Dinamika situasi pasar dan kondisi global seringkali berimbas
pada mayoritas kalangan Koperasi dan UKM. Salah satu dampak yang
dirasakan adalah akibat gejolak harga Bahan Bakar Minyak yang
berdampak terhadap kegiatan koperasi dan UKM.
Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah dengan
mengetahui secara dini permasalahan/dampak terhadap koperasi dan
UKM yang di akibatkan dengan gejolak harga tersebut, Pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM perlu menyusun
Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM yang Berbasis
Teknologi Informasi. Sistem informasi data dasar koperasi dan UKM
yang terkomputerisasi dan terintegrasi ini diharapkan dapat
memberikan kemudahan dalam melakukan perhitungan, proyeksi,
pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini dari
permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi dan UKM. Selain itu, sistem
Informasi ini juga memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi
pihak pemerintah, untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi
terhadap Koperasi dan UKM serta untuk menyusun kebijakan yang
strategis dan tepat sasaran.
Berkenaan dengan itu, Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah
SWT. yang telah memberikan kesempatan kepada tim untuk
menyelesaikan kegiatan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan
Sistem Informasi Koperasidan UKM Terpilih dan menuliskannya dalam
bentuk Laporan Akhir. Demikian Laporan Akhir ini disusun. Semoga
dapat bermanfaat dan terima kasih.
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT 4
1.3. RUANG LINGKUP 5
A. RUANG LINGKUP KEGIATAN 5
B. RUANG LINGKUP WILAYAH 7
1.4. OUTPUT 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
9
2.1 KOPERASI DAN UMKM 9
A. DEFINISI 9
B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM 11
2.2 KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN
UKM
A. DATA DASAR KOPERASI DAN UKM 16
16
2.3 METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN
DATA DASAR KOPERASI
27
D. ANALISIS INPUT-OUTPUT 37
2.4 APLIKASI SISTEM INFORMASI DATA DASAR
KOPERASI DAN UKM
41
A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI
B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM
INFORMASI
C. ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI
APLIKASI DATA DASAR KOPERASI DAN
UKM
2.5 STATE OF THE ART SISTEM SISTEM
INFORMASI DI KEMENTERIAN KUKM
41
45
49
58
BAB III METODOLOGI 60
3.1 PENDEKATAN 60
3.2 METODE PENGUMPULAN DATA 60
3.3 SUMBER DATA
A. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
B. JENIS DAN SUMBER DATA
61
61
64
3.4 METODE ANALISIS DATA
A. PENYUSUNAN INSTRUMEN DATA DASAR
KUKM TERPILIH
B. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA KUKM
65
66
66
3.5 JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. PERANCANGAN SISTEM
B PEMBANGUNAN SISTEN
67
68
4.1 DESAIN INPUT DAN OUTPUT APLIKASI
DATA DASAR
70
A. INPUT DATA 70
B. OUTPUT DATA 89
4.2 FITUR DAN TAMPILAN APLIKASI SISTEM INFORMASI DATA DASAR KUKM
101
4.3 HASIL PENGOLAHAN DATA KUESIONER 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 130
4.1 KESIMPULAN 130
4.2 SARAN 132
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Karakteristik Organisasi Bisnis UKM 16
Gambar 2.2 Metode Waterfall 46
Gambar 2.3 Arsitektur Sistem 50
Gambar 2.4
Gambar 3.1
Desain Komunikasi Data Sistem Informasi Data
Dasar KUKM
Alur Pikir Analisis KUKM
57
65
Gambar 4.1 Tampilan Awal Sistem Informasi Data Dasar
KUKM
103
Gambar 4.2 Tampilan Login untuk masuk ke aplikasi 103
Gambar 4.3 Tampilan Input Data UKM 104
Gambar 4.4 Tampilan Entry Data UKM (Blok I) 104
Gambar 4.5 Tampilan Entry Data UKM (BlokII) 105
Gambar 4.6 Tampilan Entry Data UKM (Blok III) 105
Gambar 4.7 Tampilan Entry Data UKM (Blok IV) 106
Gambar 4.8 Tampilan Entry Data UKM (Blok V) 106
Gambar 4.9 Tampilan Entry Data UKM (Blok VI) 107
Gambar 4.10 Tampilan Entry Data UKM (Blok VII) 107
Gambar 4.11 Tampilan Entry Data UKM (Blok VIII) 108
Gambar 4.14 Tampilan Daftar Sampel UKM 109
Gambar 4.15 Tampilan Analisis Crosstab 110
Gambar 4.16 Tampilan Daftar Keragaan UKM 110
Gambar 4.17 Tampilan Tabel Keragaan 111
Gambar 4.18 Tampilan Menu Administration 111
Gambar 4.19 Tampilan Tabel Master Jenis Kegiatan Usaha 112
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha
Menengah
10
Tabel 2.2 Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan
2008
12
Tabel 2.3 Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun
2007 dan 2008
14
Tabel 2.4 Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007
dan 2008
15
Tabel 2.5 Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok
Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
15
Tabel 2.6 Kerangka Umum Tabel Input-Output 38
Tabel 4.1 Output dan Tujuan Output Data Dasar Koperasi 89
Tabel 4.2 Output dan Tujuan Output untuk Data Dasar UKM 94
Tabel 4.3 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok
Koperasi Menurut Jenis Kelamin
116
Tabel 4.4 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok
Koperasi Menurut Kelompok Umur
117
Tabel 4.5 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok
Koperasi Menurut Pendidikan Terakhir
118
Tabel 4.6 Tabel Komposisi Ketua Koperasi Perkelompok
Koperasi Menurut Kelompok Gaji
118
Tabel 4.7 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Jumlah Karyawan
119
Tabel 4.8 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Karyawan yang dibayar
119
Tabel 4.9 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Jenis Kelamin Karyawan
120
Tabel 4.10 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Tingkat Pendidikan
120
Tabel 4.11 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Rata-rata Upah Karyawan per bulan
121
Tabel 4.12 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Rerata Banyaknya Anggota Koperasi
121
Menurut Rerata Jumlah Penyimpan dan Peminjam
Tabel 4.15 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Rerata Transaksi Koperasi Bulan Lalu
123
Tabel 4.16 Tabel Komposisi Koperasi Perkelompok Koperasi
Menurut Komposisi Koperasi Usaha Simpan Pinjam
123
Tabel 4.17 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis
Kelamin
124
Tabel 4.18 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis
Kelamin Dan Skala Usaha Skala Usaha Mikro
125
Tabel 4.19 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis
Kelamin Dan Skala Usaha Kecil
125
Tabel 4.20 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Jenis
Kelamin Dan Skala Usaha Menengah
126
Tabel 4.21 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Kelompok
Umur
126
Tabel 4.22 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Kelompok
Umur Untuk Skala Usaha Mikro
127
Tabel 4.23 Komposisi Pengusaha UMKM Menurut Pendidikan 127
Tabel 4.24 Gambaran Status Badan Usaha UMKM 128
Tabel 4.25 Komposisi Pengusaha UMKM Yang Menjadi
Anggota Koperasi
128
Tabel 4.26 Banyaknya Orang Yang Hidupnya Dibiayai Dari
Usaha UMKM
129
Tabel 4.27 Komposisi Rata Rata Pengeluaran RT UMKM
Perbulan
Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih
Peranan sektor Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) di
Indonesia diakui sangat penting di dalam perekonomian nasional, utamanya
dalam aspek-aspek seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan
pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor
non-migas. Selama krisis ekonomi, koperasi dan UKM telah berperan dalam
penyerapan tenaga kerja, memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada
masyarakat dan berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh mayoritas kalangan Koperasi
maupun UKM adalah begitu dinamisnya situasi pasar dan kondisi ekonomi
global. Perubahan kondisi ekonomi ini akan mengakibatkan gejolak harga yang
berdampak terhadap kegiatan koperasi dan UKM. Adanya kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM), berdampak pada kenaikan bahan baku serta
kenaikan harga lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha,
terutama koperasi dan UKM, semakin berkurang meski efisiensi biaya produksi
telah dilakukan, sementara jika harga dinaikkan dengan kondisi daya beli
masyarakat yang makin lemah membuat kehidupan masyarakat kian sulit.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
koperasi dan UKM yang diakibatkan oleh adanya gejolak tersebut adalah
gejolak harga tersebut. Dengan adanya Sistem Informasi ini diharapkan bagi
pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dalam hal ini Kementerian Negara
Koperasi dan UKM, dapat dengan mudah melakukan perhitungan, proyeksi,
pemeriksaan, dan peringatan mengenai kondisi terkini permasalahan yang
dihadapi oleh koperasi dan UKM. Selain itu, Sistem Informasi ini juga
memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah untuk
melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap koperasi dan UKM serta
untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat sasaran.
Berkenaan dengan hal tersebut, dibangun aplikasi Sistem Informasi Data
Dasar Koperasi dan UKM yang berbasis teknologi internet (web). Salah
tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi kondisi dan perkembangan
Koperasi dan UKM di daerah-daerah, yang selanjutnya data tersebut diolah
untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan
dan penyusunan strategi pengembangan KUKM ke depannya. Informasi yang
digali mencakup beberapa hal yang satu sama lain saling terkait dan saling
mempengaruhi yang terikat dalam satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh,
sehingga membentuk suatu sistem informasi yang aktual dan terpadu.
Pada tahap awal, aplikasi ini akan diujicobakan untuk mengolah data
dasar koperasi dan UKM yang dipilih sebanyak 330 buah sebagai sampelnya,
yang diambil dari setiap provinsi sebanyak 10 buah, terdiri dari 2 sampel
koperasi dan 8 sampel UKM. Adapun sektor koperasi yang dijadikan sebagai
sawit, peternakan susu, dan perikanan nelayan), sektor industri pengolahan
(industri kerajinan kayu dan produk kayu, industri kulit dan produk kulit, kerajinan
dari perak dan gerabah, serta industri tempe tahu), dan sektor jasa angkutan
penumpang.
Dari aplikasi ini diharapkan akan diperoleh berbagai informasi dan data
dasar koperasi dan UKM, diantaranya adalah data profil pelaku koperasi dan
UKM, jumlah unit dan tenaga kerja koperasi dan UKM, produktivitas dan nilai
tambah yang dihasilkan koperasi dan UKM, kinerja koperasi dan UKM, struktur
permodalan koperasi dan UKM, struktur penggunaan energi, kesulitan dan
hambatan usaha, serta pengaruh perekonomian, regulasi terhadap usaha
koperasi dan UKM. Disamping itu, dengan aplikasi ini pemerintah dapat
melakukan simulasi terhadap berbagai kebijakan tentang koperasi dan UKM
sebelum digulirkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Peranan dan keberadaan sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (KMUKM) di Indonesia diakui sangat penting dalam
perekonomian nasional. Selama krisis ekonomi, Koperasi dan UMKM
telah berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pemberian pelayanan
ekonomi yang luas kepada masyarakat dan dalam proses pemerataan
dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Koperasi dan UMKM merupakan wahana pemberdayaan masyarakat
lemah dan bergerak di berbagai sektor ekonomi, ternyata jumlahnya
cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan
data laporan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, sampai dengan
tahun 2008, jumlah populasi koperasi di Indonesia mencapai 154.964
unit, sedangkan jumlah populasi UKM mencapai 51,2 juta unit usaha
atau 99,99 persen dari total unit usaha. Dilihat dari penyerapan tenaga
kerja, jumlah pekerja yang terserap di sektor Koperasi dan UMKM pada
tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270 pekerja atau meningkat 2,15
juta pekerja, dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 88.739.744
pekerja. Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk
total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru
mencapai 58,4% dari total PDB nasional. Jumlah koperasi dan UMKM
yang cukup besar tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan
kualitasnya secara umum.
Peran Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan perekonomian
rakyat relatif masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Usaha Besar.
Padahal Koperasi dan UMKM keberadaannya akan lebih memiliki arti bila ia
mampu melakukan tugas pemberdayaan. Sebenarnya Koperasi dan
UMKM adalah lembaga yang sangat penting peranannya dalam proses
pembangunan. Koperasi dan UMKM dapat memberikan sumbangan bagi
pembangunan dengan cara menyediakan informasi yang sangat terperinci
mengenai kondisi lokal maupun apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Tidak hanya itu, Koperasi dan UMKM juga dibutuhkan untuk mengatur
penggunaan sumber-sumber daya secara efektif yang diberikan oleh
pemerintah dan memobilisasikan sumber daya lokal untuk pelaksanaan
pembangunan. Demikian pula, Koperasi dan UMKM dapat memainkan peran
penting dalam memberikan input produksi dan pelayanan yang diperlukan
oleh para anggotanya maupun pengelolaan input serta pelayanan yang
berasal dari berbagai saluran dalam lembaga. Dari segi pembentukan
jaringan, Koperasi dan UMKM dapat berperan dalam menghubungkan
masyarakat dengan lembaga yang berwenang dalam penentuan
mengartikulasikan kebutuhan dan tuntutan mereka. Dengan beberapa
peran idealnya itu, Koperasi dan UMKM diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi keberhasilan pembangunan secara berarti.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh mayoritas kalangan
Koperasi maupun UMKM adalah begitu dinamisnya situasi pasar dan
kondisi ekonomi global, serta kebijakan pemerintah yang berdampak
pada sektor Koperasi dan UMKM. Perubahan kondisi ekonomi akan
mengakibatkan gejolak harga. Hal ini berdampak terhadap kegiatan
Koperasi dan UMKM. Adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak,
misalnya, berdampak pada kenaikan bahan baku serta kenaikan harga
lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan pelaku usaha,
terutama dari kalangan Koperasi dan UMKM, semakin berkurang
walaupun usaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi telah
dilakukan. Sementara itu, jika harga jual produk KUMKM dinaikkan
dengan kondisi daya beli masyarakat yang makin lemah akan membuat
kehidupan masyarakat menjadi sulit.
Salah satu upaya yang dapat dikembangkan adalah dengan
mengetahui secara dini permasalahan/dampak terhadap Koperasi dan
UMKM yang diakibatkan oleh adanya kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah, seperti kenaikan harga BBM. Untuk itu perlu disusun suatu
instrumen atau alat yang dapat memberikan informasi dengan cepat
informasi data dasar Koperasi dan UMKM yang berbasis teknologi
informasi. Sistem informasi data dasar Koperasi dan UKM yang
terkomputerisasi dan terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan
kemudahan dalam melakukan perhitungan, proyeksi, pemeriksaan, dan
peringatan mengenai kondisi terkini permasalahan yang dihadapi oleh
Koperasi dan UKM. Selain itu, sistem ini juga mampu menampilkan data
mengenai kemampuan produksi, kemampuan bertahan, kemampuan
ekspansi, maupun dalam hal peranan dalam perekonomian, penyerapan
tenaga kerja, inflasi, distribusi, maupun fiscal. Sistem Informasi ini juga
memberikan efektivitas, efesiensi dan ketelitian bagi pihak pemerintah
untuk melihat dampak beberapa kebijakan ekonomi terhadap koperasi
dan UMKM serta untuk menyusun kebijakan yang strategis dan tepat
sasaran di masa mendatang.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan Pokok dari kegiatan ini adalah menyusun instrumen data
dasar Koperasi dan UKM terpilih yang dapat diolah untuk bahan analisis
Koperasi dan UKM. Selain itu tujuannya adalah untuk membangun
sistem sistem informasi Koperasi dan UKM terpilih untuk melakukan
evaluasi dan perumusan kebijakan yang berbasis model analisis
simultan dan analisis indikator. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan
Menengah;
b. Menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan.
1.3 RUANG LINGKUP
A. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat di atas, lingkup
kegiatan ini difokuskan pada penyusunan instrumen dan pembangunan
sistem informasi data dasar koperasi dan UKM terpilih dengan hasil
akhir berupa aplikasi sistem informasi data dasar koperasi dan UKM.
Aplikasi ini kemudian diujicobakan pada koperasi-koperasi dan UKM
terpilih. Yang dimaksud dengan koperasi dan UKM terpilih pada
kegiatan ini adalah koperasi-koperasi dan UKM sampel yang digunakan
untuk uji coba aplikasi sistem informasi data dasar koperasi dan UKM
dengan karakteristik sebagai berikut, yaitu: koperasi dan UKM sampel
cukup banyak (bisa mewakili populasinya), koperasi dan UKM
mempunyai jejak rekam dianggap ”baik dan sehat” berdasarkan kriteria
penilaian koperasi dan UKM yang telah ada, dan juga mudah dalam
pengambilan datanya di lapangan.
Software aplikasi ini dibangun menggunakan software dan
database open source. Artinya aplikasi ini menggunakan perangkat
Linux (Open Source).
Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang telah
disebutkan di atas, maka lingkup kegiatan ini mencakup beberapa hal
diantaranya:
A. 1. Mendesain Sistem
1) Menginventarisasi, identifikasi, klasifikasi, membahas dan
mengolah variabel yang dijadikan kriteria untuk penyusunan
instrumen data dasar Koperasi dan UKM.
2) Mendisain variabel input dan output data dasar Koperasi dan
UKM berdasarkan kuesioner yang ada;
3) Mendesain input dan mendesain output program;
4) Membuat input dan output antarmuka sistem;
5) Mendesain model aplikasi;
6) Dalam mendesain sistem dilakukan diskusi dengan
user/pengguna dan tenaga ahli dari BPS.
A. 2. Membangun Sistem
1) Desain tabel & antarmuka sistem
2) Membangun Software Sistem Informasi Data Dasar Koperasi
a. Pengkodean program input dan output
b. Pengkodean program database aplikasi
c. Pengkodean program sistem keamanan data
5) Penyediaan paket database
6) Unit testing & system integration testing
7) User acceptance test
8) Penyediaan infrastruktur dan komunikasi data untuk uji coba.
9) Sewa hosting ISP/ASP
10) Pelatihan terbatas penggunaan sistem
11) Pembuatan user manual
12) Uji coba software aplikasi ke empat daerah
B. RUANG LINGKUP WILAYAH
Kegiatan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem
Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih ini dilaksanakan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah percontohan
yang akan diujicobakan adalah di 4 (empat) provinsi, yaitu Provinsi Riau,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah.
1.4 OUTPUT
Sebagaimana tertulis dalam ruang lingkup pekerjaan yang
disusun di atas, maka output yang akan diperoleh dalam kegitan ini
adalah:
Copy dalam bentuk CD.
c. Buku Petunjuk Pengoperasional Software Aplikasi Data Dasar
Koperasi dan UKM sebanyak 100 buku dan dalam bentuk CD
sebanyak 50 copy
d. Listing Program Aplikasi Data Dasar Koperasi dan UKM
sebanyak 5 copy buku dan dalam bentuk CD.
e. Laporan sebanyak 8 copy buku dan dalam bentuk CD.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1. KOPERASI DAN UMKM
A. DEFINISI
1. Definisi Koperasi
Menurut pasal 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian, koperasi didefinisikan sebagai berikut.
Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari definisi koperasi di atas, dapat dilihat bahwa koperasi merupakan
suatu badan usaha otonom yang anggotanya terdiri dari kumpulan
orang atau badan hukum koperasi yang dalam menjalankan usahanya
harus berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi.
2. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pengertian tentang usaha kecil dan menengah tidak selalu sama,
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM), definisi dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
adalah sebagai berikut.
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Jika dilihat dari besarnya kekayaan bersih dan omzetnya, maka
kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berdasarkan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah
No. Uraian Kriteria
Aset Omzet
1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2. Usaha Kecil 50 Juta - 500 Juta 300 Juta - 2,5 Miliar
3. Usaha Menengah 500 Juta - 10 Miliar 2,5 Miliar - 50 Miliar
sumber: www.depkop.go.id
Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa suatu unit usaha
aset maksimun sebanyak Rp 50 juta dan omzetnya maksimum
sebanyak Rp 300 juta, sedangkan unit usaha dikatagorikan sebagai
usaha kecil apabila aset dan omzetnya masing-masing sebesar 50 Juta
- 500 Juta dan 300 Juta - 2,5 Miliar, sedangkan suatu unit usaha
dikatagorikan sebagai usaha menengah jika memiliki aset sebesar Rp
500 Juta - 10 Miliar dan omzet sebesar Rp 2,5 Miliar - 50 Miliar.
B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM
1. Kinerja Koperasi
Pembangunan Koperasi di Indonesia menunjukkan kemajuan
yang pesat pada periode tahun 2004 - 2008, jika diukur dengan jumlah
koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usahanya. Berdasarkan
data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM, selama periode
tersebut, pertumbuhan jumlah koperasi meningkat dari 130.730 unit
pada tahun 2004 menjadi 154.964 unit pada tahun 2008 atau meningkat
24.234 unit atau 18.54 %. Selama periode tersebut, jumlah koperasi
yang telah melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) mengalami
peningkatan dari 46.310 unit pada tahun 2004 menjadi 47.150 unit pada
tahun 2008, seiring dengan pertumbuhan jumlah koperasi.
Dilihat dari jumlah anggotanya, jumlah anggota koperasi aktif
mengalami penurunan menjadi 27,318 juta orang pada tahun 2008 atau
sekitar -0,74%. Dari jumlah tersebut, Koperasi mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 357.005 orang terdiri dari 30.562 manajer dan 326.443
karyawan pada tahun 2008. Jumlah ini mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2004 (tabel 2.2). Jika dilihat dari
penyerapan tenaga kerja menurut kelompok usaha mikro, kecil,
menengah dan besar, maka kontribusi penyerapan tenaga kerja
nasional masih tergolong kecil, yaitu 0,35 % pada tahun 2004, 0,36 %
pada tahun 2005, 0,39 % pada tahun 2006, 0,41 % pada tahun 2007,
dan 0,38 % pada tahun 2008.
Tabel 2.2
Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan 2008
Variabel Tahun 2004 Tahun 2008 Pertumbuhan
Jumlah Koperasi (unit) 130.730 154.964 + 18,54%
Jumlah Koperasi Yang Telah RAT
46.310 47.150 1,81%
Jumlah Anggota (orang) 27.523.053 27.318.619 -0,74 %
Jumlah Manajer (orang) 28.841 30.562 5,97%
Jumlah Karyawan (orang) 259.748 326.443 25,68%
Modal Sendiri (Rp juta) 11.989.451,5 22.560.380,03 + 88,17%
Modal Luar (Rp juta) 16.897.052,35 27.271.935,23 + 61,4%
Volume usaha (Rp juta) 37.649.091,04 68.446.249,39 + 81,8%
Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2.164.234,54 5.037.583,01 + 132,77%
Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Modal sendiri koperasi mengalami peningkatan cukup signifikan selama
adalah sebesar Rp 11,9 milyar. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008
menjadi Rp 22,56 milyar atau 88,17%. Modal luar juga mengalami
peningkatan yang pesat dari Rp 16,89 milyar pada tahun 2004 menjadi
Rp 27,27 milyar pada tahun 2008 atau nail sebesar 5,72!%. Volume
usaha koperasi pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 37,64 milyar.
Jumlah ini meningkat menjadi Rp 68,44 milyar pada tahun 2008 atau
mengalami peningkatan sebesar 81,8! %. Hasil usaha koperasi
mengalami kenaikan sebesar 132,77 % selama periode 2004 – 2008.
Dalam perkembangan usahanya, telah terjadi pergeseran
paradigma pemasaran dari koperasi produsen ke arah koperasi
konsumen dan koperasi jasa terutama simpan-pinjam. Kondisi ini
didukung oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa koperasi konsumen
ternyata lebih efisien daripada koperasi produsen. Hal ini ditunjukkan
oleh kontribusi KUD yang semakin menurun, dan meningkatnya pangsa
koperasi konsumen dan koperasi simpan-pinjam dari total volume usaha
koperasi.
2. Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam
perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: 1) kedudukannya
pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat,
4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta 5) sumbangannya
dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi
penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan
sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.
Perkembangan peran usaha mikro, kecil dan menengah yang
besar ditunjukkan oleh sejumlah unit usaha dan pengusaha, serta
kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan
kerja. Dilihat dari unit usahanya, jumlah unit usaha UMKM dapat dilihat
pada tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun 2007 dan 2008
!"# Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan
1 Usaha Mikro 49.828.586 50.597.659 2,86 %
2 Usaha Kecil 498.565 520.221 4,34 %
3 Usaha Menengah 38.282 39.657 3,59 %
4 Usaha Mikro, Kecil,
Menengah
49.824.123 51.257.537 2,88%
5 Usaha Besar 4.463 4.372 (2,04)%
Jumlah PDB
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja yang terserap
pada sektor UMKM pada tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270
yang berjumlah 88.739.744 pekerja, atau terjadi peningkatan sebesar
2,3%.
Tabel 2.4.
Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007 dan 2008
!"# Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan
1 Usaha Mikro 81.732.430 83.647.711 2,34 %
2 Usaha Kecil 3.864.995 3.992.371 3,30 %
3 Usaha Menengah 3.142.319 3.256.188 3,62 %
4 Usaha Mikro, Kecil,
Menengah
88.739.744 90.896.270 2,43%
5 Usaha Besar 2.788.518 2.776.214 (0,44)%
Jumlah PDB
Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Tabel 2.5.
Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar
Rupiah)
No Skala Usaha 2007 2008 Pertumbuhan
1 Usaha Mikro 620.251,1 654.762,7 5,56 %
2 Usaha Kecil 203.847,3 217.219,9 6,56 %
3 Usaha Menengah 275.202,7 293.274,9 6,57 %
4 Usaha Mikro,
Kecil, Menengah
1.099.301,1 1.165.257,5 6,00%
5 Usaha Besar 783.012,4 832.468,3 6,32%
Jumlah PDB
Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk Domestik
mencapai nilai sebesar Rp.1.165.257,5 milyar atau 58,3 % dari total PDB
nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru mencapai
58,4% dari total PDB nasional.
Gambar 2.1
Model Karakteristik Organisasi Bisnis UMKM
Bahan Baku
Peralatan
Produk Jadi/ Jasa
Transformasi Pemasaran
Suplier Peralatan Lingkungan
Teknologi
Lingkungan Ekonomi
Teknologi
Pasar: Saingan / Konsumen / Corak Permintaan
Tenaga Kerja
Energi Dana /
Modal
Suplier Bahan
Baku Pemerintah
Lingkungan Keuangan Pasar
Tenaga Kerja Suplier
Energi
Kegiatan Dasar Perusahaan Organisasi Perusahaan
Masyarakat
Lingkungan
2.2. KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN UKM
A. Data Dasar Koperasi dan UMKM
Data dasar Koperasi dan UMKM adalah data yang berkaitan
koperasi dan UKM. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menggali data dasar Koperasi dan UKM dapat digunakan model
karakteristik bisnis seperti gambar 2.1. Dari gambar 2.1 tersebut dapat
dijelaskan bahwa terdapat suatu proses dasar yang terjadi secara
berulang-ulang pada suatu unit usaha atau koperasi, dimulai dari
masuknya bahan baku ke dalam unit usaha, transformasi bahan baku
tersebut menjadi produk jadi, dan akhirnya pemasaran produk jadi
kepada konsumen.
Bahan baku yang digunakan diperoleh dari pemasok bahan baku
yang merupakan salah satu elemen lingkungan. Proses transformasi
memerlukan teknologi dan peralatan, energi, dan tenaga kerja.
Peralatan dan energi masing-masing diperoleh dari pemasoknya.
Teknologi yang digunakan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan teknologi. Tenaga kerja didapat dari pasar tenaga kerja yang
juga merupakan bagian dari masyarakat.
Transformasi yang dilakukan dan pemasaran produk jadi akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dimana terdapat pesaing maupun
konsumen yang keseluruhannya menjadi lingkungan ekonomi.
Keseluruhan proses ini memerlukan modal yang cara mendapatkannya
ter-gantung pada kondisi lingkungan keuangan. Selain itu, perusahaan
juga beroperasi dalam kawasan suatu negara, sehingga pemerintah
Berdasarkan gambar 2.1 paling tidak faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampukembangan Koperasi dan UKM dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
Faktor Bahan Baku
Faktor bahan baku terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :
1. Ketersediaan bahan baku, yaitu kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan bahan baku yang diperlukan sesuai dengan jumlah,
harga, dan kualitas.
2. Biaya pengadaan bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (biaya
pemesanan, transportasi, penanganan, dan lain-lain).
3. Waktu pengadaan bahan baku, yaitu waktu yang dibutuhkan
perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (waktu
pemesanan, waktu transportasi, dan lain-lain).
4. Jaringan pemasok, yaitu kemudahan untuk mengakses dan
menggunakan jaringan pemasok bahan baku secara efisien.
5. Dukungan eksternal di bidang pengadaan bahan baku, yaitu
dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang pengadaan
bahan baku yang meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur
yang diperlukan.
6. Manajemen pengadaan bahan baku, yaitu kemampuan
Faktor Proses Produksi
Faktor proses produksi terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu:
1. Fleksibilitas volume, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan
kapasitas dengan cepat seperti mempercepat atau mengurangi
perubahan respon dari permintaan.
2. Fleksibilitas proses, yaitu kemampuan untuk memproduksi
produk dengan biaya yang rendah, juga perubahan produk yang
bervariasi dapat dilakukan dengan mudah.
3. Tingkat teknologi, yaitu derajat kemajuan teknologi yang
digunakan dalam pembuatan produk.
4. Dukungan eksternal di bidang teknologi produksi, yaitu dukungan
dari pemerintah dan institusi lainnya sebagai upaya
meningkatkan kemampuan teknologi dan produksi industri,
meliputi kebijakan dan infrastruktur teknologi dan operasi.
5. Manajemen teknologi dan produksi, yaitu kemampuan
perusahaan dalam mengelola aktivitas teknologi dan produksi.
Faktor Produk
Faktor produk terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :
1. Tingkat inovasi produk, yaitu intensitas pengembangan produk
yang dihasilkan perusahaan meliputi mutu, ciri, keragaman,
2. Fleksibilitas produk, yaitu kemampuan untuk menangani
kesulitan, permintaan yang tidak standar dan memproduksi
produk dengan beragam bentuk, pilihan, ukuran/warna.
3. Kualitas produk, yaitu kemampuan menghasilkan produk yang
sesuai spesifikasi permintaan.
4. Harga jual produk, yaitu kebijakan dalam penetapan harga jual
produk serta cara pembayaran yang dilakukan konsumen kepada
pengrajin.
Faktor Pemasaran
Faktor pemasaran terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :
1. Kondisi permintaan, yaitu besarnya volume penjualan, pola
permintaan, dan posisi tawar konsumen dengan pengrajin.
2. Jaringan informasi ke pasar, yaitu sumber informasi dan akses
yang memungkinkan untuk melihat dan meraih peluang pasar
yang ada dan melakukan transaksi perdagangan.
3. Saluran distribusi, yaitu kemampuan mengakses dan
menggunakan saluran distribusi yang efisien (prasarana yang
diperlukan untuk mendukung proses transfer) serta hubungan
(kekuatan tawar) dengan saluran distribusi yang ada.
4. Aktivitas promosi, meliputi usaha-usaha untuk mengenalkan dan
5. Dukungan eksternal di bidang pemasaran, yaitu dukungan
pemerintah dan institusi lainnya di bidang pemasaran yang
meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur yang diperlukan.
6. Manajemen pemasaran, yaitu kemampuan perusahaan dalam
mengelola aktivitas pemasaran.
Faktor Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia terdiri dari beberapa sub-faktor,
yaitu :
1. Ketersediaan tenaga kerja dengan jumlah dan kualifikasi tertentu
pada waktu yang dibutuhkan.
2. Sumber tenaga kerja, yaitu lokasi tempat tenaga kerja berasal.
3. Kompetensi tenaga kerja, yaitu pendidikan, keahlian, pengalaman
dan sikap kerja dari tenaga kerja yang dimiliki.
4. Aktivitas pengembangan SDM, yaitu kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM yang
dimilikinya melalui proses pembelajaran dan latihan di lingkungan
perusahaan.
5. Dukungan eksternal di bidang SDM, yaitu dukungan dari
pemerintah dan institusi lainnya di luar perusahaan untuk
meningkatkan kualitas (pengetahuan dan keterampilan) SDM
yang dimiliki perusahaan berupa kebijakan dan infrastruktur (fisik
6. Manajemen SDM, yaitu kemampuan perusahaan dalam
mengelola sumber daya manusia yang dimiliki.
Faktor Finansial
Faktor finansial terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu :
1. Ketersediaan modal untuk menjalankan usaha secara
berkesinambungan.
2. Dukungan eksternal di bidang finansial, yaitu dukungan
pemerintah dan institusi lainnya di bidang finansial seperti fasilitas
kredit, menghimpun dana bantuan, regulasi di bidang finansial.
3. Tingkat kemudahan dalam memperoleh modal, yaitu seberapa
besar usaha yang harus dikeluarkan pengrajin untuk memperoleh
pinjaman modal dari pihak lain.
4. Manajemen finansial, yaitu kemampuan perusahaan dalam
pengelolaan finansial.
Faktor Karakteristik Pengusaha
Faktor karakteristik pengusaha terdiri dari beberapa sub faktor,
yaitu:
1. Background pengrajin, yaitu pendidikan, keahlian dan
pengalaman mendirikan usaha.
2. Pekerjaan lain yang dimiliki selain menjalankan usahanya.
3. Aktivitas peningkatan kemampuan, yaitu upaya yang dilakukan
4. Sikap dan perilaku kewiraswastaan pengrajin, meliputi : tanggung
jawab pribadi terhadap tujuan, pengambilan resiko yang moderat,
kemampuan melihat kesempatan, sifat energik, persepsi tentang
kondisi lingkungan usaha, berorientasi ke masa depan,
inovatif/inisiatif, dan pengetahuan tentang keputusan.
Dari uraian faktor-faktor di atas, selanjutnya disusun data dasar
Koperasi dan UKM yang berkaitan dengan:
1. Profil Pelaku Koperasi dan UKM.
2. Jumlah Unit dan Tenaga Kerja KUKM.
3. Produktivitas dan Nilai Tambah yang dihasilkan KUKM.
4. Kinerja Koperasi dan UKM.
5. Struktur Permodalan Koperasi dan UKM.
6. Struktur Penggunaan Energi.
7. Kesulitan dan Hambatan Usaha.
8. Pengaruh Perekonomian, Regulasi terhadap usahan KUKM.
Secara rinci data dasar tersebut kemudian diuraikan ke dalam
variabel-variabel output yang terkait, diantaranya adalah:
1) Profil Pengusaha/Ketua.
a. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut jenis
b. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut
pendidikan.
c. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut
kelompok umur.
2) Kontribusi usaha dalam rumah tangga.
a. Dependency ratio menurut jenis kelamin pengusaha.
b. Sumbangan profit usaha terhadap income rumahtangga menurut
jenis kelamin pengusaha.
c. Profit usaha per ART per hari menurut jenis kelamin pengusaha.
3) Produktivitas usaha.
a. Komposisi tenaga kerja menurut menurut jenis kelamin
b. Rata-rata balas jasa tenaga kerja.
c. Komposisi tenaga kerja menurut jenis kelamin
d. Komposisi tenaga kerja menurut pendidikan.
e. Rata-rata omset usaha per hari dan rata-rata persentase
keuntungan kotor per hari.
f. Rata-rata omset per hari per tenaga kerja.
g. Alokasi pemanfaatan keuntungan kotor usaha per bulan menurut
alokasi pemanfaatannya.
h. Distribusi pemasaran utama hasil produksi usaha menurut
4) Debt Capacity.
a. Struktur permodalan.
b. Tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan oleh Koperasi.
c. Tingkat suku bunga pinjaman yang dibayarkan oleh UKM.
d. Persentase Koperasi dan UKM menurut akses perbankan.
e. Persentase Koperasi dan UKM yang tidak meminjam modal dari
perbankan menurut alasannya tidak meminjam dari Bank.
5) Pendapatan/Produksi dan Pengeluaran/Biaya Produksi Usaha.
a. Struktur pendapatan/produksi usaha.
b. Struktur pengeluaran/biaya usaha (termasuk bahan baku).
c. Struktur nilai tambah bruto (NTB) usaha.
6) Struktur Penggunaan Energi.
a. Struktur pengeluaran usaha untuk energi (minyak tanah,
premium, solar, LPG, gas kota, dan listrik).
b. Persentase komponen energi (minyak tanah, premium, solar,
LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha terhadap total
pengeluaran.
c. Rata-rata pengeluaran komponen energi (minyak tanah,
premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha
Rata-rata penggunaan komponen energi (minyak tanah,
premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha
per bulan (kuantum-liter,kg dan kwh).
7) Kesulitan dan Hambatan Usaha Yang Dihadapi.
a. Persentase usaha yang mengalami kesulitan usaha menurut jenis
kesulitan usaha yang utama dihadapi.
b. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama pemasaran
menurut alasan utamanya.
c. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama bahan baku
menurut alasan utamanya.
Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama memperoleh
energi menurut alasan utamanya.
8) Pengaruh inflasi/nilai tukar terhadap biaya produksi usaha
a. Pengaruh inflasi umum terhadap biaya bahan baku/biaya
produksi dan pendapatan usaha
b. Pengaruh inflasi bahan bakar minyak terhadap biaya produksi
dan pendapatan usaha
c. Pengaruh inflasi listrik terhadap biaya produksi usaha
d. Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap biaya produksi dan
pendapatan usaha
Pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap biaya produksi
9) Pengaruh kenaikan permintaan faktor musiman (hari raya, tahun
baru dan liburan sekolah) terhadap produksi/pendapatan usaha.
10) Pengaruh kebijakan fiskal (perubahan pajak ekspor/impor dan pajak
badan) terhadap produksi/pendapatan usaha.
2.3. METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN DATA
DASAR KOPERASI
A. ANALISIS DESKRIPTIF
Analisis deskriptif berhubungan dengan statistik deskriptif, pada
dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk
tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi
menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk
tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang
utama dan data demografi responden (jika ada). Ukuran yang digunakan
dalam deskripsi antara lain perhitungan rata-rata dan dispersi distribusi
frekuensi, angka indeks, dan analisis time series merupakan pokok
B. ANALISIS REGRESI
Analisis regresi merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan
untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel dan besarnya
pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain.
Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Pada analisis
korelasi yang dilihat hanya besar-kecilnya hubungan dan arahnya, tanpa
melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan dalam analisis regresi
selain melihat keeratan hubungan antara dua variabel, juga melihat
bagaimana suatu (sejumlah) variabel mempengaruhi variabel yang lain.
Oleh karena itu, dalam analisis regresi ada variabel yang menjadi sebab
dan ada variabel yang menjadi akibat.
Selain itu, analisis regresi juga dapat dipergunakan untuk
menduga nilai suatu variabel kalau variabel yang lain diketahui. Model
regresi dinyatakan dengan persamaan matematika yang bersifat baku
ditambah dengan suatu unsur kekeliruan (galat/error),sehingga menjadi
model statistik. Model umum persamaan regresi adalah
Yi = β0 + β1 Xi1 + … + βk Xik + εi
dimana
Yi : variabel respon pengamatan ke-i
βj : koefisien regresi variabel bebas ke-j
εi : galat/ error pengamatan ke-i
Persaman di atas dapat disusun dalam bentuk matriks berikut.
!!!!!!!!
Y
=
X
!
β ε
+
!
ε
=
Y
−
X
!
β
Pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil dilakukan dengan meminimumkan jumlah kuadrat
sisaan. Sisaan sendiri adalah selisih antara nilai pengamatan
(observasi) dengan nilai dugaan. Berikut adalah contoh penurunan
pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil. Misalkan ada n obyek yang diamati, dan dicatat
variabel-variabel yang diminati, yaitu variabel-variabel Y (variabel-variabel tak bebas) dan variabel-variabel
X1, X2, ..., Xk (variabel bebas). Dari hasil pengamatan ini dapat kita
susun persamaan-persamaan sebagai berikut
Y1 = β0 + β1 X11 + … + βk X1k + ε1
Y2 = β0 + β1 X21 + … + βk X2k + ε2
...
Yn = β0 + β1 Xn1 + … + βk Xnk + εn
Jumlah kuadrat sisaan (JKS) didapat dari
!
1 11 12 1 0 1
2 21 22 2 1 2
1 2
1
1
1
k kn n n nk k n
Y
X
X
X
Y
X
X
X
Y
X
X
X
β
ε
β
ε
β
ε
"
# "
# "
# "
#
$
% $
% $
% $
%
$
% $
=
% $
% $
+
%
$
% $
% $
% $
%
$
% $
% $
% $
%
$
% $
% $
% $
%
&
' &
' &
' &
'
"
"
#
#
#
#
"
#
#
#
"
JKS akan minimum jika :
Sehingga didapat
Dengan mengalikan kedua ruas dengan maka didapatkan
penduga bagi koefisien regresi , yaitu:
Penduga di atas merupakan penduga yang terbaik dan tak bias
selama asumsi-asumsi metode ini terpenuhi. Asumsi-asumsi pendugaan
parameter regresi dengan metode kuadrat terkecil adalah :
• Sisaan menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragam
homogen, dapat dinyatakan dengan
• Tidak ada autokorrelasi antara sisaan atau
• Tidak ada masalah multikolinier antara variabel bebas
1. Pengujian Asumsi MKT
Pengujian terhadap asumsi kenormalan sisaan dapat dilakukan
dengan beberapa uji, diantaranya adalah uji kesesuaian Chi-kuadrat, uji
( ' )
2
'
2
'
0
d
X X
X Y
d
ε ε
β
β
=
!
!
−
=
'
'
X X
β
=
X Y
! !
(
)
1'
X X −
! !
β
$
(
)
1b X X' X Y'
β
= = −! !
2 2
~ (0,
) var ( )
i
N
ii
ε
σ
ε
=
σ
∀
Kolmogorov-Smirnov, uji Lilyforce, dan uji Saphiro-Wilks. Uji
Saphiro-Wilks merupakan uji yang paling sederhana dan cukup memadai untuk
data-data dengan jumlah pengamatan besar. Uji ini didasarkan atas
besarnya korelasi antara skor normal data dengan data yang
bersangkutan.
Pengujian terhadap asumsi kehomogenan ragam biasanya
dilakukan dengan melihat pola sisaan dengan nilai dugaan (Y topi). Jika
terdapat pola-pola seperti pola corong ke kanan, corong ke kiri, atau
menggelembung, yang merupakan indikasi adanya keheterogenan
ragam, maka uji kehomogenan ragam perlu dilakukan. Akan tetapi jika
sisaan berpola acak dengan penyebaran yang sama, maka pengujian ini
tidak perlu dilakukan, karena pola tersebut menunjukkan bahwa ragam
sudah homogen.
Autokorelasi sisaan merupakan korelasi antara sisaan ke-t
dengan sisaan ke-(t-j). Pengujian terhadap asumsi autokorelasi sisaan
biasanya dilakukan apabila data pengamatan berkaitan dengan waktu
(deret waktu). Hal ini disebabkan karena susunan data deret waktu
harus berurutan sesuai dengan waktu. Sementara untuk data bukan
deret waktu susunan data bisa diubah urutannya, sehingga akan sangat
banyak sekali variasi nilai autokorelasi.
Asumsi tidak ada masalah multikolinier berlaku kalau regresi
berkaitan dengan adanya hubungan linier antara satu variabel bebas
dengan satu atau lebih variabel bebas yang lain. Pengecekan ada
tidaknya multikolinier dapat dilakukan dengan meregresikan variabel
bebas dengan variabel bebas yang lain. Kemudian dibandingkan nilai
koefisien determinasi (R2m) dari model dengan nilai koefisien
determinasi (R2v) dari variabel bebas. Jika R2m < R2v maka terdapat
multikolinier antara variabel bebas.
2. Pengujian Koefisien Regresi
Pengujian keberartian koefisien regresi dapat dilakukan
bersama-sama atau sendiri-sendiri. Pengujian keberartian koefisien secara
bersama-sama dilakukan atas dasar hipotesis :
Ho : β1 = β2 = ... = βk = 0
Ho : Semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
tak bebas
Dan
H1: Minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, atau
H1: Minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap
variabel tak bebas
Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah
1)
-Sisaan)/(n
Kuadrat
(Jumlah
1)
-k
-n
Regresi)/(
Kuadrat
Atau
1)
-SSE/(n
1)
-k
-SSR/(n
F
hitung=
• Jika hipotesis nol benar maka Fhitung ~ F(n-k-1, n-1). Hipotesis nol
akan ditolak pada taraf uji α jika Fhitung ≥ F (α, n-k-1, n-1), yang berarti
minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak
bebas.
• Sebaliknya jika Fhitung < F(α, n-k-1, n-1), maka hipotesis nol kita terima,
yang berarti semua variabel bebas dalam model tersebut tidak
mempengaruhi variabel tak bebas
• Jika hipotesis nol ditolak, maka minimal ada satu variabel bebas
yang berpengaruh, akan tetapi kita tidak tahu variabel-variabel
mana saja yang signifikan pengaruhnya. Untuk itu perlu dilakukan
uji untuk masing-masing koefiesien variabel bebas.
Uji ini didasarkan pada hipotesis:
Ho: βi= 0, atau
Ho: Variabel bebas ke-i tidak berpengaruh terhadap variabel tak
bebas
dan
H1: Variabel bebas ke-i tersebut berpengaruh terhadap variabel tak
bebas
Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah:
Jika hipotesis nol benar maka thitung ~ t(n-l). Hipotesis nol akan ditolak
pada taraf uji α jika thitung ≥ t[α/2 (n-l)]. Yang berarti variabel bebas
tersebut mempengaruhi variabel tak bebas. Sebaliknya jika thitung <
t[α/2 (n-l)], maka hipotesis nol kita terima, yang berarti variabel bebas
tersebut tidak mempengaruhi variabel tak bebas.
3. Determinasi
Koefisien determinasi disimbolkan dengan R2 merupakan suatu
ukuran untuk melihat baik tidaknya model. Koefisien ini menunjukkan
prosentase keragaman variabel bebas yang dapat diterangkan oleh
model. Nilai koefisien ini berkisar antara nol sampai seratus persen.
Semakin besar nilai R2 menunjukkan bahwa model semakin baik.
Koefisien determinssi ini dapat dicari dari rumus:
Total)
Kuadrat
(Jumlah
Regresi)
Kuadrat
(Jumlah
R
2=
Nilai R2 ini dapat dipergunakan untuk membandingkan mana
yang lebih baik dari beberpa model regresi dengan jumlah variabel i
hitung
bi
b
t
bebas sama, dengan melihat model mana yang memiliki R2 yang paling
besar.
Jika kita ingin membandingkan beberapa model regresi dengan
jumlah variabel bebas yang tidak sama, maka R2 ini tidak dapat
dipergunakan sebab untuk setiap penambahan variabel bebas ke dalam
suatu model, maka nilai R2 model yang kedua secara otomatis lebih
besar dari nilai R2 model yang pertama. Oleh karena itu diperlukan
suatu ukuran yang lain yang dapat dipergunakan untuk membandingkan
model regresi dengan jumlah variabel bebas yang berbeda. Ukuran
yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut adalah koefisien
determinasi terkoreksi (R2adj). R2adj ini merupakan nilai R2 yang telah
dikoreksi dengan jumlah variabel bebas. Koefisien determinasi
terkoreksi dapat dicari dari rumus:
1)
-SST/(n
1)
-k
-SSE/(n
1
R
2adj=
−
4. Besar Pengaruh Variabel Bebas
Setelah pengujian hipotesis, seringkali ada beberapa variabel
bebas yang pengaruhnya tidak signifikan. Oleh karena itu perlu adanya
pengeluaran variabel bebas dari model. Pengeluaran variabel bebas ini
Pengeluaran ini dilakukan dengan melihat seberapa besar kontribusi
(pengaruh) variabel bebas terhadap model dengan melihat jumlah
kuadrat sekuensialnya.
Jumlah kuadrat total dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat
regresi ditambah Jumlah kuadrat sisaan. Sedangkan Jumlah kuadrat
regresi dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat sekuensial (JK
Sekuensial) masing-masing variabel bebas. Sernakin besar JK
Sekuensial suatu variabel menunjukkan semakin besar pula pengaruh
variabel tersebut terhadap model. Oleh karena itu, pengeluaran suatu
variabel dari model dilakukan dengan memilih variabel yang JK
Sekuensialnya paling kecil.
Dari JK Sekuensial bisa juga dilihat seberapa besar suatu
variabel berpengaruh terhadap variabel tak bebas (model). Prosentase
pengaruh suatu variabel terhadap variabel tak bebas dalam model dapat
dicari menggunakan rumus:
x100%
Regresi
JK
i
-ke
peubah
Sekuensial
JK
i
-ke
peubah
Pengaruh
=
Karena total JK Sekuensial sama dengan JK Regresi, maka total
pengaruh dalam model sama dengan 100%. Oleh karena itu dari sini
kita bisa membandingkan besar pengaruh antar variabel bebas terhadap
variabel tak bebas. Jika ingin dilihat besar pengaruh masing-masing
pengaruh ini dapat dilakukan dengan membagi JK Sekuensial suatu
variabel dengan JK Total.
x100%
Total
JK
i
-ke
peubah
Sekuensial
JK
i
-ke
peubah
Pengaruh
=
C. KOEFISIEN DETERMINASI
Untuk mengukur kesesuaian garis regresi terhadap data sampel
digunakan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi ditentukan
dengan persamaan berikut
Koefisien Determinasi = r2 atau R2 , dengan nilai R adalah
(
(
+(
+(
= 2 3 3 2 2 1 1 y(1,2,3) y y x a y x a y x a RSehingga R2 adalah proporsi total variasi y yang dapat diterangkan oleh
persamaan regresi (variasi x).
D. ANALISIS INPUT-OUTPUT
Analisis Input-Output dikembangkan pertama kali oleh Wassily W.
Leontief pada tahun 1930an, analisis ini membagi sistem perekonomian
ke dalam beberapa sektor. Dalam tabel input-output dapat diketahui
antar sektor. Selain itu analisis input-output disebut juga sebagai alat
analisa keseimbangan umum. Penekanan utama dalam analisa
input-output adalah pada sisi produksi.
Tabel input-output menyediakan sebuah kerangka yang baik
untuk mengukur dan menelusuri aliran interindustri dari input dan output
diantara beberapa sektor dalam perekonomian. Baris pada tabel
input-output menunjukkan pemberian dari sektor tertentu terhadap sektor
lainnya sedangkan kolom menunjukkan pembelian yang dilakukan oleh
sektor terhadap sektor lain. Kerangka umum Tabel Input-Output
[image:49.612.144.504.424.532.2]ditampilkan pada tabel 2.6.
Tabel 2.6
Kerangka Umum Tabel Input-Output
Dalam konteks input antara, terjadi arus atau perpindahan barang antar
sektor, katakanlah dari sektor i ke sektor j. Tentu saja bisa terjadi pula
perpindahan di dalam sektor itu sendiri, dari sektor i ke sektor i itu
sendiri atau juga disebut perpindahan intrasektor. Dengan kata lain, kita
j. Katakan bahwa nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j diberi
notasi Zij. Total output sektor i diberi notasi X, dan total permintaan akhir
sektor dengan demilkin adapat dituliskan bahwa:
dimana:
Xi : total output
Zij : nilai uang arus barang dari sektor i ke j
Yi : permintaan akhir sektor i
Output dari sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi
yang lain, dan juga dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir
tersebut tidak lain adalah pelaku-pelaku ekonomi di dalam
perekonomian yang secara agregat dapat diklasifikasikan ke dalam
rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak negeri.
Berdasarkan asumsi Leontief bahwa input yang digunakan dalam
suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor yang
bersangkutan, sehingga dapat ditentukan koefisien teknis (aij) seperti
Dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke persamaan (1), maka
diperoleh:
Persamaan (4) dapat dinyatakan dengan persamaan ganda seperti
berikut:
Dengan memindahkan seluruh X ke sebelah kiri, maka diperoleh
persamaan-persamaan simultan berikut:
Sistem matriks ini dapat dituliskan dalam bentuk singkat, yaitu:
dimana I adalah matriks identitas (identity matrix) dan A adalah matriks
koefisien input, yang mengandung aij sebagai elemen-elemennya.
Dengan menyelesaikan X dalam hubungannya dengan Y, maka
menurut kaidah matriks akan diperoleh:
dimana (I −A)−1 adalah matriks kebalikan dari (I −A) atau sering dikenal
dengan sebutan matriks Leontief Invers.
2.4. APLIKASI
SISTEM
INFORMASI
DATA
DASAR
KOPERASI DAN UKM
A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi merupakan sebuah sistem terintegrasi, sistem
manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung
operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu
lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan
keputusan dan basis data. Dari definisi di atas terdapat beberapa kata
kunci:
1. Berbasis Komputer dan Sistem Manusia-Mesin
• Berbasis komputer: perancang harus memahami pengetahuan
komputer dan pemrosesan informasi.
• Sistem manusia-mesin: adanya interaksi antara manusia sebagai
pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi.
Ada proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada
proses yang terotomasi oleh mesin. Untuk itu diperlukan suatu
prosedur atau manual system untuk dapat menjalankannya.
2. Sistem basis data terintegrasi
• Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing)
dalam sebuah sistem manajemen basis data.
3. Mendukung Operasi
• Informasi yang diolah dan dihasilkan digunakan untuk
mendukung operasi organisasi.
4. Pemanfaatan model manajemen dan pengambilan keputusan
• Untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat
digunakan model-model manajemen dan pengambilan
KOMPONEN FISIK SISTEM INFORMASI
1. Perangkat keras computer, seperti: CPU, Data storage, perangkat
Input/Output, terminal untuk interaksi, dan media komunikasi data.
2. Perangkat lunak computer terdiri dari perangkat lunak sistem (sistem
operasi dan utilitasnya), perangkat lunak umum aplikasi (seperti
bahasa pemrograman), perangkat lunak aplikasi (seperti aplikasi
akuntansi, dan lain-lain).
3. Basis data merupakan penyimpanan data pada media penyimpan
komputer.
4. Prosedur merupakan langkah-langkah penggunaan sistem.
5. Personil untuk pengelolaan operasi (SDM), meliputi:
• Clerical personnel (untuk menangani transaksi dan pemrosesan
data dan melakukan inquiry = operator);
• First level manager: untuk mengelola pemrosesan data didukung
dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi
out-of-control dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah.
• Staff specialist: digunakan untuk analisis untuk perencanaan dan
pelaporan.
• Management: untuk pembuatan laporan berkala, permintaan
khsus, analisis khusus, laporan khsusus, pendukung identifikasi
KONSEP-KONSEP SISTEM INFORMASI
Untuk memahami sistem informasi diperlukan pemahaman
tentang konsep-konsep informasi, manusia sebagai pemroses informasi,
konsep sistem, organisasi dan manajemen, konsep pengambilan
keputusan, konsep nilai suatu informasi, yang secara singkat dijelaskan
sebagai berikut.
• Konsep Informasi:
Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang
memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang
bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses
transformasi data menjadi suatu informasi yaitu: input-proses- output.
• Data
Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan
informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi
pengguna (manajemen) yang memerlukannya. Suatu informasi bagi
level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di
atasnya, atau sebaliknya.
• Representasi informasi merupakan pelambangan informasi, seperti
misalnya representasi biner.
• Kuantitas informasi merupakan satuan ukuran informasi. Kuantitas
informasi tergantung representasinya. Untuk representasi biner
• Kualitas informasi merupakan derajat manfaat infromasi yang dapat
digunakan. Kualitas informasi dapat bias terhadap error, karena
kesalahan cara pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti
prosedur pemrosesan, kehilangan atau data tidak terproses,
kesalahan perekaman atau koreksi data, kesalahan file
histori/master, kesalahan prosedur pemrosesan ketidak berfungsian
sistem.
• Umur informasi merupakan waktu kapan atau sampai kapan sebuah
informasi memiliki nilai/arti bagi penggunanya. Adanya kondisi
informasi (mengacu pada titik waktu tertentu) dan informasi operasi
(menyatakan suatu perubahan pada suatu range waktu).
B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI
Perancangan Sistem Informasi didefinisikan sebagai berbagai
macam penugasan yang memfokuskan diri pada spesifikasi dari solusi
berbasis komputer yang rinci. Oleh karena itu, ketika Analisis Sistem
menekankan pada problem bisnis, perancangan sistem memfokuskan
pada aspek teknikal atau implementasi dari sistem.
Dalam perancangan dan pembangunan sistem informasi terdapat
dua jenis metodologi dalam menggambarkan dan mendeskripsikan
Pengembangan merupakan seperangkat proses-proses dan
metode-metode standar yang digunakan dalam pengembangan sebuah sistem.
Metode-metode ini umumnya dilakukan dalam urutan tertentu untuk
dapat menghasilkan sebuah sistem yang baik. Metodologi Pemodelan
merupakan notasi-notasi dan semantik yang digunakan untuk dapat
menggambarkan sebuah sistem. Terdapat berbagai macam metodologi
yang dapat digunakan dalam pengembangan sebuah sistem, salah
satunya adalah metode paradigma waterfall (Classic Life Cycle).
Penggunaan metode waterfall dalam pemecahan masalah ini
adalah karena fleksibilitasnya dalam setiap langkah proses. Jika dalam
perkembangannya diperlukan tambahan atau berkaitan di dalam
aplikasi, perancang dapat kembali ke langkah sebelumnya dan
meneruskan perancang, tanpa perlu kembali lagi ke langkah awal.
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari tahapan-tahapan paradigma
pemodelan waterfall.
1. Tahap Perencanaan
Tahap pertama dari motode waterfall adalah perencanaan. Langkah
ini merupakan suatu rangkaian kegiatan dari sejak awal kegiatan
proyek dilaksanakan, pendefinisian awal terhadap kebutuhan rinci
atau target yang harus dicapai dari kegiatan, penyusunan proposal,
penentuan metodologi dan sistem manajemen proyek yang
digunakan, sampai dengan penunjukan tim dan instruksi untuk
mengeksekusi (atau memulai) proyek