38
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A.
Anatomi UUPM dan LIV
Setiap undang-undang memiliki anatomi yang berbeda, meski dengan judul yang sama, substansi dan pengaturan bisa jadi tidak serupa. Sama halnya dengan UUPM dan LIV, walaupun keduanya mengatur mengenai investasi, akan tetapi dibuat oleh negara yang berbeda sehingga berkemungkinan memiliki perbedaan dalam segi pembahasannya. Pembentukan suatu peraturan perundang-undangan akan dipengaruhi oleh sosial, budaya, ekonomi dan politik atau dapat pula tujuan dari suatu negara. Pada bab pertama telah dikemukakan tentang sejarah dari negara Vietnam membuat LIV dan UUPM, keduanya ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi faktor perbedaan sosial, budaya, ekonomi dan politik negara, dapat mempengaruhi kebijakan yang akan disuguhkan dalam undang-undang. Misalkan saja tentang kepadatan penduduk dan jumlah pengangguran disuatu negara. Tingkat kepadatan penduduk dan jumlah pengangguran yang tinggi berimplikasi pada kewajiban mengutamakan tenaga kerja domestik, serta masih banyak contoh lainnya.
39 melaksanakan strategi untuk mereformasi kebijakan penanaman modal ... kelompok tersebut menghubungi Wakil Presiden dan Menko Ekuin saat itu, Aburizal Bakrie. Setelah disetujui beberapa ketentuan tentang UUPM beserta peraturan lain yang dapat menjamin lancarnya investasi, FIAS menghubungi Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu sebagai koordinator dari pihak Pemerintah dalam perencanaan dan pembuatan naskah undang-undang. Perencanaan dan pembuatan naskah UUPM dilaksanakan dengan menggunakan referensi UUPM Vietnam (LIV), Peraturan Menteri Bhutan, salinan laporan yang sudah diseleksi, dan beberapa referensi lainnya.”44
Meskipun LIV merupakan salah satu referensi dari pembuatan UUPM, tidak dapat dimaknai bahwa seluruh peraturan yang diatur dalam LIV diadopsi didalamnya. Perbedaan tersebut dibuktikan dengan melihat sekilas anatomi kedua undang-undang. LIV memiliki beberapa pengaturan yang tidak di atur dalam UUPM baik secara eksplisit atau komprehensif, dan begitu pula sebaliknya. Namun, kekurangan pengaturan tersebut lebih banyak ditemukan dalam UUPM. Berikut merupakan tabel perbandingan anatomi UUPM dan LIV untuk mempermudah dalam komparasi UUPM dan LIV:
44
40
UUPM LIV
BAB Pasal Keterangan BAB Pasal Keterangan
I Ketentuan umum I Ketentuan umum
1 Interpretasi istilah 1 Lingkup pemerintahan Lingkup pemerintahan (dari
UUPM)
2 Entitas yang diperbolehkan 3 Interpretasi istilah
4 Kebijakan investasi 5 Aplikasi hukum investasi,
perjanjian internasional, hukum asing dan kebiasaan investasi internasional
II 3 Asas dan tujuan II. Jaminan investasi
6 Jaminan beraitan dengan modal dan aset
7 Perlindungan hak kekayaan intelektual
8 Membuka pasar dan investasi yang berkaitan dengan perdagangan
9 Remitansi (transfer) modal dan aset luar negeri
10 Penerapan harga seragam, ongkos administrasi, dan biaya lain
11 Jaminan investasi dalam hal tejadi perubahan dalam hukum atau kebijakan
12 Resolusi sengketa
III 4 Kebijakan dasar penanaman modal
III Hak dan kewajiban investor
13 Hak untuk otonomi investasi-bisnis
14 Hak untuk mengakses dan menggunakan sumber daya investasi
15 Hak untuk impor dan ekspor, untuk melakukan pemasaran dan beriklan, untuk memproses dan kembali memproses barang yang relevan dengan kegiatan investasi
16 Hak untuk membeli mata uang asing
17 Hak untuk mengalihkan atau menyesuaikan modal atau proyek investasi
18 Mortgage hak penggunaan lahan dan aset yang melekat pada tanah
19 Hak-hak lain investor 20 Kewajiban investor
IV 5 Bentuk badan usaha dan kedudukan
41 21 Bentuk investasi langsung 22 Investasi untuk memungkinkan
pembentukan organisasi ekonomi
23 Investasi sesuai dengan kontrak 24 Investasi dalam pengembangan
bisnis
25 Modal kontribusi, pembelian kepemilikan saham,
merger,akuisisi
26 Investasi tidak langsung
V 6 Perlakuan terhadap penanam modal
V Investasi sektor dan wilayah geografis
7 Nasionalisasi Bagian I. Investasi sektor dan wilayah geografis
8-9 Transfer dan repatriasi aset dan modal
27 Insentif sektor investasi 28 Geografis bidang insentif
investasi
29 Sektor dimana investasi bersyarat
30 Sektor dimana investasi dilarang 31 Penetapan daftar sektor insentif
investasi dan wilayah geografis insentif investasi, dan sektor-sektor dimana investasi bersyarat
Bagian II insentif investasi
32 Entitas dan kondisi untuk insentif investasi
33 Pajak insentif
34 membawa kerugian maju 35 Penyusutan aktiva tetap 36 Insentif penggunaan lahan 37 Insentif berlaku bagi investor
yang berinvestasi di zona industri, zona pemrosesan ekspor, zona teknologi tinggi, dan zona ekonomi.
38 Prosedur untuk pelaksanaan insentif investasi
39 Keadaan dimana insentif dapat diperpanjang
Bagian III dukungan investasi
40 Dukungan untuk transfer teknologi
41 Pelatihan dukungan
42 Dukungan untuk dan dorongan dari pengembangan layanan investasi
42 dan zona ekonomi. 44 Visa masuk dan keluar
VI 10 Ketenagakerjaan VI Langsung kegiatan investasi
11 Penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Bagian I Prosedur investasi
45 Prosedur untuk pendaftaran investasi dalam hal proyek-proyek investasi domestik 46 Prosedur untuk pendaftaran
investasi dalam hal proyek-proyek investasi asing 47 Evaluasi proyek investasi 48 Prosedur untuk evaluasi
sehubungan dengan proyek-proyek yang memiliki modal yang diinvestasikan dari tiga ratus miliar dong Vietnam atau lebih dan yang tidak termasuk dalam daftar sektor investasi tunduk pada kondisi
49 Prosedur untuk evaluasi 50 Prosedur untuk investasi yang
melibatkan pembentukan organisasi ekonomi 51 Perubahan proyek investasi 52 Durasi operasional proyek
investasi asing 53 Tanggung jawab untuk
perumusan proyek, membuat keputusan investasi dan mengevaluasi investasi
54 Pemilihan investor untuk proyek dimana sejumlah investor menunjukkan minat
Bagian II dimulainya pelaksanaan proses investasi
55 Tanah sewa, penyerahan dan penerimaan lahan untuk pelaksanaan proyek-proyek investasi
56 Persiapan lokasi konstruksi 57 Prosedur untuk melaksanakan
proyek-proyek investasi yang melibatkan pertambangan dan penggunaan sumber daya alam dan mineral
58 Pelaksanaan proyek investasi yang melibatkan konstruksi 59 Evaluasi mesin dan peralatan 60 Penjualan produk di pasar
Vietnam
43 63 Sewa organisasi manajemen 64 Penundaan proyek investasi
sementara; pencabutan sertifikat investasi
65 Penghentian operasi proyek investasi
66 Negara menjamin sejumlah karya dan proyek penting
VII 12 Bidang usaha VII Bisnis investasi modal didanai oleh negara
67 Persyaratan manajemen investasi-bisnis yang didanai oleh negara
68 Investasi atau usaha menggunakan modal milik negara dalam organisasi ekonomi
69 Investasi oleh negara di perusahaanperusahaan utilitas publik
70 Investasi menggunakan fasilitas kredit investasi dan
pengembangan negara 71 Organisasi dan individu yang
dapat ditugaskan untuk mengelola investasi menggunakan modal milik negara
72 Perubahan isi, suspensi penangguhan dan pembatalan proyek investasi
73 Pemilihan kontraktor untuk melaksanakan proyek
VIII 13 Pengembangan
penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi
VIII Investasi lepas pantai
74 Investasi lepas pantai 75 Sektor dimana investasi lepas
pantai didorong dan sektor-sektor dimana investasi lepas pantai dilarang
76 Ketentuan untuk investasi lepas pantai
77 Hak-hak investor luar negeri 78 Kewajiban investor asing 79 Prosedur untuk investasi lepas
pantai
IX Hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal
IX Administrasi negara investasi
14 Hak investor 80 Isi administrasi negara investasi 15 Kewajiban investor 81 Tanggung jawab untuk
44 16 Tanggung jawab investor 82 Administrasi investasi sesuai
dengan rencan induk 17 Kewajiban alokasi dana bagi
investor yang mengelola SDA
83 Investasi promosi
84 Pemantauan dan penilaian kegiatan investasi
85 Inspektorat untuk kegiatan investasi
86 Keluhan, pembatalan dan insttusi dari proses hukum 87 Berurusan dengan pelanggaran
X Fasilitas penanaman modal
X Pelaksanaan ketentuan
18-20 Klasifikasi investor yang berhak mendapatkan fasilitas
88 Penerapan hukum untuk proyek yang dilaksanakan sebelum tanggal efektifitas UU ini 21 Fasilitas HAT, keimigrasian
dan impor
89 Efektivitas 22 Jenis dan tenggang waktu
penggunaan serta pembaharuan HAT 23 Proses fasilitas kemudahan
pelayanan dan/ perizinan keimigrasian
24 Proses fasilitas kemudahan pelayanan dan/ perizinan impor
XI 25 Pengesahan dan perizinan perusahaan
26 Pelayanan terpadu satu pintu
XII 27 Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal
28-29 Tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal
XIII 30 Penyelenggaraan urusan penanaman modal XIV 31 Kawasan ekonomi khusus
XV 32 Penyelesaian sengketa XVI 33-34 Sanksi
XVII 35-37 Ketentuan peralihan XVII
I
45
B.
Persamaan dan Perbedaan Antara UUPM dengan LIV
Komparasi dilakukan penulis dengan langkah awal mencari persamaan dan perbedaan antara LIV dengan UUPM seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Penulis mengklasifikasikan substansi perbandingan kedalam 5 klasifikasi yang diatur oleh kedua undang-undang, yaitu: lingkup investasi, Jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah, hak investor, kewajiban investor dan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Persamaan dan perbedaan dari kedua undang-undang adalah sebagai berikut:
1. Lingkup investasi
a) Persamaan
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang lingkup investasi antara UUPM dengan LIV:
No Substansi UUPM LIV
1 Subyek hukum: Asing dan domestik
Ps.1 angka 1 Ps. 2 ayat (1) 2 Organisasi dan individu Ps.5 ayat (1) Ps.2 ayat (2) jo Ps.3
ayat (4) 3 Jenis investasi: langsung Ps.2 Ps.3 angka 2 4 Pembatasan bidang investasi Ps.12 Ps.30,Ps.29 5 Pengaturan sektor investasi
dilarang
Ps.12 ayat (1), (2), dan (3) jo Perpres No.76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
46 6 Pengaturan sektor investasi
bersyarat
Ps.12 ayat (1), (4), dan (5) jo Perpres No.76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Ps.29 jo Ps.31 ayat (1)
Persamaan dari UUPM dan LIV terkait lingkup penyelenggaraan investasi antara lain:
(1) Subyek hukum yang diperbolehkan berinvestasi adalah investor asing dan domestik atau dalam UUPM disebut dengan investor dalam negeri;
(2) Investor dapat berupa organisasi maupun individu;
(3) Jenis investasi langsung maupun portofolio atau investasi tidak langsung; dan
47
b) Perbedaan
Berikut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang lingkup investasi antara UUPM dengan LIV:
Perbedaannya adalah:
1) UUPM mendelegasikan pengaturan investasi tidak langsung ke UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sedangkan LIV mengatur investasi langsung dan investasi tidak langsung.
2) Jika investor asing ingin melakukan investasi langsung di Indonesia wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas (kecuali ditentukan lain oleh undang-undang), hal ini berbeda dengan apa yang diatur LIV, tidak ada keharusan dalam bentuk Perseroan Terbatas.
3) Pengaturan tentang investasi bersyarat juga berbeda pada kedua undang-undang. LIV merinci sektor apa saja yang merupakan
No. Substansi UUPM LIV
1 Jenis investasi: tidak langsung/ portofolio
X
UUPM mendelegasikan pengaturan ke UU No.8 Th.1995 tentang Pasar Modal
Ps.3 angka 3
2 Betuk-bentuk investasi tidak langsung
X Ps.26 3 Investor asing wajib dalam
bentuk perseroan terbatas dalam investasi langsung
Ps.5 ayat (2) X
Lihat Ps 1 dan 3,tidak diatur mengenai keharusaan tsb. 4 Sektor investasi terbuka
dengan persyaratan
X
Perpres No.76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Ps.29
48 sektor investasi bersyarat. UUPM tidak mencantumkan hal yang sama, untuk mengetahui sektor investasi bersyarat maka kita perlu menilik Peraturan Presiden No.77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
c) Analisis
Kedua undang-undang melakukan pembagian yang sama terkait bidang investasi, yaitu bidang investasi terbuka, tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Bidang investasi terbuka merupakan bidang investasi yang tidak masuk dalam kriteria investasi tertutup maupun investasi bersyarat. Pembagian bidang investasi bukan suatu kebijakan tanpa alasan. UUPM dalam Pasal 12 ayat (3) menetapkan bidang tertutup untuk investasi berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Sedangkan LIV dalam Pasal 30 menyatakan sektor yang dilarang untuk berinvestasi adalah:
(1) Proyek yang merugikan pertahanan dan keamanan nasional, dan
kepentingan publik.
(2) Proyek yang merugikan tradisi sejarah dan budaya dan etika,
49 (3) Proyek yang membahayakan kesehatan masyarakat, atau yang
menghancurkan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
(4) Proyek untuk pengobatan limbah beracun dibawa ke Vietnam,
proyek-proyek untuk pembuatan semua jenis bahan kimia
beracun atau untuk penggunaan bahan kimia yang dilarang oleh
perjanjian internasional.
Berdasarkan kriteria bidang investasi tertutup yang diatur oleh kedua undang-undang, Penulis berkesimpulan bahwa dasar filosofis pembagian bidang investasi tertutup adalah didasari keinginan Pemerintah untuk menjaga kedaulatan negara, kemaslahatan warga negaranya, dan melindungi lingkungan serta kekayaan alam negara. Latar belakang tersebut secara garis besar adalah sama dalam kedua undang-undang, dan hal tersebut merupakan kewajiban dari Pemerintah pada negara.
50 investasi bersyarat dibentuk dalam rangka pencegahan eksploitasi kekayaan alam yang berlebihan, dibuktikan dengan persyaratan kepemilikan modal, lokasi dan perizinan45.
Perbedaan lain yang ditemukan, LIV mengatur tentang sektor apa saja yang merupakan bidang investasi bersyarat, sedangkan UUPM menyatakan kriteria yang harus dipenuhi oleh investor untuk dapat memasuki sektor tersebut. Titik perbedaan yang mencolok antara UUPM dengan LIV dalam lingkup investasi adalah beberapa pengaturan dibahas melalui sisi yang berbeda. Sektor investasi bersyarat di Indonesia diatur dalam lampiran II Perpres No.77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dengan demikian menurut Penulis, kelebihan terletak pada LIV yang memiliki substansi pengaturan tentang lingkup investasi lebih lengkap, sehingga investor tidak dipersulit dalam melihat dan memahami peraturan perundang-undangan tentang investasi seperti di Indonesia.
Perbedaan selanjutnya terletak pada pengaturan jenis investasi, undang-undang di Indonesia memisahkan pengaturan mengenai investasi langsung dan investasi portofolio. Menurut Penulis perbedaan tersebut hanyalah permasalahan sistematika pengaturan yang berlaku di Indonesia. Indonesia mengatur
45
51 investasi langsung dalam UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedangkan investasi portofolio atau investasi tidak langsung didelegasikan pengaturannya pada UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Investor hanya perlu melihat pengaturan dari jenis investasi yang akan dilakukan dalam salah satu undang-undang tersebut.
2. Jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah
a) Persamaan
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah antara UUPM dengan LIV:
Persamaan pengaturan tentang jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah antara UUPM dengan LIV antara lain:
No Substansi UUPM LIV
1 Memberikan perlakuan yang sama
Ps.4 ayat (2)
Ps.4 ayat (2) 2 Peran pemerintah untuk
mendorong investasi dinegaranya
Ps.4 ayat (1) huruf a
3 Jaminan negara bagi investor dalam berinvestasi
Ps.4 ayat (2) huruf b jo Ps.30 ayat (1) Kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan
Ps.4 ayat (3) Pengakuan dan perlindungan aset, modal, hak-hak lain, kepentingan dan keberadaan investor 4 Pelaksanaan Nasionalisasi Ps.7 Ps.6
5 Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual
Diatur dalam UU Hak Cipta, Design Industri, Merek dll.
Ps.7
6 Pernyataan tegas meratifikasi perjanjian internasional
52 1) Pemerintah memberikan jaminan untuk memberikan perlakuan yang sama pada para investor (asing maupun dalam negeri)46;
2) Jaminan tidak akan menasionalisasi perusahaan, ataupun jika terpaksa melakukannya akan memberikan penggantian sesuai harga pasar pada saat dilaksanakannya nasionalisasi;
3) Jaminan perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, hanya pengaturan mengenai HaKI di negara Indonesia diatur dalam undang-undang lain tidak menjadi satu dalam UUPM; dan
4) Pemerintah akan memberikan perlakuan mengesampingkan UU investasi terhadap investor yang melakukan perjanjian dengan negaranya.
46
53
b) Perbedaan
Berikut adalah tabel perbedaan pengaturan tentang jaminan dan/
atau kewajiban Pemerintah antara UUPM dengan LIV:
No. Substansi UUPM LIV
1 Pemerintah tidak memaksa investor untuk menggunakan barang-barang/ jasa dari produsen dalam negeri
X Ps.8 ayat (2) huruf a
2 Pemerintah tidak memaksa investor untuk pembatasan kuantitas ekspor
X Ps.8 ayat (2) huruf b 3 Pemerintah tidak memaksa investor untuk
impor barang pada jumlah yang sama dengan nilai barang ekspor
X Ps.8 ayat (2) huruf c
4 Pemerintah tidak memaksa investor untuk memenuhi jumlah rasio lokalisasi
X Ps.8 ayat (2) huruf d 5 Pemerintah tidak memaksa investor untuk
memasok barang atau menyediakan layanan disuatu lokasi(dalam maupun luar negeri)
X Ps.8 ayat (2) huruf e
6 Pemerintah tidak memaksa investor untuk mendirikan kantor pusat disuatu lokasi tertentu
8 Jaminan dalam hal terjadi perubahan kebijakan.
X Ps.11 9 Pemerintah menjamin atau membantu
keseimbangan mata uang asing.
X Ps.16 ayat (2) dari sejumlah proyek penting di sektor energi, 10 Bila diperlukan Pemerintah harus
menyediakan kondisi untuk tugas atau penyesuaian modal proyek-proyek
54 11 Dorongan dalam
(1) Untuk pengembangan kawasan industri dan beberapa zona investasi yang disetujui Pemerintah, Pemerintah harus merumuskan rencana investasi induk dan mengatur pembangunan teknis dan infrastruktur sosial diluar zonasi yang merupakan dibawah manajemen mereka. (2) Negara memberikan bantuan
parsial untuk daerah untuk berinvestasi bersama-sama dengan investor dalam pembangunan infrastruktur daerah dengan sulit kondisi sosial ekonomi
(3) Negara menyediakan modal investasi dari APBN dan dana preferensial untuk membantu investasi dalam
pengembangan sistem infrastruktur teknis dan sosial dari zonasi atau dengan metode meningkatkan modal dalam rangka berinvestasi dalam pengembangan sarana prasarana berteknologi tinggi
55 12 Sektor insentif investasi
(Hanya untuk investor yang melakukan perluasan usaha atau penanaman modal baru,
meningkatkan kapasitas produksi/ kapasitas bisnis, renovasi
teknologi/ meningkatkan kualitas produk, atau mengurangi polusi lingkungan)
Ps.18 ayat (2) dan (3) Masih terdapat beberapa kriteria lainnya, hanya saja bersifat alternatif (untuk dipilih salah satunya)
Ps.32 ayat (2) jo Ps.27
(1)Pembuatan material baru,produksi energi baru, produk teknologi tinggi, bio-teknologi, pertanian, kehutanan dan produk perikanan, produksi garam, penciptaan pabrik baru dan pemeliharaan berbagai hewan.
(3)penggunaan teknologi tinggi dan teknik canggih, perlindungan ekologi, penelitian, pengembangan dan penciptaan teknologi tinggi
(4) buruh industri yang intensif
(5) konstruksi dan pembangunan sarana infrastruktur dan proyek-proyek industri penting dengan sekala besar (6) profesional pengembangan pendidikan, pelatihan, kesehatan, olahraga, pendidikan jasmani dan budaya Vietnam. (7) pengembangan kerajinan tradisional dan industri
(8) sektor manufaktur dan jasa yang membutuhkan dorongan.
Pasal 28
(1) daerah dengan sulit kondisi sosial ekonomi, wilayah khusus dengan kondisi kesulitan sosial ekonomi
56 Dilihat dari tabel diatas, LIV lebih banyak mengatur mengenai jaminan-jaminan Pemerintah kepada investor dalam berinvestasi, antara lain:
(1) Jaminan Pemerintah tentang tidak memaksa investor untuk menggunakan barang-barang/ jasa dari produsen dalam negeri; (2) Tidak akan membatasi kuantitas ekspor;
(3) Ikut campur dalam hal kuantitas ekspor-impor;
(4) Jaminan menerapkan harga yang sama untuk barang, biaya administrasi maupun layanan lain yang diselenggarakan negara;
(5) Membantu membiayai pelaksanaan alih teknologi dan bantuan pelatihan kerja dari dana APBN; dan
(6) Jaminan dalam hal terjadi perubahan kebijakan, bilamana menguntungkan investor dapat menerapkan kebijakan yang baru, dan bila sebaliknya negara menjamin menerapkan kebijakan sesuai insentif pada sertifikat investasi, dengan memenuhi persyaratan yang berlaku, dst.
57 c) Analisis
Indonesia dan Vietnam merupakan negara yang meratifikasi perjanjian internasional baik bilateral maupun multilateral. Contoh dari perjanjian internasional yang diratifikasi keduanya adalah GATT, GATS dan TRIMs. Perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi, karena keduanya merupakan negara anggota dari WTO47, sehingga berkonsekuensi melaksanakan apa yang ditentukan dalam perjanjian tersebut. Dalam kedua undang-undang, dinyatakan bahwa negara menyanggupi, pelaksanaan perjanjian internasional yang dilakukan dengan masing-masing negaranya. Penegasan tersebut merupakan kelebihan dari kedua UU. Akan tetapi pernyataan tersebut tidak berarti bahwa negara akan melaksanakan ketentuan dalam perjanjian internasional. Itikad baik dari negara dibutuhkan dalam pelaksanaannya, karena beberapa kasus pelanggaran dalam bentuk tidak melaksanakan ketentuan perjanjian internasional pernah terjadi dan ada sanksi yang diberikan oleh WTO (sesuai pertimbangan panel).48 Namun secara keseluruhan, menurut Penulis pernyataan kesanggupan
47
http://wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/org6_e.htm diunduh pada tanggal 18 Februari 2012.
48
Misalnya kasus mobil nasional, Indonesia digugat oleh Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat, karena dianggap menyalahi aturan TRIMs, dan sanksi yang diberikan berupa keharusan penyeragaman aturan dengan TRIMs. Sistem penyelesaian sengketa dalam WTO dilakukan dengan perundingan sebelum pembentukan Panel dan tetap mendahulukan mediasi. Keputusan dari penyelesaian sengketa dilakukan dengan konsensus pihak negara-negara yang bersengketa dan sanksi pelanggaran dapat berupa keharusan penyelarasan aturan, atau dikenai kompensasi/ retaliasi dengan bentuk pembukaan akses pasar. Freddy Josep Pelawi dalam Penyelesaian Sengketa WTO dan Indonesia.
58 melaksanakan ketentuan perjanjian internasional, sudah merupakan awal dari itikad baik negara. Negara mencoba menunjukkan itikad baiknya dengan menjamin dengan hukum (apa yang tertuang dalam UU merupakan sesuatu yang pasti) akan memberikan perlakuan kepada investor sesuai dengan perjanjian internasional.
Kelebihan lainnya yang dimiliki LIV adalah dapat menjamin jika investor berinvestasi di Vietnam, posisi investor tidak akan mengalami kerugian bilamana terjadi perubahan kebijakan. Jika kepastian hukum yang memiliki daya prediksi dapat diberikan oleh suatu undang-undang, maka dapat menarik minat investor untuk menginvestasikan modalnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan para sarjana bahwa “diamati perlunya kepastian hukum untuk menjamin arus modal (capital flow)”.49 Dengan memberikan jaminan tentang keadaan dalam hal terjadi perubahan kebijakan, investor akan merasa aman karena LIV memberikan kepastian hukum dan daya prediksi untuk melindungi modalnya.
Pemerintah Vietnam juga memberikan jaminan kepastian bahwa investor dapat menjalankan proses investasi tanpa batasan-batasan yang menghambat, seperti tidak adanya batasan-batasan kuantitas ekspor, kewajiban menggunakan barang dan/ atau jasa produksi domestik dan jaminan lainnya yang akan menciptakan iklim investasi yang menarik bagi investor. Hal tersebut menjadi
49
59 kekurangan UUPM dimana UUPM tidak memberikan kepastian yang sama dengan LIV. Demikian pula dengan memberikan bantuan atau dorongan dana yang berasal dari APBN untuk membiayai pelaksanaan alih teknologi dan pelatihan tenaga kerja, terlihat peran aktif dari Pemerintah dalam usaha membangun negara Vietnam dengan cara meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan pengalihan teknologi.
LIV memberikan banyak jaminan yang tidak diberikan oleh UUPM. Selain itu pengaturan yang eksplisit tentang jaminan Pemerintah dalam LIV memberikan nilai kepastian hukum dan daya prediksi yang dibutuhkan oleh para investor. Dengan kata lain LIV dalam klasifikasi jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah memiliki pengaturan yang lebih baik dari UUPM. Sehingga untuk kepentingan pengembangan investasi di Indonesia, baik bagi Indonesia mengadopsi jaminan-jaminan seperti yang diatur dalam LIV. Penambahan jaminan untuk investor dalam UUPM akan menambahkan nilai kepastian hukum dan menjadi daya tarik UUPM sebagai tempat berinvestasi lebih pesat dari saat ini.
3. Hak investor
a) Persamaan
60
No. Substansi UUPM LIV
1 Hak menggunakan tenaga kerja asing
Ps.10 ayat (2) Ps.14 ayat (3) 2 Fasilitas hak penggunaan
lahan
Ps.21 Ps.18 3 Insentif pajak
preferensial (pembebasan dari dan pengurangan pajak Dalam bentuk pajak:
(1) Pajak penghasilan badan, dan yang belum dapat diproduksi dalam
Ps.18 ayat (4) jo Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008 perubahan atas PP No.1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanam Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-daerah tertentu.
Ps.33 jo Ps.35 ayat (2)
Hak investor yang dicantumkan dalam undang-undang memberikan gambaran tentang, apa saja yang akan investor dapatkan selama berinvestasi disuatu negara. Minat investor dapat muncul apabila hak yang diberikan membawa dampak positif bagi investasi yang akan dilakukannya (selain dipengaruhi oleh faktor sosial-politik). Investor berhak untuk mendapatkan:
(1) Lahan untuk berusaha, merupakan hal yang paling dasar yang penting untuk penyelenggaraan investasi langsung;
61 (3) Insentif pajak preferensial50 (pajak penghasilan, bea masuk impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri, bea masuk bahan baku/ bahan penolong untuk produksi dan Pajak Bumi dan Bangunan);dan
b) Perbedaan
Berikut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang hak investor antara UUPM dengan LIV:
No. Substansi UUPM LIV
1 Pemberian hak otonom kepada investor untuk berinvestasi
X Ps.4 ayat (1) jo Ps.13 (memilih sektor, bentuk investasi, metode meningkatkan modal, lokasi geografis, skala investasi, mitra dan durasi operasi proyek)
2 Kesetaraan dalam mengakses dan menggunakan sumber modal kredit dan dana bantuan dan dalam penggunaan lahan dan sumber daya alam sesuai dengan hukum
X Ps.14 ayat (1)
3 Hak untuk membeli mata uang asing
X Ps.16 ayat (1) (bisnis dalam rangka memenuhi permintaan transaksi, transaksi modal dan transaksi lainnya) 4 Investor berhak menetapkan
atau menyesuaikan modal atau suatu proyek investasi. Bila terdapat laba usaha, pajak harus dibayarkan.
X Ps.17 ayat (1)
5 Investor memiliki hak untuk berkontribusi pendapat mengenai hukum maupun kebijakan investasi
X Ps.19 ayat (3)
6 Insentif pajak pertambahan nilai, dan penyusutan/ amortisasi yang dipercepat
Ps.18 ayat (4) huruf d, e,dan f
X
50
62 7 Insentif berupa membawa
kerugian maju.
X Ps.34 8 Proyek investasi di daerah
dengan efisiensi ekonomi tinggi dikenai depresiasi dipercepat dari aset tetap, tarif maksimal dari depresiasi tidak boleh lebih besar 2 kali lipat dari tarif depresiasi yang ditentukan peraturan tentang penyusutan aktiva tetap
X Ps.35
9 Fasilitas-fasilitas hanya akan diberikan kepada investor asing yang berbentuk perseroan terbatas
Ps.20 X
Hanya perlu memenuhi ketentuan Ps.32 ayat (2) jo Ps.27 jo Ps.28
10 Insentif penggunaan lahan Ps.22
Diklasifikasikan berdasar jenis HAT:
(1) HGU: 95 tahun, dapat diperpanjang dimuka selama 60 tahun dan dapat diperbaharui selama 35 tahun
(2) HGB: 80 tahun, dapat diperpanjang dimuka selama 50 tahun, dan dapat diperbaharui selama 30 tahun
(3) HP: 70 tahun, dapat diperpanjang dimuka selama 45 tahun dan dapat diperbaharui selama 25 tahun Namun harus memenuhi syarat pada ayat (2), (3) dan (4) Pasal ini.
Ps.36
Tidak boleh lebih dari 50 tahun, jika dengan modal besar, dan tingkat pegembalian modal lambat/ didaerah sulit kondisi sosial ekonomi, tidak boleh lebih dari 70 tahun, dapat diperpanjang dengan persyaratan.
11 Keimigrasian Ps.23
Pemberian kemudahan pelayanan dan perizinan, bagi investor asing, ahli/ teknisi asing, dan calon investor yang akan melakukan penjajakan (diberikan setelah mendapat rekomendasi dari Badaan Koordinasi Penanaman Modal) Izin tinggal terbatas selama maksimal 2 tahun, jika hanya menggunakan waktu
Ps.44
63 selama 1 tahun diberi
izin masuk kembali beberapa kali perjalanan selama 12 bulan, jika 2 tahun maka izin masuk kembali beberapa kali perjalanan selama 24 bulan. Izin tinggal terbatas dapat dijadikan izin tetap bila tinggal tetap di Indonesia selama 2 tahun berturut-turut. 12 Bisnis investasi yang didanai
oleh negara
X Ps.67 13 Perpanjangan pemberian
insentif dapat diperpanjang
X Ps.39 14 Investor memiliki hak akses
dan penggunaan layanan publik
X Ps.19 ayat (2)
15 Hak Investor mendapatkan data tentang perekonomian nasional, data tentang sektor ekonomi dan informasi terkait kegiatan investasi
X Ps 19 ayat (3)
16 Hak investor untuk mengajukan keluhan dan membuat pembatalan/ tindakan hukum yang terkait dengan pelanggaran hukum
X Ps.19 ayat 4
17 Hak untuk impor dan ekspor untuk melakukan pemasaran dan beriklan dan berproduksi
X Ps.15
Dalam LIV ditekankan bahwa investor memiliki hak otonom untuk berinvestasi dalam hal:
(1) Memilih sektor; (2) Bentuk investasi;
(3) Metode meningkatkan modal; (4) Lokasi geografis;
(5) Skala investasi;
64 (7) Kesetaraan dalam mengakses dan menggunakan sumber
modal kredit dan dana bantuan;
(8) Penggunaan lahan dan sumber daya alam sesuai dengan hukum;
(9) Hak berkontribusi pendapat mengenai hukum maupun kebijakan investasi;
(10) Melakukan kegiatan ekspor-impor, pemasaran, kegiatan produksi;
(11) Akses layanan publik, dan mendapatkan informasi terkait investasi.
Menurut Penulis hak-hak diatas merupakan hak dasar dari para investor, walaupun senyatanya tidak ditegaskan dalam UUPM akan tetapi hal tersebut layaknya kebiasaan dalam berinvestasi.
65 bidang keimigrasian, LIV memberikan visa dengan jangka waktu yang lebih lama yaitu 5 tahun, sedangkan UUPM hanya memberikan izin tinggal sementara maksimal 4 tahun dan/ atau telah tinggal selama 2 tahun berturut-turut di Indonesia dapat diubah izinnya menjadi izin tinggal tetap. Hal yang tidak diatur LIV dan diberikan oleh UUPM adalah pengaturan tentang hak investor mendapatkan insentif pajak pertambahan nilai (PPN), dan penyusutan/ amortisasi yang dipercepat.
c) Analisis
Dari hak-hak investor yang telah disebutkan pada bagian perbedaan, bukan berarti UUPM lebih baik dari LIV. Banyak hak tidak diatur dalam UUPM. Misalkan hak otonom untuk memilih sektor, bentuk investasi, lokasi geografis, skala investasi, mitra, durasi operasi proyek serta berbagai hak lainnya. Namun perlu diingat, bukan berarti investor di Indonesia tidak memiliki hak tersebut karena tidak diatur dalam UUPM. Menurut Penulis hak otonom untuk berinvestasi yang diatur LIV, juga merupakan hak investor saat berinvestasi di Indonesia, hanya saja tidak ada pengaturan/ pernyataan mengenai hal tersebut pada UUPM51. Hak investor lainnya diberikan dalam bentuk insentif atau fasilitas.
51
66 “Berdasarkan konsep ekonomi yang disebut positive analysis, seorang analis akan mengajukan pertanyaan ... terkait prediksi yang dapat dibuat yang mempunyai akibat ekonomi. Dari sudut pandang ini, orang akan memberikan reaksi terhadap insentif atau disinsentif akibat dilaksanakannya ketentuan hukum tersebut.” 52
Investasi merupakan kegiatan ekonomi, yang mengharapkan keuntungan. Investor akan melihat insentif apa yang dapat diberikan oleh undang-undang investasi suatu negara terhadap usahanya. Mengikuti apa yang dilakukan oleh negara-negara maju, negara-negara berkembang memberikan insentif pajak yang besar untuk dapat menarik minat pemodal baru, baik lokal maupun asing, merangsang pemodal yang sudah beroperasi untuk melakukan ekspansi usaha.53 Berlandas keadaan tersebut Penulis melihat bahwa LIV memiliki kelebihan dalam hal insentif pajak. LIV memberikan insentif berupa membawa kerugian maju. Dalam pasal yang mengatur mengenai hal ini, dinyatakan apabila investor mengalami kerugian setelah selesainya finalisasi pajak dengan kantor pajak. Jumlah kerugian harus dihilangkan terhadap penghasilan kena pajak untuk keperluan pajak penghasilan perusahaan (dengan jangka waktu 5 tahun), yang artinya suatu bentuk keringanan yang diberikan kepada investor dalam perpajakan. Insentif keimigrasian yang diberikan LIV juga
52
Johnny Ibrahim. 2009. Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum. Surabaya: Putra Media Nusantara dan ITSPress. Hlm.58.
53
67 memiliki kelebihan, yaitu visa selama 5 tahun. UUPM terlihat mengatur hal ini lebih rumit dengan persyaratan tinggal dan jangka waktu yang lebih singkat dirasa akan membuat investor kerepotan dengan keharusan mengurus izin tinggal setidaknya selama 2 tahun sekali.
Sedangkan yang menjadi keunggulan bagi UUPM adalah memberikan insentif PPN, dan penyusutan/ amortisasi yang dipercepat kepada investor, yang tidak diberikan oleh LIV. Tidak hanya itu, penggunaan lahan dengan berbagai macam hak juga diberikan dengan jangka waktu lebih lama. Ketentuan tersebut sangat menguntungkan bagi investasi langsung, yang membutuhkan waktu pengembalian modal (RoI) cukup lama. Akan tetapi perlu diingat bahwa pemberian izin penggunaan lahan dengan jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan eksploitasi kekayaan alam dengan kuantitas yang lebih besar pula. Kata eksploitasi sumber daya alam memposisikan investor menguntung pada satu sisi dan merugi pada negara disisi lainnya54. Kenyataan tersebut bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
54
Contoh PT. Freeport Indonesia (mayoritas pemilik saham adalah investor Amerika Serikat) yang memulai pertambangan di Papua sejak tahun 1967 dan 1988 (pada dua tempat
pertambangan) sampai saat ini, dan dengan kerusakan alam yang ditimbulkan karena eksplorasi yang dilakukan menghasilkan limbah/bahan buangan sebesar 300 ribu ton perhari dan kerusakan 200 hektar hutan didaerah tambang. http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia
68 dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Jika negara memberikan kesempatan dengan cara memberikan investor keleluasaan menggunakan lahan, maka bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dapat dinikmati untuk sebesar-besarnya kepentingan investor, bukan kemakmuran rakyat. Jika melihat pada apa yang diminati investor, maka pemberian izin penggunaan lahan dengan jangka waktu yang lama akan sangat diminati (dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah).
Hak-hak yang diatur dalam kedua undang-undang tampaknya memihak pada keuntungan pada sisi investor, dengan konsekuensi logis ada hak yang secara tidak langsung merugikan negara (contohnya dalam perizinan penggunaan lahan pada UUPM). Penulis mendapati kelebihan pengaturan tentang hak investor terletak pada LIV, karena LIV selain lebih komprehensif juga memberikan hak lain yang penting bagi investor. Hak lain yang dimaksud adalah perpanjangan pemberian insentif yang dapat diperpanjang, pendanaan bisnis investasi oleh negara, dan depresiasi dipercepat dari aset tetap pada proyek di daerah dengan efisiensi ekonomi tinggi.
4. Kewajiban investor
69 Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang kewajiban investor antara UUPM dengan LIV:
Persamaan dari kedua undang-undang adalah kewajiban investor untuk:
(1) Menjalankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; (2) Perlindungan lingkungan;dan
(3) Menghormati tradisi budaya/ kebiasaan masyarakat tempat mereka menjalankan kegiatan investasi.
Persamaan kewajiban investor seperti perlindungan
lingkungan dan menghormati tradisi budaya/ kebiasaan masyarakat tempat menjalankan investasi menurut Penulis merupakan wujud dari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). CSR atau dalam Pasal 74 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, disebut dengan tanggung jawab sosial lingkungan merupakan kewajiban perusahaan.
b) Perbedaan
No. Substansi UUPM LIV
1 Menjalankan kewajiban prinsip tata kelola perusahaan yang baik
Ps.15 huruf a Ps.20 ayat (3) 2 Melaksanakan kewajiban
perlindungan lingkungan
Ps.15 huruf b jo UU No 23 Th.1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Ps.20 ayat (6)
3 Kewajiban menghormati tradisi budaya/ kebiasaan masyarakat
70
ut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang kewajiban investor antara UUPM dengan LIV:
No. Substansi UUPM LIV
1 Keharusan mengutamakan tenaga kerja dalam negeri
Ps.10 ayat (1) X 2 Alih teknologi dan pelatihan pekerja Ps.10 ayat (3)
Kewajiban investor dan tenaga kerja asing meningkatkan kompetensi tenaga kerja domestik melalui pelatihan dan melakukan alih teknologi dana APBN untuk pelaksanaan pelatihan karyawan.
3 Kewajiban memenuhi ketentuan sertifikat investasi dan dokumen sertifikasi.
X Ps.20 ayat (1)
4 Kewajiban investor menghormati dan menciptakan kondisi yang
menguntungkan bagi karyawan untuk mendirikan atau berpartisipasi dalam organisasi politik dan organisasi sosial politik
X Ps.20 ayat (5) 5 Prosedur pelaksanaan insentif.
Proyek investasi domestik dan asing: Kewajiban meniai diri sendiri untuk insentif sesuai ketentuan insentif lalu melakukan prosedur
permohonan pada badan yang berkompeten mengatur tentang pemberian insentif investasi, yang kemudian akan diberikan
71 Beberapa hal kewajiban investor yang tidak dimiliki oleh UUPM akan tetapi dimiliki oleh LIV antara lain kewajiban:
(1) Memenuhi ketentuan sertifikat investasi dan dokumen sertifikasi; dan
(2) Kewajiban menghormati dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi karyawan untuk mendirikan atau berpartisipasi dalam organisasi politik dan organisasi sosial politik.
Hal lain yang UUPM atur tentang kewajiban investor, yang LIV tidak miliki adalah kewajiban tentang mengutamakan tenaga kerja dalam negeri untuk berkerja di perusahaan yang dimiliki investor, hal ini Penulis yakini merupakan semangat dari legislator dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
c) Analisis
72 dalam UUPM. Apa yang tercantum dalam sertifikat tersebut antara lain adalah insentif yang berhak didapatkan oleh investor, sehingga nilai yang didapati adalah investor berhak menerima apa yang dituangkan dalam sertifikat investasi bersamaan dengan mendapatkan izin. Kelebihan lainnya dalam kewajiban menghormati dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi karyawan untuk mendirikan atau berpartisipasi dalam organisasi politik dan organisasi sosial politik. Dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (di Indonesia) dikenal adanya serikat pekerja atau serikat buruh. Serikat buruh adalah suatu organisasi para buruh, akan tetapi bukan merupakan organisasi politik seperti yang LIV wajibkan kepada investor dukung keberadaannya. Hal tersebut mendeskripsikan, bahwa Pemerintah Vietnam melindungi hak dari para pekerja dalam berorganisasi (sosial-politik) walaupun mereka merupakan tenaga kerja dari suatu perusahaan atau pabrik.
73 Kebijakan tidak wajib mendahulukan tenaga kerja domestik menurut Penulis akan dipengaruhi oleh kepadatan penduduk di suatu negara. Demikian halnya dengan kebijakan dalam UUPM, UUPM mewajibkan menarik tenaga kerja yang merupakan warga negara Indonesia pada urutan pertama adalah usaha dari Pemerintah agar angka pengangguran di Indonesia dapat menurun. Seperti yang diketahui menurut data pada tahun 2009 angka pengangguran terbuka di Indonesia diperkirakan dapat mencapai 11,79 juta orang.55 Penarikan tenaga kerja dalam jumlah yang besar akan berdampak renteng pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan dilaksanakannya investasi langsung di Indonesia.
Kewajiban yang ditetapkan oleh UUPM tentang investor asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas dalam investasi langsung di Indonesia kemungkinan dilatar belakangi oleh sifat-sifat dari perseroan terbatas (PT) itu sendiri. Sifat-sifat-sifat PT antara lain adalah: 56
(1) Dari segi jangka waktu hidup PT yang tidak terbatas;
(2) Dapat digunakan sebagai sarana untuk membagi resiko terhadap kemungkinan kegagalan usaha dengan menyebar kepemilikan sahamnya pada beberapa PT (terkait pula dengan investasi portofolio);
55
Pengamat ekonomi Lin Che Wei. Op.Cit. Hlm.89.
56
74 (3) Sistem tanggung gugat terbatas yang dibatasi oleh jumlah kepemilikan saham (kecuali karena alasan lain yang mengubahnya menjadi tanggung jawab pribadi) dan pemusatan manajemen oleh para profesional.
Beberapa sifat diatas sekiranya merupakan latar belakang dari legislator mengharapkan kehadiran investor asing dalam investasi langsung dengan bentuk Perseroan terbatas. Sehingga dapat menampung banyak tenaga kerja, dalam jangka waktu yang panjang, menimbulkan multiplier effect dan sistem tanggung jawab yang lebih aman karena tidak menitik beratkan pada kekayaan pribadi seseorang saja.
5. Transfer dan repatriasi dalam valuta asing
a) Persamaan
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang transfer dan repatriasi dalam valuta asing antara UUPM dengan LIV:
Persamaan hal mengenai transfer dan repatriasi dalam valuta asing adalah kedua undang-undang memperbolehkan pelaksanaannya. Transfer dan repatriasi dalam valuta asing dibutuhkan oleh investor asing, mengingat kebutuhan investor
No Substansi UUPM LIV
1 Transfer atau repatriasi dalam valuta asing
75 asing untuk mengirimkan modal, keuntungan, bunga bank, pendapatan, dana yang diperlukan untuk membeli bahan baku, barang modal, royalti, kompensasi atas kerugian dan keperluan lainnya.
b) Perbedaan
Berkut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang transfer dan repatriasi dalam valuta asing antara UUPM dengan LIV:
No Substansi UUPM LIV
1 Mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana keluar negeri
Ps.8 ayat (5) huruf a X 2 Transfer dana ke luar negeri harus
memperhatikan pelaksanaan hukum terkait hak kreditur.
Ps.8 ayat (5) huruf c X
3 Transfer dana ke luar negeri harus memperhatikan pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugian negara.
Ps.8 ayat (5) huruf d X
4 Penyidik/ menteri keuangan/ Pengadilan memiliki kewenangan untuk menunda pelaksanaan transfer dan/ atau repatriasi bila terdapat tanggung jawab yang belum diselesaikan oleh investor
Ps.9 X
Perbedaan yang ditemukan adalah UUPM mengatur tentang : (1) Keharusan pelaporan transfer yang dilakukan, dan
76 c) Analisis
Repatriasi keuntungan dan dana-dana terkait investasi lainnya sejak tahun 1950-an telah menjadi salah satu unsur penting yang selalu ada dalam perjanjian bilateral tentang investasi (BITs). Repatriasi dan transfer didefinisikan sebagai pemindahan modal dan keuntungan yang diperoleh dalam aktifitas penanaman modal. Pengaturan ini sangat dibutuhkan oleh investor asing yang berinvestasi disuatu negara.
77 lainnya adalah dalam hal terjadi permasalahan hukum yang timbul akibat transaksi yang dilakukan. Bilamana terjadi hal demikian, maka investor harus mengeluarkan waktu dan biaya lebih banyak, serta kerugian negara atau kreditor (pihak yang memiliki kepentingan terkait aset investor). Menjadi dilematis ketika pada kenyataannya repatriasi dan transfer justru berakibat tidak baik bagi perekonomian suatu negara, karena akan mengurangi kemampuan pembentukan modal nasional sehingga segala bentuk repatriasi dan transfer keuntungan adalah tindakan yang semestinya dihindari.