• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN STILISTIKA SERAT REREPEN SARTA PRALAMBANG WARNI-WARNI KARYA MANGKUNEGARA IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN STILISTIKA SERAT REREPEN SARTA PRALAMBANG WARNI-WARNI KARYA MANGKUNEGARA IV"

Copied!
309
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

SERAT REREPEN SARTA PRALAMBANG WARNI-WARNI KARYA MANGKUNEGARA IV

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik

Minat Utama Linguistik Deskriptif

FAVORITA KURWIDARIA S110809006

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

▸ Baca selengkapnya: tema wadah lilin berwarna warni karya vera

(2)

commit to user ii

(3)

commit to user iii

(4)

commit to user iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Favorita Kurwidaria NIM : S110809006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul KAJIAN STILISTIKA SERAT REREPEN SARTA PRALAMBANG WARNI-WARNI KARYA

MANGKUNEGARA IV adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti tesis saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 16 Mei 2011 Yang membuat pernyataan,

Favorita Kurwidaria

(5)

commit to user v

“….Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim: 7).

Panggilan hidup seseorang adalah panggilan untuk hidup jujur, rendah hati, pemurah (akhlaqul karimah), bukan panggilan untuk sukses. Tujuan hidup seseorang adalah memperhatikan, mengabdi, saling mengasihi dan beribadah menuju Tuhannya, bukan untuk berprestasi. Namun luar biasanya apabila seseorang melakukan itu, Tuhannya akan mengaruniai dia berupa prestasi dan kesuksesan (Penulis).

(6)

commit to user vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Kajian Stilistika Serat Rerepen Sarta Pralambang Warni-Warni Karya Mangkunegara IV. Penyusunan tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Lingusitik Minat Utama Linguistik Deskriptif di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Segala usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis tidak akan banyak berarti tanpa adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya karya ini seperti tercantum di bawah ini.

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di Program Pascasarjana yang dipimpinnya.

Prof. Drs. MR. Nababan, M.Ed.,M.A.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Linguistik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menempuh Program Studi Lingusitik Deskriptif di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dr. Tri Wiratno, M.A selaku Sekretaris Program Studi Linguistik yang juga memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menempuh pendidikan

(7)

commit to user vii Sebelas Maret Surakarta.

Prof. Dr. H. Soediro Satoto selaku Pembimbing I dengan penuh kesabaran membimbing penulis. Petuah-petuahnya yang mencerminkan kesabarannya sungguh membekas di hati sanubari dan sekaligus merupakan pendorong semangat penulis. Semoga selalu diberi kesehatan, keselamatan dan amal baiknya, mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Mahakuasa.

Prof. Dr. H. Sumarlam selaku Pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran dan rasa tanggung jawab telah memberikan pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga sejak penyusunan rancangan usulan penelitian sampai selesai penulisan tesis. Pemberian materi selama kuliah, nasehat dan petuahnya sungguh dapat menjadi bekal penulis dalam menghadapi prospek kerja selanjutnya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menerima amal baiknya.

Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membimbing dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan. Tanpa motivasi, bimbingan, dan ilmu-ilmu yang sangat berharga dari Bapak-Ibu sekalian penulis tidak akan dapat menyelesaikan Program Magister ini.

Semoga Tuhan menerima amal baik Bapak Ibu sekalian.

Para dosen dan staf pengajar Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis. Bimbingan dan curahan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan S1 sangat berarti dalam perjalanan studi penulis,

(8)

commit to user viii magister ini.

Staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam menyusun tesis ini.

Selanjutnya yang berhubungan dengan pengumpulan data, penulis mengucapkan terimakasih kepada Para staf Reksapoestaka, Pura Mangkunegaran, dan Museum Radyapustaka yang telah memberikan izin kepada penulis dalam mencari naskah-naskah dan data-data yang terkait dengan penelitian ini.

Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana program studi Linguistik Minat utama Linguistik Deskriptif angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, motivasi, kebahagian dalam canda tawa dan kasih sayang yang terjalin. Semoga tetap terjaga kekompakannya, persaudaraannya dan sukses dalam mengarungi masa depan, serta tercapai segala apa yang dicita-citakan.

Kedua orang tua penulis serta seluruh keluarga, yaitu Drs. Muhammad Maskur, Dra. Kus Widayatmi, Azis Fauzan Filanthropi, Anisa Wafa Aulia, yang telah memberikan doa dan pengorbanannya dengan setulus hati dan telah mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan tesis ini serta cinta kasihnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil program magister.

(9)

commit to user ix

secara teoretis maupun secara praktis. Segala saran dari pembaca selalu penulis harapkan.

Surakarta, 16 Mei 2011 Penulis,

(10)

commit to user x

Halaman PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS . . . . . . . . . . ii PENGESAHAN TESIS . . . . . . . . . . . . . . iii PERNYATAAN . . . . . . . . . . .

MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

v KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . vi DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA . . . . . . . . . . xiii ABSTRAK . . . . . . . . . . . .

ABSTRACT . . . . . . . . . . . . . . . . .

xiv xvi BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . .

1.1. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . 1 1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 1.3. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 1.4. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.5. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

16 18 BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA PIKIR

2.1. Landasan Teori . . . . . . . 2.1.1. Stilistika. . . . . . . .

20 20 2.1.2. Puisi dan Bahasa Puisi . . . . . . . 26 2.1.2.1. Puisi . . . . . . . 26

(11)

commit to user xi

2.1.2.1.2. Konvensi Tembang . . . . . . . 29

2.1.2.1.3. Sekilas Mengenai SRPW. . . . . . . 31

2.1.2.2. Bahasa di dalam Puisi. . . . . . . 35

2.1.3. Pemanfaatan Bahasa Puitis sebagai Sarana Estetika Puisi. . . . 38

2.1.4. Pencitraan dan Pemakaian Bahasa Figuratif. . . . . . . .48 . . .

2.2. Penelitian yang Relevan . . . . . . . . . . . . . 56

2.3. Kerangka Pikir . . . . . . . . . . . . 65

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian . . . . . . . . . . . 68

3.2. Sumber Data dan Data . . . . . . . . . . 70

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data . . . . . 71

3.4. Metode dan Teknik Analisis Data. . . . . . . . . . . . 3.5. Metode Penyajian Hasil Analisis Data. . . . . . . . 73 76 BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemanfaatan Aspek Bunyi Bahasa dalam SRPW. . . . . . . . . 74

4.1.1. Purwakanthi Guru Swara (Asonansi) . . . . . . . 79

4.1.2. Purwakanthi Guru Sastra (Aliterasi). . . . . . . . 4.1.3. Purwakanthi Basa/Lumaksita. . . . . . . . . . . 4.1.4. Rima Internal. . . . . . . . 93 119 125 4.2. Pemanfaatan Bentuk Kata dan Pemilihan Kosakata sebagai Gaya Pengungkapan Pujangga dalam SRPW. . . . . . . . . . 128

4.2.1. Pemanfaatan Bentuk Kata . . . . . . . . 4.2.1.1. Pemakaian Afiks Arkhais. . . . . . . 129

129

(12)

commit to user xii

4.2.1.3. Pemajemukan (Tembung Saroja). . . . . . . . 147

4.2.1.4. Perubahan Bunyi dan Bentuk Kata karena Konvensi Tembang . . 151

4.2.2. Pemanfaatan Pilihan Kata (Diksi) . . . . . . . . . . . . . . 157

4.2.2.1. Penggunaan Tembung Baliswara . . . . . . . . 159

4.2.2.2. Penggunaan Sinonimi (Dasanama ). . . . . . . 162

4.2.2.3. Pemakaian Kata Ganti/Pronominal Persona . . . . . 171

4.2.2.4. Penggunaan Wangsalan . . . . . . . 4.2.2.5. Pemilihan Jenis Kalimat yang Mendukung Kepuitisan Puisi. . . 182 196 4.3. Aspek Pencitraan dan Pemakaian Bahasa Figuratif.. . . . . . 205

4.3.1. Pencitraan dalam SRPW . . . . . . . . . . . . . . . 205

4.3.2. Pemakaian Bahasa Figuratif. . . . . . . . . . . . . . . . 228

1). Alegori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 229

2). Antitesis . . . . . . . . . . . . 235

3). Antonomasia. . . . . . . . . . . 236

4). Asidenton . . . . . . . . . . . . 239

5). Hiperbola . . . . . . . . . . . . 240

6). Klimaks. . . . . . . . . . . . . . . 244

7). Litotes . . . . . . . . . . . . . . . . 248

8). Metafora . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9). Metonimia . . . . . . . . . . . . . . . . 249 254 9). Sinekdoke. . . . . . . . . . . . . . . .. . . 258

10). Retoris . . . . . . . . . . . 260

11). Simile . . . . . . . . . . . 263

(13)

commit to user xiii

BAB V PENUTUP . . . . . . . 288 A. Simpulan . . . . . . . 288 B. Saran . . . . . . . . . . . . . . 290 DAFTAR PUSTAKA . . . . . . .

LAMPIRAN . . . . . . .

292 298

(14)

commit to user xiv Daftar Singkatan

As : Asmaradana

Dhan : Dhandhanggula

Dur : Durma

Gam : Gambuh

JL : Jaka Lala

K.G.P.A.A. : Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya

Kin : Kinanthi

K.P.A.P : Kanjeng Pangeran Arya Prabu

Mas : Maskumambang

Mij : Mijil

Mn : Manuhara

NRS : Namining Ringgit Semarang

Pang : Pangkur

PKC : Pralambang Kenya Candhala

PRK : Pralambang Rara Kenya

Puc : Pucung

Pyk : Prayangkara

Pys : Prayasmara :

Rp : Rerepen

SRPW : Serat Rerepen Sarta Pralambang Warni-Warni Daftar Tanda

(.../.../...) : Tanda ini berisi secara berturut-turut: nama pupuh, bait, baris puisi Contoh : (Dhan/I/5/6), menunjukkan Pupuh I, bait ke 5, dan baris ke 6

/ : Jeda pendek (setaraf dengan koma)

// : Jeda panjang (setaraf dengan titik)

... : Tuturan sebelumnya atau tuturan selanjutnya

( ) : Opsional/pemerlengkap, jawaban dari wangsalan dalam tembang { } : Yang terdapat di dalamnya bersifat morfemis

/.../ : Menunjukkan ejaan fonemis

„...‟ : - Mengapit makna unsur leksikal atau terjemahan - Arti dari suatu kata

“...” : Istilah khusus

(15)

commit to user xv

Favorita Kurwidaria. S110809006. 2011. Kajian Stilistika Serat Rerepen Sarta Pralambang Warni-Warni Karya Mangkunegara IV. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kajian stilistika terhadap SRPW ini merupakan pengkajian mengenai kekhasan dan keindahan gaya pengucapan dari seorang Mangkunegara IV dalam salah satu karyanya yang berbentuk tembang macapat dan beraliran romantisme.

Adapun permasalahan yang dibahas adalah: 1) bagaimanakah pemanfaatan aspek bunyi bahasa sebagai unsur pendukung keestetisan dan gaya pengungkapan pujangga dalam SRPW, 2) bagaimanakah kekhasan gaya pengungkapan pujangga ditinjau dari pemanfaatan bentuk kata dan pemilihan kosakata (diksi), 3) bagaimanakah pemakaian bahasa figuratif serta aspek pencitraan yang tercermin dalam SRPW. Manfaat penelitian ini adalah memperkaya kajian linguistik dalam hal penelitian terhadap karya sastra tradisional/bagi kepustakaan studi sastra.

Landasan teori dalam penelitian ini meliputi teori-teori: 1) stilistika, 2) puisi dan bahasa puisi, 3) pemanfaatan bahasa puitis sebagai sarana estetika puisi, 4) pencitraan dan bahasa figuratif, serta 5) penelitian-penelitian ilmiah yang sudah pernah dilakukan mengenai stilistika dan karya-karya Mangkunegara IV.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah sembilan serat yang terdapat dalam SRPW dan telah ditransliterasi ke dalam tulisan latin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu: Serat Manuhara, Serat Pralambang Rara Kenya, Serat Pralambang Kenya Candhala, Serat Prayangkara, Serat Prayasmara, Serat Rerepen, Serat Dhalang dan Serat Namining Ringgit Semarang. Dalam kaitannya dengan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan proses: transliterasi teks, penerjemahan teks, selanjutnya dilaksanakan teknik pustaka, simak, dan catat. Pembahasan mengenai aspek bunyi, aspek pembentukan kata, pemilihan kata (diksi) dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang dapat menandai karakter/ciri-ciri kebahasaan yang dipotensikan pengarang, maka analisis struktural dapat dilakukan dengan metode padan dan teknik PUP (Pilah Unsur Penentu). Alatnya adalah daya pilah yang dimiliki oleh peneliti, yaitu (1) daya pilah sebagai pembeda organ wicara, dalam kaitannya dengan analisis aspek bunyi-bunyi bahasa, 2) daya pilah sebagai pembeda referen, dalam kaitannya dengan pembentukan kata, pemilihan kata/struktur kata. 3) daya pilah sebagai pembeda reaksi dan kadar keterdengaran, dalam kaitannya dengan pemakaian jenis kalimat yang mendukung keindahan puisi.

Hasil kajian stilistika terhadap SRPW karya Mangkunegara IV dapat disimpulkan sebagai berikut. Mangkunegara IV dalam memilih/mengemas tuturannya dalam SRPW, sering memanfaatkan pola bunyi bahasa tertentu yang dapat memperindah puisinya. Pola bunyi bahasa yang dominan muncul adalah purwakanthi guru suara (asonansi), purwakanthi guru sastra (aliterasi), dan purwakanthi lumaksita.

Pengarang cenderung memilih bentuk-bentuk kata dan pemakaian kata- kata yang bernilai arkhais. Selain itu banyak terdapat persandian kata, perulangan dan pemajemukan kata. Proses pemilihan bentuk kata sangat terikat dengan guru wilangan dan guru lagu. Pemilihan kata/diksi yang digunakan pujangga dalam mendukung keindahan SRPW, juga sangat beragam, antara lain ada tembung

(16)

commit to user xvi

yang khas, dan penggunaan wangsalan, disamping itu juga terdapat penggunaan jenis kalimat yang mampu mendukung ekspresi dan keindahan puisinya.

Salah satu cara pengarang dalam merangsang imajinasi dan membangkitkan emosi pembaca yaitu dengan sebuah pencitraan. Unsur pencitraan yang terdapat dalam SRPW, yaitu: 1) citra visual, 2) citra audio, 3) citra gerak, 4) citra perabaan, 5) citra penciuman, dan tidak ditemukan citra pencecapan. Di dalam mengkonkretkan ide/gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca, pengarang menggunakan style/gaya kebahasaan tertentu sebagai sarana pengungkapannya yaitu melalui pemakaian bahasa figuratif. Bahasa Figuratif yang terdapat dalam SRPW antara lain: alegori, antonomasia, antitesis, asidenton, hiperbola, klimaks, litotes, metafora, metonimia, sinekdoke, retoris, dan simile. Dengan bahasa yang dikemas dan dipilih, baik dari unsur bunyi, pemanfaatan bentuk kata/pemilihan kata (diksi), sampai dengan pencitraan dan penggunaan bahasa figuratif, kesemuanya merupakan style/gaya pengungkapan tersendiri yang dipilih/dipotensikan oleh pengarang dalam menuangkan ekspresivitasnya. Bahasa yang diperindah dan dibingkai dengan bahasa figuratif, dapat melahirkan sebuah karya sastra (puisi) yang mampu memberikan saran hiburan (dulce et utille) serta selalu dikenang abadi oleh masyarakatnya.

(17)

commit to user xvii

Favorita Kurwidaria. S110809006. 2011. Stylistics Study on Serat Rerepen Sarta Pralambang Warna-warni, Creation Of Mangkunegara IV. Thesis. Post Graduate Program of Sebelas Maret University

Stylistics study of SRPW was an analysis on characteristics and beauty of Mangkunegara IV‟s language style in one of his works in the form of macapat songs and romanticism. The problems discussed are: 1) how the aspects of language sounds function as the supporting elements of aesthetics and language style in SRPW, 2) how special the language style are, viewed from the usage of word forms and diction, 3) how the use of language style and aspects of image projection reflect in SRPW. The objective of this research is to enrich linguistics studies on the research of traditional literature works/for the literature studies for libraries.

The fundamental theories in this research include: 1) stylistics, 2) poetry and language of poetry, 3) the use of poetical language as means of poetry aesthetics, 4) image projection and figurative language, 5) previous scientific researches on stylistics and the works of Mangkunegara IV.

This is a qualitative research. The data of this research is nine serat in SRPW and has been transliterated into Latin; they are Serat Manuhara, Serat Pralambang, Rara Kenya, Serat Pralambang Kenya Candhala, Serat Prayangkara, Serat Prayasmara, Serat Rerepen, Serat Dhalang, and Serat Namining Ringgit Semarang. Data was collected through a process of text transliteration, text translation followed by library technique, listening and recording. The discussions on the sound aspect, word- forming aspect, and diction are the elements which mark the language characteristics which are potential for writers, so structural analysis can be done by using Padan method and PUP technique. The tool is the researcher‟s sorting capacity, namely 1) the sorting capacity as the distinctive feature of speech organs in relation to the aspect analysis of language sounds, 2) the sorting capacity as the referent distinctive feature, in relation to the word formation, diction/ word structure, 3) the sorting capacity as the distinctive feature of reaction and level of hearing acceptance, in relation to the use of sentence types which support the beauty of a poetry.

The result of the stylistics study on SRPW concludes that Mangkunegara IV in choosing/wrapping his utterances in SRPW often uses the rhyme of certain languages which can beautify his poetry. The most dominant language sound patterns are purwakanthi guru suara (assonance), purwakanthi guru satra (alliteration), purwakanthi lumaksita, and rhyme.

The writer tends to choose word forms and archaist uses of words besides there are code words, repetition and compound words. The process of word formation is very dependent on guru wilangan and guru lagu. Diction which the poets use in supporting the beauty of SRPW varies, such as tembung garba, dasanama, tembung baliswara, the use of special/ expressive personal pronouns, and the use of wangsalan, as well as the use of sentences which support his expressions.

(18)

commit to user xviii

the readers‟ emotion is by giving an image projection. The elements of the image projection in the SRPW are, as follows, 1) visual image 2) audio image, 3) movement image, 4) image of touch, 5) image of smell, but no image of taste found. To objectify ideas which are going to be presented to the readers, writers use certain language styles as means of expressing ideas with figurative language.

The figurative language in SRPW are allegory, antonomasia, asyndeton, hyperbole, climax, litotes, metaphor, metonymy, synecdoche, rhetoric, and simile.

The chosen and well wrapped language, the elements of sounds, the use of word forms/diction, the image projection and the use of figurative language are certain styles of expressions chosen by writers to express themselves. Language which is beautified and framed with figurative language creates a literary work (poetry) which gives advice, and entertains and that will always be remembered by the society.

(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesusastraan Jawa di Indonesia dalam perjalanan sejarahnya pernah mengalami masa kejayaan, yaitu pada zaman Surakarta awal, sekitar abad XIX. Pada masa itu banyak bermunculan para pujangga Jawa yang menghiasai dunia kesusastraan Jawa dengan karya-karyanya, baik yang berupa tembang (puisi) maupun gancaran (prosa), antara lain Yasadipura, Ranggawarsita, Pakubuwana IV, Mangkunegara IV, dan lain-lain. Berbagai tema yang terkandung di dalam karya sastra Jawa menunjukkan banyak hal yang ingin dikemukakan oleh pujangga. Banyak diantara karya sastra Jawa yang mengungkapkan tentang ajaran moral (piwulang), babad ‘sejarah’, ilmu kesehatan (obat-obatan), masalah sosial yang berhubungan dengan masyarakat maupun penguasa, masalah wanita, percintaan, dan sebagainya.

Pada perkembangan kesusastraan Jawa di zaman Surakarta awal, muncul pujangga sekaligus raja dari praja Mangkunegaran yaitu K.G.P.A. Mangkunegara IV (1811-1881). Mangkunegara IV lahir pada tanggal 3 Maret 1811 dengan nama kecil Raden Mas Sudira. Mangkunegara IV merupakan putra ketujuh dari pasangan Pangeran Hadiwijaya I yang menikah dengan seorang putri dari Mangkunegara II.

Raja Mangkunegara IV merupakan raja keempat dari praja/pemerintahan

1

(20)

commit to user

Mangkunegaran yang dikenal sangat arif, adil dan bijaksana semasa memimpin rakyatnya. Dapat dikatakan bahwa pada masa kepemimpinan raja Mangkunegara IV ini negara Mangkunegaran mencapai puncak kejayaannya.

Kedudukan dan peran tokoh Mangkunegara IV dalam perjalanan sejarah Mangkunegaran di abad ke XIX sangat unik, yaitu sebagai kepala pemerintahan kadipaten Mangkunegaran, sekaligus sebagai seorang pujangga di lingkungan keraton Jawa. Banyak karya-karya sastra Jawa yang tercipta dari pemikiran beliau. Sebagai seorang pujangga beliau hidup sejaman dengan pujangga terkemuka Surakarta yaitu R. Ng. Ranggawarsita (1802 – 1873). Kedua pujangga tersebut hidup berdampingan dan bekerjasama dalam kegiatan pengembangan karya sastra Jawa pada abad ke XIX.

Karya-karya Mangkunegara IV cukup terkenal dan masterpiece, terbukti melalui karya-karyanya beliau tercantum sebagai salah satu filsuf dunia yang termuat dalam buku Dictionare Des Philosophes (Kamus Para Filsuf Dunia) Jilid I dan II yang dikeluarkan oleh Preses Univertaires de France, Paris, Prancis. Tidak hanya prestasi itu saja, bahkan dalam salah satu karyanya yang berbentuk gending (irama khas tradisional Jawa), yang berjudul Ketawang Puspawarna, dipilih oleh pakar musik dunia Prof. Dr. Robert E. Brown untuk dibawa ke dalam misi pesawat ulang alik NASA Voyager pada tahun 1977 untuk diperdengarkan selama perjalanan ke angkasa (Sentanu, 2008: 70). Sungguh merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, sekaligus membuktikan bahwa karyanya mampu diakui dunia internasional.

Mangkunegara IV sebagai keturunan bangsawan dan menjadi adipati setingkat Raja di Mangkunegaran, sangat produktif dalam berolah sastra dan telah

(21)

commit to user

menerbitkan bermacam-macam buah pena. Karya sastranya ditulis dengan gaya bahasa yang bermutu dan sangat mengagumkan. Mangkunegara IV mewarisi bakat di bidang sastra tersebut dari K.G.P.A Mangkunegara I (Pangeran Samber Nyawa).

Hasil karya beliau yang telah berhasil dibukukan oleh para pemerhati/peneliti karya sastra lama yaitu Ki Padmasusastra, Th. Pigeaud, dan D.A Rinkes berjumlah sekitar 35 buah. (Soetomo, 2006: 108).

Secara umum karya-karya Mangkunegara IV dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: (a) Serat Piwulang yaitu serat-serat yang berisi ajaran-ajaran kehidupan. Di dalam karyanya yang berbentuk piwulang ini tersirat kebijaksanaan, pemikiran humanis, patriotisme serta religiusitas dari Mangkunegara IV. Karya-karya Mangkunagara IV yang termasuk dalam kategori serat piwulang berjumlah 17 buah, diantaranya adalah: Serat Warayagnya (1856), Serat Wirawiyata (1860), Serat Sriyatna (1861), Serat Nayakawara (1862), Serat Laksitaraja (1867), Serat Salokatama (1870), Serat Paliatma (1870), Serat Pariwara (1881), Serat Palimarma, Serat Darmawasita, Serat Tripama, Serat Yogatama, Serat Pariminta, dan Serat Wedhatama. (b) Serat-serat Iber adalah serat yang berisi surat berbentuk tembang yang ditujukan kepada pegawai, putra-putri, kerabat Mangkunagaran, dan sebagainya. (c) Serat Panembrama adalah serat-serat yang berbentuk tembang baik sekar ageng, tengahan, atau pun macapat, yang digunakan sebagai pembuka (bawa) dari sebuah gendhing dan biasanya digunakan untuk penyambutan tamu-tamu agung/tamu negara. (d) Serat-serat Rerepen, yaitu serat–serat yang berisi ungkapan- ungkapan dan filosofi tentang cinta kasih (antara laki-laki dan perempuan), pujian,

(22)

commit to user

dan sanjungan mengenai kecantikan wanita dan lain-lain. Di dalamnya juga disertai dengan teka-teki (wangsalan) sebagai variasi dan hiburan. Isi dalam serat tersebut mengungkapkan suatu kenangan yang mengingatkan masa remaja Mangkunagara IV.

Karya-karya Mangkunagara IV yang termasuk dalam kategori serat-serat Rerepen ada sembilan judul antara lain: Manuhara, Pralambang Rara Kenya, Pralambang Kenya Candhala, Jaka Lala, Prayangkara, Prayasmara, Rerepen, Dhalang, dan Namining Ringgit Semarang (Soetomo, 2006: 257).

Karya-karyanya mendapat pujian oleh D.A. Rinkes dan dinilai lebih memadai jika dibandingkan dengan karya sastra pada periode sebelumnya (Soetomo, 2006:

108). Semua karya-karya itu digubah dan disajikan dengan bahasa yang diperindah, bersajak dan dapat menunjukkan seorang pujangga yang memiliki kedalaman berfikir, wawasan kawruh basa maupun kasusastran Jawa yang luas, dan wawasan kemanusiaan yang arif. Oleh karena itu dapat dipahami apabila karya-karyanya mampu menjadi pedoman hidup dan terus dikenang abadi oleh masyarakat Jawa pada khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Serat Rerepen Sarta Pralambang Warni-Warni yang selanjutnya disebut SRPW, merupakan karya Mangkunegara IV yang berkategori Rerepen atau ungkapan-ungakapan dan filosofi mengenai percintaan. SRPW seluruhnya digubah dalam bentuk puisi/tembang macapat yang dikarang pada tahun Je, angka 1782 atau 1853 M (kolofon terdapat di dalam serat Rerepen, pupuh Pangkur, bait ke 21). SRPW sering dinyanyikan dalam berbagai acara hiburan atau pentas wayang kulit pada masa itu. Secara umum karya sastra ini dianggap sebagai bentuk perhatian pujangga kepada

(23)

commit to user

rakyat dalam memberikan hiburan sekaligus pengetahuan/wawasan yang bermakna.

Di dalam tembang ini bahasa yang digunakan mengandung kata-kata puitis, segala jenis arkhaisme, dan diperindah dengan persajakan, disamping itu ungkapan- ungkapannya juga banyak dibungkus dengan perumpamaan, perlambangan, dan pengiasan. SRPW apabila dibandingkan dengan karya sastra Jawa yang sejenis atau karya Mangkunegara IV yang lain, terlihat sangat berbeda. Salah satu perbedaan tersebut terletak pada keunikan bahasanya. Di dalam SRPW ungkapan percintaan banyak yang ditulis dengan dipadukan atau diselingi dengan wangsalan, yaitu tuturan yang berupa teka-teki dimana jawaban dari teka-teki tersebut tidak disebutkan secara langsung akan tetapi disiratkan dalam satu atau dua suku kata pada baris selanjutnya.

Bentuk wangsalan ini memang merupakan ciri khas yang selalu ada pada karya-karya Mangkunegara IV, namun penggunaan wangsalan dalam SRPW tampak begitu dominan, sehingga terlihat berbeda dengan karya Mangkunegara IV yang lain.

Penggunaan wangsalan seperti dalam serat Rerepen, merupakan salah satu bentuk kreativitas pujangga dalam berolah sastra, sebagai sebuah sarana retoris dalam memberikan hiburan serta media pendidikan bagi rakyatnya. Teka-teki yang menarik untuk dipecahkan di dalam wangsalan, memiliki unsur kesusastraan dan kebahasaan/kawruh basa yang luas, terutama leksikon/istilah-istilah bahasa Jawa yang digunakan dalam menyusun teka-teki, misalnya: leksikon yang berkaitan dengan nama-nama tumbuhan, nama-nama hewan, atau sebutan untuk istilah tertentu, dan sebagainya. Semua itu merupakan kekayaan budaya daerah yang perlu diketahui oleh masyarakat Jawa agar terus dapat dilestarikan dan dikreasikan dari waktu ke

(24)

commit to user

waktu. Keunikan dan keindahan bahasa dalam SRPW selain itu juga tampak dari aspek pemilihan bahasanya, tuturan di dalamnya banyak dipadukan dengan menggunakan pola bunyi yang berulang, ungkapannya dibungkus dengan bahasa kias, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai SRPW di atas, dapatlah memberikan gambaran mengenai kreativitas pengarang dalam mengungkapkan gagasan dan pemikirannya. Aspek-aspek kebahasaan yang dipotensikan oleh penyair dimanfaatkan agar dapat memberikan kesan/efek-efek tertentu dan dapat mengemban makna tertentu dalam puisi. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa dalam menyajikan sebuah karya sastra, pengarang akan memilih gaya pengucapan tertentu untuk memberikan kesan estetik atau efek-efek tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Rene Wellek dan Austin Warren (dalam Sutejo 2010: 17) yang menyatakan bahwa salah satu sifat sastra adalah framing (penciptaan kerangka seni), di samping kontemplasi objektif dan jarak estetis. Dalam hal framing ini setiap penyair memiliki ciri tersendiri yang dapat membedakan pengarang yang satu dengan pengarang lainnya. Salah satu bentuk penciptaan kerangka seni atau framing adalah pemakaian bahasa termasuk pemilihan kata. Di sinilah maka dapat dikatakan bahwa penulisan sebuah karya sastra pada hakikatnya tidak terlepas dari persoalan style (gaya).

Pengertian style atau gaya dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai cara sastrawan dalam memilih teknik berbahasa, memilih ungkapan kebahasaan yang dipandang representatif dalam mengungkapkan gagasan dan pemikirannya (Sutejo.

2010:4). Oleh karena itu style dalam hal ini menyaran pada gaya penyair dalam

(25)

commit to user

berbahasa. Style di dalamnya dapat termasuk pilihan gaya pengekspresian seorang pengarang yang bersifat individual dan kolektif. Karena itu, berkaitan dengan keunikan pengarang dalam memilih bahasa (diksi, penyiasatan struktur, pemakaian bahasa dengan corak tertentu) sebagai sarana estetis penulisan karyanya. Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang style adalah stilistika.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, penelitian mengenai gaya pengungkapan kebahasaan pengarang dalam karya sastranya menjadi perhatian yang sangat menarik, karena di dalam SRPW, penyair selain memperlihatkan gaya pemakaian bahasa yang umum dan wajar, juga sering dijumpai pemakaian bahasa yang bersifat khas dan unik. Kekhasan atau keunikan tersebut perlu untuk dikaji dalam rangka menemukan gaya penyair dalam berbahasa serta efek khusus yang ditimbulkan dari pemakaian bahasa tersebut. Kajian yang dipandang tepat untuk meneliti kekhasan gaya pemakaian bahasa dalam penelitian ini adalah kajian stilistika. Pengkajian stilistik ini di samping dapat membantu menafsirkan dan memahami karya sastra, juga membantu memahami bagaimana pengarang memanfaatkan potensi bahasa, memilih ungkapan kebahasaan, untuk dapat mencapai efek-efek tertentu dalam pengungkapannya.

Kajian stilistika dalam karya sastra merupakan metode analisis karya sastra dengan menerapkan teori-teori linguistik. Dalam rangka menemukan dan memerikan bagaimana kekhasan dan keindahan gaya pemakaian bahasa terhadap salah satu karya Mangkunegara IV yang berkategori Rerepen, atau karya sastra yang berisi ungkapan- ungkapan percintaan, maka perlu diuraikan mengenai karakteristik/ciri-ciri bahasa

(26)

commit to user

yang dipotensikan oleh pengarang dalam pengungkapannya. Hal ini selain sebagai langkah untuk dapat mengetahui salah satu keunikan/kekhasan gaya pemakaian bahasa dari Mangkunegara IV juga dapat mengetahui bagaimana seorang pengarang dalam memanfaatkan keindahan bahasa untuk mencapai efek-efek tertentu. Hal ini mengingat bahwa di dalam SRPW banyak terdapat kekayaan kawruh basa yang beragam. Gaya pengungkapan kebahasaan yang terdapat dalam serat-serat Rerepen, oleh karena itu dapat menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan tanda sebagai bentuk ekspresivitas pengarang, sehingga penelitian mengenai gaya kebahasaan di dalam serat tersebut menarik untuk dikaji.

Penelitian-penelitian terhadap karya-karya Mangkunegara IV secara umum telah banyak dilakukan. Baik dari segi kebahasaan, studi sastra, filologis, maupun penelitian budaya. Akan tetapi penelitian terhadap karya-karya Mangkunegara IV tersebut sebagian besar objeknya adalah karya sastra yang berkategori piwulang (karya sastra yang berisi ajaran-ajaran kehidupan, moralitas, religiusitas, dan sebagainya). Hal ini dapat dimengerti mengingat karya-karya Mangkunegara IV yang termasuk populer atau masterpiece adalah karya-karya yang berkategori piwulang.

Namun penelitian terhadap karya Mangkunegara IV yang berkategori lainnya, seperti Rerepen (nyanyian ungkapan percintaan), masih sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian terhadap karya Mangkunegara IV yang berkategori Rerepen dipandang perlu untuk dilakukan, dalam mengisi kekurangan pengkajian terhadap kesusastraan Jawa, khususnya karya-karya Mangkunegara IV.

(27)

commit to user

Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan serat Rerepen, sejauh pengetahuan peneliti, yaitu penelitian yang berbentuk skripsi oleh Rusilah Ratnawati, di Fakultas Sastra Jurusan Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 1995, dengan judul ‘Serat Rerepen Manohara (Sebuah Tinjauan Filologis)’.

Penelitian ini mengkaji Serat Rerepen Manohara secara filologi dan hanya difokuskan pada serat Manohara, yaitu dengan melakukan inventarisasi naskah dan perbandingan naskah dari beberapa sumber penyimpanan naskah. Akan tetapi penelitian ini belum menguraikan/meneliti lebih lanjut mengenai aspek-aspek kebahasaan yang ada di dalam serat tersebut. Penelitian terhadap SRPW, yang difokuskan pada aspek kebahasaan dengan kajian stilistika, sepengetahuan peneliti belum pernah ada. Peneliti bahkan masih sangat kesulitan dan minim sekali dalam memperoleh informasi-informasi terkait dengan SRPW. Tulisan-tulisan tentang SRPW sejauh yang diketahi peneliti, hanya sebatas pelatinan/transliterasi teks huruf Jawa ke dalam tulisan latin, yang termuat dalam buku yang berjudul ‘Pilihan Anggitan Dalem Mangkunegara IV’ oleh Karkono Kamajaya. Oleh karena itu,

peneliti tergerak untuk dapat menguak lebih dalam mengenai SRPW dengan meneliti aspek gaya kebahasaannya melalui kajian stilistika.

Adapun artikel/tulisan lain yang berkaitan dengan pengkajian stilistika atau puisi, sejauh pengetahuan peneliti diantaranya, tulisan/artikel mengenai aspek-aspek kebahasaan yang terkandung dalam puisi Jawa, dengan judul ‘Unsur Bahasa sebagai Sarana Pendukung Keindahan Puisi Jawa’, ditulis oleh Sumarlam dan dimuat dalam Jurnal ‘Masyarakat Linguistik Indonesia’, bulan Desember tahun 1991. Di

(28)

commit to user

dalam penelitian ini menguraikan tentang aspek-aspek kebahasaan yang mendukung keestetisan sebuah puisi Jawa. Di dalam tulisan ini mengambil data dari beberapa contoh puisi Jawa, yang secara garis besar dikelompokkan dalam tiga jenis puisi, yaitu: (1) puisi Jawa kuna/lama, (2) puisi Jawa baru, (3) puisi Jawa modern/kontemporer. Pengkajian ini menyoroti puisi dari segi bahasanya, yaitu dengan mendeskripsikan unsur-unsur fonologi (sebagai penghias bunyi dalam puisi/sebagai pendukung unsur musikalis), morfologi, diksi/kosakata, sintaksis (penyimpangan struktur kalimat), dan semantik (makna) yang mendukung keindahan puisi Jawa. Namun di dalam artikel ini belum disinggung lebih lanjut mengenai pemakaian bahasa kiasan/bahasa figuratif, yang banyak digunakan sebagai penghias tuturan dalam puisi. Sedangkan di dalam kajian stilistika ini, lebih lanjut akan menguraikan aspek pemanfaatan gaya kebahasaan yang berupa bahasa figuratif, sebagai bagian dari unsur pendukung/sarana estetika dalam memperindah tuturan- tuturan yang ada pada sebuah puisi. Selanjutnya analisis juga dikaitkan bagaimana fungsi/efek-efek tertentu yang tercermin dari pemakaian bahasa tersebut, sebagai bagian dari wujud ekspresivitas pengarang.

Tulisan/artikel mengenai stilistika selanjutnya yaitu artikel yang berjudul

‘Gaya Bahasa Perbandingan dalam Serat Nitipraja’, oleh Arsanti Wulandari, yang dimuat dalam Jurnal ‘Humaniora’, Vol. XV, No.3/2003. Di dalam tulisan ini menguraikan pemakaian gaya bahasa khususnya yang berupa perbandingan, dengan mengambil contoh objeknya yaitu serat Nitipraja. Serat ini bertema tentang piwulang

(29)

commit to user

(berisi ajaran-ajaran). Dalam hal ini pemanfaatan gaya bahasa hanya difokuskan pada pemakaian gaya kebahasaan yang berupa gaya perbandingannya, sebagai salah satu sarana retorika dalam mendukung dan memberikan unsur keestetisan pada serat tersebut, sedangkan aspek gaya kebahasaan yang lainnya belum diungkap.

Adapun tulisan lainnya mengenai stilistika, berjudul 'Stylistics and linguistic variation in poetry', oleh Elena Semino, dimuat dalam ‘Journal of English

Linguistics’, Vol. I, No.3/2002. Penelitian ini menganalisis sebuah puisi yang berjudul Poet For Our Times, karya Carol Ann Duffy. Puisi tersebut dipandang unik karena ada kecenderungan terdapatnya penggunaan bahasa sehari-hari atau bahasa percakapan di dalam puisi, yang dalam hal ini terdapat pula pemakaian register (variasi bahasa berdasarkan pengguna). Penelitian ini menguraikan penggunaan variasi unsur-unsur kebahasaan termasuk pemakaian register yang terdapat dalam puisi tersebut. Pemakaian register di dalam puisi dipandang sebagai sebuah trend kontemporer tersendiri, dan bukamlah sebuah penyimpangan serta merupakan kreativitas dari penulisnya. Analisis di dalam artikel ini dimulai dengan menjelaskan isi/penafsiran terhadap puisi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi unsur-unsur bahasa/bentuk-bentuk bahasa yang dipotensikan pengarang dalam puisi, seperti: dalam hal unsur bunyi (kasus kontraksi, elipisis, dan sebagainya), struktur kalimat, penggunaan kata ganti, kata-kata yang menunjukkan ekspresi tertentu, serta efek tertentu dari pemakaian bahasa atau register dalam puisi tersebut. Akan tetapi, penelitian ini juga belum merambah pada pemakaian bahasa figuratif/bahasa kiasan

(30)

commit to user

yang banyak membungkus tuturan-tuturan dalam puisi tersebut (Penelitian terkait dengan stilistika maupun karya Mangkunegara IV diuraikan lebih lanjut pada Bab II).

Beberapa tulisan sebelumnya, dapat membuka wawasan yang lebih luas dan bermakna dalam membantu peneliti memahami dan mengkaji stilistika. Sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian stilistika di dalam SRPW ini, mengkaji kekhasan dan keindahan gaya pengungkapan kebahasaan oleh Mangkunegara IV dalam puisinya yang berbentuk tembang macapat dan berkategori Rerepen (bertema percintaan). Penelitian ini dilakukan dengan memerikan segi-segi kebahasaan yang paling gayut peranannya yang dipilih pengarang sebagai sarana retorika puisinya. Pemerian unsur-unsur kebahasaan tersebut meliputi semua aspek kebahasaan yang dipandang khas dan unik yang mendukung ekspresivitas pengungkapan pengarang dalam menyajikan puisi yang estetis. Hal itu selain dipandang dapat membantu memahami makna dalam karya sastra, juga dapat mengetahui bagaimana wujud ekspresivitas maupun gaya pengungkapan pengarang dalam karyanya. Analisis di sini dilakukan dengan mengkaji berbagai bentuk dan satuan linguistik yang dipilih oleh pengarang dalam pengungkapannya, seperti:

pemanfaatan unsur bunyi, penggunaan bentuk-bentuk kata, pemilihan kosakata/diksi, pemakaian bahasa figuratif, unsur pencitraan dan sebagainya. Selanjutnya analisis dikaitkan atau diuraikan lebih lanjut bagaimana fungsi atau efek-efek tertentu yang tercermin dari pemakaian bahasa tersebut, sebagai bagian dari wujud ekspresivitas pengarang.

(31)

commit to user

Metode analisis bahasa dipandang menjadi penting/sangat relevan, karena dapat memberikan informasi tentang karakteristik sebuah karya sastra, melalui wujud performansi bahasanya, sebagai sarana pengungkapan pengarang. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka analisis untuk mengetahui struktur, karakteristik atau ciri- ciri bahasa yang dipotensikan pengarang, dilakukan dengan metode padan, dengan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP). Beberapa penelitian stilistika sebelumnya, belum banyak yang memanfaatkan metode analisis bahasa dalam kajian stilistika, sehingga penelitian stilistika dengan memanfaatkan metode analisis kebahasaan masih perlu untuk dilakukan.

Konsep penelitian ini adalah analisis stilistika untuk memerikan unsur-unsur kebahasaan yang dipotensikan pengarang sebagai bentuk ekspresi maupun impresinya dalam karya sastra. Oleh karena itu, teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, disamping teori mengenai stilistika maupun kebahasaan yang relevan, juga menggunakan teori sastra. Hal ini diharapkan selain dapat memberikan dasar- dasar dalam mengkaji bahasa sastra yang unik dan khas, bukan hanya dengan sudut pandang linguistik formal menyangkut aspek fonetik, morfologis, sintaksis, dan sebagainya, melainkan juga dikaitkan dengan fungsi maupun efek estetis yang tercermin dari pemakaian bahasa tersebut. Hal ini sejalan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Aminuddin (1995: 37) bahwa kebermaknaan suatu unsur dalam teks sastra tidak dapat dilepaskan dari unsur lain dalam satuan teksnya, sehingga penelitian ini diarahkan ke dalam sebuah makna yang menyeluruh.

(32)

commit to user

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diuraikan alasan yang mendasari penelitian ini dilakukan, yaitu: Pertama, dalam hal objek kajiannya, yaitu SRPW karya Mangkunegara IV. Sejauh pengetahuan peneliti belum banyak dilakukan.

Penelitian yang ada mengenai SRPW masih sebatas inventarisasi dan perbandingan naskah secara filologis, dan hanya difokuskan pada serat Manohara, sedangkan penelitian mengenai aspek-aspek kebahasaannya belum pernah dilakukan. Penulis bahkan sangat kesulitan dan minim sekali dalam memperoleh informasi-informasi terkait dengan SRPW. Oleh karena itu, peneliti tergerak untuk dapat menguak lebih dalam salah satu karya Mangkunegara IV yang berkategori percintaan tersebut, dengan meneliti dari aspek kebahasaannya (stilistika), dalam rangka mengisi kekurangan terhadap pengkajian karya sastra khususnya karya-karya Mangkunegara IV. Dilihat dari aspek pemakaian bahasa, serat-serat di dalam SRPW cukup unik dan indah, karena banyak dipadukan dengan menggunakan wangsalan (teka-teki), pola bunyi yang berulang (purwakanthi), kiasan, pencitraan dan sebagainya. Penggunaan wangsalan tampak begitu dominan, sehingga terlihat berbeda dengan karya Mangkunegara IV yang lain. Di dalam wangsalan banyak sekali muatan pengetahuan kawruh basa/kasusastran Jawa, terutama penggunaan leksikon-leksikon Jawa yang beragam. Apabila dicermati lebih dalam, ungkapan-ungkapan dalam SRPW yang identik dengan unsur percintaan, dapat menguak sisi lain dari seorang Mangkunegara IV. Mengingat Mangkunegara IV adalah seorang raja yang bertangan dingin dalam pemerintahannya, ternyata memiliki jiwa estetis, rasa seni dan sisi romantisme yang cukup tinggi. Oleh karena itu pengkajian terhadap aspek-aspek gaya kebahasaan yang

(33)

commit to user

dipotensikan oleh pengarang di dalam puisi ini menarik untuk dikaji lebih jauh, karena dapat membantu memahami kecenderungan ekspresivitas pengarang maupun pengungkapan gagasan pengarang dalam karya sastranya.

Kedua, Beberapa penelitian stilistika sejauh pengetahuan peneliti belum banyak yang memanfaatkan metode analisis bahasa. Stilistika sebagai linguistik terapan, tentunya memiliki relevansi yang erat dengan teori-teori/metode linguistik.

Hal ini dapat dipahami mengingat linguistik memiliki seperangkat teori, motode, dan teknik analisis untuk memerikan pola pembentukan, pola konstruksi, kaidah pembentukan satuan lingual yang normatif (wajar) dan pembentukan yang unik dan khas atau menyimpang. Oleh karena itu penelitian stilistika dengan menggunakan metode analisis bahasa masih perlu untuk dilakukan.

Ketiga, melihat perkembangan penelitian terhadap karya sastra lama (dalam hal ini kesusastraan Jawa) yang dirasa semakin kurang peminatnya, bahkan generasi zaman sekarang cenderung sudah tidak mengenalinya (terutama dari aspek kebahasaan), maka penelitian terhadap karya sastra lama dianggap merupakan suatu hal yang urgent atau mendesak, sebagai antisipasi dan partisipasi dalam melestarikan bentuk warisan budaya bangsa yang berupa bahasa sekaligus karya sastra.

Berdasarakan penjelasan dan uraian-uraian mengenai alasan penelitian di atas, maka dalam penelitian ini akan dilakukan telaah linguistik terhadap karya sastra Jawa yang berbentuk puisi atau tembang macapat karya Mangkunegara IV yang berkategori percintaan/Rerepen, dengan kajian stilistika.

(34)

commit to user 1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemanfaatan aspek bunyi bahasa dan bunyi bahasa apa saja yang dominan muncul dalam SRPW Karya Mangkunegara IV?

2. Bagaimanakah kekhasan gaya pengungkapan kebahasaan pengarang ditinjau dari segi pemanfaatan bentuk kata dan pemilihan kosa kata (diksi) dalam SRPW Karya Mangkunegara IV?

3. Bagaimanakah aspek pencitraan serta pemakaian bahasa figuratif yang tercermin dalam SRPW Karya Mangkunegara IV?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pemanfaatan aspek bunyi bahasa dan bunyi bahasa apa saja yang dominan muncul dalam SRPW Karya Mangkunegara IV.

2. Mendeskripsikan kekhasan gaya pengungkapan kebahasaan pengarang ditinjau dari segi pemanfaatan bentuk kata dan pemilihan kosa kata (diksi) dalam SRPW Karya Mangkunegara IV.

3. Mendeskripsikan aspek pencitraan serta pemakaian bahasa figuratif yang tercermin dalam SRPW Karya Mangkunegara IV.

(35)

commit to user 1. 4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut:

1). Manfaat teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan studi stilistika di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam mengkaji karya sastra Jawa, khususnya yang berbentuk tembang macapat.

b. Memberikan sumbangan dalam memperkaya keragaman kajian linguistik, dalam hal penelitian terhadap karya sastra melalui kajian stilistika, dengan menerapkan teori serta metode analisis bahasa dalam memerikan berbagai fenomena kebahasaan dalam karya sastra.

c. Melengkapi kekurangan pengkajian terhadap kesusastraan Jawa serta memberikan sumbangan bagi kepustakaan studi sastra, terutama karya-karya Mangkunegara IV yang berkategori Rerepen (bertema percintaan), yang relatif masih sangat jarang dilakukan.

d. Memberikan sumbangan teori yang berkaitan dengan aspek kebahasaan, dalam hal pengetahuan kawruh basa maupun kasusastran Jawa, yang banyak terdapat dalam karya sastra Jawa tradisional. Misalnya: teori mengenai wangsalan, baliswara, dan sebagainya.

(36)

commit to user 2). Manfaat praktis

a. Menumbuhkan minat peneliti lain untuk ikut menggali kawruh basa atau kasusastran Jawa yang banyak terkandung dalam karya sastra lama berbentuk tembang Macapat.

b. Memperkenalkan salah satu karya Mangkunegara IV yang berkategori Rerepen (karya sastra yang bertema percintaan) yaitu SRPW, serta raja sekaligus pujangga keraton Surakarta yaitu Mangkunegara IV.

c. Dalam hal bahasa yang digunakan dalam SRPW, dapat memberikan wawasan pengetahuan menyangkut penggunaan leksikon-leksikon bahasa Jawa, yang cenderung sudah tidak banyak diketahui oleh para generasi sekarang.

Sehingga pengkajian terhadap kesusastraan Jawa tradisional diharapkan dapat memberikan partisipasi dalam pelestarian bentuk-bentuk budaya yang berupa bahasa sekaligus karya sastra.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari bab-bab sebagai berikut. Bab I adalah Pendahuluan, yang di dalamnya dikemukakan ihwal: latar belakang masalah yang memuat urgensi dan alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan; perumusan masalah yang perlu dicarikan jawabannya; tujuan; manfaat penelitian; dan sistematika penulisan. Bab II yaitu kajian teori yang berisi berbagai macam teori yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Diantaranya dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan teori-teori stilistika, studi bahasa dalam karya sastra, teori

(37)

commit to user

tentang puisi, teori-teori tentang kebahasaan yang relevan (gayut) peranannya dalam menganalisis kebahasaan dalam karya sastra, teori tentang pencitraan dan penggunaan bahasa figuratif, penelitian-penelitian yang relevan serta kerangka pikir.

Bab III berisikan hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian, antara lain dikemukakan ihwal: jenis penelitian yang digunakan, sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Bab IV yaitu hasil analisis data dan pembahasan. Di dalam bab ini merupakan realisasi penelitian, yang secara sistematis akan diuraikan beberapa analisis berdasarkan data-data yang telah diklasifikasikan. Kajian atau pembahasan diupayakan secara terinci pada setiap subbab permasalahan. Setiap subbab permasalahan disusun dengan memperhatikan keterkaitan satu sama lain dan selanjutnya diuraikan pembahasan yaitu uraian yang memuat akumulasi pertanyaan rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga. Bab V Simpulan, yaitu intisari dari penelitian. Di dalam bab ini akan diperjelas tentang inti sari penelitian, mulai dari masalah penelitian hingga hasil penelitian yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan saran.

(38)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

2. 1. Landasan Teori

2. 1. 1. Stilistika

Stilistika berasal dari kata stylistics (bahasa Inggris), la stylistique (bahasa Prancis) dan die stylistik (bahasa Jerman). Menurut Turne (1977:8), “Stylistics means the study of style with sugestion from the form of the word of scientific or at least a methodical study” (stilistika berarti studi tentang gaya dengan kesan dari bentuk kata secara ilmiah atau studi secara metodis). Dengan demikian, secara sederhana stylistics dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang style (gaya).

Pusat kajian dalam stilistika adalah gaya. Gaya (style) adalah “a particular set of characteristics in the use of language” (serangkaian ciri-ciri khusus dalam penggunaan bahasa) (http: //dhla-2.coventry.ac.uk/studyskills/English/Style.htm).

Penulisan sebuah karya sastra pada hakikatnya tidak terlepas dari persoalan style (gaya). Gaya (style) menyaran pada bagaimana seorang pengarang dalam memilih teknik berbahasa, memilih ungkapan kebahasaan yang dipandang representatif untuk mengungkapkan gagasan dan pemikirannya. Dalam pengertian lain, dapat dikatakan bahwa style merupakan gaya bahasa termasuk di dalamnya pilihan gaya pengekspresian seorang pengarang untuk menuangkan apa yang dimaksudkan yang bersifat individual dan kolektif. Karena itu, berkaitan dengan keunikan pengarang dalam memilih bahasa (diksi, penyiasatan struktur, bahasa

20

(39)

commit to user

figuratif, pencitraan, dan sebagainya) sebagai sarana estetis penulisan karyanya.

Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang style adalah stilistika. Aminuddin menyatakan bahwa gaya, sebagai bahan kajian stilistika (dalam hal ini yang ada pada karya sastra) dapat diartikan sebagai cara yang digunakan pengarang dalam memaparkan gagasan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya.

Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, penggambaran objek dan peristiwa secara imaginatif, maupun pemberian efek emotif bagi pembacanya (Aminuddin, 1995: 5). Oleh karena itu style „gaya‟

dalam hal ini dapat dikatakan merupakan gaya pengarang dalam berbahasa, atau ada pula yang menyebut dengan gaya bahasa. Gaya bahasa yang juga dikenal dengan istilah style oleh Gorys Keraf (2006: 112) dinyatakan meliputi semua hierarki kebahasaan, pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan wacana.

Jangkauan gaya bahasa sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat pada retorika klasik. Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Gorys Keraf, 2006: 113).

Sudiro Satoto (dalam Sutejo 2010: 2) mendefinisikan stilistika sebagai bidang linguistik yang mengemukakan teori dan metodologi pengkajian atau penganalisaan formal sebuah teks sastra, termasuk dalam pengertiannya yang extended. Extended artinya suatu sifat pandangan yang mencakup bidang kajian yang menggunakan bahasa sebagai unsur penting dan menerima teori linguistik sebagai sesuatu yang amat relevan. Lebih lanjut Abrams (dalam Soediro Satoto,

(40)

commit to user

1995: 36) memformulasikan style sebagai wujud performansi bahasa dalam karya sastra (sastra) setelah melalui pemberdayaan segenap potensi bahasa yang unik dan khas, meliputi bunyi, diksi, kalimat, wacana, bahasa figuratif (figurative language) dan citraan. Sementara style karya sastra berhubungan erat dengan latar sosiologis dan ideologi pengarang. Hal ini sejalan dengan Teeuw yang menyebutnya sebagai ilmu gaya bahasa yang pada prinsipnya selalu meneliti pemakaian bahasa yang khas dan istimewa (Teeuw, 1984: 72).

Stilistika secara definitif dinyatakan oleh Kutha Ratna (2009) sebagai ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Namun demikian pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Jadi, dalam pengertian yang lebih luas, stilistika sebagai ilmu tentang gaya meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia, dan dalam bahasalah cara-cara itu dieksploitasi sedemikian rupa. Bahasa adalah sistem tanda, melaluinya berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka memperoleh makna secara maksimal (Kutha Ratna, 2009: 168).

Lebih lanjut Kutha Ratna juga menyatakan bahwa pada tataran analisis, gaya, gaya bahasa, dan majas adalah objek, sedangkan stilistika adalah ilmu untuk memecahkan objek tersebut. Pada saat seorang peneliti menganalisis berbagai masalah yang berkaitan dengan objek, maka ilmu yang digunakan adalah stilistika. Dengan kalimat lain, stilistikalah yang berhasil mengungkapkan hakikat dan cara-cara penggunaan bahasa pengarang secara keseluruhan (Kutha Ratna, 2009: 169).

Stilistika dapat dibedakan ke dalam stilistika deskriptif dan genetis.

Stilistika deskriptif menurut Ch. Bally, memandang gaya sebagai keseluruhan

(41)

commit to user

daya ungkapan psikis yang terkandung dalam bahasa, dan meneliti nilai-nilai ekspresi khusus yang terkandung dalam sebuah bahasa (sastra), baik secara morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan stilistika genetik (individual) memandang gaya sebagai ungkapan yang khas dan pribadi dengan melakukan analisis rinci terhadap motif bahasa dan pilihan kata dalam sebuah karya sehingga dapat digali visi batin pengarangnya, L. Spitzer menyebutnya dengan stilistika individu. Dengan kata lain, stilistika ini lebih mementingkan ekspresi pengarang secara psikologis (Bally dalam Soediro Satoto, 1995: 27-38).

Dalam kaitannya dengan permasalahan stilistika, Sutejo (2010:2) membuat rincian secara umum mengenai beberapa konsep penting yaitu: (i) pengertian dan lingkup stilistika; (ii) pendekatan-pendekatan dalam kajian stilistika; (iii) jenis- jenis style; (iv) kaitan antara style, pengarang, dan karya sastra; (v) studi bahasa dalam karya sastra; (vi) pemanfaatan citraan sebagai sarana stilistika dalam karya sastra; (vii) gaya bahasa sebagai sarana citraan; dan (viii) pengolahan bahasa puitis sebagai sarana citraan. Beberapa rincian mengenai penjelasan di atas dijabarkan secara umum/garis besarnya, di samping itu beberapa bagian akan dibicarakan pada bagian tersendiri.

Dalam hal pengertian dan lingkup stilistika disimpulkan bahwa, style pada hakekatnya menyaran pada bagaimana seorang pengarang dalam memilih teknik berbahasa, memilih ungkapan kebahasaan yang dipandang representatif untuk mengungkapkan gagasan dan pemikirannya. Style merupakan gaya termasuk di dalamnya pilihan gaya pengekspresian seorang pengarang untuk menuangkan apa yang dimaksudkan yang bersifat individual dan kolektif. Karena itu, berkaitan

(42)

commit to user

dengan keunikan pengarang dalam memilih bahasa sebagai sarana estetis penulisan karyanya. Dalam hal ini style seringkali ditandai dengan ciri-ciri formal kebahasaan seperti dalam pemilihan diksi, struktur kalimat, bahasa figurative, penggunaan penanda kohesi, perlambangan, metafora, dan lain-lain.

Ihwal pendekatan dalam studi stilistika, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya semua pendekatan dalam stilistika itu memandang persoalan style dan bahasa sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dari bentuk pilihan pengarangnya.

Bentuk dan isi merupakan satu kesatuan dalam matra estetika bahasa yang digunakannya (lihat Sutejo, 2010: 5-8).

Ragam style dapat meliputi beberapa segi. Berdasarkan kaitan kata dengan objek gaya dibagi menjadi: (i) gaya konseptual dan gaya inderawi; (ii) gaya ringkas dan gaya bertele-tele; (iii) gaya merendahkan atau melebih-lebihkan; (iv) gaya jelas atau kabur; (v) gaya tenang atau menggebu-gebu; (vi) gaya tinggi atau rendah; dan (vii) sederhana atau berbunga-bunga. Berdasarkan hubungan antarkata, gaya diklasifikasikan ke dalam: (i) gaya tegang atau lepas; (ii) plastic atau musical; (iii) halus atau kasar; dan (iv) tak berwarna atau berwarna-warni.

Berdasarkan kaitan kata dengan sistem total bahasa diklasifikasikan ke dalam: (i) gaya lisan atau tulisan; dan (ii) gaya klise atau unik. Berdasarkan hubungan kata dengan pengarangnya dapat dibedakan menjadi: gaya yang objektif dan gaya yang subjektif (lihat Sutejo, 2010: 8-9).

Permasalahan style, pengarang, dan karya sastra, lebih menyaran pada gaya yang dipilih oleh pengarang yang tercermin dalam karya sastranya. Gaya yang dipilih oleh pengarang biasanya akan mencerminkan perbedaan dengan

(43)

commit to user

pengarang-pengarang yang lain. Hal ini sejalan dengan L. Spitzer yang memandang style sebagai suatu ungkapan yang khas/pribadi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka pengarang memandang style sebagai: (i) sarana retoris, (ii) cara mengekspresikan estetika, (iii) sebagai bentuk pengungkapan emosi, dan (iv) sebagai penyimpangan yang individual (licentia poeitika) (lihat Sutejo, 2010:

9-14).

Dapat dikatakan kajian stilistika terletak pada penggunaan bahasa dan gaya kebahasaan seorang pengarang, sehingga dapat dilihat bagaimana cara sastrawan mengolah dan memanfaatkan unsur-unsur dan potensi bahasa dalam proses kreatif untuk memaparkan gagasan, peristiwa dan situasi tertentu. Hal itu diharapkan akan mampu memberikan petunjuk tentang cara berpikir, cara membahasakan suatu gagasan, peristiwa dan suasana tertentu oleh seorang pujangga/sastrawan, karena kesemuanya saling berhubungan dan akan memunculkan ekspresi individu yang pada akhirnya melahirkan sebuah gaya.

Hubungan antara style „gaya bahasa‟ dengan ekspresi dan gagasan pengarang dilukiskan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Hubungan style, ekspresi dan gagasan pengarang

GAGASAN

PENGARANG Sikap, Peristiwa, Pengalaman Pengetahuan Suasana Batin

EKSPRESI (Pemanfaatan unsur-unsur dan segenap potensi bahasa)

STYLE (Gaya Bahasa)

(44)

commit to user 2. 1.2. Puisi dan Bahasa Puisi

2. 1.2.1. Puisi

Genre karya sastra pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga jenis: yaitu prosa, puisi dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Karya-karya sastra lama yang berbentuk puisi antara lain Mahabarata, Ramayana dari India yang berbentuk kakawin.

Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dengan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan.

Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Karena itu, salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata- kata itu mewakili makna yang lebih luas dan lebih banyak. Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif (Waluyo, 2002: 1).

Memperbincangkan puisi seseorang sama halnya dengan menterjemahkan perasaan pengarang puisi yang paling dalam ke bentuk pengucapan formal. Orang tidak akan bisa memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi adalah karya estetis yang mempunyai makna. Oleh karena itu, Waluyo (1995: 25) berpendapat sebagai berikut.

„Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.‟

(45)

commit to user

Struktur fisik puisi atau yang secara tradisional disebut bentuk atau bahasa merupakan unsur yang terlihat melalui bahasanya yang nampak. Sedangkan makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati disebut struktur batin.

Ada dua unsur penting dalam puisi, yakni unsur tematik atau semantik puisi dengan unsur sintaktik puisi. Unsur tematik menunjuk ke arah struktur batin, sedangkan unsur sintaktik menunjuk ke struktur fisik. Di dalam buku terjemahannya, Dick Hartoko memang tidak membedakan kedua unsur itu dalam suatu bagian tersendiri. Yang menjadi inti puisi adalah unsur tematik atau semantik yang diungkapkan melalui medium bahasa yang mengandung kesatuan sintaksis, sehingga keduanya bersama-sama membangun satu kesatuan sebagai struktur (Dick Hartoko dalam Waluyo, 1995: 25). Diksi, majas, pengimajian, verifikasi (rima, ritma), dan tipografi disusun penyair untuk mengungkapkan struktur tematik yang hendak diucapkan. Pola makna ada yang bersifat makna lugas, makna kias, makna lambang, dan sebagainya (Waluyo, 1995: 27).

Bahasa yang digunakan pengarang dalam penelitian stilistika, memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana kiat pengarang memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapan makna dan efek estetik dari bahasa. Bunyi bahasa yang dituturkan pengarang mungkin selalu berubah, kadang-kadang secara teratur dan kadang tidak dengan faktor- faktor pendorong yang bermacam-macam pula. Perubahan mencakup segala wujudnya yang diatur oleh azas-azas tertentu, baik yang berazaskan penggantian,

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun efek buruknya secara umum tidak lebih parah, perubahan tegangan (atau/ dan arus) pada beberapa kejadian menghasilkan efek yang tidak dapat dibedakan

[r]

Berdasarkan analisis deskriptif di ketahui bahwa rata-rata skor kemandirian belajar siswa kelas X SMA Negeri di Kota Ambon adalah 59,34 dari skor ideal 84 yang berarti

Hal ini berarti, pada arah vertikal dan horizontal frekuensi pribadi yang pertama sama-sama dominan dan pada frekuensi pribadi pertama tersebut sistem poros-rotor memiliki

3 UP3ST memeriksa substansi dan format usulan pengabdian 7 hari 5 Dosen mengirimkan usulan pengabdian 4 eksemplar ke UP3ST 1 hari Propo sal Penga bdian 6 UP3ST mengajukan

Sedangkan post-test diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dari kedua kelas dalam komunikasi

Sirsak (Annona muricata L.) memiliki spesies lain yaitu sirsak gunung (Annona Montana Macfad).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perasan daun sirsak

karena implementasu team work tidak sesuai dengan prosedur mutu yang ditetapkan (O) hal ini tidak sesuai dengan klausul 5.2 1 (R) Hasil evaluasi kedisiplinan