36 V GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI
BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)
5.1 Sejarah Perusahaan
Pusat Studi Biofarmaka merupakan suatu lembaga yang meneliti dan mengembangkan tanaman biofarmaka. Pusat Studi Biofarmaka berlokasi di Taman Kencana, Bogor. Pusat Studi Biofarmaka memiliki tiga sub divisi yaitu kebun Unit Konsevasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) sebagai tempat budidaya tanaman biofarmaka dan produksi simplisia basah dan simplisia kering, Laboratorium Pelayanan sebagai tempat penelitian dan pengembangan tanaman biofarmaka, dan PT Biofarmaka Indonesia sebagai unit yang bergerak dalam kegiatan produksi obat yang berbahan baku tanaman biofarmaka untuk dikomersialkan.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) dibangun pada tahun 1999 dengan luas lahan sekitar 2,8 hektar. Luas lahan untuk masing-masing komoditi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas lahan untuk Beberapa Komoditi di UKBB
No. Komoditi Luas Lahan (m2)
1. Temulawak 100
2. Jahe 30
3. Tempuyung 13
4. Temuputih 20
5. Kunyit 66
6. Kencur 40
7. Pegagan 60
8. Brotowali 30
9. Sambiloto 10
10. Meniran 10
11. Sidaguri 30
12. Mahkota Dewa 900
13. Jati Belanda 2000
14. Lidah Buaya 10
15. Mengkudu 10
Sumber : Kebun Unit Konsevasi Budidaya Biofarmaka (UKBB), 2011
Kebun ini berfungsi sebagai konservasi dan budidaya tanaman biofarmaka,
sebagai tempat penelitian, dan sebagai kunjungan wisata alamiah. Kebun ini
37 terdiri dari beberapa bagian yaitu areal display tanaman biofarmaka, areal budidaya (produksi) tanaman biofarmaka, serta areal pembibitan dan koleksi.
Beberapa tanaman biofarmaka telah melakukan uji kandungan bioaktif sebagai bahan obat yang dilakukan pada laboratorium layanan di Pusat Studi Biofarmaka IPB.
Sub divisi PT Biofarmaka Indonesia sebagai Satuan Usaha Akademik (SUA) bertugas mengembangkan produk dan membuat contoh-contoh produk, baik berbasis penelitian dan paten serta memberikan berbagai informasi mengenai biofarmaka. Seiring dengan berkembangnya manajemen sub divisi dan adanya keinginan untuk mempertajam tujuan Pusat Studi Biofarmaka IPB mengsinegiskan komersialisasikan produk biofarmaka dan pelayanan masyarakat serta adanya permintaan dari para stekholder, maka pada tahun 2005 dibentuklah perseroan terbatas dengan nama PT Biofarmaka Indonesia atau disingkat dengan PT Biofarindo.
PT Biofarmaka Indonesia berlokasi di Kampus IPB Taman Kencana Jl.
Taman Kencana No. 3, Bogor. Lokasi PT Biofarmaka Indonesia cukup strategis karena berada di pusat Kota Bogor. Bangunan PT Biofarmaka Indonesia masih menjadi satu dengan Pusat Studi Biofarmaka (PSB) karena PT Biofarmaka Indonesia merupakan Satuan Usaha Akademik (SUA) Pusat Studi Biofarmaka.
Adapun lokasi kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka di Blok C, Kebun Percobaan Cikabayan, Kampus IPB Dramaga. Kebun PT Biofarmaka Indonesia merupakan Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) yang merupakan salah satu unit dari Pusat Studi IPB.
5.2 Organisasi dan Manajemen Kebun UKBB
Walaupun tiga sub divisi Pusat Studi Biofarmaka IPB dibawah satu
nauangan, namun ketiga sub divisi ini memiliki manajemen masing-masing, baik
dalam organisasi, manajemen, maupun keuangan. Kebun UKBB tetap dibawah
naungan Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB. Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB
membawahi Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Budidaya
Biofarmaka. Setelah Kepala Divisi tersebut langsung membawahi Manajer
Operasional Kebun UKBB. Manajer Operasional Kebun UKBB membawahi
38 Manajer Teknik Kebun UKBB dan pegawai. Struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi tipe lurus karena kebun UKKB mempunyai fungsi kerja yang terfokus pada produksi dan tidak terlalu membutuhkan banyak karyawan.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengembangan karir dan karyawan diharapkan lebih mengerti kinerja keseluruhan secara dinamis. Struktur organisasi KebunUKBB dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur Organisasi Kebun UKBB, 2011
Sumber : Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB)
Berikut adalah tugas dan wewenang dari setiap jabatan tersebut : 1. Kepala Studi Biofarmaka
Kepala Studi Biofarmaka bertanggungjawab untuk mengawasi jalannya kagiatan operasional setiap sub divisi dan aliran dana, administrasi, mengevaluasi seluruh kegiatan operasi setiap sub divisi, serta memberikan laporan secara berkala kepada para pemilik saham.
2. Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Budidaya Biofarmaka Kepala Divisi ini bertanggungjawab dalam mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan penggunaan sumber daya alam yang ada serta kebijakan mengenai budidaya biofarmaka.
Kepala Pusat Studi Biofarmaka
Kepala Divisi Pengembangan SDA dan Budidaya Biofarmaka
Manajer Oprasional UKBB
Manajer Teknik UKBB
Karyawan
39 3. Manajer Operasional UKBB
Manajer Operasional UKBB bertanggungjawan atas semua kegiatan yang dilakukan dalam kebun UKKB. Manajer Operasional UKBB juga bertugas melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.
4. Manajer Teknik UKBB
Manajer Teknik UKBB bertanggungjawab dalam kegiatan khususnya teknik budidaya tanaman biofarmaka pada kebun UKBB mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Manajer Teknik bertugas melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh karyawan kebun.
5. Karyawan
Karyawan produksi bertanggungjawab dalam melaksanakan semua proses budidaya tanaman biofarmaka yang telah diarahkan oleh Manajer Teknik UKBB mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen serta melakukan proses pasca panen. Selain itu, karyawan kebun UKBB juga bertugas mencatat setiap jumlah produksi setiap panennya.
5.3 Sumber Daya Perusahaan dan Kebun
Sumber daya perusahaan merupakan seluruh sumberdaya atau asset yang dimiliki perusahaan, baik Sumber Daya Manusia (SDM)/karyawan, sumber daya fisik, dan aspek permodalan. Sumber daya kebun terdiri dari seluruh asset yang dimiliki oleh kebun seperti Sumber Daya Manusia (SDM)/pekerja, sumber daya fisik, dan tanaman biofarmaka.
5.3.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia pada kebun terdiri dari satu orang sebagai Manajer
Teknik UKBB dan empat orang pekerja yang bertugas pada perawatan areal
display,tanaman dan peralatan, perawatan dan pengelolaan areal pembibitan dan
koleksi, perawatan pada areal penelitian dan pengadaan bahan baku serta
perawatan pada areal produksi. Jam kerja pada kebun lebih fleksibel, disesuaikan
dengan kegiatan yang harus dilakukan pada saat itu. Sistem perekrutan kayawan
kebun berdasarkan CV yang dikimkan ke Pusat Studi Biofarmaka. Namun, tidak
ada keahRismawatin khusus yang dimiliki oleh karyawan kebun hanya karyawan
40 itu harus mengerti bagaimana proses budidaya dan pasca panen tanaman biofarmaka.
5.3.2 Sumber Daya Fisik
Sumber daya fisik terdiri dari barang, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kebun UKBB yang mendukung dan melancarkan berbagai kegiatan dalam kebun. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kebun UKKB adalah rumah untuk yang penjaga kebun, musholla, rumah plastik untuk pembibitan, dan lahan seluas 2,8 hektar yang terdiri atas arel display, areal pembibitan, areal penelitian, areal produksi. Gudang yang berfungsi untuk menyimpan peralatan kebun dan diatas gudang terdapat ruangan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan.
5.3.3 Aspek Permodalan
Modal merupakan salah satu aspek yang sangat berperan penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Modal awal yang digunakan oleh kebun UKBB dalam menjalankan usahanya berasal dari Pusat Studi Biofarmaka IPB berupa pinjaman.
Namun untuk 2 tahun terakhir ini, kebun UKBB mampu mandiri dalam modal dan hampir tidak pernah melakukan pinjaman kepada Pusat Studi Biofarmaka IPB.
5.4 Unit Usaha
Kebun UKKB bergerak dalam budidaya tanaman biofarmaka dan
melakukan pengolahan pasca panen tanaman biofarmaka sebagai bahan baku
jamu dan obat herbal. Proses budidaya dan pasca panen yang dilakukan oleh
kebun sangat menentukan kualitas dari tanaman biofarmaka dan simplisia yang
akan dihasilkan. Jumalah komoditi yang diusahakan dalam kebun UKBB ini ada
128 tanaman dengan 15 komoditi menjadi komoditi utama. Ruang lingkup
kegiatan di kebun UKBB mencakup pengadaan input, proses budidaya, proses
pasca panen, dan pemasaran (distribusi) yang dapat dilihat pada Gambar 4.
41 Gambar 5. Ruang Lingkup Kegiatan di Kebun UKBB, 2011
Sumber : Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) 5.4.1 Pengadaan Bahan Baku
Dalam melakukan aktivitasnya, UKBB membutuhkan bahan baku berupa bibit tanaman biofarmaka. Bibit tanaman biofarmaka diperoleh dari pemasok utama yaitu Pusat Studi Biofarmaka IPB dan pemasok lainnya. Namun untuk saat ini, kebun UKKB berusaha mandiri dalam hal pengadaan bahan baku khususnya bibit tanaman biofarmaka dengan cara membudidayakan bibit sendiri.
5.4.2 Teknik dan Teknologi pada Kebun
Pada kebun, proses produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu proses budidaya dan proses pasca panen. Proses budidaya pada tanaman biofarmaka terdiri dari :
a. Persiapan lahan
Persiapan lahan yang dilakukan berupa pembersihan lahan dari berbagai tanaman pengganggu dan pembuatan bedengan untuk tanaman temulawak dan pegagan. Setelah itu, dilakukan pemupukan lahan dengan memberikan pupuk kandang.
b. Pembibitan
Pembibitan dilakukan di tempat terpisah dari lahan untuk budidaya.
Pembibitan tanaman biofarmaka dilakukan di polibag yang berukuran kecil dan diletakkan di di lahan yang dilindungi dengan jaring yang berwarna hitam. Luas areal pembibitan ini 350 m
2. Setelah bibit telah siap dipindahkan, maka bibit dikelurkan dari polibag.
c. Penanaman
Setelah bibit siap untuk di pindahkan ke lahan yang lebih besar, bibit dikeluarkan dari polibag. Umur temulawak yang sudah siap untuk dipindahkan adalah tiga minggu dan telah tumbuh tunas. Umur pegagan yang sudah siap untuk dipindahkan adalah dua minggu sedangkan bibit mahkota dewa yang siap untuk
Input Proses
Budidaya
Proses Pasca panen
Pemasaran (Distribusi )
42 dipindahkan adalah 1,5 bulan. Setelah dipindahkan, tanaman harus tetap diperhatikan dan dilakukan perawatan terhadap tanaman tersebut.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan untuk tanaman biofarmaka berupa penyiangan atau pemisahaan tanaman dari gulam-gulam pengganggu. Penyiraman dilakukan apabila tanah terlalu kering karena panas yang berkepanjangan. Saat ini, kebun UKBB mulai mencoba memberikan pemupukan pada saat pemeliharaan dengan tujuan agar tanaman tumbuh subur dan berkembang dengan baik.
e. Panen
Panen terhadap tanaman biofarmaka dilakukan secara manual. Untuk tanaman rimpang khususnya temulawak dipanen pada umur sembilan bulan atau pada musim kemarau. Pemanenan temulawak dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut dari tanah dengan cangkul berbentuk garpu . Setelah temulawak dicabut dari tanah maka dilakuakan penyortiran yang dilakukan dengan cara pemisahan tanah dari tanaman temulawak tersebut. Pemanen untuk pegagan (daun) dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan. Pegagan dipanen dengan hanya memangkas daun pegagan dengan menggunakan sabit atau pisau.
Panen untuk jenis tanaman buah khususnya mahkota dewa hanya dengan memetik buah mahkota dewa tersebut dari pohonnya. Mahkota dewa yang telah bisa dipanen adalah yang telah berwarna merah dan tidak busuk. Setelah tanaman biofarmaka dipanen, maka tanaman biofarmaka harus melalui proses pasca panen sebelum dilakukan pengolahan untuk dijadikan obat herbal. Proses pasca panen pada tanaman biofarmaka pada kebun terdiri dari :
a. Sortasi
Tanaman biofarmaka yang telah dipanen atau disebut simplisia harus dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sortasi ini dilakukan untuk memisahkan benda asing yang terdapat pada simplisia seperti tanah pada tanaman rimpang, batu, dan memisahkan antara tanaman yang busuk atau jelek.
b. Pencucian
Setelah simplisia disortasi maka akan dilakukan pencucian. Pencucian
yang dilakukan pada kebun UKKB hanya menggunakan air mengalair dan satu
bak penampungan. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya
43 Temulawak
4, pencucian dilakukan secara bertahap pada bak pencucian yang bertingkat dan pada air yang mengalir. Minimal banyak bak pencucian yang disediakan untuk pencucian sebanyak tiga bak. Tidak berbeda jauh dengan tanaman rimpang (temulawak), simplisia yang berasal daun juga harus dilakukan pencucian. Simplisia yang berasal dari buah (mahkota dewa) jarang dilakukan pencucian karena ummnya setelah dilakukan sortasi langsung dilakukan perajangan.
c. Perajangan
Perajangan hanya dilakukan pada simplisia yang berasal dari rimpangan (temulawak) dan buah (mahkota dewa). Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan dilakukan dengan membujur. Perajangan dilakukan dengan alat mesin perajang atau secara manual dengan arah rajangan yang seragam ketebalan 5-7 mm atau sesuai keinginan pasar. Ukuran ketebalan perajangan sangat berpengaruh pada kualitas bahan simplisia. Jika terlalu tipis akan mengurangi kandungan bahan aktifnya dan jika terlalu tebal akan mempersulit proses pengeringannya
5. Di kebun UKKB perajangan hanya menggunakan pisau yang tajam.
d. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan simplisia , karena selain memperpanjang daya simpan juga menentukan kualitas simplisia
6. Pengeringan yang dilakukan pada kebun UKKB dengan dua tahap.
Tahap pertama, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Tahap kedua, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan oven. Proses pengeringan melalui dua tahap ini bertujuan untuk mendapat kualitas yang sesuai dengan standarisasi yang diberikan oleh Badan POM yaitu simplisia yang baik untuk bahan obat adalah yang memiliki kadar air sama atau dibawah 10 persen.
e. Pengemasan
Setelah pengeringan, maka harus segera dilakukan pengemasan untuk menghindari penyerapan uap air kembali. Pengemasan dilakukan dengan kantong
4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Temulawak (6 Juni 2011)
5 Loc. cit
6 Loc. cit