• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARNISA PROPOSAL. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARNISA PROPOSAL. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM POTONG YANG DIKELOLA SECARA MANDIRI DAN BERMITRA DENGAN

PERUSAHAAN DI KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA

ARNISA 105960158114

PROPOSAL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang di Kelola Secara Mandiri dan Bermitra Dengan Perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

Nama : Arnisa

Stambuk : 105960158114

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : PertanianDisetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si. Ir. Nurdin Mappa, M.M

NIDN. 0012046603 NIDN. 0908046801

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P. Dr.,Sri Mardayanti,.SP.Mp

(3)

PENGESAHAN KOMISIS PENGUJI

Judul : Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang di Kelola Secara Mandiri dan Bermitra Dengan Perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

Nama : Arnisa

Stambuk : 105960158114

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Reni Fatmasari, S.P.M.,Si (………..)

Ketua Sidang

2. Amruddin, S.Pt.,M.Si. (………..)

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang di Kelola Secara Mandiri dan Bermitra Dengan Perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba adalah benar yang merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi. Semua sumber data dan informasi dalam skripsi ini berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, dan telah disebutkan dalam teks dan dicantmkan dalam daftar pustakan dibagian akhir skripsi.

Makassar, 26 Mei 2018

Arnisa 105960158114

(5)

ABSTRAK

ARNISA. 105960158114. Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang di Kelola Secara Mandiri dan Bermitra Dengan Perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh Ratnawati Tahir dan Nurdin Mappa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbandingan pendapatan yang diperoleh peternak ayam potong yang dikelola secara mandiri dan bermitra dengan perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan campuran yaitu kuantitatif dan kualitatif, yaitu jenis penelitian yang sifatnya menggambarkan pendapatan yang diperoleh peternak ayam potong yang dikelola secara mandiri dan bermitra dengan perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Informan dalam penelitian ini adalah para peternak secara mandiri sebanyak 1 peternak dan yang bermitra di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba yaitu sebanyak 5 peternak. Analisis data yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu perbandingan pendapatan yang diperoleh peternak ayam potong dikelola secara mandiri dan bermitra dengan perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba pola mandiri yaitu Rp 730.157.000 sedangkan pola mitra yaitu Rp. 71.247.000.

Kata Kunci : Ayam Potong, Perbandingan Pendapatan, Mandiri Dan Yang Bermitra.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga skripsi ini berhasil dieselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah

“Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang di Kelola Secara

Mandiri dan Bermitra Dengan Perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud atau terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Orang tua terkasih, Ayahanda Budding dan Ibunda Nurasia yang telah membesarkan, mendidik, serta mendoakan penuli dengan penuh cinta dan kasih sayang selama ini.

2. Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si. selaku pembimbing I dan Ir. Nurdin Mappa, M.M selaku pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

(7)

3. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi. M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Prodi Agribisnia Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Om Sabri jamaluddin tercinta yang telah berjuang menyekolahkan penulis dan tidak bosan-bosannya memberi support, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Sahabat-sahabat terbaik saya SUNNY dan Fitriani yang setiap saat menemani penulis dan setia mendengarkan kelukesah penulis selama ini dan memberi support pada penulis

7. Kamry yang tiap saat menemani, canda tawa dan suportnya, memberi bantuan untuk penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Teman-teman KKP khususnya Sahabat-sahabat posko 6 , serta ibu posko dan pak Dusun Lisu dan masyarakat Kecmatan Taneteriaja Kab. Barru yang telah menjadi bagian dari masa-masa KKP penulis yang menyenangkan. 9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

(8)

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Allah senantiasa melindunginya, Amin.

Makassar, 26 Mei 2018

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ayam Potong ... 4

2.1.1. Karakteristik Ayam Potong... 5

2.1.2. Faktor-faktor Produksi ... 6

(10)

2.4. Penerimaan ... 13

2.5. Pendapatan ... 14

2.6. Kontribusi ... 15

2.7. Kerangka Pikir... 15

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Teknik Penentuan Sampel/Informan ... 18

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 18

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5. Teknik Analisis Data ... 20

3.6. Definisi Operasional ... 20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Informan ... 28 5.1.1 Umur Informan... 28 5.1.2 Jenis Kelamin ... 29 5.1.3 Tingkat Pendidikan ... 30 5.1.4 Lama Beternak ... 32 5.2 Pembahasan ... 33

5.2.1 Deskripsi Perusahaan (PT. Ciomas Adisatwa)... 33

5.2.2 Gambaran Pola Kemitraan Dan Pola Mandiri... 37

(11)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58 6.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN  Kuesioner Penelitian  Jadwal Penelitian  Rakapitulasi Data  Dokumentasi Penelitian  Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas wilayah, status, dan klasifikasi menurut Desa/Kelurahan

Di Kecamatan Bontotiro ... 23 2. Banyaknya Penduduk menurut Jenis Kelamin (orang) dan

Desa/Kelurahan di Kecamatan Bontotiro ... 25 3. Banyaknya menurut Kelompok Umur di Kecematan Bontotiro... 26 4. Klasifikasi Informan Berdasakan Jenis Umur di Kecematan

Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... 28 5. Klasifikasi Informan Berdasakan Jenis Kelamin di Kecematan

Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... 29 6. Klasifikasi Informan Berdasakan Tingkat Pendidikan di Kecematan

Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... . 31 7. Klasifikasi Informan Berdasakan Lama Beternak di Kecamatan

Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... 32 8. Biaya penyusutan kandang pada usaha ternak ayam potong pola

Mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 41 9. Biaya penyusutan peralatan pada usaha ternak ayam potong pola

Mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 42 10. Biaya penyusutan PBB pada usaha ternak ayam potong pola

Mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 43 11. Biaya Bibit pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri di

Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... 45 12. Biaya Pakan pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri di

(13)

13. Biaya Obat-obatan pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... 47 14. Biaya Gas untuk pemanas pada usaha ternak ayam potong pola

Mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro

Kabupaten Bulukumba... 48 15. Biaya Sekam pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 49 16. Biaya Listrik pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 50 17. Biaya Tenaga kerja pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 51 18. Biaya Koran pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 52 19. Total biaya produksi pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 53 20. Total Penerimaan pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

Bulukumba ... 55 21. Pendapatan pada usaha ternak ayam potong pola Mandiri

dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema kerangka pikir ... 17

2. Proses Wawancara Responden... 95

3. Kandang Ayam Potong ... 95

4. Ternak Ayam yang Berumur 2 Minggu ... 96

5. Bibit Ayam Potong (DOC) ... 96

6. Peralatan Kandang ... 97

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Penelitian ...66

2. Peta Lokasi Penelitian ... 66

3. Identitas Peternak yang Melakukan Usaha Peternakan Ayam Potong yang di Kelola Secara Mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... 67

4. Biaya Tetap Penyusutan Kandang ...67

5. Biaya Penyusutan Alat (Tempat Pakan) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong...68

6. Biaya Penyusutan Alat (Tempat minum) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong...68

7. Biaya Penyusutan Alat (Pemanas) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong ...69

8. Biaya Penyusutan Alat (Tirai) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong ...69

9. Biaya Penyusutan Alat (Timbangan) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong ...70

10. Biaya Penyusutan Alat (Sprayer) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong ... 70

11. Biaya Tetap (PBB) ...71

12. Biaya Variabel (Bibit)...71

(16)

15. Biaya variabel (Tenaga kerja) ...73

16. Biaya variabel (Gas untuk pemanas) ... 73

17. Biaya variabel (Sekam) ...74

18. Biaya variabel (Listrik) ...74

19. Total biaya tetap...75

20. Total biaya variabel...75

21. Total Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Potong Yang Dikelola Secara Mandiri ...76

22. Total Penerimaan Usaha Ternak Ayam Potong Yang Dikelola Secara Mandiri ...77

23. Total Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang Dikelola Secara Mandiri ...77

24. Identitas Peternak yang Melakukan Usaha Peternakan Ayam Potong yang di Kelola Secara Bermitra dengan Perusahaan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba ... . .. 78

25. Biaya Tetap Penyusutan Kandang ...79

26. Biaya Penyusutan Alat (Tempat Pakan) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong...80

27. Biaya Penyusutan Alat (Tempat Minum) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong...81

28. Biaya Penyusutan Alat (Pemanas) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong...82

29. Biaya Penyusutan Alat (Tirai) Yang Di Gunakan Oleh Peternak Usaha Ayam Potong...83

30. Biaya Tetap (PBB) ...84

(17)

33. Biaya Variabel (Sekam) ...87

34. Biaya Variabel (Koran) ...88

35. Biaya Variabel (Listrik) ...89

36. Total Biaya Tetap...90

37. Total Biaya Variabel ...91

38. Total Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Potong Yang Bermitra Dengan Perusahaan...92

39. Total Penerimaan Usaha Ternak Ayam Potong Yang Bermitra Dengan Perusahaan...93

40. Total Pendapatan Usaha Ternak Ayam Potong Yang Bermitra Dengan Perusahaan...94

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam potong merupakan jenis hewan ternak kelompok unggas yang tersedia sebagai sumber makanan, terutama sebagai penyedia protein hewani. Daging ayam potong mempunyai peluang strategis untuk memenuhi kebutuhan daging dalam rangka mendukung program pemerintah, yakni tercapainya swasembada daging nasional pada tahun 2014. Selain itu juga dapat dipakai sebagai komoditas usaha yang prospektif, karena usaha ternak ayam potong menguntungkan (Suwarta, 2011).

Pola kemitraan dalam usaha ayam potong meliputi perusahaan sebagai pihak pertama dan peternak sebagai pihak kedua yang terikat oleh kontrak. Pola kontrak merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan inti yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Sumardjo (2001) menyatakan bahwa pola kontrak adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan usaha kecil atau menengah, dimana usaha besar sebagai perusahaan induk (parent firm) bekerja sama dengan usaha kecil atau menengah selaku kontrak untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk.

Peternak plasma pada umumnya mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi kepada perusahaan inti dalam hal bibit (DOC), pakan dan input produksi lainnya. Selain itu terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan yang melekat

(19)

teknis), akses pasar dan lemahnya kemampuan memprediksi pasar yang sangat fluktuatif setiap saat. Kondisi ini menyebabkan peternak plasma dalam posisi yang lemah terutama dalam posisi tawar terhadap harga DOC, pakan ternak dan harga ayam yang dihasilkan. Dengan posisi yang lemah ini, daya tawar peternak plasma lebih banyak ditentukan oleh perusahaan inti termasuk dalam pembagian laba dalam pola kemitraan ayam pedaging sehingga terjadinya distribusi laba yang kurang seimbang antara inti dan plasma sangat dimungkinkan (Wibowo, 2000).

Peternak yang memiliki modal yang besar atau mendapat dukungan dari pemodal serta bersedia menanggung resiko usaha cenderung memilih pola mandiri dalam menjalankan usahanya. Alasan utamanya adalah untuk meningkatkan keuntungan karena beternak dengan pola mandiri menghasilkan keuntungan lebih tinggi dari peternak pola kemitraan. Sejalan dengan fakta yang diungkap oleh Sumartini (2008) bahwa usaha peternakan ayam potong pedaging yang dikelola secara mandiri memberikan pendapatan yang cenderung lebih besar karena biaya yang lebih rendah dari usaha yang dikelola dengan kemitraan.

Berdasarkan kondisi dilapangan secara finansial hasil perhitungan para peternak ayam potong yang ada diperusahaan pendapatannya bisa saja tinggi dari pada pengusaha mandiri, dikarenakan peternak itu sudah terikat oleh adanya pemasok. Kalau dikelola secara perusahaan dapat dikatakan untung, padahal disatu sisi ada beberapa kekurangan-kekurangan ayam potong dikelola secara perusahaan karena ketergantungannya. Peternak itu harus menjual produksinya tersebut kepada perusahaan yang sebagai pemasok. Padahal disisi lain, peternak itu kemungkinan besar bisa mendapatkan keuntungan lebih tapi mereka sudah

(20)

terikat. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini untuk membandingkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh peternak ayam potong yang dikelola secara mandiri dan yang bermitra dengan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar perbandingan pendapatan yang diterima oleh peternak ayam potong yang dikelola secara mandiri dan yang bermitra dengan perusahaan?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pendapatan yang diterima oleh peternak ayam potong yang dikelola secara mandiri dan yang bermitra dengan perusahaan.

Kegunaan dilakuknnya penelitian ini yaitu :

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal usaha ternak ayam potong.

2. Sebagai wadah bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah wawasan penulis terhadap masalah yang akan diteliti.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Ayam Potong

Usaha peternakan ayam dibagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, usaha kecil peternakan dan perusahaan peternakan. Peternakan rakyat yaitu usaha peternakan ayam yang jumlahnya tidak melebihi 15.000 ekor per periode produksi. Usaha kecil peternakan adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya tidak melebihi dari 65.000 ekor per periode produksi. Perusahaan peternakan adalah usaha menengah dan besar di bidang usaha budidaya ayam yang jumlahnya lebih besar dari 65.000 ekor per periode produksi (Suharno,2000).

Ayam potong disebut juga ayam broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam poton ini baru popular di Indonesia sejak tahun 1980-an, dimana pemegang kekuasaan merencanakan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaanya. Hingga kini ayam potong telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihanya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 2002).

Rasyaf (2002) menyatakan bahwa ada tiga unsur dalam beternak ayam yaitu (1) unsur produksi; (2) unsur manajemen; dan (3) unsur pasar dan

(22)

pemasaran. Satu masa produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran anak ayam broiler mulai umur sehari hingga siap jual.

Menurut Yunus (2007), peluang investasi agribisnis ayam potong memiliki prospek yang cukup cerah untuk masa yangn akan datang. Investasi ayam potong di sub sektor peternakan sangat prospektif karena terdapat beberapa kecenderungan, yaitu:

1. Daging unggas makin diminati olehn konsumen dengan alasan kesehatan, kandungan kolesterol relatif lebih rendah.

2. Konsumen daging per kapita karena harga relatif murah.

3. Produksi daging dalam negeri hampir seluruhnya dikonsumsi didalam negeri, bahkan terjadi kekurangan supply sehingga terjadi impor, baik ternak besar maupun daging ayam.

4. Daging ayam potong menempati posisi pertama dalam pemenuhan permintaan dan konsumsi daging.

2.1.1. Karakteristik Ayam Potong

Ayam potong dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan. Menurut Rasyaf (2004), ayam potong adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Di Indonesia, Ayam potong sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,4-1,7 kg walaupun laju pertumbuhan belum mencapai maksimum, karena ayam potong yang terlalu berat sulit dijual. Ciri khas daging ayam potong adalah:

(23)

a. Rasanya khas dan enak

b. Dagingnya empuk dan banyak

c. Pengolahannya mudah tetapi cepat hancur dalam perebusan yang terlalu lama.

Menurut Fadillah (2004) keunggulan ayam potong terlihat dari pertumbuhan berat badan yang terbentuk yang sangat didukung oleh:

1. Temperatur udara di lokasi peternakan, temperatur yang stabil dan ideal untuk ayam adalah 23-26 0C

2. Terjaminnya kuantitas dan kualitas pakan sepanjang tahun

3. Teknik pemeliharaan yang tepat guna sehingga dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal

4. Kawasan peternakan yang terbebas dari penyakit.

2.1.2. Faktor-faktor Produksi

Fadillah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan ayam potong adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, vitamin dan bahan penunjang lainnya seperti sekam, listrik dan bahan bakar.

1. Lahan

Lokasi lahan untuk peternakan ayam ras pedaging atau ayam potong sebaiknya harus jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Lokasi hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran agar terhindar dari resiko kematian yang tinggi, biaya transportasi yang dikelurkan rendah, serta

(24)

kondisi ayam dapat lebih segar. Selain itu lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran (Rasyaf, 2006).

2. Kandang dan Peralatan Kandang

Kandang memegang peranan penting dalam sebuah peternakan ayam potong. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang dapat berfungsi melindungi ternak ayam pedaging terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tatalaksana, menghemat tempat, menghindari dari gangguan binatang buas, serta menghindarkan ayam pedaging kontak 17 langsung dengan unggas lain.

(Mulyadi, 2014). Peralatan kandang yang digunakan dalam usaha ternak ayam potong adalah tempat pakan, tempat minum, lampu listrik, litter (layer dinding kandang) dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan blower atau kipas angin.

Iklim kandang yang cocok untuk berternak ayam pedaging berkisar 32o-35oC, sedangkan kelembaban sekitar 60-70 %. Adapun penerangan atau pemanasan kadang sesuai dengan aturan yang ada. Tata letak kandang diupayakan agar mendapatkan sinar matahari di pagi hari, sirkulasi udara juga diusahakan dengan baik (Mulyadi, 2014). Adapun syarat konstruksi kandang yang baik adalah :

(25)

a. Terdapat sirkulasi udara

b. Arah kandang membujur timur-barat untuk mengurangi sengatan matahari c. Tinggi tiang harus ideal, yakni 7 meter ke atap dan 4 meter ke tepi.

d. Kapasitas kandang harus ideal, yakni 1 meter per 9 ekor ayam e. Atap kandang disesuaikan dengan iklimnya

3. Bibit Ayam

Abidin (2002) menyatakan bahwa ayam ptong merupakan hasil perkawinan silang dari sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Menurut Fadillah (2004) ada beberapa cirri bibit ayam potong berkualitas, yaitu :

a) Sehat dan bebas dari penyakit.

b) Berasal dari induk yang matang umur. c) Terlihat aktif, mata cerah dan lincah. d) Memiliki kekebalan dari induk yang tinggi. e) Bulu cerah, tidak kusam dan penuh.

f) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih. g) Keadaan tubuh normal.

(26)

Beberapa keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan dan keuntungan yang diperoleh akan tinggi (Rasyaf, 2004).

4. Pakan

Pertumbuhan dan perkembangan ayam potong tergantung pada kualitas pakan yang diberikan. Untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan ayam potong. Sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas dan dapat disimpan sebagai lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya (Fadillah, 2004).

5. Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin

Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam. Cara penggunaan obat-obatan yaitu melalui air minum, pakan dan suntikan (Rasyaf, 2004).

Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Pada peternakan ayam potong, jenis

(27)

vaksin yang sering dipakai hanya New Castle Disease (ND) atau tetelo dan gumboro (Fadillah, 2004).

Vitamin adalah susunan kompleks zat organik yang dibutuhkan hewan untuk pertumbuhan normal, produksi, reproduksi dan kesehatan. Dalam program tatalaksana pemeliharaan ayam pototng digunakan vitamin C (pada umumnya berbentuk serbuk dan cairan), yang biasanya diberikan setelah vaksinasi dan digunakan sebagai suplemen atau bahan tambahan pada air minum ayam (Tobing, 2004).

6. Tenaga Kerja

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam potong mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Menurut Fadillah (2004) untuk peternakan dengan skala 4.000 ekor diperlukan tenaga kerja berilmu peternakan dan terampil serta satu tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, menangkap ayam, membersihkan brooder (indukan) dan menjual ayam.

7. Pemeliharaan Ayam Potong

Secara komersial pemeliharaan ayam potong meliputi perkandangan, pemilihan bibit, pemeliharaan, pencegahan penyakit dan pola pemberian ransum. Persiapan kandang dilakukan untuk kenyamanan anak ayam agar anak ayam dapat beradaptasi, tidak stress. Kegiatan awal yang dilakukan untuk kenyamanan suasana kandang adalah dengan membersihkan kandang dengan air bersih. proses pencucian kandang harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang terlewatkan menggunakan sprayer tekanan tinggi. Kemudian dengan deterjen dan

(28)

desinfektan, agar mikroorganisme yang menempel dibagian kandang mati (Fadillah, 2004).

Setelah itu pengapuran kandang dengan mengoles seluruh permukaan kandang hingga kerangka kandang dan lantai sekitar kandang dan selanjutnya serangkaian sistem pendukung kenyamanan ayam potong yakni penghangat, sekat, tempat ransum dan minum litter (alas lantai), pencahayaan, suhu, dan kelembapan (Nastiti, 2012).

2.2 Konsep Pola Usaha Mandiri dan Pola Usaha Kemitraan

Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), usaha budidaya ayam potong dapat dibedakan menjadi pola usaha mandiri dan pola kemitraan:

1. Pola Usaha Mandiri

Pada pola usaha mandiri, seluruh usaha budidaya ayam potong dilakukan sendiri (secara mandiri) oleh peternakan tersebut. Dalam hal ini, peternakan mendatangkan langsung input-input yang dibutuhkan secara langsung dan menerapkan sistem manajerialnya sendiri, sehingga total biaya produksi ditanggung langsung oleh peternak. Pada pola usaha mandiri, seluruh bentuk risiko yang terjadi harus ditanggung oleh peternak karena besarnya kuntungan maupun kerugian diterima langsusng oleh peternak, akibat tidak menjalin kerjasama dengan pihak lain. Secara umum, pola usaha mandiri lebih peka terhadap total produksi, fluktuasi harga ayam potong dan harga input-input di pasaran.

(29)

Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), peternak ayam potong yang menerapkan pola usaha kemitraan, tidak perlu mengeluarkan seluruh biaya,karena pola ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain, seperti pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar (perusahaan). Santoso dan Sudaryani (2009), membagi pola usaha kemitraan menjadi pola inti plasma, pola sewa kandang dan peralatan, dan pola investor. Pada pola inti plasma, pihak inti yaitu pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar (perusahaan), wajib menyediakan berbagai sarana produksi seperti DOC ( Day Old Chick ), vaksin, pakan, dan manajemen budidaya. Selain itu, pihak inti berhak menjual hasil produksi peternakan dengan harga kontrak/harga pasar, sedangkan peternak (plasma) wajib menyediakan kandang beserta peralatannya, dan tenaga kerja.

2.3 Biaya

Menurut Supriono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan. Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat.

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

(30)

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan sebaliknya jika volume kegiatan semakin rendah maka biaya satuan semakin tinggi. Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi.

b. Biaya Tidak Tetap (Variabel)

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Semakin besar volume kegiatan, maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah volume kegiatan, maka semakin rendah jumlah total biaya variabel. Biaya satuan pada biaya variabel bersifat konstan karena tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya untuk sarana produksi.

2.4 Penerimaan

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2006). Penerimaan juga sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan dan harga dari produksi tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa stuktur penerimaan dari usaha tani adalah sebagai berikut :

(31)

TR = Y x P

Yaitu TR = Total Penerimaan

Y = Jumlah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Kg)

P = Harga Produk (Rp)

Rasyaf (2002), menyatakan bahwa penerimaan dalam suatu peternakan ayam pedaging terdiri dari: (1) hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging, baik hidup maupun dalam bentuk karkas; dan (2) hasil sampingan yaitu

berupa kotoran ayam atau alas “litter” yang laku dijual kepada petani sayur mayur

atau petani palawija lainnya. Semua penerimaan produsen berasal dari hasil penjualan outputnya.

Menurut Heriyatno (2009), menyatakan bahwa penilaian besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C

rasio). Hasil dari penghitungan rasio penerimaan atas biaya, dapat mengetahui

apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sirajuddin (2007), yang mengatakan bahwa dalam membuka usaha peternakan ayam pedaging membutuhkan modal yang besar sedangkan modal peternak masih lemah, maka untuk mendapatkan modal tersebut, peternak melakukan kemitraan atau kerja sama dengan perusahaan mitra yang bergerak di bidang budi daya dan penyediaan sapronak.

(32)

2.5 Pendapatan

Menurut Sukirno (2002), Pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input miliki keluarga diperhitungkan sebagai biaya produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produksi dan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya.

Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut:

= −

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue/ Total Penerimaan (Rp) TC = Total cost/ Total Biaya (Rp)

Menurut Niswonger (2006), Pendapatan merupakan kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagang, pelaksanaan jasa kepada klien, menyewakan harta, peminjaman uang, dan semua kegiatan usaha profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.

2.6 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mencapai suatu tujuan dimana untuk mengetahui suatu perbandingan pendapatan usaha ternak ayam potong yang dikelola secara mandiri dengan perusahaan. Dimana, dapat dijelaskan terlebih dahulu mengenai usaha ternak ayam potong, peternak mandiri,perushaan (mitra),

(33)

factor-faktor produksi, produksi dan pendapatan. Usaha ternak ayam potong merupakan suatu usaha yang dimana didalamnya mengusahakan beberapa ternak ayam. Peternak mandiri adalah peternak yang melakukan pembudidayaan atau pemeliharaan ayam ptong dengan biaya sendiri. Factor-faktor produksi merupakan suatu korbanan atau biaya yang dikeluarkan (Input), seperti Bibit Ayam, Pakan, Obat-obatan, vaksin, vitamin dan Tenaga kerja untuk menghasilkan produksi

(output). Sedangkan pendapatan merupakan hasil yang diterima, dimana hasil

(34)

Adapun skema kerangka pikir dapat dilihat dibawah ini, Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Usaha Ternak Ayam Potong Perusahaan (mitra) Faktor Produksi : 1. Bibit Ayam 2. Pakan 3. Obat-obatan, vaksin, dan vitamin 4. Tenaga kerja Produksi Pendapatan Peternak Mandiri

(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, yang merupakan salah satu daerah yang banyak beternak ayam potong. Penelitian akan dilakukan selama bulan April-Mei.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba, adapun populasi peternak ayam potong yang bekerjasama dengan perusahaan yaitu 5 orang, dan peternak yang secara mandiri yaitu 1 orang.

3.3 Jenis dan Data Sumber

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat dan tanggapan . data tersebut meliputi pernyataan-pernyataan pengalaman beternak, keadaan lokasi, umur, pendidikan para petani di Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba.

2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa bilangan atau angka-angka, berdasarkan hasil kuisioner meliputi biaya, penerimaan, pendapatan beternak ayam potong di Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba.

(36)

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Data primer yaitu data yang diperleh langsung dari responden yang bersumber dari wawancara langsung responden, meliputi : jumlah penjualan ternak ayam potong, harga penjualan ternak ayam potong, dan biaya yang digunakan dalam peternakan.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait, seperti Pusat Badan Statistis, pemerintah setempat, dan lain-lain yang telah tersedia yang berupa keadaan umum lokasi yang meliputi gambaran lokasi, sejarah singkat dan lain-lain di Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap kondisi lokasi penelitian, serta berbagai aktivitas peternak.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan peternak, dengan bentuk kuisioner dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan daftar-daftar pertanyaan yang telah disediakan.

3. Dokumentasi, yaitu pencatatan terhadap refensi-refensi yang berhubungan dengan responden peternak, dokumen yang dimaksud diantaranya adalah dokumen pribadi dan foto-foto.

(37)

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sehingga alat analisis yang digunakan untuk mengetahui besar pendapatan usaha ternak ayam potong. Dengan persamaan sebagai berikut:

a. Mengetahui besar pendapatan usaha ternak ayam potong, dengan rumus Rahim (2007).

Pd=TR – TC TR= Y.Py TC=FC + VC Dimana :

Pd : Pendapatan usaha ternak

TR : Totalpenerimaan ( total revenue) TC : Total biaya (total cost)

FC : Biaya tetap ( fixed cost ) VC : Biaya variabel ( variabel cost) Py : Harga Y

3.6 Definisi Operasional

1. Usaha ternak ayam potong merupakan suatu usaha yang dimana didalamnya mengusahakan beberapa ternak ayam.

2. Peternak mandiri adalah peternak yang melakukan pembudidayaan atau pemeliharaan ayam ptong dengan biaya sendiri.

(38)

3. Peternak mitra adalah dimana peternak plasma bekerjasama dengan perusahaan inti menggunakan sistem kontrak harga jual hasil panen di tetapkan dalam konrak yang telah disetujui oleh kedua belah pihak tanpa dipengaruhi fluktuasi harga pasar.

4. Factor-faktor produksi merupakan suatu korbanan atau biaya yang dikeluarkan (Input), seperti Bibit Ayam, Pakan, Obat-obatan, vaksin, vitamin dan Tenaga kerja untuk menghasilkan produksi (output).

5. Produksi adalah hasil panen dari pemeliharaan ayam potong.

6. Pendapatan merupakan hasil yang diterima, dimana hasil produksi dikalikan dengan harga jual ayam ternak potong

(39)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI A. Kondisi Geografis

Bontotiro merupakan salah satu kecamatan yang letaknya kurang lebih 30km sebelah timur kota bulukumba, ibu kota dari kecamatan bontotiro adalah ekatiro. Posisi kecamatan ini terletak pada ketinggian <500 mdpl. Bontotiro termasuk kecamatan yang luas daerahnya berada diurutan kedua setelah kecamatan bontobahari, luas wilayah kecamatan bontotiro 78,34 km2. Caramming merupakan desa yang terluas dengan luas wilayah 12,78 km2.

Letak Geografis Kecamatan Bontotiro berbatasan dengan:

• Utara : Kecamatan Herlang • Selatan : Kecamatan Bontobahari • Barat : Kecamatan Ujungloe

(40)

Tabel 1 Luas wilayah, status, dan klasifikasi menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bontotiro

Desa/Kelurahan Luas wilayah (km2) Status

Caramming 7.18 Desa

Pakubalaho 6.00 Desa

Tritiro 7.00 Desa

Ekatiro 5.70 Kelurahan

Buhung bundang 5.15 Desa

Dwi tiro 4.85 Desa

Bonto bulaeng 4.63 Desa

Batang 4.62 Desa

Tamalanrea 9.33 Desa

Bonto tangga 5.31 Desa

Bonto marannu 7.56 Desa

Bonto barua 5.41 Desa

Lamanda 5.60 Desa

Sumber : Data Sekunder, Kecamatan Bontotiro 2018

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa luas wilayah Kecamatan Bontotiro pada tahun 2018, pada Desa Tamalanrea yang memiliki luas wilayah yang luas yaitu 9.33(km)2, sedangkan diantara 11 Desa dan 1 Kelurahan hanya pada Desa Batang yang luas wilayahnya paling rendah yaitu 4.62(km)2.

(41)

Akses dari Ibukota Kecamatan keseluruhan Desa/Kelurahan diwilayah Kecamatan Bontotiro relative mudah, karena semua Desa/Kelurahan dapat dilewati dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.

B. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu fator yang mempengaruhi perkembangan suatu daerah, penduduk dngan jumlah tinggi disuatu daerah padat, diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang handal diberbagai bidang akan mempercepat kemajuan suatu daerah dan sebaliknya.

(42)

Tabel 2 Banyaknya Penduduk menurut Jenis Kelamin (orang) dan Desa/Kelurahan di Kecamatan Bontotiro

Desa/kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

Caramming 635 908 1543 Pakubalaho 347 461 808 Tritiro 739 960 1699 Ekatiro 1285 1661 2946 Buhung bundang 793 990 1783 Dwi tiro 764 998 1762 Bonto bulaeng 403 550 953 Batang 943 1195 2138 Tamalanrea 931 1211 2142 Bontotanga 1083 1389 2472 Bonto marannu 580 733 1313 Bonto barua 735 947 1682 Lamanda 344 490 834 Kecematan Bontotiro 9.582 12.493 22.075

Sumber : Data Sekunder, Kecamatan Bontotiro 2018

Berdasarkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah hingga tahun 2018 penduduk perempuan mencapai 12.493 jiwa dan penduduk laki-laki mencapai 9.582 jiwa. Dengan jumlah jenis kelamin tahun 2018 adalah 22.075 jiwa. Jumlah terbesar yaitu berada di Kelurahan Ekatiro yaitu sebesar 2.946, sedangkan yang

(43)

Tabel 3 Banyaknya menurut Kelompok Umur di Kecematan Bontotiro.

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 949 1058 2007 5-9 962 1109 2071 10-14 963 1114 2077 15-19 886 1045 1931 20-24 727 940 1667 25-29 705 964 1669 30-34 681 957 1638 35-39 711 969 1680 40-44 665 899 1564 45-49 587 809 1396 50-54 488 710 1198 55-59 394 545 939 60-64 302 426 728 65+ 562 948 1510

Sumber : Data Sekunder, Kecamatan Bontotiro 2018

Berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok umur di Kecamatan Bontotiro pada jenis kelamin laki-laki yang tertinggi dengan kelompok umur yaitu 10-14 tahun sebanyak 963 orang, sedangkan yang terendah dengan kelompk umur yaitu 60-64 tahun sebanyak 302 orang. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan yang tertinggi dengan kelompok umur 10-14 tahun

(44)

sebanyak 1114 orang, sedangkan yg terendah dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 426 orang.

Wilyah ini tepat berbatasan langsung dengan kecamatan herlang sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan teluk bone, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan bontobahari, dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan ujung loe. Karena posisinya berbatasan langsung dengan teluk bone, maka desa/kelurahan yang letak geografisnya berpantai yaitu Tritiro, Ekatiro, dan Dwitiro. Sedangkan yang bukan berpantai.

C. Potensi Daerah

Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu daerah produsen ternak di Sulawesi Selatan sehingga ditetapkan sebagai wilayah sentra pengembangan ternak yang meliputi komoditi sapi potong, kambing, ayam broiler, dan ayam ras, sehingga merupakan komoditi unggulan daerah. Adapun potensi pengembangan ternak di daerah ini didasari adanya beberapa faktor yaitu :

 Adanya keserasian dari segi agroekosistim pengembangan peternakan.  Tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya ternak

cukup memadai karena telah lama dikerjakan sebagai usaha keluarga.  Banyak anggota masyarakat yang bergerak dalam usaha pengembangan

komoditas ini sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi pedesaan.  Potensi areal hijau/perumputan sangat mendukung sehingga usaha ini

(45)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Informan

5.1.1 Umur Informan

Umur mempunyai kaitan dengan berbagai kegiatan dan kehidupan petani bahkan dalam menjalankan usaha ternaknya. Tingka umur dapat mempengaruhi terhadap kemampuan fisik peternak dalam bekerja dan kemampuan dalam berfikir. Semakin tua umur petani maka kemampuan fisiknya dalam bekerja semakin menurun. Menurut Soekartawi (2002) menyatakan bahwa semakin muda umur seseorang biasanya memiliki semangat untuk ingin tahu tentang hal-hal yang belum mereka ketahui sehingga akan berusaha untuk lebih cepat dalam melakukan adopsi inovasi walaupun belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut. Umur peternak informan yang ada di Kecematan Bontotiro Bulukumba dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4 Klasifikasi Informan Berdasakan Jenis Umur di Kecematan Bontotiro Kabupaten Bulukumba NO Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 28-35 1 16,66 2 36-43 3 50 3 44-52 2 33,33 Jumlah 6 100

(46)

Bedasarkan data pada tabel 4 menunjukkan bahwa umur informan antara 28-35 sebanyak 1 orang, umur antara 36-43 sebanyak 3 orang, umur antara 44-52 sebanyak 2 orang.

Setelah saya turun kelapangan saya melihat kondisi informan ini menunjukkan bahwa seluruh peternak berada dalam usia yang produktif, yang memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam mengelola usaha peternakan ayam potong. Dimana pada peternak ini masih mampu bekerja secara maksimal. 5.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja peternak, dengan adanya perbdaan fisik antara laki-laki dengan perempuan akan berdampak pada hasil kerja yang dilakukan. Klasisifikasi informan brdasarkan jenis kelamin yang ada di Kecematan Bontotiro Bulukumba dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi Informan Berdasakan Jenis Kelamin di Kecematan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase

(%)

1 Laki-laki 4 66,67

2 Perempuan 2 33,33

Jumlah 6 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar informan adalah laki-laki yaitu sebanyak 4 orng (66,67%). Sedangkan informan perempuan hanya 2 orang (33,33%). Hal ini disebabkan oleh karena pada lokasi penelitian status laki-laki sebagai kepala keluarga yang berkewajiban untuk mencari nafkah, sedangkan bagi

(47)

kaum perempuan hanya membantu pada kegiatan usaha tani yang mudah dan dalam jangka waktu yang singkat sebab harus mengurus urusan rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh sosial budaya dan agama setempat yang menempatkan pria sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai pengelola rumah tangga.

Ada dua orang peternak mitra yang memilih menjalankan usaha ini sebagai kegiatan mengisi waktu luang merupakan ibu rumah tangga, mereka menyatakan bahwa mengelola usaha ternak tidak menyita banyak waktu dandapat dilakukan sambil menyelesaikan kagiatan rumah tangga .

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangatlah penting dalam rangka mencapai kemajuan disemua bidang kehidupan, tanpa pendidikan tidak dapat menggali potensi yang ada pada diri peternak. Pendidikan dapat mempengaruhi kinerja dan kemampuan berfikir, terutama dalam menyerap keterampilan teknis maupun teknologi dalam rangka pencapai tingkat produksi yang optimal, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula dalam menyerap teknologi. Adapun klasifikasi informan berdasarkan tingkat pendidikan di Kecematan Bontotiro Bulukumba dapat dilihat pada tabel 6.

(48)

Tabel 6. Klasifikasi Informan Berdasakan Tingkat Pendidikan di Kecematan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 S1 1 16,17

2 SMA 1 16,17

3 SMP 1 16,17

4 SD 3 50

Jumlah 6 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 3 orang (50%), hal ini menandakan bahwa mayoritas peternak dilkasi berpendidikan rendah karena mereka masih beranggapan bahwa usaha peternakan tidak perlu adanya pendidikan yang tinggi, peternak hanya berfikir bahwa yang terpenting itu hanya tenaga dan pengalaman saja, berbeda dengan yang berpendidikan tinggi (S1) dia memang menjadikan pendidikannya sebagai acuan dalam megambil suatu keputusan karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan berani dalam mengambil keputusan, artinya dia memahami manajemen pemeliharaan ternak atau alat produksi, makanan dan pencegahan penyakit. Dibanding dengan pendidikan rendah mereka masih klabakan dalam masalah-masalah beternak. Karena dengan pendidikan peternak mengenal pengetahuan, keterampilan dan cara-cara baru dalam melakukan kegiatan usaha ternaknya. Selain pendidikan formal yang ditempuh dibangku sekolah, pendidikan formal non formal yang

(49)

ditempuh diluar sekolah seperti penyuluhan sangat besar artinya bagi pembekalan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengembangkan usahanya.

5.1.4 Lama Beternak

Lama beternak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan. Semakin lama pengalaman beternakmakaakan semakin terampil dalam melakukan usaha tersebut. Lama beternak merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seseorang peternak dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya. Adapun klasifikasi informan berdasarkan lama beternak di Kecamatan Bontotiro Bulukumba dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Klasifikasi Informan Berdasakan Lama Beternak di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba

No Lama Beternak (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1-4 3 50

2 5-8 2 33.33

3 9-14 1 16,17

Jumlah 6 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar informan mempunyai pengalaman beternak yaitu 1-4 tahun sebanyak 3 orang (50%). Sedangkan yang terendah informan mempunyai pengalaman beternak yaitu 9-14 tahun sebanyak 1 orang.

(50)

Peternak yang mempunyai pengalaman beternak cukup lama umumnya mempunyai pengetahauan yang lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang baru melakukan usaha peternakannya. Terbukti pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan peternak , misalkan ada penyuluhan tentang teknologi yang mempuyai pengalaman beternak lebih lama maka lebih cepat menangkap kemudian apabila ternak terkna penyakit maka lebih cepat menaggulanginya.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Deskripsi Perusahaan (PT. Ciamos Adisatwa)

Perusahaan ini beroperasi pada bidang pengembangbiakan ayam broiler dan ayam ras yang bergerak dibidang industri peternakan dan pertanian. Ciomas beroperasi sebagai anak usaha dari PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1987 dan memiliki kantor pusat di Jakarta Indonesia.

Pertumbuhan bisnis ini menjadikan persaingan antar industri sejenis semakin ketat, selan harus berinovasi dalam setiap produk yang diciptakan untuk memenangkan persaingan juga harus berupaya mempertimbangkan biaya yang tepat sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Salah satu perusahaan produsen produk olahan daging ayam adalah PT. Ciomas Adisatwa, yang merupakan salah satu bagian dari PT. Japfa Tbk.

Pada tanggal 1 September 2011, PT. Ciomas Adi Satwa telah melakukan penggabungan usaha sebagai anak cabang dari PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk yang berpusat di Jakarta dan berdiri dengan tujuan membantu program pemerintah dalam ketenaga kerjaan, peningkatan gizi masyarakat dan alih teknologi dalam

(51)

dalam negeri seperti di Sragen, Cirebon, Makassar, Lampung, Tangerang, Cikande, Medan dan kantor di Jakarta. Untuk cabang di luar negeri yaitu di India, Myanmar, Vietnam dan kantor di Singapore. Beberapa perusahaan cabang/unit PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. antara lain ; 1) PT Indojaya, 2) PT Bintang Terang Gemilang, dan 3) PT Ciomas Adi Satwa

PT. Ciomas Adisatwa sebagai pemasok bahan baku untuk PT. So Good Food, dan juga bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan seperti KFC, MCdonals dan perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang cukup besar.

Di Indonesia, PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk dibagi menjadi bagian bagian yaitu ; (a) 1 wilayah memiliki 3 atau 4 region, (b) 1 region memiliki 7 perusahaan unit. Perusahaan unit memiliki beberapa usaha sub-unit yang menjalankan peran masing-masing yaitu peternakan unggas, distribusi pakan unggas, dan lain-lain.

PT. Ciomas Adisatwa harus mampu mendapatkan bahan baku utama yang cukup banyak setiap harinya untuk memenuhi permintaan pasar. PT.Ciomas Adisatwa memiliki beberapa alternatif dalam memperoleh ayam potong yang merupakan bahan baku utama, salah satunya yaitu melalui program kemitraan bersama masyarakat. Program kemitraan bersama masyarakat adalah perusahaan menjalin kerja sama dengan masyarakat dalam proses pemeliharaan ayam broiler. Dalam hal ini perusahaan menyediakan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan dalam proses pemeliharaan ayam broiler mulai bibit ayam, pakan dan obat-obatan ayam. Masyarakat hanaya menyiapkan kandang dan tenaga kerja kemudian hasil ternak tersebut dijual kembali ke perusahaan.

(52)

1. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Usaha yang dilakukan dalam mempertahankan kontinuitas dan perkembangan perusahaan memerlukan sistem manajemen, termasuk di dalamnya pembentukan organisasi untuk mempermudah membuat suatu sistem kerja yang efektif dan efisien. Berikut merupakan struktur organisasi dan uraian tugas pada PT. Ciomas Adisatwa.

a. Marketing

Bagian marketing mengolah data pemasaran dan penjualan pakan unggas. Dokumen pemasaran tersebut menjadi tanggung jawab bagian pemasaran dan membuat laporan pemasaran pakan unggas, sebab kepala unitakan memeriksa dan melakukan pengecekan pada laporan bulanan pemasaran. Bagian ini membawahi sales yang bertugas menawarkan jasa kepada pelanggan/ calon pelanggan baru. Maka, sales dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kolektor DO dan DO (Delivery Order). Kolektor DO akan mengumpulkan permintaan yang dilakukan pelanggan, kemudian melakukan pengaturan pengiriman permintaan DO.

b. Bagian Logistik

Bagian yang menangani permasalahan dan mengolah data penyaluran pakan unggas dari gudang ke kandang para peternak dinamakan Unit Logistik. Pakan ternak yang tersedia di gudang disalurkan oleh pemilik gudang kepada para peternak di kandang melalui permintaan kepada Penyuluh Lapangan (PL) PT. Ciomas Adisatwa. Permintaan DO oleh para peternak kepada PL harus dilakukan 2 hari sebelum pengiriman pakan. Setelah DO diterima PL, dokumen tersebut disampaikan PL ke unit logistik untuk diproses dan dilakukan pengolahan data.

(53)

Selanjutnya, unit logistik akan menghubungi pemilik gudang untuk memenuhi DO para peternak. Supir di gudang kemudian mengantar pakan ke kandang peternak menggunakan transportasi yang dimiliki gudang.

c. Bagian Teknikal Servis Produksi

Bagian Teknikal Servis Produksi mengambil peranan sebagai manager dalam produksi ternak di peternakan percontohan yang menjadi salah satu unit usaha pada PT. Ciomas Adisatwa Pekanbaru. Pakan unggas yang berasal dari perusahaan pusat Japfa Comfeed Indonesia, Tbk akan diberikan secara rutin kepada ternak di peternakan percontohan. Selain itu, bagian teknikal servis produksi juga melakukan pengecekan pada gudang penyaluran dan kandang peternak untuk menjembatani keduanya sebagai perwakilan dari admin logistik yang mengatur masalah distribusi pakan dari gudang ke kandang sekaligus sebagai perwakilan admin produksi dalam masalah transfer pakan dari peternak ke peternak di kandang.

d. Bagian Finance (Keuangan)

Bagian ini mengelola data kas keuangan perusahaan, termasuk di dalamnya pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Bagian finance membawahi admin produksi yang mengatur transfer pakan, membawahi admin sales yang juga berkorelasi dengan bagian marketing serta membawahi kasir yang berfokus pada kalkulasi data keuangan.

(54)

5.2.2 Gambaran Pola Kemitraan Dan Pola Mandiri 1. Pola Kemitraan

Perusahaan yang bermitra dengan peternak di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba terdiri dari 1 perusahaan . Kemitraan yang terjalin antara para peternak dengan beberapa perusahaan mitra adalah pola inti-plasma. Persyaratan utama untuk menjadi peternak plasma adalah menyediakan kandang dan peralatannya, menyediakan air dan penerangan, lokasi mudah dijangkau dengan transportasi serta bersedia menandatangani surat perjanjian kerjasama.

Secara umum pola yang berlaku dari bentuk kemitraan dengan perusahaan mitra (inti) di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba yaitu :

 Penawaran dan penyepakatan kontrak/perjanjian kerjasama secara tertulis oleh perusahaan kepada peternak.

 Kesepakatan atas penentuan harga kontrak oleh perusahaan yang berupa sapronak (DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin) serta kontrak harga jual ayam hidup.

 Penyediaan jasa technical service oleh pihak perusahaan yang berperan untuk mengontrol, mengawasi, dan membina peternak.

 Hasil penjualan secara lansung akan mendapat potongan berdasarkan semua biaya sapronak pada saat pemeliharaan.

 Pemasaran hasil panen (ayam hidup) merupakan hak sepenuhnya pihak perusahaan.

(55)

Dari hasil penelitian yang saya lakukan ada salah satu ilustasi dari peternak ayam potong yang bermitra dengan perusahaan yaitu sebagai berikut :

“informan A mengemukakan bahwa Selama bermitra dengan perusahaan PT.

Ciomas Adisatwa merasa lebih untung karena hanya memfasilitasi saja dengan menyediakan kandang dan peralatannya saja , kemudian hanya meyediakan uang Rp.1.000.000 sebagai modal utama yang diberikan kepada perusahaan sebagai tanda jadi kemudian perusahaan membuatkan surat perjanjian untuk ditandatangani. Setelah itu menunggu pasokan bibitnya, pakan dan obat-obatannya dan pada saat setelah panen peternak tidak pusing lagi tentang pemasaran karena perusahaan yang tetap langsung untuk membelinya. Pada sistem pembagian hasilnya setelah ayam panen baru dihitung jumlah beratnya kemudian perusahaan tersebut memberi harga per kgnya.

Dari hasil yang informan ungkapkan diatas dia memang merasa untung, tetapi setelah dihitung dari data kuantitatif tersebut dia tidak untung karena disisi lain ada beberapa hal yang mereka tidak hitung kemudian mereka hanya diberi upah pemeliharaan. Para peternak juga tidak terlalu pedulikan atau bahkan tidak menyadari ketika kondisi pasar tidak baik maka pihak perusahaan akan menunda masukya pasokan bibit sampai keadaan pasar membaik, demikian juga dengan jadwal pemanenan. Sehingga kadang peternak menganggur beberapa lama stelah panen.

2. Pola Mandiri

Pada pola mandiri seluruh usaha budidaya ayam potong dilakukan sendiri (secara mandiri) oleh peternakan tersebut. Dalam hal ini, peternakan mendatangkan langsung input-input yang dibutuhkan secara langsung dan menerapkan sistem manajerialnya sendiri, sehingga total biaya produksi ditanggung langsung oleh peternak. Pada pola usaha mandiri, seluruh bentuk risiko yang terjadi harus ditanggung oleh peternak karena besarnya kuntungan

(56)

kerjasama dengan pihak lain. Secara umum, pola usaha mandiri lebih peka terhadap total produksi, fluktuasi harga ayam potong dan harga input-input di pasaran.

Dari hasil penelitian yang saya lakukan ada salah satu ilustrasi yang diungkapkan dari peternak ayam potong yang beternak dengan pola mandiri sebagai berikut :

“ informan B mengemukakan bahwa Alasannya lebih memilih usaha ternak dengan pola mandiri dibandingkan dengan pola mitra dengan perusahaan karena dengan usaha pola mandiri yang dilakukannya lebih tau biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pemeliharaan ayam potong tersebut, memang awalnya dia terkendala pada modal tetapi pada saat penen itu tiba dia bebas memasarkan hasil panennya tersebut dengan harga yang lebih tinggi dibanding peternak yang bermitra dengan perusahaan yang terikat dengan kontrak perusahaan atau berada dibawah tekanan perusahaan.”

Pada hasil ungkapan informan yang berusaha ternak dengan pola mandiri sesuai dengan hasil hitung data kuantitatif dimana peternak dengan pola mandiri lebih untung dibanding dengan peternak pola mitra dengan perusahaan, dimana peternak pola mandiri tidak berada dibawah pantauan perusahaan maka dia bebas pasarkan ternaknya dengan harga yang lebih tinggi . skala usaha juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan ataupun keuntungan yang didapatkan oleh peternak , karena semakin banyak skala usaha maka pendapatan juga bertambah.

5.2.2 Biaya Produksi Pola Kemitraan Dan Pola Mandiri

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam kegiatan produksi usaha peternakan ayam potong pola kemitraan dan pola mandiri, biaya yang dikeluarkan oleh peternak terdiri atas biaya tetap dan biaya

(57)

variabel. Gambaran biaya produksi pada usaha peternakan ayam potong di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut:

1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung produksi dan tidak mengalami perubahan sebagai akibat perubahan jumlah hasil yang diperoleh oleh peternak. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan biaya PBB, biaya tersebut tetap dikeluarkan meskipun produksi terhenti. Bagian dari biaya tetap adalah sebagai berikut : 1.1 Biaya Penyusutan Kandang

Kandang merupakan tempat hidup bagi ternak ayam broiler. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari gangguan binatang buas dan menghindari resiko kehilangan serta mempermudah pengawasan. Biaya penyusutan kandang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan cara membagi harga barang dengan lama pemakaian. Biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan oleh peternak ayam potong pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dilihat pada tabel 8

(58)

Tabel 8. Biaya penyusutan kandang pada usaha ternak ayam potong pola mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

Pola Mandiri Pola Mitra

Jumlah Ternak (ekor) Penyusutan Kandang Jumlah Ternak (ekor) Penyusutan Kandang 24.000 30.000.000 1500 4.000.000 - - 6000 7.500.000 - - 4000 20.000.000 - - 2000 10.000.000 - - 2000 9.800.000 Rata-rata 30.000.000 - 9.800.000

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Pada tabel 8 menunjukkan bahwa biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan peternak ayam potong pola mandiri pada skala usaha 24.000 ekor adalah Rp 30.000.000. Sedangkan pada biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan peternak ayam potong pola kemitraan pada skala usaha 1500 ekor yang terendah biaya penyusutannya yaitu sebesar Rp 4.000.000 dan biaya tertinggi yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala 4000 ekor dan lama berusaha selama 1 tahun yaitu sebesar Rp 20.000.000. Biaya penyusutan kandang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi

1.2 Biaya penyusutan peralatan

Tidak hanya kandang yang mengalami penyusutan tetapi peralatan kandang juga mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya waktu, penyusutan peralatan termasuk dalam biaya tetap karena nilai peralatan kandang

(59)

dari ke tahun menyusut meskipun kandang dikosongkan. Adapun biaya penyusutan peralatan pada usaha peternakan ayam potong pada pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Biaya penyusutan peralatan pada usaha ternak ayam potong pola mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

Pola Mandiri Pola Mitra

Jumlah Ternak (ekor) Penyusutan Peralatan Jumlah Ternak (ekor) Penyusutan Peralatan 24.000 9.930.000 1500 287.000 - - 6000 835.000 - - 4000 1.998.000 - - 2000 1.572.000 - - 2000 995.000 Rata-rata 9.930.000 - 1.138.000

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa biaya penyusutan peralatan kandang yang dikeluarkan pada usaha ternak ayam potong pola mandiri pada skala usaha 24.000 ekor yaitu sebanya Rp. 9.930.000, sedangkan pada pola kemitraan pada skala 1500 ekor yang terendah yaitu Rp. 287.000 dan yang paling tertinggi pada skala 4000 ekor yaitu Rp. 1.998.000. Biaya penyusutan peralatan sama halnya dengan biaya penyusutan kandang, besar kecilnya penyusutan peralatan kandang yang ditanggung tiap periodenya tidak dipengaruhi oleh skala usaha.

(60)

1.3 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak bumi dan bangunan (PBB) termasuk dalam biaya tetap karena peternak wajib membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) meskipun tidak ada kegiatan produksi. Adapun biaya PBB pada usaha peternakan ayam potong pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Biaya penyusutan PBB pada usaha ternak ayam potong pola mandiri dan pola kemitraan di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

Pola Mandiri Pola Mitra

Jumlah Ternak (ekor)

Penyusutan PBB Jumlah Ternak (ekor) Penyusutan PBB 24.000 120.000 1500 36.000 - - 6000 68.000 - - 4000 50.000 - - 2000 32.000 - - 2000 40.000 Rata-rata 120.000 - 45.200

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa pajak bumi dan bangunan yang dikeluarkan peternak pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba adalah sebanyak Rp. 120.000 dengan skala usaha 24.000, sedangkan pola kemitraan biaya yang dikeluarkan yang tertinggi pada skala usaha 6000 yaitu Rp. 68.000 dan yang terendah dengan skala usaha sebanyak 1500 dengan biaya 36.000.

(61)

Biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) dipengaruhi oleh luas kandang maka semakin luas kandang maka semakin besar biaya PBB yang akan dikeluakan.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan peternak yang jumlahnya dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, artinya bahwa semakin tinggi skala produksi maka akan semakin meningkat pula biaya variabel yang harus ditanggung oleh peternak selama masa produksi berlangsung. Yang termasuk dalam komponen biaya variabel untuk usaha peternakan ayam potong yaitu biaya bibit (DOC), biaya pakan, biaya vaksin dan obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya lain-lain yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional lainnya. Pada pola kemitraan biaya bibit, obat-obatan dan pakan tidak dihitung karena biayanya tidak diketahui oleh peternak tetapi hanya perusahaan, ini merupakan sala satu kontrak pada pola kemitraan dengan perusahaan dimana peternak hanya menyediakan kandang, peralatan kandang dan juga penerangannya. Adapun komponen biaya variabel yang dikeluarkan oleh peternak ayam potong pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dijelaskan sebagai berikut:

2.1 Biaya Bibit

Bibit merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan, bibit ayam potong yang berkualitas baik yaitu bibit dengan produksi daging yang tinggi dengan konversi pakan yang sedikit. Bibit ayam potong yang digunakan oleh peternak dikenal sebagai DOC (day old chick) baik untuk ayam potong maupun ayam ras petelur..

(62)

Adapun biaya bibit pada usaha peternakan ayam potong pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Biaya Bibit pada usaha ternak ayam potong pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.

Pola Mandiri Jumlah Ternak (ekor) Biaya Bibit 24.000 31.500.000 Rata-rata 31.500.000

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018

Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya bibit yang dikeluarkan peternak ayam potong di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba pada skala usaha 24.000 ekor dengan biaya sebanyak Rp. 31.500.000. Dimana peternak ini meggunakan bibit 42 box dengan harga per boxnya Rp.750.000, kemudian dalam satu box berisi 1000 ekor bibit ayam.

2.2 Biaya Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya laju pertumbuhan ayam potong. Dalam usaha peternakan ayam potong, pakan ternak memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup usaha tersebut. Adapun biaya pakan usaha peternakan ayam potong pada pola mandiri di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel 12.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka PikirUsaha TernakAyam PotongPerusahaan(mitra)Faktor Produksi :1
Tabel  1 Luas  wilayah,  status,  dan  klasifikasi  menurut  Desa/Kelurahan  di Kecamatan Bontotiro
Tabel  2 Banyaknya  Penduduk  menurut  Jenis  Kelamin  (orang)  dan Desa/Kelurahan di Kecamatan Bontotiro
Tabel 3 Banyaknya menurut Kelompok Umur di Kecematan Bontotiro.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan Usaha

hanya untuk Tuhan Semesta Alam, Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas Program ‘Bandar Jakarta’

Berdasarkan hasil STI dapat disimpulkan bahwa genotip yang toleran terhadap cekaman genangan adalah varietas Inpara 3, karena memiliki banyak karakter-karakter

Menyatakan bahwa skripsi berjudul “PENGARUH BACAAN FIKSI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 02 PEGADEN TENGAH

Karya akhir ini berjudul Pengaruh Altruisme Dan Persepsi Kemanfaatan Terhadap Penggunaan Layanan Jaringan Sosial Di Media Sosial (Study Kasus : Pengguna Media

penelitian untuk memberi uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kemudahan Penggunaan dan Kemanfaatan Teknologi Informasi Dalam

Kerja Keras Berdasarkan pengamatan kerja keras diwujudkan dengan perilaku yang selalu menggebu-gebu dalam melakukan sesuatu dan tidak kenal lelah, sekolah menanamkan kepada peserta