• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

Dinamika situasi pasar dan kondisi global seringkali berimbas

pada mayoritas kalangan Koperasi dan UKM. Salah satu dampak yang

dirasakan adalah akibat gejolak harga Bahan Bakar Minyak yang

berdampak terhadap kegiatan koperasi dan UKM.

Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah dengan

mengetahui secara dini permasalahan/dampak terhadap koperasi dan

UKM yang di akibatkan dengan gejolak harga tersebut, Pemerintah,

dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM perlu menyusun

Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM yang Berbasis

Teknologi Informasi. Sistem informasi data dasar koperasi dan UKM

yang terkomputerisasi dan terintegrasi ini diharapkan dapat

memberikan kemudahan dalam melakukan perhitungan, proyeksi,

pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini dari

permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi dan UKM. Selain itu, sistem

Informasi ini juga memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi

pihak pemerintah, untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi

terhadap Koperasi dan UKM serta untuk menyusun kebijakan yang

strategis dan tepat sasaran.

Berkenaan dengan itu, Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah

SWT. yang telah memberikan kesempatan kepada tim untuk

menyelesaikan kegiatan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan

Sistem Informasi Koperasidan UKM Terpilih dan menuliskannya dalam

bentuk Laporan Akhir. Demikian Laporan Akhir ini disusun. Semoga

dapat bermanfaat dan terima kasih.

(2)

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT 4

1.3. RUANG LINGKUP 5

A. RUANG LINGKUP KEGIATAN 5

B. RUANG LINGKUP WILAYAH 7

1.4. OUTPUT 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

9

2.1 KOPERASI DAN UMKM 9

A. DEFINISI 9

B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM 11

2.2 KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN

UKM

A. DATA DASAR KOPERASI DAN UKM 16

16

2.3 METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN

DATA DASAR KOPERASI

27

(3)

D. ANALISIS INPUT-OUTPUT 37

2.4 APLIKASI SISTEM INFORMASI DATA DASAR

KOPERASI DAN UKM

41

A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI

B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM

INFORMASI

C. ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI

APLIKASI DATA DASAR KOPERASI DAN

UKM

2.5 STATE OF THE ART SISTEM SISTEM

INFORMASI DI KEMENTERIAN KUKM

41

45

49

58

BAB III METODOLOGI 60

3.1 PENDEKATAN 60

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA 60

3.3 SUMBER DATA

A. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

B. JENIS DAN SUMBER DATA

61

61

64

3.4 METODE ANALISIS DATA

A. PENYUSUNAN INSTRUMEN DATA DASAR

KUKM TERPILIH

B. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA KUKM

65

66

66

3.5 JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. PERANCANGAN SISTEM

B PEMBANGUNAN SISTEN

67

68

(4)

4.1 DESAIN INPUT DAN OUTPUT APLIKASI

DATA DASAR

70

A. INPUT DATA 70

B. OUTPUT DATA 89

4.2 FITUR DAN TAMPILAN APLIKASI SISTEM INFORMASI DATA DASAR KUKM

101

4.3 HASIL PENGOLAHAN DATA KUESIONER 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 130

4.1 KESIMPULAN 130

4.2 SARAN 132

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Karakteristik Organisasi Bisnis UKM 16

Gambar 2.2 Metode Waterfall 46

Gambar 2.3 Arsitektur Sistem 50

Gambar 2.4

Gambar 3.1

Desain Komunikasi Data Sistem Informasi Data

Dasar KUKM

Alur Pikir Analisis KUKM

57

65

Gambar 4.1 Tampilan Awal Sistem Informasi Data Dasar

KUKM

103

Gambar 4.2 Tampilan Login untuk masuk ke aplikasi 103

Gambar 4.3 Tampilan Input Data UKM 104

Gambar 4.4 Tampilan Entry Data UKM (Blok I) 104

Gambar 4.5 Tampilan Entry Data UKM (BlokII) 105

Gambar 4.6 Tampilan Entry Data UKM (Blok III) 105

Gambar 4.7 Tampilan Entry Data UKM (Blok IV) 106

Gambar 4.8 Tampilan Entry Data UKM (Blok V) 106

Gambar 4.9 Tampilan Entry Data UKM (Blok VI) 107

Gambar 4.10 Tampilan Entry Data UKM (Blok VII) 107

Gambar 4.11 Tampilan Entry Data UKM (Blok VIII) 108

(6)

Gambar 4.14 Tampilan Daftar Sampel UKM 109

Gambar 4.15 Tampilan Analisis Crosstab 110

Gambar 4.16 Tampilan Daftar Keragaan UKM 110

Gambar 4.17 Tampilan Tabel Keragaan 111

Gambar 4.18 Tampilan Menu Administration 111

Gambar 4.19 Tampilan Tabel Master Jenis Kegiatan Usaha 112

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha

Menengah

10

Tabel 2.2 Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan

2008

12

Tabel 2.3 Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun

2007 dan 2008

14

Tabel 2.4 Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007

dan 2008

15

Tabel 2.5 Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok

Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)

15

Tabel 2.6 Kerangka Umum Tabel Input-Output 38

Tabel 4.1 Output dan Tujuan Output Data Dasar Koperasi 89

Tabel 4.2 Output dan Tujuan Output untuk Data Dasar UKM 94

Tabel 4.3 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Jenis Kelamin

116

Tabel 4.4 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Kelompok Umur

117

Tabel 4.5 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Pendidikan Terakhir

118

Tabel 4.6 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok

Koperasi Menurut Kelompok Gaji

118

Tabel 4.7 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Jumlah Karyawan

119

Tabel 4.8 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Karyawan yang dibayar

119

Tabel 4.9 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Jenis Kelamin Karyawan

120

Tabel 4.10 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Tingkat Pendidikan

120

Tabel 4.11 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Rata-rata Upah Karyawan per bulan

121

Tabel 4.12 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Rerata Banyaknya Anggota Koperasi

121

(8)

Menurut Rerata Jumlah Penyimpan dan Peminjam

Tabel 4.15 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Rerata Transaksi Koperasi Bulan Lalu

123

Tabel 4.16 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi

Menurut Komposisi Koperasi Usaha Simpan Pinjam

123

Tabel 4.17 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin

124

Tabel 4.18 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin Dan Skala Usaha Skala Usaha Mikro

125

Tabel 4.19 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin Dan Skala Usaha Kecil

125

Tabel 4.20 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis

Kelamin Dan Skala Usaha Menengah

126

Tabel 4.21 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Kelompok

Umur

126

Tabel 4.22 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Kelompok

Umur Untuk Skala Usaha Mikro

127

Tabel 4.23 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Pendidikan 127

Tabel 4.24 Gambaran Status Badan Usaha UMKM 128

Tabel 4.25 Komposisi Pengusaha UMKM Yang Menjadi

Anggota Koperasi

128

Tabel 4.26 Banyaknya Orang Yang Hidupnya Dibiayai Dari

Usaha UMKM

129

Tabel 4.27 Komposisi Rata Rata Pengeluaran RT UMKM

Perbulan

(9)

Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih

Peranan sektor Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) di

Indonesia diakui sangat penting di dalam perekonomian nasional, utamanya

dalam aspek-aspek seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan

pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor

non-migas. Selama krisis ekonomi, koperasi dan UKM telah berperan dalam

penyerapan tenaga kerja, memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada

masyarakat dan berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh mayoritas kalangan Koperasi

maupun UKM adalah begitu dinamisnya situasi pasar dan kondisi ekonomi

global. Perubahan kondisi ekonomi ini akan mengakibatkan gejolak harga yang

berdampak terhadap kegiatan koperasi dan UKM. Adanya kenaikan harga

bahan bakar minyak (BBM), berdampak pada kenaikan bahan baku serta

kenaikan harga lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha,

terutama koperasi dan UKM, semakin berkurang meski efisiensi biaya produksi

telah dilakukan, sementara jika harga dinaikkan dengan kondisi daya beli

masyarakat yang makin lemah membuat kehidupan masyarakat kian sulit.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

koperasi dan UKM yang diakibatkan oleh adanya gejolak tersebut adalah

(10)

gejolak harga tersebut. Dengan adanya Sistem Informasi ini diharapkan bagi

pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dalam hal ini Kementerian Negara

Koperasi dan UKM, dapat dengan mudah melakukan perhitungan, proyeksi,

pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini permasalahan yang

dihadapi oleh koperasi dan UKM. Selain itu, Sistem Informasi ini juga

memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah untuk

melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap koperasi dan UKM serta

untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat sasaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, dibangun aplikasi Sistem Informasi Data

Dasar Koperasi dan UKM yang berbasis teknologi internet (web). Salah

tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi kondisi dan perkembangan

Koperasi dan UKM di daerah-daerah, yang selanjutnya data tersebut diolah

untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan

dan penyusunan strategi pengembangan KUKM ke depannya. Informasi yang

digali mencakup beberapa hal yang satu sama lain saling terkait dan saling

mempengaruhi yang terikat dalam satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh,

sehingga membentuk suatu sistem informasi yang aktual dan terpadu.

Pada tahap awal, aplikasi ini akan diujicobakan untuk mengolah data

dasar koperasi dan UKM yang dipilih sebanyak 330 buah sebagai sampelnya,

yang diambil dari setiap provinsi sebanyak 10 buah, terdiri dari 2 sampel

koperasi dan 8 sampel UKM. Adapun sektor koperasi yang dijadikan sebagai

(11)

sawit, peternakan susu, dan perikanan nelayan), sektor industri pengolahan

(industri kerajinan kayu dan produk kayu, industri kulit dan produk kulit, kerajinan

dari perak dan gerabah, serta industri tempe tahu), dan sektor jasa angkutan

penumpang.

Dari aplikasi ini diharapkan akan diperoleh berbagai informasi dan data

dasar koperasi dan UKM, diantaranya adalah data profil pelaku koperasi dan

UKM, jumlah unit dan tenaga kerja koperasi dan UKM, produktivitas dan nilai

tambah yang dihasilkan koperasi dan UKM, kinerja koperasi dan UKM, struktur

permodalan koperasi dan UKM, struktur penggunaan energi, kesulitan dan

hambatan usaha, serta pengaruh perekonomian, regulasi terhadap usaha

koperasi dan UKM. Disamping itu, dengan aplikasi ini pemerintah dapat

melakukan simulasi terhadap berbagai kebijakan tentang koperasi dan UKM

sebelum digulirkan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peranan dan keberadaan sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (KMUKM) di Indonesia diakui sangat penting dalam

perekonomian nasional. Selama krisis ekonomi, Koperasi dan UMKM

telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pemberian pelayanan

ekonomi yang luas kepada masyarakat dan dalam proses pemerataan

dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Koperasi dan UMKM merupakan wahana pemberdayaan masyarakat

lemah dan bergerak di berbagai sektor ekonomi, ternyata jumlahnya

cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan

data laporan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, sampai dengan

tahun 2008, jumlah populasi koperasi di Indonesia mencapai 154.964

unit, sedangkan jumlah populasi UKM mencapai 51,2 juta unit usaha

atau 99,99 persen dari total unit usaha. Dilihat dari penyerapan tenaga

kerja, jumlah pekerja yang terserap di sektor Koperasi dan UMKM pada

tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270 pekerja atau meningkat 2,15

juta pekerja, dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 88.739.744

pekerja. Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk

(13)

total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru

mencapai 58,4% dari total PDB nasional. Jumlah koperasi dan UMKM

yang cukup besar tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan

kualitasnya secara umum.

Peran Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan perekonomian

rakyat relatif masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Usaha Besar.

Padahal Koperasi dan UMKM keberadaannya akan lebih memiliki arti bila ia

mampu melakukan tugas pemberdayaan. Sebenarnya Koperasi dan

UMKM adalah lembaga yang sangat penting peranannya dalam proses

pembangunan. Koperasi dan UMKM dapat memberikan sumbangan bagi

pembangunan dengan cara menyediakan informasi yang sangat terperinci

mengenai kondisi lokal maupun apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Tidak hanya itu, Koperasi dan UMKM juga dibutuhkan untuk mengatur

penggunaan sumber-sumber daya secara efektif yang diberikan oleh

pemerintah dan memobilisasikan sumber daya lokal untuk pelaksanaan

pembangunan. Demikian pula, Koperasi dan UMKM dapat memainkan peran

penting dalam memberikan input produksi dan pelayanan yang diperlukan

oleh para anggotanya maupun pengelolaan input serta pelayanan yang

berasal dari berbagai saluran dalam lembaga. Dari segi pembentukan

jaringan, Koperasi dan UMKM dapat berperan dalam menghubungkan

masyarakat dengan lembaga yang berwenang dalam penentuan

(14)

mengartikulasikan kebutuhan dan tuntutan mereka. Dengan beberapa

peran idealnya itu, Koperasi dan UMKM diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi keberhasilan pembangunan secara berarti.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh mayoritas kalangan

Koperasi maupun UMKM adalah begitu dinamisnya situasi pasar dan

kondisi ekonomi global, serta kebijakan pemerintah yang berdampak

pada sektor Koperasi dan UMKM. Perubahan kondisi ekonomi akan

mengakibatkan gejolak harga. Hal ini berdampak terhadap kegiatan

Koperasi dan UMKM. Adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak,

misalnya, berdampak pada kenaikan bahan baku serta kenaikan harga

lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha,

terutama dari kalangan Koperasi dan UMKM, semakin berkurang

walaupun usaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi telah

dilakukan. Sementara itu, jika harga jual produk KUMKM dinaikkan

dengan kondisi daya beli masyarakat yang makin lemah akan membuat

kehidupan masyarakat menjadi sulit.

Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah dengan

mengetahui secara dini permasalahan/dampak terhadap Koperasi dan

UMKM yang diakibatkan oleh adanya kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah, seperti kenaikan harga BBM. Untuk itu perlu disusun suatu

instrumen atau alat yang dapat memberikan informasi dengan cepat

(15)

informasi data dasar Koperasi dan UMKM yang berbasis teknologi

informasi. Sistem informasi data dasar Koperasi dan UKM yang

terkomputerisasi dan terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan

kemudahan dalam melakukan perhitungan, proyeksi, pemeriksaan, dan

peringatan mengenai kondisi terkini permasalahan yang dihadapi oleh

Koperasi dan UKM. Selain itu, sistem ini juga mampu menampilkan data

mengenai kemampuan produksi, kemampuan bertahan, kemampuan

ekspansi, maupun dalam hal peranan dalam perekonomian, penyerapan

tenaga kerja, inflasi, distribusi, maupun fiscal. Sistem Informasi ini juga

memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah

untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap koperasi

dan UMKM serta untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat

sasaran di masa mendatang.

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan Pokok dari kegiatan ini adalah menyusun instrumen data

dasar Koperasi dan UKM terpilih yang dapat diolah untuk bahan analisis

Koperasi dan UKM. Selain itu tujuannya adalah untuk membangun

sistem sistem informasi Koperasi dan UKM terpilih untuk melakukan

evaluasi dan perumusan kebijakan yang berbasis model analisis

simultan dan analisis indikator. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan

(16)

Menengah;

b. Menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan.

1.3 RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat di atas, lingkup

kegiatan ini difokuskan pada penyusunan instrumen dan pembangunan

sistem informasi data dasar koperasi dan UKM terpilih dengan hasil

akhir berupa aplikasi sistem informasi data dasar koperasi dan UKM.

Aplikasi ini kemudian diujicobakan pada koperasi-koperasi dan UKM

terpilih. Yang dimaksud dengan koperasi dan UKM terpilih pada

kegiatan ini adalah koperasi-koperasi dan UKM sampel yang digunakan

untuk uji coba aplikasi sistem informasi data dasar koperasi dan UKM

dengan karakteristik sebagai berikut, yaitu: koperasi dan UKM sampel

cukup banyak (bisa mewakili populasinya), koperasi dan UKM

mempunyai jejak rekam dianggap ”baik dan sehat” berdasarkan kriteria

penilaian koperasi dan UKM yang telah ada, dan juga mudah dalam

pengambilan datanya di lapangan.

Software aplikasi ini dibangun menggunakan software dan

database open source. Artinya aplikasi ini menggunakan perangkat

(17)

Linux (Open Source).

Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang telah

disebutkan di atas, maka lingkup kegiatan ini mencakup beberapa hal

diantaranya:

A. 1. Mendesain Sistem

1) Menginventarisasi, identifikasi, klasifikasi, membahas dan

mengolah variabel yang dijadikan kriteria untuk penyusunan

instrumen data dasar Koperasi dan UKM.

2) Mendisain variabel input dan output data dasar Koperasi dan

UKM berdasarkan kuesioner yang ada;

3) Mendesain input dan mendesain output program;

4) Membuat input dan output antarmuka sistem;

5) Mendesain model aplikasi;

6) Dalam mendesain sistem dilakukan diskusi dengan

user/pengguna dan tenaga ahli dari BPS.

A. 2. Membangun Sistem

1) Desain tabel & antarmuka sistem

2) Membangun Software Sistem Informasi Data Dasar Koperasi

a. Pengkodean program input dan output

b. Pengkodean program database aplikasi

c. Pengkodean program sistem keamanan data

(18)

5) Penyediaan paket database

6) Unit testing & system integration testing

7) User acceptance test

8) Penyediaan infrastruktur dan komunikasi data untuk uji coba.

9) Sewa hosting ISP/ASP

10) Pelatihan terbatas penggunaan sistem

11) Pembuatan user manual

12) Uji coba software aplikasi ke empat daerah

B. RUANG LINGKUP WILAYAH

Kegiatan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem

Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih ini dilaksanakan di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah percontohan

yang akan diujicobakan adalah di 4 (empat) provinsi, yaitu Provinsi Riau,

Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah.

1.4 OUTPUT

Sebagaimana tertulis dalam ruang lingkup pekerjaan yang

disusun di atas, maka output yang akan diperoleh dalam kegitan ini

adalah:

(19)

Copy dalam bentuk CD.

c. Buku Petunjuk Pengoperasional Software Aplikasi Data Dasar

Koperasi dan UKM sebanyak 100 buku dan dalam bentuk CD

sebanyak 50 copy

d. Listing Program Aplikasi Data Dasar Koperasi dan UKM

sebanyak 5 copy buku dan dalam bentuk CD.

e. Laporan sebanyak 8 copy buku dan dalam bentuk CD.

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. KOPERASI DAN UMKM

A. DEFINISI

1. Definisi Koperasi

Menurut pasal 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian, koperasi didefinisikan sebagai berikut.

Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Dari definisi koperasi di atas, dapat dilihat bahwa koperasi merupakan

suatu badan usaha otonom yang anggotanya terdiri dari kumpulan

orang atau badan hukum koperasi yang dalam menjalankan usahanya

harus berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi.

2. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengertian tentang usaha kecil dan menengah tidak selalu sama,

(21)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM), definisi dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah

adalah sebagai berikut.

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Jika dilihat dari besarnya kekayaan bersih dan omzetnya, maka

kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berdasarkan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah

No. Uraian Kriteria

Aset Omzet

1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2. Usaha Kecil 50 Juta - 500 Juta 300 Juta - 2,5 Miliar

3. Usaha Menengah 500 Juta - 10 Miliar 2,5 Miliar - 50 Miliar

sumber: www.depkop.go.id

Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa suatu unit usaha

(22)

aset maksimun sebanyak Rp 50 juta dan omzetnya maksimum

sebanyak Rp 300 juta, sedangkan unit usaha dikatagorikan sebagai

usaha kecil apabila aset dan omzetnya masing-masing sebesar 50 Juta

- 500 Juta dan 300 Juta - 2,5 Miliar, sedangkan suatu unit usaha

dikatagorikan sebagai usaha menengah jika memiliki aset sebesar Rp

500 Juta - 10 Miliar dan omzet sebesar Rp 2,5 Miliar - 50 Miliar.

B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM

1. Kinerja Koperasi

Pembangunan Koperasi di Indonesia menunjukkan kemajuan

yang pesat pada periode tahun 2004 - 2008, jika diukur dengan jumlah

koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usahanya. Berdasarkan

data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM, selama periode

tersebut, pertumbuhan jumlah koperasi meningkat dari 130.730 unit

pada tahun 2004 menjadi 154.964 unit pada tahun 2008 atau meningkat

24.234 unit atau 18.54 %. Selama periode tersebut, jumlah koperasi

yang telah melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) mengalami

peningkatan dari 46.310 unit pada tahun 2004 menjadi 47.150 unit pada

tahun 2008, seiring dengan pertumbuhan jumlah koperasi.

Dilihat dari jumlah anggotanya, jumlah anggota koperasi aktif

(23)

mengalami penurunan menjadi 27,318 juta orang pada tahun 2008 atau

sekitar -0,74%. Dari jumlah tersebut, Koperasi mampu menyerap tenaga

kerja sebanyak 357.005 orang terdiri dari 30.562 manajer dan 326.443

karyawan pada tahun 2008. Jumlah ini mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan tahun 2004 (tabel 2.2). Jika dilihat dari

penyerapan tenaga kerja menurut kelompok usaha mikro, kecil,

menengah dan besar, maka kontribusi penyerapan tenaga kerja

nasional masih tergolong kecil, yaitu 0,35 % pada tahun 2004, 0,36 %

pada tahun 2005, 0,39 % pada tahun 2006, 0,41 % pada tahun 2007,

dan 0,38 % pada tahun 2008.

Tabel 2.2

Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan 2008

Variabel Tahun 2004 Tahun 2008 Pertumbuhan

Jumlah Koperasi (unit) 130.730 154.964 + 18,54%

Jumlah Koperasi Yang Telah RAT

46.310 47.150 1,81%

Jumlah Anggota (orang) 27.523.053 27.318.619 -0,74 %

Jumlah Manajer (orang) 28.841 30.562 5,97%

Jumlah Karyawan (orang) 259.748 326.443 25,68%

Modal Sendiri (Rp juta) 11.989.451,5 22.560.380,03 + 88,17%

Modal Luar (Rp juta) 16.897.052,35 27.271.935,23 + 61,4%

Volume usaha (Rp juta) 37.649.091,04 68.446.249,39 + 81,8%

Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2.164.234,54 5.037.583,01 + 132,77%

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Modal sendiri koperasi mengalami peningkatan cukup signifikan selama

(24)

adalah sebesar Rp 11,9 milyar. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008

menjadi Rp 22,56 milyar atau 88,17%. Modal luar juga mengalami

peningkatan yang pesat dari Rp 16,89 milyar pada tahun 2004 menjadi

Rp 27,27 milyar pada tahun 2008 atau nail sebesar 5,72!%. Volume

usaha koperasi pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 37,64 milyar.

Jumlah ini meningkat menjadi Rp 68,44 milyar pada tahun 2008 atau

mengalami peningkatan sebesar 81,8! %. Hasil usaha koperasi

mengalami kenaikan sebesar 132,77 % selama periode 2004 – 2008.

Dalam perkembangan usahanya, telah terjadi pergeseran

paradigma pemasaran dari koperasi produsen ke arah koperasi

konsumen dan koperasi jasa terutama simpan-pinjam. Kondisi ini

didukung oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa koperasi konsumen

ternyata lebih efisien daripada koperasi produsen. Hal ini ditunjukkan

oleh kontribusi KUD yang semakin menurun, dan meningkatnya pangsa

koperasi konsumen dan koperasi simpan-pinjam dari total volume usaha

koperasi.

2. Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam

perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: 1) kedudukannya

(25)

pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat,

4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta 5) sumbangannya

dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi

penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan

sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

Perkembangan peran usaha mikro, kecil dan menengah yang

besar ditunjukkan oleh sejumlah unit usaha dan pengusaha, serta

kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan

kerja. Dilihat dari unit usahanya, jumlah unit usaha UMKM dapat dilihat

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun 2007 dan 2008

!"# Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro 49.828.586 50.597.659 2,86 %

2 Usaha Kecil 498.565 520.221 4,34 %

3 Usaha Menengah 38.282 39.657 3,59 %

4 Usaha Mikro, Kecil,

Menengah

49.824.123 51.257.537 2,88%

5 Usaha Besar 4.463 4.372 (2,04)%

Jumlah PDB

Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja yang terserap

pada sektor UMKM pada tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270

(26)

yang berjumlah 88.739.744 pekerja, atau terjadi peningkatan sebesar

2,3%.

Tabel 2.4.

Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007 dan 2008

!"# Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro 81.732.430 83.647.711 2,34 %

2 Usaha Kecil 3.864.995 3.992.371 3,30 %

3 Usaha Menengah 3.142.319 3.256.188 3,62 %

4 Usaha Mikro, Kecil,

Menengah

88.739.744 90.896.270 2,43%

5 Usaha Besar 2.788.518 2.776.214 (0,44)%

Jumlah PDB

Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Tabel 2.5.

Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar

Rupiah)

No Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro 620.251,1 654.762,7 5,56 %

2 Usaha Kecil 203.847,3 217.219,9 6,56 %

3 Usaha Menengah 275.202,7 293.274,9 6,57 %

4 Usaha Mikro,

Kecil, Menengah

1.099.301,1 1.165.257,5 6,00%

5 Usaha Besar 783.012,4 832.468,3 6,32%

Jumlah PDB

Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)

Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk Domestik

(27)

mencapai nilai sebesar Rp.1.165.257,5 milyar atau 58,3 % dari total PDB

nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru mencapai

58,4% dari total PDB nasional.

Gambar 2.1

Model Karakteristik Organisasi Bisnis UMKM

Bahan Baku

Peralatan

Produk Jadi/ Jasa

Transformasi Pemasaran

Suplier Peralatan Lingkungan

Teknologi

Lingkungan Ekonomi

Teknologi

Pasar: Saingan / Konsumen / Corak Permintaan

Tenaga Kerja

Energi Dana /

Modal

Suplier Bahan

Baku Pemerintah

Lingkungan Keuangan Pasar

Tenaga Kerja Suplier

Energi

Kegiatan Dasar Perusahaan Organisasi Perusahaan

Masyarakat

Lingkungan

2.2. KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN UKM

A. Data Dasar Koperasi dan UMKM

Data dasar Koperasi dan UMKM adalah data yang berkaitan

(28)

koperasi dan UKM. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk

menggali data dasar Koperasi dan UKM dapat digunakan model

karakteristik bisnis seperti gambar 2.1. Dari gambar 2.1 tersebut dapat

dijelaskan bahwa terdapat suatu proses dasar yang terjadi secara

berulang-ulang pada suatu unit usaha atau koperasi, dimulai dari

masuknya bahan baku ke dalam unit usaha, transformasi bahan baku

tersebut menjadi produk jadi, dan akhirnya pemasaran produk jadi

kepada konsumen.

Bahan baku yang digunakan diperoleh dari pemasok bahan baku

yang merupakan salah satu elemen lingkungan. Proses transformasi

memerlukan teknologi dan peralatan, energi, dan tenaga kerja.

Peralatan dan energi masing-masing diperoleh dari pemasoknya.

Teknologi yang digunakan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan teknologi. Tenaga kerja didapat dari pasar tenaga kerja yang

juga merupakan bagian dari masyarakat.

Transformasi yang dilakukan dan pemasaran produk jadi akan

sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dimana terdapat pesaing maupun

konsumen yang keseluruhannya menjadi lingkungan ekonomi.

Keseluruhan proses ini memerlukan modal yang cara mendapatkannya

ter-gantung pada kondisi lingkungan keuangan. Selain itu, perusahaan

juga beroperasi dalam kawasan suatu negara, sehingga pemerintah

(29)

Berdasarkan gambar 2.1 paling tidak faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampukembangan Koperasi dan UKM dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

Faktor Bahan Baku

Faktor bahan baku terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Ketersediaan bahan baku, yaitu kemampuan perusahaan untuk

mendapatkan bahan baku yang diperlukan sesuai dengan jumlah,

harga, dan kualitas.

2. Biaya pengadaan bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (biaya

pemesanan, transportasi, penanganan, dan lain-lain).

3. Waktu pengadaan bahan baku, yaitu waktu yang dibutuhkan

perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (waktu

pemesanan, waktu transportasi, dan lain-lain).

4. Jaringan pemasok, yaitu kemudahan untuk mengakses dan

menggunakan jaringan pemasok bahan baku secara efisien.

5. Dukungan eksternal di bidang pengadaan bahan baku, yaitu

dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang pengadaan

bahan baku yang meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur

yang diperlukan.

6. Manajemen pengadaan bahan baku, yaitu kemampuan

(30)

Faktor Proses Produksi

Faktor proses produksi terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu:

1. Fleksibilitas volume, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan

kapasitas dengan cepat seperti mempercepat atau mengurangi

perubahan respon dari permintaan.

2. Fleksibilitas proses, yaitu kemampuan untuk memproduksi

produk dengan biaya yang rendah, juga perubahan produk yang

bervariasi dapat dilakukan dengan mudah.

3. Tingkat teknologi, yaitu derajat kemajuan teknologi yang

digunakan dalam pembuatan produk.

4. Dukungan eksternal di bidang teknologi produksi, yaitu dukungan

dari pemerintah dan institusi lainnya sebagai upaya

meningkatkan kemampuan teknologi dan produksi industri,

meliputi kebijakan dan infrastruktur teknologi dan operasi.

5. Manajemen teknologi dan produksi, yaitu kemampuan

perusahaan dalam mengelola aktivitas teknologi dan produksi.

Faktor Produk

Faktor produk terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Tingkat inovasi produk, yaitu intensitas pengembangan produk

yang dihasilkan perusahaan meliputi mutu, ciri, keragaman,

(31)

2. Fleksibilitas produk, yaitu kemampuan untuk menangani

kesulitan, permintaan yang tidak standar dan memproduksi

produk dengan beragam bentuk, pilihan, ukuran/warna.

3. Kualitas produk, yaitu kemampuan menghasilkan produk yang

sesuai spesifikasi permintaan.

4. Harga jual produk, yaitu kebijakan dalam penetapan harga jual

produk serta cara pembayaran yang dilakukan konsumen kepada

pengrajin.

Faktor Pemasaran

Faktor pemasaran terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Kondisi permintaan, yaitu besarnya volume penjualan, pola

permintaan, dan posisi tawar konsumen dengan pengrajin.

2. Jaringan informasi ke pasar, yaitu sumber informasi dan akses

yang memungkinkan untuk melihat dan meraih peluang pasar

yang ada dan melakukan transaksi perdagangan.

3. Saluran distribusi, yaitu kemampuan mengakses dan

menggunakan saluran distribusi yang efisien (prasarana yang

diperlukan untuk mendukung proses transfer) serta hubungan

(kekuatan tawar) dengan saluran distribusi yang ada.

4. Aktivitas promosi, meliputi usaha-usaha untuk mengenalkan dan

(32)

5. Dukungan eksternal di bidang pemasaran, yaitu dukungan

pemerintah dan institusi lainnya di bidang pemasaran yang

meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur yang diperlukan.

6. Manajemen pemasaran, yaitu kemampuan perusahaan dalam

mengelola aktivitas pemasaran.

Faktor Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya manusia terdiri dari beberapa sub-faktor,

yaitu :

1. Ketersediaan tenaga kerja dengan jumlah dan kualifikasi tertentu

pada waktu yang dibutuhkan.

2. Sumber tenaga kerja, yaitu lokasi tempat tenaga kerja berasal.

3. Kompetensi tenaga kerja, yaitu pendidikan, keahlian, pengalaman

dan sikap kerja dari tenaga kerja yang dimiliki.

4. Aktivitas pengembangan SDM, yaitu kemampuan perusahaan

dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM yang

dimilikinya melalui proses pembelajaran dan latihan di lingkungan

perusahaan.

5. Dukungan eksternal di bidang SDM, yaitu dukungan dari

pemerintah dan institusi lainnya di luar perusahaan untuk

meningkatkan kualitas (pengetahuan dan keterampilan) SDM

yang dimiliki perusahaan berupa kebijakan dan infrastruktur (fisik

(33)

6. Manajemen SDM, yaitu kemampuan perusahaan dalam

mengelola sumber daya manusia yang dimiliki.

Faktor Finansial

Faktor finansial terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :

1. Ketersediaan modal untuk menjalankan usaha secara

berkesinambungan.

2. Dukungan eksternal di bidang finansial, yaitu dukungan

pemerintah dan institusi lainnya di bidang finansial seperti fasilitas

kredit, menghimpun dana bantuan, regulasi di bidang finansial.

3. Tingkat kemudahan dalam memperoleh modal, yaitu seberapa

besar usaha yang harus dikeluarkan pengrajin untuk memperoleh

pinjaman modal dari pihak lain.

4. Manajemen finansial, yaitu kemampuan perusahaan dalam

pengelolaan finansial.

Faktor Karakteristik Pengusaha

Faktor karakteristik pengusaha terdiri dari beberapa sub faktor,

yaitu:

1. Background pengrajin, yaitu pendidikan, keahlian dan

pengalaman mendirikan usaha.

2. Pekerjaan lain yang dimiliki selain menjalankan usahanya.

3. Aktivitas peningkatan kemampuan, yaitu upaya yang dilakukan

(34)

4. Sikap dan perilaku kewiraswastaan pengrajin, meliputi : tanggung

jawab pribadi terhadap tujuan, pengambilan resiko yang moderat,

kemampuan melihat kesempatan, sifat energik, persepsi tentang

kondisi lingkungan usaha, berorientasi ke masa depan,

inovatif/inisiatif, dan pengetahuan tentang keputusan.

Dari uraian faktor-faktor di atas, selanjutnya disusun data dasar

Koperasi dan UKM yang berkaitan dengan:

1. Profil Pelaku Koperasi dan UKM.

2. Jumlah Unit dan Tenaga Kerja KUKM.

3. Produktivitas dan Nilai Tambah yang dihasilkan KUKM.

4. Kinerja Koperasi dan UKM.

5. Struktur Permodalan Koperasi dan UKM.

6. Struktur Penggunaan Energi.

7. Kesulitan dan Hambatan Usaha.

8. Pengaruh Perekonomian, Regulasi terhadap usahan KUKM.

Secara rinci data dasar tersebut kemudian diuraikan ke dalam

variabel-variabel output yang terkait, diantaranya adalah:

1) Profil Pengusaha/Ketua.

a. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut jenis

(35)

b. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut

pendidikan.

c. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut

kelompok umur.

2) Kontribusi usaha dalam rumah tangga.

a. Dependency ratio menurut jenis kelamin pengusaha.

b. Sumbangan profit usaha terhadap income rumahtangga menurut

jenis kelamin pengusaha.

c. Profit usaha per ART per hari menurut jenis kelamin pengusaha.

3) Produktivitas usaha.

a. Komposisi tenaga kerja menurut menurut jenis kelamin

b. Rata-rata balas jasa tenaga kerja.

c. Komposisi tenaga kerja menurut jenis kelamin

d. Komposisi tenaga kerja menurut pendidikan.

e. Rata-rata omset usaha per hari dan rata-rata persentase

keuntungan kotor per hari.

f. Rata-rata omset per hari per tenaga kerja.

g. Alokasi pemanfaatan keuntungan kotor usaha per bulan menurut

alokasi pemanfaatannya.

h. Distribusi pemasaran utama hasil produksi usaha menurut

(36)

4) Debt Capacity.

a. Struktur permodalan.

b. Tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan oleh Koperasi.

c. Tingkat suku bunga pinjaman yang dibayarkan oleh UKM.

d. Persentase Koperasi dan UKM menurut akses perbankan.

e. Persentase Koperasi dan UKM yang tidak meminjam modal dari

perbankan menurut alasannya tidak meminjam dari Bank.

5) Pendapatan/Produksi dan Pengeluaran/Biaya Produksi Usaha.

a. Struktur pendapatan/produksi usaha.

b. Struktur pengeluaran/biaya usaha (termasuk bahan baku).

c. Struktur nilai tambah bruto (NTB) usaha.

6) Struktur Penggunaan Energi.

a. Struktur pengeluaran usaha untuk energi (minyak tanah,

premium, solar, LPG, gas kota, dan listrik).

b. Persentase komponen energi (minyak tanah, premium, solar,

LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha terhadap total

pengeluaran.

c. Rata-rata pengeluaran komponen energi (minyak tanah,

premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha

(37)

Rata-rata penggunaan komponen energi (minyak tanah,

premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha

per bulan (kuantum-liter,kg dan kwh).

7) Kesulitan dan Hambatan Usaha Yang Dihadapi.

a. Persentase usaha yang mengalami kesulitan usaha menurut jenis

kesulitan usaha yang utama dihadapi.

b. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama pemasaran

menurut alasan utamanya.

c. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama bahan baku

menurut alasan utamanya.

Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama memperoleh

energi menurut alasan utamanya.

8) Pengaruh inflasi/nilai tukar terhadap biaya produksi usaha

a. Pengaruh inflasi umum terhadap biaya bahan baku/biaya

produksi dan pendapatan usaha

b. Pengaruh inflasi bahan bakar minyak terhadap biaya produksi

dan pendapatan usaha

c. Pengaruh inflasi listrik terhadap biaya produksi usaha

d. Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap biaya produksi dan

pendapatan usaha

Pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap biaya produksi

(38)

9) Pengaruh kenaikan permintaan faktor musiman (hari raya, tahun

baru dan liburan sekolah) terhadap produksi/pendapatan usaha.

10) Pengaruh kebijakan fiskal (perubahan pajak ekspor/impor dan pajak

badan) terhadap produksi/pendapatan usaha.

2.3. METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN DATA

DASAR KOPERASI

A. ANALISIS DESKRIPTIF

Analisis deskriptif berhubungan dengan statistik deskriptif, pada

dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk

tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi

menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk

tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk

memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang

utama dan data demografi responden (jika ada). Ukuran yang digunakan

dalam deskripsi antara lain perhitungan rata-rata dan dispersi distribusi

frekuensi, angka indeks, dan analisis time series merupakan pokok

(39)

B. ANALISIS REGRESI

Analisis regresi merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan

untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel dan besarnya

pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain.

Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Pada analisis

korelasi yang dilihat hanya besar-kecilnya hubungan dan arahnya, tanpa

melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan dalam analisis regresi

selain melihat keeratan hubungan antara dua variabel, juga melihat

bagaimana suatu (sejumlah) variabel mempengaruhi variabel yang lain.

Oleh karena itu, dalam analisis regresi ada variabel yang menjadi sebab

dan ada variabel yang menjadi akibat.

Selain itu, analisis regresi juga dapat dipergunakan untuk

menduga nilai suatu variabel kalau variabel yang lain diketahui. Model

regresi dinyatakan dengan persamaan matematika yang bersifat baku

ditambah dengan suatu unsur kekeliruan (galat/error),sehingga menjadi

model statistik. Model umum persamaan regresi adalah

Yi = β0 + β1 Xi1 + … + βk Xik + εi

dimana

Yi : variabel respon pengamatan ke-i

βj : koefisien regresi variabel bebas ke-j

(40)

εi : galat/ error pengamatan ke-i

Persaman di atas dapat disusun dalam bentuk matriks berikut.

!!!!!!!!

Y

=

X

!

β ε

+

!

ε

=

Y

X

!

β

Pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode

kuadrat terkecil dilakukan dengan meminimumkan jumlah kuadrat

sisaan. Sisaan sendiri adalah selisih antara nilai pengamatan

(observasi) dengan nilai dugaan. Berikut adalah contoh penurunan

pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat

terkecil. Misalkan ada n obyek yang diamati, dan dicatat

variabel-variabel yang diminati, yaitu variabel-variabel Y (variabel-variabel tak bebas) dan variabel-variabel

X1, X2, ..., Xk (variabel bebas). Dari hasil pengamatan ini dapat kita

susun persamaan-persamaan sebagai berikut

Y1 = β0 + β1 X11 + … + βk X1k + ε1

Y2 = β0 + β1 X21 + … + βk X2k + ε2

...

Yn = β0 + β1 Xn1 + … + βk Xnk + εn

Jumlah kuadrat sisaan (JKS) didapat dari

!

1 11 12 1 0 1

2 21 22 2 1 2

1 2

1

1

1

k k

n n n nk k n

Y

X

X

X

Y

X

X

X

Y

X

X

X

β

ε

β

ε

β

ε

"

# "

# "

# "

#

$

% $

% $

% $

%

$

% $

=

% $

% $

+

%

$

% $

% $

% $

%

$

% $

% $

% $

%

$

% $

% $

% $

%

&

' &

' &

' &

'

"

"

#

#

#

#

"

#

#

#

"

(41)

JKS akan minimum jika :

Sehingga didapat

Dengan mengalikan kedua ruas dengan maka didapatkan

penduga bagi koefisien regresi , yaitu:

Penduga di atas merupakan penduga yang terbaik dan tak bias

selama asumsi-asumsi metode ini terpenuhi. Asumsi-asumsi pendugaan

parameter regresi dengan metode kuadrat terkecil adalah :

• Sisaan menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragam

homogen, dapat dinyatakan dengan

• Tidak ada autokorrelasi antara sisaan atau

• Tidak ada masalah multikolinier antara variabel bebas

1. Pengujian Asumsi MKT

Pengujian terhadap asumsi kenormalan sisaan dapat dilakukan

dengan beberapa uji, diantaranya adalah uji kesesuaian Chi-kuadrat, uji

( ' )

2

'

2

'

0

d

X X

X Y

d

ε ε

β

β

=

!

!

=

'

'

X X

β

=

X Y

! !

(

)

1

'

X X

! !

β

$

(

)

1

b X X' X Y'

β

= = −

! !

2 2

~ (0,

) var ( )

i

N

i

i

ε

σ

ε

=

σ

(42)

Kolmogorov-Smirnov, uji Lilyforce, dan uji Saphiro-Wilks. Uji

Saphiro-Wilks merupakan uji yang paling sederhana dan cukup memadai untuk

data-data dengan jumlah pengamatan besar. Uji ini didasarkan atas

besarnya korelasi antara skor normal data dengan data yang

bersangkutan.

Pengujian terhadap asumsi kehomogenan ragam biasanya

dilakukan dengan melihat pola sisaan dengan nilai dugaan (Y topi). Jika

terdapat pola-pola seperti pola corong ke kanan, corong ke kiri, atau

menggelembung, yang merupakan indikasi adanya keheterogenan

ragam, maka uji kehomogenan ragam perlu dilakukan. Akan tetapi jika

sisaan berpola acak dengan penyebaran yang sama, maka pengujian ini

tidak perlu dilakukan, karena pola tersebut menunjukkan bahwa ragam

sudah homogen.

Autokorelasi sisaan merupakan korelasi antara sisaan ke-t

dengan sisaan ke-(t-j). Pengujian terhadap asumsi autokorelasi sisaan

biasanya dilakukan apabila data pengamatan berkaitan dengan waktu

(deret waktu). Hal ini disebabkan karena susunan data deret waktu

harus berurutan sesuai dengan waktu. Sementara untuk data bukan

deret waktu susunan data bisa diubah urutannya, sehingga akan sangat

banyak sekali variasi nilai autokorelasi.

Asumsi tidak ada masalah multikolinier berlaku kalau regresi

(43)

berkaitan dengan adanya hubungan linier antara satu variabel bebas

dengan satu atau lebih variabel bebas yang lain. Pengecekan ada

tidaknya multikolinier dapat dilakukan dengan meregresikan variabel

bebas dengan variabel bebas yang lain. Kemudian dibandingkan nilai

koefisien determinasi (R2m) dari model dengan nilai koefisien

determinasi (R2v) dari variabel bebas. Jika R2m < R2v maka terdapat

multikolinier antara variabel bebas.

2. Pengujian Koefisien Regresi

Pengujian keberartian koefisien regresi dapat dilakukan

bersama-sama atau sendiri-sendiri. Pengujian keberartian koefisien secara

bersama-sama dilakukan atas dasar hipotesis :

Ho : β1 = β2 = ... = βk = 0

Ho : Semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel

tak bebas

Dan

H1: Minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, atau

H1: Minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap

variabel tak bebas

Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah

1)

-Sisaan)/(n

Kuadrat

(Jumlah

1)

-k

-n

Regresi)/(

Kuadrat

(44)

Atau

1)

-SSE/(n

1)

-k

-SSR/(n

F

hitung

=

• Jika hipotesis nol benar maka Fhitung ~ F(n-k-1, n-1). Hipotesis nol

akan ditolak pada taraf uji α jika Fhitung ≥ F (α, n-k-1, n-1), yang berarti

minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak

bebas.

• Sebaliknya jika Fhitung < F(α, n-k-1, n-1), maka hipotesis nol kita terima,

yang berarti semua variabel bebas dalam model tersebut tidak

mempengaruhi variabel tak bebas

• Jika hipotesis nol ditolak, maka minimal ada satu variabel bebas

yang berpengaruh, akan tetapi kita tidak tahu variabel-variabel

mana saja yang signifikan pengaruhnya. Untuk itu perlu dilakukan

uji untuk masing-masing koefiesien variabel bebas.

Uji ini didasarkan pada hipotesis:

Ho: βi= 0, atau

Ho: Variabel bebas ke-i tidak berpengaruh terhadap variabel tak

bebas

dan

(45)

H1: Variabel bebas ke-i tersebut berpengaruh terhadap variabel tak

bebas

Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah:

Jika hipotesis nol benar maka thitung ~ t(n-l). Hipotesis nol akan ditolak

pada taraf uji α jika thitung ≥ t[α/2 (n-l)]. Yang berarti variabel bebas

tersebut mempengaruhi variabel tak bebas. Sebaliknya jika thitung <

t[α/2 (n-l)], maka hipotesis nol kita terima, yang berarti variabel bebas

tersebut tidak mempengaruhi variabel tak bebas.

3. Determinasi

Koefisien determinasi disimbolkan dengan R2 merupakan suatu

ukuran untuk melihat baik tidaknya model. Koefisien ini menunjukkan

prosentase keragaman variabel bebas yang dapat diterangkan oleh

model. Nilai koefisien ini berkisar antara nol sampai seratus persen.

Semakin besar nilai R2 menunjukkan bahwa model semakin baik.

Koefisien determinssi ini dapat dicari dari rumus:

Total)

Kuadrat

(Jumlah

Regresi)

Kuadrat

(Jumlah

R

2

=

Nilai R2 ini dapat dipergunakan untuk membandingkan mana

yang lebih baik dari beberpa model regresi dengan jumlah variabel i

hitung

bi

b

t

(46)

bebas sama, dengan melihat model mana yang memiliki R2 yang paling

besar.

Jika kita ingin membandingkan beberapa model regresi dengan

jumlah variabel bebas yang tidak sama, maka R2 ini tidak dapat

dipergunakan sebab untuk setiap penambahan variabel bebas ke dalam

suatu model, maka nilai R2 model yang kedua secara otomatis lebih

besar dari nilai R2 model yang pertama. Oleh karena itu diperlukan

suatu ukuran yang lain yang dapat dipergunakan untuk membandingkan

model regresi dengan jumlah variabel bebas yang berbeda. Ukuran

yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut adalah koefisien

determinasi terkoreksi (R2adj). R2adj ini merupakan nilai R2 yang telah

dikoreksi dengan jumlah variabel bebas. Koefisien determinasi

terkoreksi dapat dicari dari rumus:

1)

-SST/(n

1)

-k

-SSE/(n

1

R

2adj

=

4. Besar Pengaruh Variabel Bebas

Setelah pengujian hipotesis, seringkali ada beberapa variabel

bebas yang pengaruhnya tidak signifikan. Oleh karena itu perlu adanya

pengeluaran variabel bebas dari model. Pengeluaran variabel bebas ini

(47)

Pengeluaran ini dilakukan dengan melihat seberapa besar kontribusi

(pengaruh) variabel bebas terhadap model dengan melihat jumlah

kuadrat sekuensialnya.

Jumlah kuadrat total dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat

regresi ditambah Jumlah kuadrat sisaan. Sedangkan Jumlah kuadrat

regresi dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat sekuensial (JK

Sekuensial) masing-masing variabel bebas. Sernakin besar JK

Sekuensial suatu variabel menunjukkan semakin besar pula pengaruh

variabel tersebut terhadap model. Oleh karena itu, pengeluaran suatu

variabel dari model dilakukan dengan memilih variabel yang JK

Sekuensialnya paling kecil.

Dari JK Sekuensial bisa juga dilihat seberapa besar suatu

variabel berpengaruh terhadap variabel tak bebas (model). Prosentase

pengaruh suatu variabel terhadap variabel tak bebas dalam model dapat

dicari menggunakan rumus:

x100%

Regresi

JK

i

-ke

peubah

Sekuensial

JK

i

-ke

peubah

Pengaruh

=

Karena total JK Sekuensial sama dengan JK Regresi, maka total

pengaruh dalam model sama dengan 100%. Oleh karena itu dari sini

kita bisa membandingkan besar pengaruh antar variabel bebas terhadap

variabel tak bebas. Jika ingin dilihat besar pengaruh masing-masing

(48)

pengaruh ini dapat dilakukan dengan membagi JK Sekuensial suatu

variabel dengan JK Total.

x100%

Total

JK

i

-ke

peubah

Sekuensial

JK

i

-ke

peubah

Pengaruh

=

C. KOEFISIEN DETERMINASI

Untuk mengukur kesesuaian garis regresi terhadap data sampel

digunakan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi ditentukan

dengan persamaan berikut

Koefisien Determinasi = r2 atau R2 , dengan nilai R adalah

(

(

+

(

+

(

= 2 3 3 2 2 1 1 y(1,2,3) y y x a y x a y x a R

Sehingga R2 adalah proporsi total variasi y yang dapat diterangkan oleh

persamaan regresi (variasi x).

D. ANALISIS INPUT-OUTPUT

Analisis Input-Output dikembangkan pertama kali oleh Wassily W.

Leontief pada tahun 1930an, analisis ini membagi sistem perekonomian

ke dalam beberapa sektor. Dalam tabel input-output dapat diketahui

(49)

antar sektor. Selain itu analisis input-output disebut juga sebagai alat

analisa keseimbangan umum. Penekanan utama dalam analisa

input-output adalah pada sisi produksi.

Tabel input-output menyediakan sebuah kerangka yang baik

untuk mengukur dan menelusuri aliran interindustri dari input dan output

diantara beberapa sektor dalam perekonomian. Baris pada tabel

input-output menunjukkan pemberian dari sektor tertentu terhadap sektor

lainnya sedangkan kolom menunjukkan pembelian yang dilakukan oleh

sektor terhadap sektor lain. Kerangka umum Tabel Input-Output

[image:49.612.144.504.424.532.2]

ditampilkan pada tabel 2.6.

Tabel 2.6

Kerangka Umum Tabel Input-Output

Dalam konteks input antara, terjadi arus atau perpindahan barang antar

sektor, katakanlah dari sektor i ke sektor j. Tentu saja bisa terjadi pula

perpindahan di dalam sektor itu sendiri, dari sektor i ke sektor i itu

sendiri atau juga disebut perpindahan intrasektor. Dengan kata lain, kita

(50)

j. Katakan bahwa nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j diberi

notasi Zij. Total output sektor i diberi notasi X, dan total permintaan akhir

sektor dengan demilkin adapat dituliskan bahwa:

dimana:

Xi : total output

Zij : nilai uang arus barang dari sektor i ke j

Yi : permintaan akhir sektor i

Output dari sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi

yang lain, dan juga dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir

tersebut tidak lain adalah pelaku-pelaku ekonomi di dalam

perekonomian yang secara agregat dapat diklasifikasikan ke dalam

rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak negeri.

Berdasarkan asumsi Leontief bahwa input yang digunakan dalam

suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor yang

bersangkutan, sehingga dapat ditentukan koefisien teknis (aij) seperti

(51)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke persamaan (1), maka

diperoleh:

Persamaan (4) dapat dinyatakan dengan persamaan ganda seperti

berikut:

Dengan memindahkan seluruh X ke sebelah kiri, maka diperoleh

persamaan-persamaan simultan berikut:

(52)

Sistem matriks ini dapat dituliskan dalam bentuk singkat, yaitu:

dimana I adalah matriks identitas (identity matrix) dan A adalah matriks

koefisien input, yang mengandung aij sebagai elemen-elemennya.

Dengan menyelesaikan X dalam hubungannya dengan Y, maka

menurut kaidah matriks akan diperoleh:

dimana (I A)−1 adalah matriks kebalikan dari (I A) atau sering dikenal

dengan sebutan matriks Leontief Invers.

2.4. APLIKASI

SISTEM

INFORMASI

DATA

DASAR

KOPERASI DAN UKM

A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI

Sistem Informasi merupakan sebuah sistem terintegrasi, sistem

manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung

operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu

(53)

lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan

keputusan dan basis data. Dari definisi di atas terdapat beberapa kata

kunci:

1. Berbasis Komputer dan Sistem Manusia-Mesin

• Berbasis komputer: perancang harus memahami pengetahuan

komputer dan pemrosesan informasi.

• Sistem manusia-mesin: adanya interaksi antara manusia sebagai

pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi.

Ada proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada

proses yang terotomasi oleh mesin. Untuk itu diperlukan suatu

prosedur atau manual system untuk dapat menjalankannya.

2. Sistem basis data terintegrasi

• Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing)

dalam sebuah sistem manajemen basis data.

3. Mendukung Operasi

• Informasi yang diolah dan dihasilkan digunakan untuk

mendukung operasi organisasi.

4. Pemanfaatan model manajemen dan pengambilan keputusan

• Untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat

digunakan model-model manajemen dan pengambilan

(54)

KOMPONEN FISIK SISTEM INFORMASI

1. Perangkat keras computer, seperti: CPU, Data storage, perangkat

Input/Output, terminal untuk interaksi, dan media komunikasi data.

2. Perangkat lunak computer terdiri dari perangkat lunak sistem (sistem

operasi dan utilitasnya), perangkat lunak umum aplikasi (seperti

bahasa pemrograman), perangkat lunak aplikasi (seperti aplikasi

akuntansi, dan lain-lain).

3. Basis data merupakan penyimpanan data pada media penyimpan

komputer.

4. Prosedur merupakan langkah-langkah penggunaan sistem.

5. Personil untuk pengelolaan operasi (SDM), meliputi:

Clerical personnel (untuk menangani transaksi dan pemrosesan

data dan melakukan inquiry = operator);

First level manager: untuk mengelola pemrosesan data didukung

dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi

out-of-control dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah.

Staff specialist: digunakan untuk analisis untuk perencanaan dan

pelaporan.

Management: untuk pembuatan laporan berkala, permintaan

khsus, analisis khusus, laporan khsusus, pendukung identifikasi

(55)

KONSEP-KONSEP SISTEM INFORMASI

Untuk memahami sistem informasi diperlukan pemahaman

tentang konsep-konsep informasi, manusia sebagai pemroses informasi,

konsep sistem, organisasi dan manajemen, konsep pengambilan

keputusan, konsep nilai suatu informasi, yang secara singkat dijelaskan

sebagai berikut.

Konsep Informasi:

Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang

memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang

bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses

transformasi data menjadi suatu informasi yaitu: input-proses- output.

Data

Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan

informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi

pengguna (manajemen) yang memerlukannya. Suatu informasi bagi

level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di

atasnya, atau sebaliknya.

• Representasi informasi merupakan pelambangan informasi, seperti

misalnya representasi biner.

• Kuantitas informasi merupakan satuan ukuran informasi. Kuantitas

informasi tergantung representasinya. Untuk representasi biner

(56)

• Kualitas informasi merupakan derajat manfaat infromasi yang dapat

digunakan. Kualitas informasi dapat bias terhadap error, karena

kesalahan cara pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti

prosedur pemrosesan, kehilangan atau data tidak terproses,

kesalahan perekaman atau koreksi data, kesalahan file

histori/master, kesalahan prosedur pemrosesan ketidak berfungsian

sistem.

• Umur informasi merupakan waktu kapan atau sampai kapan sebuah

informasi memiliki nilai/arti bagi penggunanya. Adanya kondisi

informasi (mengacu pada titik waktu tertentu) dan informasi operasi

(menyatakan suatu perubahan pada suatu range waktu).

B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI

Perancangan Sistem Informasi didefinisikan sebagai berbagai

macam penugasan yang memfokuskan diri pada spesifikasi dari solusi

berbasis komputer yang rinci. Oleh karena itu, ketika Analisis Sistem

menekankan pada problem bisnis, perancangan sistem memfokuskan

pada aspek teknikal atau implementasi dari sistem.

Dalam perancangan dan pembangunan sistem informasi terdapat

dua jenis metodologi dalam menggambarkan dan mendeskripsikan

(57)

Pengembangan merupakan seperangkat proses-proses dan

metode-metode standar yang digunakan dalam pengembangan sebuah sistem.

Metode-metode ini umumnya dilakukan dalam urutan tertentu untuk

dapat menghasilkan sebuah sistem yang baik. Metodologi Pemodelan

merupakan notasi-notasi dan semantik yang digunakan untuk dapat

menggambarkan sebuah sistem. Terdapat berbagai macam metodologi

yang dapat digunakan dalam pengembangan sebuah sistem, salah

satunya adalah metode paradigma waterfall (Classic Life Cycle).

Penggunaan metode waterfall dalam pemecahan masalah ini

adalah karena fleksibilitasnya dalam setiap langkah proses. Jika dalam

perkembangannya diperlukan tambahan atau berkaitan di dalam

aplikasi, perancang dapat kembali ke langkah sebelumnya dan

meneruskan perancang, tanpa perlu kembali lagi ke langkah awal.

(58)

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari tahapan-tahapan paradigma

pemodelan waterfall.

1. Tahap Perencanaan

Tahap pertama dari motode waterfall adalah perencanaan. Langkah

ini merupakan suatu rangkaian kegiatan dari sejak awal kegiatan

proyek dilaksanakan, pendefinisian awal terhadap kebutuhan rinci

atau target yang harus dicapai dari kegiatan, penyusunan proposal,

penentuan metodologi dan sistem manajemen proyek yang

digunakan, sampai dengan penunjukan tim dan instruksi untuk

mengeksekusi (atau memulai) proyek

Gambar

Tabel 2.6
Gambar 2.3
Gambar di bawah ini merupakan blok data untuk input UKM
Gambar 4.1 Tampilan Awal Sistem Informasi Data Dasar KUKM
+7

Referensi

Dokumen terkait

kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang.. perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaa yang dimiliki, dikuasai

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

(2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang