• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi - Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi - Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pengertian perpustakaan berdasarkan UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 butir 1 yaitu: Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Dalam UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 20 dinyatakan bahwa jenis-jenis perpustakaan sebagai berikut:

a. Perpustakaan Nasional; b. Perpustakaan Umum;

c. Perpustakaan Sekolah/Madrasah; d. Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan e. Perpustakaan Khusus.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan jantung bagi universitas, nilai suatu universitas juga bergantung pada perpustakaannya. Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sangat strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum peran perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 :3 ) dinyatakan bahwa:

(2)

Sedangkan Sulistyo-Basuki (1993:3) menyatakan bahwa:

“Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Sutarno(2003:35) yang menyatakan bahwa “PerpustakaanPerguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai Tri Dharma Perguruan Tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas akademika.”

(3)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sesuai dengan pengertian dari perpustakaan perguruan tinggi yaitu perpustakaan yang menunjang terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi Menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52), tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa.

b. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

c. Menyediakan ruangan belajar bagi pengguna perpustakaan.

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pengguna.

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.

Sedangkan menurut Hasugian (2009, 80) .

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah :

Untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan tinggi benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma itu.

(4)

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Dalam pencapaian tujuan yang baik harus didukung juga Dalam (2004:3)

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitaska demika,olehkarena itu yang mendukung pencapaian tujuan pembelajarn,pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

(5)

2.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Salah satu unsur pokok dari sebuah perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat berjalan maksimal apabila tidak diiringi dengan koleksi yang memadai. Demikian halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi harus menyajikan informasi yang sistematis, dimana informasi tersebut harus relevan dengan kebutuhan penggunaannya baik itu mahasiswa, dosen, peneliti maupun pengguna lainnya.

Siregar (1999:2) mengatakan “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

UU No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan “koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam berbargai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”.

Dari pendapat di atas dapat di nyatakan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan perpustakaan dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi.

2.2.1 Fungsi koleksi perpustakaan

Koleksi perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004: 40) Fungsi koleksi perpustakaan adalah:

(6)

b. Fungsi Penelitian, untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

c. Fungsi Referensi, fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan menyediakan bahan-bahan referensi di berbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk penelusuran informasi.

d. Fungsi Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi menetapkan pusat informasi bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia lain.

Menurut Sutarno NS ( 2006: 118), Fungsi Koleksi Perpustakaan antara lain : 1. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan pustaka yang harus

di beli.

2. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerja sama dengan perpustakaan lain, seperti pinjam antar perpustakaan, kerjasama dalam pengadaan, dan sebagainya.

3. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu di pindahkan ke gudang atau di keluarkan dari koleksi

4. Membantu dalam merencanakan anggaran jangka panjang dengan menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan. 5. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan.

Dari uraian di atas dapat diketehui bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

2.2.2 Koleksi Bahan Pustaka

(7)

disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

Sedangkan Menurut Soeatminah (1992:25) jenis koleksi bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan menurut bentuk fisiknya dapat dikelompokkan dalam 2 bentuk, yaitu:

1.Bahan pustaka tercetak a. Buku

Menurut penyajian isinya, buku dikelompokkan sebagai berikut: 1. Buku Teks atau monografi, biasanya membahas satu masalah. 2. Buku Fiksi yaitu buku rekaan, tidak nyata, seperti cerpen, novel,dll. 3. Buku Referensi/ Rujukan yaitu buku yang isinya disusun dan

diolah secara tertentu (misalnya menurut abjad),biasanya dipakai tempat bertanya atau mencari informasi, tidak untuk dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir misalnya: kamus, ensiklopedi, sumber biografi, sumber ilmu bumi (atlas), bibliograsi (penulisan mengenai buku),buku tahunan (almanak), buku petunjuk (buku alamat), buku pegangan (handbook), buku kumpulan indeks, buku kumpulan abstrak (yang memuat judul artikel).

b. Majalah c. Surat Kabar d. Brosur e. Peta

2.Bahan pustaka non cetak

a. Slide merupakan satu jenis bahan audio visual yang banyak dipergunakan diperpustakaan, terutama untuk mendukung pengajaran dan penelitian, kata audio visual berasal dari bahasa Latin, audio dari kata audire yang berarti mendengar, visual dari kata visus yang berarti melihat, karena slide sangat kecil slide harus di baca dengan alat yang di sebut proyektor.

b. CD-ROM adalah disk yang terbuat dari plastik, berkilau, dengan warna pelangi yang beragaris tengah, 4,72 inci, atau sekitar 12 cm, tebalnya kurang dari 2,5 mm, memiliki lubang ditengah dengan ukuran 1,2 mm dan berkapasitas menyimpan data lebih dari 500 megabyte, CD-ROM adalah suatu temuan pengembangan informasi mutakhir, CD-ROM digunakan untuk menyimpan data apa saja mulai dari teks, grafik computer, suara, dan gambar video, CD-ROM dijalankan pada mikro computer.

(8)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis koleksi perpustakaan tergolong menjadi dua bentuk yaitu koleksi bahan pustaka tercetak dan koleksi bahan pustaka non cetak. Koleksi tersebut yaitu Buku teks (bahasa Indonesia, bahasa asing), Surat kabar (Lokal, Nasional), Multimedia/ Audiovisual (CD-ROM, VCD/DVD, Film, Slide), Koleksi khusus (Skripsi, Tesis, Disertasi).

2.3 Perawatan Bahan Pustaka

Perawatan bahan pustaka adalah upaya untuk menjaga keselamatan buku-buku

dan bahan lain dari kerusakan sehingga koleksi perpustakaan tersebut dapat dimanfaatkan

dalam waktu yang lama.

Menurut Martoatmodjo (1993:5) Perawatan adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan, bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Jika kerusakan pada bahan pustaka tidak cepat ditanggulangi maka kerusakan sekecil apapun pada bahan pustaka bisa menjadi besar dan mengakibatkan bahan pustaka cepat rusak mungkin tidak bisa dipergunakan lagi.

Sedangkan Menurut Sutarno (1993:107) menyatakan bahwa : “Perawatan adalah urus, jaga, pelihara agar tetap utuh, baik dan bagus”. Menurut Daryono (2009) menyatakan bahwa perawatan bahan pustaka yaitu kegiatan mengusahakan agar bahan pustaka yang dikerjakan tidak cepat mengalami kerusakan, awet bisa dipakai lebih lama serta bisa menjangkau lebih banyak pembaca.

(9)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan perawatan bahan pustaka adalah kegiatan mencegah, merawat menjaga dan mengusahakan bahan pustaka awet sehingga dapat mempertahankan fisik dan informasi yang terkandung di dalamnya.

2.3.1 Tujuan perawatan bahan pustaka

Tujuan perawatan bahan pustaka adalah untuk menyelamatkan nilai informasi yang ada dalam perpustakaan, mempermudah pemustaka dalam proses penemuan bahan pustaka yang dibutuhkannya , Adapun tujuan perawatan bahan pustaka menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 1994 : 46 ) adalah :

1. Mencegah kerusakan bahan pustaka

2. Melindungi pustaka dari kerusakan

3. Memperbaiki pustaka yang masih layak di simpan dan masih bermanfaat

4. Melestarikan isi pustaka yang masih bermanfaat

Disamping itu tujuan kebijaksanaa perawatan bahan pustaka yang di kemukakan

Dureau, ( 1990 : 2 ) dinyatakan sebagai berikut :

1. Melestarikan kandungan informasi ilmiah yang direkam dan dialihkan

pada media lain

2. Melestarikan bentuk fisik asli bahan pustaka dan arsip sehingga dapat di

gunakan dalam bentuk seutuh mungkin.

Sedangkan Menurut Martoatmodjo (1993:5) tujuan dari kegiatan perawatan bahan pustaka:

(10)

2. Menyelamatkan fisik bahan pustaka 3. Mengatasi kendala kekurangan ruang 4. Mempercepat perolehan informasi

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman ( 1994: 46 ) dinyatakan bahwa Tujuan Pemeliharaan bahan Perpustakaan adalah :

1. Mencegah kerusakan bahan pustaka 2. Melindungi pustaka dari kerusakan

3. Memperbaiki pustaka yang masih layak disimpan dan masih bermanfaat

4. Melestarikan isi pustaka yang masih bermanfaat

Dalam hal perawatan bahan pustaka, setiap perpustakaan mempunyai kebijaksanaan tersendiri. Ada pihak perpustakaan yang merasa lebih mudah memelihara bahan pustaka dalam bentuk fisik asli dalam hal ini buku.Dengan bahan pustaka yang lestari dan terawat, lingkungan yang sehat, ruang kerja yang terawat dengan baik, rapi dan menarik, membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan menyenangkan, pustakawan dapat memperoleh kebanggaan dan peningkatan kinerja.

2.3.2 Fungsi Perawatan Bahan Pustaka

Fungsi Perawatan Bahan Pustaka adalah menjaga agar koleksi Perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil , serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang di tempatkan di ruang yang lembab

Menurut Martoatmodjo (1993:96) fungsi perawatan bahan pustaka adalah sebagai berikut :

(11)

pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil, tidak akan dapat menyentuh bahan pustaka, manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka, jamur tidak akan dapat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara diperpustakaan akan mudah terkontrol.

b. Pengawetan, dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa di pakai lebih lama, dan diharapkanlebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut.

c. Kesehatan, dengan perawatan yang baik,bahan pustaka pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat, pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan.

d. Pendidikan pemakai, perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen, menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman kedalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan, mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.

e. Kesabaran, Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, harus sabar. Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan tahi buku, menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi. f. Sosial, Perawatan tidak bisa dilakukan dengan diri sendiri,

pustakawan harus mengikutsertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan, rasa pengorbanan tinggi harus diberikan setiap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.

g. Ekonomi, dengan perawatan yang baik bahan pustaka menjadi lebih awet, keuangan dapat dihemat.

h. Perawatan yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak makin jadi indah, sehingga menambah daya tarik kepada pambaca.

Fungsi Perawatan Bahan Pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain : 1. Fungsi perlindungan : Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa

faktor yang mengakibatkan kerusakan.

2. Fungsi pengawetan : Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.

3. Fungsi kesehatan : Upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih tidak berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun pustakawan.

(12)

5. Fungsi kesabaran : Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan keterlibatan kesabaran dan ketelitian.

6. Fungsi sosial : Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang lain.

7. Fungsi ekonomi : Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka, yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.

8. Fungsi Keindahan : Dengan pemeliharaan yang baik, bahan pustaka di perpustakaan akan tersusun rapi, indah dan tidak berserakan, sehingga perpustakaan kelihatan indah dan nyaman.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan Fungsi Perawatan Bahan Pustaka adalah untuk Melindungi bahan pustaka, Pengawetan, Kesehatan, Pendidikan Pemakai, Kesabaran dalam merawat bahan pustaka, membutuhkan keterlibatan orang lain dan keawetan bahan pustaka yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya.

2.3.3 Kegiatan perawatan Bahan Pustaka

Menurut Martoatmodjo (1993:96) Kegiatan perawatan bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Reproduksi dilakukan untuk memelihara bahan pustaka yang lengkap dan mudah rusak. Penyarataan reproduksi dilakukan dengan cara membuat fotokopi dan memperbanyak bahan pustaka yang lengkap dan yang perlu dilestarikan bahan pustaka adalah memperbaiki kulit buku sampai rapi kembali, merawat buku yang telah rusak dari awal samapi akhir dan memperbaiki bukudan menjliid buku dan membuat kesing buku.

2. Fumigasi adalah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan cara mengasapi bahan pustaka agar jamur tidak.

3. Deasidifikasi adalah kegiatan perawatan bahan pustaka dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas. Dalam proses pembuatan kertas, ada campuran zat kimia yang apabila zat tersebut terkena udara luar, membuat kertas menjadi asam, proses ini berlangsung terus walau kertas sudah menjadi bentuk buku atau yang lain. Dengan persenyawaan udara dari luar, apabila dengan udara yang kotor olehdebu atau gas, knalpot mobil, atau limbah industri, asam tersebut dapat merusak kertas, usaha menghentikan proses tersebut di namakan deasidifikasi.

4. Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas terdiri dari film oplas, kertas cromton, atau kertas pelapis lainnya.

(13)

laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung dan sebagainya.

5. Enkapsulasi adalah suatu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik misalnya: rapuh karena umur, pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya.

6. Restorasi perbaikan bahan pustaka dengan cara menambal kertas, memutihkan kertas, mengganti halaman yang robek, mengencangkan jilidan memperbaiki punggung buku, engsel atau sampul buku yang rusak.

2.4 Faktor kerusakan bahan pustaka

Kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah rusak oleh makhluk hidup dan timbul noda oleh debu dan jamur, jenis perusak bahan pustaka tersebut sangat tergantung pada keadaan iklim dan alam setempat serta lingkungannya.

Menurut Martoatmodjo (1993:44) faktor kerusakan bahan pustaka sebagai berikut:

2.4.1 Faktor Biologi, bahan pustaka terdiri atas solusa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup. Seperti jamur, serangga (rayap, kecoa, ikan perak, kutu buku, dan lain-lain). Mahkluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang lembab dan suhu nya tinggi, bila ruangan tempat penyimpanan bahan pustaka lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan banyak dijumpai bahan pustaka yang rusak.

2.4.2 Faktor fisika, penyebab kerusakan bahan pustaka faktor fisika adalah sebagai berikut :

1. Debu dapat masuk secara mudah kedalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela, atau lubang–lubang angin perpustakaan, apabila debu melekat pada kertas maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas, hal ini mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan cepat rusak, debu yang bercampur air lembab juga akan meninbulkan jamur pada buku

(14)

menjadi kuning, dan apa bila suhu lembab kertas buku mudah diserang, rayap, kecoa, kutu buku, ikan perak.

3. Cahaya, kertas yang kepanasan menjadi rusak, memudarnya tulisan, sampul buku, dan bahan cetak lainnya, berubah warna menjadi kekuningan dan rapuh, akhirnya rusak, kerusakan ini diakibatkan sinar ultra violet langsung (matahari) masuk langsung ke perpustakaan, tidak hanya buku bahanvisual lainnya seperti piringan hitam, kaset, audio, video, akan rusak jika kepanasan.

2.4.3 Faktor Kimia

Penyebab kerusakan bahan pustaka faktor kimia adalah, terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa- senyawa kimia itu akan terurai, oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan karboksil bertambah dan di ikuti dengan memudarnya warna kertas, hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air, reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa, sehingga mengurangi kekuatan serat, akibatnya kekuatan serat berkurang dan kertas menjadi rapuh.

2.4.4 Faktor Manusia

Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku, tetapi juga bisa menjadi perusak

buku yang hebat, berdasarkan kenyataan yang ada kerusakan buku terjadi karena ulahmanusia, pembaca perpustakaan sengaja merobek bagian bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil gambarnya tabel-tabel statistiknya, pengguna perpustakaan sengaja atau tidak membuat lipatan sebagai tanda batas baca atau melipat buku kebelakang, sebagai akibatnya perekat yang mengelem punggung buku untuk memperkokoh penjilidan dapat terlepas, sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidnya, kecerobohan manusia lainya misalnya habis makan tidak membersihkan tangan terlebih dahulu menyebabkan buku menjadi kotor, apabila buku dipegang oleh dengan tangan yang kotor atau berminyak, buku akan bernoda, kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah ke buku.

2.4.5 Kerusakan yang disebabkan oleh serangga

Pemberantasan serangga dapat di tempuh dengan cara-cara berikut: 1. Penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisida (bahan

pembasmi serangga) 2. Penggunaan gas racun

3. Penggunaan sistem pengumpanan 4. Peracunan buku

5. Penuangan larutan racun kedalam lubang

(15)

2.4.6 Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran

Untuk mencegah bahaya kebakaran sebaiknya di beberapa tempat diletakkan alat pemadam kebakaran yang berisikan carbon dioksida.

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mencegah api berkobar lebih hebat antara lain ialah sebagai berikut:

1. Api yang menyala dalam suatu tempat akan padam apabila tempat itu segera diselubungi kain atau karung basah.

2. Api di atas meja akan mudah padam apabila ditutup dengan selimut yang terbuat dari asbes.

3. Api yang menyala-nyala dapat dipadamkan dengan bahan yang berbuih.

4. Kalau api tidak segera padam tanda bahaya harus dibunyikan.

2.4.7 Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir

Apabila ada bahan pustaka yang rusak karena banjir, langkah-langkah yang dapat diambil sebagai tindakan pencegahannya ialah sebagai beriku :

1. Ikatan bahan pustaka jangan dilepaskan. Dengan demikian, lumpur yang ada pada bagian luar mudah dibersihkan. Untuk menghilangkan kotoran, lumpur, dan lain-lain digunakan kapas yang sudah dibasahi. 2. Air yang terdapat dalam ikatan bahan pustaka harus dikeluarkan

dengan cara menekannya perlahan-lahan.

3. Bahan pustaka yang masih basah dianginkan sampai kering

4. Bahan pustaka di usahakan agar tetap utuh dan lampirannya jangan terpisah.

5. Bahan pustaka jangan dikeringkan di bawah pancaran sinar matahari 6. Kesabaran adalah modal utama dalam usaha melakukan tindakan

pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka.

2.4.8 Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus

Pencegahan dan pembasmi tikus dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal beriku:

1. Melakukan pemeriksaan secara teratur terhadap gedung, ruang, atau tempat penyimpanan bahan pustaka. Andai kata terdapat sarang atau lubang tikus, hendaknya sarang itu dihancurkan dan lubangnya segera ditimbun dengan bahan yang sesuai.

2. Kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat yang terdapat di dalam saluran air disekitar tempat penyimpanan bahan pustaka hendaknya dibuang.

(16)

5. Menggunakan berbagai jenis racun tikus seperti Racumin dan Kill Mouse

6. Menerapkan sistem emposen, yaitu memasang petasan berisi gas racun di dalang lubang tikus yang terdapat di sekeliling tempat penyimpanan bahan pustaka

2.5 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka dan perbaikannya

Menurut Martoatmodjo (1993: 67) pencegahan kerusakan bahan pustaka adalah sebagai berikut

Bahan pustaka yang pada umumnya terbuat dari kertas akan mengalami kerusakan dengana sendirinya. Hal ini disebabkan bahan pembuat kertas itu sendiri yang bersifat asam merupakan bahan organik yang selalu bereaksi dan akan mengarai. Di samping itu faktor-faktor lain seperti kelembaban karena pengaruh uap air, atau kekeringan karena pengaruh panas terhadap ruangan koleksi, bisa merusakkan koleksi tersebut. Polusi udara, manusia, serangga , binatang pengerat dan lain-lain, adalah faktor perusak bahan pustaka yang hebat.

Bahan pustaka yang belum rusak dapat dicegah agar tidak terkontaminasi oleh perusak bahan pustaka. Bahan yang sudah mengalami kerusakan dicegah agar tidak menjadi lebih parah kerusakanya, sehinga proses kerusakan terhenti.

Agar bahan pustaka selalu terawat dengan baik serta tahan lama, maka langkah yang harus diperhatikan adalah menciptakan lingkungan yang dapat menghindari atau paling tidak menekan laju kerusakan koleksi perpustakaan.

2.5.1 Tujuan Pencegahan kerusakan bahan pustaka

Menurut Yuyu(1993:185) Adapun tujuan pencegahan kerusakan bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan hebat dapat dihindarkan . Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang pengerat dapat diselamatkan.

2. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki.

3. Koleksi yang masih baik dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan lainnya.

(17)

5. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga

6. Pustakawan atau pegawai yang bekerja diperpustakaan sadar bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan

7. Para pemakai terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya

8. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan.

2.5.2 Usaha Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Menurut Yuyu(2013:185) Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaanya. Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia

Waktu mengambil sebuah buku dari rak, haruslah dibuatkan “jalan” dengan cara mendesak ke kanan dan ke kiri, sehingga longgar. Barulah buku ditarik dari rak.

2. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh jamur

Cara tradisional yang digunakan untuk membasmi jamur adalah sebagai berikut:

a. Menjaga ruangan buku dari genangan air.

b. Menempatkan kapus sirih yang dimasukkan kedalam baskom pada setiap rak buku.

c. Menempatkan arang pada setiap rak buku 3. Mencegah kerusakan sampul buku

Pencegahan untuk jenis kerusakan ini ialah belilah buku yang bermutu. Karena buku perpustakaan akan dipergunakan oleh orang banyak belilah hard cover.

4. Mencegah kerusakan pada punggung buku

(18)

5. Mencegah kerusakan pada engsel buku

Cara mengatasinya ialah memberikan kesadaran yang tinggi kepada pembaca atau petugas perpustakaan untuk menangani buku sebaik mungkin.

6. Mencegah kerusakan pada jilidan buku

Cara mencegahnya ialah, jika terlihat jilidan dan mulai kendor, kirimkan ke bagian pelestarian untuk diperbaiki. Jangan menunggu kerusakan yang parah.

7. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena coretan tinta

Cara mencegahnya ialah dengan memeriksa setiap buku yang dikembalikan. Pembaca diberikan pengertian tentang pelunya menghargai dan memelihara buku sebagai milik bersama

8. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penempelan selotip

Caranya basahi bagian belakang kertas yang kena selotip tadi dengan larutan organik tersebut. Kemudian buka selotipnya dengan sangat hati-hati, jangan sampai huruf pada kertas terangkat atau robek.

9. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena pemudaran warna kertas

Pemudaran warna kertas ini terjadi karena kertas mengandung senyawa asam. Cara mencegahnya ialah dengan merendahkan temperatur ruangan antara 20 sampai 24 derajad Celcius dengan AC

10.Mencegah kerusakan bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan (foxing)

Pencegahannya ialah menghindari debu masuk atau menempel sebanyak mungkin dan memelihara tingkat kelembaban ruangan pada 45% RH sampai 60% RH dengan temperatur antara 20 sampai 24 derajad Celcius 11.Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda air dan kebocoran

Cara pencegahannya ialah hindari kebocoran, jangan menempatkan buku pada rak yang bertempelan dengan tembok

12.Mencegah kerusakan bahan pustaka karena kerapuhan

(19)

menjadi lapuk. Cara mencegahnya ialah dikurangi keasaman pada kertas (deacidificasi).

13.Mencegah kerusakan bahan pustaka karena rendahnya mutu bahan

Referensi

Dokumen terkait

Dari cara memainkannya, alat musik tradisional ini dapat dibedakan, alat musik pukul (perkusi), alat musik tiup, alat musik petik, dan alat musik gesek. Musik juga

Those views explain that dividend payout is higher in the countries that apply a good investor protection (common law) that also occurs in order to be a country with

Prior to passing to the basic theme of the report, we consider it necessary to give some characteristics of the double symmetry concept used by us, to list the existing

Dari penelitian yang dilakukan responden yang mematuhi aturan pemakaian obat adalah ( 53% ) dan tidak ( 47% ) menurut Kulinegara ( 2008 ) masyarakat kini lebih prihatin tentang

Pengumpulan data dilakukan pada 14 Desember 2011 sampai dengan 03 Januari 2012 dengan mengunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu yang pertama mengenai data

T-Connector pada setiap ethernet card. 6) Penambahan node dapat dilakukan dengan mudah. 7) Traffic yang padat akan sangat memperlambat jaringan. 8) Jika salah satu node

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi partisipan dengan turut mengamati aktivitas perempuan suku Banjar, wawancara secara mendalam (depth

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan dapat menyusun laporan Tugas Akhir