xxi
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
LAMPIRAN A: BUKTI SCREENSHOOT KUESIONER
xxii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
xxiii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
xxiv
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
LAMPIRAN B: BUKTI BIMBINGAN
xxv
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
xxvi
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
LAMPIRAN C: TRANSKRIP WAWANCARA 1
Transkrip Wawancara Informan 1
Informan : Azhar Jusardi Putra (N) Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Filsafat UGM Durasi wawancara : 45 menit
Tanggal wawancara : 9 September 2021
A : Peneliti (Angie) N : Informan
Wawancara kedua pada 9 September 2021, pukul 20.30 melalui Zoom Meeting.
A: Kenalin Kak, aku Angie dari UMN angkatan 2018. Sekarang lagi ambil TA semester 7. Boleh kenalan dulu Kak, kakak angkatan berapa?
N: Saya Azhar Jusardi Putra. Panggilannya Josardi, angkatan 2016 filsafat UGM.
Sekarang saya sedang menyusun skripsi juga.
A: Oh, lagi susun skripsi juga. Oke, aku mulai wawancaranya ya Kak.
N: Oke
A: Kalau berbicara tentang doxing, ini kan banyak terjadi di sosial media ya Kak, apakah kakak sering membuka sosial media?
N: Sering, sering buka karena emang dari sosial media kita bisa tau tentan isu-isu yang sedang berkembang.
A: Berarti kakak sering mengikuti isu-isu ini ya?
N: Sering, terutama kalau media sosial mainnya di twitter dan di instagram.
xxvii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Apakah kakak sering melihat orang melakukan doxing di media sosial twitter dan instagram?
N: Sering, terutama lebih banyak di twitter. Terutama menurut pengalaman pribadi, teman-teman mahasiswa banyak saat jaman demonstrasi atau saat sedang mengerjakan sesuatu tentang isu tertentu, banyak teman yang terkena doxing di twitter.
A: Berarti, waktu itu tidak hanya anda, tetapi ada beberapa teman yang juga terkena doxing?
N: Sepengetahuan saya, ada beberapa di luar saya. Tapi kalau di Jogja, di antara mahasiswa saya yang di doxing sampai informasi pribadi saya disebar-sebar.
Teman-teman lainnya hanya di teror.
A: Saat itu, bagaimana kakak mengetahui pertama kali ada orang yang upload informasi pribadi anda di media sosial?
N: Awalnya, ada seorang buzzer. Saat kita menyuarakan pendapat di media sosial, ada saja pihak yang menentang. Ada yang memakai bot, dan itu hal biasa. Saat itu, saya melihat ada orang mem-posting foto saya. Lalu ada dua postingan lagi yang mencantum foto dan NIM saya. Saat itu, di facebook mulai tersebar informasi pribadi yang lain seperti alamat rumah, sekolah, pekerjaan orangtua, dan data lainnya.
A: Apakah anda memang mencantumkan alamat rumah dan informasi pribadi lain milik anda di facebook?
N: Tidak, saya tidak memasang alamat rumah dan pekerjaan orangtua di facebook.
A: Kalau begitu, apakah akun facebook anda terkena hack?
N: Kalau facebook saya yakin tidak kena hack. Tetapi nomor Whatsapp saya pernah terkena hack sampai saya mengganti nomor lima kali sepanjang tahun 2019- 2020.
xxviii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Oh berarti informasi nomor Whatsapp anda sudah pernah tersebar sebelum kejadian Oktober lalu ya?
N: Iya, pernah hinnga lima kali ganti nomor.
A: Apa penyebab nomor Whatsapp anda tersebar? Apakah karena kejadian tertentu?
N: Saya juga tidak tahu alasannya, tetapi tiba-tiba nomor Whatsapp saya sudah tersebar. Sama seperti Rafio di Jakarta, persis. Dan ternyata tidak hanya saya yang mengalami kejadian ini, jadi ada lima anak UGM yang terkena juga.
A: Oke, tapi memang anda dari dulu aktif menyuarakan opini di sosial media?
N: Iya, cukup aktif. Bisa dibilang saya cukup aktif terutama mengenai isu sosial politik.
A: Oke, lalu bagaimana perasaan anda saat terkena doxing, apakah sempat merasa panik?
N: Saya awalnya tidak takut dan panik. Karena kejadian seperti ini merupakan konsekuensi karena menyuarakan pendapat dan ada yang tidak setuju. Namun saat itu, sesuatu yang membuat mental saya down adalah kebocoran data yang menyebabkan ancaman keselamatan pada orangtua.
A: Apa yang anda lakukan pertama kali?
N: Saat itu, awalnya saya belum tahu bahwa saya terkena doxing. Saya sedang mengisi diskusi secara online di Jakarta saat kejadiannya berlangsung. Lalu sekitar tiga jam setelah itu, saya baru tahu seberapa parah doxingnya hingga di share di banyak akun.
A: Setelah itu apakah benar anda melaporkan kasus tersebut pada pihak Kagama UGM?
N: Sebenarnya saat itu saya tidak melapor, namun teman-teman Kagama UGM yang justru bertanya sebaiknya bagaimana sebaiknya menangani kasus ini.
xxix
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
Kagama juga membantu saya karena tidak sesuai fakta dengan apa yang diberitakan. Pada saat hari H juga banyak saksi yang melihat.
A: Jadi memang banyak teman yang membantu anda?
N: Iya, karena saat itu situasi sangat kacau setelah demo. Namun anehnya, saya tidak menjadi apa-apa saat demo. Saya bukan merupakan ketua atau koordinator demo, hanya saja saya memang sangat aktif keluar ke berbagai macam lokasi.
A: Dari berita yang saya baca, tuduhan yang diberikan pada anda yaitu bahwa anda sebagai penggerak demo 8 Oktober di Jogja, benarkah begitu?
N: Iya benar, saat itu saya dengan teman-teman UGM bukanlah siapa-siapa saat demo. Tidak ada koordinator, berbagai macam divisi juga bukan. Namun saya memang aktif mengikuti berbagai macam demo. Jadi bisa saja terlihat vokalnya saat itu.
A: Apakah saat itu anda melapor pada pihak kepolisian?
N: Tidak, kecuali ancamannya sudah benar-benar serius. Misal sampai ada orang yang mendatangi saya. Karena, menurut pengalaman saya dan melihat dari kasus Rafio, penanganan dari polisi juga tidak efektif.
A: Apa yang anda maksud dengan tidak efektif?
N: Kita tidak tahu siapa pelaku doxing. Misal saya melapor ke pihak kepolisian, tetapi teman-teman saya yang sudah pernah melapor tidak pernah mendapatkan hasil nama dan oknum siapa saja yang melakukan doxing. Misalnya ada yang hack Whatsapp, saya tetap tidak tahu pelakunya. Jadi menurut saya hanya membuang energi.
A: Oke, anda tidak menemukan solusi juga ya saat melapor. Lalu, menurut berita yang saya baca, anda dan keluarga juga mendapat serangan verbal di internet ya?
N: Iya, saya mendapat serangan verbal di facebook dan di twitter. Saat di doxing, saya tidak takut jika Whatsaap saya di hack lagi. Tetapi saya tetap berjaga-jaga dengan tidak menggunakan Whatsapp. Saat itu, saya menggunakan aplikasi
xxx
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
semacam telegram untuk komunikasi bernama signal. Saya juga masih takut untuk menghubungi orangtua. Saya sangat berterimakasih pada pihak alumni Kagama UGM karena telah membantu menghubungi orangtua dan mengurus berbagai macam hal. Saya mengetahui bahwa orangtua saya terkena doxing juga dari pihak Kagama UGM. Saya tidak terpikir saat itu karena menurut saya ya memang sudah konsekuensi.
A: Bagaimana pihak Kagama pertama kali mengetahui bahwa orangtua anda juga terkena doxing?
N: Ada pihak Kagama yang merupakan kakak tingkat saya di jurusan filsafat yang memang berkomunikasi dengan orangtua saya. Di facebook ada yang memasang informasi mengenai orangtua mahasiswa UGM. Orangtua saya memang menggunakan media sosial facebook. Dari situ terlihat siapa orangtua saya, sehingga dari situlah pihak Kagama kemudian memberitahu saya.
A: Lalu, dari surat oleh pihak Kagama salah satu poin penting adalah untuk mengusut kejadian ini hingga tuntas. Apakah pihak berwajib sudah melakukannya? Apakah sudah diketahui inisiator yang menyebarkan informasi pribadi anda?
N: Sampai sekarang belum diketahui. Namun, 2021 kemarin masih ada akun-akun yang memberi saya tag pada postingan instagram mereka. Dari akun-akun itu saya tahu jika orang yang melakukan doxing masih aktif di instagram.
A: Apakah sekarang situasi sudah aman bagi anda dan keluarga?
N: Bisa dibilang aman, namun tetap masih ada kekhawatiran karena data pribadi saya masih tersebar di internet.
A: Apakah anda masih aktif bermain media sosial dan menyuarakan pendapat anda di medsos?
N: Untuk sekarang saya sudah tidak terlalu aktif karena sedang mengerjakan skripsi. Itu menjadi pertimbangan ketika kita mengungkapkan pendapat di
xxxi
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
internet, ancaman tidak hanya kepada saya tetapi juga kepada keluarga.
Kebetulan saya juga tidak sedang bersama orangtua, karena orangtua berada di Kalimantan Timur dan saya berada di Jogja jadi sulit mengontrol keadaan. Hal ini yang membuat saya cukup khawatir.
A: Oh, anda sedang di Jogja sekarang?
N: Iya, masih di Jogja untuk saat ini.
A: Oke. Oh iya, saya kemarin sudah melakukan riset dan menemukan website bernama patrolisiber.id. Patrolisiber juga memiliki akun twitter. Di website ini kita bisa melapor kasus cybercrime, melihat data statistik mengenai cybercrime, berita, dan tips dan trik bagaimana menghindari cybercrime misalnya phising.
Nah, apakah anda mengetahui keberadaan website ini?
N: Saya pernah dengar mengenai website itu, hanya saja saya tidak terlalu mengerti mengenai website ini.
A: Saya sudah memantau website ini dalam beberapa hari, dan di data disebutkan bahwa ada total pelaporan pengancaman hingga 2500 kasus, lalu kategori pencemaran dan penghinaan juga sampai 2500 kasus, yang paling tinggi yaitu kasus penipuan hingga 4500 kasus. Namun website ini tidak mencantumkan jumlah kasus yang telah selesai di proses. Jadi publik tidak dapat mengetahui hasil laporan melalui website ini. Lalu di website ini kita juga bisa mengetahui laporan kasus per harinya, tetapi setelah saya amati dalam beberapa hari tidak ada 1 pun kasus yang terlapor dan selalu berada di angka 0. Dari jumlah laporan kasus dan data perhari, ada sedikit ketidakcocokan. Nah dari kasus ini, dalam tugas akhir saya sebagai mahasiswi jurusan DKV, saya mencoba memberi solusi dalam bidang desain. Pada tugas akhir ini, saya berencana untuk membuat kampanye mengenai doxing. Tujuannya adalah supaya masyarakat lebih aware dalam mencantumkan informasi pribadi di internet dan mengerti bagaimana cara penanganannya. Saya hendak menggunakan sosial media dan website sebagai medium kampanye. Sosial media yang digunakan yaitu instagram dan twitter.
Beberapa contoh media yang akan saya gunakan yaitu infografis, video, dan
xxxii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
poster. Sedangkan untuk website saya berencana untuk membuat fitur seperti Getcontact dimana kita akan bisa mencari siapa saja yang mencantumkan alamat pribadi saya di website. Caranya dengan mengetik salah satu informasi pribadi kita di website tersebut (misal: alamat rumah). Lalu website tersebut akan memberikan kita data mengenai postingan apa saja di internet yang di dalamnya tercantum informasi mengenai alamat rumah anda. Namun fitur dari website ini sangat beresiko sehingga diperlukan fitur verifikasi sehingga tidak terjadi penyalahgunaan. Bagaimana tanggapan anda untuk solusi yang saya ajukan tersebut?
N: Menurut saya memang diperlukan prosedur bagaimana menggunakan internet dan sosial media secara aman dan lebih berhati-hati. Saya setuju dengan ide mengenai website yang bertujuan sebagai portal kasus doxing. Saya mendukung pelaksanaannya.
A: Bagaimana pendapat anda lebih lanjut mengenai fitur pelacak doxing sebelumnya?
N: Menurut saya fitur itu sudah bagus, hal itu merupakan salah satu masalah dalam kasus doxing, dimana kita tidak bisa mengetahui siapa yang melakukan.
Seandainya fitur itu memang ada dan kita bisa mengetahui pemilik akun maka akan lebih mudah dilakukan proses hukum.
A: Oke, sekian pertanyaan dari saya. Saya akan mengakhiri wawancara sebentar lagi. Apakah ada masukan Kak sebelum saya akhiri?
N: Sudah cukup, tidak ada masukan. Saya setuju dengan adanya fitur tersebut karena kita tidak bisa mengecek sendiri.
A: Sekarang skripsi anda membahas tentang apa?
N: Tentang liberalisme, filsafat politik, anti-perfeksionis. Tentang masyarakat yang dianggap tidak waras oleh negara.
xxxiii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Oke, terima kasih Kak sekian wawancaranya. Terima kasih sudah membantu saya dan meluangkan waktu.
N: Terimaksih juga karena sudah mewawancarai saya. Menurut saya penting juga topik ini. Oke, saya leave ya. Terimakasih.
xxxiv
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
LAMPIRAN D: TRANSKRIP WAWANCARA 2
Transkrip Wawancara Informan 2 Informan : Steffiane (N) Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Co-founder dan Graphic Designer Voia Studio Durasi wawancara : 60 menit
Tanggal wawancara : 8 Oktober 2021
A : Peneliti (Angie) N : Informan
Wawancara kedua pada 8 Oktober 2021, pukul 14.00 melalui Zoom Meeting.
A: Mau kenalan sama Steffi ya manggilnya?
N: Iya, Steff aja.
A: Iya, Ci steff. Ci Steff ini di Hellovoia sebagai apa dan mau dengar penjelasan sedikit tentang Hellovoia nih.
N: Itu sih sebenarnya graphic design studio yang dibikin sama 2 orang. yang satu Reynald, yang satu aku. kita berdua Jadi co-owner gitu, kita branding sama social media campaign, megang social media content. Kita sebenarnya dari 2015 awalnya berempat tapi karena jalan gitu jadi akhirnya jadi 2 orang. 2 orang lainnya ambil margin keluar. Dari situ kita fokusin selalu ke strategy, branding, dan visual. selalu main di baru 3 itu. Cuman along the way berjalan, kita baru mau fokusin lagi ke branding sama sosial doang. Jadi kita enggak ke arah website.
A: Oke, berarti lebih ke sosial dan branding ya. Itu teman kampus gitu Ci Reynald?
N: Bukan, justru dia nggak ada hubungannya.
xxxv
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Oh bukan anak desain gitu atau marketing?
N: Bisa, cuman bukan sekolah desain. karena kalau kita sama-sama pegang desain, siapa yang megang finance?
A: Oh iya. Tapi Cici dari background desain?
N: Iya aku desain dari sekolah Lasalle Singapore jurusannya Diploma advertising, Bachelor-nya cici graphic design.
A: Oh gitu dari Lasalle, ada temen aku juga dari Lasalle. Itu udah dari 2015 ya Ci.
N: Udah bikin dari 2015. waktu itu belum ada namanya social media content.
A: Oh, masih jarang ya di Indo waktu itu.
N: Lebih tepatnya belum ada. waktu itu kita semua part-timer jadi maksudnya gak ada fokus kerjaan jadi kita belom seriusin tapi akhirnya udah ada yang lain.
A: Aku sempet lihat Instagram Voia dan ada Tentrem, nama Tentrem sudah terkenal banget kalau di Semarang. Aku kebetulan dari Semarang. Kalau di Jogja Tentrem udah yang paling fancy-nya gitulah. itu bikin branding-nya juga ya?
N: Cici bikin branding untuk mall-nya. Jadi dia mau bikin mall-nya yang lain seperti mall-nya. Itu kan grup Sidomuncul, kita harus mengerti latar belakang dia mau seperti apa, mengerti klien. Ngobrol lumayan panjang, satu logo ini jika dilihat masih ingin seperti Tentrem. Itu di Semarang kan ya.
A: Iya, awalnya hotelnya di Jogja lalu bikin mall di Semarang.
N: Oh jadi kamu dari Semarang?
A: Iya, Ci. Siapa target pasar Hellovoia? Klien Hellovoia biasanya dari daerah mana saja di Indonesia?
N: Klien kita rata-rata dari Jakarta. Namun ada beberapa project yang berasal dari luar Jakarta seperti Semarang dan Bandung.
A: Klien masih berada di pulau Jawa ya?
xxxvi
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
N: Iya, masih. Dulu pernah dapat klien dari Singapore, simple job dan bukan project besar.
A: Boleh cerita tentang milestone hellovoia?
N: Awalnya ada 4 orang, semuanya masih part-time jadi studio ini merupakan side- job kita. Saat itu kita masih mengurus konten creation. Saat itu kita sedang duduk di kafe, sedang mengobrol karena saya punya beberapa teman yang suka foto makanan. Setiap kali kita makan kita akan nungguin dia foto makanannya dulu. Ketika sedang ngobrol panjang lebar, lalu aku bilang kenapa kalian bertiga tidak bikin social content management dimana kalian provide foto untuk di café.
Saat itu belum ada sama sekali yang menyediakan jasa seperti itu. Lalu mereka menjawab iya boleh juga bersama kamu sebagai graphic designer. Jadi awalnya dari situ akhirnya kita membuat social content management. Tapi saat itu aku juga masih freelance dan perkerjaan freelance nya juga cukup banyak dan kondisi nya hectic. Namun lama-kelamaan muncul pertanyaan, siapa yang mau fokus disini. Jika ingin fokus, maka lebih baik pekerjaan freelance dan social content management disatukan. Akhirnya aku bersama Reynald membuat nama Voia dengan tampilan lain. Karena awalnya baik dari logonya juga ada hint tentang kita berempat. Maka dari itu perlu diganti. Tahun 2018 kita membuat kantor dan merekrut tim hingga sekarang.
A: Oke, sekarang ada kantor offline nya?
N: Ada di Kemayoran, hanya saja sekarang sedang work from home.
A: Benar-benar semuanya dilakukan secara wfh ya?
N: Iya, karena kita juga takut dengan korona dan tidak mau anak kita terkena. Di kantor juga pasti ada orang berlalu lalang jadi lebih baik di rumah saja.
A: Sebelum dengan Voia dulu, Anda sudah melakukan freelance dalam bidang branding ya?
N: Iya, benar.
xxxvii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Dari mana asal nama Hellovoia?
N: Tim kita menyukai sesuatu yang sangat berkonsep karena untuk kita jika konsepnya nol itu sama saja seperti graphic designer yang tidak punya base. Jadi menurut kita, concept is everything. Bahasa Yunani konsep itu sebenarnya eunoia, dan cara bacanya terdengar seperti voia. Awalnya dari situ, namun setelah rebranding, arti Voia berganti jadi voice of ambition and imagination.
Lalu tambahan kata hello itu supaya lebih mudah diingat untuk Instagram.
A: Mengapa campaign penting untuk suatu brand?
N: Oke, campaign itu sangat penting. Balik lagi, yang pertama harus dilakukan itu branding. Jika branding sudah bagus tapi tidak dibawa keluar tidak akan ada yang tahu. Seperti bagaimana kamu memakai baju bagus tapi kamu tidak pergi ke luar untuk menunjukkannya. How you presented yourself, seperti apa makeup dan lainnya, is a branding. Tapi how you marketing yourself is a campaign.
Campaign itu sendiri harus in-line dengan visi dan misi kamu dalam branding.
Hal ini sangat penting, balik lagi ke konsep kamu. Campaign yang bagus adalah campaign yang memiliki konsep. Jika konsepnya tidak ada, masyarakat tidak
akan menangkap apa yang hendak kamu sampaikan. Campaign is important.
A: Saat apa campaign dibutuhkan?
N: Banyak macam campaign, apakah kamu ingin mengenalkan brand dan visi misi kamu? Ataukah kamu ingin mengenalkan produk baru kamu? Misal orangtua Group, banyak orang sudah tau tentang orangtua group. Tapi ketika brand ini ingin mengeluarkan produk yang berbeda perlu adanya campaign. Contohnya, produk dari Orangtua Group yang sudah ada yaitu wafer, lalu brand ini ingin mengeluarkan produk kacang. Maka mereka harus melakukan campaign bahwa sekarang mereka juga memiliki produk lain yaitu kacang. Jadi, sangat dibutuhkan karena jaman sekarang orang berlomba-lomba melemparkan campaign ke kamu.
xxxviii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Salah satu contoh campaign dari Voia sebelumnya adalah campaign Hari Kartini dengan Shop&Drive. Kalau mengenai campaign yang diadakan pada bulan tertentu seperti ini, apa objektif yang ingin dicapai?
N: Saat mengerjakan social media klien, kita biasanya memerlukan waktu satu tahun. Dalam setahun ini ada goal besar dan goal kecil. Goal besar yaitu apa yang ingin dicapai dalam satu tahun. Sedangkan goal tiap bulan itu untuk mencapai goal besar namun tetap menyesuaikan suatu isu/perayaan dalam bulan tersebut. Saat itu kita melihat dari data bahwa sekarang jumlah woman driver sudah banyak. Jika dulu laki-laki hampir setiap saat menyetir, sekarang sudah banyak perempuan yang bekerja dan menyetir mobil sendiri. Lalu dari analisa mengenai masalah tersebut, kita membuat suatu campaign dengan Shop & drive yang merupakan jasa reparasi dan maintanance mobil. Kebiasaan perempuan yang menyetir adalah kurang bisa merawat mobil. Konsep awalnya yaitu Shop
& drive sebagai hero dalam masalah ini. Dari konsep ini, tercetus hashtag
“karena wanita ingin dimengerti”. Lalu kita jadwalkan puncak campaign pada hari kartini karena hari kartini sangat berhubungan dengan perempuan.
Campaign karena wanita ingin dimengerti berjalan selama setahun dan puncaknya pada hari Kartini. Campaign yang bagus itu adalah campaign yang sudah di approve klien dan klien juga membantu dalam hal resources, event.
Karena kita juga tidak melakukan campaign dengan skala besar. Jika klien dapat membantu kita untuk membuat berbagai event maka akan menjadi campaign besar. Tapi tetap kita hanya memegang sosial media dan tidak bertanggung jawab untuk pelaksaan event riilnya. Lalu kita juga membuat TVC (TV commercial) tentang woman. Cerita singkat dari TVC ini tentang perempuan yang sedang dekat dengan tiga laki-laki. Saat si perempuan ini mengajak mereka untuk makan atau pergi, para laki-laki itu akan mengiyakan. Tetapi ketika suatu saat mobil perempuan ini mogok di tengah jalan, tidak ada laki-laki yang bisa membantu. Kemudian perempuan ini telepon Shop&drive untuk mencari bantuan. Dari cerita ini, perempuan itu merasa Shop&drive selalu ada 24 jam.
xxxix
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
Kita ingin menyampaikan bahwa seorang perempuan itu bisa mandiri dengan bantuan Shop&drive.
A: Dilihat dari kasus tersebut, storytelling juga penting dalam pembuatan campaign ya?
N: Iya, storytelling juga penting. Kita harus bisa membuat konsep cerita dan breakdown konsep itu yang sangat penting. Jika breakdown konsep tapi tidak
mencapai tujuan awalnya, lari di tengah jalan itu yang bahaya.
A: Apa yang perlu dilakukan supaya tidak lari dari konsep awal?
N: Kita harus selalu tanya lagi, apakah dari cerita ini orang bisa mengerti tujuan dan maksud kita. Melakukan critical thinking. Dalam kasus ini, apakah cerita tersebut bisa mencerminkan konsep kita yaitu karena wanita ingin dimengerti.
Dalam beberapa tahun, selain banyak promo, kita juga memiliki post dimana kita membicarakan bahwa perempuan itu ingin dimanjakan walau kita sebenarnya bisa mandiri. Jadi dari sini, kita bisa menenangkan dan memanjakan wanita karena Shop&Drive akan selalu ada.
A: Bagaimana proses perancangan campaign di voia?
N: Sebenarnya tidak begitu beda dan lebih simpel. Di Voia biasanya pertama kita mencari apa permasalahannya dan apa tujuan dan dampak yang ingin dicapai.
Setelah itu, kita menentukan target pasar. Kemudian membuat konsep dengan research dan mencari data. Misal bertanya pada orang-orang sekitar lalu mencari data di internet. Dari hal itu, kita elaborasi konsep. Kemudian kita present ke klien untuk approve konsep tersebut. Jika sudah ketok palu dan menentukan budget serta perencanaan, kita baru akan bergerak ke tahap pelaksanaan.
Biasanya kita breakdown konsep misal media yang digunakan adalah TVC, foto, dll. Lalu kita menyediakan timeline pelaksanaan masing-masing tahapan.
Tergantung dari sebesar apa campaign yang dilakukan, semakin luas jangkauan maka semakin banyak research yang harus dilakukan.
A: Format media apa yang digunakan di sosial media?
xl
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
N: Video, poster, foto, dan design.
A: Sosial media apa yang digunakan saat campaign?
N: Instagram paling sering.
A: Penggunaan hashtag sangat penting di sosial media. Lalu pembawaan kita pada customer supaya bisa lebih dekat dengan customer. Misal dengan memberi testimoni. Campaign memiliki banyak approach, misal emotional, lust, question, dll.
N: Bagaimana Voia memanfaatkan fitur di tiap sosial media (misal: fitur voting dan polling di Instagram story?
A: Iya, kita pakai karena fitur interaktif sangat dibutuhkan di sosial media.
N: Apa perbedaan dari memakai dan tidak memakai fitur interaktif di sosial media?
A: Kalau sosial media sudah pasti interaktif ya.
N: Ada dua tipe klien. Yang pertama, klien ini menahan kita supaya tidak terlalu fun. Klien tipe ini branding-nya memang serius. Kita akan nanya, apakah mau lebih interaktif tetapi dengan budget lebih juga dengan video, GIF, dan konten yang lebih enganging. Tapi mereka tidak mau karena produknya adalah futniture. Di sisi klien ada klien seperti Shop&drive dan Kokumi dengan konten yang lebih enganging. Jadi beda banget hasilnya sebenarnya. Klien yang kita pegang pasti selalu naik jumlah followers-nya. Namun proses grow tiap klien berbeda, ada yang cepat ada yang lambat. Misal penggunaan polling, tetapi yang pasti akan menaikkan exposure adalah campaign dan kerjasama tentang sesuatu yang sedang trending. Seperti dengan influencer atau topik yang sedang trending misal olympic yang sekarang sedang trending sehingga grow lebih banyak.
semua kembali pada budget klien juga.
A: Oke, semua kembali ke budget ya berarti.
N: Iya, kita realistis saja.
xli
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Tiap platform media sosial mempunyai sifat dan karakteristik penggunanya masing-masing. Apakah anda menggunakan beberapa platform media sosial ini sekaligus?
N: Kita tergantung klien, mau melakukan campaign dimana. Tapi yang paling sering dilakukan memang di Instagram. Sekarang karena sudah ada TikTok, ada beberapa klien yang ingin membuat akun TikTok, atau membuat video untuk TikTok. Mau dilakukan dimana juga tergantung dengan target market. Dulu kita memiliki klien yang menjual barang keluar kota, distributor jadi kita bermain di Facebook.
A: Apakah anda pernah membuat kampanye dengan media konvensional seperti print dan poster? Saya melihat dari instagram Hellovoia, ada guide book dari Sampoerna team, apa cerita di balik guide book ini?
N: Sebenarnya itu campaign internal yang ditargetkan pada 500 ribu employee Sampoerna grup. Buku itu tidak untuk dibagikan ke khalayak umum dan bukan merupakan kampanye besar juga. Kampanye ini menggunakan media konvensional seperti poster. Di Sampoerna mereka sudah melihat laptop dan membuka email setiap hari jadi kita berpikir bahwa jika kita hanya menggunakan media email, mereka akan muak. Saat itu, Sampoerna hendak membuat e- learning untuk employee mereka yang pasti dilakukan secara online, tetapi sebaliknya campaign kita buat dengan media konvensional. Sangat interesting.
Lalu waktu itu saya datang ke Sampoerna untuk research. Saya seperti pegawai Sampoerna, datang ke perusahaan mereka juga untuk mengerjakan website mereka. Jadi project ini mencakup design website dan campaign untuk boost e- learning tersebut. Saya makan, ngobrol di kantor Sampoerna. Saya melihat dan mencari dimana tempat yang cocok untuk menempel poster. Saya dan tim e- learning saya mencetuskan bagaimana jika kita membawa hal ini menjadi offline. Employee Sampoerna sudah muak melihat banyak e-mail. Karena itu kita membuat poster tangible yang bisa dimainkan. Saat mereka sedang istirahat mereka bisa bermain poster. Sebelumnya sudah ada poster namun hanya poster
xlii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
2D. bahkan saat itu kami sempat mempunyai ide untuk menaruh poster di WC supaya mereka membacanya, namun hal ini tidak jadi dilaksanakan. Kita kemudian berpikir mungkin akan lebih baik jika ada poster di tiap lantai yang bisa dimainkan. Seperti yang ada di post ini, poster ini bisa dirobek sehingga kita tahu dalamnya apa. Kalauu poster yang ini akan bisa terbaca jika dilihat dari jauh. Kalau dari dekat tidak terbaca tulisannya. Melalui poster ini, kita ingin memberi pesan bahwa kita harus belajar untuk mengikuti perkembangan dunia yang sangat cepat.
A: Poster pertama yang bisa ditarik, apa tulisan di dalamnya?
N: Tulisan di dalamnya adalah “rutinitas dapat membunuh kreativitas”, so break your routine. Karena itu, konsep poster ini dibuat seperti penjara. Orang dapat merobek kertas atau jeruji penjara ini. Waktu itu saya mengatakan pada tim kalau lebih baik ada sesuatu di dalamnya supaya orang mau merobek. Namun karena proses yang lama tidak jadi. Tapi akhirnya tetap banyak orang yang robek.
Sebenarnya ada banyak contoh lain, salah satunya puzzle yang harus diputar supaya dapat membaca tulisannya.
A: Oke, ini menjadi hal yang menarik karena merupakan hal baru untuk para employee Sampoerna tersebut ya
N: Iya, karena mereka sudah muak dengan newsletter. Saya sudah mencari data mengenai berapa banyak yang membuka newsletter tersebut dan tidak banyak yang tertarik jadi kita harus mencari cara lain. Walaupun begitu, hal seperti newsletter akan tetap dilakukan. Sebelum launching website, kita hendak memberitahu lewat poster bahwa ada sesuatu yang baru. Jadi awalnya poster teaser dengan copywriting, lalu kita membuat poster tangible.
A: Apa yang menentukan kesuksesan kampanye kita?
N: Tentu dari data, seberapa banyak orang lihat dan memainkan. Hal ini dapat dilihat dengan melakukan survey setelah campaign atau melihat insight secara online. Dilihat dari berapa orang yang like, save, dan comment. Kalau media
xliii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
tangible kita biasanya tanya apakah sudah mencoba berinteraksi dengan posternya. Untuk campaign Sampoerna dapat dikatakan berhasil karena banyak yang mendafatar masuk ke platform elearning. Biasanya website company itu tampilannya membosankan, jadi kita membuat desain yang lebih modern.
Desain yang kita buat terkesan baru dan interaktif, jadi produk juga penting.
A: Dari campaign, hal apa yang perlu diperhatikan sebelum campaign tersebut dirilis?
N: Karena kita sudah setelah revisi berkali-kali jadi pasti sudah sesuai kualitasnya.
Yang bermasalah justru ada di timeline. Dalam pelaksanaan, ada beberapa klien yang sulit dan ada yang mudah. Apakah klien memberi kita kepercayaan untuk langsung melaksanakan plan kampanye yang sudah kita buat atau tidak. Ada juga perusahaan yang memberi masukan mengganti beberapa hal.
A: Dari timeline sendiri, kapan website diluncurkan? Berapa lama rentang waktu dari campaign dengan teaser dan poster tangible?
N: Kita membuat website elearning along the way. Menurut kita lebih baik ada progress daripada tidak ada sama sekali. Jadi kita membuat per periode karena ini projek lama. Website elearning pasti akan digubah lagi, bahkan bulan September akhir website ini akan di-update lagi. Jadi saat itu kita membuat versi 1 untuk dicoba ke massa. Namun untuk membuat massa menjadi member diperlukan campaign. Jadi along the way website mau jadi, kita membuat teaser, lalu baru kita membuat campaign yang tangible. Saat membuat teaser, kita juga sudah membuat campaign yang tangible karena perilisan keduanya berdekatan.
Kesusahan dari media tangible adalah lokasi kantor Sampoerna yang ada di dua tempat, Surabaya dan Jakarta. Kita kesulitan untuk mengirim poster tangible ke Surabaya. Tidak semua poster dapat dikirim karena perlu diperkirakan apakah poster ini akan rusak dalam proses pengiriman. Jadi misal di Surabaya kita hanya mengirimkan 5 poster, tetapi di Jakarta bisa hingga 15 poster. Setelah perilisan poster tangible itu, kita melakukan pengumuman bahwa kita sudah ada disini, we are here we are here. Jadi ada poster besar seperti panel berjumlah lima
xliv
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
hingga enam supaya orang dapat membaca sambil meminum kopi. Saat itu kita sudah mendapatkan atensi mereka dengan bantuan poster tangible sebelumnya.
jika tidak, orang akan bertanya-tanya apa lagi ini dan belum tentu mereka akan membaca poster besar. Tentu juga disertai dengan gimmick, misal mendapatkan starbucks cup jika sudah mengumpulkan 1000 poin. Kita membuat itu seperti game, jadi setelah mereka membaca beberapa artikel mereka bisa tukar poin dengan hadiah tertentu. Hal ini berlangsung dari awal member berjumlah semakin banyak. setelah merasa sudah cukup proses pengenalan dengan budget yang cukup besar, proses mantainance dilakukan dengan website seperti newsletter dan email. Jika nanti versi website terbaru sudah dirilis, kita mungkin
akan membuat campaign baru dengan budget baru pula.
A: Bagaimana mengatur jarak antar media yang dirilis supaya tidak terlalu dekat dan juga suasana campaign belum hilang.
N: Poster teaser berjarak 7 hari dari poster tangible. Pertama kita lihat dari kecepatan orang menyerap proses teaser. Misal isi posternya hanya tulisan maka mereka akan cepat menyerap posternya. Jika poster seperti ini diberi waktu 2 minggu akan terlalu lama, jadi perlu dilihat berat tidak mencernanya. Setelah 7 hari poster teaser diletakkan, kita merilis poster tangible. Karena poster tangible ini dimainkan, kita perlu waktu 2 minggu. Kita merotasi poster ini dari lantai 1,2, dan 3. Saat sudah terobek semua, akan ditempel poster baru. Setelah itu, kita baru masuk ke poster pengumuman mengenai isi website ini. Proses ini tidak boleh berselang terlalu lama supaya hype yang sudah dibangun tidak hilang.
Hanya selang 3 hari semenjak poster pengumuman keluar, kita . Saat itu kita juga membuat event workshop gratis saat poster pengumuman dirilis.
Workshopnya mengenai bagaimana bisa foto bagus dan profesional hanya dengan handphone. Bagaimana cara mengambil profile picture yang baik, angle yang baik.
A: Bagaimana dengan campaign yang berlangsung hanya di sosial media, apakah jarak perilisan media campaign lebih dekat satu sama lain?
xlv
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
N: Kembali ke tingkat kesulitan konten untuk dicerna. Misal konten edukasi akan lebih lama dicerna. Untuk online, perlu copywriting yang lebih kental dan berdampak. Dibandingkan dengan poster yang baik tanpa wording yang mendukung. Kesusahan campaign secara online adalah publik hanya menghabiskan waktu 3 detik untuk menaruh fokus ke kita. Kalau campaign kita tidak catchy dan beda akan susah. Contohnya saat kita membuat campaign tentang suatu restoran wok kita membuat suatu konsep kental dengan kungfu vintage chinese restaurant supaya berbeda. Untuk campaign yang karena wanita ingin dimengerti kita juga membuat warna menjadi lebih soft, dengan ilustrasi perempuan. Kita ada satu klien preschool dengan tahun ajaran baru secara offline.
xlvi
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
LAMPIRAN E : TRANSKRIP WAWANCARA 3
Transkrip Wawancara Informan 3
Informan : Kompol Rosyid Hartanto (N) Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kasubdit Cyber Ditreskrimsus Polda Jateng Durasi wawancara : 30 menit
Tanggal wawancara : 17 Oktober 2021
A : Peneliti (Angie) N : Informan
Wawancara ketiga pada 17 Oktober 2021, pukul 12.00 melalui Zoom Meeting.
A: Tindakan cybercrime apa saja yang ditangani?
N: Pertama, kita harus menyamakan persepsi ya, bahwa yang di Indonesia ini bukan cybercrime tetapi tindak pidana siber. Tindak pidana siber yang ditangani di polda Jawa Tengah, khususnya ada beberapa tindak pidana: kesusilaan dengan mengirimkan gambar-gambar bernuansa pornografi, pencemaran nama baik, penipuan online, ujaran kebencian, ancaman kekerasan, ilegal akses, manipulasi data, penyebaran berita bohong. Itu adalah beberapa tindak pidana siber yang kami pernah lakukan penyelidikan, penyidikan, sampai selesai.
A: Apakah Ditreskrimsus memiliki data mengenai berapa banyak tindakan kejahatan siber di Jawa Tengah hingga saat ini?
N: Untuk jumlah ditangani atau jumlah pengaduannya?
A: Dua-duanya Pak.
xlvii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
N: Pengaduan ada 220 perkara dalam 1 tahun. Dari 220 perkara, sebanyak 15 kasus sudah dilakukan penyidikan dan selesai. Dari November 2020 hingga Oktober 2021.
A: Dari data tersebut, berapa banyak kasus berdasarkan segmentasi jenis tindak kejahatan siber?
N: Dari data tersebut, diantaranya kesusilaan 2 kasus, pencemaran nama baik 3 kasus, penipuan online 3 kasus, ujaran kebencian 1 kasus, ancaman kekerasan 1 kasus, illegal akses 1 kasus, manipulasi data 2 kasus, penyebaran berita bohong 2 kasus.
A: Bagaimana ditreskrimsus mencegah dan memantau tindak kejahatan siber supaya angkanya tidak bertambah?
N: Ada beberapa upaya, antara lain: 1) deteksi dini dengan 24 jam patroli siber.
Kami memoonitor media sosial, berita online di website yang dapat dimonitor secara global. 2) upaya pencegahan dengan sosialisasi pada masyarakat dari medsos. Mengunggah meme-meme bisa digunakan oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat peringatan apabila ada hal-hal yang mencurigakan atau yang berkonotasi pada penipuan. 3) upaya penegakkan hukum. Upaya penegakkan hukum dalam proses UU ITE ini menjadi ultimum remidium dimana tindak pidana adalah sarana terakhir dalam proses penegakkan hukum. 4) koordinasi lintas sektoral baik dengan kominfo atau dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Stakeholder lain seperti dinas komunikasi yang ada di Pemprov, kemudian dengan pihak-pihak lain yang memiliki awareness terhadap perkembangan berita-berita baik itu berita bohong, biasanya kami akan menggalang pada mereka.
A: Untuk bagian upaya dengan patroli siber tersebut, monitoring dilakukan dengan website patroli siber ya Pak?
N: Iya, itu untuk melaporkan apabila masyarakat menemukan konten-konten yang mengarahkan pada berita bohong, penipuan. Kalau dari kami, kami menugaskan
xlviii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
anggota untuk melakukan monitoring langsung pada media sosial maupun media online.
A: Untuk website patroli siber sendiri digunakan untuk seluruh Indonesia ya Pak?
Tidak hanya untuk daerah Jawa Tengah.
N: Betul. Siber.id itu dikelola oleh bareskrim direktorat tindak pidana siber bareksrim polri. Apabila ada hal-hal yang ditemukan kemudian berkolerasi dengan kewilayahan, maka mereka akan menurunkan atau mendisposisi temuannya pada wilayah. Nah wilayah lah yang kemudian akan menindaklanjuti. Contoh mereka menmukan kabar berita hoax mengenai masalah demonstrasi. Dari mana kabar tersebut berasal, misal kebetulan berasal dari Jawa Tengah, maka kami yang akan menindaklanjuti.
A: Bagaimana prosedur warga yang akan melapor ke Ditreskimsus mengenai tindak kejahatan siber yang dialaminya?
N: Bisa melalui 2, pertama melalui website patrolisiber.id atau polda setempat yaitu ditreskrimsus. Terkait dengan berita-berita hoax, dilaporkan melalui website.
Namun terkait dengan penipuan online, pencemaran nama baik, kesusilaan, dan pengancaman, kekerasan harus dilaporkan secara langsung melalui direktorat.
A: Melapor ke ditreskrimsus Banyumanik ya Pak?
N: Betul
A: Apakah warga yang melapor perlu janjian atau langsung datang saja ya Pak?
N: Langsung datang saja, kami sudah menyiapkan form disitu. Form itu berisi identitas diri. Kemudian modus dari tindak pidana itu dilakukan yang bersangkutan, kemudian dengan menyertakan bukti-bukti atau dokumen elektronik, seperti screenshoot, atau percakapan, atau link tempat menjadi korban penipuan tersebut.
A: Kalau dari bukti itu sendiri kan bisa dinyatakan sah atau tidak, ya, Pak. Nah, yang mengindikasikan bukti tersebut sah, apa saja?
xlix
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
N: Barang bukti dianggap sah itu setelah dilakukan konfrontir atau pemeriksaan oleh saksi ahli. Dalam hal ini, ada beberapa saksi ahli yang kita gunakan, yaitu baik komputer forensik, kemudian saksi ahli laboratorium, kemudian saksi ahli terkait dengan (UU) ITE, seperti pencemaran nama baik atau pengancaman.
Nah, setelah dilakukan konfirmasi kepada saksi ahli, barulah barang bukti itu menjadi barang bukti yang sah.
A: Lalu setelah dinyatakan sah dan laporannya sudah masuk dari Ditreskrimsus, apa yang kemudian dilakukan untuk menangani kasusnya?
N: Setelah dinyatakan sah, kami akan melakukan gelar perkara. Gelar perkara ini untuk menaikkan status dari lidik menjadi sidik. Pada saat kita sudah menjadi proses penyidikan ini, berarti kita fokus mencari ke siapa tersangka dalam tindak pidana tersebut.
A: Mencarinya itu dengan cara apa, Pak?
N: Dari pemeriksaan hasil saksi-saksi, Mbak Angie. Jadi, dari saksi ahli pasti kan sudah mengatakan apakah ini masuk unsurnya atau tidak, sesuai dengan unsur pasal yang disangkakan. Kemudian dari penyidik, mereka akan memeriksa saksi-saksi yang berkaitan dengan tindak pidana, baik itu saksi yang mengetahui langsung ataupun saksi yang mendengar setelah terjadinya tindak pidana. Dan, menganalisis lagi bukti-bukti seperti screenshoot, kemudian dari mana sumber permasalahan itu. Dari berbagai alat bukti itu, saksi ahli, keterangan saksi, kemudian barang bukti berupa petunjuk, kami bisa menetapkan tersangka.
Minimal terpenuhinya dua alat bukti.
A: Saya sendiri kan mau mengetahui lebih lanjut lagi tentang cyber doxing. Jadi, penyebaran dan penyalahgunaan data pribadi, Pak. Kalau dari penyebaran informasi pribadi ini, dari pelaporannya apakah banyak, Pak, di Jawa Tengah?
N: Untuk doxing, Mbak Angie harus ketahui bahwa doxing ini yang mungkin dikatakan doxing adalah menyebarkan informasi pribadi, ya? Yang berupa dokumen pribadi seperti itu, ya? Jadi kita harus bedakan, Mbak Angie, antara
l
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
doxing sebagai subjek dan doxing sebagai objek. Kalau doxing sebagai subjek, itu belum diatur dalam Undang-Undang karena ini baru masalah rancangan Undang-Undang (tentang) data pribadi. Ini baru dalam bentuk RUU, dia belum dalam bentuk Undang-Undang. Itu doxing sebagai subjek. Artinya memang tindak pidana itu dilakukan (dengan) menyebarkan data identitas orang lain, seperti mungkin saya punya KTP Mbak Angie, kemudian saya share itu ke orang-orang yang tidak berhak untuk mendapatkan (data) KTP itu. Itu adalah doxing sebagai subjek.
Namun demikian yang terjadi saat ini, kebanyakan adalah doxing sebagai objek, yaitu sebagai implikasi dari tindak pidana lain yang sudah terjadi sebelumnya. Seperti contohnya, terjadi penipuan online. Dengan modus penipuan online itu, si pelaku menyebarkan informasi ke kawan-kawannya atau ke orang-orang yang tidak berhak dengan tujuan untuk menerima sejumlah uang.
Apabila dia tidak mendapatkan uang, dia akan menyebarkan identitas pribadi itu.
Selama ini, yang terjadi adalah pelaporannya seperti itu. Jadi, doxing dia sebagai objek. Artinya, dia (doxing) adalah akibat (atau) implikasi dari proses terjadinya tindak pidana yang sebelumnya. Contoh lagi, seperti pinjaman online. Pinjaman online ini pada saat proses peminjaman melalui aplikasi, kadang-kadang customer atau korban, mereka tidak aware apabila mereka menyetujui aplikasi untuk mengambil data mereka, otomatis aplikasi pinjol yang ilegal ini akan menyedot semua data kontak yang ada di handphone kita. Hal inilah yang menimbulkan permasalahan. Kenapa? Karena pada saat proses penagihan dan yang bersangkutan atau si korban ini belum bisa melakukan pembayaran, itu diancam untuk disebarkan identitasnya. KTP-nya, kemudian diancam lagi dengan kekerasan apabila tidak membayar. Akhirnya, inilah yang terjadi yang sudah pernah kita proses.
Namun untuk doxing sebagai subjek, memang dia melakukan tindak penyebaran itu, sampai saat ini kita belum pernah terima laporannya dan belum ada Undang-Undangnya.
li
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
A: Berarti korbannya yang paling sering selama ini, yang sudah pernah ada kasusnya itu kebanyakan warga umum, ya, Pak?
N: Ya, betul. Warga umum. Polisi ada juga yang jadi korban.
A: Kalau contoh lain, sebab-sebab lain apa aja yang doxing sebagai objek?
N: Sebab-sebab lain itu yang sudah pernah kami proses itu kaitannya hanya masalah kesusilaan, pencemaran nama baik, dan manipulasi dokumen elektronik seolah- olah itu sebagai data otentik. Di luar dari illegal access yang tadi sudah saya sebutkan, ya, Mbak Angie.
A : Kalau dari korban sendiri, apakah korban juga menerima ancaman-ancaman lainnya Pak? Misalnya diancam akan melakukan doxing lalu akan melakukan sesuatu terhadap korban.
N: Pertama, biasanya yang dilakukan oleh pelaku adalah dengan mengancam menyebarkan identitas pribadi korban. Bahwa dalam hal ini, korban memiliki hutang dan tidak melakukan pembayaran. Dengan cara menyebarkan ke semua kontak yang ada di hp milik korban. Semua kontak yang termasuk dalam teman- teman korban, keluarga, semua itu dikirimkan chat bahwa yang bersangkutan memiliki hutang tetapi tidak membayar. Nah yang kedua, setelah tetap korban tidak membayar, biasanya dilakukan ancaman kekerasan. Ancaman akan datang ke rumahnya, akan membawa orang, akan membuntuti bila korban tidak melakukan pembayaran. Yang ketiga, ini normanya sudah ke arah kesusilaan.
Yaitu menyandingkan gambar korban (kalau korbannya adalah perempuan) dengan gambar-gambar porno. Seolah-olah gambar itu adalah gambar milik korban. Padahal itu adalah gambar dari tempat lain kemudian ditempelkan, kemudian dikirimkan kepada kontak-kontak yang lain. Jelas hal-hal ini memicu tekanan mental untuk korban setelah dilakukan pengancaman, gambar yang seolah-olah gambar korban. Akhirnya biasanya si korban mengalami depresi, stress, kemudian baru mengadukan kepada kepolisian.
A: Dari Ditreskrimsus sendiri apakah ada penanganan terhadap korbannya Pak?
lii
Perancangan Buku Digital Edukasi Mengenai Doxing dan Bagaimana Cara Menanganinya, Angie Fabrianne Santoso J.M., Universitas Multimedia Nusantara
N: Kita sampai saat ini belum. Jadi memang rencananya subdit siber ini akan berubah atau dikembangkan lebih luas lagi menjadi direktorat siber. Nah nanti pada saat di direktorat siber kita ada berbagai fungsi. Antara lain fungsi pembinaan, pencegahan, konseling, penegakkan hukum, sudah tercakup semua.
Tapi untuk saat ini karena kami bentuknya baru sebagai subdirektorat, kami fokus kepada penegakkan hukum, sosialisasi dan pencegahan.
A: Untuk konten yang sudah terlanjur di-upload di internet, apa yang terjadi dengan konten tersebut? Dan pada akun yang menyebarkan?
N: Konten yang sudah terlanjur di-upload. Begini, kita perlu sadari bahwa jejak digital tidak akan hilang. Konten yang sudah dibuat di internet yang merupakan pelanggaran seperti hoax dan penipuan, biasanya kita akan melakukan bailing, melaporkan pada kominfo untuk di-take down. Setelah dilakukan take down, biasanya kita akan mengirim surat peringatan pada pemilik akun bahwa akun yang disampaikan di media itu merupakan akun berita hoax atau akun penipuan.
Agar yang bersangkutan segera menghilangkan dari akunnya atau mengklarifikasi. Apabila yang bersangkutan tidak menanggapi, biasanya kami akan langsung panggil klarifikasi untuk dimintai keterangan terkait motif yang bersangkutan menyebarkan hoax atau penipuan.
A: Jika akun yang menyebarkan anonimus dan tidak diketahui nama aslinya, apakah ada kesulitan untuk melacak identitas pemilik akun sebenarnya?
N: Sampai saat ini, tidak ada kesulitan untuk melacak akun. Walaupun akun anonimus, namun proses penguploadan ini menggunakan media. Dari media- media ini akan dilakukan proses pelacakan. Jadi selama ini tidak ada kendala.
Kecuali apabila postingan ini dilakukan di luar negeri dan yang bersangkutan tidak ada di Indonesia.
A: Berarti selama ini belum ada masalah ya Pak?
N: Iya, kecuali yang dari luar negeri.
A: Sudah Pak, sekian peraan yang ingin saya Akan. Terima kasih atas waktunya.