1
ABSTRAK
“
Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan
Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik
Kecantikan”
Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) karakteristik konsumen, yaitu
vanity seeking, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3)
karakteristik konsumen, yaitu materialism, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 4) kelompok acuan, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan di Yogyakarta yaitu Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin care dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas menggunakan analisis faktor (Explanatory factor Analysis) dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3) materialsme berpengaruh negatif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, dan 4) kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.
2
ABSTRACT
“The Influence of Brand Image, Vanity Seeking, Materialism,
and Reference Group towards Repurchase Intention on Beauty
Clinic Service”
Liendah F. Oktavia Sanata Dharma University
2016
This research aims to find out 1) the influence of brand image towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) characteristic of consumer, which is vanity seeking, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) characteristic of consumer, which is materialism, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) the influence of reference group towards repurchase intention on beauty clinic service. The sample of this research are consumers who have used the beauty clinic service in Natasha Skin Care Yogyakarta, London Beauty Clinic Yogyakarta, Larissa Aesthetic Centre Yogyakarta, and Naavagreen Natural Skin Care Yogyakarta, with the total of 200 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The validity test uses explanatory factor analysis and reliability test uses Cronbach’s Alpha formula. The data analysis technique which is used in this reseach is linear multiple regression analysis with t-test. The result of the research shows that 1) brand image has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) vanity seeking has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) materialism has negative influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) reference group has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service.
Keywords: brand image, vanity seeking, materialism, reference group,
PENGARUH BRAND IMAGE, VANITY SEEKING,
MATERIALISM, DAN KELOMPOK ACUAN PADA MINAT
BELI ULANG JASA KLINIK KECANTIKAN
TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh:
Liendah F Oktavia
132222207
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH BRAND IMAGE, VANITY SEEKING,
MATERIALISM, DAN KELOMPOK ACUAN PADA
MINAT BELI ULANG JASA KLINIK KECANTIKAN
TESIS
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan Oleh:
Liendah F. Oktavia
132222207
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ji yang terdiri tlari:
Penguji Ahli
sebagai saiah
lv{agi ster lv{an ajemen Unrrrersitas Sanata Dhanna
Ketua Prcgram Studi
PERNYATAAN
Dengan
ini
saya menyatakan bahwa dalam tesisini
tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yangpernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
i2016
Liendah F Oktavia
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
Nomor Mahasiswa
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan Kelompok Acuan
Pada
Minat
Beli Ulang JasaKlinik
Kecantikan, beserta perangkat yangdiperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma
hak
untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain,mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Lrternet atavmedia lain untuk kepentingan akademis
tutpa perlu meminta
ijin
dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal :22 htnr Yang menyatakan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Brand
Image, Vanity Seeking, Materialism, dan Kelompok Acuan Pada Minat Beli
Ulang Jasa Klinik Kecantikan”. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis tesis ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak T. Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D, selaku Kepala Prodi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
3. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sanata Dhrama yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
4. Papa dan mamaku tercinta Sutikno dan Indah Yani, yang selalu mendoakan nonik selalu, memberikan semangat, dukungan, motivasi, nasihat agar cepat menyelesaikan tesis, kasih sayang, cinta kasih yang sangat besar. Terima kasih papa dan mama.
6.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesisini
yangtidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan karena keterbatasan
dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun daipara pembaca guna menyempurnakan tesis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Batasan Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Brand Image ... 9
2. Perilaku Pembelian Konsumen ... 10
3. Vanity Seeking ... 13
4. Materialsm ... 14
5. Kelompok Acuan……… 16
6. Proses Keputusan Pembelian ... 17
7. Minat Beli Ulang ... 22
B. Hipotesis ... 23
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28
C. Jenis Data ... 29
D. Populasi dan Sampel ... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Variabel Penelitian ... 31
G. Definisi Operasional ... 32
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 35
ix
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41
A. London Beauty Centre ... 41
B. Naavagreen Natural Skin Care... 46
C. Natasha Skin Care ... 50
D. Larissa Aesthetic Center ... 54
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Uji Instrumen Penelitian ... 62
B. Analisis Deskriptif Data Responden ... 65
C. Analisis Deskriptif atas Variabel Penelitian ... 70
D. Uji Asumsi Klasik ... 76
E. Analisis Regresi Linear Berganda ... 79
BAB VI PENUTUP ... 111
A. Kesimpulan ... 111
B. Implikasi Manajemen... 112
C. Implikasi Untuk Penelitian Lanjutan ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
LAMPIRAN 1: KUESIONER ... 119
LAMPIRAN 2: VALIDITAS&RELIABILITAS ... 126
LAMPIRAN 3: KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 131
LAMPIRAN 4: ASUMSI KLASIK ... 135
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar II.1 Perilaku Pembelian Konsumen ... 12
Gambar II.2 Model Perilaku Konsumen ... 13
Gambar II.3 Model Lima tahap Proses Pembelian Konsumen ... 18
Gambar II.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 27
Gambar IV.1 Logo London Beauty Centre ... 41
Gambar IV.2 Logo Naavagreen Natural Skin Care ... 46
Gambar IV.3 Logo Natasha Skin Care ... 50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel V.1 Hasil Uji Validitas ... 63
Tabel V.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 64
Tabel V.3 Usia Responden ... 66
Tabel V.4 Pendidikan/Pekerjaan ... 67
Tabel V.5 Pendapatan ... 68
Tabel V.6 Klinik Kecantikan ... 69
Tabel V.7 Frekuensi ... 70
Tabel V.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 71
Tabel V.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 78
Tabel V.10 Hasil Uji Regresi Berganda;Natasha Skin Care ... 80
Tabel V.11 Hasil Uji Regresi Berganda;London Beauty Centre ... 81
Tabel V.12 Hasil Uji Regresi Berganda;Larissa Aesthetic Center ... 82
Tabel V.13 Hasil Uji Regresi Berganda;Naavagreen Natural Skin Care .. 83
Tabel V.14 Hasil Uji Regresi Berganda;Untuk semua Klinik... 84
Tabel V.15 Hasil Uji R2 dan Adjusted R2 ... 85
xii
DAFTAR DIAGRAM
xiii
ABSTRAK
“
Pengaruh Brand Image, Vanity Seeking, Materialism, dan
Kelompok Acuan Pada Minat Beli Ulang Jasa Klinik
Kecantikan”
Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) karakteristik konsumen, yaitu
vanity seeking, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3)
karakteristik konsumen, yaitu materialism, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 4) kelompok acuan, pengaruhnya pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan. Populasi dalam penelitian ini yaitu konsumen yang pernah menggunakan jasa klinik kecantikan di Yogyakarta yaitu Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin care dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas menggunakan analisis faktor (Explanatory factor Analysis) dan uji reliabilitas menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 2) vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, 3) materialsme berpengaruh negatif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan, dan 4) kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.
xiv
ABSTRACT
“The Influence of Brand Image, Vanity Seeking, Materialism,
and Reference Group towards Repurchase Intention on Beauty
Clinic Service”
Liendah F. Oktavia Sanata Dharma University
2016
This research aims to find out 1) the influence of brand image towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) characteristic of consumer, which is vanity seeking, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) characteristic of consumer, which is materialism, its influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) the influence of reference group towards repurchase intention on beauty clinic service. The sample of this research are consumers who have used the beauty clinic service in Natasha Skin Care Yogyakarta, London Beauty Clinic Yogyakarta, Larissa Aesthetic Centre Yogyakarta, and Naavagreen Natural Skin Care Yogyakarta, with the total of 200 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The validity test uses explanatory factor analysis and reliability test uses Cronbach’s Alpha formula. The data analysis technique which is used in this reseach is linear multiple regression analysis with t-test. The result of the research shows that 1) brand image has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 2) vanity seeking has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 3) materialism has negative influence towards repurchase intention on beauty clinic service, 4) reference group has positive influence towards repurchase intention on beauty clinic service.
Keywords: brand image, vanity seeking, materialism, reference group,
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu
ada dalam setiap manusia. Setiap wanita selalu berkeinginan untuk memiliki penampilan yang sempurna. Bukan hanya dalam berpakaian, namun juga kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam
berpenampilan. Cantik merupakan kunci utama bagi kaum wanita yang dapat membuat wanita menjadi lebih percaya diri.
Kebutuhan seseorang untuk melakukan perawatan akan memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan industri kecantikan di Indonesia.
Industri bisnis kecantikan memiliki potensi yang tinggi di pasar Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dasar potensi besar dalam industri kecantikan yang pertumbuhannya hingga tahun 2016 diperkirakan 20%
(www.ekbis.sindonews.com, 2015).
Klinik-klinik kecantikan di Yogyakarta ini menarik untuk dikaji,
karena menumbuhkan isu kuat mengenai besarnya kebutuhan perempuan-perempuan Jogja untuk merawat kulitnya agar lebih terlihat “cantik”. Terdapat beberapa klinik kecantikan yang terkenal di Yogyakarta seperti Natasha Skin
Care, London Beauty Centre, Erha Clinic, Larissa Aesthetic Center, Naavagreen Natural Skin Care, Klinik Estetika, dan masih banyak lagi klinik
2
menawarkan konsep yang semakin modern dengan pilihan jasa perawatan yang beragam.
Persaingan ketat yang timbul akibat banyaknya perusahaan yang bergerak di dalam industri klinik kecantikan, akan mempengaruhi sebuah
perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan menjaga brand image perusahaan. Agar dapat bertahan, perusahaan tersebut dituntut untuk lebih memperhatikan keinginan, kebutuhan, dan kepuasan konsumen agar konsumen
terus membeli dan menggunakan jasa klinik kecantikan.
Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
faktor internal (Hawkins et al., 2013). Faktor eksternal di antaranya terdiri atas budaya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, kelompok
acuan, keluarga, teman, dan lain lain), sedangkan faktor internal di antaranya terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, alasan, kepribadian, emosi, dan perilaku serta aktivitas pemasaran (marketing activities).
Adanya intensitas persaingan yang ketat di antara klinik-klinik kecantikan membutuhkan pengambilan keputusan yang didukung analisis
upaya pemasaran perusahaan dan karakteristik konsumen dari produk atau jasa. Upaya pemasaran perusahaan khususnya dalam penelitian ini yaitu brand
image, dan karakteristik konsumen antara lain vanity seeking, materialism dan
kelompok acuan.
Koubaa (2008) menyatakan brand image adalah persepsi emosional
3
mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra
merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et
al., 2008). Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand
jika konsumen mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik.
Karakteristik konsumen dari penggunaan jasa terdiri dari vanity
seeking dan materialism. Karakteristik konsumen yang pertama adalah vanity
seeking. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian
seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya
(Netemeyer et al.,1995). Dalam kehidupan sehari-hari, semakin banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisik mereka khususnya penampilan, dan biasannya penampilan ini berhubungan erat dengan citra diri seseorang. Dari
cara seseorang berpenampilan dapat dilihat status ataupun selera dari orang dan juga untuk menunjukkan prastise sosial. Menggunakan jasa klinik
kecantikan yang terkenal, dapat memberikan kepuasan kepada si pelanggan sebagai bagian dari perilaku ingin menampilkan penampilan sehingga dapat mendorong untuk berprilaku konsumtif dan menimbulkan perilaku konsumen
pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.
Karakteristik konsumen yang kedua adalah materialism. Materialism
4
besar pada perilaku konsumen, termasuk persepsi konsumen, dan preferensi (Dewi, et al.,2015). Secara umum, konsumen dengan karaketristik materialism
yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.
Selain dari upaya pemasaran perusahaan dan karakteristik konsumen, perilaku konsumen merupakan aspek penting dalam keputusan pembelian dan konsumsi konsumen. Perilaku konsumen yang dimaksud adalah kelompok
acuan. Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan bahwa individu sering membuat pilihan konsumsi yang dipengaruhi oleh berbagai kelompok acuan
mereka (Escalas dan Bettman, 2005). Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu
(Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008). Kelompok acuan dapat mempengaruhi minat beli ulang secara langsung melalui persepsi kualitas
produk, kelompok acuan sebagai sarana penyampaian informasi dan mampu membujuk konsumen.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi minat beli ulang pada klinik kecantikan di Yogyakarta dengan didasarkan pada proses pencarian data tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh ketertarikan
faktor-faktor tersebut dengan membatasi objek penelitian, yaitu klinik kecantikan besar seperti Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa
5
B. Rumusan Masalah & Pertanyaan Penelitian
Pasar jasa dalam industri klinik kecantikan di Yogyakarta sedang
berkembang pesat dengan maraknya klinik kecantikan yang telah berdiri. Persaingan dalam industri jasa klinik kecantikan, memberikan gambaran
tingkat kompetisi yang tinggi dalam industri ini. Intensitas persaingan dalam industri jasa klinik kecantikan dipengaruhi oleh banyaknya klinik kecantikan yang beroperasi dan penyedia jasa kecantikan lain yang bukan klinik
kecantikan, sehingga hal tersebut membutuhkan pengambilan keputusan konsumen yang didukung analisis atas karaketristik konsumen dari produk
atau jasa dan upaya pemasaran perusahaan. Upaya pemasaran perusahaan khususnya dalam penelitian ini yaitu brand image, dan karakteristik konsumen
antara lain vanity seeking, materialism dan kelompok acuan.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian merumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Apakah brand image berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan ?
2. Apakah karakteristik konsumen, yaitu vanity seeking, berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan kecantikan?
3. Apakah karakteristik konsumen, yaitu materialism, berpengaruh pada
minat beli ulang jasa klinik kecantikan?
4. Apakah kelompok acuan berpengaruh pada minat beli ulang jasa klinik
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh brand image pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.
2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, yaitu vanity
seeking, pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.
3. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, yaitu materialism,
pada minat beli ulang jasa klinik kecantikan.
4. Untuk mengetahui pengaruh kelompok acuan pada minat beli ulang jasa
klinik kecantikan. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi Penulis
Memperdalam konsep teori brand image, dan karakteristik konsumen yaitu
vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan khusunya yang
mempengaruhi minat beli ulang konsumen.
2. Bagi Manajer
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbungan pemikiran dalam bidang manajemen pemasaran dan sebagai bahan masukan dan kontribusi
7
E. Batasan Penelitian
Banyak hal yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen antara
lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya terdiri atas budaya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, kelompok
acuan, keluarga, teman, dan lain lain), sedangkan faktor internal di antaranya terdiri dari persepsi, pembelajaran, memori, alasan, kepribadian, emosi, dan perilaku serta aktivitas pemasaran (marketing activities). Penelitian ini hanya
membatasi beberapa faktor dari upaya pemasaran perusahaan yaitu brand
image dan karakteristik kosumen yang meliputi vanity seeking, materialism,
dan kelompok acuan. F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjuan Literatur & Perumusan Hipotesis
Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dalam penulisan karya ilmiah dan merumuskan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini akan menjelaskan mengenai jenis penelitian, lokasi
8
data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengujian sampel, teknik pengujian instrumen, dan teknik
analisis data.
Bab IV Gambaran Perusahaan
Bab ini berisi tentang gambaran umum. Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis data dan
pembahasannya.
Bab VI Kesimpulan dan Implikasi Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari analisis data yang ada, saran yang dapat diberikan oleh
9
BAB II
TINJUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Brand Image
American maketing association mendefinisikan brand sebagai nama
istiah, tanda, lambing atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Brand
adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan brand tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata-berhubungan dengan kinerja produk dari brand. Perbedaan ini juga bersifat simbolis, emosional atau tidak nyata-berhubungan dengan apa
yang direspresentasikan brand (Kotler dan Keller, 2012).
Kotler dan Keller (2012) menyatakan strategi penetapan merek
(branding strategy) perusahaan mencerminkan jumlah dan jenis baik elemen umum maupun unik yang ditetapkan perusahaan pada produk yang dijualnya. Memutuskan cara menetapkan merek produk baru merupakan hal
yang sangat penting. Ketika perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru, perusahaan mempunyai tiga pilihan utama:
10
b. Perusahaan dapat menerapkan beberapa elemen mereknya yang sudah ada.
c. Perusahaan dapat menggunakan kombinasi elemen merek baru yang ada.
Stern et al., (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa aspek yang membuat brand image menjadi begitu bervariasi: 1) di mana letak citra/image artinya apakah citra tersebut berada dalam benak konsumen atau
memang pada objeknya. 2) sifat alamiah artinya apakah citra tersebut mengacu pada proses, bentuk atau sebuah transaksi. 3) Jumlah artinya berapa
banyak dimensi yang membentuk citra. Koubaa (2008) menyatakan brand
image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek
tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran mental secara keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek
lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek merupakan faktor penentu penting dari perilaku pembeli (Burmann et al., 2008).
2. Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, mengamankan dan menggunakan dan
mengatur barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan needs dan
wants mereka (Hawkins et al.,2013). Fokus utama dalam perilaku konsumen
11
untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan (Schiffman dan Kanuk, 2010).
Hawkins et al., (2013) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, seperti pada gambar 2.1. Faktor
eksternal diantaranya terdiri atas budya, sub-budaya, demografi, pengaruh sosial (status sosial, grup referensi, keluar, teman, dan lain lain), dan aktivitas pemasaran (marketing activities). Dalam penelitian ini, pengaruh
faktor ekternal terhadap keputusan pembelian konsumen khususnya yaitu kelompok acuan dan karakteristik konsumen lainnya yaitu vanity seeking dan
materialism sedangkan aktivitas pemasaran yaitu brand image akan
berpengaruh pada minat beli ulang dan kemudian dianalisis lebih lanjut.
Kotler dan Keller (2012) mengatakan bahwa titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model respon rangsangan tanggapan yang diperlihatkan dalam gambar 2.2. Rangsangan pemasaran dan
lingkungan memasuki kesadaran konsumen dan sekelompok proses psikologis digabungkan dengan karaketeristik konsumen tertentu untuk
menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis penting (motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori) secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai
12
Gambar II.1
Perilaku Pembelian Konsumen
Sumber: Hawkins et al., (2013) Pengaruh
Eksternal:
Budaya
Sub-Budaya
Demografi
Pengaruh Sosial
Kelompok Acuan Keluarga Aktivitas Marketing Pengaruh Internal: Persepsi Pembelajaran Demografi
Pengaruh Sosial
13
Gambar II.2
Model Perilaku Konsumen
Sumber: Kotler dan Keller (2012)
Berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti, penelitian ini
mencakup variabel dependen yaitu minat beli ulang dan variabel independen yaitu brand image, vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan. Dalam teori ini yang telah dijelaskan di atas disebutkan bahwa dalam keputusan
pembelian dipengaruhi oleh faktor ekternal dan faktor internal (Hawskin et
al., 2013).
3. Vanity Seeking
Isitilah vanity banyak digunakan dalam berbagai konteks atau keadaan. Untuk mendefinisikan mengenai vanity diperoleh dari literatur
seperti Sosiologi, Psikologi, Filosofi, dan tingkah laku konsumen. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian seseorang Rangsangan
14
yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinnya. Ada empat komponen sifat nyata yang dimiliki vanity (Netemeyer et al.,1995), yaitu:
a. Kepedulian terhadap penampilan fisik. b. Pandangan positif terhadap penampilan fisik.
c. Kepedulian terhadap pemenuhan/prestasi. d. Pandangan positif terhadap pemenuhan/prestasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya semakin banyak orang yang
tidak puas dengan kondisi fisik mereka khususnya penampilan, dan biasannya penampilan ini berhubungan erat dengan citra diri seseorang. Dari
cara seseorang berpenampilan dapat dilihat status ataupun selera dari orang dan juga untuk menunjukkan prastise sosial.
Fisik (physical) and prestasi (achievement) vanity sangat penting dari prespektif konsumen dalam praktisi pemasaran. Banyak produk yang di iklankan atas dasar klaim untuk meningkatkan penampilan dan atau manfaat
konsumen yang dianggap menarik secara fisik.
Durvasula (2010) Achievement vanity dapat dengan mudah dilihat
saat konsumen mengkonsumsi produk, dengan mengkonsumsi produk menujukkan status dan keberhasilan atau dengan kata lain konsumsi yang mencolok. Melalui kepemilikan produk, konsumen dapat menampilkan
bagaimana prestasi dari keberhasilan pribadi mereka.
4. Materialism
Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang
15
materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen, termasuk
persepsi konsumen, dan preferensi (Dewi et al., 2015). Secara umum,
konsumen dengan karaketristik materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada kelompok-kelompok sosial mereka.
Materialism dapat dikonseptualisasikan dalam berbagai cara
termasuk pengabdian dengan kebutuhan dan keinginan material, sebagai pola pikir yang berfokus dalam berbelanja serta mendapatkan harta duniawi
(Richins dan Dawson, 1992).
Sejak itu, metrik untuk mengukur tingkat materialism seseorang telah
dimodifikasi oleh orang lain (Richins dan Dawson, 1992). Materialism telah diselidiki dalam banyak penyelidikan riset konsumen yang menunjukkan
pentingnya dalam pemahaman perilaku konsumen. Durvasula (2010)
materialism terkait dengan sikap terhadap uang yang dimiliki sehingga
seseorang terlibat dalam kegiatan materialistik.
Pada umumnya, konsumen yang memiliki sifat materialism yang tinggi cenderung lebih peduli tentang menampilkan status dan harta benda
mereka dalam kelompok sosial yang relevan . Proses dan membeli produk dan merek yang mahal menunjukkan pencapaian materialism yang lebih tinggi dan juga membantu konsumen dalam membuat kesan yang positif
pada orang lain.
Materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen pada
16
materialism konsumen yang terkait secara khusus mendefinisikan
konsekuensi perilaku konsumen.
5. Kelompok Acuan
Sumarwan (2011) sebuah kelompok merupakan kumpulan dari dua
atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok dimana konsumen
menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut.
Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan
digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif, kognitif, dan perilaku kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang akan mempengaruhi perilaku
seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian
dan konsumsi.
Kelompok mempengaruhi proses pembelian dalam dua cara. Pertama, kelompok mempengaruhi pembelian yang dibuat oleh seorang
konsumen. Kedua, anggota-anggota kelompok sering kali membuat keputusan bersama-sama sebagai sebuah kelompok. Kelompok acuan bisa
17
sama atau berbeda dari budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari sub-budaya yang berbeda atau sama.
Kelompok acuan merupakan aspek penting dalam studi perilaku konsumen. Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan bahwa individu
sering membuat pilihan konsumsi yang dipengaruhi oleh berbagai kelompok acuan mereka (Escalas dan Bettman, 2005). Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu
(Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008).
Beberapa kelompok acuan mungkin ada hanya saat mengkonsumsi merek tertentu atau produk (Muniz dan O'Guinn, 2001).
Kelompok-kelompok ini tidak saling eksklusif, dan oleh karena itu individu dapat dipengaruhi oleh kelompok acuan (Luna et al., 2008). Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa ada kelompok acuan yang mungkin memiliki pengaruh
disosiatif pada perilaku individu. 6. Proses Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keller, 2012). Kotler dan Keller (2012) seperti yang ditampilkan pada
gambar 2.3, ketika membeli produk secara umum konsumen mengikuti proses pembelian konsumen seperti, pengenalan masalah, pencarian
[image:34.595.88.508.246.608.2]18
Gambar II.3
Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen
Sumber: Kottler dan Keller (2012)
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah
atau kebutuhan yang di picu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya kebutuhan umum seseorang-lapar, haus,
yang kemudian mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Rangsangan eksternal misalnya seseorang bisa mengagumi
mobil baru tetangganya yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.
Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat terhadap suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan startegi pemasaran yang memacu minat konsumen (Kotler dan Keller, 2012).
b. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Ada dua level rangsangan yang terjadi yaitu level penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka Pengenalan
Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan pembelian
19
terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin lebih aktif mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelpon teman,
melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produsk tersebut.
Konsumen menerima informasi terpenting tentang sebuah produk dari komersial-yaitu sumber yang didominasi pemasar. Meskipun demikian, informasi yang paling efektif seing berasal dari sumber pribadi
atau sumber publik yang merupakan otoritas independen.
Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam
mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial biasannya melaksanakan fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan
fungsi legimitasi atau evaluasi. c. Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses tunggal yang digunakan oleh semua konsumen, atau
oleh seseorang konsumen dalam semua situasi pembelian. Ada beberapa proses, dan sebagian besar model terbaru melihat konsumen membentuk
sebagian besar penilaian secara sadar dan rasional.
Bebarapa konsumen dasar yang akan membantu memahami proses evaluasi; pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan,
Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut
20
d. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek
dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud
pembelian, konsumen dapat membentuk lima subkeputusan:merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.
Model nonkompensatoris dari pilihan konsumen adalah hal-hal yang
dianggap baik untuk sebuah produk dapat membantu menutup hal-hal yang dianggap buruk. Heuristik adalah aturan sederhana atau jalan pintas
mental dalam proses keputusan. Pengetahuan merek atau produk, jumlah dan kemiripan pilihan merek dan tekanan waktu yang terlibat, serta
konteks sosial, semuanya mempengaruhi apa dan bagaimana kita menggunakan hauristik yang dipilih.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengambil konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar
hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhdap informasi yang mendukung keputusannya. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembeli, tindakan pasca pembeli, dan penggunaan
produk pasca pembeli. 1) Kepuasan Pasca Pembeli
21
konsumen, konsumen akan kecewa jika memenuhi harapan, konsumen akan puas jika melebihi harapan, konsumen sangat puas.
Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan membicarakan hal-hal yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain. 2) Tindakan Pasca Pembelian
Jika konsumen puas, konsumen akan membeli produk itu
kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Di pihak lain, konsumen yang
kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk, Mereka akan mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi.
3) Penggunaan dan Penyingkiran Pasca Pembelian
Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk-semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah
produk, semakin cepat mereka kembali ke pasar untuk membelinya lagi.
Surmawan (2011) proses konsumsi akan diikuti oleh proses pembuangan produk. Barang-barang tidak tahan lama atau yang habis dipakai biasanya tidak menimbulkan masalah bagi konsumen, karena
produk tersebut akan habis jika terus-menerus dipakai oleh konsumen.
22
7. Minat Beli Ulang
Kusdya (2012) minat konsumen adalah keinginan yang timbul dari
proses pengaktifan ingatan sebagai sebuah rencana yang tersimpan. Keinginan konsumen untuk membeli ulang suatu produk didasarkan pada
kepercayaan dan nilai yang berkaitan dengan tindakan membeli atau menggunakan produk tersebut. Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian konsumen di mana kesesuaian antara performa dari
produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan menghasilkan minat konsumen untuk mengkonsumsinya lagi di masa akan datang.
Kurniawan, et al., (2007) minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar
dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk
melakukan pembelian pada kesempatan mendatang.
Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan
pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Intention to buy juga didefinisikan sebagai pernyataan
yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (Howard et
23
Hellier, et al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk dan
jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi/ pengalaman yang terjadi setelah berbelanja.
Dari uraian mengenai minat beli ulang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada produk suatu barang maupun jasa yang
dilakukan secara berulang-ulang pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk/jasa dan
merekomendasikan produk tersebut secara positif kepada orang lain berdasarkan pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lampau.
B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih akan di uji kebenarannya. Dari
kerangka penelitian yang dilakukan, maka dapatlah dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
Koubaa (2008), brand image adalah persepsi emosional konsumen yang melampirkan merek tertentu. Ini terdiri dari keyakinan merek fungsional dan simbolik. Dengan kata lain, citra merek adalah gambaran mental secara
keseluruhan bahwa konsumen memiliki merek, dan keunikannya dibandingkan dengan merek lain (Faircloth et al., 2001). Oleh karena itu, citra merek
24
mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik. Oleh karena
itu, peneliti merumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:
H1: Brand image berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik
kecantikan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang tidak puas dengan kondisi fisiknya terutama pada penampilan. Penampilan yang cantik dan
menarik merupakan tujuan dari kaum wanita. Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan kepedulian seseorang yang berlebihan terhadap
penampilan fisik dan prestasinnya (Netemeyer et al.,1995)
Klinik kecantikan hadir memfasilitasi perempuan yang menginginkan
perawatan pada kulit wajahnya agar sehat dan terawat. Seseorang menggunakan jasa klinik kecantikan yang terkenal, dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai bagian dari perilaku ingin menampilkan penampilan yang
menarik dan cantik. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2: Vanity seeking berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik
kecantikan.
Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang
terhadap harta. Dewi, et al., (2015), bahwa materialism memiliki pengaruh besar pada perilaku konsumen, termasuk persepsi konsumen, dan preferensi.
25
Konsumen yang memiliki perilaku materialism ditandai dengan ingin memiliki penampilan cantik dan menarik sehingga dapat mengesankan orang lain,
konsumen akan lebih senang dan puas jika menggunakan jasa klinik kecantikan dan ingin melakukan pembelian ulang jasa kecantikan tersebut. Oleh karena itu,
peneliti merumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3: Materialism berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik
kecantikan.
Sumarwan (2011) sebuah kelompok merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang
sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok dimana konsumen
menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis keempat sebagai berikut:
H4: Kelompok acuan berpengaruh positif pada minat beli ulang jasa klinik
kecantikan.
C. Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari tiga variabel, sebagai berikut:
1. Brand Image
2. Vanity Seeking
3. Materialism
26
27
Gambar II. 4
Kerangka Konseptual Penelitian
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
Brand Image
Kelompok Acuan
Materialism Vanity Seeking
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada metode penelitian ini berisi mengenai desain penelitian, popuasi,
sampel dan definisi operasional dari masing-masing variabel. Penulis menggunakan dua jenis analisis data yaitu deskriptif dan kuantitatif. Analisi data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel
penelitian. Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka
dimana data tersebut diperoleh dari jawaban kuesioner (Cooper dan Schindler, 2014).
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian adalah masyarakat Yogyakarta yang sudah pernah menggunakan jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care,
London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care.
2. Objek penelitian yang akan diteliti untuk mengatahui pengaruh brand image,
vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan pada minat beli ulang jasa
29
C. Jenis Data
Penelitian ini mengunakan data primer. Data primer adalah sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus di kumpulkan untuk menjawab
pernyataan penelitian. D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan dari keseluruhan elemen yang terdiri atas partisipan individual atau objek yang memiliki karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk menarik beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang
pernah menggunakan jasa klinik kecantikan sebagai berikut: Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, dan Naavagreen Natural Skin Care.
2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nonprobability sampling, yaitu tidak semua anggota populasinya memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dan probabilitas elemen populasi yang dipilih tidak diketahui dengan pasti. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel probabilitas
30
Adapun yang menjadi kriteria dalam penelitian ini yaitu: konsumen yang sudah menggunakan salah satu jasa klinik kecantikan sebagai berikut:
Natasha Skin Care, London Beauty Centre, Larissa Aesthetic Center, atau Naavagreen Natural Skin Care dan menggunakan jasa klinik kecantikan
maksimal dalam enam bulan terakhir.
Hair, et al., (2006) pedoman ukuran sampel tergantung pada jumlah indikator kali 5 sampai 10. Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel
dengan jumlah keseluruhan indikator sebanyak 23, sehingga membutuhkan 200 anggota sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui survey, dan
alat yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yaitu pelaporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner terdiri dari
dua bagian, yaitu:
a. Bagian I berisi tentang data pribadi responden.
b. Bagian II berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan brand
image, vanity seeking, materialism, dan kelompok acuan dan minat beli
ulang.
Skala pengukuran menggunakan skala Likert, dimana sangat setuju (SS) diberi nilai 5; setuju (S) diberi nilai 4; netral (N) diberi nilai 3; tidak
31
F. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y.
2. Definisi Variabel
a. Variabel Independen (X)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1) Brand Image ( X1 )
2) Vanity Seeking ( X2 ) 3) Materialism ( X3 )
4) Kelompok Acuan ( X4 ) b. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
32
G. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup:
1.Brand Image
Keller (1993), brand image adalah persepsi tentang merek yang
merupakan refleksi memori konsumen akan asosianya pada merek tersebut. Dapat juga dikatakann bahwa brand image merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya.
Konsumen bersedia membayar harga premium untuk suatu brand jika konsumen mempunyai persepsi yang cukup konsisten bahwa brand tersebut
mempunyai nilai tambah dan citra produk yang dikonsumsinya kepada publik.
Indikator:
a.Klinik kecantikan memberikan harapan untuk menjadi cantik. b.Klinik kecantikan membuktikan klaim yang diberikan.
c.Klinik kecantikan memberikan kredibilitas tinggi bagi para pengguna. d.Klinik kecantikan membuktikan kualitas jasa yang diberikan.
e.Orang-orang yang saya kagumi menggunakan jasa kecantikan. 2.Vanity seeking
Vanity adalah suatu kepribadian yang dihubungkan dengan
kepedulian seseorang yang berlebihan terhadap penampilan fisik dan prestasinya. Ada empat indikator sifat nyata yang dimiliki vanity (Netemeyer
et al., 1995), yaitu:
33
b. Saya memiliki pandangan positif terhadap penampilan fisik yang cantik dan menarik.
c. Saya memiliki pandangan positif terhadap pemenuhan akan penampilan yang cantik dan menarik.
d. Saya sangat memperhatikan penampilan saya.
e. Saya merasa bahwa orang-orang selalu memperhatikan penampilan cantik dan menarik.
f. Bagi saya sangat penting untuk selalu terlihat cantik dan menarik.
3.Materialism
Materialism adalah sifat individu yang menunjukkan seseorang
terhadap harta. Materialism mengandung tiga karakteristik;iri, tidak murah
hati, dan posesif (Belk,1985). Secara umum. konsumen dengan karakteristik
materialism yang tinggi cenderung menunjukkan harta mereka pada
kelompok-kelompok sosial mereka. Pengungkapan terhadap materialism ini
dilakukan dengan menggunakan skala. Skala tersebut disusun berdasarkan aspek aspek materialism yang dikemukan oleh Richins & Dawson (1992) yaitu
centrality yang berarti materi adalah pusat atau tujuan hidup, happiness yang
berarti materi adalah sumber kebahagiaan dan kepuasan hidup, dan success yang mengandung arti materi adalah tolak ukur kesuksesan. Untuk mengukur
materialism, penelitian ini mengadopsi item pengukuran dari Sharma dan Chan (2011). Ada 5 (lima) item yang digunakan untuk mengukur variabel ini, yaitu:
34
a. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki rumah yang mewah, mobil, dan pakaian.
b. Saya senang memiliki barang yang dapat mengesankan orang lain. c. Saya akan lebih senang jika saya memiliki barang yang saya tidak
punya.
d. Saya lebih senang jika saya mampu untuk membeli barang yang lebih banyak.
e. Terkadang mengganggu saya jika saya tidak mampu untuk membeli semua barang yang saya inginkan.
4.Kelompok Acuan
Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang
yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan juga dapat mempengaruhi bagaimana individu terhadap produk atau merek tertentu (Ramanathan dan McGill, 2007) dan bahkan dapat mempengaruhi pilihan
konsumsi terhadap merek (Tanner et al., 2008). Indikator:
a. Saya sering menggunakan jasa klinik kecantikan yang sedang ramai dibicarakan teman-teman.
b. Saya sering meminta pertimbangan teman-teman pada saat saya akan
menggunakan jasa klinik kecantikan.
c. Saya membuat keputusan pembelian menggunakan jasa klinik
35
d. Sebelum menggunakan jasa klinik kecantikan, saya selalu membicarakan dengan teman saya tentang klinik kecantikan yang saya akan gunakan.
5.Minat Beli Ulang
Intention to buy juga didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan
dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (Howard et al, 1988). Hellier,et al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana
seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk dan jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi/ pengalaman yang terjadi setelah berbelanja
Indikator:
a. Saya memiliki waktu khusus secara rutin untuk menggunakan jasa klinik kecantikan
b. Saya bersedia merekomendasikan jasa klinik kecantikan ke orang lain untuk menggunakan jasa yang sama.
c. Saya akan merekomendasikan jasa klinik kecantikan kepada keluarga, dan teman.
H. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengujian kemampuan instrument-instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Instrumen-instrumen pengukuran dalam
36
analisis faktor. Item-item pernyataan dikatakan valid jika nilai loading faktor di atas 0,5 (Ghozali, 2009).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Untuk menghitung reliabilitas instrumen maka dilakukan analisis dengan menggunakan teknik belah dua. Dengan menggunakan teknik belah dua, dalam penelitian ini reliabilitas kemudian diukur dengan teknik
Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2002).
Rumus:
di mana:
r : koefisien reabilitas instrumen (croncbach’s alpha)
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
: total varians butir
: total varian.
Kriteria pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:
a. Jika dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen
tersebut dikatakan valid.
37
I. Teknik Analisis Data
A. Karakteristik responden
Untuk mengetahui karakteristik responden seperti: umur, pekerjaan, pendapatan, dan klinik kecantikan, maka digunakan analisis persentase.
Rumus:
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum analisis regresi linear. Uji-uji
asumsi ini meliputi: a. Uji Normalitas
Menurut Priyatno (2011), uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas bukan masing-masing variabel
independen dan dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonalnya pada grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual sebagai dasar pengambilan keputusan. Jika sekitar garis dan
mengikuti garis diagonal maka residual pada model regresi tersebut
terdistribusi secara normal. b. Uji Multikoliniearitas
38
ditemukan adannya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji
multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai
VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Scatterplot yaitu dengan melihat pola titik-titik pada Scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan
di bawah angka 0 pad sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Alat bantu analisis ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh brand image, vanity
seeking, materialism, dan kelompok acuan pada jasa klinik kecantikan.
Rumus koefisien regresi linear berganda
39
di mana:
Y : Minat beli ulang
a : konstanta a
b : koefisien regresi
: brand image
: vanity seeking
:materialism
: kelompok acuan
e : simpangan Baku Estimasi (error). 4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Priyatno (2011) Analisisi koefisien determinan (R²)
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen, dengan koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap varibel
dependen.
5. Menguji Hipotesis
a. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji regresi secara parsial dan digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikansi antara variabel
independen terhadap variabel dependen dengan membandingkan antara
40
Untuk menentukan nilai t-statistik tabel, ditentukan dengan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan , dimana n
adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis sebagai berikut:
H0 diterima jika P > 0,05,
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
[image:58.595.86.510.198.619.2]A. London Beauty Centre (LBC)
Gambar IV. 1
Logo London Beauty Centre
London Beauty Centre (LBC) berdiri pada tanggal 19 juli 1998 di
Jalan Poncowinatan 47, Yogyakarta. LBC hadir dengan 43 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dari medan sampai Manado. Di Surabaya LBC memiliki
dua cabang, yaitu LBC Jemur (Surabaya I) dan LBC Manyar (Surabaya II). Dalam rangka melayani ratusan ribu meber di seluruh cabang, LBC memperkerjakan 79 dokter dan lebih dari 1000 karyawan professional lainnya,
Disamping itu, beberapa cabang LBC telah dilengkapi dengan apotek umum, yaitu LBC Green Garden (Jakarta), LBC Adisucipto (Yogyakarta), LBC
Kotabaru (Yogyakarta), LBC Yosodiputo (Solo), LBC Jemur (Surabaya), dan LBC Semarang.
London Beauty Centre (LBC) dalam pelayanannya terdiri dari
tindakan jasa dan penjualan produk yaitu krim kecantikan kulit wajah dan tubuh baik secara medik ataupun non medic. Dalam perkemangannya, London Beauty
42
1. Visi dan Misi Perusahaan
Klinik Kecantikan London Beauty Centre (LBC) memiliki visi dan
misi sebagai berikut: Visi:
Menjadi merek terkemuka dan tempat yang terpercaya bagi masyarakat dalam merawat kesehatan kulitnya.
Misi
a. Memberikan pengertian pentingnya perawatan kulit adalah bagian dari kesuksesan seseorang.
b. Memberikan solusi yang tepat dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia yang mempunyai permasalahan kesehatan kulit, terutama
kulit wajah. 2. Budaya Perusahaan
LBC sebagai salah satu klinik kecantikan terkemuka di Indonesia
senantiasa menerapkan buadaya perusahaannya dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan. Budaya perusahaan meliputi:
a. Professional b. Kejujuran
c. Kesopanan dan Keramahan
43
3. Macam-macam jasa London Beauty Centre
LBC juga menawarkan jasa berupa perawatan kecantikan kulit, yang
terdiri dari:
a. LBC Mesotheraphy
Salah satu tindakan medis untuk berbagi permasalahan kulit antara lain: 1) Mesomelasma/Mesofilt (Menghilangkan flek)
2) Mesoglow (Pen”Cerah”an)
3) Mesoalocipecia (Mengatasi kebotakan rambut kepala) 4) Mesostretchmark (Menghilangkan stretchmark)
5) Mesocellulite (Menghilangkan selulit)
6) Mesolipo & Body Sculpting (Menghancurkan lemak)
b. LBC MESO-Without Needle
Merupakan salah satu tindakan mesotherapy tanpa jarum, menggunakan teknik elekrtoporasi yang memungkinkan penetrasi obat
mencapai kedalaman tertentu dibawah permukaan kulit dengan nyaman, mudah, cepat serta tidak menimbulkan kemerahan diwajah. Efektif
mengatasi :
1) Kantong Mata
2) Flek (Melasma)
3) Mengencangkan wajah (lifting)
44
c. LBC Light Therapy
Teknologi yang memanfaatkan keajaiban cahaya Merah, Kuning, Hijau,
dan Biru untuk mengatasi berbagai masalah kulit. Dokter akan menentukan jenis cahaya yang akan digunakan sesuai dengan masalah
kulit pasien, antara lain :
1) Pe"remaja"an kulit
2) Flek 3) Jerawat
4) Kulit keriput
5) Sensitif
d. LBC Microdermabrsion
Teknologi yang dikembangkan ahli Dermatologi dari jerman yang efektif membantu mengatasi kulit wajah antara lain :
1) Bekas jerawat & Bopeng
2) Kerutan halus & Keriput
3) Permukaan kulit besar
4) Flek
5) Komedo
6) Mengencangkan kulit & Mengatasi penuaan dini e. LBC OXY-Skin
Teknologi OXY-Skin menggunakan Liquid O2 Base yang berfungsi
45
f. LBC Microcurrent
Teknologi pengencangan kulit yang membantu mengurangi tanda-tanda
penuaan, melalui meka-nisme pengaktifan reaksi kimia dalam sel yang berfungsi memacu produksi jaringan Collagen dan Elastin, memperlancar
peredaran darah, serta membantu daya penetrasi pada kulit (iontophoresis).
g. LBC Lifting
Teknologi perancangan kulit yang bekerja meningkatkan kekenyalan kulit yang mulai mengendur tertama karena faktor usia.
h. LBC Hi-Fruit Acid Peel & Beauty Peel
Tindakan yang menggunakan extrak buah-buahan yang diproduksi
46
B. Naavagreen Natural Skin Care
Gambar IV.2
Logo Naavagreen Natural Skin Care
Naavagreen Natural Skin Care maka berdiri pada tanggal 11
Agustus 2012 berlokasi di Yogyakarta. Naavagreen Natural Skin Care dalam perawatan dan produknya menggunakan bahan-bahan alami/natural.
1. VISI DAN MISI
VISI
Menjadi Pusat Pelayanan Perawatan Kecantikan Kulit dan Wajah secara
alami/natural, berkualitas dan murah, yang Prima dan terpercaya bagi semua. MISI
a. Mengembangkan keterampilan dan profesionalisme Karyawan.
b. Memberikan pelayanan perawatan yang alami / natural, berkualitas, murah dan terpercaya bagi semua pelanggan.
2.