• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN 7.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN - DOCRPIJM 00b353ed17 BAB VIIbab 7 keterpaduan strategi pengembangan kab Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN 7.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN - DOCRPIJM 00b353ed17 BAB VIIbab 7 keterpaduan strategi pengembangan kab Fix"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN

7.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan yang di dalamnya membahas

pengaturan permukiman dan infrastruktur Bidang Cipta Karya terdiri dari rencana struktur

ruang wilayah dan rencana pola ruang wilayah.

7.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

Rencana Struktur Ruang Wilayah di dalamnya terdapat rencana sistem pedesaan dan

rencana sistem perkotaan

A. Rencana Sistem Perdesaan

Sebagaimana tertuang dalam Perda RTRW Kabupaten Pekalongan, Rencana

Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Pekalongan diarahkan

pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan

kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat

pertumbuhan serta perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. Selain

itu, tidak kalah pentingnya dalam upaya pengembangan kawasan Perdesaan, di

Kabupaten Pekalongan juga tengah dikembangkan Kawasan Peruntukkan kegiatan

Agropolitan yang terdiri atas kawasan agropolitan di Kecamatan Doro, Kecamatan

Talun, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Petungkriyono yang merupakan

bagian dari Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).

Sehingga dalam pengembangan kawasan Perdesaan, harus dilakukan dengan

mendukung pola rencana yang ada, dalam hal ini pengembangan infrastruktur yang

mencakup bidang cipta karya diarahkan untuk mendukung rencana pengembangan

kawasan agropolitan. Meskipun pemilihan dan pengembangan desa-dea potensial

sebagai pusat pertumbuhan yang mampu menstimulus perkembangan lainnya,

namun asas pemerataan dan kseimbangan pelayanan infrastruktur juga menjadi

tujuan utama.

B. Rencana Sistem Perkotaan

Dalam pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan mencakup wilayah

pengembangan perkotaan dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada

tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya. Sistem permukiman pada

dasarnya dikembangkan untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan

(2)

memenuhi kebutuhan lokal, baik perumahan dan permukiman beserta sarana dan

prasarana penunjangnya, tetapi pengembangan sistem perkotaan juga diupayakan

untk mendukung konstelasi Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu Kawasan

Strategis Provinsi (Kota Pekalongan - Kabupaten Batang - Kabupaten Pekalongan

(Petanglong)). Untuk itu, perkotaan yang ada harus dikembangkan sebagai satu

pintu pengembangan wilayah Kabupaten Pekalongan secara keseluruhan, yang

terintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum , sosial budaya dan

ekonomi.

Oleh karena itu, dalam cakupan pengembangan infrastruktur bidang Cipta karya,

arahan pengembangan juga ditujukan untuk peningkatan fungsi dan peran kota-kota

yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi utama

sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan fungsi kotanya,

untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi, dapat

mengakomoir kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan

fungsi dan peran kota.

Berdasarkan konsep tersebut, maka rencana pengembangan sistem perkotaan

dilakukan berdasarkan skenario terpilih yang telah diungkapkan dalam konsep

pengembangan tata ruang wilayah (RTRW) dan juga berdasarkan karakteristik

wilayah secara keseluruhan. Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan

dalam struktur tata ruang Kabupaten Pekalongan ditentukan berdasarkan efisiensi

jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis. Pengembangan tersebut

secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang dilindungi (kawasan

lindung). Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan

maupun pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Sistem pusat pelayanan wilayah

kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/ atau

administrasi masyarakat di wilayah kabupaten tersebut

Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi titik-titik pusat pelayanan di kabupaten

Pekalongan, berikut adalah hirarki dan fungsi pelayanan di Kabupaten Pekalongan

berdasarkan kecamatan dan fungsi pusat pelayanan serta rencana sistem jaringan.

Tabel 7.1

Pusat Pelayanan tiap-tiap kecamatan dan rencana pengembangan dalam Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Pekalongan

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

(3)

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

Pusat Pemerintahan Tingkat

Kabupaten

Pusat Permukiman

Pusat Pendidikan

Pusat pelayanan Sosial ekonomi

skala kabupaten

Pusat Transportasi Wilayah

Pengembangan Pariwisata

Pusat Pengembangan Permukiman

Perkotaan

Daerah pengembangan

perdagangan

sebagai lumbung air

Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM

Tirta Kajen

Wiradesa Pusat Permukiman

Pusat pengembangan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pusat Pengembangan kegiatan

perdagangan dan jasa skala

kecamatan dan kabupaten

Pengembangan Tanaman Pangan

Pengembangan Industri Besar,

Menengah dan Kecil

Pusat kegiatan transportasi

Pusat pengembangan kegiatan

wisata belanja

Pengembangan kawasan

perdagangan batik dan tekstil

PKLp Kedungwuni Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa

Pusat orientasi perdagangan tingkat

kecamatan dan kabupaten

Pengembangan Pusat Transportasi

Pengembangan Kawasan

(4)

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

Pengembangan Permukiman

Pengembangan Kegiatan Industri

Kecil Besar dan menengah

PPK Karanganyar Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

dan ekonomi

Pengembangan kagiatan

Perdagangan dan jasa

Pengembangan tanaman

perkebunan dan holtikultura

Pengembangan Permukiman

Pengembangan kegiatan wisata air

dan pemancingan

Rencana Pengembangan Lumbung air

Kulu di Desa Kulu, Kecamatan

Karanganyar;

Sragi Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pusat pengembangan pelayanan

sosial ekonomi dan jasa

Pusat Pengembangan permukiman

Pengembangan Pertanian Tanaman

Pangan, paliwija perkebunan

Pengembangan kegiatan industri

kecil dan menengah

Pusat kegiatan transportasi

Pusat kegiatan perdagangan dan

jasa

Rencana Pengembanan Sumber Daya Air

(DAS) Sragi Lama dan Sragi Baru

Pengembangan sistem jaringan irigasi

sebagai prasarana sumber daya air

dengan luas kurang lebih 3.212 (tiga ribu

dua ratus dua belas) hektar;

PPL Doro Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pusat Transportasi wilayah

Pengembangan Permukiman

Pengembangan Tanaman

holtikultura

Pengembangan Tanaman

Perkebunan

(5)

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

Rakyat

Pengembangan Agroindutri

Siwalan Pusat Pemerintahan Skala

Kecamatan

Pusat pengembangan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan kegiatan

Permukiman

Pengembangan kegiatan perikanan

Pengembangan Industri Besar,

Menengah dan Kecil

Pusat pengembangan kegiatan

wisata alam

Kesesi Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pusat kegiatan perdagangan dan

jasa

Pengembangan Pertanian Tanaman

Pangan, paliwija perkebunan

Pengembangan kegiatan industri

kecil dan menengah

Pengembangan permukiman

Pengembangan Hutan rakyat

Rencana Pengembangan Lumbung air

Kapirutan di Desa Kesesi Kecamatan

Kesesi

Bojong Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pusat kegiatan perdagangan dan

jasa

Pengembangan Pertanian Tanaman

Pangan, paliwija perkebunan

Rencana pembangunan Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA) modern di Desa

(6)

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

kecil dan menengah

Pengembangan permukiman

Pengembangan Hutan rakyat

Buaran Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa

Pengembangan Kegiatan industri

Kecil dan Menengah

Pengembangan Kegiatan

pedagangan dan jasa

Pengembangan kegiatan pertanian

tanaman pangan

Wonopringgo Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan industri kecil dan

menengah

Pengembangan tanaman pangan

Pengembangan kegiatan

perdagangan

Pengembangan Permukiman

Tirto Pusat Pemerintahan Skala

Kecamatan

Pusat pengembangan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pusat Permukiman

Pengembangan Perdagangan dan

jasa

Pengembangan kegiatan perikanan

Pengembangan Industri Besar,

Menengah dan Kecil

Talun Pusat Pemerintahan Kecamatan

(7)

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan Tanaman Pangan

dan Holtikultura

Pengembangan Tanaman

perkebunan

Pengembangan Peternakan

Pengembangan Permukiman

Karangdadap Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa

Pengembangan kegiatan pertanian

tanaman pangan

Rencana perluasan jaringan pelayanan

persampahan

Paninggaran Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan Permukiman

Pengembangan Kegiatan

Perkebunan dan Hutan Rakyat

Pengembangan Tanaman Pangan

dan Holtikultura

Pengembangan Tanaman

Perkebunan Teh

Pusat Pengembangan peternakan

Pusat pengembangan Kegiatan

Pariwisata

Pengembangan desa mandiri energi

Rencana perluasan jaringan pelayanan

persampahan

Kandangserang Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan Permukiman

Pengembangan Kegiatan

Rencana perluasan jaringan pelayanan

(8)

Sistem

Perkotaan Kecamatan

Fungsi Pusat

Pelayanan

Rencana Sistem jaringan

Berdasarkan Sektor-sektor Bidang

Cipta Karya

Pengembangan Tanaman Pangan

dan Holtikultura

Pengembangan Tanaman

Perkebunan

Pengembangan desa mandiri energ

Petungkriyono Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan Holtikultura

Pengembangan Tanaman

perkebunan

Pengembangan Peternakan

Pengembangan Permukiman

Pengembangan Ekowisata

Pengembangan Desa Mandiri Energi

Pengembangan Kawasan Suaka Ala

Rencana perluasan jaringan pelayanan

persampahan

Lebakbarang Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pengembangan pelayanan sosial

ekonomi dan jasa tingkat

kecamatan

Pengembangan Permukiman

Pengembangan Kegiatan

Perkebunan dan Hutan Rakyat

Pengembangan Tanaman Pangan

dan Holtikultura

Pengembangan Tanaman

Perkebunan

Pengembangan desa mandiri energi

Rencana perluasan jaringan pelayanan

persampahan

Sumber : RTRW kabupaten Pekalongan 2011 – 2031

C.Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Sebagaimana ketentuan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan,

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana, meliputi sistem jaringan

(9)

1) Sistem Jaringan Prasarana Utama

a) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Jalan  Sistem Jaringan Transportasi

Secara kesesisteman jaringan transportasi diarahkan pada

perkembangan wilayah yang secara konsepsi memberikan sistem

jaringan jalan yang direncanakan akan dikembangkan sebagai

sistem prasarana wilayah antara lain sebagai berikut:

o Rencana pengembangan status jalan di Kabupaten Pekalongan,

meliputi:

 Rencana pembangunan jalan tol pada ruas jalan tol

Pemalang - Batang;

 Peningkatan jalan provinsi ruas Wiradesa - Kajen – Kalibening menjadi jalan strategis nasional; dan

 Peningkatan jalan kabupaten ruas Buaran – Kedungwuni –

Wonopringgo – Karanganyar dan Doro – Petungkriyono –

Kalibening menjadi jalan provinsi.

o Rencana pengembangan fungsi jalan di Kabupaten Pekalongan,

meliputi:

 Pengembangan jalan arteri primer, yaitu jalur jalan lingkar

Pemalang – Kota Pekalongan;

 Pengembangan jalan kolektor sekunder Buaran - Kedungwuni - Wonopringgo – Karanganyar dan Doro –

Petungkriyono – Kalibening menjadi jalan kolektor primer;

dan

 Rencana pengembangan dan peningkatan jalan kolektor di

semua kecamatan;

o Rencana pengembangan terminal penumpang di Kabupaten

Pekalongan, meliputi:

 Terminal tipe C di Kecamatan Wiradesa;  Terminal tipe C di Kecamatan Kedungwuni;  Terminal tipe C di Kecamatan Doro;

(10)

o Rencana pengembangan prasarana dan fasilitas jalan di

Kabupaten Pekalongan, meliputi:

 Pengembangan rencana jalur pejalan kaki;

 Pengembangan rencana jalur sepeda motor dan sepeda;  Pengembangan rencana jalur penyeberangan jalan berupa

zebra cross dan jembatan;

 Pengembangan rencana fasilitas jalan.

o Rencana pengembangan manajemen dan rekayasa lalu lintas

dan angkutan jalan di Kabupaten Pekalongan, meliputi:

 Peningkatan fungsi jalan;

 Penerapan analisis mengenai dampak lalu lintas terhadap kegiatan pembangunan yang berdampak pada lalu lintas;

 Peningkatan sarana dan prasarana lalu lintas; dan  Peningkatan lahan parkir.

Selain terkonsentrasi pada pengemb angan sistem jaringan

prasarana jalan, pengembangan juga tertuju pada bidang

perkeretaapian dan arus masuk barang melalui engembangan

pelabuhan. Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api di

Kabupaten Pekalongan, meliputi:

a. Pengembangan jalur perkeretaapian; dan

b. Pengembangan prasarana penunjang transportasi kereta api.

Dimana, rencana pengembangan jalur perkeretaapian tersebut

meliputi:

a. Pengembangan dan penataan jalur perkeretaapian Pemalang -

Pekalongan - Batang; dan

b. Pengembangan jalur rel ganda Semarang - Pekalongan - Tegal.

Sedangkan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana

penunjang transportasi kereta api adalah peningkatan stasiun

kereta api di Kecamatan Sragi. Di Kabupaten Pekalongan juga

diarahkan pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi

laut yaitu pengembangan pelabuhan umum berupa pelabuhan

pengumpan di Pelabuhan Wonokerto.

(11)

Pengembangan sistem jaringan prasarana energi dimaksudkan untuk

menunjang penyediaan jaringan energi listrik dan pemenuhan energi

lainnya, terdiri dari:

 Pengembangan prasarana kelistrikan;

 Pengembangan prasarana energi bahan bakar minyak dan gas;  Pengembangan energi baru terbarukan; dan

 Energi alternatif.

Pengembangan prasarana kelistrikan di Kabupaten Pekalongan terdiri

atas

 Pelayanan jaringan PLN melalui ranting PLN yang ada di daerah, serta pengadaan upaya perluasan jaringan listrik pada daerah

terpencil;

 Pengembangan SUTET 500 kV yang melewati Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan

Karangdadap dan Kecamatan Buaran;

 Pengembangan SUTT 150 kV yang melewati Kecamatan

Wonopringgo, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Buaran;

dan

 Layanan pengaduan masyarakat.

Selain itu rencana pengembangan prasarana energi bahan bakar

minyak dan gas juga tercata dalam rencana pengembangan wilayah

Kabupaten Pekalongan yang meliputi pembangunan stasiun pengisian

bahan bakar baik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

maupun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) di setiap

kecamatan serta pembangunan pipa transmisi gas jalur Cirebon -

Semarang melalui Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan

Wiradesa, dan Kecamatan Tirto.

c) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi

dan informasi

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi

dan informasi di Kabupaten Pekalongan meliputi:

 Penambahan jaringan distribusi dari ibukota kabupaten ke ibukota kecamatan yang belum ada jaringan terrestrial;

(12)

 Pengadaan layanan internet gratis di semua lokasi strategis penting dan di alun-alun Kajen;

 Penggelaran serat optik, khususnya untuk jaringan dalam kota, sepeti Kecamatan Kajen, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan

Buaran dan Kecamatan Wiradesa;

 Penataan ketinggian Base Transceiver Station (BTS) di semua wilayah dengan ketentuan:

o Ketinggian maksimum 40 (empat puluh) meter di dalam

kawasan perkotaan; dan

o Ketinggian maksimum 100 (seratus) meter di luar kawasan

perkotaan.

Terkait dengan rencana infrastruktur telekomunikasi dan informasi,

berupa pembangunan menara BTS bersama dan pemancar radio,

terutama pada wilayah yang tidak terjangkau telepon kabel, seperti di

Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan

Kandangserang, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan

Lebakbarang.

d) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air

sebagai salah satu sistem jaringan prasarana utama di Kabupaten

Pekalongan meliputi:

 Jaringan sumber daya air lintas kabupaten;  Wilayah sungai;

 Jaringan irigasi;

 Jaringan air baku untuk air minum dengan sistem jaringan perpipaan dan non perpipaan; dan

 Sistem pengendalian banjir.

Pengembangan jaringan sumber daya air wilayah sungai lintas

kabupaten sebagaimana yaitu di wilayah sungai Pemali Comal yang

meliputi DAS Sragi Lama dan Sragi Baru, Sengkarang, Kupang, Gabus,

Sambong, Sono, Karanggeneng, Boyo, Urang, Kretek, Bugel,Kuripan,

dan Kedondong.

Dalam menunjang ketersediaan sumber daya air di Kabupaten

Pekalongan juga dikembangkan rencana pengembangan embung dan

(13)

 Pembangunan embung pada daerah hulu untuk kebutuhan air baku, pertanian dan pengendalian banjir;

 Pembuatan area resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif untuk pengendalian banjir dan konservasi cadangan

sumber air;

 Upaya konservasi embung dan lumbung air meliputi:

1)Lumbung air Kapirutan di Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi;

2)Lumbung air Kulu di Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar;

3)Embung Tracas di Desa Sukoyoso, Kecamatan Kajen;

4)Embung-embung lain yang akan dibangun kemudian.

Selain pengembangan lumbung air tersebut, pengembangan sistem

jaringan irigasi berdasarkan tingkatan stakeholder juga diarahkan

untuk dikembangkan di Kabupaten Pekalongan, yakni :

1)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab

Pemerintah, lintas kabupaten/kota, meliputi DI Kaliwadas

dengan luas kurang lebih 7.548 (tujuh ribu lima ratus empat

puluh delapan) hektar dimana kurang lebih 2.108 (dua ribu

seratus delapan) hektar terdapat di Daerah, DI Pesantren

Kletak dengan luas kurang lebih 3.517 (tiga ribu lima ratus

tujuh belas) hektar dimana kurang lebih 3.246 (tiga ribu dua

ratus empat puluh enam) hektar terdapat di Daerah, dan DI

Kupang Krompeng dengan luas kurang lebih 3.040 (tiga ribu

empat puluh) hektar dimana kurang lebih 50 (lima puluh)

hektar terdapat di Daerah;

2)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab

Pemerintah, utuh kabupaten, meliputi DI Sragi dengan luas

kurang lebih 3.212 (tiga ribu dua ratus dua belas) hektar;

3)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab

pemerintah provinsi, lintas kabupaten/kota meliputi DI Asem

Siketek/Kesetu dengan luas kurang lebih 500 (lima ratus)

hektar dimana kurang lebih 238 (dua ratus tiga puluh delapan)

hektar terdapat di Daerah;

4)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab

(14)

puluh delapan) hektar, DI Sudikampir dengan luas kurang lebih

1.521 (seribu lima ratus dua puluh satu) hektar dan DI Tapak

Menjangan dengan luas kurang lebih 1.330 (seribu tiga ratus

tiga puluh) hektar;

5)Sistem jaringan irigasi kewenangan kabupaten meliputi 339 DI

dengan luasan kurang lebih 13.816 (tiga belas ribu delapan

ratus enam belas).

Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kabupaten

Pekalongan, juga dikembangkan melalui rencana pengembangan

jaringan air baku untuk air minum melalui pemanfaatan

sumber-sumber air baku permukaan dan air tanah mencakup pembangunan,

rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pengelolaan air baku untuk air bersih. Dalam pelayanan air minum,

PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum memiliki peran penting bagi

pelaksanaan pemenuhan kebutuhan air bersih baik untuk rumah

tangga, industri, pelayanan umum serta tanah pertanian tanaman

pangan di Kabupaten Pekalongan. Kebutuhan air minum termasuk

untuk mandi, cuci, masak dan lain-lain, menurut Pedoman Teknik

Baku Perencanaan Tata Ruang adalah sebanyak 60 liter/orang/hari,

dengan 60 % kebutuhan penduduk terlayani, kebutuhan industri dan

fasilitas sosial diperhitungkan 13 % dari kebutuhan penduduk.

Terdapat kebijakan-kebijakan penting untuk mendukung inovasi

pelestarian air baku di Kabupaten Pekalongan, sebagai berikut:

 Pembersihan bangunan-bangunan yang masuk di area

sempadan sungai terutama pada sungai-sungai yang masuk ke

kawasan pusat kota maupun kawasan strategis;

 Pengembangan biopori dan sumur resapan pada kawasan permukiman penduduk di kawasan perkotaan yang padat;  Program konversi lahan tidak produktif milik masyarakat

sebagai area resapan air dengan pola insentif kepada pemilik

lahan;

 Peningkatan pembangunan bendung atau bendungan di sungai sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak

(15)

 Pembatasan penambahan dan penggunaan sumur bor bagi kepentingan non rumah tangga dalam skala besar (industri,

perdagangan, jasa) lebih dari 10 % (sepuluh persen) dari

jumlah yang ada pada wilayah Cekungan Air Tanah di

Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan

Wonokerto dan Kecamatan Tirto; dan

 Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM Tirta Kajen di semua wilayah kota kecamatan hingga 80% yang terlayani dan

peningkatan SPAM untuk wilayah perdesaan hingga 60% yang

terlayani.

2) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya berdasarkan

ketentuan yang termuat dalam Perda RTRW Kabupaten Pekalongan,

meliputi rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan

lingkungan dan rencana jalur evakuasi bencana dan ruang evakuasi

bencana.

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan

lingkungan merupakan rencana pengelolaan prasarana yang digunakan

lintas wilayah administratif yang meliputi

Prasarana Pengelolaan Sampah;

Rencana pengembangan prasarana pengelolaan sampah di kabupaten

Pekalongan diarahkan pada upaya perluasan jaringan pelayanan

persampahan ke semua wilayah kecamatan yang belum terlayani,

seperti Kecamatan Talun, Paninggaran, Kandangserang, Lebakbarang,

Petungkriyono, dan Karangdadap.

Selain itu secara spesifik dalam arahan pembangunan juga

direncanakan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) modern

di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong; penambahan sarana

pengangkut sampah; serta pengembangan sistem pengolahan sampah

langsung dari sumber sampahndengan metode 3 R (reduce, reuse dan

recycle) untuk mengurangi jumlah timbunan sampah; dan

Prasarana Pengelolaan Limbah

(16)

a) Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk

mengolah limbah tinja yang ada;

b) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di

seluruh wilayah kota kecamatan yang ada di daerah yang

dilengkapi dengan jaringan perpipaan; dan

c) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah setempat dan

pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpusat.

Secara spesifik, kebijakan pengelolaan air limbah juga tercantum

dalam rencana pengendalian berupa ketentuan umu peraturan zonasi

yang tertuang dalam Perda RTRW Kabupaten Pekalongan, dimana

ketentuan tersebut mengatur rencana sistem pengelolaan limbah yang

terkait dengan sistem permukiman yaitu setiap kegiatan usaha yang

memproduksi air limbah diwajibkan untuk menyediakan instalasi

pengolahan limbah individu dan/atau komunal sesuai dengan

ketentuan teknis yang berlaku. Adapun ketentuan teknis tersebut

sebagai berikut :

 Pengembangan perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;

 Akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;

 Restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima puluh) unit;

 Kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari 10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi);

 Industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah;  Bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan;  Usaha garmen yang dalam produksinya menggunakan zat-zat

kimia dan pewarna; dan

 Usaha peternakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.

Prasarana Drainase.

Kebijakan rencana pengembangan prasarana drainase dalam RTRW

Kabupaten Pekalongan meliputi:

(17)

permukaan dan mengurangi debit air sungai pada musim

penghujan tetapi pada musim kemarau dapat meningkatkan

debit air sungai;

 Pembuatan sempadan sungai pada kawasan tengah dan hilir sungai; dan

 Pembuatan saluran yang lebih memadai pada kawasan yang sering mengalami genangan akibat luapan air sungai.

Namun dalam pengembangannya, Rencana pengembangan jaringan

irigasi di Kabupaten Pekalongan perlu diterapkan tahapan-tahapan

penting sebagai berikut :

 Mendata jaringan drainase di Kabupaten Pekalongan dari segi pengelolan mana yang menjadi wewenang pemerintah pusat,

provinsi dan kabupaten.

 Mengikutsertakan masyarakat petani dalam pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi yang ada.

 Membangun irigasi teknis untuk memperluas ketersediaan lahan sawah abadi.

 Perbaikan saluran irigasi yang ada yang mengalami kerusakan untuk menekan kehilangan air.

 Mengembalikan funsi saluran irigasi yang ada, yang hanya berfungsi debagai saluran irigasi bukan saluran drainase.

7.1.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Pekalongan

Kawasan peruntukan permukiman terbagi atas :

Permukiman Perdesaan

Kebijakan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan sebagaimana tertuang dalam

RTRW Kabupaten Pekalongan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan

kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang

meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan serta perkampungan yang

ada dan arahan bagi perluasannya

Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan

dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada tujuan pengembangan

sarana prasarana penunjangnya yang meliputi penataan ruang kota, yang mencakup

(18)

Adapun Strategi Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan,

dilakukan sebagai berikut:

 Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan.

 Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan.  Peningkatan kualitas permukiman perkotaan.

 Pengembangan perumahan terjangkau.

 Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan.  Pengembangan kasiba/lisiba mandiri.

7.1.3 Pengembangan Kawasan Strategis

Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten

terhadap pertahanan kemanan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup dan

pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.

Pengembangan kawasan strategis Kawasan strategis di kabupaten Pekalongan

sebagaimana diuraikan sebelumnya bergantung pada kepentingan kawasan masing-masing,

yaitu dideliniasikan sebagai berikut :

A. Pertumbuhan Ekonomi

1) Kawasan Strategis Provinsi (KSP), yaitu Kota Pekalongan - Kabupaten

Batang -Kabupaten Pekalongan (Petanglong);

2) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), yaitu:  Kawasan Perkotaan Kajen;

 Kawasan agropolitan di Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Petungkriyono;

 Kawasan di sepanjang jalur Pantura yang melewati Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Siwalan yang berkembang

berbagai industri serta perdagangan dan jasa;

 Kawasan pesisir untuk perkembangan perikanan tangkap dan pariwisata di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan

Kecamatan Tirto; dan

 Kawasan industri menengah, kecil dan mikro yang tersebar di daerah, terutama di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Buaran, Kecamatan

Kedungwuni, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Wiradesa,

(19)

B. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis kepentingan sosial budaya meliputi:  Makam Siti Ambariyah di Kecamatan Bojong;  Makam Ki Ageng Rogoselo di Kecamatan Doro;  Makam Mbah Gendon di Kecamatan Kesesi;  Makam Wali Tanduran di Kecamatan Paninggaran;  Kawasan situs purbakala di Kecamatan Kesesi;

 Kawasan situs purbakala dan ekowisata di Kecamatan Petungkriyono; dan  Kawasan wisata Linggoasri di Kecamatan Kajen.

C. Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

Rencana pengembangan kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan sebagaimana berupa kawasan konservasi yang meliputi:  kawasan hutan lindung yang ada di Kecamatan Petungkriyono,

 Kecamatan Kandangserang, dan Kecamatan Paninggaran; kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat terletak di

 Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Kandangserang,

 Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Talun;

mata air yang terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan

Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan

Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kajen, Kecamatan Bojong, Kecamatan

Wonopringgo, Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Kesesi; dan  kawasan perbatasan dengan Kota Pekalongan di Kecamatan Tirto

7.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) merupakan dokumen

perencanaan pembangunan 5 tahunan daerah yang disusun berdasarkan visi dan misi

Kepala Daerah terpilih. Dalam RPJMD meliputi penyiapan data dan informasi pelaksanaan

pembangunan daerah yang mencakup seluruh aspek, sehingga dapat menjadi acuan bagi

penyusuan RPIJM yang merupakan rencana tindak bagi penjabaran program strategi dalam

RPJM termasuk infratruktur permukiman.

(20)

A. Terkait Dengan Sarana Dan Prasarana Dasar Bidang Cipta Karya

1) Masih adanya jalan dan jembatan dengan kondisi rusak dan rusak berat.

2) Belum optimalnya kondisi dan fungsi drainase.

3) Belum optimalnya sistem informasi / data base jalan dan jembatan.

4) Belum optimalnya pengelolaan jaringan irigasi dan pelayanan jaringan

pengairan untuk lahan persawahan.

5) Belum optimalnya pengelolaan dan penyediaan air baku.

6) Belum optimalnya pengelolaan dan pengembangan konservasi sungai,

danau dan sumberdaya lainnya.

7) Belum optimalnya pengelolaan air minum dan limbah.

8) Belum otpimalnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tum buh.

9) Belum optimalnya pembangunan infrastruktur pedesaan.

10)Belum optimalnya kinerja pengelolaan sampah.

B. Terkait Tata Ruang Secara Umum

1) Masih adanya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan

pemanfaatan ruang.

2) Masih adanya tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan dan tata

ruang, antar sektor, yaitu kehutanan, ruang terbuka hijau, kebutuhan

lahan untuk prasarana wilayah dan pemukiman.

3) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah.

4) Belum tersusunnya rencana rinci tata ruang

C. Terkait Perencanaan Pembangunan

1) Belum semua dokumen perencanaan pembangunan yang diwajibkan

Pemerintah Pusat dapat dipenuhi oleh SKPD pengampu urusan, antara lain

perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, wilayah strategis,

pengurangan resiko bencana, serta pengembangan prasarana wilayah dan

sumberdaya alam.

2) Belum optimalnya kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan

daerah khususnya dalam penyediaan data pendukung perencanaan

pembangunan antara lain data spasial, data penduduk miskin per

(21)

3) Belum optimalnya pemanfaatan hasil monitoring-evaluasi pembangunan

sebagai umpan balik penyusunan rencana pembangunan daerah tahun

berikutnya.

4) Kurangnya koordinasi antar SKPD dalam bidang perencanaan.

5) Belum optimalnya upaya sosialisasi dan pengembangan kreativitas serta

inovasi dalam perencanaan pembangunan.

D. Terkait Perumahan

1) Kemampuan Kebutuhan perumahan bagi penduduk tidak sebanding

dengan Pertumbuhan penduduk (backlog). Masih rendahnya penyediaan

rumah, baik oleh pengembang maupun secara swadaya.

2) Masih rendahnya pemenuhan kebutuhan perumahan layak huni yang

terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

3) Masih adanya lingkungan permukiman kumuh.

4) Belum optomalnya upaya pemberdayaan komunitas perumahan.

E. Terkait Lingkungan Hidup

1) Rendahnya upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh

kegiatan industri.

2) Pengembangan dan penyediaan data, informasi dan studi lingkungan pada

setiap perencanaan pembangunan yang mempengaruhi lingkungan belum

optimal

3) Belum opitimalnya perlindungan dan konservasi terhadap sumber daya

alam dan lingkungan hidup.

4) Belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi dan pemulihan cadangan

sumberdaya alam.

5) Meningkatnya polusi udara akibat dari kegiatan industri dan emisi gas

kendaraan bermotor.

6) Masih terbatasnya luasan ruang terbuka hijau dan belum optimalnya

pengelolaan ruang terbuka hijau.

7) Masih terjadinya rob yaitu di wilayah pesisir.

8) Masih rendahnya tingkat koordinasi dalam hal pengendalian kualitas dan

kuantitas sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

(22)

10)Belum optimalnya penataan pertamanan di ruang terbuka hijau.

F. Terkait Kependudukan

1) Belum optimalnya pengembangan dan keserasian kebijakan

kependudukan.

2) Belum optimalnya pelaksanaan dan pelayanan administrasi kependudukan

dan pencatatan sipil.

3) Belum optimalnya pengelolaan sistem pengelolaan administrasi

kependudukan dan catatan sipil

4) Belum optimalnya perwujudan pelayanan dokumen kependudukan dan

pencatatan sipil secara on line.

5) Masih terbatasnya sarana prasarana aparatur kependudukan dan

pencatatan sipil.

G. Terkait Penanaman Modal

1) Belum optimalnya promosi penanaman modal dan masih terdapatnya

hambatan dalam perijinan usaha, antara lain pelayanan dan biaya awal

investasi.

2) Masih rendahnya realisasi penananam modal, terutama dari dunia usaha

dari dalam negeri dalam pengembangan industri, kerajinan, kelautan dan

perikanan serta pengembangan potensi pariwisata.

3) Belum optimalnya kerjasama antar daerah dalam rangka pelayanan

penanaman modal dan pelayanan publik.

4) Belum optimalnya pengkajian dan pengembangan penanaman modal.

H. Terkait Kebudayaan

1) Belum optimalnya pengembangan nilai-nilai budaya terutama budaya lokal

dan kearifan lokal.

2) Belum optimalnya pengelolaan kekayaan budaya. Hal ini ditunjukkan

dengan banyaknya kekayaan budaya dan benda-benda cagar budaya yang

terancam kerusakan. Kurang berperannya masyarakat dalam upaya

pemeliharaan dan perlindungan benda-benda cagar budaya yang ada.

3) Belum optimalnya pengelolaan keragaman budaya, yang ditunjukkan

dengan belum optimalnya upaya pengembangan kesenian yang ada baik

(23)

optimalnya sarana dan prasarana kesenian yang bisa dimanfaatkan oleh

masyarakat luas.

4) Belum optimalnya pengembangan kerjasama dalam pengelolaan kekayaan

budaya.

5) Belum adanya upaya pelestarian budaya lokal batik yang merupakan

warisan heritage Kabupaten Pekalongan.

I. Terkait Kepemudaan

1) Belum optimalnya pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda.

2) Belum optimalnya peran serta generasi muda dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembangunan daerah, antara lain dapat dilihat

dari masih rendahnya akses dan kapasitas generasi muda dalam berbagai

tahapan pembangunan.

3) Belum melembaganya jiwa entrepreneurship/kewirausahaan baik di pribadi

pemudanya maupun di dalam organisasinya.

4) Belum optimalnya peran organisasi kepemudaan dalam upaya peningkatan

kapasitas anggotanya. Khususnya dalam memberikan pendidikan

kecakapan hidup.

5) Belum optimalnya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Narkoba.

6) Masih minimnya kualitas dan kuantitas sarana serta prasana olahraga

sehingga mempunyai dampak pada prestasi olahraga.

7) Belum optimalnya peran organisasi olahraga dalam melakukan pembibitan

dan pembinaan atlet muda berpotensi.

8) Belum optimalnya kerjasama dengan pihak lain dengan terbatasnya dana

lain (bapak asuh untuk cabang-cabang olahraga)

9) Masih terbatasnya SDM dalam pemasyarakatan olahraga, pembinaan dan

pengembangan olahraga prestasi.

J. Terkait Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

1) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik sebagai akibat

dari belum optimalnya pendidikan politik bagi masyarakat.

2) Belum optimalnya pengembangan wawasan kebangsaan di kalangan

masyarakat dan generasi muda.

(24)

4) Masih adanya gangguan-gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan

masyarakat yang memerlukan tindakan antisipasi dari semua pihak.

5) Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam hal peningkatan

keamanan, kenyamanan dan ketertiban lingkungan.

6) Belum optimalnya kegiatan manajemen kebencanaan di berbagai tingkatan

masyarakat.

7) Belum optimalnya pemberantasan penyakit masyarakat.

8) Belum optimalnya penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala

derah.

9) Belum optimalnya pembinaan organisasi masyarakat sipil.

10)Belum optimalnya pelaksanaan mitigasi bencana dan penanggulangan

korban bencana alam.

11)Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat untuk menjaga

kemanan dan ketertiban.

K. Terkait Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Kepegawaian, dan Persandian

1) Belum optimalnya kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah yang

ditunjukkan dengan belum optimalnya perencanaan legislasi daerah

diketahui dari jumlah Perda yang dihasilkan cenderung menurun dari tahun

2009 sebanyak 20 Perda menurun menjadi 7 buah Perda pada tahun 2012

2) Belum optimalnya pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala

daerah.

3) Belum efektif dan efisiennya pengelolaan keuangan daerah dan

pengelolaan asset daerah.

4) Belum intensifnya pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah.

5) Belum optimalnya pengelolaan keuangan desa dalam rangka peningkatan

pembangunan desa.

6) Belum optimlanya peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan

aparatur pengawasan sehingga pengawasan belum sepenuhnya dilakukan

oleh tenaga fungsional pengawas.

7) Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

8) Belum optimalnya respon pemerintah daerah terhadap pengaduan

(25)

9) Belum optimalnya penataan perundang-undangan dan pelaksanaan

otonomi daerah.

10)Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan kedinasan.

11)Belum optimalnya penyelenggaraan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

dengan pihak ketiga dalam rangka promosi penanaman modal,

pengembangan pariwisata dan pengelolaan sumberdaya alam.

12)Belum optimalnya kualitas pelayanan publik pada unit-unit pelayanan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat.

13)Belum optimalnya pengembangan data dan informasi dalam pengambilan

keputusan dan mendukung keterbukaan informasi publik.

14)Belum optimalnya pembinaan dan peningkatan disiplin aparatur

pemerintah daerah.

15)Belum maksimalnya kualitas SDM yang memiliki kompetensi sesuai bidang

tugasnya

16)Belum terwujudnya penerapan sistem e-goverment dan keterbukaan

informasi publik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan di

daerah yang transparan dan akuntabel.

L. Terkait Pemberdayaan Masyarakat

1) Belum optimalnya upaya peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan.

2) Pengembangan kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat desa

belum dapat terwujud sesuai harapan, hal ini dikarenakan kapasitas

masyarakat dalam mengambangkan kelompok-kelompok usaha ekonomi

produktif masih rendah dan jaringan kemitraan dalam mengembangkan

kelompok usaha ekonomi produktif belum sepenuhnya dapat diwujudkan.

3) Peran serta masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan belum

berjalan secara optimal, hanya elit-elit desa yang selalu berperan dalam

setiap tahapan pembangunan serta peran dan akses perempuan dalam

setiap tahapan pembangunan belum sesuai harapan.

4) Belum optimalnya peningkatan kemampuan dan kapasitas aparat desa

dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan

masyarakat belum terwujud secara optimal.

5) Rendahnya peran perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan

(26)

7) Tingkat kemandirian dan keberdayaan kelembagaan masyarakat desa

belum terwujud secara optimal, hal ini dapat diketahui tingkat

ketergantungan masyarakat pada pihak lain masih cukup besar, sehingga

kemampuan masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan

hasil-hasil program belum sesuai harapan.

Isu-Isu Strategis

A. Tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Pekalongan, pada tahun 2010

mencapai 18,08% atau 151.630 jiwa. Kondisi ini berada diatas rata-rata Jawa

Tengah sebesar 16,11%

B. Derajat kesehatan masyarakat rendah, terlihat dari masih rendahnya rata-rata

Usia Harapan Hidup penduduk dibandingkan dengan Usia Harapan Hidup Jawa

Tengah. Usia Harapan Hidup masyarakat pada tahun 2010 adalah 70,28,

sedangkan usia harapan hidup Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 71,1 tahun.

Indikator lain dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Pada tahun 2006 AKI

sebesar 149 per 100.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun 2010 menjadi

162 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2006 sebesar 5 per

1.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 11 per 1.000 kelahiran hidup

C. Rendahnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Pekalongan

khususnya kondisi jalan dan jembatan. Sampai dengan tahun 2010 jalan rusak

berat sebsar 48,45 km dan rusak ringan 162,50 km. Sedangkan jembatan yang

rusak sebanyak 5 unit.

D. Rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk dan rendahnya pemerataan

pendidikan di tingkat SMA/MA dan SMK. Rata-rata lama sekolah Kabupaten

Pekalongan pada tahun 2006 sebesar 6,50 tahun meningkat pada tahun 2009

menjadi 6,60 tahun. APK SMA/MA dan SMK pada tahun 2010 hanya sebesar

61,13%, APM SMA/MA dan SMK sebesar 40,95%.

E. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan prinsip-prinsip

good governance. Hal ini ditandai dengan kurangnya transparansi, akuntabilitas,

profesionalisme aparatur dan responsibilitas serta masih rendahnya partisipasi

masyarakat.Belum optimalnya kualitas pelayanan publik di Kabupaten Pekalongan

terutama pelayanan perijinan, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, s erta

(27)

F. Rendahnya capaian nilai investasi dan kurang optimalnya iklim investasi di

Kabupaten Pekalongan. Pertumbuhan investasi dari tahun 2008 sampai 2010

mengalami penurunan. Pada tahun 2008 nilai investasi sebesar Rp.

1.455.899.022.000,00 menurun pada tahun 2010 sebesar Rp. 990.235.628.000,00

G. Rendahnya kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang

pembangunan. Pada tahun 2009 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten

Pekalongan sebesar 56,49 (kategori menengah bawah) dan Indeks Pemberdayaan

Gender tahun 2009 sebesar 54,27 (kategori menengah bawah).

H. Terjadinya degradasi lingkungan sebagai akibat dari belum tertatanya

pertambangan khususnya galian C sehingga mengakibatkan banjir pada Sungai

Karanganyar pada musim penghujan, dan tingginya pencemaran lingkungan.

Terdapat 6 (enam) sungai yang berpotensi tercemar oleh limbah industri, yaitu :

S. Sragi Lama (Rembun), S. Kapidodo (Kangkung), S. Slempeng, S. Mrican, S.

Meduri, S. Sengkarang (Pencongan) dengan kondisi kualitas air di atas baku mutu

yang ditentukan

7.3 ARAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

Kabupaten Pekalongan belum memiliki Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung.

7.4 ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN

PEKALONGAN (RISPAM)

7.4.1 Rencana Pentahapan Pengembangan (5 Tahunan)

Untuk membuat pentahapan pembangunan di setiap zone, harus diselesaikan

terlebih dahulu masalah utama dari pengadaan SPAM di kabupaten Pekalongan, yaitu

ketersediaan sumber air baku yang terjamin kuantitas, kualitas dan kesinambungannya.

Selain itu perlu dipertimbangkan alternatif sumber-sumber dana yang dapat digunakan

untuk membiayai pengembangan SPAM di kabupaten Pekalongan.

Prioritas utama dalam pengembangan SPAM di setiap zone yang dibentuk adalah sebagai

berikut:

a) Lokasi dengan kepadatan tinggi dan belum terjangkau oleh SPAM perpipaan.

b) Daerah yang rawan penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak baik, namun

(28)

c) Daerah-daerah pengembangan baru, seperti komplek perumahan, kawasan

industri dan lain-lain yang secara ekonomis dapat dijangkau oleh sistem

perpipaan PDAM

d) Pertimbangan keselarasan dengan adanya program lain, seperti SPAM Regional

Petanglong untuk kecamatan Buaran, Tirto dan Siwalan. Akibat dari adanya

program SPAM Regional Petanglong ini maka prioritas yang lebih dulu dikerjakan

adalah Zone 1, Zone 4, Zone 2 dan terakhir Zone 3

A. Sistem Pelayanan Zone 1 - 4

1. Unit Air Baku

Luas lahan genangan yang diperlukan untuk embung Wisnu dengan

kedalaman air efektif 10 meter, yang akan melayani zone I, II, III dan IV,

sebagai berikut:

 Tahap I

 3 Ha

 Pembuatan bangunan intake

 Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air baku Ø 1.000 mm  Tahap II , 7 Ha (tambahan perluasan)

 Tahap III , 10 Ha (tambahan perluasan)  Tahap IV , 10 ha (tambahan perluasan)

2. Unit Produksi

Rencana tahapan pembangunan IPA jenis Kedasih untuk Zone I sampai

dengan IV, sebagai berikut:  Tahap I ,

 250 liter/detik

 Pembebasan lahan untuk IPA, 2 Ha

 Tahap II , 250 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)  Tahap III , 500 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)  Tahap IV , 500 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)

3. Sistem Pelayanan Zone 1

Tahap I, (2014 – 2018) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 1.000 mm dari IPA ke

(29)

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 800 mm dari Karanganyar ke Kajen, 3.850 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Kajen ke

Kesesi, 10.646 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 600 mm dari Kajen ke

Bojong, 7.250 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm dari Karanganyar ke Wonopringgo, 4.900 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 20.000 m  Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit.

Tahap II, (2019 – 2023)

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 20.000 m  Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit Tahap III, (2024 – 2028) :

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E  Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit

Tahap IV, (2029 – 2033) :

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E  Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit

4. Sistem Pelayanan Zone 2

Tahap I, (2014 – 2018) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm dari Bojong ke

Wiradesa, 9.550 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Wiradesa ke

Siwalan, 3.200 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Wiradesa ke Wonokerto, 6.200 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Wiradesa ke Tirto, 2.000 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 15.000 m  Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit

Tahap II, (2019 – 2023) :

(30)

Tahap III, (2024 – 2028) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 10.000 m

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E  Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit

Tahap IV, (2029 – 2033) :

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E  Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit

5. Sistem Pelayanan Zone 3

Tahap I, (2014 – 2018) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm dari Wonopringgo ke Kedungwuni, 4.520 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Kedungwuni ke Buaran, 7.000 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 12.000 m Tahap II, (2019 – 2023) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 12.000 m  Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit Tahap III, (2024 – 2028) :

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E  Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit

Tahap IV, (2029 – 2033) :

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E

6.Sistem Pelayanan Zone 4

Tahap I, (2014 – 2018) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Bojong ke Sragi, 6.100 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 10.000 m  Sambungan rumah (SR) sebanyak 6.000 unit Tahap II, (2019 – 2023) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 10.000 m  Sambungan rumah (SR) sebanyak 4.000 unit Tahap III, (2024 – 2028) :

(31)

 Sambungan rumah (SR) sebanyak 2.000 unit Tahap IV, (2029 – 2033) :

 Sambungan rumah (SR) sebanyak 3.000 unit

B. Sistem Pelayanan Zone 5

1.Unit Air Baku

Luas lahan genangan yang diperlukan untuk embung Jogoloyo dengan

kedalaman air efektif 10 meter, yang akan melayani zone 5, sebagaii berikut:

Tahap I ,

 3 Ha

 Pembuatan bangunan intake

 Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air baku Ø 300 mm Tahap II , (tidak ada perluasan)

Tahap III , 3 Ha (tambahan perluasan)

Tahap IV , (tidak ada perluasan)

2.Unit Produksi

Rencana tahapan pembangunan IPA jenis Kedasih untuk Zone V, sebagai

berikut:

Tahap I ,

 50 liter/detik

 Pembebasan lahan untuk IPA, 0,5 Ha

Tahap II , 50 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)

Tahap III , 50 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)

Tahap IV , 50 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)

3.Sistem Pelayanan Zone 5

Tahap I, (2014 – 2018) :

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm, dari IPA ke Doro, 8.500 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm, dari Doro ke Talun, 5.500 m

 Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm, dari Talun ke Karangdadap, 13.640 m

(32)

 Pengadaan dan pemasangan tambahan pipa JDB, 15.000 m  SR sebanyak 7.000 unit

Tahap III, (2024 – 2028) :

 Sambungan rumah (SR) sebanyak 7.000 unit Tahap IV, (2029 – 2033) :

 Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E  Sambungan rumah (SR) sebanyak 7.000 unit

C. Sistem Pelayanan IKK dan Perdesaan

Tidak dibuat pentahapan, karena setiap tahun dapat diadakan pekerjaan SPAM

IKK dan SPAM Perdesaan yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Propinsi dalam bentuk bantuan fisik dari PKPAM, Pamsimas, DAK,

PNPM dan lain-lain untuk mengembangkan SPAM yang tidak akan terjangkau

oleh program pelayanan PDAM, baik sudah ada maupun untuk daerah yang

belum ada SPAM termasuk untuk daerah rawan air.

7.4.2 Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi

Rencana Induk SPAM juga harus memperhatikan keselarasan dengan prasarana dan

sarana sanitasi, karena program sanitasi dapat mendukung program pengembangan SPAM

terutama dalam upaya pengendalian lingkungan agar tidak mencemari sumber-sumber air

baku yang digunakan untuk SPAM baik perpipaan maupun non perpipaan.

A. Potensi Pencemaran Air Baku

Pencemaran air baku dapat terjadi di sumbernya maupun di sepanjang aliran

sungai yang melintasi wilayah desa dan perkotaan. Potensi pencemar air baku

dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti berikut:

1) Pencemaran dapat terjadi di sumber`mata air terutama yang dapat

menyebabkan kandungan bakteri didalam air baku menjadi tinggi. Sumber

pencemar tersebut dapat berupa kotoran hewan maupun manusia, dan juga

dapat dimungkinkan dari kandungan kimiawi yang ada didalam tanah.

2) Pencemaran dapat terjadi disepanjang alur sungai dari hulu hingga hilir

terutama yang melalui daerah permukiman padat dan daerah industri.

Sumber pencemaran dapat berupa buangan sampah baik padat maupun cair,

buangan limbah industri terutama air bekas pencucian batik, pestisida yang

mungkin dapat terjadi dari air yang mengalir dari persawahan

(33)

Pengamanan sumber air baku untuk air minum yang berupa mata air, air

permukaan dan air tanah dapat dilakukan dengan beberapa hal, sebagai berikut:

1) Membuat Kawasan Lindung

Dalam kaitannya dengan upaya melindungi sumber air baku untuk air minum,

kawasan lindung merupakan satu kesatuan elemen yang membentuk pola

ruang di Kabupaten Pekalongan yang berfungsi untuk melindungi pelestarian

fungsi daya alam dan sumber daya buatan. Dalam kaitannya dengan

pembangunan, kawasan lindung merupakan kawasan yang harus dilindungi

dari aktivitas-aktivitas lain selain aktivitas lindung yang dapat merusak dan

mengurangi fungsi lindungnya. Dalam rencana kawasan lindung di Kabupaten

Pekalongan, terdapat beberapa kawasan yang termasuk kawasan lindung

yang harus diperhatikan kelangsungan fungsinya, yang meliputi :

a) Kawasan Hutan Lindung

Kabupaten Pekalongan, kawasan hutan lindung terdapat di Kecamatan

Paninggaran, Kandangserang, dan Petungkriyono. Dalam rencana

kawasan lindung wilayah Kabupaten Pekalongan, sebagai upaya

perwujudan kawasan hutan lindung dilakukan beberapa upaya yang

meliputi :

 Pemantapan batas dan pematokan kawasan lindung di kecamatan-kecamatan yang memiliki hutan lindung.

 Penggunaan lahan yang akan mengurangi fungsi konservasi secara bertahap dialihkan fungsinya sebagai lindung sesuai kemampuan dana

yang ada.

 Pembatasan pendirian bangunan baru.

 Pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan kebakaran hutan.

b) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan di Bawahnya

Kawasan ini merupakan kawasan resapan air yang ada di Kabupaten

Pekalongan yang tersebar di beberapa wilayah yaitu Kecamatan

Petungkriyono, Lebakbarang, Talun, Doro, Kajen, Karanganyar dan

Kesesi.

c) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan ini merupakan kawasan :

(34)

 Kawasan sempadan pantai dengan jarak minimal 100m dari titik pang tertinggi ke arah darat yang terdapat di Kecamatan Siwalan,

Wonokerto dan Tirto,

 Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurangkurangnya 200m yang terdapat di Kecamatan

Kandangserang (mata air Wedang Atas, Wedang Bawah, Rancah,

Longsong, Watesan, Poh, Sumurup I, Sumurup II, Bubakan dan

Seruni), Kecamatan Doro (mata air Rogoselo), Kecamatan Kesesi

(mata air Mejarum dan Gersali), Kecamatan Karanganyar (mata air

Pedawang, Paseh/Beluk/Soga, Ontobogo dan Sido Sukmo),

Kecamatan Kajen (Banyu Mudal) dan Kecamatan Bojong (mata air

Sendang, Sumur Watu, Pancuran, Santen dan Grugak) dan

 RTH perkotaan yang meliputi jalur hijau, lahan-lahan berupa taman, lahan-lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum serta

pemakaman. Luasan minimal RTH perkotaan di Kabupaten Pekalongan

yaitu minimal 30% dari luas kawasan permukiman perkotaan yang

tersebar di seluruh kecamatan.

d) Kawasan Rawan Bencana Alam

Arahan rencana kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Pekalongan

dibedakan menjadi beberapa kawasan yang meliputi:

 Kawasan rawan longsor yang terdapat di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono, Kesesi, Karanganyar,

Kajen, Talun, Doro

 Kawasan rawan banjir dan erosi yang terdepat di Kecamatan Tirto, Wiradesa, Siwalan, Wonokerto, Sragi, Bojong, Kesesi, Kajen, Buaran,

Karangdadap, dan Wonopringgo,

 Kawasan rawan abrasi dan gelombang pasang yang terdapat di Kecamatan Wonokerto, Tirto dan Siwalan, (d) kawasan rawan

kekeringan yang terdapat di Kecamatan Siwalan, Sragi, Kesesi,

Bojong, dan Talun.

e) Kawasan Lindung Geologi

Dalam rencana kawasan lindung geologi, kawasan yang dilindungi

merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah

(35)

Talun, Doro, Kajen, Karanganyar dan Kesesi. Dalam rencana kawasan

lindung wilayah Kabupaten Pekalongan.

f) Kawasan Lindung Lainnya

Rencana kawasan lindung lainnya merupakan kawasan perlindungan

plasma nutfah yang berada di Kecamatan Petungkriyono, Lebakbarang

dan Kandangserang.

g) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman meliputi:

 Kebijakan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang

terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi

pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan serta perkampungan

yang ada dan arahan bagi perluasannya.

 Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada

tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi

penataan ruang kota, yang mencakup penyusunan dan peninjauan

kembali rencana tata ruang kota.

C. Membuat/Memperbaiki Peraturan Daerah Tentang Limbah Cair dan

Padat

Peraturan tentang limbah cair dan padat yang berkaitan dengan perlindungan

sumber air baku untuk air minum telah dibuat oleh pemerintah pusat.

Sehubungan dengan kegiatan industri rumahan yang memproduksi batik, yang

banyak menghasilkan limbah cair di sembarang tempat tanpa diolah dan juga

tidak terkontrol oleh pemerintah kabupaten, maka diperlukan upaya untuk

mengatur dan mengelola limbah cair yang dibuang oleh industri rumahan

tersebut dengan menerbitkan peraturan daerah (bila belum ada) atau

memperbaiki perturan daerah (bila sudah ada), sehingga limbah cair dari industri

batik tersebut dapat dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan kerusakan

ataupun pencemaran pada badan air yang digunakan sebagai sumber air baku

untuk air minum.

D. Penegakan Hukum

(36)

Karena itu, penegakan hukum dan sanksi terhadap sambungan liar, tunggakan

tagihan yang sudah berbulan-bulan perlu dilakukan dengan tegas tanpa pilih

kasih, dan juga harus sering dilakukan sosialisasi mengenai penegakan hukum

tersebut sehingga tidak ada sikap perlawanan dari masyarakat. Penegakan

hukum tersebut juga harus dilakukan secara tegas terhadap industri, institusi

swasta maupun pemerintah, dan masyarakat yang melanggar undang-undang

ataupun peraturan mengenai pengelolaan limbah cair dan padat.

7.5 ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

7.5.1 Latar Belakang

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam

menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola

hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan

sehari-hari.Kegiatan penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kabupaten merupakan kegiatan yang tidak

terpisahkan dari semangat kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang

berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi

Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun

2002, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun

2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar

yang merupakan target ke-7 MDGs. Penyusunan dokumen strategis sanitasi Kabupaten

Pekalongan mencakup 19 kecamatan dan 285 Desa/Kelurahan. Penetapan wilayah cakupan

strategi sanitasi ini berdasarkan potensi resiko santasi di Kabupaten Pekalongan yang

menurut peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, banyaknya jaringan sungai

yang masih digunakan BABs, ketersediaan sarana sanitasi yang belum memadai dan potensi

daerah genangan air di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di samping itu landasan

penetapan wilayah ini juga mengacu pada pedoman petunjuk praktis program PPSP yang

telah dirilis oleh kementerian pekerjaan umum.

Dalam kaitannya dengan dokumen perencanaan lainnya di Kabupaten Pekalongan,

Strategi Sanitasi Kabupaten ini diposisikan sebagai acuan penyusunan perencanaan

pembangunan dibidang sanitasi di Kabupaten Pekalongan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang daerah (RPJPD), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Investasi Jangka

Menengah (RPIJM) dan dalam penyusunan Renstra SKPD.

(37)

Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) Kabupaten Pekalongan merupakan dokumen

rencana strategis untuk tahun 2012 – 2017 memuat sasaran, arahan, tujuan, pentahapan

pencapaian pembangunan. Sektor sanitasi untuk perencanaan dan pengembangan sanitasi 5

tahun kedepan meliputi, subsektor air limbah, persampahan, drainase lingkungan, PHBS dan

promosi higiene.

A.Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang

bebas dari pencemaran air limbah permukiman dimasa mendatang, baik yang berada

di daerah perkotaan maupun yang tinggal di wilayah perdesaa, memerlukan

pengelolaan air limbah permukiman yang memadai, yang dapat melindungi

sumber-sumber air baku bagi air minum dari pencemaran pembuangan air limbah domestik

baik yang berasal dari aktifitas domestik maupun industri domestik yang berada di

permukiman. Secara umum setiap kabupaten Pekalongan dalam rangka

pengembangan air limbah telah menetapkan berbagai berbagai tujuan, sasaran dan

(38)

Tabel 7.1

Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Misi 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan air limbah yang berwawasan lingkungan

No Isu/

Permasalahan

Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1 Belum memiliki dan panjang skala Kabupaten air limbah domestik skala kabupaten

a. Survey

b. Penyusunan Masterplan

c. Uji Publik

d. Sosialisasi

e. Monev

No Isu/

Permasalahan

Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi Arah Kebijakan

2 Masih banyak

a. Perubahan perilaku untuk tidak BABS

b. Peningkatan kepemilikan jamban pribadi

c. Peningkatan prasarana dan sarana onsite komunal cair industri domestik secara optimal oleh pelaku industri Batik

Meningkatnya sejumlah 50% pelaku industri batik yang membuang limbahnya ke SPAL

Pelaku industri batik yang membuang Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal yang baik dan pemilihan teknologi

a. Sosialisasi b. DED

Gambar

Tabel 7.1 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik
Tabel 7.3 Tujuan Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan
Tabel 7.4 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase
Tabel 7.5 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengelolaan PHBS dan Promosi Higiene

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada kata-kata yang mampu terucap, hanya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihNya kepada peneliti sehingga sebuah karya penelitian telah berhasil terwujud

Penerapan manajemen yang konsisten dan komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan menjadikan MA Sirojul Anam menjelma menjadi madrasah yang bermutu

Ratio ( DAR), dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Bila seorang remaja memiliki self-esteem yang tinggi maka ia tidak akan begitu mudah memutuskan untuk bunuh diri, lain halnya dengan remaja yang memiliki

gurunya. Selain itu, anak-anak akan mendapatkan reward apabila melakukan sesuatu yang baik kepada temannya. Hal tersebut dibuktikan saat Peneliti datang langsung ke

Dengan diketahuinya media pembelajaran mana yang lebih baik. untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka penggunaannya

Apabila suporter Persebaya mengangap bahwa menjadi suporter haruslah nekat dan berani maka akan timbul perasaan senang terhadap perilaku agresi, sebaliknya apabila

1) Besar kecilnya pemberian kompensasi, dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan memepengaruhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa