• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Tanaman Karet Dunie, doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penyakit Tanaman Karet Dunie, doc"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Penyakit Jamur Akar Putih ( JAP )

Penyebab : Jamur Rigdoporus Lignosus ( Klotzch ) Imazaki atau Fomes lignosus Klotzch atau Rigidoporus microporus

Morfologi Patogen :

Tumbuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zone-zone partumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang tipis.Warna permukaan atas tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecoklatan, dengan zone berwarna gelapyang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Tubuh buah yang tua umumnya ditumbuhi ganggang sehingga warnanya kehijauan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat, permukaan bawahnya cokelat kemerahan. Tepinya menggulung ke bawah dan warnanya tidak kuning lagi, tetapi putih kotor.Lapisan atas tubuh buah yang berwarna muda itu terdiri atas benang-benang jamur yang terjalin rapat. Di bawahnya terdapat lapisan pori kemerahan atau kecokelatan. Pori bergaris tengah 45-80 µm, panjangnya berbeda-beda, umumnya 0,7-1,0 mm, meskipun kadang-kadang sampai 15 mm. Basidiospora bulat, tidak berwarna, denagan garis tengah 2,8-5,0 µm, banyak di bentuk pada tubuh buah yang masih muda. Basidium pendek (buntak), lebih kurang 16 x 4,5-5,0 µm, tidak berwarna, mempunyai 4 sterigma (tangkai basidiospora). Di antara basidium-basidium terdapat banyak sistidium yang berbentuk gada, berdinding tipis dan tidak berwarna. Tetapi Peglar dan Waterston (1968, dalam Holliday, 1980) menyatakan bahwa R.lignosus tidak membentuk sistidium, yang membedakannya dengan R.zonalis. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 µm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal. Kadang-kadang jamur akar putih membentuk tubuh buah seperti kerak yang melekat datar (resupinat) pada permukaan kulit batang atau akar.

Gejala Serangan Penyakit Jamur Akar Putih :

(2)

2. Akar , leher akar dan daun atau pangkal batang terserang JAP permukaannya ditumbuhi meselium jamur berwarna putih . Sering terjadi pada serangan lanjut terbentuk badan buah berwarna orange di pangkal batang .

3. Penyakit JAP dapat dijumpai di pembibitan , kebun entres , tanaman belum menghasilkan ( TM ) dan Tanaman Tua ( TT )

Pengendalian Penyakit :

Pengendalian jamur akar putih dengan cara pencegahan JAP :

1. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kancangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.

2. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).

3. Lubang penanaman diberi belerang 100 - 200 gram per lobang.

4. Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.

Pengendalian pada areal yang sudah terserang JAP:

1. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkan dengan cara membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.

2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang

direkomendasikan.

3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.

Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.

Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.

4. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat.

5. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.

(3)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Penyakit Jamur Akar Putih : 1. Penggunaan bahan tanam , penyakit akar putih kurang dijumpai pada penanaman

karet dengan biji secara langsung di lapangan tanpa pengokulasian . Sedangkan penanaman biji yang diikuti pengokulasian di lapangan mengalami serangan lebih banyak dibandingkan bila tidak dilakukan pengokulasian , adapun penanaman karet dengan stump , akan paling banyak menderita penyakit akar putih .

2. Ukuran inkulum dan umur tanaman , kemampuan Rigdoporus Lingnosus untuk mengadakan infeksi dan mematikan tanaman karet bergantung kepada ukuran inoculum dan umur tanaman karet . Tanaman karet yang berumur lebih tua

memerlukan waktu lebih lama sebelum mati akibat serangan Rigdoporus Lingnosus . 3. Penanaman kacang penutup tanah , penanaman kacang penutup tanah dapat

mengurangi intensitas serangan penyakit Jamur Akar Putih .

4. Pengaruh pemupukan dan perubahan pH , areal tanaman yang menerima pemupukan Nitrogen dalam dosis yang tinggi dalam bentuk ammonium sulfat sehingga

mengakibatkan menurunnya pH tanah , sehingga menekan laju perkembangan jamur akar putih .

Daur Penyakit Jamur Akar Putih :

Penularan jamur akar putih terjadi melalui persinggungan antara akar karet

dengan sisa-sisa akar tanaman lama, tunggul-tunggul atau pohon yang sakit.

Selain persinggungan, penyebarannya bisa terjadi karena hembusan angin yang

membawa spora jamur ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa kayu akan

tumbuh dan membentuk koloni. Kemudian jamur akan merambat ke akar cabang

tunggul dan pindah ke akar tanaman di dekatnya melalui pertautan akar. Stum atau

bahan tanaman sebagai bibit juga dapat menjadi sebab tersebarnya pnyakit di areal

kebun karet . Penyebaran JAP yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila

akar-akar tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar tanaman karet yang sakit,

maka rizomorf JAP akan menjalar pada tanaman yang sehat kemudian menuju

leher akar dan selanjutnya menginfeksi akar lateral lainnya. Tanaman yang

(4)

perkembangan penyakit semakin lama semakin meluas .

B. Penyakit Jamur Akar Merah ( JAM )

Penyebab : Ganoderma pseudoferreum ( Wakef ) van Ov . Et Stein , Ganoderma philippii ( Bres . et . P. Henn ) Bres , atau Fomes pseudoferreum Wakef

Gejala Serangan Penyakit Jamur Akar Merah :

1. Tanaman terserang JAM , daunnya kusam menguning atau akhirnya gugur . 2. Akar terserang ditumbuhi jamur berwarna merah dengan ujung berwarna putih . 3. Hifa jamur menempel kuat dan mengikat butiran-butiran tanah , membentuk semacam

kerak dan bila dibasahi akan berwarna merah .

4. Badan buah jamur berwarna coklat keras dan keriput sedangkan pada bagian bawah berwarna putih kelabu dengan lubang-lubang kecil .

Daur Penyakit Jamur Akar Merah :

Penyakit akar merah menular karena adanya kontak antara akar yang sehat dengan akar yang sakit . Meskipun jamur akar merah dapat membentuk rizomorf , tetapi rizomorfnya tidak dapat menjalar bebas dalam tanah terlepas dari alas makannya . Spora tidak dapat menginfeksi tanaman karet yang sehat , tetapi spora dapat menginfeksi tunggul-tunggul segar dari tumbuhan rentan yang dapat menjadi sumber infeksi baru . Seperti halnya dengan penyakit akar putih , tanaman karet terkena infeksi jamur akar merah dari tunggul dan sisa-sisa akar pohon hutan atau pohon-pohon karet tua .

Pengendalian Penyakit Jamur Akar Merah :

1. Pada waktu melakukan pembukaan tanah atau peremajaan , semua tunggul dan sisa-sisa akar harus dibersihkan dengan teliti dan dibakar , terutama kalau ada tanda-tanda bahwa di daerah itu terdapat banyak serangan jamur akar merah .

2. Pohon-pohon yang sakit atau mati dibongkar , dan diusahakan agar sumber infeksinya dapat ditemukan untuk dibinasakan .

3. Untuk mencegah meluasnya penyakit dibuat selokan isolasi atau pembukaan leher akar , seperti yang sudah diuraikan dalam pengelolaan penyakit akar putih .

4. Untuk merawat pohon sakit yang masih dapat ditolong , dan untuk melindungi pohon-pohon disekitarnya , dapat dipakai drazoxolon ( Ganocide ) atau tridemorf ( Calixin CP ) ( Collar Protectant ) untuk melumas leher akar dan panggal akar tunggang serta akar samping .

(5)

Morfologi Patogen :

Badan buah dibentuk pada pangkal batang dari pohon yang telah mengalami serangan lanjut , Seringkali beberapa badan buah dibentuk berdampingan atau bersusun . Badan buah keras serta mengayu . Permukaan atas badan buah berwarna merah tua dan berlekuk-lekuk sedangkan permukaan bawahnya berwarna putih kotor serta halus , penuh dengan pori-pori . Tetapi badan buah berwarna putih dan agak membengkak . Basidia dan basiospora sukar dicari , dibentuk pada dinding pori-pori pada bagian tandan buah . Basidia pendek , berbentuk gada , tak berwarna , berukuran 20 x 7 U , mempunyai 4 buah sterigmata yang runcing . Spora sanagt kecil , dibentuk dalam jumlah sedikit , tidak berwarna berbentuk ellips panjang dengan pangkal yang runcing . Kelak ujung spora terpancung , dinding dalamnya berwarna coklat kekuningan dan mempunyai tonjolan-tonjolan , bagian dasarnya tidak berwarna . Spora mempunyai ukuran 6-9,6 U x 2,8-4U .

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit Jamur Akar Merah ( JAM ) :

Penyakit akar merah umumnya terdapat pada tanaman karet dewasa atau tua . Serangan penyakit akar merah tidak terbatas pada suatu jenis atau sifat tertentu . Perkembangan penyakit akar mera berjalan sangat lambat karena jamur menghabiskan cadangan makanannya dengan sangat lambat . Meskipun pohon mendapatkan infeksi pada waktu muda akan tetapi gejalanya baru bertahun-tahun kemudian terlihat . Jamur ini sangat berbahaya karena dapat bertahan lama pada akar di dalam tanah .

C. Penyakit Bidang Sadap Mouldyrot

Penyebab : Jamur Ceratocystis fimbriata Ell . et Halse atau Ceratostomella fibriata ( Ell Et Hall . Ell ) atau Sphaeronema fimbriata ( Ell . Et Hall ) Sacc

Gejala :

1. Permukaan kulit pulihan dekat irisan sadap bercak-bercak mengendap yang apabila menyatu membentuk jalur yang berwarna hitam yang sejajar dengan alur sadap . 2. Pada kondisi lembab , permukaan jalur sadap baru akan ditumbuhi kapang seperti

beledu keabu-abuan .

(6)

Daur Hidup Penyakit :

Beberapa hari setelah infeksi, jamur membentuk badan buah, yaitu peritesium yang bulat dan mempunyai leher yang panjang. Dalam peritesium terdapat banyak askus berbentuk bulat telur, mengandung 8 askospora bulat, tidak berwarna. Askospora keluar dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium berukuran panjang 440-560µm (termasuk lehernya), dan lebar ±180µm. Askospora berukuran 4,5-8,7 x 3,5-4,7µm Hifa yang tumbuh dari askopsora membentuk dua macam spora lain, yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak berwarna, ukuran sangat variabel rata-rata 20,8 x 5,3µm. Klamidospora bulat atau jorong, berwarna coklat tua, pangkal agak menonjol berukuran 15,9 x 13,1µm. Klamidospora tahan terhadap keadaan yang kurang baik seperti kekeringan dan adanya obat-obatan

Pengendalian Penyakit :

Beberapa cara pengendalian penyakit Mouldy rot yang bisa diterapkan adalah secara kultur teknis, secara mekanis, dan secara kimiawi. Cara pengendalian ini sebaiknya dilaksanakan secara terpadu.

1. Secara Kultur Teknis

a. Di daerah beriklim basah atau daerah yang sering mengalami serangan penyakit Mouldy rot tidak dianjurkan menanam klon karet yang peka terhadap penyakit tersebut. Beberapa klon karet dan responnya terhadap penyakit Mouldy rot dapat dilihat pada Tabel 1.

b. Pengaturan jarak tanam untuk menjaga kelembaban kebun.

c. Melakukan pemangkasan terhadap tanaman penutup agar tidak terlalu lebat. d. Mengendalikan gulma di dalam kebun.

e. Pemupukan tanaman karet sesuai dosis yang dianjurkan untuk mempercepat pemulihan kulit.

Tabel 1. Jenis Klon dan Responnya terhadap Penyakit Mouldy rot

(7)

4 WR 101 Tinggi Peka

5 GT 1 Rendah Toleran

6 AVROS

2037

Rendah Toleran

Sumber : Tim Penulis PS, (2012) dimodifikasi.

2. Secara Mekanis

Tidak sering dan terlalu dalam saat melakukan penyadapan untuk mempercepat pemulihan kulit. Intensitas penyadapan diturunkan dari semula, misalnya : ½ s, d/2 menjadi ½ s, d/3 atau menjadi ½ s, d/4. Bila perlu penyadapan dihentikan sementara bila intensitas serangan berat.

3. Secara Kimiawi

Pengendalian dilakukan dengan pelumasan fungisida langsung ke permukaan kulit yang terserang. Untuk mencegah penularan penyakit dari satu pohon ke pohon yang lain, sebaiknya pisau sadap yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan mencelupkan ke dalam larutan clorox 2%. Larutan clorox 2% ditaruh di suatu wadah dan dibaur penyadap saat melakukan penyadapan.

Fungisida yang digunakan untuk mengendalikan penyakit Mouldy rot dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Fungisida untuk Pengendalian Penyakit Mouldy rot.

No Bahan Aktif Nama

2 Benlate Benomil sda 0,1-0,5% 2-3

3 Derosal Karbendazim sda 0,5% 1-2

4 Topsin M 75 WP

Thiopanate methyl

sda 0,5% 1-2

5 Actidione Sikloheksimid sda 0,3% 1-2

6 Difolatan 4F Kaptafol sda 0,1-0,2% 1-2

7 Bayleton 2 AP Triadimefon sda 0,5-1% 1-2

8 Sportak Prokloraz sda 0,4% 1-2

(8)

Beberapa merek dagang pestisida dari bahan aktif diatas dapat dilihat pada buku “Pestisida Pertanian dan Kehutanan” yang dikeluarkan Departemen Pertanian, Sekretariat Jenderal, 2008.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Mouldy rot :

Faktor penyebab timbul dan berkembangnya serangan penyakit Mouldy rot pada tanaman karet antara lain :

1. Klon yang rentan, diikuti sistem sadap yang tidak terkendali.

2. Jarak tanam yang terlalu rapat.

3. Pengendalian gulma yang tidak dilakukan dengan baik.

4. Serangan timbul pada musim hujan, pada kebun-kebun yang mempunyai kelembaban tinggi atau daerah beriklim basah.

5. Tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.

6. Tanaman yang disadap dekat permukaan tanah.

7. Pada daerah rendah, drainase tidak baik.

8. Penggunaan pisau sadap yang mengandung jamur penyebab penyakit.

Morfologi Patogen :

Jamur mempunyai hifa berwarna coklat kehitaman . Beberapa hari setelah terjadinya infeksi jamur membentuk badan buah yakni perithecia yang bagian dasarnya bulat dan lehernya panjang . Asci berbentuk bulat telur atau bulat , mengandung 8 ascospora dan tak berwarna . Perithecia mempunyai 440 -560 U dan lebar 180 U , serta dapat dilihat dengan lup . Askospora berukuran panjang 4,5-8,7 U . Jamur membentuk alat perkembang biak yang lain yakni oidia dan

hlamydospora . Oidia hyaline , berukuran rata-rata 20,8 x 5,3 U . Chlamydospora berbentuk bulat atau lonjong , berwarna coklat tua , berdinding tebal , sering pangkalnya agak menonjol , mempunyai ukuran 15,9 x 13,1 U . Chlamydospora sangat tahan akan keadaan luar yang kurang baik .

(9)

Penyebab : Phytophthora palmivora ( Butl ) Butl ., atau Phytophthora faberi Maubt Gejala :

1. Permukaan bidang sadap berbecak cekung dan berwarna putih . Apabila kulit pulihan dikerok akan tampak garis-garis vertical yang berwarna coklat kehitaman .

2. Permukaan bidang sadap menjadi luka berkayu yang merupakan gabungan garis vertikal yang berkembang . Adakalanya garis-garis tersebut mengeluarkan lateks .

Morfologi Patogen :

Phytophthora palmivora mempunyai sporangium ( zoosporangium ) ber bentuk buah per ( pyriform ) dengan papilla yang jelas .Sporangium ini dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah , oleh karena itu sporangium ini sering disebut konidum juga . Disamping itu sporangium dapat berkecambah secara tidak langsung yaitu dengan membentuk banyak spora kembara ( zoospore ) . Spora kembar berukuran 7-11µm , mempunyai dua bulu cambuk untuk bergerak dalam air . Setelah mencapai tempat yang sesuai spora kembara

berkecambah dengan membentuk buluh kecambah . Dalam keadaan yang kurang optimum jamur membentuk klamidospora bulat , bergaris tengah 23-50 µm . Klamidospora dapat dibentuk ditengah atau pada ujung hifa . Spora ini berkecambah dengan membentuk buluh kecambah dengan membentuk buluh kecambah . Karena mmepunyai dinding yang agak tebal ,

klamidospora dapat bertahan dalam tanah cukup lama . Disamping spora-spora aseksual tersebut Phytophthora palmivora membentuk spora seksual , yaitu oospore . Spora ini berbentuk bulat , berdinding tebal , berwarna kecoklatan , dengan garis tengah 21-28 µm . Oospora dibentuk dalam alat kelamin betina atau oogonium yang berbentuk bulat , bergaris tengah 28-34 µm . Alat kelamin jantan , anteredium , berdinding tipis berukuran 10-16 x 13-17 µm , melekat pada dasar oogonium , seperti leher baju yang mengelilingi tangkai oogonium ( amphigynus ) . Di dalam biakan murni alat-alat kelamin tersebut hanya terbentuk bila Phytophthora palmivora bertemu dengan Phytophthora palmivora yang berasal dari tempat yang berbeda .

Daur Penyakit :

(10)

Pengendalian Penyakit :

1. Tidak dianjurkan menanam kelon karet yang peka terhadap penyakit ini, seperti PR 107, PR 261, LCB 1320, atau WR 101 di daerah yang mengalami serangan atau daerah beriklim basah. Daerah seperti itu sebaiknya di tanami klon yang tahan penyakit kanker garis, seperti PR 300 atau PR 303.

2. Jarak tanam diusahakan tidak terlalu rapat agar terhindar dari kelembaban yang tinggi yang bisa membantu perkembangan penyakit.

3. Tanaman penutup tanah yang terlalu lebat di pangkas. Selain itu, gulma yang tumbuh dikebun diberantas agar kelembaban berkurang.

4. Perlu diadak pemupukan yang sesuai dengan dosis yang tertentu, agar tanaman bisa tumbuh dengan baik.

5. Dilakukan tindakan pengobatan dengan fungisida Difolatan 4 F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%, atau Actidione 0,5%.

6. Bila sudah ada bagian yang membusuk, dilakuakan pengorekan seperlunya pada bagian tersebut kemudian dilumasi dengan fungisida.

7. Sebelum melakukan penyadapan, pissau sadap diolesi dengan Difolatan 4 F 1% atau Difolatan 80 WP 1%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :

Meliputi kelembaban , penyadapan , letak bidang sadap , keadaan penutup tanah , kerapatan pohon dan kepekaan bahan tanaman . Serangan kanker garis umumnya timbul pada musim penghujan , dimana kelembaban dalam kebun sangat tinggi . Demikian pula kanker garis banyak terdapat dalam kebun-kebun yang tinggi kelembaban nya karena jarak tanam yang terlalu rapat dan mempunyai penutup tanah yang rapat dan tidak terpelihara . Penyadapan yang

mengakibatkan luka-luka kayu pada bidang sadapan akan membuka kemungkinan serangan kanker garis . Demikian pula semakin dekat irisan sadap ke permukaan tanah kemungkinan tanaman mendapatkan infeksi semakin besar karena percika air hujan dari tanah yang membewa benih penyakit .

(11)

1. Daun berumur 1-9 hari merupakan fase paling rentan , bila terserang oidium menjadi cacat yaitu mengeriput permukaannya , ujung daun mongering dan daunnya gugur . Daun berumur 10-15 hari yang terserang oidium menjadi cacat yaitu pada jaringan daun tampak adanya bercak dan daun tidak gugur . Daun berumur > 15 hari bila terserang oidium tidak separah yang disebutkan demikian .

2. Permukaan bawah dan atas daun ditumbuhi konidia jamur berwarna putih . Seranga yang kuat dapat mengakibatkan daun-daun muda , bakal buah dan bunga menjadi gugur , sehingga tanaman muda maupun tua tampak gundul .

3. Penyakit gugur daun oidium dijumpai di peletakkan biji pembibitan kebun entres , TBM , TM dan TT .

Morfologi Patogen :

Oidium heveae hanya mempunyai satu konidia pada tiap pendukung konidia dan jarang dua . Konidia berbentuk ellipsoid berukuran 28-42 U dan lebar 14-23 U , hyaline dan didalamnya mempunyai beberapa vakuola besar . Jamur juga membentuk askospora yang dihasilkan dalam peritesia . Akan tetapi badan buah jamur hingga kini belum dikenal . Jamur mempunya mtcelium hyaline yang menjalar pada permukaan dari bagian tanaman yang terserang dan membentuk haustoria menmbus epidermis untuk mengambil zat-zat makanna dari jaringan sel-sel

dibawahnya . Penyakit disebarkan dengan perantaraan konidia yang dapat diterbangkan oleh angin . Jamur dapat bertahan pada daun semaian karet liar yang tumbuh di kebun-kebun atau pada daun-daun dari cabang-cabang terbawah tanaman karet .

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Penyakit Gugur Daun Oidium : Intensitas serangan Oidium dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh lamanya dan besarnya curah hujan pada saat pembentukan daun-daun baru . Adanya hujan yang cukup pada saat pembentukan daun –daun baru dapat mencegah berkembangnya penyakit karena akan mencuci jamur dari permukaan daun-daun dan pembentukan daun baru berlangsung cepat . Apabila gugur daun tahunan menjadi berkepanjangan akibat cuaca yang kering diselang-seling dengan hujan yang singkat , maka bahaya infeksi oleh Oidium menjadi besar karena selalu adanya daun-daun muda yang peka pada pohon .

(12)

1. Sebaiknya tidak menanam klon-klon yang peka terhdap penyakit embun tepung seperti GT 1, PR 255, PR 261, dan BPM 1. Klon yang tahan terhadap penyakit ini sperti, AVROS 2037, PR 300, dan PR 303.

2. Tanaman yang terserang sebaiknya diberi pupuk nitrogen dengan dosis yang tinggi (dua kali dosis anjuran) pada saat daun-daun baru mulai terbentuk.

3. Klon yang peka diokulasi dengan klon yang tahan sehingga diharapkan tajuknya bebas dari serangan embun tepung.

4. Daun-daun tanaman harus digugurkan lebih awal, sebelum masa gugur daun tahuanan,denagn asam kakodilik (1-5 kg/ 1 air/ha).

5. Pelindungan atas serangan embun tepung dilakukan cara pengembusan serbuk belerang seminggu sekali selama lima minggu.

F. Penyakit Batang dan Cabang , Jamur Upas

Penyebab : Jamur Corticium salmonicolor B . et Br ., atau Upasia salmonicolor ( B . et Br ) T jokr ., atau Pelliculania salmonicolor ( B . et Br ) Dast .

Gejala :

1. Permukaan kulit batang , cabang atau ranting dilapisi misellium cendawan yang mengkilat seperti sutera ( Tahap laba-laba )

2. Permukaan kulit batang , cabang atau ranting ditumbuhi kumpulan hifa menyerupai bintil ( Tahap bintil )

3. Permukaan batang cabang atau ranting awalnya berwarna merah jambu kemudian berubah menjadi putih ( Tahap kortisium ) biasanya batang , cabang atau ranting keluar getahnya .

4. Kulit kayu dan jaringan dibawah kulit kayu busuk ( Tahap nekator )

Daur Penyakit :

(13)

tanaman yang telah terserang dalam waktu yang agak lama, apabila kelembaban tinggi, maka jamur akan menyebar dan berkembang dengan pesat, suhu yang sesuai untuk perkembangan spora jamur upas berkisar antara 20- 270C.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Penyakit Jamur Upas:

Penyakit jamur upas banyak dijumpai pada klon-klon yang bertajuk rindang dan pada tanaman muda berumur 4 - 12 tahun yang ditanam pada areal yang selalu lembab. Di daerah dekat persawahan atau rawa dan sungai merupakan daerah yang selalu lembab. Penyakit jamur upas biasanya berjangkit pada musim hujan atau pada keadaan yang sangat lembab atau

berkabut. Disamping faktor-faktor tersebut kerentanan klon karet juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Klon-klon karet yang rentan terhadap jamur upas antara lain GT 1, RRIM 600, RRIM 623, PR 255, PR 300, PR 226, dan PR 228 .

Morfologi Patogen :

Jamur tergolong dalam kelas basidiomycetes . Basidia tidak berwarna , berbentuk buah peer dengan ujung yang meruncing berukuran 9-12 x 6-7 U. Basidia berbentuk gada dengan 4 sterigmata yang panjangnya 4-6 U . Pycnidia ( tingkat necator ) berwarna merah batu , kadang-kadang oranye , berukuran 0,5 – 1,5 mm , mempunyai konidia berbentuk ellipsoid tidak teratur .

Pengendalian Penyakit :

1. Pengobatan untuk tanaman yang sakit dilakukan dengan melumaskan fungisida Fylomac 90 0,5%, Calixin MR, Dowco 262, atau bubur bordo pada bagian yang terserang hingga 30 cm keatas dan kebawahnya

2. Karena pengobatan dengan cara pelumasan sangat lambat, maka ditempuh cara pengobatan dengan penyemprotan.

Gambar

Tabel 2. Jenis Fungisida untuk Pengendalian Penyakit Mouldy rot.

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, perlu adanya judicial review Ketetapan MPR terhadap UUD NRI Tahun 1945 dan judicial review peraturan perundang- undangan di bawah Ketetapan MPR terhadap

Gambar yang berhubungan dengan berbagai bentuk kegiatan bersatu dalam keberagaman di dalam ruang kelas, cara menjaga kebersihan dan kelenturan tubuh , video, dan PPT Pembelajaran

Kemudian penelitian ini mengacu pada permasalahan pokok, apakah penggunaan metode picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Buruh Bebas 2. Buruh bebas ialah pekerja dari luar wilayah Lampung dan tempat perusahaan berada, dan sengaja datang sebagai pekerja. Buruh jenis ini terkait dengan perusahaan

Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta atau angka. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah penelitian kuantitatif. Dalam pembelajaran Seni Budaya ini

[idguru] iduser iduser iduser [iduser] [data silabus] [data guru] [data siswa] [nomor kelas] [data kbm] [data kbm] [jenis kelas] data semester [data mapel] [data kkm] [data kkm]

[r]

“ Pengembangan Sistem Manajemen Penilaian Hasil Belajar Pada Kurikulum 2013 Berbasis Teknologi Informasi ”. Penelitian ini dikembangkan dengan model