• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

5.1.1Desa Target

Lebih dari 50% responden berjenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan kelompok umur responden terdistribusi hampir merata antara kelompok umur 20-29 tahun (31,4%), 30-39 tahun (20-29,0 %) dan 40-49 tahun (19,5 %).

Gambar 6 Proporsi Jenis Kelamin Responden Kelompok Target (N=442)

Sekitar 70% responden desa target pernah mengikuti serta mendapatkan pendidikan menengah (tamat SMP/SMA). Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan verbal seperti baca dan tulis dimiliki oleh responden. Tabel 6 menggambarkan tingkat pendidikan responden setiap kemukiman. Adapun tingkat pendidikan dari responden yang terbanyak adalah tamat SMA, kedua tamat SMP, sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu tamat SD, tidak tamat SD, sarjana, diploma dan bahkan tidak sekolah.

(2)

Tabel 7 Proporsi Tingkatan Pendidikan Responden Kelompok Target (N = 442)

Kemukiman : Pendidikan terakhir

Kueh Leupung Lhoknga Total

Tamat SMA/sederajat 41.4% 21.3% 57.1% 39.6%

Tamat SLTP/sederajat 24.3% 48.7% 17.1% 30.3%

Tamat SD/sederajat 15.1% 27.3% 12.1% 18.3%

Tidak tamat SD/sederajat 11.8% 2.7% 4.3% 6.3%

Other 7.2% 0.0% 9.3% 5.4%

Totals 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Dari 442 responden, sebesar 46,1% adalah petani. Sedangkan sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan tetap, yaitu sebesar 74,4 % dan Ibu rumah tangga 72,7% yang tersebar di tiga kemukiman kelompok target.

Tabel 8 Proporsi Serta Jenis Pekerjaan Responden Desa Target (N = 442)

Kemukiman Pekerjaan Utama

Kueh Leupung Lhoknga

Tidak memeiliki pekerjaan tetap 28.3% 14.7% 31.4%

Ibu Rumah Tangga 16.4% 32.0% 24.3%

Petani 22.4% 18.0% 5.7% Buruh 4.6% 10.0% 6.4% Pelajar/Mahasiswa 9.9% 0.7% 10.0% Dagang 6.6% 6.0% 7.1% Nelayan 0.7% 13.3% 5.0% Pegawai Negeri 5.9% 0.7% 5.0% Tidak bekerja 1.3% 2.7% 1.4% Lain – lain 3.9% 2.0% 3.6% 5.1.2 Kelompok Kontrol

Dari 100 responden kelompok kontrol, sebanyak 69 orang (69,0 %) adalah laki-laki dan sebanyak 31 orang (31,0 %) adalah perempuan.

(3)

Responden yang memiliki usia 30 – 39 tahun merupakan kelompok umur terbanyak (Gambar 9) dari kelompok kontrol (36,0 %), dan hanya sebahagian kecil responden yang memiliki umur diatas 60 tahun yaitu sebanyak 2,0 % .

Gambar 9 Proporsi Tingkatan Usia Responden Kelompok Kontrol (N=100)

Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat SMP (33%), kedua tamat SMA (29%), sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu tamat SD (23%), tidak tamat SD (13%), 2% lainnya tamat perguruan tinggi, diploma dan tidak sekolah.

Bidang pekerjaan yang digeluti responden kelompok kontrol mayoritas adalah petani yang mencapai angka 42,0 %, selanjutnya, ibu rumah tangga, buruh, pedagang dan lainnya.

5.2Pilihan dan Jenis Media 5.2.1 Kelompok Target

Hasil survei menunjukkan bahwa 74,9 % responden memiliki kebiasaan mendengar radio. Sementara kebiasaan membaca koran dilakukan oleh 55,5 % responden. Sehingga kedua media adalah media yang nantinya akan digunakan untuk menyampaikan pesan pesan konservasi kepada masyarakat. Namun demikian secara terperinci Leupung akan banyak menggunaka radio daripada koran karena persentase kebiasaan membaca koran di Leupung hanya 20,7%, sementara untuk wilayah kemukiman Kueh dan Lhoknga akan menggunakan kekuatan radio dan koran pada porsi yang serupa karena persentase keduanya yang hampir seimbang.

(4)

Gambar 10 Kebiasaan Mendengar Radio Kelompok Target (N=442)

Gambar 11 Kebiasaan Membaca Koran Kelompok Target (N=442)

Radio Baiturrahman merupakan stasiun radio yang menjadi favorit masyarakat (66,8 %), Dari 442 responden yang memiliki kebiasaan mendengarkan radio, 73,3 % berprofesi sebagai petani dan memilih Radio Baiturrahman sebagai stasiun radio favorit mereka untuk didengarkan, hal yang sama juga terjadi pada responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga serta wiraswasta yang juga memilih stasiun radio Baiturrahman sebagai stasiun radio favorit mereka. Radio Baiturrahman disiarkan di Banda Aceh dengan jenis program acara hiburan (musik), acara keagamaan, berita, kuis dan beberapa acara lainnya. Stasiun radio diurutan kedua yang disukai adalah RRI Banda Aceh yaitu sebesar 38,7% dan urutan ketiga Nikoya dengan total pemilih sebanyak 20,5% dari 442 responden.

Jika dilihat dari jenis program yang digemari, maka musik dan berita merupakan acara yang paling banyak diminati oleh responden ketika mendengarkan radio, untuk musik sebesar 72,5% dan berita 48,3%.

Ya 74.9% Tidak 25.1%

(5)

Tabel 9 Stasiun Radio Favorit Menurut Pekerjaan Responden Kelompok Target (N=442) Pekerjaan utama responden Siaran stasion radio yang sering

dengar Total Swasta IRT Petani

Baiturrahman 66.8% 66.7% 69.2% 73.3%

RRI 38.7% 41.7% 41.0% 31.1%

Nikoya 20.5% 22.6% 16.7% 8.9%

Lain-lain 43.2% 56.0% 39.7% 33.3%

Tabel 10 Program Acara Yang digemari Responden Kelompok Target (N=442)

Pekerjaan utama responden Program acara yang sering dengarkan

Swasta Ibu RT Petani Lainnya

Musik 70.2% 84.6% 48.9% 75.0%

Berita 54.8% 46.2% 46.7% 46.0%

Acara keagamaan 19.0% 42.3% 40.0% 16.9%

Lain-lain 31.0% 7.7% 15.6% 21.8%

Sedangkan untuk koran, Serambi Indonesia merupakan koran yang sering di baca oleh responden, yang punya kebiasaan membaca koran mencapai 96,7 % . Secara umum, musik dangdut dan pop adalah jenis musik yang paling digemari oleh responden (tabel 11). Walaupun demikian terdapat perbedaan urutan referensi untuk setiap kemukiman. Responden di Kemukiman Kueh memilih musik dangdut (38,8%) serta pop (41,1%) menjadi jenis musik yang paling banyak digemari oleh responden. Sementara di kemukiman Leupung, jenis musik irama dangdut dan Qasidah merupakan musik yang paling diminati (untuk dangdut 52,0% dan qasidah 34,0%). Sedangkan untuk Lhoknga 55,0% responden menyatakan menyukai musik pop dan 37,1% menyukai musik dangdut.

Tabel 11 Jenis Musik yang digemari Responden Kelompok Target

Kemukiman : Jenis musik yang paling senangi Total

Kueh Leupung Lhoknga

Dangdut 42.8% 38.8% 52.0% 37.1% Pop 37.6% 41.4% 17.3% 55.0% Qasidah 31.7% 32.2% 34.0% 28.6% Nasyid 12.7% 13.8% 16.7% 7.1% Rock 10.9% 12.5% 2.7% 17.9% Lain-lain 22.6% 18.4% 36.7% 12.1%

Untuk jenis kesenian favorit 102,5% responden menyukai Dalail khairat (disini nilai 100% tidak berlaku karena responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban) sebagai pilihan pertama, sedangkan pilihan kedua adalah Seudati sebesar 82,8% dan ini disukai oleh ketiga mukim yang menjadi kelompok target Kampanye Bangga. Sedangkan pilihan ketiga berbeda sebab dua mukim

(6)

(Kueh dan Lhoknga) memilih dikee (jenis kesenian daerah) yaitu sebesar 58,5%, sementara Kemukiman Leupung pilihan ketiganya adalah hikayat sebesar 28,7%. Tabel 12 Jenis Kesenian Favorit Responden Kelompok Target (N=442)

Kemukiman

Jenis kesenian yang menjadi favorit Total

Kueh Leupung Lhoknga

Dalail khairat 34.2% 38.2% 30.0% 34.3%

Seudati 27.6% 31.6% 26.0% 25.0% Dikee 26.9% 34.9% 22.0% 23.6% Hikayat 21.7% 14.5% 28.7% 22.1% Lain-lain 29.4% 27.0% 28.0% 33.6%

Dari semua responden memiliki tingkat kepercayaaan kepada sumber informasi bervariasi (Gambar 12), namun demikian tingkat kepercayaan yang paling tinggi adalah informasi yang bersumber dari guru yaitu 90 % (sangat dipercaya dan dipercaya), diikuti selanjutnya sumber informasi dari anggota keluarga (89,1%) dan tokoh agama (87,6%).

Gambar 12 Tingkat Kepercayaan Kelompok Target kepada Guru (N=442)

5.2.2 Kelompok Kontrol

Radio adalah media yang sering didengar masyarakat (78,0 %). Sementara kebiasaan membaca koran hanya dilakukan oleh 42 orang (42,0 %) responden.

Gambar 13 Kebiasaan Mendengar Radio Responden Kelompok Kontrol (N = 100)

(7)

Radio Pijar Harapan Lhoong merupakan stasiun radio yang menjadi favorit masyarakat (37,2 %), namun demikian untuk Kemukiman Lhoong, mereka memilih radio Baiturrahman sebagai radio favorit (38,9%). Sedangkan untuk koran, Serambi Indonesia merupakan koran yang sering dibaca oleh 95,2 % responden yang punya kebiasaan membaca koran,

Musik (93,5%) dan juga berita (46,8%) merupakan acara yang sering didengarkan masyarakat ketika mendengakan radio, tetapi untuk mukim Blang Me sendiri responden memilih acara keagamaan sebagai acara favorit kedua setelah musik (13,3%).

Untuk jenis kesenian tradisional favorit, responden memilih dalil khairat sebagai pilihan pertama (48%) dan pilihan kedua mereka memilih seudati (mukim Glee Bruek), hikayat (mukim Lhoong dan Blang Me), sedangkan pilihan ketiga, dikee (mukim Glee Bruek dan Blang Me) dan Lhoong memilih seudati.

Tokoh adat merupakan sumber informasi yang paling dipercayai oleh masyarakat (78,0%), mengalahkan tingkat kepercayaan terhadap informasi yang bersumber dari Anggota keluarga sendiri (75,0%).

Gambar 14 Kebiasaan Membaca Koran Kelompok Kontrol (N=100)

5.3 Hasil Tahap Perencanaan 5.3.1 Studi Literatur

Hasil yang didapatkan pada tahap ini adalah berupa data awal tentang kawasan target seperti yang dapat kita lihat pada bagian 3 dari tesis ini (Kondisi Umum Lokasi Penelitian). Disamping itu juga telah dibuat matriks analisa

stakeholder. Setelah dianalisa terdapat 30 stakeholder yang harus diundang dalam

kegiatan pertemuan stakeholder. Para stakeholder berasal dari

perangkat-perangkat desa di kawasan target seperti Geuchik (Kepala Desa), Camat, Imum Mukim, Kelompok Pemuda, Kelompok PKK, Kelompok Tani, Tokoh Adat,

(8)

Tokoh Agama, Instansi terkait, LSM lingkungan hidup; dan BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi).

5.3.2 Stakeholder Workshop Pertama

Keterlibatan tokoh formal maupun nonformal sebagai bagian dari para pemangku kepentingan yang dalam hal ini mewakili masyarakat target kegiatan Kampanye Bangga sangatlah diperlukan. Mereka dilibatkan secara langsung

dalam proses perencanaan kegiatan guna membangkitkan rasa memiliki (sense of

belonging) terhadap program yang akan dilaksanakan. Masukan dan saran serta

informasi dari para pemangku kepentingan mengenai kawasan yang menjadi target sangat membantu dalam penentukan kebijakan serta tindakan yang akan diambil serta diterapkan nantinya, peran aktif dari seluruh komponen masyarakat sangatlah penting demi kelancaran program.

Keterwakilan adalah satu faktor yang paling penting untuk dapat membawa kepentingan dan menampilkan gambaran kebutuhan kelompok masyarakat. Oleh karenanya mencari anggota masyarakat yang dapat mewakili kepentingan masyarakat serta memahami secara lengkap kondisi kawasan yang menjadi target Kampanye Bangga menjadi satu syarat mutlak. Maka dari itu diperlukan suatu analisa pemangku kepentingan yang dapat dipakai untuk memutuskan serta menetapkan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang (anggota/tokoh masyarakat, pejabat pemerintah/non pemerintah) dalam lokakarya pemangku kepentingan.

Pertemuan stakeholder pertama ini dilakukan di Meunasah Lamseunia

Kemukiman Leupung pada tanggal 30 September 2006 yang dihadiri oleh LSM PeNA, ESP-USAID, tokoh perempuan, tokoh pemuda, para Keuchik, POLSEK, Kepala Sekolah Dasar, tokoh agama, tokoh pembangunan, kelompok penghijauan.

Adapun matrik stakeholder terlampir.

Untuk mendapatkan sebuah model konseptual bersama maka ada beberapa tahapan yaitu :

1. Pembukaan dan perkenalan tentang Kampanye Bangga dan juga tujuan

pertemuan yang akan dilakukan serta perkenalan antar peserta.

(9)

3. Kata-kata sambutan dari ketua PeNA ( Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh)

yang isinya mengupas sekilas tentang siapa dan apa itu PeNA dan sekilas tentang hubungan antara hutan dan air.

4. Penjelasan model konseptual

5. Diskusi faktor langsung

6. Diskusi faktor tidak langsung

7. Diskusi peringkat ancaman

8. Diskusi slogan

9. Diskusi kandidat maskot

10.Pembacaan do’a

11.Penutupan.

Analisa didasarkan kepada beberapa faktor seperti: kepentingan apa yang dibawa orang tersebut, kontribusi atau sumbangsih apa yang kemungkinan dapat diperoleh terutama ketika program sudah berjalan, dan kendala apa yang kemungkinan timbul bagi program jika keikutsertaannya dibatasi. Analisa dilakukan di internal lembaga dengan memperhatikan masukan serta saran yang diperoleh dari diskusi awal yang telah dilakukan dengan berbagai pihak terutama para tokoh masyarakat sekitar kawasan target kampanye bangga melestarikan alam.

Gambar 15 Peserta stakeholder workshop sedang menyampaikan idenya dengan menggunakan bantuan metaplan dan fasilitator sedang membantu dalam menyusun faktor ancaman di sticky wall

(10)

Narasi Model Konsep Hutan Kemukiman Kueh, LhokNga dan Leupung

Kondisi yang menjadi target di kemukiman Kueh dan Leupung, Aceh Besar adalah ”ekosistem hutan” nya. Hutan di Kueh dan Leupung merupakan sumber ekonomi bagi masyarakat dan juga merupakan sumber air bagi kehidupan mereka, selain kelimpahan flora dan fauna tentunya.

Beberapa kegiatan yang berlangsung di dalam dan sekitar kawasan hutan Kueh dan Leupung cenderung mengancam kelestarian ekosistem hutan yang terdapat di wilayah utara barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini. Kegiatan berupa penebangan liar, pembukaan lahan, galian C, kebakaran hutan, merupakan ancaman yang langsung mempengaruhi kelestarian hutan di Kueh dan Leupung ini. Berdasarkan tiga kriteria dampak ancaman telah dapat diidentifikasi 3 ancaman terbesar bagi ekosistem ini: peringkat pertama adalah penebangan liar, peringkat kedua kebakaran hutan dan peringkat ketiga pembukaan lahan.

Maraknya kegiatan penebangan liar didorong oleh tuntutan kebutuhan ekonomi, kurangnya sosialisasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkelanjutan dari instansi terkait dan juga karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Selain itu, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan masyarakat masih berpikir untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, sumber daya alam merupakan yang paling mudah menghasilkan uang, karena tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat cenderung rendah maka kegiatan yang mengancam kehidupan mereka dan generasi yang akan datang terus mereka lakukan.

Pemanfaatan sumber daya alam dengan cara yang tidak ramah lingkungan terus dilakukan pada kawasan hutan di utara barat daya Nanggroe Aceh Darussalan, ini akan merusak keberadaan kawasan hutan sebagai daerah tangkapan air serta akan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan, dan pada akhirnya habitat satwa pun terusik sehingga gangguan binatang liar terhadap sumber pendapatan (kebun, ternak dll) dan keselamatan masyarakat juga mengalami peningkatan. Untuk lebih jelas model konseptual ini dapat dilihat pada lampiran 3.

(11)

5.3.4. Kelompok Diskusi Terfokus (Focus Group Discussion)

Di dalam kerangka perencanaan sudah ditetapkan bahwasanya tujuan utama pelaksanaan FGD adalah untuk memahami strategi masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan yang lestari (10 tahun kedepan). Adapun pertanyaan intinya adalah apa saja yang dilakukan masyarakat untuk menunjang ekonomi keluarganya dan dampak apa yang ditanggung oleh mereka terhadap kegiatan pemanfaatan hasil hutan yang telah mereka lakukan. FGD dilakukan di 6 tempat berbeda dengan kelompok isu yang berbeda pula.

Dalam pelaksanaannya, walupun topik pembicaraan dalam diskusi kelompok terfokus tentang faktor langsung yang menjadi ancaman kerusakan hutan, namun dari peserta muncul keinginan serta pernyataan dari mereka untuk

melakukan kegiatan rehabilitasi lahan/hutan yang telah rusak, “Kita tidak akan

mampu menghentikan kegiatan pengrusakan terhadap hutan kita, mari kita tanami hutan yang telah rusak dengan berbagai tanaman yang bermanfaat,

minimal kita telah memperkecil luasan kerusakan hutan kita” demikian harapan

yang disampaikan oleh para peserta. Pertanyaan yang digunakan dalam FGD dapat dilihat pada lampiran 2.

a) Konsensus

Dari hasil pelaksanaan seluruh FGD, ada beberapa kesamaan pandangan dari para peserta akan beberapa hal yang berkaitan dengan ancaman bagi kelestarian hutan yang terdapat dikawasan kemukiman Kueh dan Leupung, yaitu :

1. Kegiatan penebangan merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian hutan

serta masyarakat yang terdapat di kemukiman Kueh & Leupung. Kegiatan penebangan kayu di hutan yang dilakukan oleh beberapa orang telah menimbulkan dampak yang negatif bagi masyarakat yang lebih banyak. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Drs.H. Adi YS (tokoh masyarakat Lhonga) dalam diskusi terfokus yang dilaksanakan di Meunasah Pulot, “...

saya lahir di desa Lamseunia dan sekarang tinggal di Gampong Menasah Bak’u, kami sebagai masyarakat sangat merasakan dampak dari penebangan liar, dahulu Lamseunia tidak pernah banjir, sekarang banjir sudah menjadi

ancaman bagi masyarakat Lamseunia”. Demikian juga halnya yang

(12)

Yusuf, “... penebangan ini dilakukan hanya oleh beberapa orang, manfaat kegiatan penebangan yang bakalan diterima masyarakat banyak hanya

bencana yang ditimbulkan dikemudian hari”.

2. Terjadinya kebakaran hutan dipicu oleh adanya kegiatan pembukaan

lahan/hutan. Pembersihan area lahan/hutan yang ditebang/dibuka biasanya dilakukan dengan cara membakar. Walaupun sebahagian sudah membuat sekat bakar namun api yang membesar tetap sulit untuk di kendalikan.

Menurut pendapat M Juned BTM (tokoh masyarakat Meunasah Bak U)

peserta FGD di Meunasah Bak U, “... mereka yang membuat ladang-ladang di

hutan, menebang kayu dan kemudian dibakar dan pada akhirnya api tidak

bisa terkendali maka terjadilah kebakaran”. Selanjutnya Syamsuddin dari

Lamseunia menambahkan bahwa “... biasanya disaat membuka lahan kami

sudah membuat skat bakar, ya tapi kadang-kadang kebakaran itu sendiri juga tidak dapat terelakkan dengan kata lain tetap terjadi”.

3. Galian C yang dilakukan oleh masyarakat setempat masih dalam skala kecil,

seperti yang diakui oleh Dedi Alfian peserta dari Naga Umbang yang bekerja

sebagai pengambil batu gunung, “... ya kalau yang dilakukan disini masih

secara alam, khususnya dimukim Kueh ini, misalnya pengambilan batu yang saya lakukan masih menggunakan linggis, ya kalau kami katakan masih

secara tradisioanal”. Walaupun pada kenyataannya itu juga ada yang

melakukan pengambilan batu secara besar besaran terutama pasca tsunami.

4. Masyarakat memahami bahwa kegiatan penebangan, kebakaran hutan, galian

C serta pembukaan lahan menimbulkan kerugian, kerusakan lingkungan

sekitarnya serta terutama masalah ketersediaan air. Anwar peserta dari desa

Kueh berpendapat bahwa “... menurut saya penebangan liar harus bisa kita

atasi bersama karena walaupun penebangan itu dilakukan secara kecil-kecilan tetapi lama-kelamaan akan berakibat buruk bagi alam dan juga

manusia”. Selanjutnya, Bpk Suwandi, peserta lainya yang berasal dari desa

Lamseunia menyatakan bahwa “... selama ini kami sangat susah air, dan air

tidak bisa lagi dipergunakan melalui jaringan irigasi untuk persawahan, sehingga masyarakat menunggu hujan untuk menanam padi agar kebutuhan

(13)

galian C dapat merusak lingkungan”. Usman dari desa Naga Umbang

menyatakan ”... menurut analisa saya, yang sudah terjadi dari kegiatan

Galian C tersebut adalah, pertama rusaknya jalan dan yang kedua banjir

seperti yang terjadi didaerah Lhoknga,disaat hujan kemarin itu penuh air”.

5. Kegiatan yang mengancam kelestarian hutan terutama penebangan dan galian

C dilakukan karena tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Disamping itu, kegiatan ini juga sangat mudah untuk mendapatkan uang, mengingat terjadinya peningkatan permintaan, terutama pasca tsunami,

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Anwar “... jadi seperti ini,

memang masyarakat ada yang melakukannya karena alasan ekonomi, tetapi menurut saya, menebang bagi mereka merupakan pekerjaan yang mudah untuk mereka lakukan dan juga akan mendapatkan uang dengan cepat. Sementara jika bertani atau berkebun mereka harus menunggu panen, kalau menebang mereka bisa panen terus…. Sementara kita, yang tidak ikut

menebang juga akan panen, panen bencana maksud saya”. Hal ini juga di

perkuat dengan pernyataan Bapak Zainuddin yang menyikapi maraknya

aktifitas galian C, “... kalau menurut saya kita melakukan kegiatan galian C

menurut situasi yang terjadi, mungkin untuk saat ini khususnya di Aceh masih pada tahapan rekontruksi, dan pada galian c itu merupakan bahan baku untuk rekontruksi itu sendiri, jadi wajar saja kalau aktivitas galian c lagi maraknya untuk di lakukan. Ya karena itu merupakan realita yang terjadi sekarang ini”.

6. Terjadinya perubahan kondisi lingkungan/hutan yang terdapat di kawasan

Kueh & Leupung. Menurut Bapak M Juned BTM “yang jelas sangat berbeda jika dibandingkan dengan sekitar tahun 56 dulu, sekarang hutan sudah mulai tandus, tanah tidak subur lagi dan yang parah lagi jika terjadi hujan pasti akan banjir paling tidak air sungai pasti keruh”. “Ya, rotan juga sudah tidak banyak lagi seperti dulu, karena kami disini juga mencari rotan, namun sekarang sudah agak susah dibandingkan beberapa tahun yang lalu, mungkin 15 tahun yang lalu” Syamsuddin dari Lamseunia menambahkan.

7. Adanya keinginan dan harapan dari masyarakat untuk melakukan perbaikan

kedepan, dan juga perlunya dilakukan rehabilitasi kawasan hutan yang telah

(14)

mengharapkan hutan kita ini tetap terjaga, perlu adanya reboisasi kembali terhadap lahan-lahan yang sudah rusak dengan tanaman produktif yang

memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat”. Selanjutnya Hasbi

menyatakan bahwa “.. sebahagian besar harapan saya sama dengan kawan

yang lain, apa yang kita nikmati saat ini harus dapat juga dirasakan oleh anak cucu kita, jangan mewariskan bencana bagi mereka. Saya ingin mereka

juga dapat menikmati kekayaan alam ini. Sementara itu Adi, salah seorang

peserta diskusi yang lain menyatakan pengharapannya, “... kami sangat

mengharapkan HPH tidak lagi diberikan izin di daerah ini sehingga nantinya hutan bisa dikelola bersama oleh masyarakat sendiri dan terbentuk sebuah undang-undang atau peraturan tentang permanfaatan hasil hutan yang baik

serta manfaatnya dirasakan oleh orang banyak”.

b) Perbedaan Pendapat

Ada di antara masyarakat yang menyatakan bahwa hutan yang ada di Lhoknga dan Leupung memang memiliki perbedaan antara sekarang dan 10 tahun yang lalu. Sekarang sudah semakin buruk dibandingkan 10 tahun yang lalu, ini dikarenakan 10 tahun yang terjadi konflik sehingga masyarakat tidak berani sembarangan ke hutan. Namun demikian ada juga yang mengatakan hutannya

biasa saja tetap saja masih bagus dan kayu-kayunya pun masih banyak.Tapi yang

jelas Pak Abdullah dari Pulot Leupung tetap bersikeras dan mengatakan bahwa

“... hutan kita sekarang sudah sangat rusak, ini dapat kita lihat di Kr.

Sarah/Geupu jika terjadi hujan pasti akan langsung banjir begitu juga dengan

jalan-jalan yang ada di Leupung ini”. Selanjutnya Syamsuddin dari desa

Lamseunia mencoba memberi solusi dan menyatakan bahwa ”... penebangan

harus diperkecil atau kalau bisa dihentikan dan kemudian memberikan kepada mereka pekerjaan lain yang bisa membuat mereka mampu menghidupi keluargannya, kemudian galian C kalau bisa kita suruh tutup saja jadi sungai kita tidak rusak terus, karena galian C ini sangat berpengaruh kepada air, dulu sungai tidak luas dan air pun banyak, sekarang setelah seringnya dilakukan pengambilan pasir dan batu itu dilakukan maka sungai semakin luas dan air pun menjadi sedikit”.

(15)

Terhadap terjadinya kelangkaan dari beberapa jenis satwa maupun tumbuhan juga terdapat perbedaan pendapat, Bapak Yusri Budiman menyatakan

bahwa “... punahnya burung dan tumbuhan bukan disebabkan oleh pelaku

penebangan akan tetapi merupakan ulah para oknum yang menangkap secara besar-besaran. Dan pada umumnya yang melakukan adalah orang luar yang

masuk ke wilayah kita”. Namun sdr Anwar berpendapat lain dan menyatakan

bahwa “... banyaknya pohon yang ditebang telah berakibat pada semakin

sedikitnya makanan dan juga tempat bersarang burung dan juga binatang yang lain”

c) Perbedaan Pengalaman

Dampak kerusakan alam berupa bencana banjir hanya di alami oleh masyarakat yang berada di sekitar DAS sementara yang berada di pinggiran hutan serta gunung lebih sering mengalami bencana berupa tanah longsor serta gangguan binatang buas.

d) Ide-ide Lain

Ada beberapa gagasan serta saran menarik untuk ditindaklanjuti yang telah disampaikan oleh masyarakat kepada tim pelaksana FGD, antara lain adalah:

1. Perlunya dilakukan kegiatan penanaman berbagai jenis tanaman yang

bermanfaat bagi masyarakat pada pekarangan rumah serta kawasan hutan yang telah rusak, dengan harapan lahan yang telah dibuka serta ditelantarkan dapat kembali produktif dan pada akhirnya ketergantungan masyarakat pada kegiatan yang mengancam kelestarian alam/hutan yang selama ini mereka lakukan dapat ditinggalkan.

2. Penyuluhan tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan

penebangan, pembukaan lahan, kebakaran hutan serta galian C.

3. Menghidupkan kembali aturan serta kearifan lokal yang dulunya pernah

berlaku dengan efektif di kalangan masyarakat Kueh dan Leupung.

4. Penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran.

5. Izin pemanfaatan hasil hutan berupa kayu jangan diberikan lagi untuk

kawasan hutan Keuh serta Leupung.

Adapun daftar pertanyaan yang digunakan pada saat FGD dapat dilihat pada

(16)

5.3.4 Survei Pra Kampanye

Sebelum dimulainya pelaksanaan survei, Manajer Kampanye bersama dengan staf PeNA mencoba menyusun kerangka perencanaan survei, termasuk didalamnya penyusunan pertanyaan, penentuan jumlah responden baik itu untuk kelompok target maupun masyarakat kelompok kontrol. Hasil perencanaan awal ini dikonsultasikan kepada pihak Rare Indonesia untuk mendapatkan masukan serta saran guna perbaikan kerangka perencanaan survei yang telah kami susun. Setelah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden survei ini selesai disusun dan mendapat persetujuan dari pihak Rare Indonesia. Selanjutnya dilakukan simulasi survei bersama anggota tim survei. Survei Pra Kampanye Bangga Melestarikan Alam dilaksanakan mulai pada tanggal 26 Nov s/d 2 Des 2006.

Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar 23.147 jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat kepercayaan (LOC) 95% dan interval (CI) + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid (sah) untuk dianalisa nantinya maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa, dan Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya.

Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U serta Deah Mamplam.

Sementara itu, 100 orang yang berasal dan menetap di Kemukiman, Blang Me, Glee Bruek, Lhoong Kecamatan Lhoong Aceh Besar menjadi responden yang mewakili kelompok kontrol bagi survei program Kampanye Bangga Melestarikan Alam.

Secara keseluruhan, responden yang diwawancarai dalam survei ini berjumlah 547 orang (total jumlah responden kelompok target dan kelompok kontrol). Sebanyak 5 orang responden tidak bersedia untuk menyelesaikan proses wawancara yang dilakukan oleh enumerator. Tetapi target responden tetap

(17)

terpenuhi, yaitu sebanyak 542 orang responden. Dalam pelaksanaan survei, ternyata banyak hal yang terjadi di luar rencana. Misalnya yang dialami oleh enumerator yang bertugas di desa Lamgaboh Kemukiman Kueh, Enumerator tidak di izinkan untuk melakukan wawancara oleh pihak Mantan GAM/KPA. Namun setelah enumerator di dampingi supervisor menjelaskan kepada “oknum” tersebut bahwa kita telah melakukan koordinasi dengan pejabat pemerintah setempat, baik itu di tingkat desa maupun kecamatan, enumerator kembali dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang direncanakan.

Larangan untuk melakukan survei juga dialami oleh enumerator yang melakukan survei di desa Mon Ikeun, dengan alasan mereka bosan dengan pihak NGO yang datang hanya untuk mengambil data saja tanpa menyalurkan bantuan. Tetapi setelah diberikan penjelasan bahwa survei ini bukan untuk mendata kebutuhan bagi penyaluran bantuan, tetapi lebih pada upaya bersama yang perlu untuk kita lakukan ke depan guna perbaikan serta pemanfaatan sumberdaya alam yang kita miliki, lagi-lagi mereka kembali bersedia untuk diwawancarai.

Hambatan atau larangan bagi enumerator untuk melakukan wawancara tidak hanya terjadi di wilayah desa target. Di desa Lamsuejen yang merupakan wilayah kelompok kontrol, enumerator juga mengalami hal yang sama. Upaya diplomasi kembali dilakukan, negosiator (rekan Fadlan dari lembaga Green Camp) menjalankan fungsinya. Wawancara kembali dapat dilaksanakan sesuai dengan target responden yang diinginkan.

Dari berbagai kejadian diatas, kita dapat mengambil suatu pembelajaran, bahwa apa yang telah direncanakan tidak selamanya berjalan sesuai rencana, dan koordinasi antar berbagai pihak sangat diperlukan. Pertanyaan yang digunakan pada saat survei dapat dilihat pada lampiran 10.

Gambar 16 Proses Pelatihan Enumerator Survei (kiri) dan Pelaksanaan Interview (kanan)

(18)

5.3.5 Pertemuan Stakeholder Kedua

Tujuan dari pertemua stakeholder kedua ini adalah : untuk menyampaikan

hasil-hasil temuan yang sudah didapatkan pada stakeholder I, FGD dan survei

masyarakat serta penyampaian rencana kerja yang telah rumuskan oleh Tim Pride

Campaign PeNA kepada semua stakeholder guna mendapatkan memberikan

masukan serta saran; Mendiskusikan objektif yang ingin dicapai bersama guna perbaikan rencana kerja (termasuk slogan dan maskot yang dipilih) dan beberapa kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun ke-depan; Menyusun

dewan penasehat untuk kampanye Pride serta agenda lain yang dirasa perlu

sebagai bagian dari persiapan implementasi.

Kegiatan ini dilakukan selama lima hari kerja, dengan perincian yang terdiri dari dua hari perencanaan, satu hari pelaksanaan dan dua hari analisa hasil. Rangkaian kegiatan ini dilakukan dari tanggal 20 sampai dengan 24 Februari 2007.

Metode Kegiatan adalah; Melakukan presentasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap pra kampanye, dalam hal ini perencanaan yang telah dihasilkan dengan memperhatikan fakta yang ditemukan dari kegiatan

Stakeholder Workshop I, Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) serta Survei

Masyarakat; Menginformasikan dan mengkonfirmasikan temuan-temuan yang sudah pernah didapat; Menyusun dewan penasehat untuk kampanye

Tahapan yang dilalui untuk melakukan kegiatan ini; Perencanaan meliputi

analisa matriks stakeholder, diskusi penentuan materi yang akan disampaikan

kepada peserta, membuat undangan kegiatan, mendistribusikan undangan, diskusi dengan fasilitator lokal mengenai persiapan tempat dan konsumsi untuk kelancaran kegiatan.

Pelaksanaan meliputi Presentasi seluruh hasil analisa temuan, objektif yang ingin dicapai, rencana kerja serta diskusi terbuka guna menyerap kritikan serta saran penyempurnaan rencana kerja yang nantinya akan diimplementasikan, pemilihan dan penentuan dewan penasehat kegiatan Kampanye Bangga melestarikan alam. Analisa hasil : Revisi serta finalisasi rencana kerja serta konsep model akhir.

Dari pertemuan ini disepakatilah bahwa slogana yang akan digunakan

(19)

satwa (maskot penyampai pesan) masyarakat masih tetap dengan pilihan pertama

yaitu Cempala Kuneng. Kemudian untuk objektif sementara tetap kepada sasaran

yang sudah kita rumuskan di dalam projek plan yaitu sasaran I penguatan lembaga

ada di mukim Leupung dan sasaran II rehabilitasi hutan ulayat.

Adapun dewan pengawas hasil dari pertemuan masyarakat meminta ada 7 komponen yang terdapat didalamnya yaitu Mukim, Keuchik, guru, Tokoh

masyarakat, ulama, pemuda dan perempuan. Dari hasil workshop dan diskusi yang

telah dilakukan disepakati untuk melakukan beberapa pertemuan lanjutan seperti pertemuan untuk membahas lebih lanjut mengenai dewan pengawas, penjangkauan masyarakat untuk membicarakn hal-hal yang berkaitan dengan

kelancaran program, implementasi program dan sebagainya. Matrik stakeholder

workshop dapat dilihat pada lampiran 1.

5.3.7 Menetapkan Sasaran SMART

Tujuan umum dari program ini adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat di kawasan target melalui peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati yang lestari. Adapun sasarannya yang ingin dicapai adalah:

S.1.Meningkatkan kepedulian dan kapasitas masyarakat sehingga mampu

berperan aktif dalam upaya pemanfaatan sumber daya secara lestari

S.2.Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap upaya pelestarian alam dan

ekosistem demi pemanfaatan yang berkelanjutan

S.3.Memperkuat kembali peran lembaga adat lokal dalam pengelolaan

sumberdaya alam

S.4.Adanya kader konservasi yang aktif terlibat dalam pengelolaan kawasan dan

mendorong pengambilan keputusan yang ramah lingkungan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, diperlukan suatu

sasaran antara (intermediate objectives) yang lebih spesifik sehingga pada akhir

kegiatan capaian yang diharapkan dapat lebih jelas dan terukur. Sasaran antara ini adalah:

1. Di akhir program, terwujud pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan

melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di Kemukiman Leupung

(20)

2. Pada akhir program, kegiatan Peudeep Lampoh di Kemukiman Kueh, menerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi pada setidaknya 1000 ha lahan sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan, untuk pertanian/perkebunan.

3. Pada akhir kampanye, masyarakat Mukim Lhoknga sepakat membangun

inisiatif Pawang Uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan

hutan ulayat seluas 500 ha.

4. Pada bulan ke-12 program, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai

peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air dari 22% menjadi 40%. Berdasarkan keempat sasaran antara di atas, disusunlah kerangka kegiatan yang akan dilakukan selama 12 bulan Kampanye Bangga dengan ringkasan seperti yang dapat dilihat di lampiran 4.

Sebagai maskot Kampanye Bangga adalah burung Cempala Kuneng, yang

juga merupakan burung kebanggaan masyarakat Aceh pada umumnya. Sedangkan

slogan yang diusung kampanye ini adalah “Uteun Ta Jaga Rakyat Sejahtera”.

5.3.7 Flagship Species: Cempala Kuneng

Spesies flagship yang digunakan di dalam Kampanye Bangga oleh PeNA

adalah burung Cempala kuneng (Chopsychus pyrropygus). Cempala Kuneng ini

merupakan hasil pilihan dari masyarakat baik pada saat pelaksanaan stakeholder

workshop I, FGD maupun survei (sebanyak 38,2% masyarakat mengatakan

Cempala Kuneng sebagai satwa yang dapat menunjukan kebesaran dan

kebanggaan bagi mereka). Keterbatasan informasi maupun tidak mencukupinya data ilmiah merupakan tantangan di dalam menggunakan burung ini sebagai maskot. Lembaga telah memikirkan rencana untuk mengganti dengan satwa pilihan lain (gajah sumatera atau harimau sumatera). Namun ketika hasil survei

dan FGD didiskusikan kembali pada saat pertemuan stakeholder ke-2, para

pemangku kepentingan yang hadir, juga menyuarakan bahwa Cempala Kuneng

memang merupakan kebanggaan masyarakat Aceh.

Burung Cempala Kuneng (Chopsychus pyrropygus) sebenarnya sangat

dekat dengan kehidupan masyarakat Aceh, oleh karenanya burung ini dijadikan maskot Provinsi Aceh berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Aceh No 34 tahun

(21)

1990. Selain sebagai maskot, burung ini juga sering dilantunkan dalam syair lagu Aceh dan juga syair seudati (kesenian tradisional Aceh) walaupun sekarang masyarakat sudah tidak pernah melihatnya lagi dan ini juga merupakan salah satu alasan yang kuat kenapa burung ini dijadikan maskot di dalam Kampanye Bangga dengan pertimbangan apakah satwa yang lain nanti akan mengalami hal yang

sama seperti burung Cempala Kuneng ini.

Hasil survei menunjukkan bahwa 70,4 % masyarakat menyatakan bahwa satwa ini pernah ada di daerah mereka. Sementara itu, 46,2 % masyarakat menyatakan bahwa satwa ini sudah tidak mereka jumpai lagi di kawasan hutan mereka. Selanjutnya, dari informasi lain yang diterima dari Ir. M Kasim Arifin (peraih Kalpataru, saat ini telah meninggal dunia), pada tahun 1995 burung ini pernah dilihat di daerah Lokop, Kabupaten Aceh Tamiang dan pada tahun 2000 Pemda NAD juga pernah memuat iklan di harian Serambi Indonesia kepada siapa saja yang berminat untuk melakukan penelitian tentang satwa langka ini. Tetapi sayang kesempatan itu tidak diambil oleh siapapun sehingga sampai saat ini informasi atau literatur atau deskripsi tentang burung langka ini sangatlah minim.

a) Klasifikasi Taksonomi

Filum : Chordata

Anak Filum : Vertebrata

Kelas : Aves

Bangsa : Passeriformes

Suku : Turdidae

Marga : Copsychus

Jenis : Copsychus Pyrropygus

Gambar 17 Cempala Kuneng (Copsychus pyrrpygus)

b) Karakteristik Morfologis

Keindahan burung ini diperlihatkan oleh warnanya yang coklat keabuan tua mengkilat dengan alis putih di atas mata, serta paruh hitam ramping tajam. Sebagian dada dan perut sampai pangkal ekor berwarna kemerahan. Ukuran tubuh dari ujung paruh sampai ke ujung ekor memiliki panjang sekitar 8 inci. Suaranya

(22)

panjang merdu serta memukau, nyaring naik turun dan tidak teratur. Bunyinya wu eeee dan we oooo

Karakteristik fisik yang spesifik untuk jantan, betina maupun anakan adalah sebagai berikut (Maskot Flora Fauna Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, BKSDA Aceh, 2002):

Ciri - ciri Betina : Di atas matanya tidak terdapat bagian yang berwarna putih sebagaimana yang dimiliki oleh yang jantan, bagian tenggorokan dan dada bulunya berwarna kuning tua sampai merah sawo, pada bagian dadanya terdapat bagian garis tebal melintang yang berwarna kecoklatan, bulu perutnya berwarna keputihan.

Ciri - ciri Anakan : Warna kecoklat-coklatan, kepala warna bintik-bintik kelabu, dada warna kuning kelabu berbintik-bintik (khusus anakan betina),

c) Distribusi

Hampir sama dengan beberapa jenis burung lainnya, burung Cempala

Kuneng ini juga hidup di hutan. Cempala Kuneng menghuni hutan di daerah

pamah sampai ketinggian 900 Meter, terdapat di Aceh dan Sumatera umumnya,

Kalimantan dan Semenanjung Malaya (BKSDA 2002).

d) Perilaku

Burung Cempala Kuneng merupakan burung penyanyi kata orang tua dulu

karena memang kebiasaan dari burung ini yang suka berkicau. Jadi tidak heran

kalau dalam lagu Aceh juga ada lagu Cempala Kuneng.

e) Reproduksi

Belum ditemukan literatur tentang pola reproduksi spesies ini. Namun

demikian secara umum burung-burung di dalam marga Copyshycus bereproduksi

dengan cara bertelur dan mengerami telurnya (Nash S 1999)

f) Makanan

Burung Cempala kuneng ini merupakan kelompok burung cacing. Burung

cacing ini membentuk suatu suku besar pemakan serangga yang sebagian besar

hidup dilahan berhutan. Selain memakan serangga burung Cempala Kuneng ini

(23)

g) Status Konservasi

Data status konservasi mengenai Copsychus pyrropygus tidak tersedia di

dalam literatur maupun website, baik itu menurut aturan serta perundang undangan lokal, nasional maupun internasional. Namun dengan memperhatikan kondisi serta keberadaan pada saat ini, juga kalau ditinjau dari segi sejarah, maka penetapan aturan perlindungan burung ini merupakan suatu kebijakan yang di pandang perlu untuk dilakukan. Informasi terbaru yang didapatkan dari kawan kawan jaringan kerja PeNA dalam POKJA (kelompok kerja) Advokasi Hutan Aceh, burung ini masih terdapat di Lokop serta kawasan pegunungan di dataran tinggi Gayo, untuk membuktikan kebenaran hal tersebut, kawan kawan dari ISAKA Langsa sedang mengupayakan pengambilan dokumentasi (photo) yang diharapkan dapat dijadikan pembanding dari gambar/photo yang ada guna memastikan kebenaran serta keberadaan satwa tersebut.

Cempala Kuneng (Copsychus pyrropygus) ditetapkan sebagai Satwa/Binatang

yang menjadi maskot Provinsi Aceh bersamaan dengan penetapan Bungong

Jeumpa (Michelia champaca) sebagai tumbuhan identias daerah Aceh. Penetapan

ini berdasarkan surat keputusan Gubernur no 34 tahun 1990. Keputusan ini di keluarkan pada tanggal 14 Agustus 1990.

5.3.8 Merancang Kegiatan Kampanye

Dalam Kampanye Bangga ini semua lapisan masyarakat akan dijadikan kelompok sasaran target mulai dari anak sekolah usia SD/sederajat sampai dengan

orang tua yang merupakan tokoh adat yang ada di Gampong. Kegiatan yang

disusun dalam rencana kerja berdasarkan hasil temuan dilapangan baik pada saat

stakeholder workshop, FGD, maupun survei dan dirancang berdasarkan asumsi

yang kuat. Beberapa kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan-kegiatan yang telah pernah dilakukan dalam kegiatan Kampanye Bangga di tempat lain seperti pembuatan dan distribusi poster, stiker, lembar dakwah, kalender, pin, lagu konservasi anak, komik, kunjungan sekolah, sandiwara panggung boneka, dan

pembuatan billboard. Namun beberapa kegiatan lainnya juga dirancang sesuai

dengan karakteristik masyarakat target seperti fasilitasi kesepakatan pengelolaan

hutan bersama, diskusi kelompok adat, diskusi kelompok tani, kegiatan peu udeep

(24)

cermat konservasi, workshop guru, workshop lembaga adat dan lain-lain. Untuk lebih rincinya bentuk kegiatan yang sudah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawaw ini.

Tabel 13 Bentuk-bentuk pendekatan dalam Kampamye Bangga

No. Kelompok Sasaran Materi Komunikasi Bentuk kegiatan

1. Anak-anak Lagu konservasi anak,

Komik, Poster, Lembar

fakta, Pin, Panggung

boneka, kalender, tas sekolah, buku tulis, meja belajar,

Kunjungan sekolah, Sandiwara panggung boneka, Lomba lukis lingkungan, lomba cerdas-cermat

konservasi, sahabat alam

2. Remaja Pin, poster, lembar fakta,

kalender, stiker, baju konservasi, lembar dakwah

Pelatihan kader konservasi, pembentukan kelompok pemuda konservasi, diskusi, pemetaan partisipatif

3. Perempuan Dewasa Poster, Lembar fakta,

Kalender, pin,

Pembuatan kostum

dan boneka, workshop guru, diskusi adat

4. Laki-laki Dewasa Poster, Lembar fakta,

Lembar dakwah, buklet.

Workshop lembaga adat, pemetaan partisipatif, diskusi kelompok tani, diskusi sumberdaya alam, pembuatan lembar dakwah, workshop guru, diskusi pembuatan lembar fakta

5. Umum Poster, Billboard, stiker,

lembar dakwah, lembar fakta

Distribusi materi

cetak dan pemasangan

billboard.

Dalam pendistribusian materi atau melaksanakan kegiatan manajer kampanye tidak melakukannya sendiri, selain dibantu oleh tim dari satu lembaga juga dibantu oleh relawan lokal dalam hal ini pemuda. Untuk lebih jelasnya bentuk yang kegiatan yang dikembangkan dapat dilihat pada lampiran 5 lengkap dengan segala asumsinya.

(25)

5.3.9 Menyusun Rencana Kerja

Setelah semua tahapan dalam perencanaan sudah dilakukan maka hasil akhir yang diperoleh adalah sebuah dokumen rencana kerja yang akan menjadi panduan pada saat menjalankan kampanye. Setiap kegiatan yang dirancang memiliki landasan yang kuat untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan guna perubahan perilaku yang diinginan. Dokumen rencana kerja terdiri dari :

1. Bagian pendahuluan, menjelaskan profil kawsan target kampanye

2. Proses dan hasil pertemuan stakeholder.

3. Proses dan hasil diskusi terfokus.

4. Proses dan hasil survei pra kampanye.

5. Model konseptual.

6. Sasaran-sasaran SMART.

7. Bentuk-bentuk kegiatan yang lengkap dengan asumsi, penanggung jawab

kegiatan, waktu pelaksanaan kegiatan, syarat dasar yang diperlukan.

8. Strategi monitoring.

9. Kalender kegiatan.

Untuk lebih jelas rencana kerja dan rencana monitoring dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5

5.3.10 Hasil Tahapan Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan Kampanye Bangga Melestarikan Alam di kemukiman

Kueh, Lhoknga dan Leupung, ada berbagai tools (kegiatan) yang digunakan untuk

mencapai sasaran yang ingin dicapai. Baik itu kegiatan penjangkauan masyarakat maupun penggunaan materi cetak untuk kampanye. Untuk menetapkan jenis materi dan kegiatan yang akan digunakan dan dilakuan pada saat kampanye telah dilakukan serangkaian pengumpulan informasi maupun diskusi dengan

masyarakat baik itu melalui stakeholder workshop, FGD maupun survei yang

masyarakat. Setelah semua itu didapatkan barulah disusun rencana kerja yang akan dilakukan. Untuk materi cetak mulai dari proses desain, penentuan maskot,

gambar, slogan, bentuk, warna dan juga layoutnya disepakati bersama masyarakat

dan sebelum dicetak terlebih dahulu dilakukan uji materi. Ringkasan materi yang diproduksi dapat dilihat pada lampiran 5.

(26)

a. Materi Kampanye Yang Diproduksi

1) Poster

Poster merupakan media kampanye yang digunakan pada saat awal kampanye. Proses desain mulai dari gambar dan slogan yang sudah dipilih oleh

masyarakat baik itu pada saat stakeholder workshop, FGD maupun survei

dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Bentuk, warna dan juga layoutnya disepakati bersama masyarakat sebelum dicetak melalui uji materi.

Gambar 18 Poster Uteun Tajaga Rakyat Seujahtra

Poster dengan gambar Cempala Kuneng (Copsychus Pyrropygus) sebagai

maskot dalam Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Kawasan Hutan Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan kunci kampanye. Pesan yang disampaikan adalah mengenai bagaimana dengan menjaga hutan akan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar kawasan, baik itu dalam menjaga keanekaragaman hayati yang ada maupun keselamatan DAS Kr. Raba dan Kr. Geupu. Poster didistribusikan di tempat-tempat umum seperti warung, balai pertemuan, sekolah dan juga rumah-rumah masyarakat. Selain dibagi-bagikan pada masyarakat poster ini juga selalu digunakan dalam setiap pertemuan dan diskusi masyarakat seperti pada para tokoh adat saat melakukan diskusi adat, penjangkauan sekolah dan pada semua kegiatan kampanye yang telah dilakukan.

2) Pin

Media komunikasi lain yang juga digunakan adalah pin. Sama halnya

dengan poster, pin juga dicetak pada periode awal kampanye. Gambar yang ada

pada pin sama seperti yang ada pada poster yaitu Cempala Kuneng dengan

(27)

Pin ini juga disebarkan atau dibagikan pada setiap kegiatan kampanye yang dilakukan terutama pada kegiatan penjangkauan sekolah. Selain bentuknya yang kecil dan pesan yang disampaikan sangat singkat sehingga membuat semua orang mudah dalam membawa juga mengingatnya. Tidak hanya pada penjangkauan

sekolah pin juga dibagi pada saat pertemuan dan penjangkauan masyarakat

lainnya seperti workshop guru, pelatihan kader konservasi juga bagi anak-anak di

gampong yang tidak sekolah di kawasan target.

Gambar 19 Anak Sekolah Dasar memakai Pin Kampanye Bangga

3) Factsheet/Lembar Fakta

Factsheet/lembar fakta merupakan salah satu media informasi tentang kawasan baik itu keanekaragaman hayati, fungsi hutan, pawang uteun dan isu-isu konservasi lainya. Pesan yang disampaikan dalam factsheet ini adalah pesan-pesan singkat dan sederhana sehingga mudah dicerna dan dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. Selain isi tentang fungsi hutan didalam factsheet ini juga diceritakan tentang spesies flagship yang menjadi maskot, yaitu Cempala kuneng, serta himbauan untuk melakukan kegiatan perlindungan hutan yang terkait dengan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan target.

Sama seperti materi cetak lainnya factsheet/ lembar fakta ini sebelum dicetak atau diperbanyak terlebih dahulu diuji dulu di masyarakat (perwakilan masyarakat target) baik itu tulisannya apakah mereka mengerti dengan isi yang

ada didalam factsheet/lembar fakta tersebut, warna maupun layoutnya. Setelah

mereka setuju dan paham maka barulah dicetak.

Factsheet ini dibagikan kepada masyarakat target baik itu untuk masyarakat

umum dan juga selalu dijadikan sebagai bahan diskusi pada setiap pertemuan sehingga pesan yang ada selalu diingat karena selalu dibicarakan.

(28)

Gambar 20 Lembar fakta yang selalu digunakan dalam setiap diskusi masyarakat

4) Lembar Dakwah

Sebelum membuat lembar dakwah terlebih dahulu dilakukan diskusi dengan tokoh agama dalam hal ini Tengku Mesjid dan Tengku Meunasah yang ada di kawasan target baik itu dalam mendiskusi pesan yang ingin disampaikan, topik per edisi maupun bentuk cetakannya nanti seperti apa. Semua ini dilakukan tentunya terlebih dahulu mendiskusikan pesan kunci yang ada dikampanye, setelah mereka memahami mengenai pesan kunci yang ada baru selanjutnya tanggung jawab ini diserahkan kepada para teungku tersebut dalam mengembangkannya. Isi dari lembar dakwah ini adalah informasi tentang konservasi dalam pandangan Islam dan disampaikan dalam bahasa yang sangat sederhana sehingga semua orang akan mudah memahaminya.

Lembar dakwah ini didistribusikan di setiap mesjid serta meunasah yang ada di kawasan target, yang diberikan kepada pengurus mesjid dan meunasah yang bersangkutan.

Gambar 21 Lembar Dakwah

5) Stiker

Stiker juga merupakan barang yang dapat dikoleksi selain juga mudah untuk dibawa dan ditempatkan di mana saja. Sementara pesan yang disampaikan juga sama seperti pesan yang ada dimateri cetak lainnya sehingga orang akan

(29)

mudah untuk mengingatnya. Stiker ini hanya dibagikan pada saat ada kegiatan untuk pemuda, yaitu pada kegiatan pelatihan kader pemuda konservasi dan diskusi dengan pemuda.

Gambar 22 Stiker Kampanye Bangga

6) Buku Tulis

Buku tulis juga merupakan barang yang dapat dikoleksi selain juga merupakan media yang mudah diingat oleh anak-anak karena bersifat fungsional, yaitu dapat digunakan sehari-hari dalam kegiatan belajar, Selain itu, bentuknya unik (tidak tersedia di toko) dan menarik, serta memiliki pesan konservasi di dalamnya. Buku tulis ini hanya dibagikan pada saat ada kegiatan untuk anak-anak, jadi tidak semua anak yang ada di kawasan target mendapatkannya.

Gambar 23 Buku Tulis Kampanye Bangga

7) Tas Sekolah Kampanye Bangga

Tas juga sama seperti materi yang lain yang digunakan untuk kegiatan sekolah. Selain bentuknya yang menarik tas ini juga tidak dapat dibeli ditoko-toko sehingga haya anak-anak tertentu saja yang bisa memilikinya dan itu juga bisa membuat mereka bangga ketika dia menceritakan bagaimana dia mendapatkan tas tersebut. Tas ini dibuat sebanyak 12 buah dan dibagikan sebagai penghargaan kepada pemenang lomba lukis lingkungan dan lomba cerdas cermat konservasi.

(30)

8) Meja Belajar

Meja belajar untuk anak-anak yang dibuat sebanyak 12 buah digunakan dan didistribusikan pada kegiatan sekolah untuk mereka yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Desain dan pesan yang digunakan tetap konsisten dengan materi lainnya yang sudah pernah ada.

Gambar 24 Meja Belajar Kampanye Bangga

10)Infosheet

Infosheet dengan judul ”Haba Mukim” dalam dua edisi berbeda yang dibuat

dalam kampanye bangga ini yaitu infosheet Lembaga adat pawang uteun yang

dibuat oleh para kader pemuda konservasi yang ada di kemukiman Leupung yang berisikan informasi tentang masyarakat Leupung dan peran serta fungsi lembaga

adapt Pawang Uteun. Sementara itu, infosheet peu udeep lampoh yang ditulis oleh

kader pemuda konservasi kemukiman Kueh dan Lhoknga berisikan keanekaragaman hayati serta prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kegiatan

kudeep lampoh. Kedua infosheet ini dicetak sebanyak masing-masing 500

eksemplar dan dibagikan kepada masyarakat yang ada di kawasan target.

11)Buklet Sumberdaya Alam

Buklet ini dibuat untuk mengingatkan masyarakat di kawasan target supaya mereka mengetahui keanekaragam hayati selain pesan-pesan konservasi yang ada didalamnya dan sumberdaya alam yang mereka miliki. Selain itu di dalam buklet ini juga dituliskan bebargai macam khasiat tumbuhan obat beserta cara pemanfaatannya yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari.

Pembuatan buklet ini juga sama seperti pembuatan materi yang lain yaitu dilakukan bersama-sama masyarakat mulai dari merancang sampai siap cetak.

(31)

Jadi sebelum dicetak dilakukan uji materi dulu dan kemudian baru dicetak sebanyak 750 buah dengan ukuran yang kecil yaitu 10 x 19 cm sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana dan didistribusikan kepada masyarakat yang ada di kawasan target. Buklet ini juga digunakan sebagai bahan diskusi pada setiap pertemuan dengan tokoh adat.

12)Komik

Komik yang dibuat oleh para guru ini diangkat dari skenario panggung boneka dan dibagikan dalam kegiatan kunjungan sekolah dan juga anak-anak ada umumnya di kawasan target. Komik lingkungan ini dibagikan ke sekolah-sekolah dasar yang ada di kawasan target yaitu kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung.

Anak-anak sangat menyukai komik karena banyak gambar yang bisa dilihat, dan ide ceritanya pun mengenai pengalaman mereka sehari-sehari dengan memasukkan pesan-pesan konservasi di dalamnya, sehingga ini akan membawa kedekatan dengan pembacanya karena sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat.

13)Kostum Maskot “Cempala Kuneng”

Penyampaian pesan konservasi melalui penyuluhan yang mengikutsertakan

si Kuneng – nama popular bagi maskot kampanye membuat anak-anak senang dan

gembira, terkesan serta tentunya akan mempermudah mereka untuk mengingatnya, hal ini dikarenakan pesan disampaikan dengan menarik sehingga menimbulkan kegembiraan.

Kostum maskot ini dibuat oleh ibu-ibu di mukim Leupung. Awalnya, mereka tidak mau membuat dengan alasan mereka belum pernah membuatnya, tetapi setelah dijelaskan akhirnya mereka mau mencoba membuat. Ternyata pendekatan partisipatif yang dilakukan sangat terasa memudahkan mereka menerima apa yang dibicarakan, hingga tanpa diduga bukan satu kostum yang berhasil dibuat tetapi 2 (dua) kostum maskot yang berhasil mereka buat, dan ini merupakan permintaan mereka untuk menjahit satu lagi supaya lebih lancar. Pembuatan kostum maskot ini telah selesai dikerjakan pada bulan Juni 2007. (contoh kostum dapat dilihat pada lampiran 6).

(32)

14)Billboard

Untuk mensosialisasikan pentingnya upaya bersama dalam melakukan pelestarian sumberdaya guna menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat hutan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan juga meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai peran serta fungsi hutan sebagai perlindungan sumberdaya air serta membangun inisiatif masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan, maka dibuatlah billboard.

Billboard yang dibuat berukuran 3 x 4 Meter dengan jumlah 2 buah serta

dipasang di Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Leupung. Gambar dan pesan yang disampaikan sama dengan gambar dan pesan yang terdapat di poster, dan ini tidak akan membingungkan audiens konsistensi pesan dan gambar yang selalu

sama. Billboard yang dipasang ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk terus

menjalankan aksi konservasi bagi penyelamatan kawasannya.

15)Kalender

Gambar yang digunakan dalam kalender adalah gambar anak-anak pemenang lomba lukis lingkungan yang diadakan pada bulan Agustus 2007. Dari gambar yang digunakan diharapkan akan menumbuhkan rasa bangga mereka terhadap apa yang sudah mereka hasilkan. Kalender ini dibuat untuk edisi dua tahunan`sehingga dapat memastikan pesan yang disampaikan tetap diingat di masyarakat karena mereka terus dapat melihat kalender tersebut selama dua tahun. Kalender dibagikan disekolah-sekolah terutama bagi mereka yang memiliki lukisan dan juga masyarakat umum pada setiap diskusi dan pertemuan.

16)Panggung Boneka

Panggung boneka dibuat dari pipa PVC diameter 1 ½ inchi dan dibuat oleh Relawan Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh. Layar/tirai penutup panggung dijahit oleh ibu-ibu penjahit boneka. Gambar latar belakang dibuat oleh seniman lokal (Wadi) di Banda Aceh.

Inti cerita dalam panggung boneka ini secara garis besarnya adalah bagaimana dampak kerusakan hutan terhadap ketersediaan air yang ada di Kr. Geupu/Sarah kemukiman Leupung. Cerita untuk panggung boneka ini disusun bersama oleh para guru pada saat lokakarya guru.

(33)

17)T-Shirt

Gambar dan tulisan pada T-shirt dibuat sama dengan desain materi cetak

lainnya yaitu gambar mascot dengan pesan kampanye didalamnya. Pembuatan

t-shirt ini terbatas dan hanya dibuat sebanyak 50 buat serta dibagikan pada saat

kegiatan pelatihan kader pemuda konservasi. T-shirt ini dibagikan tidak hanya untuk peserta tetapi juga untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

18)Siaran Pers

Peran media massa sangatlah penting dan salah satu sarana yang umum digunakan dalam menyebarkan pesan-pesan kampanye. Maka dalam kampanye ini juga ikut melibatkan menggunakan pers untuk mempublikasikan kegiatan yang telah dilakukan (koran lokal/ Serambi Indonesia) yang gunakan.

Kegiatan Kampanye

a) Penjangkauan Masyarakat 1) Kunjungan Masyarakat

Diskusi ini dilakukan sebanyak enam kali dimulai dari bulan Mei s/d

Oktober 2007. adapun yang menjadi sasaran pada diskusi ini adalah Pawang

Uteun, Kelompok penghijauan, mukim, Keuchik dan tokoh masyarakat lainnya,

yang dilakukan di Mukim Leupung. Yang dibicarakan dalam diskusi ini bagaimana pengelolaan hutan selama ini dilakukan , hasil hutan apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat, bagaimana sistem pembagian hasil, kearifan lokal apa saja yang pernah ada, siapa saja yang terlibat dalam kelompok penghijauan dan bagaimana sistem kerjanya serta lembaga adat yang ada saat ini.

Hal yang menarik yang sering terjadi di awal diskusi adalah orang enggan untuk diajak bersama-sama, tetapi seringkali setelah diskusi berjalan setengah ada saja orang yang bertambah, dan juga kebanyakan diskusi yang dilakukan pesertanya tidak diberikan perdiem tatapi mereka semangat untuk mengikutinya, walaupun kita tahu selama ini (pasca bencana tsunami) semua di Aceh itu harus dibayar bahkan untuk membersihkan rumah sendiri sekalipun.

2) Pemetaan Partisipatif

Pemetaan ini dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yang dimulai

dengan PRA (partcipatory Rural Appraisal) selama satu hari yang diikuti oleh 21

(34)

melakukan pemetaan hutan ulayat seluas 3000 ha yang akan dikelola oleh lembaga adat pawang Uteun. kemudian ada pelatihan penggunaan GPS kepada masyarakat yang akan digunakan dalam dalam pengambilan data survei. Mereka juga diajarkan bagaimana cara membuat peta nantinya setelah melakukan pengambilan data. Yang terakhir peserta bersama-sama membentuk kelompok kerja untuk melakukan survei ke lapangan. Pada saat PRA ini juga dilakukan pembuatan peta dasar (peta sketsa), dalam peta dasar ini digunakan tanda-tanda umum yang dikenal masyarakat untuk batas-batas kawasan, misalnya pohon beringin dan sebagainya. Meminta masukan awal dari ketua masyarakat, tokoh adat (yang sangat mengenal kawasan) untuk mendapatkan koreksian atau masukan dan input terhadap peta dasar.

Kemudian setelah melakukan PRA mereka melakukan survei untuk pengambilan data yang diikuti oleh 12 orang selama 8 hari. Pemetaan lapangan dilakukan yaitu berangkat dari titik awal pemetaan dan kembali ke titik awal lagi. Setiap anggota tim memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda ada yang memetakan sumberdaya, mencatat titik koordinat yang telah diambil. Setelah data

didapatkan tim kembali ke gampong untuk membuat peta. Data yang sudah

didapat dituliskan diatas kerta milimeter block A3 dengan menggambarkan titik

koordinat yang kemudian di overlaykan pada peta dasar, kemudian dilanjutkan

dengan memindahkan peta hasil koreksi ini ke data digital. Setelah semuanya

dihasilkan peta itu kemudian didiskusikan lagi dengan masyarakat dengan membuat pertemuan lanjutan, dan setelah mendapat persetujuan dari wakil masyarakat mengenai informasi yang telah dihasilkan baru kemudian dimunculkan dalam satu bentuk peta (peta ulayat).

Gambar 25 Masyarakat dengan Tim Kampanye sedang membaca peta dasar yang

(35)

3) Seri Diskusi Pengelolaan Sumber Daya Alam

Diskusi ini bertujuan untuk menggali aturan-aturan adat yang ada pada

sebuah lembaga adat (khusus lembaga adat Pawang Uteun) dalam pengelolaan

hutan. Diskusi ini dilakukan mulai bulan Juni s/d November 2007 dan yang menjadi sasaran tokoh masyarakat di Mukim Lhoknga

Dalam diskusi itu kita coba melihat bagaimana keberadaan lembaga adat

Pawang Uteun diwilayah tersebut.

4) Workshop Lembaga Adat

Kegiatan ini dilaksanaan pada tanggal 4-5 November 2007 yang bertempat

di Aula Kantor Camat kecamatan Leupung. Workshop yang melibatkan para

wakil masyarakat dan tokoh adat dari tiga mukim yang menjadi target kampanye,

sedangkan metode yang digunakan adalah: Sharing peserta (Fasilitator),

Pemaparan Materi (Nara sumber), Diskusi (Fasilitator/Nara Sumber), yang kemudian menghasilkan rencana tindak lanjut pertemuan tingkat gampong untuk menggali aturan adat lokal yang dimilki yang kemudian diplenokan lagi.

Secara umum, lokakarya ini diarahkan untuk membangun/memperkuat lembaga

pawang uteun di kemukiman Leupung dengan tujuan :

1. Membangkitkan kembali kearifan tradisional yang ada pada masyarakat

Leupung

2. Penguatan peran masyarakat lokal/adat dalam pengelolaan sumberdaya alam

berkelanjutan di wilayah mereka

3. Meletakkan kembali peran, fungsi dan kewenangan lembaga pawang uteun

dalam sistem kehidupan sosial masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masyarakat yang sejalan dengan konteks kehidupan masa kini dan masa datang. (Komentar: hati-hati dengan penggunaan kalimat “sesuai dengan adat

dan budaya yang telah berlaku sejak jaman dahulu secara turun-temurun” Æ

nanti bisa jadi orang terikat pada masa lalu dan mencoba memaksakan berbagai peraturan adat yang dulu ada namun secara konteks sebetulnya tidak tepat untuk diterapkan di masa sekarang maupun masa depan)

4. Mengawali diskusi membangun mekanisme pengelolaan hutan ulayat (yang

luas dan batas nya telah ditetapkan melalui pemetaan partisipatif) berbasis masyarakat.

(36)

5) Seri Diskusi Adat

Diskusi adat yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan workshop lembaga adat telah di laksanakan didua gampong di kemukiman Leupung yaitu

gampong Meunasah Bak U yang dihadiri oleh14 orang dan Gampong Lamseunia

dihadiri oleh23 orang pada tanggal18 dan 19 Januari 2008. Hasil yang telah dicapai pada pertemuan ini adalah aturan dan sanksi adat yang ada

dimasing-masing gampong. Dari hasil pertemuan tingkat gampong ini diplenokan lagi pada

pertemuan tingkat mukim sehingga disepakati satu draf peraturan dan sanksi adat

Pawang Uteun di kemukiman Leupung.

6) Diskusi Kelompok Tani

Diskusi kelompok tani yang dilakukan di kemukiman Kueh tepatnya

gampong Nusa untuk kegiatan Peu Udeep Lampoh pada tanggal 10 Januari 2008

dihadiri oleh 38 orang yang merupakan anggota dari kelompok tani, dan mereka telah menyepakti beberapa aturan main untuk kegiatan tersebut. Aturan yang telah

disepakati bersama adalah, setiap anggota kelompok harus memiliki lampoh

(kebun) untuk ditanami dan lampohnya harus sudah ada pagar sesuai dengan hadis

maja yang ada dalam poster kampanye bangga “umong meuateung lampoh

meupageu artinya setiap yang dikatakan sawah pasti ada pematang dan apa yang

dikatakan dengan lampoh pasti sudah ada pagar kalau tidak itu namanya lapangan bola”, dan semua anggota kelompok setuju dengan hal itu.

Adapun tindak lanjut dari hasil diskusi masyarakat akan mulai melakukan penanaman dengan terlebih dahulu menggali lubang tanam di lahan mereka masing-masing dan seminggu kemudian setelah memberikan bibit dilihat kelapangan (tim PeNA dan masyarakat yang telah kita pilih bersama waktu diskusi) apakah itu benar dilakukan, karena kalau tidak bibit itu akan diambil kembali dan diberikan kepada mereka yang mau.

(37)

b) Program Sekolah

1) Workshop Guru

Workshop guru dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 22 Juni 2007 dengan

melibatkan perwakilan para guru tingkat Sekolah Dasar/Sederajat yang terdapat di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Kegiatan ini dihadiri oleh 16 orang peserta yang berasal dari 8 sekolah yang terdapat di lokasi kegiatan Kampanye Bangga Melestarikan Alam.

Guna tercapainya tujuan yang diinginkan, workshop ini dibantu oleh

seorang fasilitator, Sdr Azanuddin Kurnia MP (Azen) dan juga menghadirkan 4 orang pemateri atau narasumber, yaitu sdr Ilham Sinambela, S.hut (WWF Aceh), Efendi Isma S.hut (STIK Banda Aceh) dan Bapak Sukri (Dinas Pendidikan Aceh Besar).

Workshop guru ini telah menghasilkan beberapa hal yang berkaitan dengan

rencana kunjungan sekolah yaitu :

a. Jadwal Kunjungan Sekolah

b. Lagu Konservasi

c. Skenario Panggung Boneka

d. Draft kegiatan SAHABAT ALAM

Gambar 27 Para peserta workshop guru sedang membuat draft kunjungan sekolah

2) Kunjungan Sekolah

Kunjungan sekolah dilakukan pada sekolah-sekolah Dasar di kemukiman Kueh, Lhonga dan Leupung sepanjang bulan Juli-September 2007. Anak-anak sangat senang ketika pada kunjungan sekolah tiba-tiba ada si Kuneng (maskot) yang muncul dan bermain-main bersama mereka. Pesan yang disampaikan akan dengan mudah dapat diingat karena pada saat kita bercerita kepada mereka tentang arti pentingnya hutan bagi kehidupan mereka akan cepat mengerti karena

(38)

pesan yang disampaikan sangat sederhana ditambah lagi pada saat pertujukan maskot mereka juga diajak bernyanyi bersama-sama lagu konservasi untuk

sekolah yang dibuat oleh para guru-guru pada saat Workshop guru. Ada 1000

lebih siswa yang sudah disasar dengan total guru berjumlah lebih dari 100 orang

pada pertunjukan maskot ini. Maskot yang diberi nama si Kuneng memang sangat

akrab dengan anak-anak. Manual yang digunakan pada saat kunjungan sekolah dapat dilihat pada lampiran 14.

Gambar 28 Seorang Pelajar Sedang Membaca Cara Menjaga Hutan Bersama Si

Kuneng

3) Pertunjukan Panggung Boneka

Pertunjukan panggung boneka dilakukan di 12 sekolah yang ada di lokasi target. Persiapan yang dilakukan meliputi penyusunan naskah panggung boneka, pembuatan boneka tangan, dan pembuatan perlengkapan set panggung boneka (panggung, layar penutup panggung dan gambar latar belakang panggung

boneka). Draft naskah panggung boneka dibuat oleh guru-guru peserta workshop

guru bulan Juni 2007. Naskah ini kemudian direvisi dan disempurnakan oleh tim PeNA dan RARE. Terdapat 7 karakter dalam cerita panggung boneka Kampanye Bangga Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Semua boneka tangan ini dibuat oleh ibu-ibu penjahit dari gampong amseunia, Kemukiman Leupung.

Pertunjukan panggung boneka di serahkan kepada sekolah dan digilir sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama, jadi panggung baneka ini sepanuhnya dikelola oleh sekolah (guru sebagai koordinator dan anak-anak sebagai pemainnya). Skenario panggung boneta dapat dilihat pada lampiran 11.

4) Cerdas Cermat

Cerdas cermat konservasi yang dilaksanakan di SD 1 Lhoknga diikuti oleh 27 siswa dari 9 sekolah yang hadir dengan masing-masing utusan tiga siswa setiap sekolah dari 13 total yang diundang pada tanggal 9 Januari 2008. Dewan juri dari

(39)

cerdas cermat ini adalah para wakil guru yang ada di sekolah kawasan target. Cukup mengembirakan hasil yang didapat dari cerdas cermat ini dimana peserta yang ikut sudah mulai paham tentang arti penting perlindungan hutan untuk kehidupan, ini terlihat dari pertanyaan dilontarkan. Pertanyaan yang diberikan pada cerdas cermat konservasi ini adalah khusus diambil dari pelajaran IPA dan RPAL yang ada di kurikulum sekolah Dasar dan juga materi yang diberikan saat kunjungan sekolah (kunjungan Maskot). Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada saat cerdas cermat juga merupakan hasil godokan bersama dengan para guru dan juga komite sekolah.

5) Sahabat Alam

Kegiatan Sahabat Alam ini bertujuan memberi contoh dan menyediakan sarana praktek langsung kepada anak didik dari setiap sekolah untuk melakukan upaya serta tindakan nyata dalam rangka pelestarian sumberdaya alam.

Gambar 29 Kegiatan Sahabat Alam, guru dan murid sedang melakukan penanaman pohon

Walaupun program Sahabat Alam yang telah dilakukan belumlah mencapai hasil yang memuaskan tapi paling tidak kegiatan tersebut telah dilakukan pada lima sekolah yang ada di kawasan target dengan jumlah bibit yang telah ditanam sebanyak 50 batang dengan jenis sawo, pinang, trembesi dan asam jawa. Namun demikian tanggapan positif dari para guru untuk kegiatan ini sangat mengembirakan. Sahabat alam ini sepenuhnya diserahkan kepada anak didik yang dipilih oleh sekolahnya baik pada saat penanaman maupun perawatan. Dari kegiatan sahabat alam ini anak diberi tanggung jawab untuk menjaga tanamannya dan pada bulan keenam penanaman akan dinilai dan akan diberi penghargaan atas usaha dan kepeduliannya terhadap usaha pelestarian sumberdaya alam.

Gambar

Gambar 6 Proporsi Jenis Kelamin Responden Kelompok Target (N=442)
Tabel 7 Proporsi Tingkatan Pendidikan Responden Kelompok Target (N = 442)  Kemukiman :
Gambar 9 Proporsi Tingkatan Usia Responden Kelompok Kontrol (N=100)
Gambar 10 Kebiasaan Mendengar Radio Kelompok Target (N=442)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Due to the practice of corporal mortification and masochism are the same, in which its motivation is different, Brown associates that Opus Dei causes the misled members to

Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada nenek saya, mamaeyang, yang telah memberikan dukungan beserta doa-doanya selama saya mengerjakan skripsi.. Ucapan terima

Semoga dengan keimanan untuk terus berikhtiar, kerja keras untuk terus berupaya, tawakkal untuk berserah diri kepada Allah S.W.T, serta doa dan dukungan dari Papah dan Mamah

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) adanya pengaruh yang signifikan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan Jigsaw terhadap prestasi belajar

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 17 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai ‘yang pertama dari ciptaan‘, sehingga ini sangat memberikan arti yang jauh berbeda dari penggunaan kata ‘yang sulung atau

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala karunia dan hidayah-Nya dan tak lupa Shalawat serta salam penulis

Kepala Kantor Pertanahan Kota Batam memberikan kepada pemohon perpanjangan HGB yang dimohon- kan perpanjangannya dengan ketentuan dan persya- ratannya, yaitu segala akibat, biaya