• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi

NOVRI HASAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered, participatory, empowering, dan sustainable. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan (Chambers dalam Kartasasmita, 1996).

Sektor pertanian sesungguhnya dapat menjadi strategi untuk recovery sekaligus memberikan landasan bagi perkembangan sektor riil dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia semenjak tahun 1997. Hal ini dibuktikan oleh daya hidupnya yang tinggi, ketika sektor-sektor lain ambruk. Salah satu ciri khas usaha pada sektor pertanian adalah melibatkan begitu banyak orang dengan pemilikan sumber daya dan keterampilan yang rendah, serta social network yang kurang mendukung, khususnya untuk memasuki ekonomi modern saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan network tersebut adalah melalui strategi pendekatan kelembagaan (Syahyuti, 2003).

Secara umum, kinerja ekonomi pedesaan yang didominasi usaha pertanian dan peternakan cenderung lemah, salah satunya, diindikasikan oleh rendahnya kapasitas kelembagaannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pelaksanaan program pembangunan pertanian yang tidak berbasiskan kelembagaan lokal yang telah ada, sehingga kondisinya semakin memudar. Introduksi kelembagaan dari luar yang terasa asing bagi masyarakat berimplikasi kepada lemahnya partisipasi masyarakat dalam kelembagaan tersebut. Akibatnya, partisipasi masyarakat secara keseluruhan lemah dalam aktifitas pembangunan (Syahyuti, 2003).

Dalam pengembangan pertanian, diperlukan kelembagaan petani yang kuat, yang bisa dibina dengan memperkuat kelembagaan ekonomi petani di pedesaan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar para petani dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada secara berkelanjutan, melalui penumbuhan rasa memiliki, partisipasi, dan pengembangan kreativitas, yang disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh seluruh masyarakat di pedesaan.

Pengembangan ini diarahkan pada terbentuknya kelompok-kelompok, dan kerjasama

(3)

antar kelompok tani, sehingga terbentuk kelompok-kelompok produktif yang terintegrasi dalam kelembagaan koperasi (Bappenas, 2004).

Kelompok-kelompok di pedesaaan terbentuk karena adanya ikatan yang didasarkan pada kesamaan usaha, mempunyai tujuan mengelola usaha taninya atas dasar kebersamaan dan pemenuhan sarana usaha. Pembentukan kelompok ini mampu mendorong tumbuhnya kepekaan, kreativitas, inovasi, motivasi, solidaritas dan rasa tanggungjawab serta partisipasi anggota. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lala dan Tonny (2007) kelompok tani merupakan kelembagaan masyarakat di pedesaan yang terbentuk karena adanya interaksi komunitas serta adanya pola kehidupan yang sejenis.

Gambaran keberadaan kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo umumnya mempunyai kegiatan disektor perkebunan, peternakan sapi, dan tanaman pangan.

Sektor perkebunan dan peternakan untuk wilayah Kabupaten Tebo tidak dapat dipisahkan karena kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang saling mendukung dalam memberikan manfaat pendapatan keluarga kelompok tani.

Pada tahun 2006 Kabupaten Tebo memiliki jumlah lahan perkebunan karet 108.440 hektar dan kelapa sawit 30.917 hektar sedangkan populasi ternak besar di Kabupaten Tebo menurut jenisnya yaitu, sapi 21.767 ekor dengan jumlah produksi daging sebanyak 478.509 kg dan kerbau sebanyak 14.147 ekor dengan jumlah produksi daging sebanyak 268.874 kg (BPS Kabupaten Tebo, 2006). Data ini menunjukkan aktivitas usahatani kebun dan ternak banyak dilakukan masyarakat, dalam menjalankan aktivitas petani tergabung melalui wadah kelompok-kelompok tani.

Usaha yang dilakukan kelompok-kelompok tani di Kabupaten Tebo pada umumya terkendala oleh beberapa hal, seperti manajemen kelompok, penyediaan sarana produksi, modal usaha, jaringan kerjasama anggota kelompok dan sumberdaya manusia. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi kelompok tani adalah keterbatasan mereka dalam manajemen usahatani. Untuk itu diperlukan upaya dari seluruh komunitas dan stakeholder untuk menjadikan kelompok tani memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada.

Pembangunan ekonomi lokal merupakan kerjasama seluruh komponen

masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

berkelanjutan (sustainable economic growth) yang akan meningkatkan kesejahteraan

ekonomi (economic welfare) dan kualitas hidup (quality of life) seluruh masyarakat

dalam komunitas (Syaukat, 2007).

(4)

Masyarakat Desa sebagai pelaku utama proses pemberdayaan dan pengembangan ditingkat lokal diharapkan lebih memahami kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi sehingga mereka lebih mampu mengenali kebutuhan-kebutuhannya, merumuskan rencana-rencananya serta melaksanakan penanggulangan sosial-ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal.

Berdasarkan hasil pemetaan sosial di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, lokasi ini merupakan daerah yang terbentuk berasal dari warga transmigrasi dari Jawa tepatnya Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1979. Petani di Desa ini dalam melaksanakan aktivitasnya tergabung dalam wadah kelompok tani. Pada awalnya usahatani masyarakat Desa Giriwinangun adalah dibidang perkebunan karet dan tanaman pangan. Kondisi kebun yang baru ditanami saat itu, membuat banyaknya tersedia rumput di lahan perkebunan hingga kemudian melalui bantuan pemerintah turut dikembangkan usaha ternak sapi yang digulirkan kepada anggota kelompok tani.

Pengembangan kebun karet masyarakat kini berhasil baik menjadi sumber pendapatan petani, terlebih telah tersedianya akses pemasaran berupa pasar lelang karet desa yang dikelola oleh koperasi Sumber Jaya. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap hasil pendapatan kaum petani kebun dengan bersaingnya harga jual kadar karet kering masyarakat.

Hingga sekarang selain dari kebun karet, kelompok tani Desa Giriwinangun juga mempunyai usaha ternak Sapi sebagai produk unggulan dalam peningkatan ekonomi keluarga. Pola pengembangan peternakan di Desa Giriwinangun adalah peternakan tradisional, tanpa mempelajari keterampilan dan belajar dari pengalaman.

Hampir 75 persen masyarakat pekebun juga memelihara ternak yang tersebar di lima dusun yakni Dusun Pulung Jati Rejo, Dusun Karang Widodo, Dusun Wonoharjo, Dusun Tegal Ombo dan Dusun Sendang Sari. Namun para peternak yang ada di Desa masih melakukan pemeliharaan ternak secara perorangan dan dalam skala kecil (2 – 6 ekor), dan belum ada usaha dari kelompok untuk melakukan pengorganisasian anggota dalam pembibitan dan penggemukan ternak hingga dapat menjadi usaha yang menguntungkan.

Pembangunan dan pengembangan pertanian dan peternakan yang di lakukan

masyarakat di Desa Giriwinangun, perlu mengidentifikasi alternatif pola-pola

(5)

pengembangan tani rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha tani ternak rakyat harus dapat lebih terarah dalam pengembangan agribisnis, sehingga ternak tidak hanya sebagai usaha sampingan tetapi hendaknya juga mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi pendapatan utama rakyat dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga tani, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga di sektor kebun karet.

Dengan demikian bertitik tolak dari kenyataan dan harapan diatas, bagaimana kelompok tani seharusnya menjadi solusi dari permasalahan bagi anggota, menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Berdasarkan kondisi tersebut yang menjadi kajian

“Bagaimana langkah-langkah strategis untuk penguatan kelompok tani dalam pemanfaatan sumberdaya dan upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan praktek lapangan 1 pemetaan sosial dan praktek lapangan 2 evaluasi program pengembangan masyarakat, menunjukkan bahwa potensi sumberdaya lokal di Desa Giriwinangun berpeluang besar untuk dikembangkan jika pengelolaannya lebih baik dan kelembagaan kelompok tani dapat lebih diberdayakan. Salah satu kelompok yang ada adalah kelompok tani Karya Agung dengan aktivitas anggotanya bergerak di bidang usaha tani pada sektor perkebunan karet dan ternak sapi.

Kondisi perkebunan karet anggota kelompok tani Karya Agung relatif baik, ini dapat dilihat dari kondisi kebun yang telah berhasil selama 25 tahun menjadi andalan pendapatan keluarga kelompok tani. Namun dengan usia kebun yang sudah mulai tua sekitar 25 – 28 tahun, menjadi permasalahan tersendiri oleh masyarakat dengan mulai menurunnya produksi karena kondisi tanaman karet tersebut, hingga membutuhkan peremajaan. Selain memerlukan dana yang relatif besar dengan pengadaan bibit, pupuk dan perawatan, juga akan berimbas penurunan pendapatan secara drastis akibat peremajaan. Untuk itu perlu disiasati dengan penguatan penghasilan lain selain kebun.

Potensi yang dimiliki anggota kelompok yaitu ternak sapi yang juga diusahakan

masyarakat melalui wadah kelompok tani, melalui sub usaha ternak.

(6)

Kelompok tani Karya Agung memiliki anggota 50 orang, yang bertempat tinggal masih dalam satu jalan jalur (dusun) yang sama. Pada tahun 2008 kegiatan anggota kelompok yang masih berjalan yaitu pertemuan anggota yang tidak rutin, hanya bersifat kalau ada kebutuhan. misalnya, pertemuan pembicaraan penanggulangan pencurian ternak dan langkah-langkahnya. Selain itu di bidang perkebunan mereka juga melakukan pertemuan untuk membahas masalah kebutuhan peremajaan karet. Selain pertemuan, dalam masalah pencarian rumput untuk pakan ternak keluar desa terkadang para anggota kelompok secara bersama mencari rumput demi persediaan pakan ternak, mengorganisasi anggota saat penanggulangan penyakit ternak melalui vaksin.

Keterikatan antara anggota terhadap kelompoknya dirasakan lemah, ini terlihat dari : 1) Pengelolaan kebun dan ternak cenderung para anggota individual; 2) Kurangnya diskusi tentang pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman dalam menghadapi masalah baik pada usaha kebun maupun ternak; 3) Tidak ada pembagian tugas baik pengurus maupun anggota kelompok; 4) Administrasi kelompok lemah dengan kurang jelasnya catatan pertemuan, invetarisasi kekayaan kelompok dan hasil pertemuan. Keterikatan anggota dan kelompok terlihat bila ada program pemerintah.

Kelompok memfasilitasi pemberitahuan pada anggota dan sebagai wadah mengumpulkan anggota bila ada pembicaraan masalah bantuan.

Kendala yang dihadapi dalam berkebun karet selain kebutuhan peremajaan adalah sumberdaya manusia. Dalam menghasilkan produksi kadar karet kering (K3) seringkali petani kurang memperhatikan kualitas karet yang di hasilkan dengan banyaknya campuran kulit kayu karet (tatal) dan kandungan air yang banyak hingga berpengaruh terhadap harga karet yang dihasilkan. Akibatnya karet dibeli dengan harga murah oleh ‘toke’ (tengkulak pengumpul) dan penawar/pembeli karet di pasar lelang karet desa.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan ternak oleh kelompok tani Karya

Agung adalah kurangnya minat anggota untuk menanam rumput pakan ternak pada

lahan mereka. Ini dilatarbelakangi kurangnya pengetahuan anggota kelompok, dan

penanaman rumput dinilai kurang mendatangkan keuntungan atau kurang bernilai

ekonomis, lebih untung bila ditanami tanaman karet. Padahal keduanya bisa sejalan

misalnya, dengan menanam rumput dipinggiran kebun dan pekarangan mereka. Petani

lebih memilih mencari rumput jauh ke wilayah desa tetangga. Dampaknya mereka

harus meluangkan waktu dan biaya transportasi tambahan untuk itu, yang berakibat

(7)

pada berkurangnya keuntungan usaha. Anggota kelompok menganggap ternak sebagai simpanan (tabungan) bila memerlukan dana, kurang berorientasi produksi karena hasil yang dapat dinikmati memerlukan waktu sampai ternak siap dijual. Kondisi ini sangat berbeda dengan usaha kebun karet yang mendatangkan penghasilan cepat dan terhitung bisa setiap minggu.

Kelompok tani Karya Agung seharusnya dapat berperan merumuskan suatu program kegiatan pemecahan masalah yang dihadapi secara berkelanjutan yang menimbulkan nilai tambah ekonomi dari kegiatan yang saling mendukung antara kebun dan ternak melalui program pengembangan. Dengan begitu tercipta pola hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip “simbiosis mutualisme” dimana kebun dan ternak mendapatkan keuntungan, karena saling membutuhkan. Ternak membutuhkan rumput yang disediakan lahan kebun sedangkan kebun membutuhkan kompos yang dihasikan ternak sapi.

Kelembagaan kelompok tani Karya Agung kurang berfungsi, akibat design by top down approach, belum bersifat kolektif, kurangnya kerjasama, kurang inovasi dan

kurang bersifat aktif mengorganisasikan anggota dalam memecahkan masalah yang ada. Kelemahan kelompok tani ini dapat dilihat dari lemahnya kepemimpinan pengurus, tidak ada pertemuan rutin dan kelemahan manajemen usahatani. Akibatnya kelompok belum berjalan sesuai dengan kaidah pemberdayaan masyarakat, belum memperhatikan sisi kemandirian dan keberlanjutan.

Potensi lahan di Desa Giriwinangun seluas 3.600 hektar, sebagian besar di manfaatkan untuk lahan Perkebunan seluas 3.286 hektar (91%). Lahan yang dimiliki oleh anggota dan pengurus kelompok tani Karya Agung sebanyak 588 hektar (16,3%).

Bila dimanfaatkan secara efektif dan pola yang lebih terpadu, seharusnya lahan kebun dan ternak sapi dapat lebih berkembang menjadi andalan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Idealnya, kelompok tani seperti Karya Agung harus kuat dan bersifat aktif.

Dengan kuatnya kelompok akan menghasilkan jaringan kerjasama yang baik sehingga

anggota dapat menjadikan kelompok sebagai wadah saling tukar informasi, saling asah

asih asuh dalam menghadapi permasalahan yang timbul pada pengembangan usaha

kebun dan ternak. Kelompok dapat menjadi solusi dengan menggerakkan penanaman

rumput, menggunakan pola pembagian kerja diantara anggota, berwawasan produksi

untuk memaksimalkan usaha ternak yang berujung pada peningkatan pendapatan.

(8)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, rumusan masalah kajian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana masalah yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usaha tani anggota ?

2. Potensi apa saja yang dimiliki kelompok tani Karya Agung dalam mengatasi permasalahan ?

3. Strategi apa yang dapat dikembangkan dalam penguatan kelompok untuk mengembangkan usahatani kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo ?

1.3. Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usaha kebun karet dan ternak sapi.

2. Mengidentifikasi potensi penguatan kelompok tani Karya Agung dalam rangka pengembangan usahatani anggotanya

3. Merumuskan strategi penguatan kelompok dan menyusun program pengembangan usahatani kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

1.4. Kegunaan Kajian

Kegunaan dan manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah :

1. Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi penguatan kelompok dan peningkatan ekonomi petani dalam kerangka pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi.

2. Kajian ini dapat dijadikan model penguatan kelompok tani dalam meningkatkan pendapatan usaha oleh Kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun Kabupaten Tebo.

3. bagi penulis, kajian ini dapat menambah pengetahuan tentang kondisi kelompok di

pedesaan, permasalahan-permasalahan kelompok dan strategi yang dapat dilakukan

untuk membantu penguatan kelompok tani.

Referensi

Dokumen terkait

Secara singkat, kemiskinan dapat di definisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah

Berdasarkan hasil penelitian dari 63 ibu rumah tangga yang mengalami keputihan patologi sebanyak 8 (36,7%) dan tidak melakukan perilaku eksternal douching vagina

Dengan pola ini perlu dilakukan berbagai tindakan taktis yang terdiri dari (a) penentuan strategi pengajaran guna membentuk keterampilan berbahasa yang secara

Ki Ageng Butuh kemudian menikah dengan Baron Sengkeder atau Loro Lembayung yang.. merupakan Putri dari Ki

wuku , dewa, perlengkapan, simbol tujuh hari serta kala yang ada, kemudian dijabarkan satu per satu berkait artinya masing-masing, seper- ti potongan-potongan kata pada bagian

Dari analisa tersebut, diketahui bahwa sampel batuan intrusi, lava dan breksi autoklastika yang diduga insitu di Perbukitan Sepuluhribu kurang mengalami diferensiasi yang

Tuturan yang bervariasi tersebut juga ditemukan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya tindak tutur dalam kegiatan pembelajaran berdiskusi tentang pengertian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan pemahaman