuan teknis harus
dikuasai oleh petugas di lapangan.Materi penyuluhan oleh penyuluh di lapangan
memiliki berbagai inovasi/ teknologi baru yang cukup banyak dan siap
didiseminasikan kepada penyuluh di lapangan.I novasi BPTP masih terbatas
sampai di pengguna, sehingga perlu upaya mempercepat penyampaian
inovasi/ teknologi baru melalui berbagai metode, saluran dan media penyuluhan
yang lebih banyak.
Jumlah penyuluh pertanian di Provinsi Bengkulu sebanyak 579 PNS dan
367 THL, jumlah ini belum sebanding dengan jumlah Desa yang harus
didampingi yaitu sebanyak 1.517 (Bakorluh Provinsi, 2015). Demikian halnya
dengan jumlah institusi penyuluhan (BP3K) di Provinsni Bengkulu belum sesuai
UU no.16 yang mengamanatkan setiap kecamatan memiliki 1 lembaga
penyuluhan BP3K. Jumlah BP3K saat ini berjumlah 100 dari 127 Kecamatan
sehingga 1 BP3K memiliki wilayah kerja sampai 2 Kecamatan. Melihat kondisi
penyuluhan di Provinsi Bengkulu yang sangat terbatas maka perlu adanya upaya
dari Pemerintah Pusat untuk meningkatkan dan memperkuat penyuluh di
lapangan.
Melalui kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan Dalam Rangka
Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian Di Provinsi Bengkulu diharapkan
mampu membantu dan memperlengkapi penyuluh di lapangan dalam teknologi
serta menumbuhkan kembali berbagai kegiatan dan metode penyuluhan yang
efektif sesuai kebutuhan pengguna.
1.2. Tujuan
1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses
perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/ BPP.
2. Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.
1.3. Keluaran yang diharapkan
1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses
perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/ BPP.
2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Dalam konteks transfer teknologi, Badan Litbang Pertanian telah
menggunakan berbagai media sebagai wahana promosi teknologi yang dihasilkan
baik itu diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan
pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara
berkelanjutan. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan
teknologi pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan
menerapkan hasil litkaji tersebut dalam usaha pertanian, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Fauzia (2002), ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dihasilkan BPTP akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan
diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan (khalayak pengguna). Untuk itu,
BPTP memerlukan suatu sistem informasi dan komunikasi serta diseminasi yang
efektif dan efisien agar khalayak penggunanya dapat memperoleh informasi
teknologi yang dibutuhkannya dengan mudah dan relatif cepat.
Sebagai terjemahan dari hal “extension”, penyuluhan dapat diartikan
sebagai proses penyebarluasan yang dalam ini merupakan penyebarluasan
informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh
perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto dalam
Risna, dkk,2012). Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah
(non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk
bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better
bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik
(better community ) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better
environment ). Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau
teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani
beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka
tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi/ teknologi baru (Wiriatmadja, 1976;
Mardikanto, 1993). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan
sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam
memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan
Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal
dimaksudkan agar penerima manfaat utama penyuluhan yaitu petani dan
keluarganya bersedia merubah perilaku mereka yang meliputi perubahan pada
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menolong dirinya sendiri untuk
memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Dalam hal ini
peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena penyuluh bertugas
melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan berhubungan
langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-masalah
yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan
masalah-masalah tersebut. Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan
tenaga-tenaga penyuluh yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan
kegiatan penyuluhan seperti yang direncanakan (Wijianto, Arip, 2008). Peran
utama bagi penyuluh pertanian adalah penyuluh sebagai penasehat/ advisor,
penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung/middleman, penyuluh
sebagai organisatoris dan penyuluh sebagai agen pembaharuan (Marzuki dalam
Saridewi dan Siregar, 2010).
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam
penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1. Mengerjakan artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2. Akibat artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi
pengaruh baik.
3. Asosiasi artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan
kegiatanlainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya
kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya
untuk melakukan tindakan pengendalian.
Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1993)
mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian :
1. Minat dan kebutuhan artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu
kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2. Organisasi masyarakat bawah artinya penyuluhan akan efektif jika mampu
3. Keraguan budaya artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya
keragaman budaya.
4. Perubahan budaya artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan
perubahan budaya.
5. Kerjasama dan partisipasi artinya penyuluhan hanya akan efektif jika
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam
melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam penyuluhan harus selalu
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap
alternatif.
7. Belajar sambil bekerja artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus
diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari
pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
8. Penggunaan metode yang sesuai artinya penyuluhan harus dilakukan
dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi
lingkungan fisik, kemampuan ekonomi dan nilai sosial budaya.
9. Kepemimpinan artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya
bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan
kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah
mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan
fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai
Model diseminasi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah
melalui berbagai channel (Gambar.1).
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) (Badan Litbang Pertanian ,2011)
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani
haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/ aplikatif dan partisipatif
dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara
partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak
hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu
melaksanakan, mengevaluasi/ membuat penilaian (menemukan), menentukan
pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara
ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti
halnya seorang peneliti dan penyuluh. Peran BPTP pada kegiatan Balai
Sumber: presen
2.2. Penelitian Terd
Hasil penelitian
dengan saluran kom
1) saluran komunikasi
saluran antar pribadi
2) saluran kosmopolit
relatif lebih penting
penting dibandingkan
adopter) dibandingka
kosmopolit relatif leb
adopter awal (early ad
Hasil pengkajia
Diseminasi Teknologi
Provinsi Bengkulu me
ketrampilan dalam me
sentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015
rdahulu
ian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2
omunikasi menunjukan beberapa prinsip se
asi massa relatif lebih penting pada tahap pe
lebih penting dibandingkan dengan saluran
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (
jian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang B
ologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kab
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pe
mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten
(2008) berkaitan
sebagai berikut:
pengetahuan dan
a tahap persuasi;
dan saluran lokal
masa relatif lebih
membutuhkan media informasi berupa film pertanian, klinik tani (TVRI ), siaran
pedesaan, pertemuan kelompok, dan koran. Sedangkan petugas/ penyuluh
lapangan membutuhkan media berupa buku saku, berita TV, berita radio,
kursus/ pelatihan, anjangsana, demonstrasi, pertemuan kelompok, temu
lapang/ temu teknis dan gelar teknologi. Persepsi petani terhadap pengembangan
jeruk menunjukkan 64,29% petani memiliki persepsi yang baik,dan 35,71%
petani memiliki persepsi yang kurang baik. Media cetak lebih efektif digunakan
dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan
media audiovisual.
Hasil kajian efektifitas metode diseminasi Jeruk di Kabupaten Lebong
disimpulkan bahwa Media cetak (leaflet, liptan, buku saku) lebih efektif
digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan
dengan media audiovisual (film dan presentasi). Secara statistik penggunaan
media cetak dapat meningkatkan tingkat pengetahuan petani; sedangkan temu
lapang dapat meningkatkan pengetahuan petani sebesar 74,19% , sedangkan
pelatihan teknologi meningkatkan ketrampilan petani sebesar 40% (Astuti, et all
2013)
Hasil pengkajian Wijianto (2008) tentang Hubungan Antara Peran Penyuluh
dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan
kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel peranan
penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota.
Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh
akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam
kegiatan kelompok tani.
Risna, et all. (2012) dalam pengkajiannya tentang Peran Penyuluh
Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi
Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas
Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyimpulkan bahwa permasalahan
dalam peran penyuluhan pertanian yaitu belum melaksanakan peran sebagai
supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap pengendalian hama terpadu pada
Pengkajian oleh Abdullah,et all. (2008) mengenai Peranan Penyuluhan dan
kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan
Sapi Potong menunjukkan bahwa penyuluhan sangat memiliki peranan penting
dalam pengembangan peternakan khususnya dalam penguatan kelompok tani
dan peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada peternak.
Keberhasilan penyuluhan sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai
dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang
digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian Shawwal,et all. (2012) mengenai penyuluhan
terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani (kasus petani padi) di
Kabupaten Luwa Utara menunjukan bahwa kontribusi penyuluhan berpengaruh
nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi, sedangkan
pendidikan, pengalaman berusahatani, kontak dengan penyuluh, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan dan biaya usahatani memberikan kontribusi
I I I . PROSEDUR
3.1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan diseminasi meliputi : demplot/on farm trial,
pertemuan dan apresiasi teknologi, pertemuan sebagai narasumber dan
penyampaian leaflet dan brosur.
3.2. Lokasi dan Waktu pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di 10 Kabupaten/ Kota, dimulai bulan Januari –
Desember 2015. Kegiatan demplot, peningkatan kapasitas penyuluh lapangan
dilaksanakan di 3 Kabupaten dan Kota di wilayah kerja BP3K Kabupaten
Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Lebong dan BP3K Kota Bengkulu.
3.3. Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Persiapan
1) Pertemuan Tim/ penajaman RODHP. RODHP disusun sebagai penjabaran dan
perincian dari RDHP. RODHP disusun lebih rinci dan operasional, baik dari
aspek administrasi/ keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP
selanjutnya diturunkan dan dirinci lagi menjadi petunjuk teknis kegiatan
diseminasi misalnya demplot.
2) Koordinasi dengan stakeholders. Koordinasi dilakukan dengan BP4K untuk
memberitahukan dilaksanakannya kegiatan desiminasi melalui demplot dan
meminta masukkan wilayah mana yang mempunyai potensi untuk
pengembangan komoditi tanaman pangan.
3) Hunting lokasi BP3K, sebelum dilakukan hunting lokasi terlebih dahulu
berkoordinasi dengan BP3K/ BPP untuk memberitahuakan adanya kegiatan
desiminasi melalui demplot yang akan digunakan sebagai ajang
pembelajaran bagi petugas penyuluh lapangan. Kemudian dilanjutkan
dengan peninjauan langsung ke beberapa calon lokasi demplot.
4) I dentifikasi inovasi yang akan didiseminasikan, penyusunan daftar
pertanyaan dan parameter pengukuran.
3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan
1) Pertemuan peneliti, penyuluh BPTP untuk menentukan 7 inovasi teknologi
didesiminasikan tahun 2015 adalah: teknologi Padi, Jagung, Kedelai, Jeruk
Gerga, Pengendalian Hama Buah Kakao (PBK), Kelapa Sawit dan Sapi.
Dari 7 I novasi yang didesiminasikan dilakukan melalui penerbitan dan
penyebaran bahan informasi berupa leaflet, banner, buku dan
Demplot/ demcara
2) Pertemuan dengan stekeholders
3) Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi
budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedele, dan budidaya tumpang
sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan
penyuluh (BPTP dan lapangan).
4) Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian
Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk
pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan
tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna
5) Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi antar pelaku inovasi yaituPeneliti,
penyuluh lapangan dan Kontak Tani. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah
untuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan
gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, (ii) Mendapatkan
umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang.
6) Melaksanakan Demonstrasi Plot dan demonstrasi cara di wilayah kerja BP3K.
7) Narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah), tentang
teknologi padi, integrasi sawit -sapi, jeruk gerga, jagung, kedele,
pengendalian Penggerek buah Kakao), maupun cara menyusun KTI
penyuluh.
8) Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di
perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul
9) Data dan analisis data meliputi :
Data yang diperlukan dalam kegiatan diseminasi ini Antara lain : data
sekunder dari SKPD terkait berupa keragaan dan profil wilayah dan data
primer dari petani, penyuluh, petugas sebagai sasaran diseminasi berupa
pengetahuan, sikap (motivasi,respon, minat) dan ketrampilan.
I ndikator yang diukur :
1. Perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan (PSK) penyuluh maupun petani
2. Peran penyuluh pertanian pada kegiatan Demplot/ demcara.
3. Jumlah penerima informasi melalui demplot/ demcara maupun pertemuan.
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Meningkatkan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu ( 7 Teknologi) .
Untuk mencapai tujuan meningkatkan kapasitas penyuluh, peneliti dalam
penyebaran 7 inovasi pertanian dilakukan melalui kegiatan:
1. Menyusun petunjuk teknis budidaya padi dengan pendekatan PTT, petunjuk
teknis bududaya Jagung di lahan sub optimal, teknis budidaya kedele dan
teknis tumpang sari jagung – kacang tanah spesifik Bengkulu
Petunjuk teknis budidaya disusun oleh peneliti, penyuluh BPTP dan penyuluh
lapangan, dengan tujuan memberikan acuan bagi penyuluh di lapangan dan
petani dalam pelaksanaan demplot yang akan dilaksanakan. Petunjuk teknis
ini selanjutnya dibuat dalam bentuk buku dan didokumentasikan di BP4K,
BP3K dan BPTP
2. Menyusun daftar pengamatan dan daftar pertanyaan
3. Untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna dilakukan
melalui kegiatan:
- Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian ke BP3K setempat
dan ke 4 BP4K berupa leaflet 7 judul, banner 5 judul, buku hasil kegiatan
3 judul, buku sekilas diseminasi inovasi teknologi dan media elektronik
berupa DVD sebanyak 1 judul
- Pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,
penyuluh lapangan dan kontak tani dilakukan di lokasi demplot dan BP3K
sebanyak 4 kali
- Menjadi narasumber di BP3K dan melakukan bimbingan dalam penulisan
KTI dari kegiatan demplot.
Penyusunan bahan informasi inovasi hasil pengkajian bertujuan untuk
mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna, yaitu berupa bahan cetak
dan DVD. Penyusunan bahan informasi inovasi yang sudah dilakukan yaitu
berupa bahan cetak dan dilakukan bersama – sama dengan penyuluh lapang
yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) tempat lokasi demplot. Bahan cetak dan elektronik yang dibuat seperti
Tabel.1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkaj ian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015
No Bentuk Media Judul Jumlah
(exp) 1 Leaflet 1. Fermentasi Daun dan Pelepah Kelapa
Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi 2. Pengendalian Hama PBK
100
100
2 Banner 1. Budidaya Padi Sawah Spesifik Kota Bengkulu
2. Tumpangsari Jagung Dan Kacang Tanah Di Lahan Kering Spesifik Kecamatan Air Nipis
3. Budidaya Kedelai di Lahan Kering Spesifik Kabupaten Lebong
4. Budidaya Jagung di Lahan Sub optimal Spesifik Kota Bengkulu
5. I ntegrasi Tanaman Kelapa Sawit-Sapi
2
Sekilas Diseminasi I novasi Teknologi 30
4 Buku yang
didokumentasikan di perpustakaan BPTP danBP3K
1. Teknologi Budidaya Padi Spesifik Lokasi di Kota Bengkulu
2. Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi Lahan Kering di Kabupaten Lebong
3. Teknologi Budidaya Jagung Spesifik Lokasi Lahan Sub Optimal
5
5
5
5 DVD Teknologi I ntegrasi Tanaman Kelapa Sawit-Ternak
30
KTI yang berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan merupakan
kumpulan hasil pelaksanaan demonstrasi plot yang dilakukan peneliti, penyuluh
BPTP bersama dengan penyuluh lapangan dan petani.
Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,
penyuluh lapangan dan kontak tani bertujuan untuk mengkomunikasikan
hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja
usahatani dan mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di
lapang. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi demplot pada 4 Kabupaten dan Kota.
Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,
penyuluh lapangan dan kontak tani telah dilaksanakan di lokasi demplot maupun
Tabel 2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015.
No Kegiatan Tanggal
04 Juli 2015 BP3K Tabeak Blau Kec.
Sumber: laporan perjalanan dinas pelaksanaan kegiatan
Tabel 2.menunjukan bahwa kegiatan apresiasi teknologi antar pelaku
inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani mendapat respon yang
positif dari peserta maupun dari BP4K. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya
peserta kegiatan apresiasi teknologi dengan banyaknya pertanyaan yang
disampaikan setelah melihat langsung lokasi demplot .
Dalam pelaksanaan penerapan metode penyuluhan dilakukan juga evaluasi
Tabel 3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatan kapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
Kegiatan
Karakteristik
Pengetahuan Umur Pendidikan
Petani Penyuluh Petani Penyuluh Petani Penyuluh Demplot
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah
38 41 SMA SMA Meningkat 83,33 %
Meningkat 84,17%
Demplot Kedelai 35 33 SMP SMA
Skor 1,17;
39 42 SD S1 Meningkat 43%
0%
Meningkat 49%
122%
Sumber : data terolah 2015
Kegiatan demplot tumpang sari jagung-kacang tanah dan demplot padi
sawah dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat
meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Pengetahuan petani
meningkat sebesar 83,33 % dan penyuluh sebesar 84,17% setelah
dilaksanakannya/ diterapkannya teknologi budidaya tumpangsari jagung-kacang
tanah. Melalui penerapan demplot padi sawah dengan pendekatan PTT juga
meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh sebesar 8,49% dan 11,53% .
Hal ini menunjukkan bahwa demplot menjadi salah satu metode
penyuluhan/ diseminasi yang efektif untuk menyampaikan atau mentransfer
inovasi teknologi ke pengguna. Penerapan demplot bertujuan agar petani dapat
belajar, melihat, dan mempraktekan secara langsung teknologi yang disuluhkan.
Metode penyuluhan ini memberikan manfaat dan sesuai dengan karakteristik
sasaran dengan tingkat pendidikan dan umur yang beragam.
Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebagaimana tersaji pada
Tabel 3 mencerminkan tingkat kesadaran mereka untuk mencari dan menerima
informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh
didukung oleh pandangan bahwa individu petani dan penyuluh sebagai orang
dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar
(Apps dalam Sadono D, 2008) sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya
perlu dikedepankan. Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang
kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau
tindakan (keterampilan). Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang
suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong
terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran
petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya,
pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran
yang tinggi pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih
memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu inovasi teknologi
dapat ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi penyuluhan dengan berbagai
metode penyuluhan (seperti display/ demplot, temu lapang, dan pertemuan/
anjangsana) dan media penyuluhan (seperti folder, leaflet, poster, dan buku).
Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian
merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi dan pemberdayaan
petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan
pengetahunnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam
akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai
arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam
mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan
individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka
penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya
akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai
bagian dari perilaku penerapan inovasi. Faktor-faktor tersebut di antaranya
adalah faktor dari dalam diri petani seperti umur, pendidikan, status sosial, pola
hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme,
aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup) dan faktor lingkungan
penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana
produksi.
Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter
yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku
tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman,
dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan
akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.
Hanafi (1987) mengemukakan bahwa kerumitan suatu inovasi
berhubungan negatif dengan kecepatan adopsi yang berarti semakin rumit suatu
inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pengadopsiannya.
Ditambahkan oleh Soekartawi (2005), bahwa bila memang benar teknologi baru
akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka
kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah
teknologi baru tersebut dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi yang
dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi inovasi dapat berjalan
cepat, maka penyajian inovasi baru tersebut harus lebih sederhana.
Pengetahuan yang dimaksud juga memiliki berbagai level. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain pengetahuan
mempunyai enam tingkatan yakni: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau objek yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (pengalaman).Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang telah diketahui. Oleh karena itu ada ungkapan dalam penyuluhan: Saya
dengar, maka saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya mencoba, maka saya
tahu; Saya mencoba berulang-ulang maka saya paham.
Dari kegiatan demplot tersebut penyuluh yang ada di BP3K dapat
membuat Karya Tulis I lmiah (KTI ) berdasarkan kegiatan yang ada di demplot
dan pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman dan kreatifitas
Kegiatan peningkatan kapasitas peneliti, penyuluh dalam percepatan
penyebaran inovasi pertanian di Provinsi Bengkulu juga berperan aktif dalam
kegiatan Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV yang
dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang sebagai narasumber, juri dan panitia
dibeberapa kegiatan antara lain :
- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu teknologi. Materi yang
disampaikan yaitu okulasi jeruk
- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu profesi. Materi yang disampaikan
yaitu peningkatan profesionalisme penyuluh.
- Sebagai juri dan panitia pelaksana pada kegiatanTemu karya
- Sebagai juri dan tim pembuatan soal perlombaan pada kegiatan Asah
terampil.
4.2. Mendiseminasikan 7 Teknologi Hasil Kajian BPTP Kepada Petani, KTNA dan Penyuluh di Wilayah BP3K/ BPP.
Untuk menyebarluaskan inovasi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh melalui media demonstrasi plot dan penyebaran leaflet.Ada 7 demplot
kegiatan yang tertuang dalam tabel 4. Kegiatan demplot dilakukan di wilayah
kerja BP3K dan yang melakukan pendampingan dan pengamatan dilakukan oleh
penyuluh yang ada di BP3K tersebut.
Tabel 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh di Provinsi Bengkulu tahun 2015
No Komoditas Lokasi Teknologi Budidaya Luas (ha)
- Tenologi yang digunakan PTT padi
- Menggunakan sistem pertanaman jajar legowo 2: 1
- Varietas yang digunakan cigeulis - Dosis pemupukan dengan
menggunakan kalender tanam - Dilakukan pengamatan tanaman
dari awal pertumbuhan sampai dengan pemanenan.
- Umur tanaman (panen): 105 hari - Produksi Padi = 8,77 ton/ ha
- Teknologi yang digunakan PTT kedelai
- Varietas yang digunakan yaitu
Bengkulu Tengah
Anjasmoro
- Lokasi demplot sudah diolah dan siap untuk ditanam benih kedelai tetapi terkendala dengan tidak
- Teknologi yang digunakan PTT kedelai
- Varietas yang digunakan yaitu Anjasmoro
- Pengolahan dan penanaman dilakukan bersama – sama dengan petani calon penerima program GPPTT kedelai
- Umur tanaman (banen): 81 hari - Produksi = 0,4 ton biji kering / ha
- Teknologi yang digunakan yaitu berdasarkan hasil pengkajian pemanfaatan lahan kering masam dengan tumpangsari jagung dan kacang tanah di Provinsi Bengkulu tahun 2014 dan PTT jagung dan kedelai - Varietas yang digunakan yaitu
jagung menggunakan varietas sukmaraga, kacang tanah menggunakan varietas tuban dan talam.
- Dilakukan uji tanah dengan menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK).
- Umur tanaman (panen) jagung: 120 hari, kacang tanah : 85 hari - Produksi Jagung =
- Teknologi yang digunakan yaitu PTT jagung
- Varietas yang digunakan yaitu sukmaraga.
- Umur tanaman (panen): 90 hari - Produksi : 6,67 t/ ha pipilan
- Teknologi yang digunakan yaitu pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS).
- Umur tanaman : 6 bulan
Tabeak Blau - Pemupukan dilakukan 2 kali saat tanam (bulan Mei 2015 ) dan umur 6 bulan (November 2015) 5 I ntegrasi
- Demonstrasi cara Fermentasi Pelepah kelapa sawit sebagai pakan termak
- Demonstrasi cara pembuatan kompos dari kotoran padat sapi - Hasil = berat badan sapi
Demplot Budidaya Padi Saw ah dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT) di Kota Bengkulu
Komponen Hasil Selama Pengamatan
Komponen hasil yang diamati selama penanaman adalah tinggi tanaman,
jumlah rumpun per hektar, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per
rumpun, berat 1000 butir serta produksi (hasil ubinan). Komponen hasil yang
diamati secara rinci tersaji pada Tabel 5.
Tabel.5 Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan Singaran Patih Kota Bengkulu, Mei-September 2015.
Uraian Hasil Pengukuran
Tinggi tanaman 92 cm
Jumlah rumpun/ ha 333.333 rumpun
Jumlah anakan/ rumpun 34 anakan
Jumlah anakan produktif 15
Berat 1000 butir 103 gram
Produksi (ubinan) 8,77 ton/ ha
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 5. menunjukkan keragaan tanaman yang cukup, belum
menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman dilaksanakan pada
musim kemarau (bulan Juni – September 2015). Padi membutuhkan air dalam
jumlah yang cukup. Selama musim tanam, Menurut Yetti, H dan Ardian (2010),
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang mengatakan bahwa pertumbuhan
produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum
yang dihasilkan sebelumnya.
Kelayakan Usahatani Teknologi PTT Padi Saw ah
Kelayakan usahatani teknologi PTT padi sawah diukur dengan
membandingkan dan melihat perbedaan (selisih) pendapatan antara penerapan
teknologi PTT padi sawah dengan penerapan budidaya yang biasa dilakukan di
tingkat petani. Kelayakan usahatani teknologi PTT secara rinci tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama, Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015
No. Uraian Nilai
Biaya total (Rp/ ha/ MT) - Tenaga kerja
Marginal Keuntungan PTT – non PTT Marginal Biaya PTT – non PTT
MB/ C = (6)/ (7)
5.357.250 1.482.750
3,61
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi sawah dengan pendekatan
PTT memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani. Produktivitas padi melalui
penerapan PTT adalah sebesar 4,77 ton/ ha sedangkan produktivitas padi yang
biasa dilakukan oleh petani adalah 3,06 ton/ ha. Hal ini berarti bahwa penerapan
teknologi PTT meningkatkan produktivitas padi sebesar 55,88% . Meskipun
penanaman dilakukan pada saat musim kemarau, ada banyak faktor yang
mendukung lebih tingginya produktivitas padi melalui pendekatan teknologi PTT
dibandingkan dengan sistem budidaya yang biasa diterapkan oleh petani. Faktor
-faktor tersebut di antaranya adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu
kebutuhan tanaman, serta yang paling utama adalah penggunan sistem tanam
jajar legowo 2: 1.
Setyanto dan Kartikawati (2008) menyebutkan bahwa dengan sistem
tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir
tanaman yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).
Adanya barisan kosong (legowo) menyebabkan penyerapan nutrisi oleh akar
menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman padi yang dihasilkan.
Dilihat dari pendapatan yang diterima petani, usahatani dengan
pendekatan teknologi PTT lebih besar 147,62% jika dibandingkan dengan
usahatani yang biasa dilakukan oleh petani dengan margin pendapatan sebesar
Rp. 5.357.250/ ha. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya produktivitas padi
melalui penerapan PTT padi sawah meskipun total biaya yang dikeluarkan lebih
tinggi dibandingkan dengan budidaya yang biasa dilakukan oleh petani, namun
keuntungan yang diperoleh masih lebih tinggi. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung
nilai perbandingan marginal keuntungan dan biaya yang dikeluarkan petani
(MB/ C) sebesar 3,61 yang menunjukkan bahwa apabila biaya pendekatan PTT
(demplot) meningkat dengan kondisi eksternal yang sama masih memberikan
keuntungan 3,61 kali lipat.
Menurut Hidayat, Y, dkk (2012), penerapan model PTT padi sawah
dengan menggunakan VUB oleh petani kooperator di Kabupaten Halmahera
Tengah mampu memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan
teknologi yang biasa digunakan petani di lokasi pengkajian. Pendapat ini juga
didukung oleh hasil penelitian Asnawi, R (2014) bahwa produktivitas rata-rata
padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB lebih tinggi dari lokasi SLPTT LL non VUB
dan non SLPTT. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada lokasi SLPTT LL VUB
adalah Rp.17.410.000,-/ ha (R/ C= 3,15), lokasi SLPTT LL non VUB Rp.
13.488.806,-/ ha (R/ C= 2,46) dan lokasi non SLPTT Rp.9.885.625,-/ ha
(R/ C= 2,34).
Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT)
Desiminasi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT dilakukan
Lebong. Komponen PTT kedelai yang dilaksanakan adalah penggunaan varietas
unggul, benih bermutu dan berlabel, pengolahan dan penyiapan lahan,
penanaman, pemupukan, pemberian amelioren dan kapur, pengendalian hama
dan penyakit, panen dan pasca panen. Dari pelaksanaan demplot dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komponen
hasil yang diamati pada kegiatan demplot kedelai yang dilakukan pada lahan
BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong meliputi tinggi
tanaman (cm), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (HST), jumlah
polong/ rumpun, berat 100 biji (gram), persentase biji rusak (% ) dan produksi
(ton/ ha). Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh komponen hasil
budidaya kedelai yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015.
Uraian Hasil Pengukuran
Tinggi Tanaman 66 cm
Jumlah Cabang 6 cabang
Umur Berbunga 36 HST
Jumlah polong/ rumpun 141 polong
Jumlah biji/ polong 2 biji
Berat 100 biji 90 gram
% biji rusak 20 %
Produksi 0,4 ton/ ha
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 7. menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai yang cukup,
belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman kedelai pada
musim kemarau. Pada awal pelaksanaan penanaman demplot kedelai kondisi
tanah masih dalam keaadan lembab, namun pada saat tanaman mulai umur 2
minggu tanaman kedelai tidak mendapatkan air yang cukup untuk
pertumbuhannya. Dengan kondisi kekeringan atau curah hujan yang sangat
rendah tanaman kedelai masih mampu bertahan dengan tinggi tanaman
mencapai 66 cm, jumlah cabang 6 cabang perbatang, umur berbunga 36 hari
setelah tanam (HST), jumlah polong 141 polong per rumpun hanya saja dengan
air yang cukup serta persentase biji rusak yang cukup tinggi (20% ) sehingga
produksi hanya 0,4 ton/ ha biji kering.
Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai
Respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di wilayah
kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau yang
berjumlah 21 orang. Respon penyuluh dan petani dilihat dari tingkat
pengetahuan dan sikap (kognitif dan afektif) penyuluh dan petani wilayah kerja
BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai seperti pada Tabel 8,9 dan 10.
Tabel 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015
Tingkat Pengetahuan Nilai %
Terendah (nilai= 3) 3 4,76
Tertinggi (nilai= 8) 8 4,76
Rata-rata Nilai 5,6
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 8. diketahui bahwa tingkat pengetahuan penyuluh dan petani
terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8 masing-masing 4,76% . Rata-rata
pengetahuan penyuluh dan petani bernilai 5,6 sedangkan 61,90%
pengetahuannya berada di atas rata-rata. Melihat kondisi pengetahuan petani
maupun penyuluh di wilayah BP3K masih tergolong rendah maka masih
diperlukan peningkatan pengetahuan teknis budidaya kedelai melalui berbagai
metode penyuluhan di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau.
Selanjutnya sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K
Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai merupakan respon penyuluh dan
petani. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai
Tabel 9. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015
Pertanyaan
% Sikap Kognitif Responden Sangat
Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
1 66,67 33,33
2 42,86 52,38 4,76
3 38,10 61,90
4 33,33 38,10 28,57
5 19,05 19,04 51,91 10
6 23,81 47,62 21,57 7
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 9 terlihat bahwa sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah
kerja BP3K Tabeak Blau tentang I nformasi teknologi budidaya kedelai sangat
dibutuhkan oleh 66,67% , sedangkan hanya 38,10% responden setuju bahwa
penerapan teknologi budidaya kedelai terkendala oleh sistem budidaya yang
diterapkan oleh petani dan penyuluh dan selebihnya 61,91% responden tidak
setuju. Sikap afektif penyuluh dan petani disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015
Pertanyaan
% Sikap Kognitif Responden Sangat
Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
1 57,14 42,86
2 42,86 57,14
3 28,57 47,62 23,81
4 14,29 54,38 31,33
5 19,05 19,05 61,90
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel. 10 terlihat bahwa pertanyaan no 1 dan 2 seluruh responden
setuju dan sangat setuju tentang pelaksanaan demplot untuk menambah
pengetahuannya, demikian halnya dengan komponen budidaya yang tidak
terbiasa dilakukan petani, 61,90% responden menyatakan tidak set uju dan
sangat tidak setuju artinya responden senang dengan teknologi yang diterapkan.
Demplot Budidaya Jagung dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT) di Lahan Sub Optimal
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati selama pertumbuhan
tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol,
bobot 100 butir dan hasil produksi (melalui ubinan). Komponen hasil yang
diamati secara rinci tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal Kecamatan Muara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015
Uraian Hasil Pengukuran
Panjang tongkol 17,17 cm
Lingkar tongkol 15,27 cm
Jumlah baris per tongkol 14 baris Jumlah biji per tongkol 473 biji Berat biji per tongkol 161,47 gram
Bobot 100 butir 34 gram
Produksi (ubinan) 6,67 t/ ha pipilan kering
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 11. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung
sukmaraga dalam kondisi iklim yang panas masih menunjukkan pertumbuhan
yang baik. Dimana produksi ubinan yaitu 6,67 t/ ha pipilan kering jika
dibandingkan dengan diskripsi tanaman jagung sukmaraga rata – rata hasil yaitu
6 t/ ha pipilan kering. Rata –rata jumlah baris yaitu 14 baris, jumlah baris ini
berada pada kisaran jumlah baris jika dilihat berdasarkan diskripsi tanaman
jagung sukmaraga yaitu 12-16 baris. Peningkatan produktifitas tanaman, selain
dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genotif
dan lingkungan juga ditentukan oleh pemilihan varietas dan teknologi yang
digunakan. Menurut Subandi dan I brahim (1990) dan Subandi dan Zubachtirodin
(2005) keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat bergantung pada
kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi meliputi varietas
unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang
tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Menurut Suprapto (1992) varietas
unggul umumnya mempunyai produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan
varietas lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung sukmarga
dapat menjadi salah satu alternatif varietas yang bisa digunakan pada saat
Demonstrasi Pembuatan Kompos dan Fermentasi Pelepah Kelapa Saw it
Demonstrasi pembuatan kompos dan fermentasi pelepah kelapa sawit
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh dan
memperluas adopsi inovasi I ntegrasi tanaman Kelapa Sawit dan Sapi yang telah
dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Hasil pengamatan terhadap responden yang
menghadiri kegiatan demonstrasi cara seperti Tabel 12. berikut.
Tabel 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelah mengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di Desa Jayakarta Kecamatan Talang I V Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2015.
Kegiatan Petani Penyuluh
sebelum sesudah Beda Sebelum sesudah Beda Fermentasi pelepah
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 12 menunjukkan bahwa demonstrasi cara mampu meningkatkan
pengetahuan penyuluh dan petani dari 6,94 menjadi 7,43 meningkat sebesar
0,49% dan 5,47 menjadi 5,9 sebesar 0,43% . Pengetahuan penyuluh tentang
pembuatan pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit masih dalam katagori
sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini penyuluh lapang sudah
mengetahui bahwa pelepah daun kelapa sawit bisa digunakan sebagai pakan
ternak sapi. Begitu juga dengan petani meskipun terjadi peningkatan tetapi
dalam katagori rendah. Pada kelompok yang sama dulu pernah dilakukannya
pengkajian tentang pelepah daun sawit untuk pakan ternak tetapi tingkat
pengetahuan petani masih belum signifikan meningkat . Artinya disini petani
dalam proses adopsi teknologi masih berada pada tahapan sadar dan minat
belum sampai pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga masih
dipandang perlu dilakukannya pendampingan pengolahan pakan yang berasal
dari pelepah daun sawit baik itu pada petani maupun penyuluh lapang.
Untuk pembuatan kompos, pengetahuan penyuluh dan petani dalam
katagori tinggi dan sedang dari 7,35 menjadi 8,57 meningkat sebesar 1,22% dan
6,22 menjadi 6,22. Untuk pengetahuan petani tidak terjadi peningkatan. Hal ini
kompos dari kotoran t ernak. Hal ini diduga disebabkan oleh pengalaman petani
yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan
sebagai pupuk tanaman mereka.
Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam
proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa
dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian
mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan
dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi
dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian,
maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada
akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu
memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut.
Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian
dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan
meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi
pembuatan pakan pelepah daun kelapa sawit untuk pakan ternak dan
pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam
penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak
dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Pengetahuan sebagai alat
jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari
pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas
pengetahuan akan lebih berkembang dibandingkan dengan tanpa didasari
pengetahuan.
Aplikasi Fermentasi Pelepah Saw it Ke Ternak
Fermentasi pelepah daun kelapa sawit dari hasil demontrasi cara
diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk
melihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak yang diberi pakan dari
pelepah daun sawit dengan menggunakan teknologi fermentasi. Pemberian
fermentasi pelepah daun kelapa sawit dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak
dan tahap kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 30 hari. Ternak
diberi pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebanyak 5 kg/ hari/ ekor.
PBBH ternak tertuang dalam Tabel 13.
Tabel 13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakan Fermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit.
Ternak Berat Awal Berat selama 40 hari
PBBH (gr/ ekor/ hari)
1 191,32 205,76 352,1
2 340 349 219,5
3 169,03 174,35 129,7
Rata – rata 233,77
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 13 diketahui bahwa pertambahan bobot badan harian rata –
rata 233,77 gr/ ekor/ hari. Pertambahan bobot badan ternak tersebut masih
tergolong rendah. Menurut Jelan et al (1991) dalam Batubara (2003) sapi yang
diberi bungkil inti sawit (50% ) dan silase pelepah sawit (50% ) memberikan
pertambahan bobot badan harian sebesar 450 gr/ ekor/ hari. BATUBARA (2002a)
menyatakan bahwa penggunaan daun sawit segar sebagai pengganti hijauan
dalam konsentrat yang mengandung 30% BI S, memberikan pertambahan bobot
badan 760 g/ ekor/ hari dengan R/ C–ratio 1,5 pada sapi hasil persilangan.
Penggunaan daun sawit dibatasi oleh tinggi kadar lignin, sehingga perlu
dilakukan pengolahan untuk meningkatkan daya cerna melalui perlakuan fisik,
senyawa kimia, biologis atau kombinasi. ABU HASAN et al. (1995), mengatakan
bahwa pemberian daun sawit dan pelepah sawit dalam bentuk segar atau silase,
V.
KESI MPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K mampu meningkatkan kapasitas
peneliti dan penyuluh dalam penyusunan Karya Tulis I lmiah (KTI )
2. Kegiatan demplot dan demcara mampu meningkatkan pengetahuan petani
serta memberikan respon yang baik kepada petani dan penyuluh di lapangan
3. Penyebaran bahan informasi teknologi (tercetak dan elektronik) maupun
demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K mempercepat sampainya
informasi teknologi kepada petani, KTNA Kecamatan dan penyuluh di
lapangan.
5.2. Saran
Begitu bermanfaatnya kegiatan Demplot di wilayah kerja BP3K dalam
transfer teknologi kepada penyuluh dan petani, diharapkan dalam pelaksanaan
demplot di BP3K yang difasilitasi oleh Bakorluh dapat menerapkan tahapan yang