BAB VII
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN
7.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan yang di dalamnya membahas
pengaturan permukiman dan infrastruktur Bidang Cipta Karya terdiri dari rencana struktur
ruang wilayah dan rencana pola ruang wilayah.
7.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah
Rencana Struktur Ruang Wilayah di dalamnya terdapat rencana sistem pedesaan dan
rencana sistem perkotaan
A. Rencana Sistem Perdesaan
Sebagaimana tertuang dalam Perda RTRW Kabupaten Pekalongan, Rencana
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Pekalongan diarahkan
pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan
kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat
pertumbuhan serta perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. Selain
itu, tidak kalah pentingnya dalam upaya pengembangan kawasan Perdesaan, di
Kabupaten Pekalongan juga tengah dikembangkan Kawasan Peruntukkan kegiatan
Agropolitan yang terdiri atas kawasan agropolitan di Kecamatan Doro, Kecamatan
Talun, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Petungkriyono yang merupakan
bagian dari Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
Sehingga dalam pengembangan kawasan Perdesaan, harus dilakukan dengan
mendukung pola rencana yang ada, dalam hal ini pengembangan infrastruktur yang
mencakup bidang cipta karya diarahkan untuk mendukung rencana pengembangan
kawasan agropolitan. Meskipun pemilihan dan pengembangan desa-dea potensial
sebagai pusat pertumbuhan yang mampu menstimulus perkembangan lainnya,
namun asas pemerataan dan kseimbangan pelayanan infrastruktur juga menjadi
tujuan utama.
B. Rencana Sistem Perkotaan
Dalam pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan mencakup wilayah
pengembangan perkotaan dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada
tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya. Sistem permukiman pada
dasarnya dikembangkan untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan
memenuhi kebutuhan lokal, baik perumahan dan permukiman beserta sarana dan
prasarana penunjangnya, tetapi pengembangan sistem perkotaan juga diupayakan
untk mendukung konstelasi Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu Kawasan
Strategis Provinsi (Kota Pekalongan - Kabupaten Batang - Kabupaten Pekalongan
(Petanglong)). Untuk itu, perkotaan yang ada harus dikembangkan sebagai satu
pintu pengembangan wilayah Kabupaten Pekalongan secara keseluruhan, yang
terintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum , sosial budaya dan
ekonomi.
Oleh karena itu, dalam cakupan pengembangan infrastruktur bidang Cipta karya,
arahan pengembangan juga ditujukan untuk peningkatan fungsi dan peran kota-kota
yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi utama
sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan fungsi kotanya,
untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi, dapat
mengakomoir kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan
fungsi dan peran kota.
Berdasarkan konsep tersebut, maka rencana pengembangan sistem perkotaan
dilakukan berdasarkan skenario terpilih yang telah diungkapkan dalam konsep
pengembangan tata ruang wilayah (RTRW) dan juga berdasarkan karakteristik
wilayah secara keseluruhan. Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan
dalam struktur tata ruang Kabupaten Pekalongan ditentukan berdasarkan efisiensi
jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis. Pengembangan tersebut
secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang dilindungi (kawasan
lindung). Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan
maupun pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Sistem pusat pelayanan wilayah
kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/ atau
administrasi masyarakat di wilayah kabupaten tersebut
Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi titik-titik pusat pelayanan di kabupaten
Pekalongan, berikut adalah hirarki dan fungsi pelayanan di Kabupaten Pekalongan
berdasarkan kecamatan dan fungsi pusat pelayanan serta rencana sistem jaringan.
Tabel 7.1
Pusat Pelayanan tiap-tiap kecamatan dan rencana pengembangan dalam Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Pekalongan
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
Pusat Pemerintahan Tingkat
Kabupaten
Pusat Permukiman
Pusat Pendidikan
Pusat pelayanan Sosial ekonomi
skala kabupaten
Pusat Transportasi Wilayah
Pengembangan Pariwisata
Pusat Pengembangan Permukiman
Perkotaan
Daerah pengembangan
perdagangan
sebagai lumbung air
Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM
Tirta Kajen
Wiradesa Pusat Permukiman
Pusat pengembangan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pusat Pengembangan kegiatan
perdagangan dan jasa skala
kecamatan dan kabupaten
Pengembangan Tanaman Pangan
Pengembangan Industri Besar,
Menengah dan Kecil
Pusat kegiatan transportasi
Pusat pengembangan kegiatan
wisata belanja
Pengembangan kawasan
perdagangan batik dan tekstil
PKLp Kedungwuni Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa
Pusat orientasi perdagangan tingkat
kecamatan dan kabupaten
Pengembangan Pusat Transportasi
Pengembangan Kawasan
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
Pengembangan Permukiman
Pengembangan Kegiatan Industri
Kecil Besar dan menengah
PPK Karanganyar Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
dan ekonomi
Pengembangan kagiatan
Perdagangan dan jasa
Pengembangan tanaman
perkebunan dan holtikultura
Pengembangan Permukiman
Pengembangan kegiatan wisata air
dan pemancingan
Rencana Pengembangan Lumbung air
Kulu di Desa Kulu, Kecamatan
Karanganyar;
Sragi Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pusat pengembangan pelayanan
sosial ekonomi dan jasa
Pusat Pengembangan permukiman
Pengembangan Pertanian Tanaman
Pangan, paliwija perkebunan
Pengembangan kegiatan industri
kecil dan menengah
Pusat kegiatan transportasi
Pusat kegiatan perdagangan dan
jasa
Rencana Pengembanan Sumber Daya Air
(DAS) Sragi Lama dan Sragi Baru
Pengembangan sistem jaringan irigasi
sebagai prasarana sumber daya air
dengan luas kurang lebih 3.212 (tiga ribu
dua ratus dua belas) hektar;
PPL Doro Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pusat Transportasi wilayah
Pengembangan Permukiman
Pengembangan Tanaman
holtikultura
Pengembangan Tanaman
Perkebunan
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
Rakyat
Pengembangan Agroindutri
Siwalan Pusat Pemerintahan Skala
Kecamatan
Pusat pengembangan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan kegiatan
Permukiman
Pengembangan kegiatan perikanan
Pengembangan Industri Besar,
Menengah dan Kecil
Pusat pengembangan kegiatan
wisata alam
Kesesi Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pusat kegiatan perdagangan dan
jasa
Pengembangan Pertanian Tanaman
Pangan, paliwija perkebunan
Pengembangan kegiatan industri
kecil dan menengah
Pengembangan permukiman
Pengembangan Hutan rakyat
Rencana Pengembangan Lumbung air
Kapirutan di Desa Kesesi Kecamatan
Kesesi
Bojong Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pusat kegiatan perdagangan dan
jasa
Pengembangan Pertanian Tanaman
Pangan, paliwija perkebunan
Rencana pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) modern di Desa
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
kecil dan menengah
Pengembangan permukiman
Pengembangan Hutan rakyat
Buaran Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa
Pengembangan Kegiatan industri
Kecil dan Menengah
Pengembangan Kegiatan
pedagangan dan jasa
Pengembangan kegiatan pertanian
tanaman pangan
Wonopringgo Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan industri kecil dan
menengah
Pengembangan tanaman pangan
Pengembangan kegiatan
perdagangan
Pengembangan Permukiman
Tirto Pusat Pemerintahan Skala
Kecamatan
Pusat pengembangan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pusat Permukiman
Pengembangan Perdagangan dan
jasa
Pengembangan kegiatan perikanan
Pengembangan Industri Besar,
Menengah dan Kecil
Talun Pusat Pemerintahan Kecamatan
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan Tanaman Pangan
dan Holtikultura
Pengembangan Tanaman
perkebunan
Pengembangan Peternakan
Pengembangan Permukiman
Karangdadap Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa
Pengembangan kegiatan pertanian
tanaman pangan
Rencana perluasan jaringan pelayanan
persampahan
Paninggaran Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan Permukiman
Pengembangan Kegiatan
Perkebunan dan Hutan Rakyat
Pengembangan Tanaman Pangan
dan Holtikultura
Pengembangan Tanaman
Perkebunan Teh
Pusat Pengembangan peternakan
Pusat pengembangan Kegiatan
Pariwisata
Pengembangan desa mandiri energi
Rencana perluasan jaringan pelayanan
persampahan
Kandangserang Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan Permukiman
Pengembangan Kegiatan
Rencana perluasan jaringan pelayanan
Sistem
Perkotaan Kecamatan
Fungsi Pusat
Pelayanan
Rencana Sistem jaringan
Berdasarkan Sektor-sektor Bidang
Cipta Karya
Pengembangan Tanaman Pangan
dan Holtikultura
Pengembangan Tanaman
Perkebunan
Pengembangan desa mandiri energ
Petungkriyono Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan Holtikultura
Pengembangan Tanaman
perkebunan
Pengembangan Peternakan
Pengembangan Permukiman
Pengembangan Ekowisata
Pengembangan Desa Mandiri Energi
Pengembangan Kawasan Suaka Ala
Rencana perluasan jaringan pelayanan
persampahan
Lebakbarang Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengembangan pelayanan sosial
ekonomi dan jasa tingkat
kecamatan
Pengembangan Permukiman
Pengembangan Kegiatan
Perkebunan dan Hutan Rakyat
Pengembangan Tanaman Pangan
dan Holtikultura
Pengembangan Tanaman
Perkebunan
Pengembangan desa mandiri energi
Rencana perluasan jaringan pelayanan
persampahan
Sumber : RTRW kabupaten Pekalongan 2011 – 2031
C.Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah
Sebagaimana ketentuan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan,
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana, meliputi sistem jaringan
1) Sistem Jaringan Prasarana Utama
a) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Jalan Sistem Jaringan Transportasi
Secara kesesisteman jaringan transportasi diarahkan pada
perkembangan wilayah yang secara konsepsi memberikan sistem
jaringan jalan yang direncanakan akan dikembangkan sebagai
sistem prasarana wilayah antara lain sebagai berikut:
o Rencana pengembangan status jalan di Kabupaten Pekalongan,
meliputi:
Rencana pembangunan jalan tol pada ruas jalan tol
Pemalang - Batang;
Peningkatan jalan provinsi ruas Wiradesa - Kajen – Kalibening menjadi jalan strategis nasional; dan
Peningkatan jalan kabupaten ruas Buaran – Kedungwuni –
Wonopringgo – Karanganyar dan Doro – Petungkriyono –
Kalibening menjadi jalan provinsi.
o Rencana pengembangan fungsi jalan di Kabupaten Pekalongan,
meliputi:
Pengembangan jalan arteri primer, yaitu jalur jalan lingkar
Pemalang – Kota Pekalongan;
Pengembangan jalan kolektor sekunder Buaran - Kedungwuni - Wonopringgo – Karanganyar dan Doro –
Petungkriyono – Kalibening menjadi jalan kolektor primer;
dan
Rencana pengembangan dan peningkatan jalan kolektor di
semua kecamatan;
o Rencana pengembangan terminal penumpang di Kabupaten
Pekalongan, meliputi:
Terminal tipe C di Kecamatan Wiradesa; Terminal tipe C di Kecamatan Kedungwuni; Terminal tipe C di Kecamatan Doro;
o Rencana pengembangan prasarana dan fasilitas jalan di
Kabupaten Pekalongan, meliputi:
Pengembangan rencana jalur pejalan kaki;
Pengembangan rencana jalur sepeda motor dan sepeda; Pengembangan rencana jalur penyeberangan jalan berupa
zebra cross dan jembatan;
Pengembangan rencana fasilitas jalan.
o Rencana pengembangan manajemen dan rekayasa lalu lintas
dan angkutan jalan di Kabupaten Pekalongan, meliputi:
Peningkatan fungsi jalan;
Penerapan analisis mengenai dampak lalu lintas terhadap kegiatan pembangunan yang berdampak pada lalu lintas;
Peningkatan sarana dan prasarana lalu lintas; dan Peningkatan lahan parkir.
Selain terkonsentrasi pada pengemb angan sistem jaringan
prasarana jalan, pengembangan juga tertuju pada bidang
perkeretaapian dan arus masuk barang melalui engembangan
pelabuhan. Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api di
Kabupaten Pekalongan, meliputi:
a. Pengembangan jalur perkeretaapian; dan
b. Pengembangan prasarana penunjang transportasi kereta api.
Dimana, rencana pengembangan jalur perkeretaapian tersebut
meliputi:
a. Pengembangan dan penataan jalur perkeretaapian Pemalang -
Pekalongan - Batang; dan
b. Pengembangan jalur rel ganda Semarang - Pekalongan - Tegal.
Sedangkan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
penunjang transportasi kereta api adalah peningkatan stasiun
kereta api di Kecamatan Sragi. Di Kabupaten Pekalongan juga
diarahkan pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi
laut yaitu pengembangan pelabuhan umum berupa pelabuhan
pengumpan di Pelabuhan Wonokerto.
Pengembangan sistem jaringan prasarana energi dimaksudkan untuk
menunjang penyediaan jaringan energi listrik dan pemenuhan energi
lainnya, terdiri dari:
Pengembangan prasarana kelistrikan;
Pengembangan prasarana energi bahan bakar minyak dan gas; Pengembangan energi baru terbarukan; dan
Energi alternatif.
Pengembangan prasarana kelistrikan di Kabupaten Pekalongan terdiri
atas
Pelayanan jaringan PLN melalui ranting PLN yang ada di daerah, serta pengadaan upaya perluasan jaringan listrik pada daerah
terpencil;
Pengembangan SUTET 500 kV yang melewati Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan
Karangdadap dan Kecamatan Buaran;
Pengembangan SUTT 150 kV yang melewati Kecamatan
Wonopringgo, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Buaran;
dan
Layanan pengaduan masyarakat.
Selain itu rencana pengembangan prasarana energi bahan bakar
minyak dan gas juga tercata dalam rencana pengembangan wilayah
Kabupaten Pekalongan yang meliputi pembangunan stasiun pengisian
bahan bakar baik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
maupun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) di setiap
kecamatan serta pembangunan pipa transmisi gas jalur Cirebon -
Semarang melalui Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan
Wiradesa, dan Kecamatan Tirto.
c) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi
dan informasi
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi
dan informasi di Kabupaten Pekalongan meliputi:
Penambahan jaringan distribusi dari ibukota kabupaten ke ibukota kecamatan yang belum ada jaringan terrestrial;
Pengadaan layanan internet gratis di semua lokasi strategis penting dan di alun-alun Kajen;
Penggelaran serat optik, khususnya untuk jaringan dalam kota, sepeti Kecamatan Kajen, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan
Buaran dan Kecamatan Wiradesa;
Penataan ketinggian Base Transceiver Station (BTS) di semua wilayah dengan ketentuan:
o Ketinggian maksimum 40 (empat puluh) meter di dalam
kawasan perkotaan; dan
o Ketinggian maksimum 100 (seratus) meter di luar kawasan
perkotaan.
Terkait dengan rencana infrastruktur telekomunikasi dan informasi,
berupa pembangunan menara BTS bersama dan pemancar radio,
terutama pada wilayah yang tidak terjangkau telepon kabel, seperti di
Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan
Kandangserang, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan
Lebakbarang.
d) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air
sebagai salah satu sistem jaringan prasarana utama di Kabupaten
Pekalongan meliputi:
Jaringan sumber daya air lintas kabupaten; Wilayah sungai;
Jaringan irigasi;
Jaringan air baku untuk air minum dengan sistem jaringan perpipaan dan non perpipaan; dan
Sistem pengendalian banjir.
Pengembangan jaringan sumber daya air wilayah sungai lintas
kabupaten sebagaimana yaitu di wilayah sungai Pemali Comal yang
meliputi DAS Sragi Lama dan Sragi Baru, Sengkarang, Kupang, Gabus,
Sambong, Sono, Karanggeneng, Boyo, Urang, Kretek, Bugel,Kuripan,
dan Kedondong.
Dalam menunjang ketersediaan sumber daya air di Kabupaten
Pekalongan juga dikembangkan rencana pengembangan embung dan
Pembangunan embung pada daerah hulu untuk kebutuhan air baku, pertanian dan pengendalian banjir;
Pembuatan area resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif untuk pengendalian banjir dan konservasi cadangan
sumber air;
Upaya konservasi embung dan lumbung air meliputi:
1)Lumbung air Kapirutan di Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi;
2)Lumbung air Kulu di Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar;
3)Embung Tracas di Desa Sukoyoso, Kecamatan Kajen;
4)Embung-embung lain yang akan dibangun kemudian.
Selain pengembangan lumbung air tersebut, pengembangan sistem
jaringan irigasi berdasarkan tingkatan stakeholder juga diarahkan
untuk dikembangkan di Kabupaten Pekalongan, yakni :
1)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab
Pemerintah, lintas kabupaten/kota, meliputi DI Kaliwadas
dengan luas kurang lebih 7.548 (tujuh ribu lima ratus empat
puluh delapan) hektar dimana kurang lebih 2.108 (dua ribu
seratus delapan) hektar terdapat di Daerah, DI Pesantren
Kletak dengan luas kurang lebih 3.517 (tiga ribu lima ratus
tujuh belas) hektar dimana kurang lebih 3.246 (tiga ribu dua
ratus empat puluh enam) hektar terdapat di Daerah, dan DI
Kupang Krompeng dengan luas kurang lebih 3.040 (tiga ribu
empat puluh) hektar dimana kurang lebih 50 (lima puluh)
hektar terdapat di Daerah;
2)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab
Pemerintah, utuh kabupaten, meliputi DI Sragi dengan luas
kurang lebih 3.212 (tiga ribu dua ratus dua belas) hektar;
3)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab
pemerintah provinsi, lintas kabupaten/kota meliputi DI Asem
Siketek/Kesetu dengan luas kurang lebih 500 (lima ratus)
hektar dimana kurang lebih 238 (dua ratus tiga puluh delapan)
hektar terdapat di Daerah;
4)Sistem jaringan irigasi kewenangan dan tanggung jawab
puluh delapan) hektar, DI Sudikampir dengan luas kurang lebih
1.521 (seribu lima ratus dua puluh satu) hektar dan DI Tapak
Menjangan dengan luas kurang lebih 1.330 (seribu tiga ratus
tiga puluh) hektar;
5)Sistem jaringan irigasi kewenangan kabupaten meliputi 339 DI
dengan luasan kurang lebih 13.816 (tiga belas ribu delapan
ratus enam belas).
Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kabupaten
Pekalongan, juga dikembangkan melalui rencana pengembangan
jaringan air baku untuk air minum melalui pemanfaatan
sumber-sumber air baku permukaan dan air tanah mencakup pembangunan,
rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan air baku untuk air bersih. Dalam pelayanan air minum,
PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum memiliki peran penting bagi
pelaksanaan pemenuhan kebutuhan air bersih baik untuk rumah
tangga, industri, pelayanan umum serta tanah pertanian tanaman
pangan di Kabupaten Pekalongan. Kebutuhan air minum termasuk
untuk mandi, cuci, masak dan lain-lain, menurut Pedoman Teknik
Baku Perencanaan Tata Ruang adalah sebanyak 60 liter/orang/hari,
dengan 60 % kebutuhan penduduk terlayani, kebutuhan industri dan
fasilitas sosial diperhitungkan 13 % dari kebutuhan penduduk.
Terdapat kebijakan-kebijakan penting untuk mendukung inovasi
pelestarian air baku di Kabupaten Pekalongan, sebagai berikut:
Pembersihan bangunan-bangunan yang masuk di area
sempadan sungai terutama pada sungai-sungai yang masuk ke
kawasan pusat kota maupun kawasan strategis;
Pengembangan biopori dan sumur resapan pada kawasan permukiman penduduk di kawasan perkotaan yang padat; Program konversi lahan tidak produktif milik masyarakat
sebagai area resapan air dengan pola insentif kepada pemilik
lahan;
Peningkatan pembangunan bendung atau bendungan di sungai sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak
Pembatasan penambahan dan penggunaan sumur bor bagi kepentingan non rumah tangga dalam skala besar (industri,
perdagangan, jasa) lebih dari 10 % (sepuluh persen) dari
jumlah yang ada pada wilayah Cekungan Air Tanah di
Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan
Wonokerto dan Kecamatan Tirto; dan
Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM Tirta Kajen di semua wilayah kota kecamatan hingga 80% yang terlayani dan
peningkatan SPAM untuk wilayah perdesaan hingga 60% yang
terlayani.
2) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya berdasarkan
ketentuan yang termuat dalam Perda RTRW Kabupaten Pekalongan,
meliputi rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan
lingkungan dan rencana jalur evakuasi bencana dan ruang evakuasi
bencana.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan
lingkungan merupakan rencana pengelolaan prasarana yang digunakan
lintas wilayah administratif yang meliputi
Prasarana Pengelolaan Sampah;
Rencana pengembangan prasarana pengelolaan sampah di kabupaten
Pekalongan diarahkan pada upaya perluasan jaringan pelayanan
persampahan ke semua wilayah kecamatan yang belum terlayani,
seperti Kecamatan Talun, Paninggaran, Kandangserang, Lebakbarang,
Petungkriyono, dan Karangdadap.
Selain itu secara spesifik dalam arahan pembangunan juga
direncanakan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) modern
di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong; penambahan sarana
pengangkut sampah; serta pengembangan sistem pengolahan sampah
langsung dari sumber sampahndengan metode 3 R (reduce, reuse dan
recycle) untuk mengurangi jumlah timbunan sampah; dan
Prasarana Pengelolaan Limbah
a) Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk
mengolah limbah tinja yang ada;
b) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di
seluruh wilayah kota kecamatan yang ada di daerah yang
dilengkapi dengan jaringan perpipaan; dan
c) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah setempat dan
pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpusat.
Secara spesifik, kebijakan pengelolaan air limbah juga tercantum
dalam rencana pengendalian berupa ketentuan umu peraturan zonasi
yang tertuang dalam Perda RTRW Kabupaten Pekalongan, dimana
ketentuan tersebut mengatur rencana sistem pengelolaan limbah yang
terkait dengan sistem permukiman yaitu setiap kegiatan usaha yang
memproduksi air limbah diwajibkan untuk menyediakan instalasi
pengolahan limbah individu dan/atau komunal sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku. Adapun ketentuan teknis tersebut
sebagai berikut :
Pengembangan perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;
Akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;
Restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima puluh) unit;
Kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari 10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi);
Industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah; Bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan; Usaha garmen yang dalam produksinya menggunakan zat-zat
kimia dan pewarna; dan
Usaha peternakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.
Prasarana Drainase.
Kebijakan rencana pengembangan prasarana drainase dalam RTRW
Kabupaten Pekalongan meliputi:
permukaan dan mengurangi debit air sungai pada musim
penghujan tetapi pada musim kemarau dapat meningkatkan
debit air sungai;
Pembuatan sempadan sungai pada kawasan tengah dan hilir sungai; dan
Pembuatan saluran yang lebih memadai pada kawasan yang sering mengalami genangan akibat luapan air sungai.
Namun dalam pengembangannya, Rencana pengembangan jaringan
irigasi di Kabupaten Pekalongan perlu diterapkan tahapan-tahapan
penting sebagai berikut :
Mendata jaringan drainase di Kabupaten Pekalongan dari segi pengelolan mana yang menjadi wewenang pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten.
Mengikutsertakan masyarakat petani dalam pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi yang ada.
Membangun irigasi teknis untuk memperluas ketersediaan lahan sawah abadi.
Perbaikan saluran irigasi yang ada yang mengalami kerusakan untuk menekan kehilangan air.
Mengembalikan funsi saluran irigasi yang ada, yang hanya berfungsi debagai saluran irigasi bukan saluran drainase.
7.1.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Pekalongan
Kawasan peruntukan permukiman terbagi atas :
Permukiman Perdesaan
Kebijakan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan sebagaimana tertuang dalam
RTRW Kabupaten Pekalongan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan
kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang
meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan serta perkampungan yang
ada dan arahan bagi perluasannya
Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan
dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada tujuan pengembangan
sarana prasarana penunjangnya yang meliputi penataan ruang kota, yang mencakup
Adapun Strategi Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan,
dilakukan sebagai berikut:
Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan.
Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan.
Pengembangan perumahan terjangkau.
Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan. Pengembangan kasiba/lisiba mandiri.
7.1.3 Pengembangan Kawasan Strategis
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap pertahanan kemanan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup dan
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.
Pengembangan kawasan strategis Kawasan strategis di kabupaten Pekalongan
sebagaimana diuraikan sebelumnya bergantung pada kepentingan kawasan masing-masing,
yaitu dideliniasikan sebagai berikut :
A. Pertumbuhan Ekonomi
1) Kawasan Strategis Provinsi (KSP), yaitu Kota Pekalongan - Kabupaten
Batang -Kabupaten Pekalongan (Petanglong);
2) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), yaitu: Kawasan Perkotaan Kajen;
Kawasan agropolitan di Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Petungkriyono;
Kawasan di sepanjang jalur Pantura yang melewati Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Siwalan yang berkembang
berbagai industri serta perdagangan dan jasa;
Kawasan pesisir untuk perkembangan perikanan tangkap dan pariwisata di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan
Kecamatan Tirto; dan
Kawasan industri menengah, kecil dan mikro yang tersebar di daerah, terutama di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Buaran, Kecamatan
Kedungwuni, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Wiradesa,
B. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis kepentingan sosial budaya meliputi: Makam Siti Ambariyah di Kecamatan Bojong; Makam Ki Ageng Rogoselo di Kecamatan Doro; Makam Mbah Gendon di Kecamatan Kesesi; Makam Wali Tanduran di Kecamatan Paninggaran; Kawasan situs purbakala di Kecamatan Kesesi;
Kawasan situs purbakala dan ekowisata di Kecamatan Petungkriyono; dan Kawasan wisata Linggoasri di Kecamatan Kajen.
C. Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Rencana pengembangan kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan sebagaimana berupa kawasan konservasi yang meliputi: kawasan hutan lindung yang ada di Kecamatan Petungkriyono,
Kecamatan Kandangserang, dan Kecamatan Paninggaran; kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat terletak di
Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Kandangserang,
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Talun;
mata air yang terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan
Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan
Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kajen, Kecamatan Bojong, Kecamatan
Wonopringgo, Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Kesesi; dan kawasan perbatasan dengan Kota Pekalongan di Kecamatan Tirto
7.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) merupakan dokumen
perencanaan pembangunan 5 tahunan daerah yang disusun berdasarkan visi dan misi
Kepala Daerah terpilih. Dalam RPJMD meliputi penyiapan data dan informasi pelaksanaan
pembangunan daerah yang mencakup seluruh aspek, sehingga dapat menjadi acuan bagi
penyusuan RPIJM yang merupakan rencana tindak bagi penjabaran program strategi dalam
RPJM termasuk infratruktur permukiman.
A. Terkait Dengan Sarana Dan Prasarana Dasar Bidang Cipta Karya
1) Masih adanya jalan dan jembatan dengan kondisi rusak dan rusak berat.
2) Belum optimalnya kondisi dan fungsi drainase.
3) Belum optimalnya sistem informasi / data base jalan dan jembatan.
4) Belum optimalnya pengelolaan jaringan irigasi dan pelayanan jaringan
pengairan untuk lahan persawahan.
5) Belum optimalnya pengelolaan dan penyediaan air baku.
6) Belum optimalnya pengelolaan dan pengembangan konservasi sungai,
danau dan sumberdaya lainnya.
7) Belum optimalnya pengelolaan air minum dan limbah.
8) Belum otpimalnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tum buh.
9) Belum optimalnya pembangunan infrastruktur pedesaan.
10)Belum optimalnya kinerja pengelolaan sampah.
B. Terkait Tata Ruang Secara Umum
1) Masih adanya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan
pemanfaatan ruang.
2) Masih adanya tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan dan tata
ruang, antar sektor, yaitu kehutanan, ruang terbuka hijau, kebutuhan
lahan untuk prasarana wilayah dan pemukiman.
3) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.
4) Belum tersusunnya rencana rinci tata ruang
C. Terkait Perencanaan Pembangunan
1) Belum semua dokumen perencanaan pembangunan yang diwajibkan
Pemerintah Pusat dapat dipenuhi oleh SKPD pengampu urusan, antara lain
perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, wilayah strategis,
pengurangan resiko bencana, serta pengembangan prasarana wilayah dan
sumberdaya alam.
2) Belum optimalnya kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan
daerah khususnya dalam penyediaan data pendukung perencanaan
pembangunan antara lain data spasial, data penduduk miskin per
3) Belum optimalnya pemanfaatan hasil monitoring-evaluasi pembangunan
sebagai umpan balik penyusunan rencana pembangunan daerah tahun
berikutnya.
4) Kurangnya koordinasi antar SKPD dalam bidang perencanaan.
5) Belum optimalnya upaya sosialisasi dan pengembangan kreativitas serta
inovasi dalam perencanaan pembangunan.
D. Terkait Perumahan
1) Kemampuan Kebutuhan perumahan bagi penduduk tidak sebanding
dengan Pertumbuhan penduduk (backlog). Masih rendahnya penyediaan
rumah, baik oleh pengembang maupun secara swadaya.
2) Masih rendahnya pemenuhan kebutuhan perumahan layak huni yang
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
3) Masih adanya lingkungan permukiman kumuh.
4) Belum optomalnya upaya pemberdayaan komunitas perumahan.
E. Terkait Lingkungan Hidup
1) Rendahnya upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh
kegiatan industri.
2) Pengembangan dan penyediaan data, informasi dan studi lingkungan pada
setiap perencanaan pembangunan yang mempengaruhi lingkungan belum
optimal
3) Belum opitimalnya perlindungan dan konservasi terhadap sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
4) Belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi dan pemulihan cadangan
sumberdaya alam.
5) Meningkatnya polusi udara akibat dari kegiatan industri dan emisi gas
kendaraan bermotor.
6) Masih terbatasnya luasan ruang terbuka hijau dan belum optimalnya
pengelolaan ruang terbuka hijau.
7) Masih terjadinya rob yaitu di wilayah pesisir.
8) Masih rendahnya tingkat koordinasi dalam hal pengendalian kualitas dan
kuantitas sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.
10)Belum optimalnya penataan pertamanan di ruang terbuka hijau.
F. Terkait Kependudukan
1) Belum optimalnya pengembangan dan keserasian kebijakan
kependudukan.
2) Belum optimalnya pelaksanaan dan pelayanan administrasi kependudukan
dan pencatatan sipil.
3) Belum optimalnya pengelolaan sistem pengelolaan administrasi
kependudukan dan catatan sipil
4) Belum optimalnya perwujudan pelayanan dokumen kependudukan dan
pencatatan sipil secara on line.
5) Masih terbatasnya sarana prasarana aparatur kependudukan dan
pencatatan sipil.
G. Terkait Penanaman Modal
1) Belum optimalnya promosi penanaman modal dan masih terdapatnya
hambatan dalam perijinan usaha, antara lain pelayanan dan biaya awal
investasi.
2) Masih rendahnya realisasi penananam modal, terutama dari dunia usaha
dari dalam negeri dalam pengembangan industri, kerajinan, kelautan dan
perikanan serta pengembangan potensi pariwisata.
3) Belum optimalnya kerjasama antar daerah dalam rangka pelayanan
penanaman modal dan pelayanan publik.
4) Belum optimalnya pengkajian dan pengembangan penanaman modal.
H. Terkait Kebudayaan
1) Belum optimalnya pengembangan nilai-nilai budaya terutama budaya lokal
dan kearifan lokal.
2) Belum optimalnya pengelolaan kekayaan budaya. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya kekayaan budaya dan benda-benda cagar budaya yang
terancam kerusakan. Kurang berperannya masyarakat dalam upaya
pemeliharaan dan perlindungan benda-benda cagar budaya yang ada.
3) Belum optimalnya pengelolaan keragaman budaya, yang ditunjukkan
dengan belum optimalnya upaya pengembangan kesenian yang ada baik
optimalnya sarana dan prasarana kesenian yang bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat luas.
4) Belum optimalnya pengembangan kerjasama dalam pengelolaan kekayaan
budaya.
5) Belum adanya upaya pelestarian budaya lokal batik yang merupakan
warisan heritage Kabupaten Pekalongan.
I. Terkait Kepemudaan
1) Belum optimalnya pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda.
2) Belum optimalnya peran serta generasi muda dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembangunan daerah, antara lain dapat dilihat
dari masih rendahnya akses dan kapasitas generasi muda dalam berbagai
tahapan pembangunan.
3) Belum melembaganya jiwa entrepreneurship/kewirausahaan baik di pribadi
pemudanya maupun di dalam organisasinya.
4) Belum optimalnya peran organisasi kepemudaan dalam upaya peningkatan
kapasitas anggotanya. Khususnya dalam memberikan pendidikan
kecakapan hidup.
5) Belum optimalnya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Narkoba.
6) Masih minimnya kualitas dan kuantitas sarana serta prasana olahraga
sehingga mempunyai dampak pada prestasi olahraga.
7) Belum optimalnya peran organisasi olahraga dalam melakukan pembibitan
dan pembinaan atlet muda berpotensi.
8) Belum optimalnya kerjasama dengan pihak lain dengan terbatasnya dana
lain (bapak asuh untuk cabang-cabang olahraga)
9) Masih terbatasnya SDM dalam pemasyarakatan olahraga, pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi.
J. Terkait Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
1) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik sebagai akibat
dari belum optimalnya pendidikan politik bagi masyarakat.
2) Belum optimalnya pengembangan wawasan kebangsaan di kalangan
masyarakat dan generasi muda.
4) Masih adanya gangguan-gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan
masyarakat yang memerlukan tindakan antisipasi dari semua pihak.
5) Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam hal peningkatan
keamanan, kenyamanan dan ketertiban lingkungan.
6) Belum optimalnya kegiatan manajemen kebencanaan di berbagai tingkatan
masyarakat.
7) Belum optimalnya pemberantasan penyakit masyarakat.
8) Belum optimalnya penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala
derah.
9) Belum optimalnya pembinaan organisasi masyarakat sipil.
10)Belum optimalnya pelaksanaan mitigasi bencana dan penanggulangan
korban bencana alam.
11)Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat untuk menjaga
kemanan dan ketertiban.
K. Terkait Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
1) Belum optimalnya kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah yang
ditunjukkan dengan belum optimalnya perencanaan legislasi daerah
diketahui dari jumlah Perda yang dihasilkan cenderung menurun dari tahun
2009 sebanyak 20 Perda menurun menjadi 7 buah Perda pada tahun 2012
2) Belum optimalnya pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala
daerah.
3) Belum efektif dan efisiennya pengelolaan keuangan daerah dan
pengelolaan asset daerah.
4) Belum intensifnya pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah.
5) Belum optimalnya pengelolaan keuangan desa dalam rangka peningkatan
pembangunan desa.
6) Belum optimlanya peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan
aparatur pengawasan sehingga pengawasan belum sepenuhnya dilakukan
oleh tenaga fungsional pengawas.
7) Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
8) Belum optimalnya respon pemerintah daerah terhadap pengaduan
9) Belum optimalnya penataan perundang-undangan dan pelaksanaan
otonomi daerah.
10)Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan kedinasan.
11)Belum optimalnya penyelenggaraan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
dengan pihak ketiga dalam rangka promosi penanaman modal,
pengembangan pariwisata dan pengelolaan sumberdaya alam.
12)Belum optimalnya kualitas pelayanan publik pada unit-unit pelayanan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat.
13)Belum optimalnya pengembangan data dan informasi dalam pengambilan
keputusan dan mendukung keterbukaan informasi publik.
14)Belum optimalnya pembinaan dan peningkatan disiplin aparatur
pemerintah daerah.
15)Belum maksimalnya kualitas SDM yang memiliki kompetensi sesuai bidang
tugasnya
16)Belum terwujudnya penerapan sistem e-goverment dan keterbukaan
informasi publik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan di
daerah yang transparan dan akuntabel.
L. Terkait Pemberdayaan Masyarakat
1) Belum optimalnya upaya peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan.
2) Pengembangan kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat desa
belum dapat terwujud sesuai harapan, hal ini dikarenakan kapasitas
masyarakat dalam mengambangkan kelompok-kelompok usaha ekonomi
produktif masih rendah dan jaringan kemitraan dalam mengembangkan
kelompok usaha ekonomi produktif belum sepenuhnya dapat diwujudkan.
3) Peran serta masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan belum
berjalan secara optimal, hanya elit-elit desa yang selalu berperan dalam
setiap tahapan pembangunan serta peran dan akses perempuan dalam
setiap tahapan pembangunan belum sesuai harapan.
4) Belum optimalnya peningkatan kemampuan dan kapasitas aparat desa
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan
masyarakat belum terwujud secara optimal.
5) Rendahnya peran perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
7) Tingkat kemandirian dan keberdayaan kelembagaan masyarakat desa
belum terwujud secara optimal, hal ini dapat diketahui tingkat
ketergantungan masyarakat pada pihak lain masih cukup besar, sehingga
kemampuan masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan
hasil-hasil program belum sesuai harapan.
Isu-Isu Strategis
A. Tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Pekalongan, pada tahun 2010
mencapai 18,08% atau 151.630 jiwa. Kondisi ini berada diatas rata-rata Jawa
Tengah sebesar 16,11%
B. Derajat kesehatan masyarakat rendah, terlihat dari masih rendahnya rata-rata
Usia Harapan Hidup penduduk dibandingkan dengan Usia Harapan Hidup Jawa
Tengah. Usia Harapan Hidup masyarakat pada tahun 2010 adalah 70,28,
sedangkan usia harapan hidup Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 71,1 tahun.
Indikator lain dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Pada tahun 2006 AKI
sebesar 149 per 100.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun 2010 menjadi
162 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2006 sebesar 5 per
1.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 11 per 1.000 kelahiran hidup
C. Rendahnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Pekalongan
khususnya kondisi jalan dan jembatan. Sampai dengan tahun 2010 jalan rusak
berat sebsar 48,45 km dan rusak ringan 162,50 km. Sedangkan jembatan yang
rusak sebanyak 5 unit.
D. Rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk dan rendahnya pemerataan
pendidikan di tingkat SMA/MA dan SMK. Rata-rata lama sekolah Kabupaten
Pekalongan pada tahun 2006 sebesar 6,50 tahun meningkat pada tahun 2009
menjadi 6,60 tahun. APK SMA/MA dan SMK pada tahun 2010 hanya sebesar
61,13%, APM SMA/MA dan SMK sebesar 40,95%.
E. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance. Hal ini ditandai dengan kurangnya transparansi, akuntabilitas,
profesionalisme aparatur dan responsibilitas serta masih rendahnya partisipasi
masyarakat.Belum optimalnya kualitas pelayanan publik di Kabupaten Pekalongan
terutama pelayanan perijinan, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, s erta
F. Rendahnya capaian nilai investasi dan kurang optimalnya iklim investasi di
Kabupaten Pekalongan. Pertumbuhan investasi dari tahun 2008 sampai 2010
mengalami penurunan. Pada tahun 2008 nilai investasi sebesar Rp.
1.455.899.022.000,00 menurun pada tahun 2010 sebesar Rp. 990.235.628.000,00
G. Rendahnya kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang
pembangunan. Pada tahun 2009 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten
Pekalongan sebesar 56,49 (kategori menengah bawah) dan Indeks Pemberdayaan
Gender tahun 2009 sebesar 54,27 (kategori menengah bawah).
H. Terjadinya degradasi lingkungan sebagai akibat dari belum tertatanya
pertambangan khususnya galian C sehingga mengakibatkan banjir pada Sungai
Karanganyar pada musim penghujan, dan tingginya pencemaran lingkungan.
Terdapat 6 (enam) sungai yang berpotensi tercemar oleh limbah industri, yaitu :
S. Sragi Lama (Rembun), S. Kapidodo (Kangkung), S. Slempeng, S. Mrican, S.
Meduri, S. Sengkarang (Pencongan) dengan kondisi kualitas air di atas baku mutu
yang ditentukan
7.3 ARAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
Kabupaten Pekalongan belum memiliki Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung.
7.4 ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN
PEKALONGAN (RISPAM)
7.4.1 Rencana Pentahapan Pengembangan (5 Tahunan)
Untuk membuat pentahapan pembangunan di setiap zone, harus diselesaikan
terlebih dahulu masalah utama dari pengadaan SPAM di kabupaten Pekalongan, yaitu
ketersediaan sumber air baku yang terjamin kuantitas, kualitas dan kesinambungannya.
Selain itu perlu dipertimbangkan alternatif sumber-sumber dana yang dapat digunakan
untuk membiayai pengembangan SPAM di kabupaten Pekalongan.
Prioritas utama dalam pengembangan SPAM di setiap zone yang dibentuk adalah sebagai
berikut:
a) Lokasi dengan kepadatan tinggi dan belum terjangkau oleh SPAM perpipaan.
b) Daerah yang rawan penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak baik, namun
c) Daerah-daerah pengembangan baru, seperti komplek perumahan, kawasan
industri dan lain-lain yang secara ekonomis dapat dijangkau oleh sistem
perpipaan PDAM
d) Pertimbangan keselarasan dengan adanya program lain, seperti SPAM Regional
Petanglong untuk kecamatan Buaran, Tirto dan Siwalan. Akibat dari adanya
program SPAM Regional Petanglong ini maka prioritas yang lebih dulu dikerjakan
adalah Zone 1, Zone 4, Zone 2 dan terakhir Zone 3
A. Sistem Pelayanan Zone 1 - 4
1. Unit Air Baku
Luas lahan genangan yang diperlukan untuk embung Wisnu dengan
kedalaman air efektif 10 meter, yang akan melayani zone I, II, III dan IV,
sebagai berikut:
Tahap I
3 Ha
Pembuatan bangunan intake
Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air baku Ø 1.000 mm Tahap II , 7 Ha (tambahan perluasan)
Tahap III , 10 Ha (tambahan perluasan) Tahap IV , 10 ha (tambahan perluasan)
2. Unit Produksi
Rencana tahapan pembangunan IPA jenis Kedasih untuk Zone I sampai
dengan IV, sebagai berikut: Tahap I ,
250 liter/detik
Pembebasan lahan untuk IPA, 2 Ha
Tahap II , 250 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan) Tahap III , 500 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan) Tahap IV , 500 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)
3. Sistem Pelayanan Zone 1
Tahap I, (2014 – 2018) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 1.000 mm dari IPA ke
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 800 mm dari Karanganyar ke Kajen, 3.850 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Kajen ke
Kesesi, 10.646 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 600 mm dari Kajen ke
Bojong, 7.250 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm dari Karanganyar ke Wonopringgo, 4.900 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 20.000 m Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit.
Tahap II, (2019 – 2023)
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 20.000 m Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit Tahap III, (2024 – 2028) :
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit
Tahap IV, (2029 – 2033) :
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E Sambungan rumah (SR) sebanyak 13.000 unit
4. Sistem Pelayanan Zone 2
Tahap I, (2014 – 2018) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm dari Bojong ke
Wiradesa, 9.550 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Wiradesa ke
Siwalan, 3.200 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Wiradesa ke Wonokerto, 6.200 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Wiradesa ke Tirto, 2.000 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 15.000 m Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit
Tahap II, (2019 – 2023) :
Tahap III, (2024 – 2028) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 10.000 m
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit
Tahap IV, (2029 – 2033) :
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit
5. Sistem Pelayanan Zone 3
Tahap I, (2014 – 2018) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm dari Wonopringgo ke Kedungwuni, 4.520 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Kedungwuni ke Buaran, 7.000 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 12.000 m Tahap II, (2019 – 2023) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 12.000 m Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit Tahap III, (2024 – 2028) :
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E Sambungan rumah (SR) sebanyak 8.000 unit
Tahap IV, (2029 – 2033) :
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E
6.Sistem Pelayanan Zone 4
Tahap I, (2014 – 2018) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 300 mm dari Bojong ke Sragi, 6.100 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 10.000 m Sambungan rumah (SR) sebanyak 6.000 unit Tahap II, (2019 – 2023) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDB, 10.000 m Sambungan rumah (SR) sebanyak 4.000 unit Tahap III, (2024 – 2028) :
Sambungan rumah (SR) sebanyak 2.000 unit Tahap IV, (2029 – 2033) :
Sambungan rumah (SR) sebanyak 3.000 unit
B. Sistem Pelayanan Zone 5
1.Unit Air Baku
Luas lahan genangan yang diperlukan untuk embung Jogoloyo dengan
kedalaman air efektif 10 meter, yang akan melayani zone 5, sebagaii berikut:
Tahap I ,
3 Ha
Pembuatan bangunan intake
Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air baku Ø 300 mm Tahap II , (tidak ada perluasan)
Tahap III , 3 Ha (tambahan perluasan)
Tahap IV , (tidak ada perluasan)
2.Unit Produksi
Rencana tahapan pembangunan IPA jenis Kedasih untuk Zone V, sebagai
berikut:
Tahap I ,
50 liter/detik
Pembebasan lahan untuk IPA, 0,5 Ha
Tahap II , 50 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)
Tahap III , 50 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)
Tahap IV , 50 liter/detik (peningkatan kapasitas pengolahan)
3.Sistem Pelayanan Zone 5
Tahap I, (2014 – 2018) :
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm, dari IPA ke Doro, 8.500 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm, dari Doro ke Talun, 5.500 m
Pengadaan dan pemasangan pipa JDU Ø 400 mm, dari Talun ke Karangdadap, 13.640 m
Pengadaan dan pemasangan tambahan pipa JDB, 15.000 m SR sebanyak 7.000 unit
Tahap III, (2024 – 2028) :
Sambungan rumah (SR) sebanyak 7.000 unit Tahap IV, (2029 – 2033) :
Pembangunan rumah pompa booster lengkap dengan M/E Sambungan rumah (SR) sebanyak 7.000 unit
C. Sistem Pelayanan IKK dan Perdesaan
Tidak dibuat pentahapan, karena setiap tahun dapat diadakan pekerjaan SPAM
IKK dan SPAM Perdesaan yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Propinsi dalam bentuk bantuan fisik dari PKPAM, Pamsimas, DAK,
PNPM dan lain-lain untuk mengembangkan SPAM yang tidak akan terjangkau
oleh program pelayanan PDAM, baik sudah ada maupun untuk daerah yang
belum ada SPAM termasuk untuk daerah rawan air.
7.4.2 Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi
Rencana Induk SPAM juga harus memperhatikan keselarasan dengan prasarana dan
sarana sanitasi, karena program sanitasi dapat mendukung program pengembangan SPAM
terutama dalam upaya pengendalian lingkungan agar tidak mencemari sumber-sumber air
baku yang digunakan untuk SPAM baik perpipaan maupun non perpipaan.
A. Potensi Pencemaran Air Baku
Pencemaran air baku dapat terjadi di sumbernya maupun di sepanjang aliran
sungai yang melintasi wilayah desa dan perkotaan. Potensi pencemar air baku
dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti berikut:
1) Pencemaran dapat terjadi di sumber`mata air terutama yang dapat
menyebabkan kandungan bakteri didalam air baku menjadi tinggi. Sumber
pencemar tersebut dapat berupa kotoran hewan maupun manusia, dan juga
dapat dimungkinkan dari kandungan kimiawi yang ada didalam tanah.
2) Pencemaran dapat terjadi disepanjang alur sungai dari hulu hingga hilir
terutama yang melalui daerah permukiman padat dan daerah industri.
Sumber pencemaran dapat berupa buangan sampah baik padat maupun cair,
buangan limbah industri terutama air bekas pencucian batik, pestisida yang
mungkin dapat terjadi dari air yang mengalir dari persawahan
Pengamanan sumber air baku untuk air minum yang berupa mata air, air
permukaan dan air tanah dapat dilakukan dengan beberapa hal, sebagai berikut:
1) Membuat Kawasan Lindung
Dalam kaitannya dengan upaya melindungi sumber air baku untuk air minum,
kawasan lindung merupakan satu kesatuan elemen yang membentuk pola
ruang di Kabupaten Pekalongan yang berfungsi untuk melindungi pelestarian
fungsi daya alam dan sumber daya buatan. Dalam kaitannya dengan
pembangunan, kawasan lindung merupakan kawasan yang harus dilindungi
dari aktivitas-aktivitas lain selain aktivitas lindung yang dapat merusak dan
mengurangi fungsi lindungnya. Dalam rencana kawasan lindung di Kabupaten
Pekalongan, terdapat beberapa kawasan yang termasuk kawasan lindung
yang harus diperhatikan kelangsungan fungsinya, yang meliputi :
a) Kawasan Hutan Lindung
Kabupaten Pekalongan, kawasan hutan lindung terdapat di Kecamatan
Paninggaran, Kandangserang, dan Petungkriyono. Dalam rencana
kawasan lindung wilayah Kabupaten Pekalongan, sebagai upaya
perwujudan kawasan hutan lindung dilakukan beberapa upaya yang
meliputi :
Pemantapan batas dan pematokan kawasan lindung di kecamatan-kecamatan yang memiliki hutan lindung.
Penggunaan lahan yang akan mengurangi fungsi konservasi secara bertahap dialihkan fungsinya sebagai lindung sesuai kemampuan dana
yang ada.
Pembatasan pendirian bangunan baru.
Pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan kebakaran hutan.
b) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan di Bawahnya
Kawasan ini merupakan kawasan resapan air yang ada di Kabupaten
Pekalongan yang tersebar di beberapa wilayah yaitu Kecamatan
Petungkriyono, Lebakbarang, Talun, Doro, Kajen, Karanganyar dan
Kesesi.
c) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan ini merupakan kawasan :
Kawasan sempadan pantai dengan jarak minimal 100m dari titik pang tertinggi ke arah darat yang terdapat di Kecamatan Siwalan,
Wonokerto dan Tirto,
Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurangkurangnya 200m yang terdapat di Kecamatan
Kandangserang (mata air Wedang Atas, Wedang Bawah, Rancah,
Longsong, Watesan, Poh, Sumurup I, Sumurup II, Bubakan dan
Seruni), Kecamatan Doro (mata air Rogoselo), Kecamatan Kesesi
(mata air Mejarum dan Gersali), Kecamatan Karanganyar (mata air
Pedawang, Paseh/Beluk/Soga, Ontobogo dan Sido Sukmo),
Kecamatan Kajen (Banyu Mudal) dan Kecamatan Bojong (mata air
Sendang, Sumur Watu, Pancuran, Santen dan Grugak) dan
RTH perkotaan yang meliputi jalur hijau, lahan-lahan berupa taman, lahan-lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum serta
pemakaman. Luasan minimal RTH perkotaan di Kabupaten Pekalongan
yaitu minimal 30% dari luas kawasan permukiman perkotaan yang
tersebar di seluruh kecamatan.
d) Kawasan Rawan Bencana Alam
Arahan rencana kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Pekalongan
dibedakan menjadi beberapa kawasan yang meliputi:
Kawasan rawan longsor yang terdapat di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono, Kesesi, Karanganyar,
Kajen, Talun, Doro
Kawasan rawan banjir dan erosi yang terdepat di Kecamatan Tirto, Wiradesa, Siwalan, Wonokerto, Sragi, Bojong, Kesesi, Kajen, Buaran,
Karangdadap, dan Wonopringgo,
Kawasan rawan abrasi dan gelombang pasang yang terdapat di Kecamatan Wonokerto, Tirto dan Siwalan, (d) kawasan rawan
kekeringan yang terdapat di Kecamatan Siwalan, Sragi, Kesesi,
Bojong, dan Talun.
e) Kawasan Lindung Geologi
Dalam rencana kawasan lindung geologi, kawasan yang dilindungi
merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah
Talun, Doro, Kajen, Karanganyar dan Kesesi. Dalam rencana kawasan
lindung wilayah Kabupaten Pekalongan.
f) Kawasan Lindung Lainnya
Rencana kawasan lindung lainnya merupakan kawasan perlindungan
plasma nutfah yang berada di Kecamatan Petungkriyono, Lebakbarang
dan Kandangserang.
g) Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman meliputi:
Kebijakan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang
terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi
pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan serta perkampungan
yang ada dan arahan bagi perluasannya.
Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada
tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi
penataan ruang kota, yang mencakup penyusunan dan peninjauan
kembali rencana tata ruang kota.
C. Membuat/Memperbaiki Peraturan Daerah Tentang Limbah Cair dan
Padat
Peraturan tentang limbah cair dan padat yang berkaitan dengan perlindungan
sumber air baku untuk air minum telah dibuat oleh pemerintah pusat.
Sehubungan dengan kegiatan industri rumahan yang memproduksi batik, yang
banyak menghasilkan limbah cair di sembarang tempat tanpa diolah dan juga
tidak terkontrol oleh pemerintah kabupaten, maka diperlukan upaya untuk
mengatur dan mengelola limbah cair yang dibuang oleh industri rumahan
tersebut dengan menerbitkan peraturan daerah (bila belum ada) atau
memperbaiki perturan daerah (bila sudah ada), sehingga limbah cair dari industri
batik tersebut dapat dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan kerusakan
ataupun pencemaran pada badan air yang digunakan sebagai sumber air baku
untuk air minum.
D. Penegakan Hukum
Karena itu, penegakan hukum dan sanksi terhadap sambungan liar, tunggakan
tagihan yang sudah berbulan-bulan perlu dilakukan dengan tegas tanpa pilih
kasih, dan juga harus sering dilakukan sosialisasi mengenai penegakan hukum
tersebut sehingga tidak ada sikap perlawanan dari masyarakat. Penegakan
hukum tersebut juga harus dilakukan secara tegas terhadap industri, institusi
swasta maupun pemerintah, dan masyarakat yang melanggar undang-undang
ataupun peraturan mengenai pengelolaan limbah cair dan padat.
7.5 ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)
7.5.1 Latar Belakang
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam
menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola
hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari.Kegiatan penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kabupaten merupakan kegiatan yang tidak
terpisahkan dari semangat kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang
berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi
Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun
2002, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun
2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar
yang merupakan target ke-7 MDGs. Penyusunan dokumen strategis sanitasi Kabupaten
Pekalongan mencakup 19 kecamatan dan 285 Desa/Kelurahan. Penetapan wilayah cakupan
strategi sanitasi ini berdasarkan potensi resiko santasi di Kabupaten Pekalongan yang
menurut peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, banyaknya jaringan sungai
yang masih digunakan BABs, ketersediaan sarana sanitasi yang belum memadai dan potensi
daerah genangan air di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di samping itu landasan
penetapan wilayah ini juga mengacu pada pedoman petunjuk praktis program PPSP yang
telah dirilis oleh kementerian pekerjaan umum.
Dalam kaitannya dengan dokumen perencanaan lainnya di Kabupaten Pekalongan,
Strategi Sanitasi Kabupaten ini diposisikan sebagai acuan penyusunan perencanaan
pembangunan dibidang sanitasi di Kabupaten Pekalongan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang daerah (RPJPD), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) dan dalam penyusunan Renstra SKPD.
Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) Kabupaten Pekalongan merupakan dokumen
rencana strategis untuk tahun 2012 – 2017 memuat sasaran, arahan, tujuan, pentahapan
pencapaian pembangunan. Sektor sanitasi untuk perencanaan dan pengembangan sanitasi 5
tahun kedepan meliputi, subsektor air limbah, persampahan, drainase lingkungan, PHBS dan
promosi higiene.
A.Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
Untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang
bebas dari pencemaran air limbah permukiman dimasa mendatang, baik yang berada
di daerah perkotaan maupun yang tinggal di wilayah perdesaa, memerlukan
pengelolaan air limbah permukiman yang memadai, yang dapat melindungi
sumber-sumber air baku bagi air minum dari pencemaran pembuangan air limbah domestik
baik yang berasal dari aktifitas domestik maupun industri domestik yang berada di
permukiman. Secara umum setiap kabupaten Pekalongan dalam rangka
pengembangan air limbah telah menetapkan berbagai berbagai tujuan, sasaran dan
Tabel 7.1
Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik
Misi 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan air limbah yang berwawasan lingkungan
No Isu/
Permasalahan
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1 Belum memiliki dan panjang skala Kabupaten air limbah domestik skala kabupaten
a. Survey
b. Penyusunan Masterplan
c. Uji Publik
d. Sosialisasi
e. Monev
No Isu/
Permasalahan
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi Arah Kebijakan
2 Masih banyak
a. Perubahan perilaku untuk tidak BABS
b. Peningkatan kepemilikan jamban pribadi
c. Peningkatan prasarana dan sarana onsite komunal cair industri domestik secara optimal oleh pelaku industri Batik
Meningkatnya sejumlah 50% pelaku industri batik yang membuang limbahnya ke SPAL
Pelaku industri batik yang membuang Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal yang baik dan pemilihan teknologi
a. Sosialisasi b. DED