• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN PINRANG 7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Kabupaten Pinrang - DOCRPIJM 1480649728BAB 7 Keterpaduan Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN PINRANG 7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Kabupaten Pinrang - DOCRPIJM 1480649728BAB 7 Keterpaduan Strategis"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

VII - 1 BAB VII

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN PINRANG

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Kabupaten Pinrang

Penataan ruang Kabupaten Pinrang bertujuan untuk mewujudkan tata

ruang yang aman, nyaman, efisien dan produktif secara berkelanjutan dalam

tatanan kawasan ekonomi terpadu nasional dan daerah yang didukung oleh

kawasan agropolitan, minapolitan dan kawasan wisata dengan memadukan

agribisnis, agroindustri dan agrowisata, serta peningkatan kualitas lingkungan

dataran, pesisir pantai, perbukitan dan daerah irigasi secara sinergis antar

sektor dan wilayah.

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Pinrang, terdiri atas :

a. peningkatan akses pelayanan perkotaan, dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah yang merata dan berhirearki;

b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air secara

terpadu dan merata pada semua wilayah;

c. pengendalian, pemulihan dan perwujudan kelestarian fungsi

lingkungan hidup;

d. pengembangan kawasan budidaya secara berkelanjutan dan

pelestarian lingkungan dalam tatanan kondisi spasial geografis

wilayah, termasuk wilayah kelautan dan pulau-pulau kecil;

RPI2-JM 2015-2019

(2)

VII - 2 e. peningkatan pengelolaan kawasan yang berpengaruh positif terhadap

kegiatan ekonomi, sosial, budaya, pelestarian lingkungan hidup dan

pengembangan ilmu pengetahuan; dan

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Startegi penataan ruang Kabupaten Pinrang, terdiri atas :

(1) Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah yang merata dan berhirearki terdiri atas :

a. meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan yang meliputi

Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), maupun

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), antara kawasan perkotaan dengan

pusat-pusat kegiatan kawasan perdesaan;

b. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensil

dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;

c. mendorong kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan agar

lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan

wilayah sekitarnya; dan

d. mengendalikan pengembangan kawasan perkotaan, khususnya daerah

pantai dan daerah irigasi teknis.

(2) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air secara terpadu

dan merata pada semua wilayah, terdiri atas :

a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan

keterpaduan pelayanan transportasi darat;

b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di

kawasan yang masih terisolir;

c. meningkatkan jaringan energi dengan lebih

menumbuhkembangkan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang

(3)

VII - 3 dibanding pemanfaatan sumber daya yang tak terbarukan, serta

mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;

d. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; dan

e. meningkatkan kualitas jaringan prasarana pengelolaan lingkungan dan

penyediaan air bersih.

(3) Strategi pengendalian, pemulihan dan perwujudan kelestarian fungsi

lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, terdiri

atas :

a. mewujudkan kawasan berfungsi lindung, dalam wilayah kabupaten

dengan luas paling sedikit 30% dari luas wilayah Kabupaten sesuai

dengan kondisi ekosistemnya;

b. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak

pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar kawasan;

c. menyelesaikan kegiatan budidaya yang terdapat di dalam kawasan

lindung melalui konversi atau rehabilitasi lahan, pembatasan kegiatan

serta pemindahan kegiatan pemukiman penduduk atau kegiatan

budidaya terbangun yang mengganggu, secara bertahap ke luar

kawasan lindung;

d. mengembalikan fungsi areal penggunaan lain untuk ditetapkan

menjadi hutan rakyat dengan fungsi kawasan konservasi, kawasan

lindung dan kawasan produksi;

e. mengembangkan ruang terbuka hijau, dengan luas paling sedikit 30 %

dari luas kawasan perkotaan; dan

f. menyediakan informasi yang bersifat terbuka kepada masyarakat

mengenai batas-batas kawasan lindung, kawasan budidaya, serta

(4)

VII - 4 (4) pengembangan kawasan budidaya secara berkelanjutan dan pelestarian

lingkungan dalam tatanan kondisi spasial geografis wilayah, termasuk

wilayah kelautan dan pulau-pulau kecil, terdiri atas :

a. menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis

kabupaten;

b. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan;

c. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek sosial

budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian

pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan Daerah;

e. membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan

rawan bencana; dan

f. mengembangkan kegiatan budidaya laut secara lestari demi

mempertahankan keberadaan ekosistem wilayah laut, pesisir dan

pulau-pulau kecil.

(5) Strategi peningkatan pengelolaan kawasan yang berpengaruh positif

terhadap kegiatan ekonomi, sosial, budaya, pelestarian lingkungan hidup

dan pengembangan ilmu pengetahuan, terdiri atas :

a. mengembangkan kawasan agropolitan yang memadukan agrobisnis,

agroindustri, agroedukasi, agrowisata pada sentra-sentra produksi

komoditas pertanian unggulan;

b. menumbuhkembangkan kawasan minapolitan sebagai sentra produksi,

pengolahan, pelayanan jasa, serta pemasaran komoditas perikanan

pada klaster yang memiliki komoditas perikanan unggulan;

c. mencegah atau membatasi pemanfaatan ruang di kawasan strategis

yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan;

d. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di

sekitar kawasan strategis yang dapat memicu perkembangan kegiatan

(5)

VII - 5 e. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan

strategis yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan

kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;

f. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak

pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan

strategis;

g. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan energi secara

bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan

generasi masa depan; dan

h. mendorong kegiatan pengelolaan kawasan hutan yang dimanfaatkan

untuk koleksi jenis tumbuhan dan satwa untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata.

(6) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

negara, terdiri atas :

a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi

khusus pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;

c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar

kawasan khusus pertahanan dan keamanan; dan

d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan

keamanan negara.

7.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Pinrang

7.1.1.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Pinrang

1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

(6)

VII - 6 a. Pusat-pusat kegiatan terdiri atas :

1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Kawasan Perkotaan Pinrang

meliputi sebagian Kecamatan Watang Sawito, Paleteang dan

Tiroang

2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) terdiri atas : Kawasan Perkotaan

Watang Suppa di Kecamatan Suppa, Kawasan Perkotaan Teppo di

Kecamatan Patampanua, Kawasan Perkotaan Alitta di Kecamatan

Mattiro Bulu, Kawasan Perkotaan Lampa Pekkabata di Kecamatan

Duampanua, Kawasan Perkotaan Kassa di Kecamatan Batulappapa,

dan Kawasan Perkotaan Taddokkong di Kecamatan Lembang

3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi : pusat-pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar

desa terdiri atas : Lero di kecamatan Suppa, Langnga di

Kecamatan Mattiro Sompe, Waetuoe di Kecamatan Lanrisang,

Tadang Palie di Kecamatan Cempa, Bungi di Kecamatan

Duampanua, Bilajeng di Kecamatan Batulappa, Lembang Mesakada

di Kecamatan Lembang, Sali-Sali di Kecamatan Lembang, Basseang

di Kecamatan Lembang

b. Sistem Jaringan Prasarana Utama terdiri atas :

1. Sistem Jaringan Transportasi Darat meliputi Jaringan Jalan,

Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Jaringan Layanan Lalu Lintas

2. Sistem Jaringan Transportasi Laut meliputi tatanan kepelabuhan

dan alur pelayaran

3. Sistem Jaringan Transportasi Udara meliputi Tatanan

kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan

4. Sistem Jaringan Perkeretaapian meliputi Jalur Kereta Api dan

(7)

VII - 7 c. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya terdiri atas :

1. Sistem Jaringan Energi meliputi Pembangkit tenaga listrik dan

Jaringan transmisi tenaga listrik.

2. Sistem Jaringan Telekomunikasi meliputi Sistem Jaringan Kabel,

sistem jaringan nirkabel dan sistem jaringan satelit

3. Sistem Jaringan Sumber Daya Air meliputi Sumber Air dan

Prasarana Sumber Daya Air

4. Sistem Pengelolaan Lingkungan meliputi Sistem jaringan

persampahan, Sistem jaringan air minum, sistem jaringan

drainase, jalur evakuasi bencana, dan sistem prasarana sanitasi.

7.1.1.2 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Pinrang

Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Pinrang, terdiri atas :

a. Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terkait dengan wilayah

Kabupaten Kawasan Strategis Nasional yang terkait dengan wilayah

Kabupaten Pinrang, adalah KSN dari sudut kepentingan ekonomi berupa Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Parepare. b. Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

1.KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi :

 Kawasan lahan pangan berkelanjutan dengan luas kurang lebih 90.000 Ha di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro

Bulu, Kecamatan Tiroang, Kecamatan Patampanua, Kecamatan

Paleteang, Kecamatan Duampanua, Kecamatan Cempa,

Kecamatan Mattiro Sompe dan Kecamatan Suppa;

 Kawasan pengembangan budidaya alternative komoditas perkebunan kakao, sawit, robusta, mete dan jarak dengan luas

kurang lebih 74.807 Ha di Kecamatan Lembang, Kecamatan

Duampanua, Kecamatan Batulappa, Kecamatan Patampanua,

Kecamatan Tiroang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan

(8)

VII - 8  Kawasan pegembangan budidaya udang dengan luas kurang lebih 13.559 Ha di Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang,

Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa, dan Kecamatan

Duampanua

2.KSP dari sudut pendayagunaan sumber daya alam dan/atau

teknologi tinggi meliputi :

 Kawasan Migas Blok Enrekang di Kecamatan Patampanua, Kecamatan Duampanua, Kecamatan Lembang dan Kecamatan

Batulappa; dan

 Kawasan Pusat Pembangkit Listrik PLTA Bakaru di Kecamatan

Lembang;

3.KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdiri

atas Hutan Lindung Pinrang di Kecamatan Lembang, Kecamatan

Duampanua, Kecamatan Batulappa dan Kecamatan Patampanua.

c.Kawasan Strategis Kabupaten

1.Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas :  Kawasan Strategis Kota Pinrang sebagai pusat pemerintahan,

pelayanan kesehatan, pendidikan dan perdagangan/jasa;

 Kawasan Strategis Agropolitan Dataran Tinggi, meliputi kawasan Bakaru dan sekitarnya yang berbasis agrobisnis kopi robusta,

kakao, jagung dan holtikulutura serta diintegrasikan dengan

konservasi tangkapan air di daerah hulu DAS.  Kawasan Agropolitan Dataran Rendah, meliputi :

 Kawasan SIPUNDANG (Sipatuo, Malimpung, Padang Loang) di Kecamatan Patampanua yang berbasis agrobisnis kelapa,

kakao, dengan penunjang holtikultura dan palawija, ikan air

tawar, sapi dan unggas;

(9)

VII - 9 peternakan sapi dan unggas dengan penunjang holtikultura

dan buah-buahan;

 Kawasan Batulappa di Kecamatan Batulappa yang berbasis agrobisnis kakao, jagung dan sapi;

 Kawasan Tiroang Paleteang yang berbasis agrobisnis padi dan

holtikultura;

 Kawasan Cempa Sawitto yang berbasis agrobisnis padi sawah dan sapi.

 Kawasan Strategis Minapolitan meliputi : Kawasan PADABIMA (Paria, Data, Bittoeng, Maroneng ) di Kecamatan Duampanua

berbasis agrobisnis budidaya udang dan bandeng, ditunjang

Tempat Pendaratan Ikan Kajuangin; Kawasan Wiring Tasi di

Kecamatan Suppa berbasis agrobisnis budidaya udang dan

bandeng, rumput laut tambak, ditunjang Tempat Pendaratan

Ikan Pelabuhan Ujung Lero; dan Kawasan MALACE (Mattiro

Sompe, Lanrisang, dan Cempa) berbasis agrobisnis udang,

bandeng, rumput laut, ditunjang Tempat Pendaratan Ikan

Pelabuhan Langnga.

 Kawasan Strategis peruntukan industri besar dan menengah di Kecamatan Suppa dan Kecamatan Mattiro Bulu.

 Kawasan Strategis Parawisata, meliputi : Kawasan Pariwisata di Kecamatan Lembang meliputi pariwisata Pantai Kanipang, Gua

Panniki, sungai-sungai, Air Terjun Karawa, Kali Jodoh, Lamero,

Air Panas Lemosusu, Lembah Tirasa, gunung dan wanawisata,

Agrowisata Benteng Paremba dan budaya; dan Kawasan

Strategis Pariwisata Alam air panas Sulili di Kecamatan

Paleteang.

(10)

VII - 10 2.Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya

terdiri atas :

a.Istana Addatuang Sawitto di Kecamatan Watang Sawitto, yang

merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

atau budaya, dan perlindungan peninggalan budaya; dan

b.Monumen dan Makam Raja Lasinrang, yang merupakan aset

nasional yang harus dilindungi dan dilestarikan.

3.Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi yaitu : Kawasan

Bendungan Benteng Kecamatan Patampanua

4.Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup terdiri atas :

a.kawasan jalur hijau hutan mangrove pesisir pantai di Kecamatan

Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Sompe,

Kecamatan Cempa, Kecamatan Duampanua dan Kecamatan

Lembang;

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap daerah

harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah,

terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 Ayat 2), dengan jenjang

perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan

jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah

(11)

VII - 11 (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat

mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program untuk

mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan

datang adalah :

- Program pembangunan jalan dan jembatan;

- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

- Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;

- Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;

- Program normalisasi saluran;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan

normalisasi saluran;

- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;

- Program pemberdayaan petani pemakai air;

- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;

- Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan

distribusi air baku;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat

berpenghasilan rendah;

(12)

VII - 12 - Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;

- Program pengembangan sistem distribusi air minum;

- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air

limbah;

- Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;

- Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

- Program pengembangan perumahan;

- Program lingkungan sehat perumahan;

- Program pemberdayaan komunitas perumahan;

- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;

- Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata

ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan

program-program sebagai berikut :

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

(13)

VII - 13 Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan

peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan,

perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air.

Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

- Program pembangunan jalan dan jembatan;

- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

- Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;

- Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;

- Program normalisasi saluran;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan

normalisasi saluran;

- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;

- Program pemberdyaan petani pemakai air;

- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;

- Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan

distribusi air baku;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat

berpenghasilan rendah;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;

(14)

VII - 14 - Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air

limbah;

- Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;

- Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

- Program pengembangan perumahan;

- Program lingkungan sehat perumahan;

- Program pemberdayaan komunitas perumahan;

- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;

- Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata

ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan

program-program sebagai berikut:

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program kerjasama pemanfaatan ruang.

7.3 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan

Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002

(15)

VII - 15 pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan

peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis

bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi

dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan

gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman

bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan

sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di

daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung

sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan

dan keselamatan bagi pengguna.Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota

merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidangCipta

Karya di kabupaten/kota.

Pada Saat ini kabupaten Pinrang telah memiliki memilki Perda bangunan

Gedung Tahun 2013, yang diharapkan dapt menjadi landasan opersional dalam

penyelenggaraan bangunan gedung di Kabupaten Pinrang

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Kabupaten Pinrang

Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era

otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor

7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah telah menerbitkan produk

pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan pedoman, baik

kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai

pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005

(16)

VII - 16 wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM

adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional; (ii)

menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM); (iii) memfasilitasi

pemenuhan kebutuhan air baku.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial

ekonomi masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah

Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah

satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang masih diharapkan

dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat,

sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh

karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu

kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana

dan prasarana air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu

pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistemik. Di sisi

lain, kondisi geografis,topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya

manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan

ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat

memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk

masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna

menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan

kondisi di daerah tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban bagi

dasar pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya

Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program

pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan

(sustainable) dan terarah.

Struktur outline penyusunan RISPAM Kabupaten Pinrang tidak sesuai dengan

outine kaidah teknis sesuai hasil evaluasi RI SPAM sehingga perlu dilakukan

(17)

VII - 17 teknis penyusunan RISPAM yang baku sehingga sistem penyediaan air minum di

di Kabupaten Pinrang dapat lebih terarah dan berkelanjutan.

7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Pinrang

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam

menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan

kesehatan, pola hidup sehat, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan

“sekunder”, sehingga sering terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun

seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat,

semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya

dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek

pembangunan yang harus diperhatikan.

Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan

secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “grand design” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta jangka waktu yang

lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun

dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi

secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan real

masyarakat.

Selanjutnya program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan,

meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

(PPSP), kabupaten/kota wajib menyiapkan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS).

Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi kondisi (existing) sanitasi

saat ini. Dokumen Buku Putih Sanitasi berfungsi sebagai data dasar (baseline

data) kondisi sanitasi kabupaten/kota dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota

(18)

VII - 18 Kegiatan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari

semangat kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang

berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu

meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada

Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya

adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan

akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar.

Ruang lingkup sanitasi dapat dilihat dalam beberapa tinjauan sebagai berikut :

 Air limbah domestik, dibagi dalam 2 jenis :

 Black water : air buangan jamban (urin, tinja, dan air gelontoran)

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja

(kotoran) manusia yang tediri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

leher angsa atau tanpa leher angsa (jamban cemplung) yang dilengkapi dengan

unti penompang kotoran dan air untuk membersihkannya. Kementerian

kesehatan telah menetapkan syarat dalam bentuk jamban sehat, yaitu : Tidak

mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak

menimbulkan baud an nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya,

mudah dibersihkan dan menimbulkan pandangan kurang sopan. Jamban

merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat.

Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai

jamban, namun nilai kesadaran masih rendah dalam hal penerapan pola hidup

sehat (PHBS).

 Grey Water : air buangan mandi dan cuci

Jadi, cakupan air limbah domestik (rumah tangga) juga mencakup pembuangan

air mandi dan cuci. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah

volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan

limbah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah

(19)

VII - 19  Pengelolaan persampahan yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Termasuk dalam sanitasi berupa sampah rumah tangga dan sampah sejenis

rumah tangga. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan

sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan

menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi

dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA),

atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.

 Drainase lingkungan/tersier merupakan sistem saluran awal yang

melayani kawasan kota tertentu, seperti kompleks perumahan, area pasar,

areal industry, dan perkantoran. Layanan drainase lingkungan adalah

penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang

akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air

penerima.

 PHBS adalah aspek non-teknis dari sanitasi yang meliputi promosi

kesehatan, perubahan, perilaku, dan sanitasi rumah tangga. Perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman

belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi), bina suasana (Social

Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama

dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara

hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan

erat dengan kemiskinan. Pembangunan sektor sanitasi di beberapa daerah di

Indonesia, seringkali kurang menjadi prioritas dibanding sektor lainnya. Tidak

memadainya pembangunan sektor sanitasi akan berdampak pada penurunan

(20)

VII - 20 Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair

domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat,

baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (TTPS, 2010).

Pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan

terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar

(jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan

perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003).

Wilayah kajian penyusunan buku putih (BPS) dan penyusunan Strategi Sanitasi

Kota (SSK) mencakup wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan

berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah (RTRW). Kebijakan ini

telah dicermati dan diskusikan dengan mensejajarkan sejumlah kebijakan

daerah RPJPD, RP4D, RPJMD, dan RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kabupaten

Pinrang yang memberi referensi kawasan resiko sanitasi sangat tinggi di

kabupaten Pinrang yaitu : Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Sompe,

Kecamatan Watang Sawitto dan Kec Cempa, sedangkan untuk area tinggi yaitu :

Kecamatan Paleteang, Kecamatan Tiroang, dan Kecamatan Suppa.

Kabupaten Pinrang telah menyetujui program PPSP. Pemerintah kabupaten

Pinrang sebelumnya telah melakukan kegiatan untuk mempromosikan hidup

sehat dengan sanitasi yang baik. berikut adalah Tabel tahapan Pengembangan

(21)

VII - 21 Tabel 7.1 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik

Gambar di atas memberikan gambaran mengenai target MDG’s yang menetapkan bahwa di tahun 2014 stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan),

target yang akan dilakukan yaitu memberikan akses sanitasi untuk 16,57 %

penduduk yang belum terlayani akses sanitasi dengan melalui peningkatan

pemilikan jamban pribadi dengan sistem cublik dari 40,67% menjadi 57,24%

akan ditingkatkan dengan penggunaan sistem sanitasi layak untuk kesehatan

yaitu 22% yang terbagi atas 13% peningkatan sistem cubluk menjadi sistem

septick tank yang layak dan sisanya ditingkatkan menjadi sistem on site

komunal, dan untuk mencapainya harus melalui program STBM (Sanitasi Total

(22)

VII - 22 Tabel 7.2 Pengembangan persampah Kabupaten Pinrang

Tabel diatas memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah rumah tangga

yang menunjukan bahwa persentase perilaku warga yang mengumpulkan

sampah kemudian dibuang ke TPA sebesar 21 % lalu perlaku masyarakat yang

melakukan pemilahan sampah sebesar 0,1 % kemudian Perilaku warga yang

membuang sampah secara tidk langsung sebesar 15% dan yang belum terlayani

sistem sebesar 62 % sehingga dari Hasil studi di atas memperlihatkan adanya

inisiatif sebagian masyarakat yang tidak memanfaatkan TPS yang ada. Atau

kapasitas TPS yang ada tidak mampu secara penuh menerima total sampah hasil

rumah tangga. Sehingga program penambahan TPS yang baru terlihat di wilayah

kota, juga telah terprogramkan untuk wilayah desa kecamatan, Jadi masyarakat

(23)

VII - 23 Tabel 7.3 Tahapan pengembangan drainase Kabupaten Pinrang

Berdasarkan Hasil Anlisis menggunakan instrumen SSK, penanganan drainase

lingkungan Kabupaten pinrang difokuskan kedalam penanganan jangka pendek

untuk saluran tersier kenaikan sebesar 5 % khususnya didaerah perkotaan.

Target pelayanan yang akan di lakasanakan meningkat 45 % dalam jangka

panjang sehingga dapat melayani 75 % dari total penduduk Kabupaten pinrang.

7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Gagasan ideal ruang perkotaan merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang

mampu mengakomodasi kegiatan sosial ekonomi, budaya, memiliki citra fisik

maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang

secara terpadu seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan. Untuk

meningkatkan pemanfaatan ruang kota disatu sisi dan sekaligus sebagai

pengendalian, tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap

persyaratan Tata Bangunan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/N/2007.

Dalam peraturan tersebut tercantum pengertian RTBL yaitu panduan rancang

(24)

VII - 24 pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi

pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan

panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan

pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

RTBL diperlukan sebagai kerangka pengendali pertumbuhan serta memberi

panduan terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL

disusun setelah suatu produk perencanaan tata ruang kota di sah kan oleh

Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah (Perda). Dalam lingkup

kawasan yang lebih terinci Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan merupakan

hasil dari proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu

lingkungan/kawasan. Termasuk didalamnya adalah identifikasi dan apresiasi

kontek lingkungan, program peran masyarakat dan pengelolaan serta

pemanfaatan aset properti kawasan.

Dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota yang berlaku, selanjutnya

disusun RTBL yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan

menindaklanjuti Rencana Detil atau Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai

panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan

gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan

terhadap wujud pemanfaatan lahan, langgam arsitektural pada

bangunanbangunan sebagai hasil rencana teknis rancang bangunan

(buildingdesign), terutama pada kawasan tertentu yang memiliki karater khas

seperti dimaksud di atas.

Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan yaitu urban

designer dan arsitek akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan

pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat, termasuk di dalamnya

yang menyangkut kepentingan umum, citra, dan jati diri lokasi yang perlu

dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang

(25)

VII - 25 Di dalam proses penyusunan RTBL harus memperhatikan dan memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1. Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat

2. Pemanfaatan sumber daya setempat

3. Kemampuan daya dukung lahan yang optimal

Memperhatikan kriteria diatas, maka RTBL harus memuat hal sebagai berikut:

1. Pedoman Rencana Teknik dalam bentuk arahan desain tiga dimensional

2. Program Tata Bangunan dan Lingkungan

3. Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunan

(Urban/environmelital building design and development guidelines)

Sebagai arahan rinci maka RTBL dilengkapi dengan paket investasi yang

menunjukkan prioritas pengembangan kawasan, fungsi kawasan serta perkiraan

investasi untuk menata kawasan tersebut sesuai dengan arahan pengembangan.

Sesuai dengan kandungan materinya maka kedudukan RTBL bisa diwujudkan

dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan komunitas atau community action plan.

2. Rencana penataan lingkungan atau neighbourhood development plan.

3. Panduan rancangan kota atau urban design guidelines.

Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan

dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi,

baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam

pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan

(26)

VII - 26 Gambar 7.1. Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan

Lingkungan

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor

35 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun

2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika

dokumen RTBL sebagaimana dijelaskan dalam bagian berikut ini.

Secara umum Dokumen RTBL berisi Program Bangunan dan Lingkungan. Program

bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan

dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu.

Program tersebut memuat jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan gedung,

serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana

aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik

berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun yang baru.

Penyusunan program bangunan dan lingkungan dilakukan melalui analisis

(27)

VII - 27 lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran

masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan

lingkungan. Secara konseptual disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 7.2. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL

Analisis kawasan dan wilayah perencanaan merupakan proses mengidentifikasi,

menganalisis, memetakan dan mengapresiasikan konteks lingkungan dan nilai

lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya. Manfaat analisis

kawasan dan wilayah perencanaan adalah:

1. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan serta

kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang tengah berlangsung.

2. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat rencana

(28)

VII - 28 nilai kearifan dan karakter khas lokal sesuai dengan spirit dan konteks

kawasan perencanaan.

Analisis secara sistematis meninjau aspek sebagai berikut:

1. Perkembangan Sosial-Kependudukan. Merupakan gambaran kegiatan sosial

kependudukan dengan memahami beberapa aspek antara lain: tingkat

pertumbuhan penduduk, Jumlah keluarga, Kegiatan sosial penduduk,

budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan secara kultur-tradisional.

2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi. Merupakan gambaran sektor pendorong

perkembangan ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan

perkembangan penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan

pendanaan pemerintah daerah.

3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan. Merupakan analisis kemampuan fisik,

lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya.

Beberapa aspek yang harus dipahami antara lain: kondisi tata guna lahan,

kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis, sumberdaya air, status-nilai

tanah, ijin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.

4. Aspek LegalKonsolidasi Lahan Perencanaan. Menunjukkan kesiapan

administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi legalitas hukum.

7. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan. Menganalisis kemampuan

pelayanan infrastruktur, jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah

penduduk yang terlayani, dan kapasitas pelayanan.

6. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan. Berkaitan dengan kedudukan

nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset

pelestarian pada skala regional bahkan skala Nasional.

(29)

VII - 29 7.7 Arahan Pengembangan Kawasan (RP2KP)

Mengingat strategi yang telah ditetapkan dalam SPPIP masih bersifat

makro, maka perlu dijabarkan ke dalam rencana yang operasional sebagai

instrument kebijakan yang akan menjadi salah satu acuan penyelenggaraan

pembangunan di bidang permukiman dan infrastruktur di kawasan perkotaan

melalui Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RP2KP).

Berdasarkan lingkup kegatan dan penyusunan RP2KP sebagai dokumen

teknis, kawasan permukiman yang perlu mendapat prioritas penanganan adalah

sebagai berikut :

a. Kawasan permukiman yang dikategorisasikan berada dalam lingkungan

perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau pada kawasan pinggiran,

akan tetapi memiliki nilai ekonomis dan atau nilai strategi tinggi, yang

apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberi

manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah kota secara makro dan

mikro.

b. Kawasan permukiman yang memiliki fungsi-fungsi khusus dalam skala

pembangunan wilayah perkotaan. Kawasan permukiman yang termasuk

dalam kategori ini adalah; kawasan pariwisata, kawasan konservasi

kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya.

c. Kawasan pinggiran yang masih memiliki ciri-ciri agraris pedesaan dan

secara administrasi berada dalam wilayah perkotaan yang berfungsi

sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota dan memiliki

keterkaitan dengan wilayah hinterlandnya.

d. Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam maupun

konflik sosial), sehingga memerlukan penyelesaian dengan segera agar

program lain dapat diselenggarakan tepat waktu. Terhadap kawasan ini

memerlukan pendekatan identifikasi di dalam penetapan lokasi beserta

(30)

VII - 30 Keempat pertimbangan tersebut merupakan dasar dan acuan di dalam

menetapkan kawasan permukiman untuk ditetapkan sebagai kawasan prioritas,

untuk selanjutnya akan dilakukan tindakan perencanaan, yang tentunya telah

dilakukan dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan kawasan

permukiman prioritas perkotaan Kota Pinrang. Selanjutnya akan dilakukan

perumusan kegiatan dalam program penanganan dan pengendalian yang akan

dilakukan sesuai dengan tingkatan prioritasnya. Dengan demikian, Penyusunan

Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RP2KP) Kota Pinrang

akan menjadi landasan dalam pembangunan dimasa yang akan datang. Untuk

maksud tersebut dan dengan pertimbangan kompleksitas pembangunan Kota

Pinrang saat ini, maka diperlukan mekanisme sistem perencanaan komprehensif

yang salah satunya adalah kegiatan penyusunan RP2KP Kota Pinrang yang

bertujuan untuk mendapatkan arahan program pembangunan yang

komprehensif dan terpadu.

Kawasan perencanaan adalah merupakan kawasan perencanaan yang

sekaligus berfungsi sebagai kawasan perdagangan. Ditinjau dari kondisi fisik

eksisting, maka kawasan tersebut memiliki intensitas pemanfaatan lahan yang

cukup tinggi. Sementara itu, penduduk yang mendiami kawasan ini bersifat

heterogen yang terdiri dari beberapa suku. Dengan demikian, perkembangan

kawasan ini dimasa mendatang akan terjadi secara vertikal mengingat lahan

yang tersedia untuk pengembangan secara ekstensif sudah semakin kecil.

Kondisi tersebut perlu segera ditangani dan diarahkan pada :

a. Perwujudan struktural pemanfaatan ruang kawasan;

b. Memberikan arahan lingkungan binaan pada kawasan perencanaan yang

dapat kepentingan atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya

dan daya dukung lingkungan

c. Memberikan bantuan pelaksanaan fisik penataan bangunan.

(31)

VII - 31 Dalam aspek spasial, salah satu indikator dalam menentukan penilaian

daya dukung dan kemampuan tanah untuk mendukung aktifitas di atasnya

antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, luas wilayah berdasarkan kedalaman

efektif tanah, luas wilayah berdasarkan tekstur tanah, topografi/ kelerengan,

dan limitasi/daerah pembatas.

Kondisi topografi yang cukup datar di kawasan perencanaan adalah

merupakan potensi yang cukup baik dalam mendukung rencana pengembangan

kawasan terutama dalam penyediaan infrastruktur permukiman. Kawasan

perencanaan didominasi kawasan terbangun berupa fasilitas perdagangan dan

jasa permukiman serta fasilitas ekonomi lainnya.

Penggunaan lahan pada kawasan perencanaan tidak terlepas dari pengaruh

penggunaan lahan makro, baik lingkup Kabupaten, kota, maupun kawasan atau

pusat-pusat pertumbuhan terdekat. Berdasarkan pengamatan lapangan, sistem

pusat pelayanan di Kawasan perencanaan tidak lepas dari sistem hirarki pusat

satuan permukiman yang telah berkembang. Kondisi ini mengakibatkan hirarki

pusat pelayanan pemukiman secara makro akan terintegrasi antara pusat

pemukiman wilayah Kabupaten Pinrang dengan pusat pelayanan yang lebih luas.

Usulan program kegiatan pada pembahasan ini merupakan kesesuaian

program kegiatan dalam RP2KP. Hal ini dimaksudkan untuk melihat adanya

sinkronoisasi jenis program kegiatan yang akan dilaksanakan pada kawasan

prioritas yang meliputi beberapa program kegiatan sebagaimana pada tabel

berikut:

Tabel 7.4.Arahan Kegiatan Berdasarkan RP2KP

No Program Arahan Kegiatan RP2KP

1 Pengembangan Peremajaan kawasan permukiman Permukiman Pengaturan GSB, KLB, dan KDB

Pembangunan dan pengembangan jalan lingkungan Peningkatan kualitas permukaan jalan

Pemeliharaan jaringan jalan

Penetapan legalitas jalan-jalan lingkungan, terutama pada lingkungan kumuh

(32)

VII - 32

Pembangunan RUSUNAWA dan RUSUNAMI a. Penyiapan Lahan

b. FS

c. Pembangunan Fisik

Peningkatan peran serta masyarakat 2 Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Pengelo/laan limbah secara bersama (onsite) Pembangunan MCK pada lingkungan kumuh Pengelolaan sampah secara terpadu

Peningkatan kapasitas pelayanan persampahan Pengadaan TPS (Container)

Pengadaan tong sampah Pengadaan gerobak sampah

Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase Peningkatan dan perbaikan kondisi saluran

Pemeliharaan saluran drainase Normalisasi aliran saluran drainase

Pembangunan gorong-gorong ke tanggul sungai/pantai Peningkatan peranserta masyarakat

3 Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penyiapan RTH

Penyusunan Rencana Tindak Penataan RTH b. Pembangunan RTH

Konservasi daerah bantaran sungai

Pengendalian pembangunan perumahan di area bantaran sungai

Bantuan Perbaikan rumah Warmis Peningkatan peranserta masyarakat Hidran Kebakaran

Menata kawasan pasar Pinrang sebagai pasar komoditas holtikultura

Penyusunan recana tata ruang yang bersifat terinci, meliputi RDTR, RTBL dan masterplan keciptakaryaan Pengendalian ruang melalui kebijakan zonasi (Zoning regulation)

Konsolidasi lahan, terutama pada kapling lahan yang belum berkembang

Meminimalisir penerbitan sertifikat kepemilikan lahan disepanjang bantaran sungai

(33)

VII - 33

Penataan Ekowisata (Bantaran Sungai Pinrang) 7 Sosial Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan

Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Pembangunan STK

8 Kelembagaan Peningkatan kelembagaan pemerintah

Peningkatan Kelembagaan Masyarakat (BKM & LSM) 9 Legalitas Penyusunan masterplan kawasan prioritas

Penyusunan Perda

Perizinan Pembangunan dan Pengembangan

Sumber : Pedoman RP2KP

Pada saat ini Kabupaten Pinrang Belum memiliki dokumen RP2KP dan

diharapkan kelak dapat terealisasi sebagai salah satu dokumen keciptakaryaan

untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pinrang.

7.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kab Pinrang dan Sektor

7.9.1. Strategi Pembangunan Kabupaten Pinrang

Strategi pembangunan di Kabupaten Pinrang tidak terlepas dari strategi

yang termuat dalam dokumen teknis yang telah ada terkait dengan kawasan

strategis. Kawasan Strategis di Kabupaten Pinrang meliputi

 RTRW Kabupaten sebagai acuan Spasial

 RISPAM sebagai arahan pengembangan Air Minum

 SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi

 RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman

(34)

VII - 34

Tabel 7.5.Identifikasi Kesesuaian Lokasi untuk Rencana Pembangunan

Gambar

Tabel 7.1 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik
Tabel 7.2 Pengembangan persampah Kabupaten Pinrang
Tabel 7.3  Tahapan pengembangan drainase Kabupaten Pinrang
Gambar 7.1. Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian uji hipotesis menggunakan nilai posttest pada kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan signifikasi sebesar 0,008<0,05, yang artinya terdapat pengaruh

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Bel ajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan

perusahaan ini adalah bahwa meninggalkan perusahaan akan membutuhkan pengorbanan pribadi yang besar, perusahaan lain mungkin tidak akan sesuai dengan keseluruhan manfaat yang

dapat membayangkan. Sekedar sebagai ilustrasi matematis, mari kita bayangkan berapa luasnya jagad raya langit pertama itu. Garis tengah untuk langit pertama atau jagad

Faktor lain yang menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 7 Klaten adalah proses pembelajaran yang cenderung satu arah

Tidak ada kata-kata yang mampu terucap, hanya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihNya kepada peneliti sehingga sebuah karya penelitian telah berhasil terwujud

Ratio ( DAR), dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

gurunya. Selain itu, anak-anak akan mendapatkan reward apabila melakukan sesuatu yang baik kepada temannya. Hal tersebut dibuktikan saat Peneliti datang langsung ke