• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINE

DENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA

ONLINE

PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar SarjanaPsikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Gusti Bagus Bayu Ambara

099114095

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINE

DENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA

ONLINE

PADA REMAJA

Disusun oleh :

Gusti Bagus Bayu Ambara

NIM : 099114095

Telah Disetujui Oleh:

DosenPembimbing Skripsi

(3)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINE

DENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA

ONLINE

PADA REMAJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Gusti Bagus Bayu Ambara NIM : 099114095

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal : 16 Januari 2014

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

1. Ketua :P.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A ...

2. Penguji 1 :Dewi Soerna Anggraeni , M.Psi ...

3. Penguji 2 : Dr.T.Priyo Widiyanto, M.Si ...

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

HALAMAN MOTTO

”Setiap orang berlari dengan tempo yang berbeda, kamu adalah

yang terbaik dan dengan caramu sendiri” -Gusti Bagus Bayu-

“Sometimes 1 % is better than 99 %, because that keeps me

trying harder”

-Gusti Bagus Bayu-

Lelah?Jujur iya. Tapi setiap saya ingin menyerah, hati meminta

berjuang lagi, dan logika berkata “masa cuma segini?”. Jadi saya

kembali

(anonim)

“ Ayo keluarkanlah kapal baru, kembangkanlah layar mimpi”

(5)

SAYA PERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA

TUHAN YANG SELALU MENGUATKAN DAN

MENEMANI, PAPA DAN MAMA TERCINTA, DIRI

SAYA YANG TIDAK PERNAH LELAH BERJUANG,

DAN SELURUH INDIVIDU YANG PERCAYA AKAN

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Februari 2014

Penulis,

(7)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO ONLINEDENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF

SECARA ONLINE PADA REMAJA

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Gusti Bagus Bayu Ambara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja. Penelitian ini menggunakansubjek sejumlah 70 individu remaja ( 40 perempuan, 30 laki-laki ). Instrument penelitian ini menggunakan skala intensitas mengunjungi toko onlineyang terdiri dari 6 item dengan (r) = 0,887 dan skala kecenderungan pembelian impulsif secara onlineyang terdiri dari 36 item dengan (r) = 0,929. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel intensitas mengunjungi toko online berkorelasi secara positif, sangat kuat dan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online (N= 70, r= 0,883, p= 0,000 <0,01).Penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki intensitas mengunjungi toko online yang rendah ( 11,09< 15), p = 0,000 dan kecenderungan pembelian impulsif secara online rendah (80,2 < 90), p = 0,000. Hasil analisis tambahan, berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek laki-laki dan perempuan dalam hal intensitas mengunjungi toko onlinet(68) = - 1,880; p > 0,05 serta kecenderungan pembelian impulsif secara online t(68) = -1,310; p > 0,05.

(8)

THE RELATION BETWEEN INTENSITY TO VISITONLINESTORE WITH ONLINE IMPULSIVE BUYINGTENDENCY IN ADOLESCENCE

Study in Psychology in Sanata Dharma University

Gusti Bagus Bayu Ambara

ABSTRACT

The research aimed to know correlation between intensity to visitonline store withonlineimpulsive buying tendency in adolescences. This research uses 70 individual (40 women, 30 men ). The instrument used on this research areintensity to visitonline store scale consisting of 6 items with reliability (r)= 0,887 and online impulsive buying tendency scale consisting of 36 items with reliability (r)= 0,929. The result showed that the variableintensity to visit online store correlated positively, very strong and significant with variable onlineimpulsive buying tendency (N= 70, r= 0,883, p= 0,000 <0,01). This research also showed that subject had low intensity to visit online store ( 11,09< 15), p = 0,000 and onlineimpulsive buying tendency (80,2 < 90), p = 0,000. In addition, based on gender, there was no significant difference between men and women in terms of intensity to visit online store t(68) = - 1,880; p > 0,05 and online impulsive buying tendency t(68) = -1,310; p > 0,05.

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :

Nama :Gusti Bagus Bayu Ambara

Nomor Mahasiswa : 099114095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGUNJUNGI TOKO

ONLINE

DENGANKECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF SECARA

ONLINE

PADA REMAJA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Februari 2014

Yang menyatakan,

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Ida Sang Hyang Widhi atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses

pengerjaan skripsi ini.Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak

berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr.Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Dosen pembimbing skripsi saya ibuP.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A

yang selalu sabar dan memberi arahan selama proses skripsi ini. Terima

kasih sekali ibu, yang diajarkan akan selalu saya ingat.

4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi dan Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si

selaku dosen penguji yang telah membagikan ilmunya dan membantu proses

pengerjaan revisi.

5. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama

saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernahsaya

miliki.

6. Seluruh staff Fakultas Psikologi: mas Gandung, mbak Nanik, pak Gi, mas

Muji (Glory Glory Man.United) dan mas Doni. Terima kasih untuk

(11)

kuliah.Terima kasis sudah membantu segala macam praktikum tes yang

cukup merepotkan.

7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan mendoakan

keberhasilan saya. Cepat besar ya teman-teman semoga bisa masuk SMA,

Perguruan Tinggi dan Perusahaan yang diimpikan.

8. Matur suksmaPapa dan Mama yang selalu mendoakan, memberikan

support, menunggu dengan sabar sampai skripsi ini selesai. Terima kasih

karena memberikan saya kebebasan untuk hidup dan mengajarkan

perbedaan. Skripsi ini hadiah kecil dari saya untuk kalian.

9. Mba Diah dan Mas Panjul, saudara-saudara ku yang terpisah provinsi dan

pulau yang memberikan doa dan dukungan.

10. Keluarga besar Demangan House yang selalu memberikan hiburan dan

membuat saya tertawa dan begadang hingga pagi hari. Makasi juga eyang

atas pemberkatannya setiap malam. Selamat ya Jekek dapat pacar juga.

11. Sahabat yang luar biasa; Anggita, Ruthi, Cik Steph, Panjul, Yatim,

Moundry, Albert, Jekek, Made, Keyor, Mayang, Gaby. Terima kasih untuk

dukungan, bantuan, dan tempat berkeluh kesah. Terima kasih sudah

mengingatkan saya untuk selalu mengerjakan skripsi. Kita adalah satu

keluarga. Teruslah berjuang untuk cita-cita kita.

12. Menot, Brigit, Mba Sherly, Mba Krinyol yang sudah membantu memberi

referensi dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya.

13. Freud, Blacky, Kripto yang selalu menggerakkan ekor dan

(12)

14. Teman-teman Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009. Terima kasih untuk

waktu yang singkat selama ±4 tahun. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain

waktu dan kesempatan.

15. Keluarga besar UKF PSYNEMA, terima kasih pengalaman baru yang telah

diberikan. Semangat terus untuk berkarya.

16. Keluarga besar Playboy Sudirman, Kris ,Azizi skripsinya dikerjain ya.

17. Jessica Veranda Tanumihardja, terima kasih atas semangatnya, terima kasih

sudah meyakinkan kalau aku bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Walaupun pemalu kamu tetap fashionable.

18. Noella Sisterina, sekali lihat senyum kamu ga akan pernah lupa. Terima

kasih sudah menjadi idola yang memberi warna dalam hidup saya.

19. Keluarga besar SMA Kolese De Britto dan kepada seluruh pihak yang tidak

dapat saya sebutkan.

Semoga Tuhan membalas dan memberikan berkatnya kepada semua orang

yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.Penulis juga dengan senang hati

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.Terima kasih.

Yogyakarta, 16 Februari 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

(14)

A. Pembelian Impulsif ... 12

1. Definisi Pembelian Impulsif ... 12

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif ... 17

B. Intensitas Mengunjungi Toko Online... 23

1. Definisi Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 23

2. Kelebihan dan Kelemahan yang Ditawarkan Toko Online ... 25

3. Dampak Intensitas Mengunjungi Toko Online Resmi dan Jejaring Sosial yang Dimodifikasi Menjadi Toko Online ... 27

C. Remaja... 28

1. Definisi Remaja ... 28

2. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 30

3. Pembelian Impulsif pada Remaja ... 33

D. Dinamika Hubungan Antara Intensitas Mengunjungi Toko Online dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif secara Online pada Remaja ... 34

E. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

(15)

1. Variabel Bebas ... 44

2. Variabel Tergantung ... 44

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45

1. Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 45

2. Kecenderungan Pembelian Impulsif secara Online pada Remaja... 46

D. Subjek Penelitian ... 47

E. Metode dan Alat Pengambilan Data ... 47

1. Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 48

2. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif secara Online ... 49

F. Validitas dan Reliabilitas ... 52

1. Validitas ... 52

2. Seleksi Aitem ... 52

3. Reliabilitas ... 56

G. Metode Analisa Data ... 56

1. Uji Asumsi ... 56

2. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

B. Deskripsi Data Penelitian ... 60

1. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik ... 60

(16)

C. Hasil Penelitian ... 63

1. Uji Normalitas ... 63

2. Uji Linieritas ... 65

3. Uji Hipotesis ... 65

4. Analisis Data Tambahan ... 67

D. Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 75

C. Saran ... 76

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 76

2. Bagi Remaja sebagai Subjek Penelitian ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Intensitas Mengunjungi TokoOnline ... 48

Tabel 2 Skor Favorable Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online ... 49

Tabel 3 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online ... 50

Tabel 4 Skor Favorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online... 51

Tabel 5 Skor Unfavorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online... 51

Tabel 6 Blue Print Skala Intensitas Mengunjungi TokoOnline Setelah Seleksi Aitem... 54

Tabel 7 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online Setelah Seleksi Aitem ... 55

Tabel 8 Identitas Subjek Penelitian ... 60

Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian ... 61

Tabel 10 One-Sample Test ... 62

Tabel 11 Uji Normalitas ... 64

Tabel 12 Uji Hipotesis ... 66

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 82

Lampiran 2 Reliabilitas Skala ... 90

Lampiran 3 Skala Penelitian ... 94

Lampiran 4 Deskripsi Subjek ... 102

Lampiran 5 Uji Asumsi ... 104

Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 107

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persaingan di pasar global mendorong pengusaha ritel berlomba

memasarkan produk mereka dengan menggunakan tampilan kemasan produk

yang menarik serta desain tempat berbelanja yang semakin nyaman. Hal

tersebut mendorong peningkatan pembelian impulsif yang terjadi di

masyarakat (Jones et al dalam Lin & Lin, 2005). Hasil temuan oleh Point of

Purchase Industry Bodymenunjukkan bahwa di Canada hampir 75 %

keputusan untuk membeli suatu produk terjadi di tempat berbelanja dan

dikategorikan sebagai pembelian impulsif (Miller dalam Jeffrey & Hodge,

2007).Bahkan pembelian impulsif mencapai lebih dari 80 % pada kategori

produk tertentu di Amerika (Lin & Chuang 2005).

Beberapa temuan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di dunia

menjadi semakin impulsif. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Negara

maju seperti Amerika, tetapi mulai merambah ke Negara berkembang

termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada bulan

Desember 2010 hingga Januari 2011 memberikan fakta menarik bahwa

konsumen di Indonesia telah tumbuh menjadi semakin impulsif (Pop Survey,

2011).

Pada konsumen yang melakukan pembelian impulsif, keputusan

(20)

memenuhi hasrat, serta keadaan mood seseorang dibandingkan dengan

pertimbangan kebutuhan dan kegunaan akan barang tersebut. Konsumen

impulsif akan membeli suatu produk tanpa alasan yang penting ataupun untuk

memenuhi kebutuhannya, melainkan untuk mencari kesenangan dan bagian

dari gaya hidup modern(Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009).

Mereka hanya menggunakan sedikit pertimbangan ketika membeli suatu

produk (Verplanken & Herabadi, 2001). Konsumen yang cenderung spontan

dan kurang menggunakan pertimbangan ini akan cenderung melakukan

pembelian impulsif(Herabadi et al., 2009).

Pembelian impulsif dideskripsikan sebagai perilaku membeli

seseorang yang tidak menggunakan perencanaan yang baik terlebih dahulu

dan terjadi secara tiba-tiba, serta munculnya dorongan yang sangat kuat untuk

membeli dengan segera tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan lebih

didasarkan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Herabadi et al.,

2009). Beberapa literatur dan konsumen itu sendiri menyadari bahwa perilaku

membeli impulsif tidak sesuai dengan norma karena keputusan untuk

membeli suatu barang tidak didasari oleh kegunaan dan kebutuhan akan

barang tersebut (Rook and Fisher dalam Guiterrez, 2004). Ketika individu

bertindak impulsif mereka akan bertindak dengan sangat cepat tanpa

pemikirian yang baik sehingga kemungkinan mendapatkan hasil yang tidak

disengaja atau tidak diinginkan ( Rook and Fisher, 1995). Pembelian impulsif

dihubungkan dengan masalah finansial sebelum melakukan pembelian,

(21)

Rook and Fisher, 1995) Pembelian impulsif melibatkan pengambilan

keputusan yang relatif cepat dan merupakan bias subyektif yang mendukung

keinginan untuk bisa memiliki dengan segera (Kacen & Lee, 2002).

Perilaku membeli secara impulsif yang tidak sesuai dengan norma

menyebabkan konsumen hanya membeli produk tanpa pertimbangan yang

jelas. Hal ini terjadi karena konsumen tidak menggunakan pertimbangan atau

memikirkan terlebih dahulu dengan baik sebelum berbelanja.Mereka

cenderung tertarik secara emosional terhadap suatu barang atau objek dan

berusaha dengan segera untuk memenuhi kepuasan sehingga kurang

memperhatikan dampak negatif dari hal yang dilakukan (Kacen & Lee,

2002).Perasaan senang dan kondisi mood yang baik sangat berperan dalam

pembelian impulsif.Menurut Rook (1987) faktor emosional menyebabkan

konsumen berbelanja diluar kontrol mereka. Perasaan senang saat berbelanja

akan membuat konsumen belanja diluar kontrol dan berpotensi melakukan

pembelian impulsif.

Rook (1987) berpendapat bahwa rasionalitas dan kemampuan untuk

menahan keinginan berbelanja meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Hal ini membuat orang dewasa memiliki kontrol dan regulasi yang lebih baik

dibandingkan para remaja. Hubungan antara usia dengan perilaku impulsif

telah diteliti dalam beberapa studi. Wood (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011)

menemukan bahwa kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia

antara 18-39 tahun dan akan menurun setelah melewati usia 39 tahun.

(22)

orang-orang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih

tua. Penelitian yang dilakukan Lin dan Lin (2005) yang menggunakan subjek

dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan hasil remaja dengan usia 19

tahun lebih impulsif dibandingkan remaja usia lainnya.

Pada masa perkembangan remaja muncul pergolakan yang dipenuhi

dengan konflik dan perubahan suasana hati.Minat, karir, pacaran dan

eksplorasi identitas diri sering muncul pada masa ini (Santrock,

2007).Anak-anak muda lebih suka berbelanja sehingga kurang memiliki kontrol terhadap

keinginan untuk melakukan pembelian secara spontan dibandingkan mereka

yang lebih tua. Hal ini terjadi karena para remaja berusaha mengadopsi gaya

hidup sesuai perkembangan zaman. Mereka suka untuk membeli berbagai

produk baru serta menikmati berbelanja di toko-toko baru (Mai, Kwon, Loeb,

& Lantz, 2003). Para remaja juga cenderung melakukan pembelian impulsif

dibandingkan dengan mereka yang lebih tua ( Lin& Lin,

2005).Kemenkominfo mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia

mencapai 63 juta orang pada akhir 2012 dimana sebanyak 95 %

menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial dan sebagian besar

pengguna aktif berada pada rentang usia 12 hingga 25 tahun (Kementrian

Komunikasi dan Informatika, 2013). Hasil Penelitian Yahoo dan Taylor

Nelson Sofres Indonesia menunjukkan pengakses internet terbesasr di

Indonesia adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun (Kompas, 2009).

Pembelian impulsif juga berbeda dalam hal jenis kelamin. Pada pasar

(23)

kecenderungan melakukan pembelian impulsif lebih tinggi dan melakukan

pembelian impulsif lebih sering dibandingkan laki-laki. Perempuan juga

menikmati proses berbelanja dan senang untuk menghabiskan banyak waktu

dan energi, sedangkan laki-laki akan berusaha berbelanja secapat mungkin

dan menghindari upaya yang berlebihan saat berbelanja (Gasiorowska,

2011).Perempuan lebih memiliki kedekatan dengan kebiasaan

berbelanja.Mereka suka berjalan pelan sambil melihat-lihat berbagai macam

barang yang berada di sepanjang toko, membandingkan harga, kualitas

barang, berinteraksi dengan penjual dan pembeli yang lain, banyak bertanya,

mencoba berbagai macam pakaian dan akhirnya membeli.Pada dasarnya

laki-laki tidak terlalu dekat dengan kebiasaan berbelanja, sedangkan bagi

perempuan berbelanja merupakan salah satu cara memperoleh pengalaman

emosional serta melihat barang sebagai suatu simbol (hedonic) (Bakewell &

Mitchel dalam Gasiorowska, 2011).

Penelitian yang dilakukan Kollat dan Willet, Bellenger et al., Ditmar

et al., dan Wood (dalam Ghani et al., 2011) menunjukkan hasil bahwa remaja

perempuan cenderung lebih impulsif dibandingkan remaja laki-laki. Lin dan

Lin (2005) menemukan bahwa remaja perempuan memiliki kecenderungan

berperilaku impulsif lebih besar dibandingkan remaja laki-laki.Namun studi

yang dilakukan di Vietnam menemukan fakta yang sebaliknya dimana

laki-laki lebih cenderung melakukan pembelian impulsif dibandingkan perempuan

(Mai et al., 2003).Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Cobb dan

(24)

laki-laki menghabiskan lebih banyak uang untuk berbelanja secara online

dibandingkan perempuan (Zhou et al., 2007). Hal ini tidak menutup

kemungkinan bahwa pada konteks online laki-laki juga melakukan pembelian

impulsif sama seperti perempuan.

Perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh banyak hal.Secara garis

besar faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif dikategorikan menjadi

dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

dimaksud berfokus pada perbedaan kepribadian individu yang mendorong

mereka untuk dekat dengan pembelian impulsif. Hal ini mencakup beberapa

hal seperti motif hedonis, kegemaran mengikuti perkembangan fashion,

evaluasi normatif konsumen, serta faktor demografis (Muruganantham &

Bhakat, 2003)

Faktor eksternal yang dimaksud mengarah pada isyarat pemasaran

atau stimulus yang dikontrol sepenuhnya oleh penjual dengan tujuan menarik

konsumen berbelanja.Stimulus eksternal ini berkaitan dengan ukuran toko,

suasana dan desain tempat belanja, harga menarik yang ditawarkan, serta

media iklan (Muruganantham & Bhakat, 2003; Virvilaite et al.,

2011).Stimulus eksternal inilah yang menjadi target utama penjual untuk

mendorong konsumen berbelanja ke toko online serta meningkatkan

pembelian impulsif pada konsumen baru ataupun lama (Dawson & Kim,

2009). Strategi pemasaran agresif yang dilakukan oleh berbagai macam toko

online mampu mendorong peningkatan penjualan secara online hingga

(25)

Riset yang dilakukan lembaga riset swasta Dailysosial menunjukkan bahwa

transaksi onlineshopping di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 8,5 triliun

dan diprediksi mengalami peningkatan menjadi 95 triliun pada tahun 2015

(dalam Perdana, 2013). Konsumen onlineakan cenderung lebih impulsif

dibandingkan dengan konsumen yang berbelanja pada pasar retail tradisional,

walaupun hal tersebut belum dimengerti dengan baik (Madhavaram dan

Laverie, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Madhavaram dan Laverie

menunjukkan bahwa 22 % dari responden yang melakukan pembelian

impulsif pada pasar retail tradisional juga melakukan pembelian impulsif

melalui internet(Madhavaram & Laverie, 2004). Bukti tersebut menunjukkan

bahwa fenomena pembelian impulsif tidak hanya terjadi pada konteks

tradisional (offline) melainkan sudah merambah ke konteks online.

Perkembangan teknologi seperti saluran belanja televisi dan

perkembangan internet memperluas kemungkinan terjadinya pembelian

impulsif (Kacen and Lee, 2002).Keberadaan toko-toko online telah

memberikan kesempatan kepada konsumen untuk memperbesar kemungkinan

konsumen mencari dan membeli barang dalam situasi apapun tanpa harus

terkendala waktu.Kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

berbagai macam supplier produk dan pelayanan yang berbeda juga

menyebabkan konsumen menyukai berbelanja secara online(Zhou, Dai, &

Zhang, 2007).

Potensi kelebihan lain dari berbelanja online adalah ketersediaan

(26)

diskon yang ditawarkan oleh beberapa penyedia kartu kredit jika berbelanja

secara online (Zhou et al., 2007). Keberadaan toko online juga

memungkinkan barang yang diperdagangkan bisa diakses 24 jam oleh

pembeli, memberikan efisiensi waktu terkait akses mudah ke berbagai toko

dalam satu tempat serta memberikan privasi pada konsumen yang merasa

malu berbelanja di tempat umum seperti pasar dan mal (Sulianta, 2012). Toko

online yang dimaksud dapat berupas situs resmi ataupun jejaring sosial yang

sudah dimodifikasi sedemikian rupa (Sulianta, 2012). Data terakhir yang

dihimpun internet world stats (2012 Q2), pengguna Facebook di Indonesia

mencapai lebih dari 40 juta pengguna sedangkan Twitter lebih dari 30 juta

pengguna (Puspito, 2013). Menurut survei global terbaru Nielsen Online, di

Indonesia setengah dari pembeli online menggunakan Facebook (50%) untuk

membeli barang. Dari jumlah tersebut 33,5 % responden pernah melakukan

pembelian online (Puspito, 2013)

Persepsi konsumen akan kelebihan yang ditawarkan toko online

memiliki hubungan yang positif dengan kecenderungan konsumen untuk

berbelanja secara online (Muruganantham & Bhakat, 2003). Intensitas

mengunjungi toko online mengacu pada tindakan untuk mengunjungi tempat

membeli dan menjual produk menggunakan perangkat elektronik yang

terhubung dengan koneksi internet. Semakin tinggi intensitas seseorang

mengunjungi toko online maka akan semakin besar kemungkinan untuk

berhadapan dengan kelebihan yang ditawarkan oleh toko onlineyang akan

(27)

online(Muruganantham & Bhakat, 2003). Apabila seseorang menghabiskan

waktu lebih dari 10 jam dalam seminggu untuk mengunjungi toko

online,dapat dikatakan bahwa ia memiliki intensitas penggunaan internet

yang tergolong tinggi (SWA-Mark Plus & Co dalam Abrar, 2003). Batasan

ini yang menjadi dasar peneliti untuk menentukan tinggi rendahnya intensitas

mengunjungi toko online.

Karakteristik hedonis dari konsumen online sesuai dengan

kecenderungan pembelian impulsif yang melibatkan konsumen yang

mengutamakan kesenenangan dan hedonisme (Herabadi, Verplanken, &

Knippenberg, 2009).Keberadaan internet yang dekat dengan remaja

memperbesar kemungkinan para remaja melakukan pembelian impulsif

secara online. Penelitian yang dilakukan kompas pada tahun 2012

menunjukkan bahwa belanja online diminati pelajar dan mahasiswa sebesar

19,9 % (Kompas, 2012).Toko online menyebabkan para remaja cenderung

berperilaku impulsif karena di dalam toko online terdapat berbagai macam

produk yang menarik dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik serta

mendukung trend dan mode saat ini (Rachmadhany, 2013).Namun pada

dasarnya situs online juga memiliki kekurangan seperti akses konsumen yang

terbatas untuk bisa memegang produk, mencium aroma produk, dan

kesegeraan untuk memiliki produk setelah melakukan pembayaran yang

(28)

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan antara intensitas mengunjungi situs onlineshop dengan

kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada remaja.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam

penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara intensitas mengunjungi

toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara online pada

remaja?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas

mengunjungi toko online dengan kecenderungan pembelian impulsif secara

onlinepada remaja.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi konsumen dan

psikologi perkembangan serta sebagai kajian teori mengenai

(29)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan evaluasi mengenai kebiasaan remaja

mengunjungi atau mengakses situs online yang dapat mempengaruhi

kecenderungan pembelian impulsif secara online pada remaja.Para

remaja dapat mengatur waktu yang mereka dengan lebih baik ketika

menggunakan internet untuk mengakses atau mengunjungi toko online

sehingga dapat memanfaatkan perkembangan internet dengan lebih

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelian Impulsif

1. Definisi Pembelian Impulsif

Rook (1987) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai

pembelian yang terjadi secara spontan atau tiba-tiba, seringkali bersifat

sangat kuat dan menetap serta mendorong untuk membeli sesuatu dengan

segera. Rook (1987) juga menambahkan bahwa pembelian impulsif

muncul karena keinginan membeli atas dasar kesenangan semata tanpa

memikirkan cara yang ditempuh untuk memperolehnya. Rook dan

Gadner (dalam Kacen & Lee, 2002)mendeskripsikan kembali pembelian

impulsif sebagai suatu pembelian yang tidak terencana yang

dikarakteristikkan oleh pengambilan keputusan yang berlangsung relatif

cepat, serta bias subjektif dalam hal ingin memiliki dengan segera suatu

barang. Secara ringkas Hoch dan Loewenstein; Thompson, Locander,

danPollio (dalam Rook & Fisher, 1995) mendefinisikan pembelian

impulsif sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara

spontan dandengan seketika.

Betty dan Ferrell (dalam Kacen & Lee, 2002), mendefinisikan

pembelian impulsif sebagai pembelian yang tiba-tiba dan segera tanpa

munculnya keinginan untuk berbelanja sebelumnya, dimana salah

(31)

tugas membeli tertentu.Konsumen cenderung tertarik secara emosional

terhadap suatu barang atau objek dan berusaha dengan segera untuk

memenuhi kepuasan sehingga kurang memperhatikan dampak negatif

dari hal yang dilakukan (Kacen & Lee, 2002).Herabadi et al (2009)

mendeskripsikan pembelian impulsif sebagai perilaku membeli seseorang

yang tidak menggunakan perencanaan yang baik terlebih dahulu dan

terjadi secara tiba-tiba, serta munculnya dorongan yang sangat kuat untuk

membeli dengan segera tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan lebih

didasarkan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Pembelian impulsif juga ditandai dengan kurangnya perencanaan

dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan

pembelian serta munculnya perasaan senang dan puas setelah membeli

suatu barang yang diinginkan tanpa mengetahui dengan pasti alasan

membeli barang tersebut (Verplanken & Herabadi, 2001). Rook (dalam

Verplanken & Sato, 2011)juga menambahkan definisi yang lebih luas

tentang pembelian impulsif yang memiliki tiga ciri yakni pembelian yang

tidak direncanakan, sulit untuk melakukan kontrol atas keinginan

tersebut, serta berlandaskan akan respon emosional.

Bayley dan Nancarrow ( dalamMuruganantham& Bhakat, 2003)

mendefinisikan pembelian impulsif sebagai dorongan yang tiba-tiba,

memaksa, serta perilaku membeli yang bersifat hedonis atau berusaha

memenuhi kesenangan dan kepuasan semata tanpa melibatkan pemikiran

(32)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelianimpulsif merupakan pembelian yang terjadi secara spontan

atau tiba-tiba dan berlangsung relatif cepat tanpa menggunakan

perencanaan serta pertimbangan yang matang tanpa mempedulikan

akibat yang mungkin ditimbulkan melainkan didasari oleh respon

emosional yang bertujuan untuk kesenangan serta kepuasan hasrat

pembeli untuk memiliki suatu barang dengan segera.

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif

Verplanken dan Herabadi (2001) mengidentifikasi dua aspek

utama dari pembelian impulsif yaitu aspek kognitif dan aspek afektif :

a. Aspek kognitif (lack of planning and deliberation)

Definisi dari aspek kognitif ini mengarah kepada tidak adanya

perencanaan dan pertimbangan yang baik sebelum mengambil

keputusan untuk melakukan pembelian.Verplanken dan Aarts (dalam

Verplanken & Herabadi, 2001) menyatakan bahwa pembelian

mungkin tidak direncanakan ataupun dipertimbangkan terlebih dahulu

karena beberapa alasan tertentu.Misalnya ketika pembelian yang

tampak tidak direncanakan justru telah direncanakan jauh sebelumnya

atau dalam hal ini terjadi pengulangan dari kebiasaan membeli maka

tidak dapat dinyatakan sebagai pembelian impulsif.Verplanken dan

Herabadi (2001) juga menjelaskan bahwa aspek kognitif yang

dimaksud adalah tidak adanya pertimbangan serta perencanaan dan

(33)

Rook (dalam Cinjarevic, 2010) menyatakan bahwa pembelian

impulsif biasanya merupakan pembelian yang tidak direncanakan

serta melibatkan kurangnya evaluasi dari sisi pembeli. Lee dan Kacen

(dalam Cinjarevic, 2010) menyebutkan perbedaan utama dari

pembelian impulsif dan pembelian yang direncanakan terletak pada

kuantitas dan kualitas dari informasi yang dianalisis sebelum

pembelian dilakukan serta waktu yang dibutuhkan diantara melihat

produk dan keputusan untuk membelinya. Dengan demikian dapat

dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian

impulsif lebih singkat dibandingkan pembelian yang direncanakan

karena sedikitnya jumlah informasi yang perlu diproses oleh

konsumen dan tanpa adanya evaluasi jangka panjang terhadap

konsekuensi dari pembelian yang dilakukan.

b. Aspek afektif (emotional aspect)

Aspek kedua yang dimaksud oleh Verplanken dan Herabadi

(2001) adalah aspek afektif atau aspek emosional.Aspek afektif ini

meliputi respon emosional yang muncul terlebih dahulu, secara

serentak, ataupun setelah terjadinya pembelian yang tidak

direncanakan. Emosi paling menonjol yang biasanya berhubungan

dengan pembelian impulsif adalah perasaan gembira dan kesenangan.

Selain itu muncul perasaan tiba-tiba dan keinginan untuk segera

memiliki sesuatu sebelum melakukan pembelian impulsif.Hal ini bisa

(34)

&Herabadi, 2001). Ditmar and Drury (dalam Verplanken & Herabadi,

2001) juga menyebutkan bahwa penyesalan mungkin baru akan

dirasakan belakangan setelah melakukan pembelian, seperti perasaan

menyesal karena telah membelanjakan uang yang banyak hanya untuk

kesenangan semata.

Verplanken dan Herabadi (2001) juga menyatakan bahwa

aspek afektif yang dimaksud mencakup kegembiaraan, perasaan

kompulsif, dan dorongan untuk menyentuh atau memiliki

produk.Pembelian impulsif terkait dengan respon emosional yang

kuat. Kollat dan Willett, Hausman dan Silvera et al. (dalam

Činjarević, 2010) menyatakan bahwa konsumen secara umum

menggambarkan bahwa mereka merasakan pengalaman seperti

kegembiaraan, kesenangan, perasaan takut dan kepuasan hati pada

saat mereka sedang berbelanja. Youn (dalam Dawson & Kim, 2009)

menyebutkan bahwa kondisi emosional seseorang, mood dan perasaan

pribadi dapat dikatakan sebagai aspek afektif seseorang. Perasaan

yang dimaksud adalah dorongan tak tertahankan untuk membeli serta

emosi membeli yang positif. Ketika konsumen merasakan dorongan

yang tak tertahankan untuk maka akan mendorong konsumen untuk

melakukan pembelian impulsif.

Jadi aspek pembelian impulsif yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif sebagai

(35)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif dipengaruhi oleh banyak faktor yang

berbeda.Muruganantham dan Bhakat (2003) membagi faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelian impulsif dalam empat faktor utama yakni :

a. Stimuli eksternal dan lingkungan belanja

Youn dan Faber dalam (Muruganantham dan Bhakat, 2003)

menjelaskan stimuli eksternal berkaitan dengan hal-hal dalam dunia

marketing yang sepenuhnya dikontrol dan diatur oleh penjual. Stimuli

eksternal ini sangat terkait dengan lingkungan tempat berbelanja yang

mencakup ukuran toko, suasana, desain tempat belanja, harga menarik

yang ditawarkan, serta media iklan. Schiffman dalam

(Muruganantham dan Bhakat, 2003) berpendapat pembelian impulsif

sangat relevan saat ini, sesuai dengan skenario belanja yang

melibatkan promosi penawaran yang semakin inovatif, kreatif, dan

toko retail yang mulai menerima perkembangan teknologi.

Verplanken dan Herabadi (2001) berpendapat bahwa tampilan

dan penyajian produk serta penambahan latar belakang musik dalam

sebuah toko dapat meningkatkan kenyamanan konsumen pada saat

berbelanja yang mengarahkan konsumen pada perilaku impulsif. Hal

ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Kaur dan Singh

(dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) yang menemukan bahwa

stimulus eksternal seperti penambahan musik, bau dan aroma, serta

(36)

impulsif pada konsumen. Stimulus eksternal ini dapat ditemui dalam

berbagai bentuk tempat berbelanja. Gupta et al (dalam

Muruganantham dan Bhakat, 2003) menemukan bahwa keberadaan

keluarga dan teman saat berbelanja memperkecil kemungkinan

pembelian impulsif, sedangkan kerumunan pembeli pada pasar retail

dapat menarik perhatian konsumen untuk ikut melakukan pembelian

tanpa perencanaan

Harmanciouglu (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003)

menyebutkan bahwa teknik promosi yang dilakukan pelayan dapat

meningkatkan terjadinya pembelian impulsif. Sedangkan Micael et al

(dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) menyatakan bahwa dengan

perkembangan teknologi yang semakin maju dapat memberikan

berbagai macam alternatif tempat berbelanja kepada konsumen.

Perkembangan teknologi juga memungkinkan konsumen melakukan

self serviceyang membuat pembeli menjadi lebih impulsif.

b. Stimuli internal

Stimuli internal yang dimaksud adalah perbedaan kepribadian

individu yang dapat mendorong mereka untuk dekat dengan perilaku

pembelian impulsif. Youn dan Faber (dalam Muruganantham dan

Bhakat, 2003) berpendapat bahwa pembelian impulsif mungkin

diakibatkan oleh sifat konsumen seperti impulsifness umum, orientasi

(37)

Rook dan Hoch (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003)

menyatakan bahwa orang-orang yang merasa puas, senang, antusias,

dan menikmati kegiatan berbelanaja dan menyukai fashion dekat

dengan pembelian impulsif. Rook (1987) menghubungkan pembelian

impulsif dengan sikap materialisme, mencari sensasi dan kepuasan,

dan rekreasi berbelanja.Verplanken dan Herabadi (2001) juga

menambahkan bahwa pembelian impulsif seringkali terjadi karena

individu ingin menghindar dari persepsi psikologis yang negatif

seperti penerimaan diri yang rendah, perasaan negatif, serta mood.

c. Faktor situasional dan keterkaitan dengan produk

Shapiro (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003)

menyatakan bahwa faktor situasional yang berkaitan dengan

pembelian impulsif mencakup lokasi retail atau pasar, waktu

berbelanja, musim berbelanja dan kebiasaan berbelanja. Senada

dengan hal ini, Beatty dan Farell (dalam Muruganantham dan Bhakat,

2003) menyatakan bahwa kesedian waktu untuk berbelanja serta

keinginan berbelanja yang besar merupakan faktor situasional yang

dapat memicu pembelian impulsif. Semakin banyak waktu berbelanja

yang dimiliki juga menyebabkan semakin sering konsumen

menemukan barang-barang yang dapat menimbulkan pembelian

impulsif.

Yu dan Bastin (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003)

(38)

produk yang luas mencakup pakaian, buku, serta alat-alat olahraga.

Kegemaran mengikuti trend dan perkembangan produk fashion juga

mendorong konsumen melakukan pembelian impulsif. Keinginan

untuk memiliki barang model terbaru dengan segera juga mendorong

terjadinya pembelian impulsif.

d. Faktor demografis dan sosial budaya

Vohs dan Faber (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003)

menemukan bahwa kondisi pasar lokal dan kebudayaan juga memiliki

dampak pada kecenderungan konsumen melakukan pembelian

impulsif. Dittmar (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003) juga

menemukan bahwa gender memiliki peran dalam pembelian impulsif.

Ia menemukan bahwa laki-laki cenderung melakukan pembelian

impulsif ketika membeli produk yang dapat menunjang kemandirian

dan aktivitasnya. Sedangkan perempuan melakukan pembelian

impulsif pada produk yang menggambarkan dan mengekspresikan

dirinya serta berkaitan dengan penampilan dan aspek emosional

dirinya.

Matilla dan Writz (2006) menambahkan beberapa faktor sosial

yang dapat menyebabkan perilaku pembelian impulsif seperti

keramahan pegawai toko ataupun pengaruh konsumen lain yang

sedang berbelanja. Kacen dan Lee (2002) menyebutkan bahwa budaya

individualis dan kolektif merupakan faktor penting yang

(39)

Wood (dalam Muruganantham dan Bhakat, 2003)

menyebutkan bahwa pendapatan mempengaruhi pembelian impulsif.

Mereka yang memiliki pendapatan tinggi memiliki kesempatan lebih

untuk melakukan pembelian impulsif. Sedangkan faktor personal

seperti pengalaman pendidikan juga mempengaruhi perilaku dari

pembelian impulsif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh interaksi

stimulus internal dan eksternal. Interaksi tersebut menghasilkan empat

faktor penting yang mempengaruhi pembelian impulsif seperti stimuli

eksternal, stimuli internal, faktor situasional dan keterkaitan dengan

produk, faktor demografis dan sosial budaya.

Dawson dan Kim (2009) membagi faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelian impulsif dalam konteks online menjadi dua

faktor yakni :

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dimaksud mengarah pada isyarat

marketing atau stimulus yang ditempatkan dan dikontrol secara

langusung oleh penjual dengan tujuan untuk dapat menarik konsumen

berbelanja. Marketing yang dilakukan tidak hanya mengarahkan

konsumen menuju berbagai macam toko online saja namun juga

(40)

cara mengingkatkan pembelian impulsif melalui penyajian item-item

pengganti yang sejenis maupun item-item yang lebih baik.

Studi yang dilakukan Shop.org pada tahun 2005 menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan penjualan secara online hingga mencapai

30 % setelah suatu situs online melakukan strategi pemasaran yang

agresif dengan cara promosi langsung melalui akun email, pemberian

potongan harga dan hadiah utama, serta memberi sugesti langsung

kepada konsumen mengenai barang-barang baru yang dijual(Dawson

& Kim, 2009). Berkembangnya retail online yang menggunakan

strategi cross and up selling seperti memunculkan link terkait produk

sejenis pada produk yang sedang dilihat konsumen telah

menyebabkan perilaku membeli impulsif secara online mengalami

peningkatan. Dawson dan Kim (2009) memprediksi bahwa

perkembangan teknologi telah membuka kesempatan bagi konsumen

untuk melakukan pembelian impulsif secara online.

b. Faktor internal

Faktor internal dari pembelian impulsif berfokus pada individu

seperti tingkat emosional seseorang, evaluasi normatif konsumen

terhadap peperangan dengan pembelian impulsif, serta faktor

demografis (Dawson & Kim, 2009).

Berdasarkan faktor-faktor dari beberapa tokoh tersebut, secara

umum pembelian impulsif dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

(41)

dalam diri individu yang mendorong mereka untuk dekat dengan

pembelian impulsif. Faktor internal ini mencakup keadaan emosional

seseorang, evaluasi normatif, karakteristik pribadi konsumen seperti

motif hedonism, mencari kepuasan dan kegemaran mengikuti

perkembangan trend serta faktor demografis seperti usia, gender,

pendidikan dan budaya. Faktor eksternal yang dimaksud adalah

faktor-faktor yang sepenuhnya dikontrol oleh penjual seperti tampilan

produk dan tempat belanja yang menarik, pemberian diskon dan

keuntungan lainnya,promosi penawaran yang semakin kreatif serta

penggunaan strategi cross up and selling.

B. Intensitas Mengunjungi Toko Online

1. Definisi Intensitas Mengunjungi Toko Online

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, intensitas berarti

keadaan tingkatan atau ukuran intensnya, intens berarti hebat atau sangat

kuat yang mengacu pada kekuatan atau efek (kbbi.web.id). Andarwati

dan Sankarto (2005) menyatakan bahwa intensitas mengacu pada

frekuensi yang dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (per hari,

per minggu, atau per bulan) dan durasi yang dinyatakan dalam satuan

kurun waktu tertentu ( per menit atau per jam).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,mengunjungi

berarti mendatangi atau menjumpai, termasuk juga menengok atau

(42)

membeli produk atau jasa di internet. Bisnis online adalah bisnis yang

dilakukan secara online dengan memajang barang dagangan secara

virtual di internet, menggunakan media internet dan layanan komunikasi

jarak jauh dan berbagai prosesnya melibatkan sebagian besar internet

(Sulianta,2012). Dalam melakukan bisnis online maka penjual perlu

memiliki toko online.

Menurut Kamus Besar Bahasa IndonesiaOnline, toko berarti

sebuah tempat permanen untuk menjual barang-barang (baju, makanan

dan sebagainya).Dunia IT mendefinisikan online sebagai terhubung,

terkoneksi, aktif dan siap untuk operasi, dapat berkomunikasi dengan

atau dikontrol oleh komputer(Sulianta, 2012).Selain itu bisa juga

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, online artinya dalam

jaringan atau disingkat daring.Kesimpulannya toko online adalah suatu

tempat seseorang dapat menjual produk dan pembeli dapat memesan

produk sehingga terjadi transaksi jual-beli yang dilakukan melalui

perangkat elektronik yang terhubung dan terkoneksi dengan internet.

Toko online dapat berupa situs jual beli resmi ataupun jejaring sosial

dengan menyajikan fitur yang diadaptasi sedemikian rupa

(Sulianta,2012).

Berdasarkan temuan SWA-Mark Plus & Co (dalam Abrar, 2003)

pada 1.100 orang pengguna internet, maka dapat digolongkan beberapa

tipe penggunan internet berdasarkan lama waktu yang digunakan.

(43)

dari 10 jam per minggu, pengguna sedang 2,5 -10 jam per minggu dan

pengguna ringan kurang dari 2,5 jam per minggu. Penggolongan tipe

pengguna internet ini kemudian menjadi dasar acuan peneliti untuk

menggolongkan tinggi rendahnya intensitas mengunjungi toko online

pada penelitian. Hal ini dilakukan karena belum adanya batasan yang

pasti mengenai intensitas mengunjungi toko online itu sendiri.

Intensitas mengunjungi toko online berarti suatu tindakan

menunjungi tempat menjual dan membeli produk dengan perangkat

elektronik yang terhubung dengan koneksi internet dan memiliki

jumlahpola tindakan yang sama dari segi durasi dan frekuensi serta

melibatkan usaha tertentu untuk mendapatkan pemuas

kebutuhannya.Berdasarkan pengelompokkan intensitas penggunaan

internet oleh SWA-Mark Plus & Co (dalam Abrar, 2003), maka peneliti

menggunakan batasan tersebut untuk menentukkan tinggi rendahnya

intensitas mengunjungi toko online. Penggunaan batasan ini dipilih

karena belum adanya batasan yang spesifik mengenai intensitas

mengunjungi toko online.

2. Kelebihan dan Kelemahan yang Ditawarkan Toko Online

Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dalam berbisnis melalui

toko online antara lain (Sulianta, 2012):

a. Ketersediaan online yang memungkinkan barang yang

diperdagangkan bisa diakses 24 jam oleh pembeli.

(44)

c. Transaksi bisa jadi berlangsung aman karena tanpa harus membawa

uang secara fisik.

d. Efisiensi waktu dimana pembeli dapat dengan mudah menelusuri

berbagai macam toko online dengan cepat.

e. Prosesnya murah dimana konsumen dapat menghemat pengeluaran

seperti penghematan uang transportasi.

f. Memberikan privasi, beberapa orang yang malu dan takut untuk

membeli barang tertentu , namun dengan membeli melalui toko online

maka konsumen tidak perlu malu untuk terlihat dimata penjual

ataupun konsumen lain.

Zhou et al. (2007) juga menambahkan bahwa kemudahan untuk

mendapatkan informasi mengenai berbagai macam supplier produk dan

pelayanan yang berbeda juga menyebabkan konsumen menyukai

berbelanja secara online.Potensi kelebihan lain dari berbelanja online

adalah ketersediaan berbagai macam pilihan produk dengan harga yang

murah serta pemberian diskon yang ditawarkan oleh beberapa penyedia

kartu kredit jika berbelanja secara online.

Pada dasarnya, ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh toko

online antara lain (Sulianta, 2012):

a. Keterbatasan atau kesulitan konsumen untuk melihat barang secara

benar dan nyata. Hal ini mencakup warna, tekstur, aroma, rasa, dan

(45)

b. Barang tidak dapat diterima realtime atau langsung segera setelah

pembelian

c. Memerlukan berbagai rangkaian proses berbelanja yang melibatkan

beberapa pihak seperti jasa kurir dan penyedia jasa keuangan.

d. Hilangnya sentuhan manusia serta rentan terjadi penipuan.

Jeffrey dan Hodge (2007) juga menjelaskan bahwa situs online

juga memiliki kekurangan seperti akses konsumen yang terbatas untuk

bisa memegang produk, mencium aroma produk, dan kesegeraan untuk

memiliki produk setelah melakukan pembayaran yang merupakan faktor

penting terjadinya pembelian impulsif.

3. Dampak Intensitas Mengunjungi Toko OnlineResmi dan Jejaring

Sosial yang Dimodifikasi Menjadi Toko Online.

Intensitas mengunjungi toko online mengacu pada frekuensi dan

durasi dari suatu pola perilaku tindakan yang sama yang dilakukan

seseorang untuk mengunjungi tempat jual beli barang sehingga dapat

memuaskan kebutuhannya. Toko online menawarkan berbagai kelebihan

yang meliputi kenyamanan, ketersediaan berbagai macam pilihan, harga

yang murah, servis original, perhatian personal, dan kemudahan akses

untuk berbagai informasi. Semakin sering konsumen mengunjungi suatu

toko online, maka semakin besar kesempatan untuk merasakan berbagai

kelebihan yang ditawarkan oleh toko online.apabila konsumen

(46)

dalam seminggu maka akan semakin besar kemungkinan untuk

melakukan pembelian impulsif secara online.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., (dalam

Muruganantham & Bhakat, 2003) menunjukkan bahwa dari sisi

psikologis, persepsi konsumen akan kelebihan yang ditawarkan toko

online memiliki hubungan yang positif dengan kecenderungan konsumen

untuk berbelanja secara online. Brown et al., (dalam Muruganantham &

Bhakat, 2003) menambahkan bahwa frekuensi berbelanja onlinememiliki

dampak yang positif dengan kecenderungan berbelanja online dan

memiliki dampak yang negatif terhadap kemungkinan pembatalan

transaksi online.Cho (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003)

menemukan bahwa tingkat kepuasan terhadap transaksi online

sebelumnya memiliki hubungan yang positif dengan kecenderungan

berbelanja online.

C. Remaja

1. Definisi remaja

Menurut Hall (dalam Santrock, 2007)masa remaja adalah masa

dimana usia berkisar antara 12 hingga 23 tahun dan merupakan masa

yang diwarnai pergolakan. Pandangan mengenai badai dan stress adalah

konsep dari Hall yang menyatakan bahwa remaja merupakan masa

(47)

Santrock (2007) mendefinisikan masa remaja sebagai periode

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa

yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan

sosioemosional.Masa remaja awal kurang lebih berlangsung di masa

sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan

pubertal terbesar terjadi dimasa ini.Masa remaja akhir kurang lebih

terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan.Minat,

karir, pacaran dan eksplorasi identitas seringkali menonjol di masa ini.

Periode perkembangan masa remaja terjadi antara usia 10-13 tahun

sampai 18-22 tahun.

Di Indonesia sendiri batasan usia remaja secara umum berada

pada rentang usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan

sebagai berikut (Sarwono, 2007) :

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana biasanya tanda-tanda seksual

sekunder mulai muncul.

b. Masyarakat Indonesia menganggap usia 11 tahun sebagai akil balik

baik menurut adat ataupun agama.

c. Pada masa itu mulai tercapai penyempurnaan jiwa seperti tercapainya

identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan

puncak perkembangan kognitif maupun moral.

d. Usia 24 tahun merupakan batas akhir dimana mereka yang hingga

(48)

belum memenuhi persyaratan kedewasaan baik secara sosial maupun

psikologi masih dapat digolongkan sebagai remaja.

e. Status perkawinan sangat menentukan karena pada masyarakat

Indonesia hal ini sangat penting.

Sarwono (2007) mendefinisikan batasan remaja menurut WHO

sebagai berikut :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa masa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan biologis

atau fisik, kognitif dan sosioemosional.Pada masa ini remaja mengalami

krisis identitas serta konflik dan perubahan suasana hati. Batasan usia

pada remaja secara keseluruhan berada pada rentang 12 sampai 22 tahun.

2. Karakteristik Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perubahan yang pertama kali dirasakan remaja adalah

(49)

perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh

anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual

membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan sering

terlalu focus dengan kondisi fisiknya. Keadaan fisik pada masa remaja

dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik

tidak sesuai dengan yang diinginkan maka dapat menimbulkan rasa

tidak puas dan kurang percaya diri (Gunarsa, 1981; Papalia, Old &

Feldmen, 2008)

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental

seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Piaget dalam

(Gunarsa, 1981; Papalia, Old & Feldmen, 2008) mengemukakan

bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif , yaitu interaksi

struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang

semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk

berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap ini sebagai tahap operasi

formal (Gunarsa, 1981; Papalia, Old & Feldmen, 2008).Pada tahap ini

remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual serta pengalaman

yang benar-benar terjadi melainkan sudah berpikir dengan fleksibel

dan kompleks.Setelah memperoleh informasi maka remaja mencoba

mengartikan dengan prespektif yang dimiliki sehingga dapat

(50)

Pada masa ini, remaja cenderung belum memiliki pemikiran

yang matang ketika mendapatkan suatu informasi atau stimulus.Oleh

karena itu ketika remaja memiliki permasalahan yang harus

dipecahkan, mereka cenderung gegabah dalam penyelesaian

(Santrock, 2002).Masa remaja juga menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan berpikir kritis serta peningkatan kemampuan remaja

dalam mengkombinasikan berbagai pengetahuan dan memiliki strategi

serta spontan mempertimbangkan berbagai alternatif perencanaan

(Santrock, 2011).

c. Perkembangan Sosial dan Emosi

Perkembangan dalam relasi sosial pada remaja berbeda dengan

masa perkembangan sebelumnya.Remaja memiliki hubungan dengan

teman sebaya yang lebih intim dibandingkan dengan orang tua

(santrock, 2002).Dengan demikian pada remaja maka teman peran

sebaya lebih besar.Pada masa ini remaja tidak hanya berkumpul

dengan sesama jenis melainkan juga dengan lawan jenis.bagi remaja,

teman-teman merupakan sumber informasi baik itu dalam cara

berpakaian, musik, film ataupun informasi lainnya.

Perkembangan aspek emosional pada remaja terjadi ketika

merika berhadapan dengan situasi yang menuntut mereka untuk bisa

lebih mandiri.Remaja memiliki pengalaman emosional pada dirinya

yang mengandung perasaan senang, sedih, khawatir, keinginan untuk

(51)

remaja cenderung melakukan pengambilan keputusan berdasarkan

situasi emosi. Pada emosi yang tenang remaja akan membuat

keputusan yang bijaksana, senadangkan pada emosi yang tidak tenang

keputusan yang diambil menjadi kurang bijaksana (Santrock, 2011)

3. Pembelian Impulsif pada Remaja

Para remaja biasanya tidak memiliki tanggung jawab keuangan

yang luas sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan pembelian

impulsif.Rasionalitas dan kemampuan untuk menahan keinginan untuk

berbelanja juga meningkat seiring dengan pertambahan usia (Rook,

1987). Penelitian yang dilakukanKacen dan Lee (2002) juga

menunjukkan bahwa perilaku pembelian impulsif cenderung meningkat

pada usia diantara 20 tahun dan menurun ketika melewati usia 30 tahun.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Lin dan Lin (2005) yang

menggunakan subjek dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan

hasil bahwa remaja pada usia 19 tahun memiliki kecenderungan

pembelian impulsif paling tinggi.

Wood (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011) menemukan bahwa

kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia antara 18-39

tahun dan akan menurun setelah melewati usia 39 tahun. Rawling,

Boldero dan Wiseman (dalam Ghani et al., 2011) menemukan

orang-orang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih

tua. Anak-anak muda lebih suka berbelanja sehingga kurang memiliki

(52)

dibandingkan mereka yang lebih tua. Hal ini terjadi karena para remaja

berusaha mengadopsi gaya hidup sesuai perkembangan zaman. Mereka

suka untuk membeli berbagai produk baru serta menikmati berbelanja di

toko-toko baru (Mai et al., 2003)

Dittmar (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menemukan

bahwa laki-laki cenderung melakukan pembelian impulsif pada

barang-barang yang dapat menunjang kemandirian dan aktifitasnya. Perempuan

akan cenderung melakukan pembelian impulsif pada barang-barang yang

dapat menunjukkan simbol dan ekspresi dirinya baik yang berhubungan

dengan penampilan maupun emosional. Lin & Lin (2005) menemukan

bahwa remaja perempuan memiliki kecenderungan berperilaku impulsif

lebih besar dibandingkan remaja laki-laki.Namun studi yang dilakukan di

Vietnam menemukan fakta yang sebaliknya dimana laki-laki lebih

cenderung melakukan pembelian impulsif dibandingkan perempuan (Mai

et al., 2003).Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Cobb dan

Hoyer (dalam Ghani et al., 2011) yang menemukan hasil serupa.

D. Dinamika Hubungan Antara Intesitas Mengunjungi Toko Online dengan

Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Onlinepada Remaja

Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)

mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63

juta orang. Dari jumlah 63 juta pengguna internet sebanyak 95 %

(53)

besar pengguna aktif berada pada rentang usia 12 hingga 25 tahun (Kominfo,

2013). Menurut survei yang dilakukan Subramanian, dari 2000 responden

yang mengikuti survei tentang penggunaan internet diperoleh hasil sebanyak

64% adalah anak muda yang berusia 15 hingga 19 tahun (Kompas, 2009).

Hasil penelitian Yahoo dan TNS Indonesia menunjukkan pengakses internet

terbesar di Indonesia adalah mereka yang berusia 15-19 tahun. Keberadaan

internet yang dekat dengan remaja memperbesar kemungkinan para remaja

melakukan pembelian secara online.

Intensitas mengunjungi toko online mengacu pada frekuensi dan

durasi dari suatu pola perilaku tindakan yang sama dari seseorang untuk

mengunjungi tempat jual beli barang. SWA Mark-Plus & Co (dalam Abrar,

2003) menyatakan apabila seseorang menghabiskan waktu untuk

mengunjungi toko online hingga mencapai lebih dari 10 jam setiap

minggunya maka digolongkan memiliki intensitas penggunaan internet yang

tinggi. Konsumen yang menghabiskan waktu 2,5 hingga 10 jam setiap

minggunya termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan konsumen yang

menghabiskan waktu kurang dari 2,5 jam setiap minggunya tergolong

kategori rendah. Hal ini yang menjadi batasan dan acuan mengenai tinggi

rendahnya intensitas mengunjungi toko online pada konsumen.

Kebiasaan berbelanja secara online telah mengalami peningkatan

pesat dalam beberapa tahun terakhir.Toko onlinemerupakan suatu tempat

dimana seseorang dapat menjual produk dan pembeli dapat memesan produk

(54)

terhubung dan terkoneksi dengan internet.Toko online yang dimaksud dapat

berupas situs jual beli online resmi ataupun jejaring sosial yang telah

dimodifikasi (Sulianta,2012).Kelebihan dari berbelanja online adalah

ketersediaan berbagai macam pilihan produk dengan harga yang murah serta

pemberian diskon yang ditawarkan oleh beberapa penyedia kartu kredit jika

berbelanja secara online (Zhou et al., 2007).

Pada kenyataannya, toko onlinejuga menawarkan berbagai macam

kelebihan yang meliputi kenyamanan, ketersediaan berbagai barang dengan

harga murah, pemberian diskon serta kemudahan akses dan informasi.

Persepsi konsumen akan kelebihan yang ditawarkan oleh toko online akan

menyebabkan konsumen nyaman untuk melakukan pembelian secara online

dan meningkatkan intensitas kunjungan konsumen ke toko online. Stern

(1962) menyatakan bahwa kenyamanan dan kemudahan konsumen dengan

tempat berbelanja dapat meningkatkan terjadinya pembelian impulsif.

Sulianta (2012) menyebutkan ada banyak kelebihan dari toko online

seperti akses internet yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian

selama 24 jam dengan jangkauan luas antar Negara. Konsumen tidak harus

membawa uang secara fisik dan dapat menghemat waktu serta uang

transport.Toko online juga memberikan privasi kepada konsumen yang malu

untuk membeli barang tertentu ataupun malu karena harus bertatap muka

dengan penjual dan konsumen lainnya.Donthu dan Gargia (dalam

Muruganantham & Bhakat, 2003) menyebutkan bahwa konsumen yang

(55)

Kelebihan dan kenyamanan yang ditawarkan toko onlineakan mendorong

konsumen rekreasional cenderung melakukan pembelian online.

Rook (1987) menghubungkan pembelian impulsif dengan sikap

materialisme, mencari sensasi dan kepuasan, dan rekreasi berbelanja. Joines

et al., (dalam Muruganantham & Bhakat, 2003) menambahkan bahwa

konsumen hedonis selalu mendapatkan lebih banyak kesenangan dan

kepuasan dalam lingkungan interaktif yang ditawarkan toko online. Hal ini

sesuai dengan kecenderungan pembelian impulsif yang melibatkan konsumen

yang lebih mengutamakan kesenangan dan hedonisme dibandingkan

<

Gambar

Tabel 1 Blue Print Skala Intensitas Mengunjungi TokoOnline
Tabel 2 Skor Favorable Skala Intensitas Mengunjungi Toko Online
Tabel 3 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara Online
Tabel 5 Skor Unfavorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Secara
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Praktik mengajar dilaksanakan dikelas XI IPS 1 pada jam ke 1-2, sebelum praktik mengajar dimulai dari jam 07.00-07.15 diadakan literasi membaca buku yang merupakan progam dari

[r]

LKjIP Kelurahan Wates Tahun 2015 memuat gambaran situasi dan kondisi serta program kerja Kelurahan Wates dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang

Hasil yang diperoleh berupa terdapat pengaruh dari gaya hidup serta diferensiasi produk (perubahan minor) terhadap keputusan pembelian Toyota Kijang Innova sehingga

Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach. Penelitian ini adalah untuk mengkaji kinerja keuangan perbankan syariah jika dihitung dengan pendekatan

Ekonomi keluarga dampingan merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan tingkat kesejahteraan keluarga tersebut dengan cara mengidentifikasi sumber penghasilan keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan lama penyimpanan telur ayam kampung tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Angka Lempeng Total dan