50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Sejarah berdirinya SMPN 5 Banjarbaru
Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Banjarbaru beralamat di Jalan. RO. Ulin Km. 31 Loktabat Selatan, kecamatan Banjarbaru Selatan, kabupaten / kota Banjarbaru, provinsi Kalimantan Selatan. SMPN 5 Banjarbaru asal muasalnya tanah hibah dari yayasan GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Indonesia), lalu pihak sekolah mengajukan ke Dinas Pendidikan. 1 Demikian penuturan dari ibu Eka Susana Maya Bubun.
SMPN 5 Banjarbaru merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. SMPN 5 Banjarbaru adalah sekolah piloting, sebab sekolah ini adalah sekolah pertama yang terbuka bagi siswa berkebutuhan khusus atau sekolah inklusi.2Diantaranya yang ada di sekolah ini ialah mereka yang slow learner, hyperactive, tuna daksa, tuna grahita, dan tuna netra.3 SMPN 5 Banjarbaru berdiri pada 11 September 1990 dan tanggal operasional 15 Juli 1991 berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 701/XIII/1993 dengan Nomor Identitas Sekolah (NIS) 201151002054 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 201151103005.
Sekolah ini memiliki luas tanah 20.000 m2 dengan luas bangunan sekolah 7142 m2 .
1 Eka Susana Maya Bubun, Tata Usaha, di ruang Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru, 16 Oktober 2019. 2
Saidah, Kepala urusan Tata Usaha, di ruang Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru, 16 Oktober 2019. 3 Wiwit Kartika Mayangsari, guru BK, di ruang guru BK SMPN 5 Banjarbaru, 13 September 2019.
2. Identitas SMPN 5 Banjarbaru
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan mempelajari dokumen dari lokasi penelitian sebagaimana yang terangkum pada lampiran, peneliti dapat menggambarkan secara umum sebagai berikut:
a. Identitas SMPN 5 Banjarbaru
1) Nama Sekolah : SMP NEGERI 5 BANJARBARU 2) Nomor Identitas Sekolah : 201151002054
(NIS)
3) Nomor Statistik Sekolah : 201151103005 (NSS)
4) Alamat Sekolah : Jalan. RO. Ulin Km. 31 Loktabat Selatan
Kecamatan : Banjarbaru Selatan Kabupaten / Kota : Banjarbaru
Provinsi : Kalimantan Selatan
Kode Pos : 70712
Telepon & Faksimili : 0511 4774433 / -
Email : [email protected]
5) Status Sekolah : Negeri 6) Nama Yayasan : -
7) Nomor Akte : 701/XIII/1993 Pendirian / Kelembagaan
8) Tahun Berdiri Sekolah : 1991
9) Luas Tanah Sekolah : 20.000 m2 10) Luas Bangunan Sekolah : 7142 m2
11) Status Tanah : Milik sendiri 12) Status Bangunan : Milik sendiri
13) Nomor Sertifikat Tanah : 17.02.71.06.4.00027 14) Status Akreditasi / Tahun : A / 2018
15) NIP Kepala Sekolah : 196103251983032010 16) Nama Kepala Sekolah : Hj. Fakhriati, M.Pd. 17) Telepon Kepala Sekolah : 082158900797
3. Visi dan Misi SMPN 5 Banjarbaru
Visi dan misi SMPN 5 Banjarbaru adalah sebagai berikut : a. Visi
Membentuk siswa yang CERDAS, TERDIDIK, TERAMPIL (CerDikTampil) yang berwawasan lingkungan, dan IPTEK berdasarkan Iman dan Taqwa.
b. Misi
1) Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan dan seminar.
2) Meningkatkan kompetensi siswa dalam bidang non akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler.
3) Membentuk karakter siswa melalui kegiatan-kegiatan keagamaan. 4) Membiasakan salam, senyum, sapa, sopan, dan santun.
6) Meningkatkan wawasan siswa dalam bidang IPTEK.
7) Meningkatkan kepedulian terhadap pemeliharaan, pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui kegiatan pendidikan lingkungan hidup.
4. Keadaan Guru, Siswa serta Sarana dan Prasarana
a. Daftar guru, staf, kepala sekolah dan karyawan SMPN 5 Banjarbaru
Jumlah guru sebanyak 53 guru yang terdiri dari 49 guru PNS dan 5 guru honor, 5 staf tata usaha yang terdiri dari 4 staf PNS dan 1 staf kontrak dan 9 karyawan. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II. Daftar guru, staf, kepala sekolah dan karyawan SMPN 5 Banjarbaru
NO. NAMA/NIP GOL
/RUANG L/P JABATAN 1. Hj Fakhriati, M.Pd
NIP. 196103251983032010 IV/b P Kepala Sekolah 2. Ani Zar Nor, S.Pd
NIP. 19620316 198110 2 001 IV/b P Guru B. Indonesia 3. Akhmad Riladi, S.Pd
NIP. 19640906 198603 1 014 IV/a L Guru B. Indonesia 4. Rusli, S.Pd
NIP. 19620508 198601 1 002 IV/a L Guru IPA 5. Mariyanti, S.Pd
NIP. 19671111 198902 2 004 IV/b P Guru B. Indonesia 6. Agus Manoer, S.Pd,MM
NIP. 19660804 199203 1 009 IV/b L Guru Penjaskes 7. Hery Edy Sukartono, S.Pd
NIP. 19641103 198902 1 003 IV/b L Guru Penjaskes 8. H. Abdul Salam, S.Pd
NIP. 19620905 1983412 1 003 IV/a P Guru Matematika 9. Kinten Asutik, S.Pd
NIP. 19650814 199203 2 013 IV/a P Guru BK 10. Untari, S.Pd
NIP. 19611029 198703 2 004 IV/a P Guru B. Inggris 11. Umi Prihatini, S.Pd
12. Laila Yasmi, S.Pd
NIP. 19651112 198902 2 002 IV/b P Guru PPKn 13. Hj. Fitriani, S.Pd
NIP. 19670310 199203 2 016 IV/a P Guru IPS 14. Rubina, S.Pd
NIP. 19680227 199412 2 006 IV/a P Guru IPA 15. Hj Masiah, S.Pd
NIP. 19610626 198703 2 011 IV/a P Guru BK 16. Hj. Dra Naimah Mahmudah
NIP. 19690419 199512 2 003 IV/b P Guru PAI 17. Hj. Sriyati, S.Pd
NIP. 19690109 199512 2 002 IV/a P Guru Matematika 18. Dini Purwanti, S.Pd
NIP. 19620906 198501 2 002 IV/a P Guru IPS 19. H. Gogo Permadi, S.Pd
NIP. 19671228 200012 1 002 IV/a L Guru IPS 20. Rosmita, S.Pd
NIP. 19620412 198302 2 002 IV/a P Guru BP 21. Daranta, S.Pd
NIP. 19650107 199501 1 001 IV/b L Guru IPS 22. Joko Saranto, S.Pd
NIP. 19700122 199702 1 001 IV/b L Guru Matematika 23. Saidah Husna Ratib, S.Pd
NIP. 19700413 199702 2 002 IV/a P Guru IPA 24. Hj. Noor Isnani Triana, S.Pd
NIP. 19731021 200003 2 002 IV/a P Guru B. Inggris 25. Aidah, S.Pd
NIP. 19630216 199802 2 001 IV/a P Guru Matematika 26. Exan Rosyadi, S.Pd
NIP. 19720308 199802 2 001 IV/a L Guru Matematika 27. Dra Jamilah
NIP. 19680801 200012 2 002 III/d P Guru IPS 28. Lena Situmorang, S.Pd
NIP. 19720521 200501 2 011 III/d P Guru PPKn 29. Martini, S.Pd
NIP. 19790205 201406 2 002 III/a P Guru IPA 30. Emilya Agustrinawati, S.Pd
NIP. 19750828 200604 2 026 III/d P Guru B. Inggris 31. Tri Eka Dayanti, S.T
NIP. 19750112 200604 2 013 III/d P Guru Matematika 32. Khairunnisa, S.Pt
NIP. 19730504 200604 2 023 III/d P Guru IPA 33. Laili Hidayah, S.P
34. Pujianti, S.Pd
NIP. 19780417 200604 2 023 III/d P Guru B. Inggris 35. Hj. Sri Ismiatun, S.Sos
NIP. 19681025 200704 2 018 III/d P Guru PPKn 36. Minarti, S.Pi
NIP. 19830226 200604 2 022 III/c P Guru IPA 37. Erma Eka Novia, S.Pd
NIP. 19821123 2000604 2 011 III/c P Guru B. Inggris 38. Nurhasanah, S.Pd, M.Pd
NIP. 19850504 200903 2 007 III/c P Guru B. Indonesia 39. Suwartini, S.Pd
NIP. 19671217 200604 2 006 III/c P Guru B. Indonesia 40. Gt. Faustin Nurhamida, SP
NIP. 19770727 200903 2 007 III/c P Guru IPA 41. Hermina Sari, S.Pd
NIP. 19841026 201001 2 014 III/b P Guru PAI 42. Anik Lestari, S.Pd
NIP. 1968021 200012 2 001 IV/a P Guru Penjaskes 43. Drs. H. Hariadi
NIP. 19601215 198803 1 009 IV/a L Guru BK 44. Maya Sari, S.Pd
NIP. 19821028 200903 2 014 III/a P Guru B. Inggris 45. Ratna Dewi, S.Pd
NIP. 19811117 201101 2 007 III/b P Guru Matematika 46. Wahyu Widiyanti, SE
NIP. 197740818 201406 2 001 III/a P Guru Seni 47 Hj. Chandra Yunara,S.Pd
NIP. 19720305 200501 2 007 III/d P Guru PKn 48 Istiqomah, S.Pd.I
NIP. 19790730 201101 2 002 III/b P Guru IPA/Prakarya 49 Fitriatunnisa, S.Pd
NIP. 19861130 201101 2 008 III/b P Guru Seni Budaya 50 Hj. Alpiati, S.Sos
NIP. 19710110 200604 2 014 III/d P Guru IPS 51 Saidah , S.E
NIP. 19770919 201406 2 002 III/b P KAUR. T.U 52 Tinna N Hutabarat
NIP. 19661124 199203 2 008 III/b P T.U 53 Syahidah
NIP. 19690801 198903 2 009 III/a P T.U 54 Rumawi
NIP. 19660723 201406 1 002 I/b L T.U 55 Fatmawati, S.Sos.I
- P GTT Sekolah/PA
57 Achmad Yani - L PTT/Sekolah 58 Eka Susana Maya B Ssos - P T.U Kontrak 59 Sunarti - P Buka Kantor 60 Fahmiansyah - L Tukang Kebun 61 Supriyanto - L Pembuang Sampah 62 Ramiko - P Satpam
63 Ady - L Jaga Malam
64 Wiwit Kartika Mayang S
- P Guru Pendamping 65 Nani Lita Wijaya, S.Pd
- P Honor Perpustakaan 66 Timor Prasetia W,S.Pd - L GTT Sekolah/Penjaskes 67 Abdul Gani - L Teknisi 68 Fitriyani - P Tukang Kebun 69 Dwi Amelia, S.Pd - P Guru Pendamping
70 Ahmad Firdaus - L Guru Agama
Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru b. Siswa
Jumlah siswa yang terdaftar dalam buku administrasi SMPN 5 Banarbaru sebanyak 997 siswa. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III. Keadaan siswa di SMP N 5 Banjarbaru
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
L P JLH L P JLH L P JLH L P JLH
190 157 347 173 179 352 145 153 298 508 489 997 Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru
Jumlah siswa berdasarkan agama yang terdaftar dalam administrasi SMPN 5 Banarbaru sebanyak 931 beragama Islam, 49 beragama Kristen Protestan, 15 beragama Kristen Khatolik, 1 beragama Hindu, 1 beragama Saksi Yehuwa. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel IV. Banyaknya Siswa Berdasarkan Agama
No. Agama
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah L P L P L P L P 1. Islam 187 145 158 169 132 140 476 455 2. Kristen Protestan 2 7 10 7 13 10 25 24 3. Kristen Khatolik 2 3 5 3 - 2 7 8 4. Budha 5. Hindu - - - 1 - 1 6. Saksi Yehuwa - 1 - - - 1 Jumlah 191 156 173 179 145 153 508 489
Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru c. Sarana dan Prasarana
Adapun keadaan bangunan SMPN 5 Banjarbaru cukup memadai, teratur dan bersih. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V. Sarana di SMPN 5 Banjarbaru No. Sarana 1. Alat kantor 2. Alat Kelas 3. Alat Olahraga 4. UKS
5. Administrasi Kepalas Sekolah 6. Keperpustakaan
7. Alat laboraturium 8. Alat peraga 9. Alat elektronik
Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru
Tabel VI. Prasarana di SMPN 5 Banjarbaru
No. Prasarana Jumlah
1. Ruang Belajar 32
2. Ruang Perpustakaan 1
3. Ruang Lab. IPA 2
4. Ruang Kesenian 1
5. Ruang Multi Media 0
6. Ruang Lab. Bahasa 1
7. Ruang Lab. Komputer 1
8. Ruang Serbaguna / Aula 1
9. Ruang Kepsek 1
10. Ruang Wakasek 0
11. Ruang Guru 2
12. Ruang Tata Usaha 1
13. Ruang Tamu 0 14. Ruang BP/BK 1 15. Ruang Gudang 1 16. Ruang Dapur 1 17. Ruang UKS 1 18. Ruang PMR/Pramuka 1 19. Ruang Ibadah 1 20. Ruang Koperasi 1 21. Ruang Ganti 1 22. Ruang Lobi 0
23. Ruang Kantin 1
24. Ruang Bangsal Kendaraan 2
25. Ruang Penjaga/Satpam 1
26. Ruang KM/WC 24
27. Ruang menara / Pompa air 2
28. Lapangan Bola Futsal 1
29. Lapangan Volly 1
30. Lapangan Batminton 1
31. Lapangan Basket 1
32. Lapangan Lompat Jauh 1
Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha SMPN 5 Banjarbaru
Jadwal Belajar
Waktu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di SMPN 5 Banjarbaru dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan hari Jum‟at. Hari senin sampai hari kamis kegiatan belajar mengajar dilaksanakan mulai pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul 15.00 WITA. Hari jum‟at kegiatan belajar mengajar dilaksanakan mulai pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul 11.05 WITA. Sedangkan jadwal untuk pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas VII D dilaksanakan pada hari kamis dan kelas IX E dilaksanakan pada hari senin. Setiap harinya sebelum memulai pembelajaran, para peserta didik terlebih dahulu membaca do‟a bersama-sama yang dipimpin oleh guru di kelas yang akan memberikan pengajaran.
Kegiatan keagamaan terdiri dari tausiyah, membaca tiga surah yang ditentukan ( QS. Yasin, membaca QS. Waqi‟ah, membaca QS. Al-Mulk) dan shalat duha berjama‟ah. Kegiatan keagamaan pertama yaitu tausiyah yang disampaikan oleh siswa SMPN 5 Banjarbaru secara bergilir dilaksanakan setiap hari rabu pukul 07:30 WITA sampai pukul 08:00 WITA. Kegiatan keagamaan kedua yaitu membaca tiga surah yang ditentukan ( QS.
Yasin, membaca QS. Waqi‟ah, membaca QS. Al-Mulk) dilaksanakan pada hari kamis pukul 07:30 WITA sampai pukul 08:00 WITA. Kegiatan keagamaan ketiga yaitu shalat duha berjama‟ah yang dilaksanakan berjamaah setiap hari secara bergilliran di mushala dan setiap sebulan sekali di minggu ketiga pada hari jum‟at shalat duha dilaksanakan serentak oleh seluruh siswa SMPN 5 Banjarbaru di lapangan.
Setiap pagi senin seluruh siswa dan seluruh dewan guru melaksanakan upacara bendera. Setiap pagi jum‟at, siswa dan seluruh dewan guru melaksanakan senam pagi di lapangan sekolah. Sebelum mengakhiri pembelajaran di sekolah ataupun sebelum pulang sekolah seluruh siswa diharuskan sholat zuhur secara berjama‟ah.
Bagi siswa yang mengikuti ekstrakulikuler mereka tidak langsung pulang. Berikut diantaranya ekstrakulikuler yang diikuti para siswa yaitu paskibraka, basket, futsal, voli, pengolahan hasil pertanian, KIR, seni drama, dan tahfidz.
B. Penyajian Data
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di SMPN 5 Banjarbaru dengan dua orang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penyajian data ini meliputi masalah yang berkenaan dengan Profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru dan faktor yang mempengaruhi profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru.
Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah peneliti lakukan di SMPN 5 Banjarbaru, peneliti akan memaparkan beberapa temuan penelitian sebagaimana urutan dari fokus penelitian, maka data yang disajikan sebagai berikut.
Responden A
Responden A mengajar di kelas VII A sampai K. Penulis mengambil subjek penelitian di kelass VII D. Status beliau sebagai guru honorer. Latar belakang pendidikan beliau ialah S1 Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam di IAIN Antasari Banjarmasin tahun 2005. Kemudian mengambil akta IV Fakultas Tarbiyah di STAI Al-Jami tahun 2007.
a. Kompetensi Pedagogik
Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui kompetensi pedagogik responden A.
Dalam RPP dan pelaksanaan pembelajaran responden A sebagai guru Pendidikan Agama Islam sudah memenuhi kompetensi paedagogik. Seperti mengenal karakteristik peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, komunikatif dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar. Hanya saja alokasi waktunya tidak sesuai dengan RPP, sebab ada kondisi yang tidak memunginkan untuk sesuai dengan RPP, seperti jam pelajaran berbarengan dengan kegiatan religius. Sehingga alokasi waktu yang telah direncanakan tidak bisa sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran4
Penulis menyimpulkan bahwa responden A memiliki kompetensi paedagogik. Hal ini dapat diketahui dari penuturan kepala sekolah bahwa responden dalam RPP dan pelaksanaan pembelajaran responden sebagai guru Pendidikan Agama Islam sudah memenuhi kompetensi paedagogik. Seperti mengenal karakteristik peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, , komunikatif dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar.
b. Kompetensi kepribadian
Penulis melakukan wawancara kepada informan untuk mengetahui kompetensi kepribadian responden A dengan indikator sebagai berikut : bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai
4
Bu Fakhriati, kepala sekolah SMPN 5 Banjarbaru, angket Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru, 30 September 2019.
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri, serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Menurut informan, “responden A bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan. Mengenai norma agama, hal ini nampak dari bentuk ketaatan beliau dalam menjalankan ibadah shalat dan kegiatan religius. Namun dalam hal berpakaian belum optimal sesuai dengan norma agama atau aturan syari‟at Islam. 5
apa yang informan sampaikan sesuai dengan hasil observasi yang penulis lakukan, Responden A belum memenuhi kriteria menutup aurat dengan sempurna yaitu menutup aurat ke seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.6
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Menurut informan “responden A orang yang jujur. Terbukti dari amanah yang diberikan kepada beliau, yaitu membantu pengurus koperasi mengumpulkan uang dari para siswa yang membeli buku paket. Selama diberi amanah beliau jujur dalam melaksanakannya. Ketika teman sejawat sedang tidak bisa mengajar, beliau yang menangani para siswa. Selama menggantikan posisi, beliau tidak pernah mengeluh. Para siswa senang diajari beliau. Pernah ada yang menanyakan kepada wali siswa mengenai responden A, anaknya senang diajari oleh beliau. ”7
5
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
6 Observasi, kelas VII D SMPN 5 Banjarbaru, 14 Oktober 2019. 7
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
Saat observasi, responden A menunjukkan akhlak mulia beliau sebagai pendidik yaitu sabar dalam membimbing para peserta didik. salah satu diantaranya ialah ada peserta didik yang difabel. Dengan telaten dan sabar beliau mengarahkan hingga mampu memahami pelajaran.8
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
Saat sesi wawancara dengan informan, informan menuturkan bahwa “responden A menyatakan memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Selama berinteraksi kami tidak pernah ada konflik. Meskipun ada problem, hal itu cepat terselesaikan.”9
Demikian penuturan yang disampaikan informan kepada penulis. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa respnden A menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri
Kalau tanggung jawab bagus saja beliau. Kadang-kadang kalau diberi amanah beliau cepat responnya. Misal menjadi panitia ulangan. Bahkan kadang-kadang menjadi andalan jadi ketua panitia. Sebab geraknya cepat, sigap dan beres. Beliau juga memiliki sifat optimis dan semangat tinggi.10
8 Observasi, Observasi, kelas VII D SMPN 5 Banjarbaru, 14 Oktober 2019
9
informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
10
informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
Di sesi wawancara dengan Responden A, beliau bangga dan percaya diri menjadi guru Pendidikan Agama Islam. “tentu saya bangga dan percaya diri menjadi guru Pendidikan Agama Islam”. 11
Penulis dapat menyimpulkan bahwa responden A sudah menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
Penulis melakukan wawancara untuk mengetahui kode etik profesi guru responden A.
Menurut informan “Responden A sudah menjunjung kode etik profesi guru.” 12
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa responden A memiliki kompetensi kepribadian diantaranya yaitu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi sosial
Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah unuk mengetahui kompetensi sosial responden A.
11
Responden A, Guru Pendididkan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 5 September 2019.
12
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
“responden A memenuhi aspek kompetensi sosial diantaranya yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan efektif dengan peserta didik dan masyarakat di sekitar.”13
Menurut informan, “responden A memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mudah bergaul dengan siswa dan guru. Sehingga beliau memiliki banyak teman. Namun, terkadang di forum umum beliau agak canggung.”14
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa responden A adalah guru yang berkomunikasi secara efektif. sehingga dapat dikatakan bahwa beliau memiliki kompetensi sosial.
d. Kompetensi profesional
Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah unuk mengetahui kompetensi profesional responden A.
“setiap guru tentu memiliki intuisi dalam mengajar, hal ini menunjukkan bahwa setiap guru memiliki kompetensi profesional”.15
Selanjutnya sesi wawancara terhadap informan.
“Cara beliau mengajar mudah di pahami oleh peserta didik. Hal ini menunjukkan beliau memiliki kompetensi profesional.16
13
Bu Fakhriati, kepala sekolah SMPN 5 Banjarbaru, 30 September 2019. 14
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
15
Bu Fakhriati, kepala sekolah SMPN 5 Banjarbaru, angket Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru, 30 September 2019.
16
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019
Kemudian penulis melakukan observasi dengan indikator dan deskriptor pada subbkomponen pelaksanaan pembelajaran. 17
Pengamatan diarahkan pada tiga aspek kegiatan yaitu : 1. Kegiatan pembelajaran,
2. Kegaiatan inti pembelajaran, 3. Kegiatan penutup.
Indikator esensial dan deskriptor masing-masing askpek kegiatan tersebut , dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
2. Kegiatan prapembelajaran
No. Indikator Esensial Deskriptor Sudah Belum a. Mempersiapkan
siswa untuk belajar.
Kesiapan siswa antara lain mencakup kehadiran, kerapian, ketertiban dan perlengkapan pelajaran.
√
b. Melakukan kegiatan apersepsi.
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan pertanaan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, dan
mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pemelajaran.
√
2. Kegaiatan inti pembelajaran
Aspek kegiatan inti pembelajaran ini dipilah lagi menjadi empat kelompok, yaitu :
a. Penguasaan materi pelajaran, b. Pendekatan/strategi pembelajaran,
c. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran,
d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, e. Penilaian proses dan hasil belajar,
f. Penggunaan bahasa.
Masing-masing kelompok pada aspek kegiatan inti pembelajaran memiliki indikator esensial dan deskriptor sebagai berikut :
17
Masnur Muslich, Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik,( Jakarta : Bumi Aksara, cet. I, Desember 2007), h. 72-77.
No.
Indikator esensial
a. Penguasaan materi pelajaran 1) Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. Memperlihatkan tingkat kebenaran dan keakuratan substansi (materi,isi)
pembelajaran yang dibahas.
√ Menyampaikan hukum sampah dan keringat adalah najis. 2) Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. Menghubungkan materi yang disampaikan dengan bidang studi lain yang relevan. Misalnya, mengaitkan peristiwa bahasa dengan teknologi komunikasi. √ 3) Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dengan karakteristik siswa. Materi disajikan dengan alur pikir siswa dan tahapan yang dapat dimengerti siswa.
√ a) Memulai materi pembelajaran dengan teori lalu cerita yang erat dengan keseharian siswa. Kemudian penguatan isi materi. 4) Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. Mencakup mata pencaharian pendidik, keadaaan geografi, adat istiadat, dan sebagainya. √ a) Beliau menjadikan contoh yang lekat dengan kehidupan siswa yaitu tentang sampah. b. Pendekatan/strategi pembelajaran 1 1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa. Pembelajaran sesuai dengan jenis kompetensi (tujuan). Misalnya, kegiatan untuk penguasaan pengetahuan adalah ceramah dan diskusi, kegiatan untuk penguasaan
keterampilan adalah berlatih, dan kegiatan untuk penguasaan sikap/nilai adalah penghayatan.
√ Siswa berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Kemudian mempresentasikan hasil diskusi.
2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut. Metode materi dipaparkan secara sistematis, sesuai dengan konteks, memperhatikan prasyarat dan kemampuan berpikir siswa. √ 3) Menguasai kelas. Guru dapat mengendalikan pembelajaran, perhatian siswa berfokus pada
pelajaran, dan disiplin kelas terpelihara. √ 4) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Kontekstual meurujuk pada tuntutan situasi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengupayakan agar materi pelajaran dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa memiliki manfaat (nilai fungsional) dalam kehidupan sehari-hari. √ Dalam pengambilan contoh beliau menampaikan seputar shalat. 5) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). Kebiasaan positif antara lain dapat berbentuk kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan berpikir kritis. √ Diskusi kelompok 6) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Guru memulai dan mengakhiri tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
√
e. Pemanfaatan sumber media/media pembelajaran 1) Menggunakan media secara efektif dan Terampil memanfaatkan lingkungan dan
efisien. sumber belajar lainnya secara efektif dan efisien (mencapai target dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan). Terampil mengoperasikan media pembelajaran misalnya mengoperasikan dengan benar dan lancar media
OHP,Tape recorder, chart, peta, atau LCD. 2) Menghasilkan
pesan yang menarik.
Media yang digunakan berhasil memusatkan perhatian siswa sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas. 3) Meliatkan siswa
dalam pemanfaatan media.
Siswa dilibatkan dalam kegiatan pembuatan dan/atau pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran ang autentik termasuk sumber belajar yang tersedia di perpustakaan, misalnya siswa membuat, memodifikasi mendemostrasikan, dan menggunakan media. f. Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa 1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Melakukan kegiatan yang memancing keaktifan siswa, baik secara mental,
emosional, maupun fisik dengan guru, teman atau sumber belajar. Misalnya, membuka kesempatan siswa untuk berdiskusi kelompok, meminta siswa lain untuk
menanggapi pendapat teman, atau
mengondisikan siswa memanipulasi sumber (objek) belajar secara langsung. 2) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa. Menghargai pendapat siswa mengakui kebenaran pendapat siswa, dan mengakui keterbatasan diri. √ 3) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.
Siswa tampak senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran.
√
g. Penilaian proses dan hasil belajar 1) Memantau kemajuan belajar siswa selama proses. Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran, termasuk asesmen autentik. √ Siswa ditugaskan membawa buku praktik shalat. 2) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran, termasuk asesmen autentik.
√
h. Penggunaan bahasa 1) Menggunakan
bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar.
Bahasa lisan yang mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda/salah tafsir.
Struktur kalimat, frasa, kosakata, dan ejaan dalam bahasa tulis yang terdapat di papan tulis, media dan LKS baik dan benar.
√
2) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
Ekspresi wajah, intonasi suara,serta gerakan tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan dan menarik.
Keterangan : S= Sudah, B=belum 3.Kegiatan penutup
Aspek kegiatan penutup memiliki indikator esensial dan deskriptor sebagai berikut.
No. Indikator Esensial Deskriptor S B
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
Mengajak siswa untuk mengingat kembali hal-hal penting yang terjadi dalam kegiatan yang sudah berlangsung, misalnya dengan mengajukan pertanyaan tentang proses, materi dan kejadian lainnya.
Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan penuntun agar siswa dapat merumuskan rangkuman yang benar.
√
b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang belum mencapai kompetensi, misalnya dalam bentuk latihan dan/atau bantuan belajar.
Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang berkemampuan lebih, misalnya dalam bentuk latihan dan/atau bantuan belajar, misalnya meminta siswa untuk membimbing temannya (peer
tutoring), memberikan tugas-tugas
bacaan tambahan di internet.
√
Keterangan : S= Sudah, B=belum
Dapat penulis simpulkan hasil observasi tersebut bahwa responden A cukup memenuhi indikator dan deskriptor pada subbkomponen pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis simpulkan bahwa responden A memiliki kompetensi prosfesional yang dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup.
Responden B
Responden B mengajar di kelas IX A sampai H. Penulis mengambil subjek penelitian di kelas IX E. Status beliau PNS dan sudah sertifikasi. Latar belakang pendidikan beliau IAIN Antasari Banjarmasin jurusan PAI tahun 1988. 18
1. Kompetensi Guru
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Maka dari itu penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui apakah responden sudah memenuhi kompetensi paedagogik.
Berikut hasil wawancara kepada kepala sekolah, bahwa :
“Dalam RPP dan pelaksanaan pembelajaran responden B sebagai guru Pendidikan Agama Islam sudah memenuhi kompetensi paedagogik. Seperti mengenal karakteristik peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, , komunikatif dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar. Hanya saja alokasi waktunya tidak sesuai dengan RPP, sebab ada kondisi yang tidak memunginkan untuk sesuai dengan RPP, seperti jam pelajaran berbarengan dengan kegiatan religius. Sehingga alokasi waktu yang telah direncanakan tidak bisa sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran.19
Penulis dapat menyimpulkan bahwa responen B memiliki kompetensi pedagogik, diantaranya Dalam RPP dan pelaksanaan pembelajaran responden B sebagai guru Pendidikan Agama Islam sudah memenuhi kompetensi paedagogik. Seperti mengenal karakteristik peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, , komunikatif dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar.
18 Responden A, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 6 September 2019.
19
Bu Fakhriati, Kepala Sekolah SMPN 5 Banjarbaru, Wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 18 Oktober 2019.
2. Kompetensi kepribadian
Penulis melakukan wawancara kepada informan dan observasi untuk menggali kompetensi kepribadian responden B.
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Informan menuturkan bahwa“responden B sudah bertindak sesuai dengan noma agama. Nampak dari ketaatan beliau menjalankan syar‟iat Islam seperti bertutur kata yang baik, berbakti kepada kedua orang tua, target mengaji one day one jus, di dalam dan diluar sekolah berpakaian sesuai syari‟at Islam dan lain-lain. Beliau sangat luar biasa. 20Demikian tutur informan dengan ekspresi kagum terhadap responden B.
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan, penulis menyimpulkan bahwa responden B bertindak sesuai dengan norma agama.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Penulis melakukan observasi untuk mengetahui akhlak mulia yang dimiliki responden B.
Akhlak mulia beliau kepada para siswa penulis ketahui saat proses observasi di kelas. Ketika ada siswa yang asyik berbincang dengan teman sebangkunya saat beliau menjelaskan materi, beliau tegur dengan bahasa yang santun dan santai, yaitu “mas mas mas.. ee..dengerin” Sehingga membuat suasana kelas kembali kondusif. 21
Selanjutnya penulis mewaancarai informan untuk mengetahui bagaimana akhlak eliau. Berikut penuturannya.
20 Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
21
“Responden B adalah guru yang jujur berakhlak mulia dan disiplin. Kedisiplinan beliau membuat guru-guru muda merasa malu terlambat datang ke sekolah. Sehingga hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi guru-guru muda yang belum optimal kedisiplinannya. 22
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka dapat penulis simpulkan bahwa Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
Penulis melakukan wawancara kepada informan untuk mengetahui bagaimana kepribadian responden B, apakah menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
Saat sesi wawancara dengan informan, beliau mengatakan bahwa “responden B memiliki memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.”23
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri.
Penulis melakukan wawancara kepada informan untuk mengetahui etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan kepercayaan diri responden B.
22
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
23
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
Informan menyampaikan kepada penulis bahwa responden B disiplin, beliau selalu on time di sekolah kecuali ada kendala atau urusan penting.24
Kemudian penulis mewawancarai kepala sekolah.
“ Beliau sudah menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. 25 Selanjutnya berdasarkan observasi, penulis menemukan bahwa ketika responden B memberikan contoh bukan hanya sekedar contoh, namun contoh yang diambil dari siroh Nabawiyah. Terbukti dengan pernyataan beliau mengenai gambar yang tercantum di dalam buku paket Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas IX SMP/MTs halaman 45. Beliau mengatakan bahwa cerita Malin Kudang hanyalah dongeng, ibu akan menceritakan cerita nyata yang terjadi di zaman Rasulullah SAW. yaitu thabi‟in yang bernama Uwais Al-Qorni. 26Beliau mempunyai kemampuan menyampaikan materi dan cerita yang bervariasi tentu buah dari upaya beliau dalam mempelajari ilmu dengan sungguh-sungguh karena ada rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap amanah yang diembannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden B, Beliau bangga dan percaya diri menjadi guru Pendidikan Agama Islam. 27
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa responden sebagai guru Pendidikan Agama Islam memiliki kompetensi kepribadian diantaranya
24
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
25 Bu Fakhriati, Kepala Sekolah SMPN 5 Banjarbaru, Angket Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru, 18 Oktober 2019.
26 Observasi, di kelas kelas IX E, SMPN 5 Banjarbaru, 18 September 2019. 27
Responden A, Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 11 September 2019.
yaitu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri, serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik/tenaga kependidikan lain, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui kompetensi sosial responden B.
“responden B memenuhi aspek kompetensi sosial diantaranya yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan efektif dengan peserta didik dan masyarakat di sekitar.”28
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada informan.
“Responden B memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Bahkan beliau sering dijadikan MC kalau ada acara atau rapat. Kemudian responden B pernah mengikuti TOT Nasional dan beliau yang menjadi instrukturnya.” 29
28
Bu Fakhriati, kepala sekolah SMPN 5 Banjarbaru, angket Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru, 30 September 2019.
29
Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa responden B adalah guru berkomunikasi secara efektif. sehingga dapat dikatakan bahwa beliau memiliki kompetensi sosial.
a. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, responden B memiliki kompetensi profesional.
“setiap guru tentu memiliki intuisi dalam mengajar, hal ini menunjukkan bahwa setiap guru memiliki kompetensi profesional”.30
Selanjutnya hasil sesi wawancara terhadap informan.
“Responden adalah guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kompetensi profesional. Beliau merupakan sosok yang kreatif dan inoatif. Maka dari itu informan sering minta arahan kepada beliau terkait strategi pembelajaran atau hal-hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran. 31
Kemudian penulis melakukan observasi untuk mengetahui Indikator dan deskriptor pada subbkomponen pelaksanaan pembelajaran. 32
Pengamatan diarahkan pada tiga aspek kegiatan yaitu :
30 Bu Fakhriati, kepala sekolah SMPN 5 Banjarbaru, angket Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru, 30 September 2019.
31 Informan, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara pribadi di UIN Antasari Banjarmasin, 17 Oktober 2019
32
Masnur Muslich, Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik,( Jakarta : Bumi Aksara, cet. I, Desember 2007), h. 72-77.
1. Kegiatan prapembelajaran, 2. Kegaiatan inti pembelajaran, 3. Kegiatan penutup.
Indikator esensial dan deskriptor masing-masing askpek kegiatan tersebut, dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
1. Kegiatan prapembelajaran
No. Indikator Esensial Deskriptor S B
a. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
Kesiapan siswa antara lain mencakup kehadiran, kerapian, ketertiban dan perlengkapan pelajaran.
√
b. Melakukan kegiatan apersepsi.
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, dan
mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pemelajaran.
√
2. Kegaiatan inti pembelajaran
Aspek kegiatan inti pembelajaran ini dipilah lagi menjadi empat kelompok, yaitu :
a. Penguasaan materi pelajaran, b. Pendekatan/strategi pembelajaran,
c. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran,
d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, e. Penilaian proses dan hasil belajar,
f. Penggunaan bahasa.
Masing-masing kelompok pada aspek kegiatan inti pembelajaran memiliki indikator esensial dan deskriptor sebagai berikut :
No. Indikator esensial
Deskriptor S B Keterangan a. Penguasaan materi pelajaran
1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. Memperlihatkan tingkat kebenaran dan keakuratan substansi (materi,isi) pembelajaran yang dibahas.
√ a) Contoh Uwais Al-Qorni. b) Pembahasan menggunakan dalil al-Qur‟an dan hadits. 2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. Menghubungkan materi yang disampaikan dengan bidang studi lain yang relevan. Misalnya, mengaitkan peristiwa bahasa dengan teknologi komunikasi.
√ a) Mengaitkan
pembahasan dengan materi IPA, yaitu menceritakan proses terjadinya penciptaan manusia. 3. Menyampaika n materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dengan karakteristik siswa.
Materi disajikan dengan alur pikir siswa dan tahapan yang dapat dimengerti siswa.
√ a) Memulai materi pembelajaran dengan teori lalu cerita yang erat dengan keseharian siswa. Kemudian penguatan isi materi. 4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. Mencakup mata pencaharian pendidik, keadaaan geografi, adat istiadat, dan sebagainya.
√ a)Beliau menjadikan apa yangg beliau lakukan sebagai contoh yaitu merawat dan menyayangi ibu beliau yang sedang sakit. b) Memberi contoh Uwais Al-Qorni. c. Pendekatan/strategi pembelajaran 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa. Pembelajaran sesuai dengan jenis kompetensi (tujuan). Misalnya, kegiatan untuk
penguasaan pengetahuan adalah ceramah dan diskusi, kegiatan untuk penguasaan keterampilan adalah berlatih, dan kegiatan untuk
penguasaan sikap/nilai adalah penghayatan.
√ Siswa berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Kemudian mempresentasikan hasil diskusi.
2. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
Metode materi dipaparkan secara
sistematis, sesuai dengan konteks, memperhatikan prasyarat dan kemampuan berpikir siswa. √ 3. Menguasai kelas. Guru dapat mengendalikan pembelajaran, perhatian siswa berfokus pada pelajaran, dan disiplin kelas terpelihara. √ 4. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Kontekstual meurujuk pada tuntutan situasi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengupayakan agar materi pelajaran dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa memiliki manfaat (nilai fungsional) dalam kehidupan sehari-hari. √ Dalam pengambilan contoh beliau menampaikan seputar pergaulan lawan jenis yaitu pacaran, berbakti kepada orang tua dan hormat kepada guru.
5. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinka n tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).
Kebiasaan positif antara lain dapat berbentuk kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan berpikir kritis. √ Diskusi kelompok 6. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Guru memulai dan mengakhiri tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
√ Sebelum memulai pembelajaran atau di tengah-tengah proses belajar menngajar ada kegiatan religius. Sehingga tidak mendukung untuk sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan. d. Pemanfaatan sumber media/media
pembelajaran 1. Menggunakan
media secara
Terampil memanfaatkan lingkungan dan sumber
efektif dan efisien.
elajar lainna secara efektif dan efisien (mencapai target dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan). Terampil
mengoperasikan media pembelajaran misalnya mengoperasikan dengan benar dan lancar media OHP,Tape recorder, chart, peta, atau LCD. 2. Menghasilkan
pesan yang menarik.
Media yang digunakan berhasil memusatkan perhatian siswa sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas.
3. Meliatkan siswa dalam pemanfaatan media.
Siswa dilibatkan dalam kegiatan pembuatan dan/atau pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran ang autentik termasuk sumber belajar yang tersedia di perpustakaan, misalnya siswa membuat, memodifikasi mendemostrasikan, dan menggunakan media. e. Pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa 1. Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
Melakukan kegiatan yang memancing keaktifan siswa, baik secara mental, emosional, maupun fisik dengan guru, teman atau sumber belajar. Misalnya, membuka kesempatan siswa untuk berdiskusi kelompok, meminta siswa lain untuk menanggapi pendapat teman, atau mengondisikan siswa memanipulasi sumber (objek) belajar secara langsung.
√
Keterangan : S=sudah, B: belum 3.Kegiatan penutup.
Aspek kegiatan penutup memiliki indikator esensial dan deskriptor sebagai berikut.
No. Indikator Esensial Deskriptor S B
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
Mengajak siswa untuk mengingat kembali hal-hal penting yang teradi dalam kegiatan yang sudah berlangsung, misalnya dengan
√ sikap terbuka
terhadap respons siswa.
siswa mengakui kebenaran pendapat siswa, dan mengakui keterbatasan diri. 3. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.
Siswa tampak senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran.
√
f. Penilaian proses dan hasil belajar 1. Memantau kemajuan belajar siswa selama proses. Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran, termasuk asesmen autentik. √ 2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran, termasuk asesmen autentik. √ g. Penggunaan bahasa 1. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar.
Bahasa lisan yang mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda/salah tafsir.. Struktur kalimat, frasa, kosakata, dan ejaan dalam bahasa tulis yang terdapat di papan tulis, meida dan LKS baik dan benar.
√
2. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
Ekspresi wajah, intonasi suara,serta gerakan tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan dan menarik.
mengajukan pertanyaan tentang proses, materi dan kejadian lainnya.
Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, misalnya dengan mengajukan pertanyaan penuntun agar siswa dapat merumuskan rangkuman yan benar. b. Melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan kegiatan atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan.
Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang belum mencapai kompetensi, misalnya dalam bentuk latihan dan/atau bantuan belajar. Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang berkemampuan lebih, misalnya dalam bentuk latihan dan/atau bantuan belajar, misalnya meminta siswa untuk membimbing temannya (peer tutoring), memberikan tugas-tugas bacaan tambahan di internet.
√
Dapat penulis simpulkan hasil observasi tersebut bahwa responden B sudah memenuhi indikator dan deskriptor pada subbkomponen pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis simpulkan bahwa responden B memiliki kompetensi prosfesional yang dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup.
4. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proesionalitas seorang guru Pendidikan Agama Islam. Diantaranya ialah :
1) Pengalaman Mengajar
Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Mengajar adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik belajar itu memperoleh kemudahan.
Berikut hasil wawancara yang penulis lakukan guna mengetahui pengalaman mengajar responden A dan responden B.
1) Responden A
“Pengalaman saya mengajar selama masa kuliah yaitu membuka kelas bimbingan belajar di rumah. Seusai lulus kuliah saya mengajar di SMK. Kemudian di SMPN 5 Banjarbaru hingga sekarang. Kalau diakumulasikan pengalaman mengajar dimulai dari mengajar SMK sekitar 14 tahun.”33
Penulis dapat menyimpulkan bahwa responden A memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama.
2) Responden B
Pengalaman saya mengajar selama masa kuliah yaitu privat al-Qur‟an dan Kursus Taman Bahasa Inggris pada tahun 1993-1995. Seusai lulus kuliah saya mengajar dengan status pegawai honorer di SMK YPK Banjarbaru tahun 1993. Selanjutnya saya mengajar di SMPN 1 Loksado (HSS) tahun 1995-1998 mengajar di bidang Pendidikan Agama Islam dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan status sebagai PNS . Kemudian di SMPN 5 Banjarbaru tahun 1998 sampai sekarang mengajar di bidang Pendidikan Agama Islam. Kalau diakumulasikan lamanya mengajar sekitar 26 tahun.34
Berdasarkan penuturan beliau, penulis simpulkan bahwa beliau memiliki pengalaman mengajar yang lama dari masa kuliah hingga lulus kuliah. Memulai karir dari tahun 1993 sampai tahun 2019. Jadi, pengalaman beliau lebih dari 10 tahun.
2) Kualifikasi Akademik
33
Responden B, Guru Pendididkan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 5 September 2019.
34
Responden A, Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 6 September 2019.
Undang-undang no 14 tahun 2005 pasal 8 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa “guru dan dosen wajib memiliki kualiikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan peendidikan nasional.” Di susul dengan pasal 9 yang berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pasal diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.”
Berikut ini penulis melakukan wawancara kepada responden untuk mengetahui status pendidikan beliau sebagai pendidik.
1. Responden A
“Latar belakang pendidikan saya ialah IAIN Antasari Banjarmasin jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dan lulusan STAI Al-Jami mengambil Akta IV fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam.” 35
Jadi beliau memiliki wewenang dan kemampuan dalam mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sesuai dengan ijazah beliau di bidang Pendidikan Agama Islam.
2. Responden B
“Latar belakang pendidikan saya ialah S-1 IAIN Antasari Banjarmasin jurusan Pendidikan Agama Islam.”
Jadi beliau memiliki wewenang dan kemampuan dalam mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sesuai dengan ijazah beliau di bidang Pendidikan Agama Islam.
35
Responden B, Guru Pendididkan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 5 September 2019.
3) Sehat Jasmani dan Rohani
Kesehatan merupakan syarat yang tidak bisa diabaikan bagi guru. Seorang guru yang berpenyakit menular contohnya, akan membahayakan kesehatan anak-anak dan membawa akibat yang tidak baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik.
Menurut dokter Alvin Nursalim, SpPD “sehat secara jasmani adalah sehat secara fisik dan tidak menderita sakit tertentu sedangkan secara rohani berarti…memiliki isi pikiran yang sehat tanpa gangguan psikis.” 36
Penulis melakukan wawancara kepada kedua responden untuk mengetahui kondisi kesehatan jasmani dan rohani kedua responden.
1. Responden A
“saya mengidap penyakit kolesterol. Namun penyakit tersebut jarang kambuh. Mengenai makanan, saya makan apa saja tanpa pantangan, yang penting persepsi kita. Kalau persepsi kita terhadap makanan itu aman-aman aja, maka gak berpengaruh ke tubuh. Asal jangan berlebihan.”
Setelah itu penulis menanyakan terkait upaya beliau dalam menjaga kesehatan rohani melalui kajian di Majlis ta‟lim.
“Sewaktu kuliah saya sering ke pengajian Tuan Guru Sekumpul. Namun, sekarang jarang.
Selanjutnya di sesi wawancara berikutnya, penulis menanyakan bagaimana cara mengendalikan emosi saat ada siswa yang bersikap atau berbuat tidak pantas kepada beliau.
36
Alvin Nursalim, “Dok, agaimana Orang Bisa Dikatakan Sehat Jasmani dan Rohani”. Klikdokter. 30 Desember 2017.
jangan pernah benci, hindari jengkel, anak dianggap hiburan. Harus ada keinginan merangkul mereka dan kita harus bisa mengontrol emosi. Kemudian ketika kondisi hati sedang ada permasalahan, siswa bersangkutan anggap tidak ada. Pernah merasa kecewa, namun saya berusaha move on, yang sudah terjadi sudahlah. Saya doakan orang yang membuat saya kecewa itu sukses. Sebagai seorang guru kita harus bisa menghilangkan ego. Kemudian saya sering berpesan kepada siswa bahwa hati-hati dengan hati karena hati bisa mati. 37
Berdasarkan penyataan yang beliau sampaikan penulis dapat menyimpulkan bahwa responden A berusaha menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya dengan cara menjaga hati dan persepsi yang positif. Intinya kalau hati bisa dikendalikan insya Allah kesehatan jasmani dan rohani akan terjaga.
2. Responden B
Penulis melakukan wawancara terkaiit kondisi jasmani responden B.
“Kondisi jasmani saya dalam keadaan sehat dan tidak ada riwayat penyakit berbahaya yang dapat mengganggu aktivitas mengajar. Saya menjaga kesehatan dengan caara menjaga pola makan serta olahraga.”38
Hal ini terlihat dari penampilan beliau yang enerjik dan bersemangat baik saat proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar.
selanjutnya di sesi wawancara berikutnya, penulis menanyakan terkait kesehatan rohani dengan pertanyaan bagaimana cara mengendalikan emosi saat ada siswa yang bersikap atau berbuat tidak pantas kepada beliau.
saya berusaha tenang, dan jika terulang didiamkan dulu, kemudian diselesaikan diluar pembelajaran. Sebab, apabila diselesaikan saat PBM, akan merusak konsentrasi semua siswa yang baik. Hal ini sangat mengganggu PBM. Jika kondisinya memerlukan tindakan langsung, beliau tegur dan bersikap tegas sesuai keadaan. Mengenai tingkah siswa yang bermasalah, beliau tidak ambil pusing atau
37
Responden B, Guru Pendididkan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 5 September 2019.
38
Responden A, Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 11 September 2019.
bersikap cuek saja dengan masalahnya. Terkadang sikap orang tuanya yang membuat masalah yang berujung pada kekecewaan. 39
Setelah itu penulis menanyakan terkait upaya beliau dalam menjaga kesehatan rohani melalui kajian di Majlis ta‟lim.
“Apabila kondisinya mendukung saya mengikuti kajian di majlis ta‟lim Tuan Guru Hildan pada hari sabtu, pengajian di pasar Banjarbaru pada hari kamis, pengajian Tuan Guru Bahra pada hari selasa, atau pengajian di Martapura.” 40
Berdasarkan penyataan yang beliau sampaikan penulis dapat menyimpulkan bahwa responden A berusaha menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya dengan cara menjaga pola makan, berolahraga, menjaga hati agar tetap tenang dan menuntut ilmu keislaman melalui Majlis Ta‟lim.
4) Memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui apakah kedua responden memiliki kompetensi pedagogik, potensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.41
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah mengenai empat kompetensi yang dimiliki responden A.
“Responden A selaku guru Pendidikan Agama Islam sudah memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional”.
39 Responden A, Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 11 September 2019.
40 Responden A, Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara pribadi di SMPN 5 Banjarbaru, 11 September 2019.
41
Bu Fakhriati, kepala sekolah SMPN 5 Banjarbaru, angket Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Banjarbaru, 30 September 2019.
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah mengenai empat kompetensi yang dimiliki responden B.
“Responden B selaku guru Pendidikan Agama Islam sudah memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dapat penulis simpulkan bahwa responden A dan responden B sudah memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.
C. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Maka dari itu pada bagian analisis data ini peneliti akan menganalisis segala data yang telah peneliti dapatkan di lapangan baik dari hasil wawancara, observasi, maupun dokumen yang terrkait dengan profesionalitas guru pendidikan agama islam di SMPN 5 Banjarbaru.
1. Kompetensi Guru
Dalam dunia pendidikan seorang pendidik dituntut memiliki empat kompetensi yang terdapat dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005, pasal 8 yaitu : kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berikut poin-poinnya :
a. Kompetensi Pedagogik
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
Dalam RPP dan pelaksanaan pembelajaran responden A sebagai guru Pendidikan Agama Islam sudah memenuhi kompetensi paedagogik. Seperti mengenal karakteristik peserta didik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, komunikatif dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar. Hanya saja alokasi waktunya tidak sesuai dengan RPP, sebab ada kondisi yang tidak memunginkan untuk sesuai dengan RPP, seperti jam pelajaran berbarengan dengan kegiatan religius. Sehingga alokasi waktu yang telah direncanakan tidak bisa sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa data ini senada dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 kompetensi paedadogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti, sebagai berikut :
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi peserta didik.
7) Berkomunikasi secara efektif, komunikatif dan santun dengan peserta didik. 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Dari hasil penelitian dengan informan serta dari berbagai sumber yang peneliti peroleh maka dapat peneliti simpulkan bahwasannya responden memiliki kompeensi paedagogik. Seperti mengenal karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait , menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi , berkomunikasi secara efektif, komunikatif dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan penguasaan kepribadian yang mantap, stabil dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Penulis melakukan wawancara kepada informan, berikut penuturan informan. Menurut informan “responden A orang yang jujur. Terbukti dari amanah yang diberikan kepada beliau, yaitu membantu pengurus koperasi mengumpulkan uang dari para siswa yang membeli buku paket. Selama diberi amanah beliau jujur dalam melaksanakannya. Ketika teman sejawat sedang tidak bisa mengajar, beliau yang menangani para siswa.. Selama menggantikan posisi, beliau tidak pernah mengeluh. Para siswa senang diajari beliau. Pernah ada yang menanyakan kepada wali siswa mengenai responden A, anaknya senang diajari oleh beliau. ”
Saat observasi, responden A menunjukkan akhlak mulia beliau sebagai pendidik yaitu sabar dalam membimbing para peserta didik. salah satu diantaranya ialah ada peserta didik yang difabel. Dengan telaten dan sabar beliau mengarahkan hingga mampu memahami pelajaran.
Selanjutnya penulis mewawancarai informan untuk mengetahui bagaimana kompetensi kepriadian responden B. Berikut penuturan beliau.
“Responden B adalah guru yang jujur berakhlak mulia dan disiplin. Kedisiplinan beliau membuat guru-guru muda merasa malu terlambat datang ke sekolah. Sehingga hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi guru-guru muda yang belum optimal kedisiplinannya.”
Terrkait dengan norma agama “responden B sudah bertindak sesuai dengan noma agama. Nampak dari ketaatan beliau menjalankan syar‟iat Islam seperti bertutur kata yang baik, berbakti kepada kedua orang tua, target mengaji one day one jus, di dalam dan diluar sekolah berpakaian sesuai syari‟at Islam dan lain-lain. Beliau sangat luar biasa.”
Dapat disimpulkan bahwa data ini senada dengan Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Kemudian aspek-aspek kepribadian guru yang meliputi:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri seagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa responden sebagai guru Pendidikan Agama Islam sudah memiliki kompetensi kepribadian yang meliputi : bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri, serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi sosial
Pengertian kompetensi sosial yang merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik/tenaga kependidikan lain, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Penulis melakukan wawancara kepada informan terkait kompetensi sosial responden A.
“responden A memenuhi aspek kompetensi sosial diantaranya yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan efektif dengan peserta didik dan masyarakat di sekitar.”
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada informan terkait kompetensi sosial responden B.
“Responden B memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Bahkan beliau sering dijadikan MC kalau ada acara atau rapat. Kemudian responden B pernah mengikuti TOT Nasional dan beliau yang menjadi instrukturnya.”
Dapat disimpulkan bahwa responden sebagai guru Pendidikan Agama Islam memiliki kompetensi sosial dengan menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara efektif kepada peserta didik dan masyarakat sekitar.
.
d. Kompetensi profesional
Merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Adapun kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seoang guru adalah sebagai beikut :
6) Mampu dalam menguasai materi pembelajaran, struktur, konsep dan pola piki keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang di ampu.
7) Penguasaan pada standar kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
9) Melakukan kegiatan reflektif secara berkesinambungan yang bertujuan untuk mengembangkan keprofesionalan.
10) Mampu dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengembangkan diri.
Dapat disimpulkan bahwa poin-poin kompetensi profesional tersebut senada dengan pernyataan informan yang mengatakan bahwa
“Cara responden A mengajar mudah di pahami oleh peserta didik. Hal ini menunjukkan beliau memiliki kompetensi profesional.”
Selanjutnya penulis mewawancarai informan berkenaan dengan kompetensi prrofesional responden B. Berikut penuturan beliau.
“Responden B adalah guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kompetensi profesional. Beliau merupakan sosok yang kreatif dan inovatif. Maka dari itu informan sering minta arahan kepada beliau terkait strategi pembelajaran atau hal-hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran”
Maka dari itu penulis dapat menarik kesimpulan bahwa responden sebagai guru Pendidikan Agama Islam memiliki kompetensi profesional yang dapat dilihat dari kemampuan menguasai materi pembelajaran, kreatif dan inovatif.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proesionalitas seorang guru Pendidikan Agama Islam. Diantaranya ialah :
a. Pengalaman Mengajar
Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Mengajar adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik belajar itu memperoleh kemudahan.