• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, materialsm, dan kelompok acuan pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, materialsm, dan kelompok acuan pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

1

ABSTRAK

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan

Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik

Kecantikan”

Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) karakteristik konsumen, yaitu

vanity seeking, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3)

karakteristik konsumen, yaitu materialism, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 4) kelompok acuan, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan di Yogyakarta yaitu Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin care dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas menggunakan analisis faktor (Explanatory factor Analysis) dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3) materialsme berpengaruh negatif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, dan 4) kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

(2)

2

ABSTRACT

“The Influence of Brand Image, Vanity Seeking, Materialism,

and Reference Group towards Repurchase Intention on Beauty

Clinic Service”

Liendah F. Oktavia Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out 1) the influence of brand image towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) characteristic of consumer, which is vanity seeking, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) characteristic of consumer, which is materialism, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) the influence of reference group towards repurchase intention on beauty clinic service. The sample of this research are consumers who have used the beauty clinic service in Natasha Skin Care Yogyakarta, London Beauty Clinic Yogyakarta, Larissa Aesthetic Centre Yogyakarta, and Naavagreen Natural Skin Care Yogyakarta, with the total of 200 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The validity test uses explanatory factor analysis and reliability test uses Cronbach’s Alpha formula. The data analysis technique which is used in this reseach is linear multiple regression analysis with t-test. The result of the research shows that 1) brand image has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) vanity seeking has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) materialism has negative influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) reference group has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service.

Keywords: brand image, vanity seeking, materialism, reference group,

(3)

PENGARUH BRAND IMAGE, VANITY SEEKING,

MATERIALISM, DAN KELOMPOK ACUAN PADA MINAT

BELI ULANG JASA KLINIK KECANTIKAN

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh:

Liendah F Oktavia

132222207

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH BRAND IMAGE, VANITY SEEKING,

MATERIALISM, DAN KELOMPOK ACUAN PADA

MINAT BELI ULANG JASA KLINIK KECANTIKAN

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh:

Liendah F. Oktavia

132222207

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)

ji yang terdiri tlari:

Penguji Ahli

sebagai saiah

lv{agi ster lv{an ajemen Unrrrersitas Sanata Dhanna

Ketua Prcgram Studi

(7)

PERNYATAAN

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa dalam tesis

ini

tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

i2016

Liendah F Oktavia

(8)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

Nomor Mahasiswa

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan Kelompok Acuan

Pada

Minat

Beli Ulang Jasa

Klinik

Kecantikan, beserta perangkat yang

diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma

hak

untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Lrternet atavmedia lain untuk kepentingan akademis

tutpa perlu meminta

ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :22 htnr Yang menyatakan

(9)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Brand

Image, Vanity Seeking, Materialism, dan Kelompok Acuan Pada Minat Beli

Ulang Jasa Klinik Kecantikan”. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis tesis ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak T. Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D, selaku Kepala Prodi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

3. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sanata Dhrama yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

4. Papa dan mamaku tercinta Sutikno dan Indah Yani, yang selalu mendoakan nonik selalu, memberikan semangat, dukungan, motivasi, nasihat agar cepat menyelesaikan tesis, kasih sayang, cinta kasih yang sangat besar. Terima kasih papa dan mama.

(10)

6.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis

ini

yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan karena keterbatasan

dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun daipara pembaca guna menyempurnakan tesis

(11)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Brand Image ... 9

2. Perilaku Pembelian Konsumen ... 10

3. Vanity Seeking ... 13

4. Materialsm ... 14

5. Kelompok Acuan……… 16

6. Proses Keputusan Pembelian ... 17

7. Minat Beli Ulang ... 22

B. Hipotesis ... 23

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28

C. Jenis Data ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Variabel Penelitian ... 31

G. Definisi Operasional ... 32

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 35

(12)

ix

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

A. London Beauty Centre ... 41

B. Naavagreen Natural Skin Care... 46

C. Natasha Skin Care ... 50

D. Larissa Aesthetic Center ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Uji Instrumen Penelitian ... 62

B. Analisis Deskriptif Data Responden ... 65

C. Analisis Deskriptif atas Variabel Penelitian ... 70

D. Uji Asumsi Klasik ... 76

E. Analisis Regresi Linear Berganda ... 79

BAB VI PENUTUP ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Implikasi Manajemen... 112

C. Implikasi Untuk Penelitian Lanjutan ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN 1: KUESIONER ... 119

LAMPIRAN 2: VALIDITAS&RELIABILITAS ... 126

LAMPIRAN 3: KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 131

LAMPIRAN 4: ASUMSI KLASIK ... 135

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar II.1 Perilaku Pembelian Konsumen ... 12

Gambar II.2 Model Perilaku Konsumen ... 13

Gambar II.3 Model Lima tahap Proses Pembelian Konsumen ... 18

Gambar II.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 27

Gambar IV.1 Logo London Beauty Centre ... 41

Gambar IV.2 Logo Naavagreen Natural Skin Care ... 46

Gambar IV.3 Logo Natasha Skin Care ... 50

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel V.1 Hasil Uji Validitas ... 63

Tabel V.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 64

Tabel V.3 Usia Responden ... 66

Tabel V.4 Pendidikan/Pekerjaan ... 67

Tabel V.5 Pendapatan ... 68

Tabel V.6 Klinik Kecantikan ... 69

Tabel V.7 Frekuensi ... 70

Tabel V.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 71

Tabel V.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 78

Tabel V.10 Hasil Uji Regresi Berganda;Natasha Skin Care ... 80

Tabel V.11 Hasil Uji Regresi Berganda;London Beauty Centre ... 81

Tabel V.12 Hasil Uji Regresi Berganda;Larissa Aesthetic Center ... 82

Tabel V.13 Hasil Uji Regresi Berganda;Naavagreen Natural Skin Care .. 83

Tabel V.14 Hasil Uji Regresi Berganda;Untuk semua Klinik... 84

Tabel V.15 Hasil Uji R2 dan Adjusted R2 ... 85

(15)

xii

DAFTAR DIAGRAM

(16)

xiii

ABSTRAK

Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan

Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik

Kecantikan”

Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) karakteristik konsumen, yaitu

vanity seeking, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3)

karakteristik konsumen, yaitu materialism, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 4) kelompok acuan, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan di Yogyakarta yaitu Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin care dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas menggunakan analisis faktor (Explanatory factor Analysis) dan uji reliabilitas menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3) materialsme berpengaruh negatif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, dan 4) kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

(17)

xiv

ABSTRACT

“The Influence of Brand Image, Vanity Seeking, Materialism,

and Reference Group towards Repurchase Intention on Beauty

Clinic Service”

Liendah F. Oktavia Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out 1) the influence of brand image towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) characteristic of consumer, which is vanity seeking, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) characteristic of consumer, which is materialism, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) the influence of reference group towards repurchase intention on beauty clinic service. The sample of this research are consumers who have used the beauty clinic service in Natasha Skin Care Yogyakarta, London Beauty Clinic Yogyakarta, Larissa Aesthetic Centre Yogyakarta, and Naavagreen Natural Skin Care Yogyakarta, with the total of 200 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The validity test uses explanatory factor analysis and reliability test uses Cronbach’s Alpha formula. The data analysis technique which is used in this reseach is linear multiple regression analysis with t-test. The result of the research shows that 1) brand image has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) vanity seeking has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) materialism has negative influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) reference group has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service.

Keywords: brand image, vanity seeking, materialism, reference group,

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu

ada dalam setiap manusia. Setiap wanita selalu berkeinginan untuk memiliki penampilan yang sempurna. Bukan hanya dalam berpakaian, namun juga kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

berpenampilan. Cantik merupakan kunci utama bagi kaum wanita yang dapat membuat wanita menjadi lebih percaya diri.

Kebutuhan seseorang untuk melakukan perawatan akan memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan industri kecantikan di Indonesia.

Industri bisnis kecantikan memiliki potensi yang tinggi di pasar Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dasar potensi besar dalam industri kecantikan yang pertumbuhannya hingga tahun 2016 diperkirakan 20%

(www.ekbis.sindonews.com, 2015).

Klinik-klinik kecantikan di Yogyakarta ini menarik untuk dikaji,

karena menumbuhkan isu kuat mengenai besarnya kebutuhan perempuan-perempuan Jogja untuk merawat kulitnya agar lebih terlihat “cantik”. Terdapat beberapa klinik kecantikan yang terkenal di Yogyakarta seperti Natasha Skin

Care, London Beauty Centre, Erha Clinic, Larissa Aesthetic Center, Naavagreen Natural Skin Care, Klinik Estetika, dan masih banyak lagi klinik

(19)

2

menawarkan konsep yang semakin modern dengan pilihan jasa perawatan yang beragam.

Persaingan ketat yang timbul akibat banyaknya perusahaan yang bergerak di dalam industri klinik kecantikan, akan mempengaruhi sebuah

perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan menjaga brand image perusahaan. Agar dapat bertahan, perusahaan tersebut dituntut untuk lebih memperhatikan keinginan, kebutuhan, dan kepuasan konsumen agar konsumen

terus membeli dan menggunakan jasa klinik kecantikan.

Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

faktor internal (Hawkins et al., 2013). Faktor eksternal di antaranya terdiri atas budaya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, kelompok

acuan, keluarga, teman, dan lain lain), sedangkan faktor internal di antaranya terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, alasan, kepribadian, emosi, dan perilaku serta aktivitas pemasaran (marketing activities).

Adanya intensitas persaingan yang ketat di antara klinik-klinik kecantikan membutuhkan pengambilan keputusan yang didukung analisis

upaya pemasaran perusahaan dan karakteristik konsumen dari produk atau jasa. Upaya pemasaran perusahaan khususnya dalam penelitian ini yaitu brand

image, dan karakteristik konsumen antara lain vanity seeking, materialism dan

kelompok acuan.

Koubaa (2008) menyatakan brand image adalah persepsi emosional

(20)

3

mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra

merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et

al., 2008). Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand

jika konsumen mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik.

Karakteristik konsumen dari penggunaan jasa terdiri dari vanity

seeking dan materialism. Karakteristik konsumen yang pertama adalah vanity

seeking. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian

seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya

(Netemeyer et al.,1995). Dalam kehidupan sehari-hari, semakin banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisik mereka khususnya penampilan, dan biasannya penampilan ini berhubungan erat dengan citra diri seseorang. Dari

cara seseorang berpenampilan dapat dilihat status ataupun selera dari orang dan juga untuk menunjukkan prastise sosial. Menggunakan jasa klinik

kecantikan yang terkenal, dapat memberikan kepuasan kepada si pelanggan sebagai bagian dari perilaku ingin menampilkan penampilan sehingga dapat mendorong untuk berprilaku konsumtif dan menimbulkan perilaku konsumen

pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

Karakteristik konsumen yang kedua adalah materialism. Materialism

(21)

4

besar pada perilaku konsumen, termasuk persepsi konsumen, dan preferensi (Dewi, et al.,2015). Secara umum, konsumen dengan karaketristik materialism

yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.

Selain dari upaya pemasaran perusahaan dan karakteristik konsumen, perilaku konsumen merupakan aspek penting dalam keputusan pembelian dan konsumsi konsumen. Perilaku konsumen yang dimaksud adalah kelompok

acuan. Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan bahwa individu sering membuat pilihan konsumsi yang dipengaruhi oleh berbagai kelompok acuan

mereka (Escalas dan Bettman, 2005). Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu

(Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008). Kelompok acuan dapat mempengaruhi minat beli ulang secara langsung melalui persepsi kualitas

produk, kelompok acuan sebagai sarana penyampaian informasi dan mampu membujuk konsumen.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi minat beli ulang pada klinik kecantikan di Yogyakarta dengan didasarkan pada proses pencarian data tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh ketertarikan

faktor-faktor tersebut dengan membatasi objek penelitian, yaitu klinik kecantikan besar seperti Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa

(22)

5

B. Rumusan Masalah & Pertanyaan Penelitian

Pasar jasa dalam industri klinik kecantikan di Yogyakarta sedang

berkembang pesat dengan maraknya klinik kecantikan yang telah berdiri. Persaingan dalam industri jasa klinik kecantikan, memberikan gambaran

tingkat kompetisi yang tinggi dalam industri ini. Intensitas persaingan dalam industri jasa klinik kecantikan dipengaruhi oleh banyaknya klinik kecantikan yang beroperasi dan penyedia jasa kecantikan lain yang bukan klinik

kecantikan, sehingga hal tersebut membutuhkan pengambilan keputusan konsumen yang didukung analisis atas karaketristik konsumen dari produk

atau jasa dan upaya pemasaran perusahaan. Upaya pemasaran perusahaan khususnya dalam penelitian ini yaitu brand image, dan karakteristik konsumen

antara lain vanity seeking, materialism dan kelompok acuan.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian merumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Apakah brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan ?

2. Apakah karakteristik konsumen, yaitu vanity seeking, berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan kecantikan?

3. Apakah karakteristik konsumen, yaitu materialism, berpengaruh pada

minat beli ulang jasa klinik kecantikan?

4. Apakah kelompok acuan berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik

(23)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh brand image pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, yaitu vanity

seeking, pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

3. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, yaitu materialism,

pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.

4. Untuk mengetahui pengaruh kelompok acuan pada minat beli ulang jasa

klinik kecantikan. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

Memperdalam konsep teori brand image, dan karakteristik konsumen yaitu

vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan khusunya yang

mempengaruhi minat beli ulang konsumen.

2. Bagi Manajer

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbungan pemikiran dalam bidang manajemen pemasaran dan sebagai bahan masukan dan kontribusi

(24)

7

E. Batasan Penelitian

Banyak hal yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen antara

lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya terdiri atas budaya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, kelompok

acuan, keluarga, teman, dan lain lain), sedangkan faktor internal di antaranya terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, alasan, kepribadian, emosi, dan perilaku serta aktivitas pemasaran (marketing activities). Penelitian ini hanya

membatasi beberapa faktor dari upaya pemasaran perusahaan yaitu brand

image dan karakteristik kosumen yang meliputi vanity seeking, materialism,

dan kelompok acuan. F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjuan Literatur & Perumusan Hipotesis

Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dalam penulisan karya ilmiah dan merumuskan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini akan menjelaskan mengenai jenis penelitian, lokasi

(25)

8

data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengujian sampel, teknik pengujian instrumen, dan teknik

analisis data.

Bab IV Gambaran Perusahaan

Bab ini berisi tentang gambaran umum. Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis data dan

pembahasannya.

Bab VI Kesimpulan dan Implikasi Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari analisis data yang ada, saran yang dapat diberikan oleh

(26)

9

BAB II

TINJUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Brand Image

American maketing association mendefinisikan brand sebagai nama

istiah, tanda, lambing atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Brand

adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan brand tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata-berhubungan dengan kinerja produk dari brand. Perbedaan ini juga bersifat simbolis, emosional atau tidak nyata-berhubungan dengan apa

yang direspresentasikan brand (Kotler dan Keller, 2012).

Kotler dan Keller (2012) menyatakan strategi penetapan merek

(branding strategy) perusahaan mencerminkan jumlah dan jenis baik elemen umum maupun unik yang ditetapkan perusahaan pada produk yang dijualnya. Memutuskan cara menetapkan merek produk baru merupakan hal

yang sangat penting. Ketika perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru, perusahaan mempunyai tiga pilihan utama:

(27)

10

b. Perusahaan dapat menerapkan beberapa elemen mereknya yang sudah ada.

c. Perusahaan dapat menggunakan kombinasi elemen merek baru yang ada.

Stern et al., (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa aspek yang membuat brand image menjadi begitu bervariasi: 1) di mana letak citra/image artinya apakah citra tersebut berada dalam benak konsumen atau

memang pada objeknya. 2) sifat alamiah artinya apakah citra tersebut mengacu pada proses, bentuk atau sebuah transaksi. 3) Jumlah artinya berapa

banyak dimensi yang membentuk citra. Koubaa (2008) menyatakan brand

image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek

tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek

lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et al., 2008).

2. Perilaku Pembelian Konsumen

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, mengamankan dan menggunakan dan

mengatur barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan needs dan

wants mereka (Hawkins et al.,2013). Fokus utama dalam perilaku konsumen

(28)

11

untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan (Schiffman dan Kanuk, 2010).

Hawkins et al., (2013) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, seperti pada gambar 2.1. Faktor

eksternal diantaranya terdiri atas budya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, grup referensi, keluar, teman, dan lain lain), dan aktivitas pemasaran (marketing activities). Dalam penelitian ini, pengaruh

faktor ekternal terhadap keputusan pembelian konsumen khususnya yaitu kelompok acuan dan karakteristik konsumen lainnya yaitu vanity seeking dan

materialism sedangkan aktivitas pemasaran yaitu brand image akan

berpengaruh pada minat beli ulang dan kemudian dianalisis lebih lanjut.

Kotler dan Keller (2012) mengatakan bahwa titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model respon rangsangan tanggapan yang diperlihatkan dalam gambar 2.2. Rangsangan pemasaran dan

lingkungan memasuki kesadaran konsumen dan sekelompok proses psikologis digabungkan dengan karaketeristik konsumen tertentu untuk

menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis penting (motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori) secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai

(29)

12

Gambar II.1

Perilaku Pembelian Konsumen

Sumber: Hawkins et al., (2013) Pengaruh

Eksternal:

 Budaya

 Sub-Budaya

 Demografi

 Pengaruh Sosial

 Kelompok Acuan  Keluarga  Aktivitas Marketing Pengaruh Internal:  Persepsi  Pembelajaran  Demografi

 Pengaruh Sosial

(30)
[image:30.595.86.532.139.629.2]

13

Gambar II.2

Model Perilaku Konsumen

Sumber: Kotler dan Keller (2012)

Berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti, penelitian ini

mencakup variabel dependen yaitu minat beli ulang dan variabel independen yaitu brand image, vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan. Dalam teori ini yang telah dijelaskan di atas disebutkan bahwa dalam keputusan

pembelian dipengaruhi oleh faktor ekternal dan faktor internal (Hawskin et

al., 2013).

3. Vanity Seeking

Isitilah vanity banyak digunakan dalam berbagai konteks atau keadaan. Untuk mendefinisikan mengenai vanity diperoleh dari literatur

seperti Sosiologi, Psikologi, Filosofi, dan tingkah laku konsumen. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian seseorang Rangsangan

(31)

14

yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya. Ada empat komponen sifat nyata yang dimiliki vanity (Netemeyer et al.,1995), yaitu:

a. Kepedulian terhadap penampilan fisik. b. Pandangan positif terhadap penampilan fisik.

c. Kepedulian terhadap pemenuhan/prestasi. d. Pandangan positif terhadap pemenuhan/prestasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya semakin banyak orang yang

tidak puas dengan kondisi fisik mereka khususnya penampilan, dan biasannya penampilan ini berhubungan erat dengan citra diri seseorang. Dari

cara seseorang berpenampilan dapat dilihat status ataupun selera dari orang dan juga untuk menunjukkan prastise sosial.

Fisik (physical) and prestasi (achievement) vanity sangat penting dari prespektif konsumen dalam praktisi pemasaran. Banyak produk yang di iklankan atas dasar klaim untuk meningkatkan penampilan dan atau manfaat

konsumen yang dianggap menarik secara fisik.

Durvasula (2010) Achievement vanity dapat dengan mudah dilihat

saat konsumen mengkonsumsi produk, dengan mengkonsumsi produk menujukkan status dan keberhasilan atau dengan kata lain konsumsi yang mencolok. Melalui kepemilikan produk, konsumen dapat menampilkan

bagaimana prestasi dari keberhasilan pribadi mereka.

4. Materialism

Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang

(32)

15

materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen, termasuk

persepsi konsumen, dan preferensi (Dewi et al., 2015). Secara umum,

konsumen dengan karaketristik materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.

Materialism dapat dikonseptualisasikan dalam berbagai cara

termasuk pengabdian dengan kebutuhan dan keinginan material, sebagai pola pikir yang berfokus dalam berbelanja serta mendapatkan harta duniawi

(Richins dan Dawson, 1992).

Sejak itu, metrik untuk mengukur tingkat materialism seseorang telah

dimodifikasi oleh orang lain (Richins dan Dawson, 1992). Materialism telah diselidiki dalam banyak penyelidikan riset konsumen yang menunjukkan

pentingnya dalam pemahaman perilaku konsumen. Durvasula (2010)

materialism terkait dengan sikap terhadap uang yang dimiliki sehingga

seseorang terlibat dalam kegiatan materialistik.

Pada umumnya, konsumen yang memiliki sifat materialism yang tinggi cenderung lebih peduli tentang menampilkan status dan harta benda

mereka dalam kelompok sosial yang relevan . Proses dan membeli produk dan merek yang mahal menunjukkan pencapaian materialism yang lebih tinggi dan juga membantu konsumen dalam membuat kesan yang positif

pada orang lain.

Materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen pada

(33)

16

materialism konsumen yang terkait secara khusus mendefinisikan

konsekuensi perilaku konsumen.

5. Kelompok Acuan

Sumarwan (2011) sebuah kelompok merupakan kumpulan dari dua

atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok dimana konsumen

menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut.

Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan

digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif, kognitif, dan perilaku kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku

seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian

dan konsumsi.

Kelompok mempengaruhi proses pembelian dalam dua cara. Pertama, kelompok mempengaruhi pembelian yang dibuat oleh seorang

konsumen. Kedua, anggota-anggota kelompok sering kali membuat keputusan bersama-sama sebagai sebuah kelompok. Kelompok acuan bisa

(34)

17

sama atau berbeda dari budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari sub-budaya yang berbeda atau sama.

Kelompok acuan merupakan aspek penting dalam studi perilaku konsumen. Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan bahwa individu

sering membuat pilihan konsumsi yang dipengaruhi oleh berbagai kelompok acuan mereka (Escalas dan Bettman, 2005). Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu

(Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008).

Beberapa kelompok acuan mungkin ada hanya saat mengkonsumsi merek tertentu atau produk (Muniz dan O'Guinn, 2001).

Kelompok-kelompok ini tidak saling eksklusif, dan oleh karena itu individu dapat dipengaruhi oleh kelompok acuan (Luna et al., 2008). Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa ada kelompok acuan yang mungkin memiliki pengaruh

disosiatif pada perilaku individu. 6. Proses Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keller, 2012). Kotler dan Keller (2012) seperti yang ditampilkan pada

gambar 2.3, ketika membeli produk secara umum konsumen mengikuti proses pembelian konsumen seperti, pengenalan masalah, pencarian

[image:34.595.88.508.246.608.2]
(35)
[image:35.595.82.510.148.641.2]

18

Gambar II.3

Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen

Sumber: Kottler dan Keller (2012)

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah

atau kebutuhan yang di picu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya kebutuhan umum seseorang-lapar, haus,

yang kemudian mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Rangsangan eksternal misalnya seseorang bisa mengagumi

mobil baru tetangganya yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.

Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan

tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering

membangkitkan minat terhadap suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan startegi pemasaran yang memacu minat konsumen (Kotler dan Keller, 2012).

b. Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk

mencari informasi yang lebih banyak. Ada dua level rangsangan yang terjadi yaitu level penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka Pengenalan

Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan pembelian

(36)

19

terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin lebih aktif mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelpon teman,

melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produsk tersebut.

Konsumen menerima informasi terpenting tentang sebuah produk dari komersial-yaitu sumber yang didominasi pemasar. Meskipun demikian, informasi yang paling efektif seing berasal dari sumber pribadi

atau sumber publik yang merupakan otoritas independen.

Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam

mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial biasannya melaksanakan fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan

fungsi legimitasi atau evaluasi. c. Evaluasi Alternatif

Tidak ada proses tunggal yang digunakan oleh semua konsumen, atau

oleh seseorang konsumen dalam semua situasi pembelian. Ada beberapa proses, dan sebagian besar model terbaru melihat konsumen membentuk

sebagian besar penilaian secara sadar dan rasional.

Bebarapa konsumen dasar yang akan membantu memahami proses evaluasi; pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan,

Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut

(37)

20

d. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek

dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud

pembelian, konsumen dapat membentuk lima subkeputusan:merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.

Model nonkompensatoris dari pilihan konsumen adalah hal-hal yang

dianggap baik untuk sebuah produk dapat membantu menutup hal-hal yang dianggap buruk. Heuristik adalah aturan sederhana atau jalan pintas

mental dalam proses keputusan. Pengetahuan merek atau produk, jumlah dan kemiripan pilihan merek dan tekanan waktu yang terlibat, serta

konteks sosial, semuanya mempengaruhi apa dan bagaimana kita menggunakan hauristik yang dipilih.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengambil konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar

hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhdap informasi yang mendukung keputusannya. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembeli, tindakan pasca pembeli, dan penggunaan

produk pasca pembeli. 1) Kepuasan Pasca Pembeli

(38)

21

konsumen, konsumen akan kecewa jika memenuhi harapan, konsumen akan puas jika melebihi harapan, konsumen sangat puas.

Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan membicarakan hal-hal yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain. 2) Tindakan Pasca Pembelian

Jika konsumen puas, konsumen akan membeli produk itu

kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Di pihak lain, konsumen yang

kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk, Mereka akan mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi.

3) Penggunaan dan Penyingkiran Pasca Pembelian

Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk-semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah

produk, semakin cepat mereka kembali ke pasar untuk membelinya lagi.

Surmawan (2011) proses konsumsi akan diikuti oleh proses pembuangan produk. Barang-barang tidak tahan lama atau yang habis dipakai biasanya tidak menimbulkan masalah bagi konsumen, karena

produk tersebut akan habis jika terus-menerus dipakai oleh konsumen.

(39)

22

7. Minat Beli Ulang

Kusdya (2012) minat konsumen adalah keinginan yang timbul dari

proses pengaktifan ingatan sebagai sebuah rencana yang tersimpan. Keinginan konsumen untuk membeli ulang suatu produk didasarkan pada

kepercayaan dan nilai yang berkaitan dengan tindakan membeli atau menggunakan produk tersebut. Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian konsumen di mana kesesuaian antara performa dari

produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan menghasilkan minat konsumen untuk mengkonsumsinya lagi di masa akan datang.

Kurniawan, et al., (2007) minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar

dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk

melakukan pembelian pada kesempatan mendatang.

Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan

pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Intention to buy juga didefinisikan sebagai pernyataan

yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (Howard et

(40)

23

Hellier, et al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk dan

jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi/ pengalaman yang terjadi setelah berbelanja.

Dari uraian mengenai minat beli ulang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada produk suatu barang maupun jasa yang

dilakukan secara berulang-ulang pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk/jasa dan

merekomendasikan produk tersebut secara positif kepada orang lain berdasarkan pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lampau.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih akan di uji kebenarannya. Dari

kerangka penelitian yang dilakukan, maka dapatlah dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

Koubaa (2008), brand image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran mental secara

keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek

(41)

24

mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik. Oleh karena

itu, peneliti merumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1: Brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisiknya terutama pada penampilan. Penampilan yang cantik dan

menarik merupakan tujuan dari kaum wanita. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian seseorang yang berlebihan terhadap

penampilan fisik dan prestasinnya (Netemeyer et al.,1995)

Klinik kecantikan hadir memfasilitasi perempuan yang menginginkan

perawatan pada kulit wajahnya agar sehat dan terawat. Seseorang menggunakan jasa klinik kecantikan yang terkenal, dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai bagian dari perilaku ingin menampilkan penampilan yang

menarik dan cantik. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:

H2: Vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang

terhadap harta. Dewi, et al., (2015), bahwa materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen, termasuk persepsi konsumen, dan preferensi.

(42)

25

Konsumen yang memiliki perilaku materialism ditandai dengan ingin memiliki penampilan cantik dan menarik sehingga dapat mengesankan orang lain,

konsumen akan lebih senang dan puas jika menggunakan jasa klinik kecantikan dan ingin melakukan pembelian ulang jasa kecantikan tersebut. Oleh karena itu,

peneliti merumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3: Materialism berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

Sumarwan (2011) sebuah kelompok merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang

sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok dimana konsumen

menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis keempat sebagai berikut:

H4: Kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik

kecantikan.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari tiga variabel, sebagai berikut:

1. Brand Image

2. Vanity Seeking

3. Materialism

(43)

26

(44)
[image:44.595.88.508.137.630.2]

27

Gambar II. 4

Kerangka Konseptual Penelitian

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (+)

Brand Image

Kelompok Acuan

Materialism Vanity Seeking

(45)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian ini berisi mengenai desain penelitian, popuasi,

sampel dan definisi operasional dari masing-masing variabel. Penulis menggunakan dua jenis analisis data yaitu deskriptif dan kuantitatif. Analisi data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel

penelitian. Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka

dimana data tersebut diperoleh dari jawaban kuesioner (Cooper dan Schindler, 2014).

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian adalah masyarakat Yogyakarta yang sudah pernah menggunakan jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care,

London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care.

2. Objek penelitian yang akan diteliti untuk mengatahui pengaruh brand image,

vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan pada minat beli ulang jasa

(46)

29

C. Jenis Data

Penelitian ini mengunakan data primer. Data primer adalah sumber data

penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus di kumpulkan untuk menjawab

pernyataan penelitian. D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan dari keseluruhan elemen yang terdiri atas partisipan individual atau objek yang memiliki karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk menarik beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang

pernah menggunakan jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care.

2. Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah nonprobability sampling, yaitu tidak semua anggota populasinya memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dan probabilitas elemen populasi yang dipilih tidak diketahui dengan pasti. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel probabilitas

(47)

30

Adapun yang menjadi kriteria dalam penelitian ini yaitu: konsumen yang sudah menggunakan salah satu jasa klinik kecantikan sebagai berikut:

Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, atau Naavagreen Natural Skin Care dan menggunakan jasa klinik kecantikan

maksimal dalam enam bulan terakhir.

Hair, et al., (2006) pedoman ukuran sampel tergantung pada jumlah indikator kali 5 sampai 10. Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel

dengan jumlah keseluruhan indikator sebanyak 23, sehingga membutuhkan 200 anggota sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui survey, dan

alat yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yaitu pelaporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner terdiri dari

dua bagian, yaitu:

a. Bagian I berisi tentang data pribadi responden.

b. Bagian II berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan brand

image, vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan dan minat beli

ulang.

Skala pengukuran menggunakan skala Likert, dimana sangat setuju (SS) diberi nilai 5; setuju (S) diberi nilai 4; netral (N) diberi nilai 3; tidak

(48)

31

F. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y.

2. Definisi Variabel

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Brand Image ( X1 )

2) Vanity Seeking ( X2 ) 3) Materialism ( X3 )

4) Kelompok Acuan ( X4 ) b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

(49)

32

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup:

1.Brand Image

Keller (1993), brand image adalah persepsi tentang merek yang

merupakan refleksi memori konsumen akan asosianya pada merek tersebut. Dapat juga dikatakann bahwa brand image merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya.

Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand jika konsumen mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut

mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik.

Indikator:

a.Klinik kecantikan memberikan harapan untuk menjadi cantik. b.Klinik kecantikan membuktikan klaim yang diberikan.

c.Klinik kecantikan memberikan kredibilitas tinggi bagi para pengguna. d.Klinik kecantikan membuktikan kualitas jasa yang diberikan.

e.Orang-orang yang saya kagumi menggunakan jasa kecantikan. 2.Vanity seeking

Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan

kepedulian seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinya. Ada empat indikator sifat nyata yang dimiliki vanity (Netemeyer

et al., 1995), yaitu:

(50)

33

b. Saya memiliki pandangan positif terhadap penampilan fisik yang cantik dan menarik.

c. Saya memiliki pandangan positif terhadap pemenuhan akan penampilan yang cantik dan menarik.

d. Saya sangat memperhatikan penampilan saya.

e. Saya merasa bahwa orang-orang selalu memperhatikan penampilan cantik dan menarik.

f. Bagi saya sangat penting untuk selalu terlihat cantik dan menarik.

3.Materialism

Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang

terhadap harta. Materialism mengandung tiga karakteristik;iri, tidak murah

hati, dan posesif (Belk,1985). Secara umum. konsumen dengan karakteristik

materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada

kelompok-kelompok sosial mereka. Pengungkapan terhadap materialism ini

dilakukan dengan menggunakan skala. Skala tersebut disusun berdasarkan aspek aspek materialism yang dikemukan oleh Richins & Dawson (1992) yaitu

centrality yang berarti materi adalah pusat atau tujuan hidup, happiness yang

berarti materi adalah sumber kebahagiaan dan kepuasan hidup, dan success yang mengandung arti materi adalah tolak ukur kesuksesan. Untuk mengukur

materialism, penelitian ini mengadopsi item pengukuran dari Sharma dan Chan (2011). Ada 5 (lima) item yang digunakan untuk mengukur variabel ini, yaitu:

(51)

34

a. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki rumah yang mewah, mobil, dan pakaian.

b. Saya senang memiliki barang yang dapat mengesankan orang lain. c. Saya akan lebih senang jika saya memiliki barang yang saya tidak

punya.

d. Saya lebih senang jika saya mampu untuk membeli barang yang lebih banyak.

e. Terkadang mengganggu saya jika saya tidak mampu untuk membeli semua barang yang saya inginkan.

4.Kelompok Acuan

Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang

yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu (Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan

konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008). Indikator:

a. Saya sering menggunakan jasa klinik kecantikan yang sedang ramai dibicarakan teman-teman.

b. Saya sering meminta pertimbangan teman-teman pada saat saya akan

menggunakan jasa klinik kecantikan.

c. Saya membuat keputusan pembelian menggunakan jasa klinik

(52)

35

d. Sebelum menggunakan jasa klinik kecantikan, saya selalu membicarakan dengan teman saya tentang klinik kecantikan yang saya akan gunakan.

5.Minat Beli Ulang

Intention to buy juga didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan

dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (Howard et al, 1988). Hellier,et al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana

seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk dan jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi/ pengalaman yang terjadi setelah berbelanja

Indikator:

a. Saya memiliki waktu khusus secara rutin untuk menggunakan jasa klinik kecantikan

b. Saya bersedia merekomendasikan jasa klinik kecantikan ke orang lain untuk menggunakan jasa yang sama.

c. Saya akan merekomendasikan jasa klinik kecantikan kepada keluarga, dan teman.

H. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan pengujian kemampuan instrument-instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Instrumen-instrumen pengukuran dalam

(53)

36

analisis faktor. Item-item pernyataan dikatakan valid jika nilai loading faktor di atas 0,5 (Ghozali, 2009).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Untuk menghitung reliabilitas instrumen maka dilakukan analisis dengan menggunakan teknik belah dua. Dengan menggunakan teknik belah dua, dalam penelitian ini reliabilitas kemudian diukur dengan teknik

Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2002).

Rumus:

di mana:

r : koefisien reabilitas instrumen (croncbach’s alpha)

: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

: total varians butir

: total varian.

Kriteria pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:

a. Jika dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen

tersebut dikatakan valid.

(54)

37

I. Teknik Analisis Data

A. Karakteristik responden

Untuk mengetahui karakteristik responden seperti: umur, pekerjaan, pendapatan, dan klinik kecantikan, maka digunakan analisis persentase.

Rumus:

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum analisis regresi linear. Uji-uji

asumsi ini meliputi: a. Uji Normalitas

Menurut Priyatno (2011), uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas bukan masing-masing variabel

independen dan dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai

residual yang terdistribusi secara normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonalnya pada grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized

Residual sebagai dasar pengambilan keputusan. Jika sekitar garis dan

mengikuti garis diagonal maka residual pada model regresi tersebut

terdistribusi secara normal. b. Uji Multikoliniearitas

(55)

38

ditemukan adannya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji

multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai

VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Scatterplot yaitu dengan melihat pola titik-titik pada Scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan

di bawah angka 0 pad sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas.

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Alat bantu analisis ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh brand image, vanity

seeking, materialism, dan kelompok acuan pada jasa klinik kecantikan.

Rumus koefisien regresi linear berganda

(56)

39

di mana:

Y : Minat beli ulang

a : konstanta a

b : koefisien regresi

: brand image

: vanity seeking

:materialism

: kelompok acuan

e : simpangan Baku Estimasi (error). 4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Priyatno (2011) Analisisi koefisien determinan (R²)

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen, dengan koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap varibel

dependen.

5. Menguji Hipotesis

a. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji regresi secara parsial dan digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikansi antara variabel

independen terhadap variabel dependen dengan membandingkan antara

(57)

40

Untuk menentukan nilai t-statistik tabel, ditentukan dengan tingkat

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan , dimana n

adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis sebagai berikut:

H0 diterima jika P > 0,05,

(58)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

[image:58.595.86.510.198.619.2]

A. London Beauty Centre (LBC)

Gambar IV. 1

Logo London Beauty Centre

London Beauty Centre (LBC) berdiri pada tanggal 19 juli 1998 di

Jalan Poncowinatan 47, Yogyakarta. LBC hadir dengan 43 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dari medan sampai Manado. Di Surabaya LBC memiliki

dua cabang, yaitu LBC Jemur (Surabaya I) dan LBC Manyar (Surabaya II). Dalam rangka melayani ratusan ribu meber di seluruh cabang, LBC memperkerjakan 79 dokter dan lebih dari 1000 karyawan professional lainnya,

Disamping itu, beberapa cabang LBC telah dilengkapi dengan apotek umum, yaitu LBC Green Garden (Jakarta), LBC Adisucipto (Yogyakarta), LBC

Kotabaru (Yogyakarta), LBC Yosodiputo (Solo), LBC Jemur (Surabaya), dan LBC Semarang.

London Beauty Centre (LBC) dalam pelayanannya terdiri dari

tindakan jasa dan penjualan produk yaitu krim kecantikan kulit wajah dan tubuh baik secara medik ataupun non medic. Dalam perkemangannya, London Beauty

(59)

42

1. Visi dan Misi Perusahaan

Klinik Kecantikan London Beauty Centre (LBC) memiliki visi dan

misi sebagai berikut: Visi:

Menjadi merek terkemuka dan tempat yang terpercaya bagi masyarakat dalam merawat kesehatan kulitnya.

Misi

a. Memberikan pengertian pentingnya perawatan kulit adalah bagian dari kesuksesan seseorang.

b. Memberikan solusi yang tepat dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia yang mempunyai permasalahan kesehatan kulit, terutama

kulit wajah. 2. Budaya Perusahaan

LBC sebagai salah satu klinik kecantikan terkemuka di Indonesia

senantiasa menerapkan buadaya perusahaannya dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan. Budaya perusahaan meliputi:

a. Professional b. Kejujuran

c. Kesopanan dan Keramahan

(60)

43

3. Macam-macam jasa London Beauty Centre

LBC juga menawarkan jasa berupa perawatan kecantikan kulit, yang

terdiri dari:

a. LBC Mesotheraphy

Salah satu tindakan medis untuk berbagi permasalahan kulit antara lain: 1) Mesomelasma/Mesofilt (Menghilangkan flek)

2) Mesoglow (Pen”Cerah”an)

3) Mesoalocipecia (Mengatasi kebotakan rambut kepala) 4) Mesostretchmark (Menghilangkan stretchmark)

5) Mesocellulite (Menghilangkan selulit)

6) Mesolipo & Body Sculpting (Menghancurkan lemak)

b. LBC MESO-Without Needle

Merupakan salah satu tindakan mesotherapy tanpa jarum, menggunakan teknik elekrtoporasi yang memungkinkan penetrasi obat

mencapai kedalaman tertentu dibawah permukaan kulit dengan nyaman, mudah, cepat serta tidak menimbulkan kemerahan diwajah. Efektif

mengatasi :

1) Kantong Mata

2) Flek (Melasma)

3) Mengencangkan wajah (lifting)

(61)

44

c. LBC Light Therapy

Teknologi yang memanfaatkan keajaiban cahaya Merah, Kuning, Hijau,

dan Biru untuk mengatasi berbagai masalah kulit. Dokter akan menentukan jenis cahaya yang akan digunakan sesuai dengan masalah

kulit pasien, antara lain :

1) Pe"remaja"an kulit

2) Flek 3) Jerawat

4) Kulit keriput

5) Sensitif

d. LBC Microdermabrsion

Teknologi yang dikembangkan ahli Dermatologi dari jerman yang efektif membantu mengatasi kulit wajah antara lain :

1) Bekas jerawat & Bopeng

2) Kerutan halus & Keriput

3) Permukaan kulit besar

4) Flek

5) Komedo

6) Mengencangkan kulit & Mengatasi penuaan dini e. LBC OXY-Skin

Teknologi OXY-Skin menggunakan Liquid O2 Base yang berfungsi

(62)

45

f. LBC Microcurrent

Teknologi pengencangan kulit yang membantu mengurangi tanda-tanda

penuaan, melalui meka-nisme pengaktifan reaksi kimia dalam sel yang berfungsi memacu produksi jaringan Collagen dan Elastin, memperlancar

peredaran darah, serta membantu daya penetrasi pada kulit (iontophoresis).

g. LBC Lifting

Teknologi perancangan kulit yang bekerja meningkatkan kekenyalan kulit yang mulai mengendur tertama karena faktor usia.

h. LBC Hi-Fruit Acid Peel & Beauty Peel

Tindakan yang menggunakan extrak buah-buahan yang diproduksi

(63)

46

B. Naavagreen Natural Skin Care

Gambar IV.2

Logo Naavagreen Natural Skin Care

Naavagreen Natural Skin Care maka berdiri pada tanggal 11

Agustus 2012 berlokasi di Yogyakarta. Naavagreen Natural Skin Care dalam perawatan dan produknya menggunakan bahan-bahan alami/natural.

1. VISI DAN MISI

VISI

Menjadi Pusat Pelayanan Perawatan Kecantikan Kulit dan Wajah secara

alami/natural, berkualitas dan murah, yang Prima dan terpercaya bagi semua. MISI

a. Mengembangkan keterampilan dan profesionalisme Karyawan.

b. Memberikan pelayanan perawatan yang alami / natural, berkualitas, murah dan terpercaya bagi semua pelanggan.

2.

Gambar

Gambar               Judul                                                                             Halaman Gambar II.1         Perilaku Pembelian Konsumen ...........................................
Gambar II.1  Perilaku Pembelian Konsumen
Gambar II.2  Model Perilaku Konsumen
gambar 2.3, ketika membeli produk secara umum konsumen mengikuti
+7

Referensi

Dokumen terkait

expert judgement , reliabilitas angket dihitung dengan rumus Alpha Cronbach. Analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian

product moment angka kasar, sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisis menggunakan uji Normalitas metode Lilliefors. Pada analisis

Teknik pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner) dan dokumentasi. Instrumen diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Sedangkan uji prasyarat analisis adalah

Teknik pengujian instrumen dalam penelitian ini yaitu uji validitas dan reliabilitas, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisa deskriptif dan uji mann

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan SEM jenis Partial Least Squares (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Vanity seeking

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan SEM jenis Partial Least Squares (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Vanity seeking

Validitas instrumen diuji dengan teknik penilaian ahli (expert judgement). Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan alpha cronbach. Teknik analisis data yang

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach , diketahui bahwa pengukuran uji coba pada skala kontrol diri memiliki tingkat validitas dan