• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi Sumber Daya Energi Terbaharui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Observasi Sumber Daya Energi Terbaharui"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Mandiri

Tugas 2.5B Observasi Potensi Sumber Daya Alam Sekitar

Tatum Derin — XI Akselerasi

1. Amati SDA terbaharui di Riau yang berpotensi untuk dikembangkan pembangkit listrik terbarukan.

2. Amati proses produksi dan jelaskan kemungkinan kewirausahaan yang bisa dikembangkan dalam bidang pembangkit listrik terbarukan.

3. Amati potensi SDA untuk pembuatan pembangkit listrik sederhana.

Bauran Energi Primer Nasional Tahun 2010

1. Minyak 46.93%

2. Gas 21.9%

3. Batubara 26.38%

4. Panas Bumi 1.5%

5. Air 3.29%

Sistem Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Nasional sangat

bergantung pada bahan bakar (95,21%)

Konsumsi Energi Meningkat 7 % per Tahun

(2)

RIAU

BIOMASSA

Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi energy biomassa terbesar yang dapat digunakan sebgai pembangkit listrik.

Pemanfaatan limbah dari perkebunan kelapa sawit seperti limbah cair, tandan kosong dan cangkangnya akan mampu menghasilkan energi listrik. Jika potensi tersebut dapat dimaksimalkan, maka persoalan kekurangan energi listrik yang selama ini terjadi akan dapat ditanggulangi.

Potensi SDA Biomassa Riau adalah:

1. Perkebunan sawit ± 2,3 juta Ha dan limbah sawit [cangkang, pelepah, tangkos, CPO parit] menghasilkan listrik 100-200 MW

2. Perkebunan sagu ± 60.000 Ha dan listrik 10 MW

3. Pohon nipah ±61.887,79 Ha dan listrik 815.645.921,71 liter/th bioethanol 4. Produksi Perkebunan Rakyat ± 2.711.205 ton

5. Perkebunan Negara ± 346.170 ton 6. Perkebunan Swasta ± 3.007.016 ton

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, ketersediaan limbah cair sawit kini bisa memproduksi 261 Mega Watt (MW) listrik dan 340 MW dari limbah padat. Limbah padat dan cair sawit Riau tersebut berasal dari 174 pabrik kelapa sawit (PKS).

Melimpahnya sumber energi yang berasal dari biomassa seharusnya dapat menjadi perhatian lebih oleh pemerintah dalam mengelola sumber daya energi yang terbarukan dan berkelanjutan.

Biomassa adalah sumber energi yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati. Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk

mengkonversi biomassa menjadi bentuk yang energi yang berguna yaitu: konversi termal dari biomassa, konversi kimia dari biomassa, dan konversi biokimia dari biomassa. Dibandingkan bahan bakar fosil, pembangkit listrik dengan energi dari biomassa juga dapat mengurangi emisi karbon.

Menurut Kabid Ketenagalistrikan Distamben Riau, Ir Abdi Haro, Riau yang merupakan produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan luas area perkebunan kelapa sawit sekitar 2,1 juta hektare dapat dimanfaatkan limbahnya untuk menghasilkan listrik dengan potensi 100-200 MW.

(3)

Hampir di seluruh kabupaten atau kota di Riau memiliki area perkebunan kelapa sawit, dimana sembilan diantaranya memiliki area perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

Menurut Abdi, pemanfaatan energi jangan hanya terpaku pada sumber energi primer, melainkan harus mencari sumber energi baru dan terbarukan seperti limbah kelapa sawit untuk biomassa.

Potensi ini perlu disampaikan pada Dewan Energi Nasional agar segera mengeluarkan kebijakan pemerintah, apakah dalam bentuk PP atau Inpres untuk pengaturan

pemanfaatan limbah biomassa yang selama ini sulit didapatkan dari perusahaan pelaku industri sawit dan sejenisnya.

Abdi melanjutkan bahwa pemerintah kabupaten di Riau terutama Distamben setempat masih perlu melakukan pendataan, berapa jumlah limbah kelapa sawit yang diperlukan perusahaan perkebunan sawit dan berapa jumlah yang bisa dimanfaatkan untuk

keperluan pembangkit listrik energi terbarukan biomassa.

(4)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Lancang Kuning melakukan Survey Potensi bahan Baku Wood Pellet dari Limbah Kayu sebagai Energi Alternatif Biomassa sebagai bahan seminar awal yang bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau, Jum'at (19/4).

Cadangan minyak bumi di Indonesia diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun atau tahun 2023 dengan rasio cadangan pada tahun 2004. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batu bara 147 tahun.

Kebutuhan energi semakin besar dari waktu ke waktu, sementara bahan bakar berbasis fosil untuk masa yang akan datang jumlahnya semkin berkurang. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan bahan baku lain yang sifatnya dapat diperbaharui yaitu biomassa yang berasal dari tumbuhan.

Wood pellet merupakan sumber energi alternatif yang dikembangkan dari hasil hutan. Wood pellet adalah partikel kayu yang dipadatkan yang digunakan sabagai bahan bakar, dan merupakan hasil pengempaan biomassa (kayu) yang memiliki tekanan yang lebih besar dibanding briket.

Adapun tujuan srvey seminar tersebut adalah untuk mengetahui jenis-jenis sumber bahan baku wood pellet di Riau, mengetahui distribusi bahan baku wood pellet di Riau, mengetahui potensi bahan baku wood pellet pada masing-masing jenis dan lokasi, mendesain dan membuat alat wood pellet skala rumah tangga, membuat wood pellet dengan berbagai jenis bahan baku yang tersedia, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam memproduksi wood pellet dan menyediakan bahan baku secara berkesinambungan.

Wilayah penelitian yang dilakukan mencakup Provinsi Riau, dengan fokus studi di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kota Pekanbaru. Ekstrapolasi dari ketiga fokus studi tersebut untuk pendekatan ke tingkat Provinsi. (ips)

(5)

Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mati dan mengendap selama jutaan tahun yang lalu. Unsur-unsur yang menyusunnya terutama adalah karbon, hidrogen, dan oksigen.

Batu bara digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan. Energi yang dihasilkan batu bara dapat digunakan untuk pembangkit listrik, untuk keperluan rumah tangga (memasak), pembakaran pada industri batu bata atau genteng, semen, batu kapur, bijih besi dan baja, industri kimia, dan lain-lain.

Cadangan batu bara Indonesia hanya 0,5% dari cadangan batu bara dunia. Namun, dilihat dari produksinya, cadangan batu bara Indonesia merupakan yang ke-6 terbesar di dunia. Batu bara dapat dijumpai di sejumlah pulau, yaitu Kalimantan dan Sumatra. Potensi batu bara di kedua pulau tersebut sangat besar.

Jumlah produksi batu bara di Riau sendiri pun mencapai 2,37 Miliar ton yang terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi, Inhu, Inhil, Kampar dan Rohul.

Kepala Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau Ir Abdi Haro, saat ditemui Riau Pos di ruang kerjanya, Senin (14/9) mengatakan, potensi sumber-sumber energi menyebar di seluruh kabupaten/kota di Riau.

“Cadangan batubara di Riau yang terdapat di Kuantan Singingi, Inhu, Inhil, Kampar dan Rohul mencapai 2,37 miliar ton. Besarnya potensi ini misalnya cadangan batubara untuk PLTU yang ada di Peranap Kabupaten Indragiri Hulu, jika dimanfaatkan cadangannya bisa mencapai 50 tahun,” sebut Abdi.

Potensi energi di Riau selain batubara yakni minyak bumi, gas bumi, bitumin, gambut, air, bio-energi hingga sinar matahari. Hanya saja semua itu belum terkelola dengan baik karena terbentur regulasi.

Namun seiring disahkannya UU Ketenegalistrikan yang baru, telah membuka peluang kepada daerah untuk membangun pembangkit dan menetapkan harga jual regional.

Potensi besar lainnya yang masih terpendam yakni air sungai.

(6)

Sumber energi dari perkebunan sawit, kelapa dan sagu juga tak kalah melimpah. Perkebunan sawit Riau memiliki luas 1,6 juta ha, perkebunan kelapa 0,6 juta ha, sementara sagu 70 ribu ha.

Riau juga kaya dengan gambut yang bisa diolah menjadi sumber energi. Potensi gambut Riau yang tersebar di Siak, Bengkalis dan Inhil terdapat 12,68 miliar ton.(izl)

(7)

Minyak bumi dan gas merupakan sumber energi utama yang saat ini banyak dipakai untuk keperluan industri, transportasi, dan rumah tangga. Saat ini telah dikembangkan sumber energi alternatif, misalnya bioenergi dari beberapa jenis tumbuhan dan sumber energi lainnya, seperti energi matahari, angin, dan gelombang. Namun, produksi energi dari sumber energi alternatif masih terbatas jumlahnya.

Skema gambaran proses Pengeboran minyak bumi

Tambang minyak bumi yang terdapat di Pulau Seram

(8)

terpaksa harus membeli atau mengimpor dari negara lain. Hal itu tidak akan terjadi jika ditemukan cadangan baru yang masih besar. Cadangan minyak bumi Indonesia

diperkirakan masih cukup besar. Adapun sebaran penghasil minyak pada sejumlah pulau di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabrl Daerah Penghasil Minyak Bumi di Indonesia

Produksi minyak bumi pertama di Indonesia adalah di Majalengka, Jawa Barat. Pengeboran dilakukan oleh orang Belanda bernama J. Reerink pada tahun 1871. Pengeboran dilakukan dengan bantuan tenaga lembu dan menghasilkan 6.000 liter minyak bumi.

(9)
(10)

Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan dan memiliki efisiensi kerja yang baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik energi terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik.

Berdasarkan data dari GWEC, jumlah PLTB yang ada di dunia saat ini adalah sebesar 157.900 MWatt (sampai dengan akhir tahun 2009), dan pembangkit jenis ini setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam pembangunannya sebesar 20-30%. Teknologi PLTB saat ini dapat mengubah energi gerak angin menjadi energi listrik dengan efisiensi rata-rata sebesar 40%. Efisiensi 40% ini disebabkan karena akan selalu ada energi kinetik yang tersisa pada angin karena angin yang keluar dari turbin tidak mungkin mempunyai kecepatan sama dengan nol. Gambar 1 merupakan laju pertumbuhan dan daya elektrik total PLTB di dunia yang ada sampai saat ini.

Gambar 1 Laju Pertumbuhan PLTB di Dunia

1. Energi Angin

1.1 Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi dari Kecepatan Angin

Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area efektif turbin angin dapat dihitung berdasarkan persamaan 1.1 berikut :

(1.1)

(11)

PLTB adalah Vrated, maka daya keluaran PLTB dapat diperoleh dari persamaan 1.1 dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai berikut.

(1.2)

(1.3)

Gambar 2 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan fungsi dari kecepatan angin.

Gambar 2 Intensitas Energi Angin

1.2 Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggiannya dari Permukaan Tanah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat dipengaruhi oleh ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati permukaan tanah, kecepatan angin semakin rendah karena adanya gaya gesek antara permukaan tanah dan angin. Untuk alasan ini, PLTB biasanya dibangun dengan menggunakan tower yang tinggi atau dipasang diatas bangunan. Berikut adalah rumus bagaimana cara mengukur kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dan jenis permukaan tanah sekitarnya.

(12)

Tabel 1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah

Gambar 3 menunjukan hasil perhitungan kecepatan angin berdasarkan ketinggian, dengan garis putus-putus menggunakan asumsi n = 7, sedangkan garis lurus dengan asumsi n =5.

Gambar 3 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah

2. Jenis-jenis Angin

(13)

Gambar 4 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi (Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya)

Berdasarkan prinsip dari terjadinya, angin dapat dibedakan sebagai berikut :

2.1 Angin Laut dan Angin Darat

Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara daratan dan lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan panas dari radiasi sinar matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada malam hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin tinggi suhu, tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya perbedaan suhu ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas daratan dan lautan. Hal inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah darat ke arah laut. Sebaliknya, pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 angin akan berhembus dari laut ke darat akibat sifat air yang lebih lambat menyerap panas matahari.

2.2 Angin Lembah

Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya angin darat dan angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan puncak gunung.

2.3 Angin Musim

(14)

(musim dingin) ke Benua Australia (musim panas). Apabila angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra, maka angin ini akan mengandung curah hujan yang tinggi. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.

Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.

2.4 Angin Permukaan

Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif.

(15)

Gambar 5. Arah angin permukaan dan pusat tekanan atmosfer rata-rata pada bulan Januari, 1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen intertropik (ITCZ).

2.5 Angin Topan

Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Di Indonesia dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa, jarang sekali dilewati oleh angin ini. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.

3. Potensi Energi Angin

Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber angin dunia diperkirakan sebesar 50,000 TWh/tahun. Total potensial ini dihitung pada daratan dengan kecepatan angin rata-rata diatas 5,1 m/s dan pada ketinggian 10 m. Data ini setelah direduksi sebesar 10% sebagai toleransi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, dan lain-lain.

(16)

3.1 Potensi Energi Angin Di Indonesia

Berikut ini adalah peta potensi energi angin di Indonesia yang dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Perbedaan kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning, merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.

5. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB) 5.1 Kincir Angin

(17)

Gambar 7 Jenis-jenis kincir angin

Gambar 8 Karakterisrik kincir angin

5.2. Gearbox

Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. BiasanyaGearbox yang digunakan sekitar 1:60.

5.3. Brake System

Alat ini diperlukan saat angin berhembus terlalu kencang yang dapat menimbulkan putaran berlebih pada generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya : overheat, rotorbreakdown, terjadi arus lebih pada generator.

5.4. Generator

Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous generator), generator tak-serempak

(18)

Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan frekuensi keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari generator. Sayangnya penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya yang mahal, membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang rumit.

Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.

5.5. Penyimpan energi

Pada sistem stand alone, dibutuhkan baterei untuk menyimpan energi listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin. Contoh sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada daya 780 watt.

5.6 Tower

Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 9 dibawah ini. Setiap jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya. Sedangkan gambar 10 menunjukan diagram skematik PLTB secara umum umum.

Gambar 9 Tower PLTB (kiri)Guyed(Tengah) Lattice(kanan) Mono-structure

Gambar 10 Diagram skematik dari turbin angin

6. Karakteristik Kerja Turbin Angin

(19)

Gambar 11 Karakteristik kerja turbin angin

Selain dari data yang ditunjukan gambar 6 sebelumnya, penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode probalistik distribusi Weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey seperti yang diperlihatkan pada gambar 12.

Gambar 12 Penentuan kecepatan angin rata-rata suatu daerah

7. Sistem Mekanik PLTB

Komponen Turbin Angin.

8. Sistem Elektrik PLTB

(20)

daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus dipasang kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba. Gambar 14 (a) menunjukan diagram skematik dari sistem ini.

Gambar 14(a) Sistem PLTB kecepatan konstan (fixed-speed)

Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai macam kecepatan. Sistem variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed.

Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), Konverter DC-DC, ataupun Inverter. Gambar 14 (b) sampai dengan 14(e) adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan berubah. Pada sistem variable speed (b) menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.

(21)

Pada sistem variable speed (c) menggunakan rangkaian elektronika daya untuk mengatur nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan sistem pertama.

(c) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed back to back conventer) Sistem variable speed (d) dan (e) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis generator yang digunakan.

(d) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor sangkar)

(22)

Air

Bagi masyarakat awam, air laut hanya dianggap air asin yang mungkin hanya menghasilkan garam. Namun, bagi para ilmuwan yang menekuni ilmu kelautan, air laut ternyata memiliki kekuatan dahsyat sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak semisal solar atau premium.

Pengembangan air laut menjadi bahan bakar alternatif tidak hanya ramah lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran layaknya bahan bakar minyak, pemanfaatan air laut sebagai pembangkit listrik juga selaras dengan kampanye hemat BBM yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyusul terjadinya defisit APBN akibat membengkaknya subsidi untuk BBM.

Pemanfaataan air laut sebagai bahan bakar alternatif juga sangat didukung dengan kondisi bentang alam Indonesia yang memiliki lautan yang lebih luas dibandingkan daratan.

Kawasan daerah kepulauan maupun pesisir pantai di di Bumi Khatulistiwa sangat cocok untuk pengembangan air laut sebagai bahan bakar.

Adalah Eddiwan, pakar kelautan lulusan master Universitas Tokyo, pria yang juga pegawai pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kepulauan Riau itu seperti

dikutip kepri.antaranews.com menyatakan penyulingan air laut menjadi biodiesel merupakan

bahan bakar alternatif yang telah diuji coba.

Air laut cocok dijadikan bahan bakar kapal nelayan menggantikan solar.

Uji coba penggunaan air laut untuk kapal, menurut Eddiwan hanya tinggal menunggu penyesuaian mesin sehingga dapat dimodifikasi untuk menggunakan bahan bakar alternatif tersebut.

Ini sejalan dengan program pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM serta mengentaskan keluhan kelangkaan BBM oleh kalangan nelayan.

"Nelayan tidak mengenyam pendidikan sekalipun bisa memanfaatkan tekonologi ini, karena cara kerjanya cukup sederhana," ungkap Eddiwan.

Cara kerjanya, air laut terlebih dahulu diendapkan sebelum disuling dalam sebuah tempat penampungan. Setelah disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron, maka akan memproduksi minyak sel yang berasal dari biota laut.

Di Amerika, teknologi biodiesel air laut telah digunakan untuk kebutuhan industri, juga untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik warga masyarakat di pulau-pulau.

Untuk energi listrik, pemanfaatan tenaga arus air laut juga cocok karena arus air laut seperti di Kepulauan Riau sangat kuat untuk menggerakkan turbin mesin pembangkit.

Ahli kelautan Provesor Hasyim Djalal menyatakan arus air di Kepri dapat menghasilkan ribuan giga volt yang cukup cocok untuk pengembangan energi listrik menggunakan tenaga arus laut. Namun demikian, alih bahan bakar minyak ke bahan bakar alternatif berupa pemanfaatan air laut tentu harus didukung pemerintah karena ide tersebut belum sepenuhnya diterima oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan alasan biaya mahal.

Pemanfaatan energi alternatif berupa arus air laut diharapkan mampu mengurangi

(23)
(24)

Tanjungpinang, Kepulauan Riau (ANTARA News) - "Air laut bakal menjadi

bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di Provinsi Kepulauan Riau,

kata ahli kemaritiman pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau,

Dr Ir Eddiwan MSc. Kita tunggu penerapannya pada skala massal.

"Penyulingan air laut menjadi biodiesel yang merupakan bahan bakar energi

alternatif telah berhasil kami uji; tinggal lagi penyesuaian mesin kapal yang

cocok untuk biodiesel tersebut," kata Eddiwan, di Tanjungpinang, Senin.

Penyesuaian mesin kapal maksud dia apakah biodiesel tersebut cocok untuk

mesin berbahan bakar premium atau solar.

Ia mengatakan, pemanfaatan tekologi biodiesel dari air laut itu merupakan

program instansi itu menjawab kelangkaan bahan bakar minyak.

"Teknologinya sederhana bahkan dapat dilakukan oleh nelayan yang tidak

bersekolah sekalipun," ungkap Eddiwan yang memperoleh gelar magister dari

Tokyo University.

Air laut diendapkan dulu dalam bak penampungan dan kemudian disuling

dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron (

plankton net

). Air laut sulingan

itu akan menghasilkan minyak sel yang berasal dari biota-biota yang hidup di

laut.

Alumni Boston University ini mengatakan, teknologi biodiesel dari air laut telah

dipakai di Amerika Serikat untuk skala industri. Sedangkan yang dia buat

untuk skala kecil terutama untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik di

rumah masyarakat yang bermukim di pulau-pulau.

Ia mengatakan pernah mempresentasikan teknologi air laut itu di Kementerian

Kelautan dalam rapat teknis untuk pengembangan biodiesel di Indonesia,

tetapi idenya itu ditolak dengan alasan mahal.

(25)

Kesimpulan

Teridentifikasi bahwa potensi Sumber Energi Terbarukan (SET) Di Provinsi Riau masih banyak bahkan berlimpah untuk dikembangkan; Sumber Air, angina, panas matahari, biomassa, dll dapat dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik berkekuatan maksimal mengingat bahwa masih ada Desa-Desa di Wilayah Provinsi Riau belum tersentuh dengan aliran listrik.

Saran

Sesuai dengan UU No. 30 Tahun 2007 Pasal 19 ayat 1 tentang Energi, “Setiap orang berhak memperoleh energi.” Oleh karena itu pemerintah wajib hukumnya untuk menyediakan energi yang cukup kepada masyarakat oleh karena itu penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Beri keleluasaan kepada pihak swasta untuk mengolah energy dengan tepat sesuai per-UU.

2. Beri kebebasan pada masyarakat untuk juga dapat mengolah energi dengan tepat dan sesuai per-UU.

3. Pemerintah Provinsi Riau memberi ruang anggaran yang pantas kepada

masyarakat itu sendiri untuk mengelola SET untuk kemakmuran rakyat itu sendiri.

(26)

Gambar

Gambar 1 Laju Pertumbuhan PLTB di Dunia
Gambar  2  merupakan  kurva  intensitas  energi  kinetik  angin  berdasarkan  fungsi  darikecepatan angin.
Tabel 1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah
Gambar 4 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi
+6

Referensi

Dokumen terkait

~ Integrated fine mesh water filter ~ Garden hose adapter A3/4” ~ High-pressure hose 6 m ~ Detergent suction hose with filter ~ Trigger gun with Quick Connect ~ Vario-power spray

Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menuliskan informasi-informasi penting pada bacaan dalam bentuk peta pikiran1. Peserta didik mempresentasekan hasil kerja

indikator. 8) Waktu: diisi dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk setiap kompetensi dasar. 9) Alat: diisi dengan alat yang diperlukan dalam proses pembelajaran. 10) Bahan/

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Menurut Manual Kesmavet (1993) untuk RPH yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan daging antar Dati II dalam satu Dati I harus memenuhi semua syarat dari RPH untuk memenuhi daging

Delphi sebagai bahasa pemrograman berorientasi objek berbasis visual, yang mudah dimengerti dan mudah dipelajari merupakan alat (perangkat lunak) yang digunakan dalam

[r]

 Mengidentifikasi penggunaan peralatan dan kelengkapan gambar teknik sesuai fungsi dan prosedur penggunaan.