• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1480657725Bab 7 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab Toraja Utara RPI2JM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1480657725Bab 7 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab Toraja Utara RPI2JM"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

BAB

7

KETERPADUAN

STRATEGI

PENGEMBANGAN

KABUPATEN

TORAJA

UTARA

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Toraja Utara memiliki

sistem perkotaan wilayah Kabupaten Toraja Utara yang merupakan satu

kesatuan dari hirarki hirarki RTRWN dan RTRW Provinsi Sulawesi

Selatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) didalamnya tidak

terdapat pusat kegiatan yang berskala nasional maupun regional yang

berada dalam wilayah Kabupaten Toraja Utara. Namun dalam RTRW

Provinsi Sulawesi Selatan ditetapkan Kota Rantepao sebagai salah satu

Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan demikian hirarki sistem perkotaan

tersebut akan dijabarkan kedalam sistem perkotaan dalam skup wilayah

Kabupaten Toraja Utara.

Tabel 7.1

Arahan RTRW Kabupaten Toraja Utara untuk Bidang Cipta Karya Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

(1) (2)

Rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Toraja Utara yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Toraja Utara berfungsi :

 Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam

Meningkatkan keterpaduan dan keterkaitan mutualistis antar kegiatan budidaya.

Mengendalikan kegiatan budidaya agar tidak melampauai daya dukung dan daya tampung lingkungannya.

Mengoptimalkan nilai ekonomis kegiatan budidaya dengan minimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan

(2)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun, dan

 Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Toraja Utara.

lingkungannya, dan kondisi kekinian yang telah ada.

Meningkatkan keterkaitan mutualistis antar kegiatan melalui inovasi kegiatan-kegiatan baru dan peningkatan sinergisitas.

Mengintensifkan kegiatan budidaya yang ada saat ini dengan stimulus agar manfaat ekonomisnya optimal, dengan lingkungan yang tetap stabil.

Tabel 7.2

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Takalar (KSK) berdasarkan RTRW Mandiri yang merupakan kawasan strategis cepat tumbuh ditetapkan di Kecamatan Awan Rante Karua; dan

(3)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 7.3

Indentifikasi Indkasi Program RTRW Kabupaten Toraja Utara terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

N

A Perwujudan Struktur Ruang

1 Perwujudan

** Indikasi Program RTRW Kabupaten Toraja Utara terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya masih dalam Proses Penyusunan

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) memiliki skup/cakupan pelayanan meliputi

keseluruhan wilayah Kabupaten Toraja Utara. Kota yang ditetapkan

sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di wilayah Kabupaten Toraja Utara

adalah Kota Rantepao. Kondisi eksisting Kota Rantepao ini memang

telah berkembang menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Toraja

Utara dalam aspek sosial ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat

permukiman wilayah. Kawasan perkotaan Rantepao yang ditetapkan

menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Toraja Utara atau PKL

secara administratif akan meliputi sebagian dari wilayah Kecamatan

Tallunglipu yakni kawasan Pasar Bolu serta Terminal Bolu dan sekitarnya,

sebagian dari wilayah Kecamatan Tondon, Kesu, Tikala, dan Sopai.

Kota Rantepao sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki

cakupan pelayanan wilayah Kabupaten Toraja Utara direncanakan

(4)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

pelayanan internasional dan nasional yang berada di sekitar wilayah

Kabupaten Toraja Utara melalui jaringan prasarana transportasi arteri dan

kolektor. Simpul transportasi tersebut yakni Pelabuhan Tanjung Ringgit;

Kota Palopo (pelabuhan regional/pengumpul primer), Bandara

Lagaligo-Bua; Kabupaten Luwu (rencana pusat penyebaran sekunder), dan

Bandara Pongtiku; Kabupaten Tana Toraja (pusat penyebaran tersier, dan

Pelabuhan laut internasional Belang-Belang (Kabupaten Mamuju).

b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan

perkotaan atau pusat permukiman yang memiliki skup/cakupan pelayanan

skala kecamatan atau beberapa lembang (desa). Dimana secara

administratif wilayah Kabupaten Toraja Utara terdiri dari dari 21 (dua puluh

satu) wilayah kecamatan termasuk Kecamatan Rantepao yang menjadi

ibukota kabupaten, dimana orientasi beberapa ibukota kecamatan

memperhatikan efektifitas cakupan pelayanannya ke wilayah-wilayah

sekitarnya sehingga memiliki potensi mendorong percepatan

pengembangan kawasan tersebut, dan pemerataan pembangunan

wilayah melalui pengembangan kutub-kutub baru pemicu pertumbuhan

wilayah. Guna lebih cepat tumbuh dan berkembang sesuai dengan

fungsi dan perannya sebagai pusat pertumbuhan kawasan, maka

beberapa kota kecamatan tersebut ditetapkan masing-masing sebagai

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yang terdiri dari :

Kota Pangala dengan cakupan pelayanan meliputi wilayah

Kecamatan Rindingallo, Kecamatan Baruppu, dan Kecamatan

Kapala Pitu.

Kota Misa’ Babana dengan cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Buntao, Kecamatan Rantebua, Kecamatan Sanggalangi,

(5)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Kota Sa’dan Malimbong dengan cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Sa‟dan, Kecamatan Bangkele Kila, Kecamatan Balusu, dan Kecamatan Sesean.

Kota Awan dengan cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan

Awan Rante Karua, dan Kecamatan Dende Piongan Napo.

Kota Sapan dengan cakupan pelayanan meliputi wilayah

Kecamatan Buntu Pepasan, dan Kecamatan Sesean Suloara.

c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa (sebutan

Lembang untuk wilayah Kabupaten Toraja Utara). Selanjutnya dengan

mencermati beberapa hal terkait upaya perwujudan dari strategi

pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Toraja Utara, baik

dalam konstelasi internal maupun eksternal wilayah, terutama dalam

mengembangkan keunggulan kompetitif (competitive advantages)

kawasan perbatasan kabupaten, maka pengembangan Pusat Pelayanan

Wilayah (PPL) di wilayah Kabupaten Toraja Utara direncanakan terdiri dari

:

Kota Rantebua Sanggalangi Kecamatan Rantebua dengan

cakupan pelayanan beberapa lembang sekitarnya termasuk

desa-desa diperbatasan dalam wilayah Kabupaten Luwu.

Kota Sa’dan Ballopasange Kecamatan Sa’dan dengan cakupan pelayanan beberapa lembang sekitarnya termasuk desa-desa

diperbatasan dalam wilayah Kabupaten Luwu.

Kota Rante Uma Kecamatan Buntu Pepasan dengan cakupan

pelayanan beberapa lembang sekitarnya termasuk desa-desa

(6)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Toraja Utara merupakan

kerangka tata ruang wilayah Kabupaten Toraja Utara yang tersusun atas

konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang

dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Toraja

Utara terutama jaringan transportasi.

Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Toraja Utara merupakan simpul

pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di

wilayah Kabupaten Toraja Utara, yang terdiri atas :

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah Kabupaten Toraja

Utara yang kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh

pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Pusat-pusat lain didalam wilayah Kabupaten Toraja Utara yang

wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah Kabupaten

Toraja Utara, yaitu :

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan

atau beberapa desa (sebutan lembang untuk wilayah Kabupaten

Toraja Utara); dan

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar

desa (sebutan lembang untuk wilayah Kabupaten Toraja Utara)

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD)

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap

daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis,

(7)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka

menengah (5 tahun), dan jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain

itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD).

Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang

sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program

untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun

yang akan datang adalah :

 Program pembangunan jalan dan jembatan;

 Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;

 Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

 Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

 Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan

jembatan;

 Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

 Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu

air;

 Program normalisasi saluran;

 Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan

normalisasi saluran;

 Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;

 Program pemberdyaan petani pemakai air;

 Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran

pembuang;

(8)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air

dan distribusi air baku;

 Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi

masyarakat berpenghasilan rendah;

 Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

 Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air

limbah;

 Program pengembangan sistem distribusi air minum;

 Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum

dan air limbah;

 Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

 Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air

limbah;

 Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

 Program pengembangan perumahan;

 Program lingkungan sehat perumahan;

 Program pemberdayaan komunitas perumahan;

 Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

 Program perencanaan tata ruang;

 Program pemanfaatan ruang;

 Program pengendalian pemanfaatan ruang;

 Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;

 Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan

rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan

berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut :

 Program perencanaan tata ruang;

 Program pemanfaatan ruang;

 Program pengendalian pemanfaatan ruang;

(9)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan

peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan,

perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air. Adapun program yang

akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

 Program pembangunan jalan dan jembatan;

 Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;

 Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

 Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

 Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan

jembatan;

 Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

 Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu

air;

 Program normalisasi saluran;

 Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan

normalisasi saluran;

 Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;

 Program pemberdyaan petani pemakai air;

 Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran

pembuang;

 Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air

dan distribusi air baku;

 Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi

masyarakat berpenghasilan rendah;

 Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

 Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air

limbah;

(10)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum

dan air limbah;

 Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

 Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air

limbah;

 Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

 Program pengembangan perumahan;

 Program lingkungan sehat perumahan;

 Program pemberdayaan komunitas perumahan;

 Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

 Program perencanaan tata ruang;

 Program pemanfaatan ruang;

 Program pengendalian pemanfaatan ruang;

 Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;

 Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

7.3 Arahan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD)

Kebijakan bidang perkotaan didasarkan pada paradigma

pembangunan perkotaan yang melihat kota sebagai suatu kesatuan

kawasan/wilayah. Dengan melihat kota sebagai kesatuan ini, maka kota

harus dilihat dari dua sisi, yaitu kota sebagai “mesin” pertumbuhan

nasional dan regional serta kota sebagai tempat tinggal yang nyaman,

layak huni dan berkelanjutan. Mengembangkan kota sebagai mesin

pertumbuhan nasional dan regional dapat dilakukan melalui upaya-upaya

seperti peningkatan daya saing kawasan perkotaan, pengembangan dan

pengoptimalan peran kota kecil dan menengah sebagai pendukung

ekonomi perdesaan, peningkatan kerjasama antar Pemerintah Daerah

dalam pengelolaan kawasan perkotaan (Keterkaitan antar kota),

peningkatan manajemen perkotaan di kawasan metropolitan serta

peningkatan fungsi koordinasi lintas wilayah dan lintas sektoral serta

(11)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD) adalah dokumen

perencanaan perkotaan jangka panjang di tingkat kabupaten/kota yang

digunakan sebagai acuan bagi pengelolaan perkotaan. KSPD ini

merupakan penjabaran dari Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional

(KSPN) dan memiliki fungsi sebagai:

 Memberikan acuan bagi pembangunan kota dan kawasan perkotaan;

 Mengatur fungsi kota dan penataan ruang kota untuk pembangunan

berkelanjutan;

 Menjadi dasar dalam sinkronisasi regulasi dan kebijakan terkait

pembangunan perkotaan; dan

 Menjadi instrumen perencanaan yang menjadi acuan SKPD terkait

dalam pelaksanaan program dan kegiatan terkait pembangunan

perkotaan.

Kebijakan dan strategi pengembangan kota yang telah dirumuskan

dalam KSPD perlu dikutip dan dijadikan acuan dalam penyusunan

RPI2JM sehingga infrastruktur permukiman dapat bersinergi untuk

menunjang pertumbuhan kota.

Mengembangkan kota sebagai tempat tinggal yang nyaman, layak

huni dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui upaya-upaya seperti

peningkatan pelayanan perkotaan, pengendalian pertumbuhan penduduk

kota-kota besar dan kawasan metropolitan (tidak hanya dengan

mengendalikan kelahiran tetapi juga dengan mengembangkan kota kecil

dan menengah untuk mencegah migrasi masuk ke kota besar dan

kawasan metropolitan, development capacity pembangunan berkelanjutan

kawasan metropolitan, serta peningkatan penataan ruang kawasan

metropolitan. Prioritas pembangunan perkotaan tahun 2010 diarahkan

untuk melaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :

(12)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi melalui

Penyusunan Data dan Informasi peran masing-masing kota PKN,

PKW, PKL dam PKSN dalam sistem perkotaan nasional

2. Pengembangan Badan Kerjasama Antar Kota

 Fasilitasi Pengelolaan Kawasan Perkotaan

3. Penyusunan Pedoman, Rencana dan Evaluasi Pedoman

Pembangunan Kota /Antar Kota

 Penataan Lingkungan Kawasan Perkotaan Metropolitan, Besar,

Menengah dan Kecil.

 Fasilitasi Penguatan Sistem Perkotaan Nasional

 Penataan Lingkungan Kawasan Pinggiran Kota (Fringe Area)

4. Pengembangan Sistem Kelembagaan Ekonomi Perkotaan

 Pengembangan dan Revitalisasi Sistem Kelembagaan Ekonomi

Perkotaan

7. Pengembangan Infrastruktur Kota

 Pembangunan Sektor Perkotaan (USDRP)

6. Pengembangan Ekonomi Kota Kecil dan Menengah

 Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten/Kota

7. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Kota Besar dan

Metropolitan

 Penyiapan Jakstra 20 th Pengembangan Perkotaan Nasional

8. Penyusunan Rencana, Kebijakan dan Pedoman Pengendalian

Pembangunan Kota-Kota Besar dan Kawasan Metropolitan

(13)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Penyusunan RTR, rencana tindak dan pembentukan kelembagaan

kawasan metropolitan;

 Penyusunan kebijakan dalam pengendalian pertumbuhan kota-kota

satelit di sekitar kota inti metropolitan sesuai dengan fungsi dan daya

dukung lingkungan;

 Pengendalian dan Pengembalian Fungsi Kawasan Metropolitan dan

Kota Besar melalui peremajaan pada pusat kegiatan perkotaan

(pasar tradisional, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan).

Meskipun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah dan

prosentase penduduk di wilayah perkotaan, sebagian besar wilayah

Indonesia sebenarnya merupakan kawasan perdesaan. Namun demikian,

tingkat kesejahteraan penduduk pedesaan secara umum masih relatif

lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata penduduk perkotaan.

Sebagian besar penduduk perdesaan bekerja di sektor pertanian dengan

pola kepemilikan lahan yang semakin sempit. Jumlah penduduk yang

berada di bawah garis kemiskinan di perdesaan juga masih lebih tinggi

daripada penduduk miskin perkotaan.

Kawasan perdesaan menghadapi permasalahan-permasalahan

internal dan eksternal yang menghambat perwujudan kawasan

permukiman perdesaan yang produktif, berdaya saing dan nyaman.

Adapun permasalahan tersebut secara garis besar meliputi :

 Masih terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas,

 Masih lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral

maupun spasial,

 Masih timbulnya hambatan distribusi dan perdagangan antar daerah,

 Tingginya resiko petani dan pelaku usaha di perdesaan akibat

kerentanan terhadap bencana alam, hama, dan fluktuasi harga,

 Rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan,

(14)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagain besar masih

berketerampilan rendah,

 Meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis ke

peruntukan lain,

 Meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup,

 Masih lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat,

 Masih lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan

kawasan perdesaan,

 Masih rendahnya tingkat adopsi teknologi perdesaan.

Dengan perkiraan pencapaian sasaran pada RPJMN 2004-2009

sampai dengan tahun 2008, maka rencana dan langkah tindak lanjut

pembangunan untuk periode selanjutnya adalah sebagai berikut:

 Peningkatan penciptaan lapangan kerja di sektor formal serta

kebijakan yang mendukung sektor informal.

 Peningkatan efisiensi dan modernisasi dalam pengolahan sektor

primer (pertanian, kelautan dan pertambangan).

 Peningkatan nilai tambah sektor primer melalui pengembangan

agribisnis (rantai nilai).

 Peningkatan daya saing melalui diversifikasi produk.

 Penguatan industri dan jasa pendukung sektor primer.

 Pengembangan agroindustri berbasis pertanian dan kelautan.

 Peningkatan kapasitas SDM.

 Pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di

kawasan perdesaan dan kota-kota kecil.

 Peningkatan akses informasi, pemasaran, lembaga keuangan,

kesempatan kerja, dan teknologi.

 Pengembangan social capital.

 Intervensi harga dan kebijakan pro pertanian.

 Pengelolaan berbasis keragaman SDA lokal.

(15)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Peningkatan nilai tambah dari SDA berbasis keunikan lokal.

 Pengembangan industri kelautan (pariwisata dan agroindustri).

Dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dan daerah, berbagai

permasalahan yang masih harus dihadapi adalah:

 Rendahnya akses terhadap infrastruktur fisik pendukung kegiatan

ekonomi produktif dan masih rendahnya kuantitas dan kualitas

infrastruktur bagi pengembangan ekonomi,

 Rendahnya akses terhadap data dan informasi yang mendukung

percepatan pengembangan ekonomi lokal dan daerah,

 Belum kondusifnya pengembangan usaha ditinjau dari iklim

berusaha, persaingan usaha, dan keberlanjutan sumberdaya produk

unggulan daerah, sehingga dianggap perlu untuk mengoptimalkan

regulasi dalam moneter, fiskal, dan perizinan,

 Belum terintegrasi program-program lintas sektoral di dalam lingkup

pengembangan ekonomi lokal dan daerah,

 Rendahnya kinerja kelembagaan dan kemampuan sumberdaya

manusia di pusat dan daerah dalam upaya mempercepat

pembangunan,

 Belum optimalnya kerjasama antar daerah, antar

kementerian/lembaga dengan daerah, dan kemitraan antara

pemerintah dan dunia usaha,

 Kurang terakomodasinya aspirasi dan kondisi daerah dalam desain

program,

 Terbatasnya kapasitas dan jumlah fasilitasi serta jangka waktu

fasilitasi di dalam sistem yang mendukung pengembangan ekonomi

lokal,

 Belum maksimalnya dan terintegrasikannya programprogram

pembangunan yang terkait dengan pengembangan kawasan, seperti

agropolitan, Kawasan Sentra Produksi (KSP), Kota terpadu Mandiri

(16)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Dengan perkiraan pencapaian sasaran pada RPJMN 2004-2009

sampai dengan tahun 2008, maka rencana dan langkah tindak lanjut

pembangunan untuk periode selanjutnya adalah sebagai berikut :

 Pengembangan ekonomi lokal dan daerah diharapkan berjalan

dengan memperhatikan perubahan paradigma pembangunan,

terutama dengan adanya perubahan paradigma kepemerintahan

berdasarkan desentralisasi dan otonomi daerah.

 Pengembangan ekonomi lokal dan daerah diharapkan sebagai

sebagai insiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif melalui

peningkatan nilai tambah sektor primer melalui pengembangan

agribisnis dengan menekankan pada pendekatan pengembangan

bisnis (business development).

 Pengembangan dan peningkatan jaringan infrastruktur penunjang

kegiatan produksi, distribusi dan pemasaran.

 Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dan

di perdesaan secara sinergis dalam suatu „sistem wilayah

pengembangan ekonomi‟.

 Perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan

(nonpertanian) di pedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan

 Pengembangan ekonomi lokal diarahkan melibatkan seluruh

stakeholder khususnya dunia usaha dan pemerintah daerah baik

dalam penganggaran maupun perencanaan, agar tercapai

keberlanjutan.

 Pengembangan ekonomi lokal dan daerah diarahkan untuk mengisi

dan mengoptimalkan kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan

pengembangan wilayah berkelanjutan melalui pengembangan

komoditi unggulan yang berbasis sumber daya alam dan berbasis

(17)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Kerjasama sama antar daerah dilakukan dalam rangka

pengembangan ekonomi lokal terutama untuk peningkatan promosi

investasi dan regional marketing.

 Pengembangan sistem informasi pengembangan ekonomi lokal dan

daerah dalam rangka mendukung promosi investasi dan regional

marketing.

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM)

Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era

otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah telah

menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang

memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak

lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum

maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung

jawab pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM adalah meliputi: (i)

menetapkan kebijakan dan strategi nasional; (ii) menetapkan norma,

standar, pedoman, dan manual (NSPM); (iii) memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan air baku.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan

hak sosial ekonomi masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah,

baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air

minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan

masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong

peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan

(18)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan

ekonomi wilayah.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program

pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa

lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,topografis dan

geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap

wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi

pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi

penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah.

Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin

ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan

kondisi di daerah tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban

bagi dasar pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan

adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya

suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah

yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah.

Sasaran RISPAM adalah:

 Tersusunnya perencanaan sistim jaringan pipa distribusi pelayanan

 Tersusunnya rekomendasi secara umum mengenai lokasi yang

mendesak untuk segera dilakukan perbaikan. Pembangunan sarana

dan prasarana Air Bersih mulai dari intake sampai pipa pelayanan.

 Tersusunnya rekomendasi mengenai sistem pemeliharaan dan

pegembangan jaringan pipa air bersih.

Tujuan: untuk mendapatkan hasil studi perencanaan sistem jaringan yang

menyeluruh, terpadu dan terencana yang dibuat sebagai langkah

penanganan secara sistematis, bertahap dan berkesinambungan dimana

pada masa datang dapat dilakukan pengkajian ulang terhadap sistem

(19)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Dari sisi kelembagaan sebenarnya sudah ada yaitu PDAM yang

didukung oleh perda. Namun dari sisi efektifitas lembaga itu sendiri perlu

ditingkatkan, hal ini terindikasi dengan masih banyaknya keluhan dari para

pelanggan dan tindak lanjut dari keluhan itu kurang terlihat. Permasalahan

yang dihadapi:

 Kapasitas produksi yang masih sangat terbatas.

 Eksisting jaringan masih kurang karena belum menjangkau daerah

pengembangan, khususnya daerah pesisir.

 Kapasitas unit reservoar yang terbatas, kurangnya penempatan Air

Valve dan tidak adanya Pompa Pendorong Recovery

Untuk memenuhi kebutuhan warga kota mengenai air minum, seiring

dengan semakin meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat maka

tentu akan diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kebutuhan air

minum. Oleh karena itu dengan kondisi sekarang ini saja sudah

menunjukkan kekurang mampuan pihak PDAM dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat, sehingga pencarian sumber air baku yang

baru dan memenuhi kualitas menjadi suatu kebutuhan.

Alternatif program yang bisa dilakukan dan efisien dari segi

operasional adalah dengan meanambah jaringan perpipaan dengan

mencari sumber air baku yang baru yang memungkinkan mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan. Hal

yang paling memungkinkan adalah pengaliran melalui sistem gravitasi

karena daerah pelayanan pada umunya letaknya lebih rendah dari sumber

air.

Dengan melihat sistem prasarana Air minum yang terdapat di

Kabupaten Toraja Utara belum optimal, maka yang akan diusulkan dalam

sistem prasarana adalah seperti berikut:

(20)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Penyediaan sumber-sumber air minum bagi masyarakat dengan

sistem non perpipaan dilakukan pada daerah-daerah yang belum

mampu dilayani oleh sistem perpipaan. Sistem non perpipaan

umumnya dilakukan pada wilayah perdesaan yang memiliki tingkat

kualitas air tanah yang memenuhi standar kelayakan untuk

dikomsumsi.

 Sumur bor pada daerah perdesaan yang berada pada daerah yang

memiliki muka air tanah yang cukup dalam.

 Sumur gali di daerah perdesaan yang permukaan air tanahnya cukup

rendah dan kwalitas airnya tidak asin.

Sistem Perpipaan

 Pengembangan air minum melalui sistem perpipaan dilakukan pada

kawasan perkotaan dan kawasan pesisir. Hal ini disebabkan pada

kawasan tersebut kondisi air tanah tidak layak untuk dikomsumsi,

sehingga diperlukan jaringan perpipaan yang bersumber dari mata

air pegunungan melalui proses pada Instalasi Penjernihan Air.

 Jaringan perpipaan, baik di kota maupun perdesaan yang memiliki

sumber mata air/sumber air baku yang memungkinkan untuk

menjangkau kebutuhan masyarakat setempat.

 Perlunya kebijakan pemasangan pipa transmisi dan distribusi yang

bertujuan agar proses distribusi air ke bak penampungan dan bak

distribusi lebih cepat dan menghasilkan debit air yang lebih banyak.

 Perbaikan atau pergantian meteran air yang tidak layak pakai.

 Pemindahan pipa distribusi yang berada pada poros jalan serta

kebijakan pendeteksian jaringan pompa, pipa yang bermasalah.

 Usulan dan prioritas proyek penyediaan pengelolaan air minum

adalah:

 kegiatan penyedian prasarana dan sarana air minum, yang terdiri

dari pengadaan perpipan untuk daerah pesisir, pengadaan hydrant

(21)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

penampungan air yang lokasinya tersebar di beberapa desa dan

kecamatan di Kabupaten Toraja Utara.

 Kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi kawasan

RSH yang terdiri dari penyusunan Master Plan Air Minum kabupaten

Toraja Utara.

 Kegiatan pembangunan sarana prasarana air minum di desa rawan

air, pesisir dan desa terpencil.

 Kegiatan bantuan teknis/bantuan program penyehatan PDAM

diantaranya pembenahan jaringan PDAM, perencanaan dan

pembangunan jaringan air sistem gravitasi dan instalasi penjernihan

air minum.

 Kegiatan pembangunan SPAM IKK/ Kawasan yang belum memiliki

SPAM.

 Kegiatan Peningkatan cakupan air minum perpipaan di area

perkotaan.

7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi

penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena

berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman

serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali

dianggap sebagai urusan yang tidak menjadi prioritas utama, sehingga

sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan

tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin

tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung

lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek

(22)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi,

yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan

penyediaan air bersih, masih belum bersinergi dan berkelanjutan.

Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam

satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, sehingga masih terdapat

tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh

institusi/lembaga yang berbeda-beda, yang kadang-kadang

membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.

Kondisi yang lebih buruk apabila bahkan ternyata terdapat aspek sanitasi

yang masih terabaikan atau belum tertangani. Di sisi lain, masih terdapat

pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan

belum terintegrasi serta memiliki sasaran secara menyeluruh dengan

jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek

jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun

suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan

sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.

Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara

berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan

juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh

aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan

sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran

masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi.

Untuk maksud tersebut maka Kelompok Kerja Sanitasi yang telah

terbentuk diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi

perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta

monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang

melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan

masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang

(23)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 660 / 4919 / Sj

Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan PPS di Daerah, maka Pokja

Sanitasi Kabupaten Toraja Utara secara struktural dibentuk dengan Surat

Keputusan Bupati Toraja Utara nomor 70 / II / 2013 Tanggal 1 Februari

2013. Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang

terkait langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun

yang tidak terkait langsung maka Pokja Sanitasi dibawah koordinir dari

Bappeda melibatkan oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD

yaitu Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Kesehatan, Badan

Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup, Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Lembang. Adapaun susunan keanggotaan

Pokja terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua, Sekretaris, Bidang

Perencanaan, Bidang Teknis, Bidang Pendanaan, Bidang Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Monitoring dan Evaluasi, serta Tim

Sekretariat Pokja.

pengertian yang lebih teknis dari adalah upaya pencegahan

terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi

dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk system

jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003).

Sehingga dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait

dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga,

pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan.

Adapun ruang lingkup tentang pengertian dasar Sanitasi adalah

sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes

water) yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk yang

terbagi atas:

 Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC

(24)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan

yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat

cuci.

2. Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga

(domestik) melalui sistem:

 Pengelolaan On Site yaitu menggunakan sistem septic-tank dengan

peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.

 Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang

dilakukan secara terpusat.

3. Persampahan atau limbah padat yaitu sampah yang dihasilkan oleh

masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan

lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke

Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase

sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.

5. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari

berbagai jenis industri akibat dari sebuah proses industri. Zat-zat

yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi antara lain : nitrogen,

logam berat, zat pelarut dan sebagainya.

6. Air buangan kotapraja (municipal waster water) yaitu buangan yang

berasal dari kawasan perkantoran, perdagangan, hotel dan restoran

serta tempat-tempat ibadah dan sebagainya.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Toraja Utara merupakan dasar dan

acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena buku

putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau

kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi

(25)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten

Toraja Utara, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah

Kabupaten Toraja Utara dalam manajemen kegiatan sanitasi. Kelompok

kerja (pokja) Sanitasi telah melakukan analisis situasi. Dengan mengakses

data-data dari kegiatan inilah pemetaan sanitasi Kabupaten Toraja Utara

akan terbentuk.

Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran

yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten

Toraja Utara pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation

mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang

penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan

(priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan

menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko

Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau

EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

Toraja Utara yang menangani secara langsung pembangunan sektor

sanitasi di Kabupaten Toraja Utara.

Tujuan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Toraja Utara

adalah sebagai berikut :

 Pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten

Toraja Utara beserta stakeholder lainnya untuk mampu

mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan

menetapkan strategi pengembangan sanitasi kabupaten.

 Pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio

entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola

program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat

kabupaten.

 Menjadikan Buku Putih sebagai pedoman penanganan dan

pengembangan pembangunan sanitasi Kabupaten Toraja Utara,

(26)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

pembangunan dalam penyusunan program pembangunan,

pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi.

 Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan sanitasi

Kabupaten Toraja Utara dalam upaya untuk menjamin terwujudnya

kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.

 Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan,

konsisten, partisipatif, berkeadilan dan akuntabel.

Cakupan layanan sanitasi Pemerintah Kabupaten Toraja Utara

meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Toraja Utara. Karena itu

wilayah kajian dari penyusunan Buku Putih Sanitasi meliputi wilayah di 21

kecamatan yang ada di Kabupaten Toraja Utara, namun berkaitan dengan

studi penilaian resiko kesehatan lingkungan / Environmental Health Risk

Assessment (EHRA) wilayah kajian akan ditentukan berdasarkan

kesepakatan anggota Pokja dengan mempertimbangkan kemampuan

anggaran SKPD, dari hasil studi EHRA tersebut dimana akan ditetapkan

areal-areal berisiko sanitasi di Kabupaten Toraja Utara.

7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Latar belakang dari penyusunan RTBL Kawasan Rantepao adalah :

 Kondisi perkotaan Kota Rantepao dominan berkembang secara

parsial. Salah satu faktor penyebabnya adalah modernisasi kota

yang secara langsung mengondisikan penurunan kualitas

lingkungan, sehingga memerlukan pengendalian khususnya pada

kawasan permukiman.

 Kawasan permukiman tradisional/bersejarah Singki-Tambolang

secara historis memiliki keterkaitan kesejarahan yang berkembang

sejak lama dan dihuni oleh komunitas asli, sehingga memerlukan

(27)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Kawasan Singki-Tambolang sebagai kawasan permukiman

tradisional/bersejarah, memiliki potensi sebagai lokasi obyek tujuan

wisata dalam kerangka mendukung perkembangan pariwisata Kota

Rantepao.

Tujuan dari penyusunan RTBL Kawasan Rantepao adalah “Menata kawasan permukiman tradisional Singki-Tambolang dalam mendukung

perkembangan sektor pariwisata Kabupaten Toraja Utara secara berkelanjutan”.

Sasaran yang ingin dicapai ada dua, yaitu :

a. Sasaran fungsional yaitu mendukung percepatan pembangunan

kawasan permukiman tradisional/bersejarah Singki-Tambolang

Kabupaten Toraja Utara.

b. Sasaran operasional yaitu :

 Merumuskan rencana aksi program penanganan kawasan

permukiman tradisional/bersejarah Singki-Tambolang

 Merumuskan penanganan lingkungan kawasan permukiman

tradisional Singki-Tambolang

 Merumuskan master plan penanganan pembangunan permukiman

tradisional kawasan Singki-Tambolang Kabupaten Toraja Utara

 Mengindentifikasi bangunan-bangunan arsitektur permukiman

tradisional Kabupaten Toraja Utara

 Merumuskan DED lokasi fisik percontohan permukiman tradisional

kawasan Singki-Tambolang Kota Rantepao

(28)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 7.1 Kawasan Strategis Kabupaten Toraja Utara

Strategi pengembangan Kota Rantepao berdasarkan RTBL adalah :

a. Perbaikan Kualitas Fisik (Gentrification) :

 Penerapan tata bangunan dengan BCR < 60% dengan maksimal

ketinggian 4 lantai;

 Fungsi dominan adalah komersial penunjang pariwisata kombinasi

dengan fungsi pelayanan umum dan perkantoran pemerintah;

 Pembangunan infrastruktur pendukung kawasan serta jaringan

sanitasi yang memadai;

 Pengelolaan lahan kosong menjadi ruang terbuka hijau berupa

tatanan pohon dan pengolahan lansekap sehingga memberi citra

estetika visual kawasan sekaligus berfungsi sebagai paru-paru kota.

b. Perbaikan Kualitas Visual (Beautification) :

(29)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Standarisasi penggunaan warna serasi. Pengaturan ketinggian

bangunan hingga 4 lantai dan BCR kurang dari atau sama dengan

50%;

 Penataan lingkungan pohon dan lansekap termasuk penataan jalur

pedestrian;

 Penyediaan kelengkapan elemen jalan (Street furniture) meliputi

lampu jalan, tong sampah, pot tanaman, termasuk fasilitas publik

pendukung lingkungan yaitu box telepon umum, kotak pos surat.

c. Pembaharuan Fungsi Kota (Urban Renewal) dengan Mayor Project :

 Meningkatkan nilai ekonomi lahan kota dengan alih fungsi menjadi

kawasan perniagaan yang bernilai investasi tinggi;

 Peningkatan sarana pendukung ekonomi kota, meliputi sarana

transpotasi kota, infrastruktur kota, dan jaringan sanitasi kota;

 Secara Administrasi memperkuat kedudukan Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan sebagai acuan perencanaan kota dan

sekaligus payung hukum pembangunan.

d. Pembaharuan Fungsi Kota (Urban Renewal) dengan Mekanisme

Pasar

 Penyusunan panduan umum kawasan meliputi tataguna lahan,

intensitas pengembangan, jaringan sirkulasi, tata bangunan, tata

ruang terbuka hijau, sistem penanda (signage), serta kelengkapan

elemen jalan (street furniture);

 Peningkatan sarana pendukung ekonomi kota, meliputi sarana

transpotasi kota, infrastruktur kota, dan jaringan sanitasi kota;

 Secara administrasi agar kedudukan Rencana Tata Ruang

Bangunan dan Lingkungan sebagai acuan perencanaan kota dan

sekaligus payung hukum pembangunan;

(30)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

Rumusan konsep Penanganan Kawasan dilakukan berdasarkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Revitalisasi Kawasan :

 Jalur sirkulasi yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat

lainnya;

 Batas atau peralihan antara dua daerah yang berbeda karakter;

 Daerah (bagian dari kota) dengan ciri kegiatan tertentu dan dapat

dikenali;

 Lingkaran daerah strategis dimana arah atau aktivitasnya saling

bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain;

 Bentuk visual yang menonjol yang bisa sebagai ciri khusus pada

suatu kawasan.

2. Pelestarian Kawanan Permukiman Tradisional :

 Preservasi berupa: pemelihaaraan secara berkala, mengganti bahan

bangunan yang sudah rusak/ lapuk, mempertahankan arah hadap,

bahan dan konstruksi bangunan, serta aturan adat pembangunan

rumah;

 Rehabilitasi berupa pengembalian kondisi bangunan yang telah

rusak atau menurun;

 Rekonstruksi berupa upaya mengembalikan kondisi dan membangun

kembali bangunan dan elemen panteq yang telah hilang semirip

mungkin dengan penampilan seperti aslinya;

 Pelestarian dari sisi Ekonomi berupa: Insentif pajak dan subsidi;

 Sisi Sosial berupa: pemberian penghargaan dari pemerintah,

publikasi yang luas,dilakukan upaya penyuluhan terkait pentingnya

pelestarian pola permukiman;

 Sisi Hukum berupa Legal designation (perlindungan yang sah),

zoning (penentuan wilayah), ownership (kepemilikan).

(31)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Penataan kembali bentuk, luas dan letak, penguasaan, pemilikan,

dan penggunaan tanah, sehingga tertata apik dan teratur dilengkapi

sarana prasarana.

4. Redevelopment (Pembangunan Baru)

 Perubahan secara struktural terhadap peruntukan lahan, profil sosial

ekonomi, serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang

mengatur intensitas pembangunan baru.

7.7 Arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) Kabupaten/Kota

Banyak permasalahan perkotaan yang bermula dari permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan, seperti tidak meratanya penyediaan

infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan

permukiman yang layak, dan sebagainya yang belum tertangani secara

optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:

 tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman

dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada

kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, tepat, berskala

kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;

 penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan sering bersifat sesaat, responsif

terhadap permasalahan yang ada, serta berorientasi pada

ketersediaan sumberdaya yang ada sehingga kebijakan dan strategi

pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

bersifat parsial dan tidak komprehensif, serta tidak terpadu dengan

kebutuhan arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota;

 pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak

(32)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 belum terdapatnya strategi khusus pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan yang terintegrasi dengan

penataan ruang dan perencanaan pembangunan secara

keseluruhan; dan

 terdapat tumpang tindih kebijakan, strategi, program, dan kegiatan

penanganan permasalahan pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan pada tingkat operasional

(kabupaten/kota).

Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut,

diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu:

 bahwa dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur

permukiman perkotaan memerlukan adanya arahan yang jelas

selaras dengan arah pengembangan kabupaten/kota;

 bahwa dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur

permukiman perkotaan diperlukan arahan yang didasarkan pada

kebutuhan kabupaten/kota dan berbasis kawasan;

 bahwa pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman

perkotaan perlu diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan

 bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan

perkotaan terdapat kebutuhan untuk merumuskan strategi

pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi

sektoral yang terkait.

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu

kabupaten/kota sudah seharusnya memiliki arahan kebijakan dan strategi

pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang

jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek

(33)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu, arahan kebijakan dan

strategi yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan

program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman

perkotaan yang ada.

Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarakan

mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan

dan skala prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat

mendukung terwujudnya tujuan dan Dalam kaitannya dengan

pembangunan kabupaten/kota, keberadaan SPPIP dan RPKPP ini

menjadi penting, karena SPPIP dan RPKPP ini akan menjadi:

 acuan bagi penentu kebijakan (policy makers) dan pengambil

keputusan (decision makers) dalam menetapkan program dan

kegiatan prioritas dan cara pencapaiannya, yang dapat membantu

pemerintah daerah untuk lebih focus mencapai tujuan

pembangunan;

 acuan bagi perencana program dan kegiatan dalam mensinergikan

dan mengintegrasikan sektor yang ada, baik sektor strategis, sektor

unggulan maupun sektor penunjang, kedalam program

pembangunan tahunan; dan

 acuan bagi perangkat pelaksana pembangunan dalam menjalankan

tugasnya sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing,

dalam mencapai tujuan pembangunan.

SPPIP dan RPKPP sebagai suatu acuan yang operasional dan

implementatif ini dalam penyelenggaraan pembangunan memiliki

beberapa karakteristik sebagai berikut:

 SPPIP dan RPKPP merupakan kebijakan, strategi, program, dan

kegiatan pembangunan permukiman yang berbasis pada kawasan

(34)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 keseluruhan rangkaian proses dan produk SPPIP dan RPKPP

menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota secara

keseluruhan bukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, konsultan,

maupun lembaga donor;

 SPPIP dan RPKPP disusun secara sistematis mulai dari jangka

panjang yang kemudian dirinci dalam jangka menengah dan jangka

pendek. Oleh karena itu, SPPIP dan RPKPP diharapkan dapat

mengakomodir berbagai kemungkinan penyesuaian akibat dinamika

perkembangan kabupaten/kota;

 penyusunan SPPIP dan RPKPP melibatkan partisipasi dari berbagai

pemangku kepentingan kabupaten/kota yang signifikan, sehingga

rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap SPPIP dan RPKPP

menjadi tinggi;

 SPPIP dan RPKPP merupakan produk yang bersifat strategis dan

lintas isu; dan

 rangkaian proses penyusunan SPPIP dan RPKPP mengarahkan

pada cara pandang baru dalam pengembangan dan pembangunan

kabupaten/kota beserta keberlanjutannya.

Penyusunan strategi Pembangunan permukiman dan infrastruktur

perkotaan itu sendiri tetap didasarkan dan mengacu pada strategi

pengembangan kota (SPK). Sebagai suatu proses yang sangat strategis

dan signifikan yang akan diterapkan di kota dengan karakter yang

berbeda, maka sangat disadari bahwa dalam proses penyusunannya akan

sangat membutuhkan dukungan penguatan bersama, baik yang bersifat

pemahaman, kapasitas maupun pengetahuan terhadap SPPIP ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pihak Kementrian Pekerjaan

Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) memberikan dukungan

dalam bentuk bantuan dan bimbingan teknis yang bersifat pendampingan

(35)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

propinsi dan kabupaten yang akan melaksanakan penyusunan Strategi

Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Rumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) harus memiliki keselarasan dengan dokumen

kebijakan daerah baik kebijakan spatial plan maupun development plan.

Untuk itu rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur

perkotaan, selain didasarkan pada upaya pencapaian dari tujuan dan

kebijakan PPIP juga merupakan kompilasi dari strategi dari beberapa

dokumen kebijakan daerah.

Tujuan kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman

Dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), sebagai berikut :

 Mengidentifikasi dan merumuskan strategi kawasan permukiman dan

infrastruktur perkotaan.

 Merumuskan kriteria lokasi pengembangan kawasan permukiman

prioritas.

 Menetapkan kawasan permukiman prioritas berdasarkan

karakteristik fisik, sosial dan ekonomi dengan mengacu pada arahan

RTRW.

 Merumuskan strategi pengembangan kawasan permukiman prioritas

dan infrastruktur.

 Merumuskan program penanganan berdasarkan skala prioritas

pengembangan kawasan permukiman.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan

Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) sebagai berikut :

 Tersedianya strategi pengembangan kawasan permukiman yang

menjadi acuan bersama bagi pemangku kepentingan dalam

(36)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Tersusunnya kriteria lokasi pengembangan kawasan permukiman

sebagai acuan penilaian dalam penentuan kawasan permukiman

prioritas sesuai dengan potensi dan permasalahan pengembangan

permukiman.

 Tersedianya informasi lokasi pengembangan kawasan permukiman

prioritas.

Manfaat yang di peroleh dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan

SPPIP sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah. Manfaat yang dapat diperoleh bagi pemerintah

sebagai berikut :

 Memudahkan dalam mengalokasikan program pembangunan

kawasan permukiman.

 Menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan pembangunan yang

terkait dengan pengembangan kawasan permukiman.

 Memudahkan koordinasi sektor, lintas sektoral serta dinas dan

instansi yang terkait dalam pembangunan kawasan permukiman.

2. Bagi Pengelola Pembangunan. Manfaat yang diperoleh dalam

pengelolaan pembangunan sebagai berikut:

 Meningkatkan kinerja pengelolaan pembangunan permukiman.

 Memudahkan dalam proses perizinan lokasi dan izin mendirikan

bangunan sesuai dengan alokasi pemanfaatan ruang yang telah

ditetapkan.

 Memudahkan dalam menetapkan pusat aktivitas ekonomi kawasan

dalam kerangka pengendalian kawasan permukiman.

 Bagi Masyarakat. Manfaat yang diperoleh pihak masyarakat sebagai

berikut:

 Membuka peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan

(37)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

 Memudahkan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan aktivitas

sosial ekonomi.

7.8 Arahan Pengembangan Kawasan (RPKPP)

Mengingat strategi yang telah ditetapkan dalam SPPIP masih bersifat

makro, maka perlu dijabarkan ke dalam rencana yang operasional

sebagai instrument kebijakan yang akan menjadi salah satu acuan

penyelenggaraan pembangunan di bidang permukiman dan infrastruktur

di kawasan perkotaan melalui Rencana Pembangunan Kawasan

Permukiman Prioritas (RPKPP).

Berdasarkan lingkup kegatan dan penyusunan RPKPP sebagai

dokumen teknis, kawasan permukiman yang perlu mendapat prioritas

penanganan adalah sebagai berikut :

 Kawasan permukiman yang dikategorisasikan berada dalam

lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau pada

kawasan pinggiran, akan tetapi memiliki nilai ekonomis dan atau nilai

strategi tinggi, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai

kawasan serta memberi manfaat bagi peningkatan perekonomian

wilayah kota secara makro dan mikro.

 Kawasan permukiman yang memiliki fungsi-fungsi khusus dalam

skala pembangunan wilayah perkotaan. Kawasan permukiman yang

termasuk dalam kategori ini adalah; kawasan pariwisata, kawasan

konservasi kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya.

 Kawasan pinggiran yang masih memiliki ciri-ciri agraris pedesaan

dan secara administrasi berada dalam wilayah perkotaan yang

berfungsi sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota

dan memiliki keterkaitan dengan wilayah hinterlandnya.

 Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam

(38)

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi Sulawesi Selatan

segera agar program lain dapat diselenggarakan tepat waktu.

Terhadap kawasan ini memerlukan pendekatan identifikasi di dalam

penetapan lokasi beserta luasannya serta potensi ancaman bencana

alam yang akan terjadi.

Keempat pertimbangan tersebut merupakan dasar dan acuan di

dalam menetapkan kawasan permukiman untuk ditetapkan sebagai

kawasan prioritas, untuk selanjutnya akan dilakukan tindakan

perencanaan, yang tentunya telah dilakukan dan dijadikan sebagai

pertimbangan dalam penetapan kawasan permukiman prioritas perkotaan.

Selanjutnya akan dilakukan perumusan kegiatan dalam program

penanganan dan pengendalian yang akan dilakukan sesuai dengan

tingkatan prioritasnya. Dengan demikian, Penyusunan Rencana

Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) akan menjadi

landasan dalam pembangunan dimasa yang akan datang.

Perkembangan kawasan ini dimasa mendatang akan terjadi secara

vertikal mengingat lahan yang tersedia untuk pengembangan secara

ekstensif sudah semakin kecil. Kondisi tersebut perlu segera ditangani

dan diarahkan pada :

 Perwujudan struktural pemanfaatan ruang kawasan;

 Memberikan arahan lingkungan binaan pada kawasan perencanaan

yang dapat kepentingan atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan

sumber daya dan daya dukung lingkungan

 Memberikan bantuan pelaksanaan fisik penataan bangunan.

 Meningkatkan infrastruktur perkotaan baik kualitas maupun

kuantitasnya.

Dalam aspek spasial, salah satu indikator dalam menentukan

penilaian daya dukung dan kemampuan tanah untuk mendukung aktifitas

Gambar

Tabel 7.1 Arahan RTRW Kabupaten Toraja Utara untuk Bidang Cipta Karya
Tabel 7.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Takalar (KSK)
Tabel 7.3 Indentifikasi Indkasi Program RTRW Kabupaten Toraja Utara terkait
Gambar 7.1 Kawasan Strategis Kabupaten Toraja Utara
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Bel ajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan

Efektivitas Pembelajaran menggunakan media berbasis ICT di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cepogo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara dapat diketahui melalui table yang

Dengan diketahuinya media pembelajaran mana yang lebih baik. untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka penggunaannya

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akademi Sekretaris Widya Mandala Surabaya yang berusia antara 18 sampai dengan 21 tahun dan yang pernah melihat

RA NU Ibtidaul Falah Desa Samirejo, merupakan salah satu lembaga pendidikan Raudlotul Athfal yang berbasis Islam modern yang peneliti pilih karena terdapat

Apabila suporter Persebaya mengangap bahwa menjadi suporter haruslah nekat dan berani maka akan timbul perasaan senang terhadap perilaku agresi, sebaliknya apabila

Seperti yang telah disebutkan bahwasanaya prinsip-prinsip pemberdayaan ekonomi Islam adalah pencapaian pendapatan dan pembangunan ekonomi dengan adanya peran dari

Para ibu beketja yang termotivasi untuk menyusui bayinya diduga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI, sedangkan para ibu bekerja yang tidak tennotivasi