MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA
SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ABDURRAB
AYU PERMATAPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH
MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA
SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ABDURRAB
AYU PERMATA NIM: 1390361024
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ABDURRAB
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrassi Fisioterapi Program Pascasarjana
Universitas Udayana
AYU PERMATA NIM: 1390361024
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iv
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 3 JULI 2015
Pembimbing I,
Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP. 195811051987021001
Pembimbing II,
Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN. 0526056801
Mengetahui,
Ketua Program Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
DR. dr. Susy Purnawati, M.K.K,AIFO NIP. 196809291999032001
v
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 JULI 2015
Pembimbing I,
Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP. 195811051987021001
Pembimbing II,
Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN. 0526056801
Mengetahui
Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Direktur
Program Pasca Sarjana Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO
NIP. 196809291999032001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K)
vi
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 tanggal 1 Juli 2015
Ketua : Dr. dr. I Wayan Weta, M.S
Anggota :
1. Muh. Ali Imron, SMPh., S.Sos., M.Fis
2. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika., M.Kes., AIFO
3. Dr. dr. Desak Wihandani, M.Kes
vii
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ayu Permata
NIM : 1390361024
Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga
Judul Tesis : PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH
MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM
AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM
STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Juni 2015 Hormat Saya,
viii
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di Universitas Udayana.
Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof.Dr.dr.Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD selaku Rektor Universitas Udayana.
2. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana.
3. Dr.dr.Susy Purnawati,M.K.K.AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Universitas Udayana.
4. Dr. dr. I Wayan Weta, M.S selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Tesis ini.
5. Muh. Ali Imron, SMPh, S.Sos, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian Tesis ini.
6. Terimakasih kepada Bapak Sugijanto, Dipl. PT, M.Fis., Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M. Kes, AIFO, dan Dr. dr, Desak Made Wihandani, M.Kes yang telah bersedia menguji Tesis ini dan telah memberi banyak saran dan kritik membangun dalam Tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Kepada yang tercinta Ibunda Hj. Indrawati dan Ayahanda Drs. H. Syamsir Yahya, SH (Alm) yang selalu memberikan doa dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa.
9. Kakanda Anang Perdhana Putra, S.STP , Kakanda Rieski Fernanda, SH, Kakanda Shanti Diana Putri, Amd. Keb, Kakanda Rizca Firliani, Amd. Keb atas persaudaraan yang indah, doa dan dorongan semangat agar tetap tegar dan kuat menghadapi segala proses
ix
semangat dan tingkah polah yang menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis. 10.Seluruh keluarga besar penulis, terutama Datuk H. Mawin Asmi Dt. Manggung (Alm)
dan Nenek Hj. Sariana serta Datuk H. Yahya Ja’far (Alm) dan Nenek Hj. Maryam (Almh) yang menjadi inspirasi bagi penulis, terimakasih untuk segala contoh dalam menjalani kehidupan.
11.Sahabat-sahabat penulis Thubii-Thucii (Nia, Nuni, dan Nova) dan Arisan Club (Tata, Ria dan Kak Liza) beserta seluruh keluarga besarnya yang selalu siap sedia memberikan
support melalui persahabatan yang tulus sebagai rumah kedua bagi penulis.
12.Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan motivasi pada penulis.
13.Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas Abdurrab serta seluruh alumni dan mahasiswa-mahasiswi Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu bersama-sama. 14.Bapak Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Wilayah Riau serta
Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Kabupaten dan Kota Provinsi Riau yang telah banyak memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian Tesis ini. 15.Sanggar Senam Ajna Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis untuk
memberikan intruksi senam pada sampel penelitian ini.
16.Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi angkatan 2013 untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Dan saudari-saudari Srikandi Fisioterapi dari Riau, Kak Nova Relida, SST.FT, Kak Marliana, SST.FT, Kak Siti Muawanah, SST.FT, Kak Nur Achirda, SST. FT dan Ismaningsih, SST.FT. Semoga persaudaraan kita selalu dalam lindungan dan berkah Allah.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, Juni 2015
x
FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ABDURRAB
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran Mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran Mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan karena kebugaran fisik yang rendah. Bagi mahasiswa peningkatan kebugaran fisik dapat mencegah penyakit dan meningkatkan konsentrasi belajar. Peningkatkan kebugaran fisik yang optimal perlu dilaksanakan melalui pelatihan yang teratur dan terencana. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
Sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang mahasiswa program studi D-III Fisioterapi dengan usia yang berusia 18-21 tahun. Rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel dipilih secara random. Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dan kelompok 2 diberikan senam aerobik high impact. Pelatihan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu selama 4 minggu.
Hasil analisis kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan didapatkan tidak ada perbedaan kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sebelum pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 41,36 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 43,00 dengan nilai p = 0,282. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = 0,014.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact secara signifikan.
Kata kunci : Kebugaran Fisik, Pelatihan Interval Intensitas Tinggi, Senam Aerobik High Impact
xi
FITNESS MORE THAN HIGH IMPACT AEROBIC GYMNASTIC AT THE STUDENT STUDIES D-III PHYSIOTHERAPY
ABDURRAB UNIVERSITY
This research is motivated by the discovery of recapitulation attendance figures Student attendance in 2013 at the D-III Study Program of Physiotherapy at Abdurrab University with average student absenteeism due to illness increased by 75%. Student absenteeism due to illness is suspected because low physical fitness. For students increase physical fitness can prevent diseases and increase the concentration of learning. Increasing optimal physical fitness needs to be implemented through regular training and planned. This study aims to prove the high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobic gymnastics at the Student Studies D-III Physiotherapy at Abdurrab University.
Sample in this study were 78 students of the D-III Physiotherapy with age 18-21 years old. Experimental research is research using Randomized Pre and Post Test Group Design. The sample was selected randomly. One group was given a high-intensity interval training and group 2 was given high impact aerobics gymnastic. The training is done 3 times in 1 week for 4 weeks.
Results of the analysis of physical fitness before being given training obtained no difference of physical fitness before being given training in both groups. Results mean before training in the group given high intensity interval training is 41,36 and the average results in the group given high impact aerobic exercise that is 43,00 with p = 0,282. Results of the analysis of physical fitness after training given obtained there were difference given of physical fitness after training in both groups. Average results after training in the group given high intensity interval training is 60,92 and the average results in the group given high impact aerobic exercise that is 57,74 with p = 0,014.
Based on these results it can be concluded that high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobics gymnastic significantly.
Keywords : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics
xii
FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ABDURRAB
Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai kehidupan yang sehat dan produktif, setiap individu memerlukan kondisi fisik yang optimal. Kondisi fisik yang optimal bagi setiap individu salah satunya dipengaruhi oleh daya tahan kardiorespirasi yang merupakan kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya.
Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk secara efisien menggunakan kerja jantung, pembuluh darah serta paru untuk menyediakan zat makanan dan mengangkut oksigen bagian-bagian tubuh yang sedang melakukan aktifitas fisik. Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Pada penelitian ini pengukuran kebugaran fisik yang digunakan adalah kemampuan melakukan Harvard Step Test yang dihitung berdasarkan Indeks kesanggupan badan (IKB). Hasil penilaian IKB dikonversikan ke dalam nilai normatif kebugaran untuk mengetahui kategori kebugaran subjek penelitian.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang rendah. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact
pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan
Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok. Kelompok 1 yaitu pemberian pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa. Kelompok 2 yaitu pemberian senam aerobik high impact pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di 2 tempat, untuk kelompok 1 dilaksanakan di Program Studi D-III Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan kelompok 2 dilaksanakan di Sanggar Senam Ajna Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 April hingga 11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu.
Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu dan merupakan salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan, daya tahan system kardio, kapasitas paru, dan kebugaran fisik. Latihan intensitas rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan. Hal ini dikarenakan sel paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah
xiii
cara melakukan dan musik yang mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact
menggunakan tenaga yang maksimum dan diulang-diulang sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya. Peningkatan ketahanan fisik setelah senam ini dikarenakan gerakan dinamis pada saat melakukan aerobik high impact meningkatkan denyut jantung. Gerakan dinamis pada saat senam ini meningkatkan kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru untuk memberikan oksigen pada kerja otot selama latihan. Peningkatan denyut jantung akan mengakibatkan stroke volume meningkat. Laju aliran darah meningkat sehingga kebutuhan oksigen ke otot yang aktif dapat dipenuhi untuk memberikan energi pada saat kontraksi otot. Latihan senam aerobik high impact dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi.
Hasil analisis kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan didapatkan tidak ada perbedaan nilai kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sebelum pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 41,36 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 43,00 dengan nilai p = 0,282. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan nilai kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = p = 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
xiv
Hal HALAMAN SAMPUL DEPAN……… i
HALAMAN SAMPUL DALAM………..……… ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN... v
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI……….…….…. vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...………...……… vii
UCAPAN TERIMAKASIH……….………….………. viii
HALAMAN ABSTRAK DAN RINGKASAN………. x
DAFTAR ISI…..……….………... xiv
DAFTAR TABEL... xviii
DAFTAR SKEMA... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1 1.2 Rumusan Masalah……….…………...7 1.3 Tujuan Penelitian………... 7 1.4 Manfaat Penelitian………... 7 1.4.1 Manfaat Teoritis………..………..……… 7 1.4.2 Manfaat Praktis……..………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran Fisik………... 9
2.1.1 Pengertian Kebugaran Fisik………...………... 9
xv
2.2.1 Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi………..………. 16
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi…... 17
2.2.3 Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi…….……….……….. 19
2.2.4 Harvard Step Test………..……….. 21
2.3 Latihan Interval Intensitas Tinggi……….…... 24
2.3.1 Pengertian Latihan Interval Intensitas Tinggi………. 24
2.3.2 Tujuan Latihan Interval Intensitas Tinggi………….……….. 25
2.4 Senam Aerobik High Impact……….…... 26
2.4.1 Pengertian Senam Aerobik High Impact…….………...…….. 26
2.4.2 Tujuan Senam Aerobik High Impact………….………... 27
2.5 Reaksi Fisiologis Sistem Kardiovaskuler terhadap Latihan……... 28
BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berfikir………...………... 31
3.2 Kerangka Konsep Penelitian………….………... 32
3.3 Hipotesis……….………... 33
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian………...……..………...34
4.2 Lokasi dan Waktu……….…….………...35
4.3 Jenis dan Sumber Data………...35
4.3.1 Populasi…………….………....……..35
xvi
4.4 Variabel Penelitian…..………... 38
4.4.1 Variabel Bebas…..…………….………...……. 38
4.4.2 Variabel Terikat..……….………. 38
4.5 Definisi Operasional Variabel.……….…….……… 39
4.5.1 Latihan Interval Intensitas Tinggi……….……...………. 39
4.5.2 Senam Aerobik High Impact…………….……...………. 41
4.5.3 Pengukuran Kebugaran Fisik…………….……...……… 42
4.6 Alur Penelitian….………..……….…….……….. 45
4.7 Analisis Data………..……….…….……….. 46
4.7.1 Uji Normalitas…………..……………….……...………. 46
4.7.2 Uji Homogenitas.………....…………….……...……….………. 46
4.7.3 Uji Hipotesis.………….……...………...………. 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Fisik Sampel Penelitian….………... 48
5.2 Analisis Uji Homogenitas………..……..……... 50
5.2.1 Analisis Uji Homogenitas Karakteristik Sampel…….…...…………. 50
5.2.2 Analisis Uji Homogenitas Kebugaran Fsik Sampel…….…...………. 51
5.3 Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik….... 52
5.4 Pembahasan ………... 54
xvii
5.4.3 Perbedaan Pelatihan Interval Intesitas Tinggi dan Senam Aerobik
High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik………... 59 5.5 Kelemahan Penelitian……….…………... 65
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan….………... 66 6.2 Saran……….…………... 66
DAFTAR PUSTAKA……….. 67
xviii
Tabel 2.1 Nilai Normatif VO2 Maks Bagi Laki-Laki dan Perempuan……….….… 21
Tabel 2.2 Nilai Normatif Indeks Kesangupan Harvard Step Test……….… 23
Tabel 5.1 Karakteristik Fisik
Sampel………..……….….….… 49
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Fisik Sampel pada Kelompok 1 dan
2……….… 50
Tabel 5.3 Uji Homogenitas Kebugaran Fisik………... 51 Tabel 5.4 Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam
Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik………... 52 Tabel 5.5 Perbandingan Peningkatan Kebugaran Fisik Sesudah Pelatihan Pada Kedua
xix
Hal
Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian……….….… 32 Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian……….………..… 34 Skema 4.2 Skema Alur Penelitian……….………..… 45
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari
suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut
membutuhkan suatu keadaan yang mendukung kesehatan fisik masyarakat
untuk dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan bangsa.
Keberhasilan pembangunan akan tercapai jika didukung dengan masyarakat
yang memiliki kebugaran fisik.
Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan
derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar
setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai
kehidupan yang sehat dan produktif, setiap individu memerlukan kondisi
fisik yang optimal. Kondisi fisik yang optimal bagi setiap individu salah
satunya dipengaruhi oleh daya tahan kardiorespirasi yang merupakan
kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan
intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan
kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan
sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih
dapat melakukan kegiatan lainnya.
Kebugaran fisik dapat dicapai sebagai suatu akibat dari faktor input
dan processing. Sebagai produk dari aktifitas fisik, tingkat kebugaran fisik
dari sudut ilmu faal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Sistem
respirasi sebagai organ penyedia oksigen, (2) Sistem cardiovascular dengan isinya (darah, dalam hal ini hemoglobin), sebagai pengangkut oksigen, (3)
sistem otot sebagai pengguna oksigen, (4) sistem metabolisme energi sebagai
penyedia energi (5) status gizi (indeks masa tubuh), serta (6) tergantung pada
umur, jenis kelamin, program aktivitas fisik dan latihan. Keenam faktor
tersebut secara fisiologis dan biologis harus berfungsi normal dan
ditingkatkan secara simultan ( Sarwono, 2008).
Individu yang memiliki kebugaran fisik yang baik dapat dilihat dari
kesehatan kerja dari jantung dan paru-parunya. Kerja jantung dan paru-paru
dapat diukur dari denyut nadi dan hembusan nafas. Pengukuran denyut nadi
dan frekuensi nafas ini dapat memperlihatkan kondisi fisik individu yang
sehat atau tidak, terlatih atau tidak. Pada saat bergerak, otot yang bekerja
memerlukan pasokan oksigen untuk mengolah energi yang didapat dari
makanan. Udara yang dihirup oleh paru, dihantarkan darah menuju jantung,
kemudian oleh jantung dipompakan ke seluruh tubuh, terutama pada otot
yang bekerja. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen
perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen yang diperlukan
menjadi meningkat hingga10 hingga 15 kali lipat.
Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya
tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan
untuk melakukan latihan dinamis menggunakan otot tubuh dengan intensitas
dengan respon jantung, pembuluh darah, serta paru untuk mengangkut
oksigen ke otot (Purnawati, 2013).
Daya tahan kardiovaskuler merupakan komponen terpenting dari
kesegaran jasmani atau kebugaran fisik. Daya tahan kardiovaskuler
menunjukkan kemampuan kerja jantung untuk menyediakan zat makanan dan
oksigen untuk bagian-bagian tubuh yang sedang melakukan aktivitas.
Kemampuan ini diperlukan dalam waktu yang lama dan intensitas rendah
sehingga disebut sebagai kapasitas latihan submaksimal (Adiatmika, 2002).
Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari
kebugaran fisik. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem
jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada
keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya
ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme
tubuh. Daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan kemampuan
untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan
sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama.
Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi
yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress
jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini
juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih
dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin
Harvard step test adalah sebuah metode penilaian yang secara akurat mengidentifikasi tingkat kardiorespirasi. Hal ini dikarenakan hasil tes
didasarkan pada detak jantung yang akurat pada waktu istirahat dan latihan,
(Greenberg 2004). Harvard Step Test merupakan test daya tahan kardiorespirasi dengan mengukur Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dalam
melakukan tes naik turun bangku selama 5 menit. Pada saat seseorang
melakukan tes ini jumlah denyut nadi saat 30 detik pertama, kedua dan ketiga
menjadi acuan untuk menetukan indeks kesanggupan individu. Semakin
besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.
Nilai IKB dapat diukur sesuai dengan latihan fisik yang mampu dilakukan
individu dan menunjukkan kondisi kebugaran fisik.
Latihan fisik yang teratur dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan
kondisi fisik yang bugar. Untuk mendapatkan latihan fisik yang sesuai dengan
tubuh maka dibutuhkan usaha-usaha dibidang kesehatan gerak dan fungsi
tubuh. Fisioterapi merupakan bagian dari integral pelayanan kesehatan yang
berhubungan erat dengan gerak dan fungsi tubuh. Menurut Ikatan fisioterapi
Indonesia (IFI) pada tahun 2014 dalam Buku Standar Kompetensi Fisioterapi
Indonesi menyatakan bahwa Fisioterapi merupakan bagian integral pelayanan
kesehatan yang memiliki otonomi profesional yaitu kebebasan dalam
melakukan upaya-upaya promotif, preventif, restoratif, pemeliharnaan dan
wellness dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Salah satu dari kewenangan Fisioterapi yaitu dapat
fisik tersebut yaitu latihan yang dapat meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi seperti pelatihan interval intensitas tinggi dan senam aerobik
high impact.
Pelatihan interval intensitas tinggi adalah sebuah konsep latihan yang
menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dan diselingi dengan
latihan intensitas sedang atau rendah. Pelatihan ini dilakukan dalam selang
waktu tertentu yang dapat memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga
dapat menigkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan metabolisme tubuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk, (2013) tentang pelatihan intensitas tinggi berbasis crossfit untuk meningkatkan kebugaran aerobik maksimal dan komposisi tubuh pada 43 orang selama 10 minggu didapatkan hasil signifikan
terhadap perbaikan VO2maks dan penurunan persentase lemak tubuh. Latihan
yang dilakukan oleh Oiliveira dkk, (2013) tentang efek Pelatihan Interval
Intensitas Tinggi selama 2 minggu pada pria dewasa dengan nilai Body Mass Index (BMI) tinggi menunjukkan peningkatan VO2maks.
Senam aerobikmerupakan serangkaian gerak yang dipadukan dengan
irama musik yang telah dipilih dengan durasi tertentu yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pemasukan oksigen di dalam jaringan tubuh yang
ditentukan oleh kapasitas maksimal paru saat menghirup udara. Latihan
aerobik dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki
kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi.
Latihan aerobik memberi pengaruh dalam metabolisme tubuh antara lain
Penelitian yang dilakukan oleh Alex dkk (2011) tentang pengaruh
senam aerobik low impact dan high impact terhadap kebugaran fisik terhadap 20 orang didapatkan hasil yang signifikan terhadap latihan senam aerobik low impact dan high impact terhadap hasil kesegaran jasmani. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa latihan senam aerobik high impact
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan low impact terhadap hasil kebugaran fisik.
Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval intensitas tinggi
meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasitas
paru. Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90
menit latihan intensitas rendah (Hoeger, 2014).
Penelitian yang dilakukan Mukti (2014), menyatakan bahwa
pengukuran indeks keberhasilan olahraga nasional, didapatkan hasil tingkat
kebugaran jasmani adalah 4,07% untuk kategori baik. Ini berarti lebih dari
95% kondisi kebugaran jasmani masyarakat Indonesia kurang baik atau
bahkan sangat buruk.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi
absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III
Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa
karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa
dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang
rendah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian
Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini yaitu : Apakah pelatihan interval intensitas tinggi lebih
meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan
interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam
aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Memperoleh data yang empirik tentang efek pelatihan interval
intensitas tinggi dan senam aerobik high impact untuk meningkatkan kebugaran fisik pada mahasiswa program studi D-III Fisioterapi
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai pedoman bagi mahasiswa dan masyarakat pada
umumnya tentang efek pelatihan interval intensitas tinggi dan senam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kebugaran Fisik
2.1.1 Pengertian Kebugaran Fisik
Ditinjau secara fisiologis, kebugaran fisik adalah kemampuan
tubuh dalam melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang
diberikan pada tubuh terhadap aktifitas yang dilakukan sehari-hari
tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
Kebugaran fisik adalah kemamuan untuk memenuhi tuntutan
mempertahanakan keselamatan hidup sehari-hari dan efektif tanpa
mengalami kelelahan dan masih memiliki energi untuk melakukan
aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).
Menurut Nala (2002) menyatakan bahwa kebugaran fisik ada dua
yaitu berhubungan dengan kesehatan dan non kesehatan. Kebugaran
fisik yang berhubungan dengan kesehatan sangat erat hubungannya
dengan kerja atau menunaikan tugas sehari-hari dalam mengukur
kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan hal yang paling
penting adalah pengukuran daya tahan kardiorespirasi. Kebugaran fisik
yang berhubungan dengan non kesehatan adalah kesanggupan dan
kemampuan tubuh melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap
pembebanan fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan
kelelahan berarti.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kebugaran
fisik ialah kecocokan keadaan fisik terhadap aktivitas sehari-hari yang
harus dilaksanakan oleh fisik. Kebigaran fisik dapat menyebabkan
individu mampu melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang
baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih
memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat
mendadak.
2.1.2 Komponen Kebugaran Fisik
Menurut Housman dkk (2015) menyatakan bahwa kesegaran
jasmani, kebugaran fisik, atau physical fitness terdiri atas sepuluh komponen. Komponen tersebut sebagian besar komponen biomotorik
ditambahkan dengan komponen komposisi tubuh (terkait dengan
masalah kesehatan). Kesepuluh komponen kebugaran fisik tersebut
adalah:
1. Kekuatan Otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot adalah kemampuan dalam mempergunakan
otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot dapat
diraih dari latihan dengan beban berat dan frekuensi sedikit. Kita
dapat melatih kekuatan otot lengan dengan latihan angkat beban,
2. Daya Tahan Otot (Musculer endurance)
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam
waktu sependek-pendeknya. Dengan kata lain berhubungan dengan
sistem anaerobik dalam proses pemenuhan energinya. Daya tahan
otot dapat disebut juga daya ledak otot (explosive power). Latihan yang dapat melatih daya ledak otot adalah latihan yang bersifat
cepat atau berlangsung secepat mungkin.
3. Kelenturan (Flexibility)
Kelenturan adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan
diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
4. Komposisi Tubuh (Body Composition)
Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak
mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan
oksigen selama olah raga berat.
5. Daya Tahan Kardiovaskuler (cardivasculer endurance)
Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran
darahnya secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kerja secara
terus menerus. Dengan kata lain berhubungan dengan sistem
aerobik dalam proses pemenuhan energinya. Latihan untuk melatih
dilatih dengan beban rendah atau kecil, namun dengan frekuensi
yang banyak dan dalam durasi waktu yang lama.
6. Kecepatan Gerak (Speed Movement)
Kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama
dengan waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan sangat dibutuhkan
dalam olahraga yang sangat mengandalkan kecepatan, seperti lari
pendek 100 m dan lari pendek 200 m. Kecepatan dalam hal ini lebih
mengarah pada kecepatan otot tungkai dalam melakukan aktifitas.
7. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi
di area tertentu, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan atau dari
samping ke depan. Olahraga yang sangat mengandalkan kelincahan
misalnya bulu tangkis. Kelincahan dapat dilatih dengan lari cepat
dengan jarak sangat dekat, kemudian berganti arah.
8. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ syaraf otot sehingga dapat
mengendalikan gerakan-gerakan dengan baik dan benar. Senam
merupakan salah satu cabang olahraga yang sangan mengandalkan
9. Kecepatan Reaksi (Reaction time)
Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera
bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang
ditimbulkan lewat indera.
10. Koordinasi (coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan
berbagai gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal
secara efektif.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran
fisik:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang bertanggungjawab atas 25%
hingga 40% dari perbedaan nilai VO2max. Lebih dari setengah
perbedaan genotype dengan faktor lingkungan aerobik
dikarenakan oleh perbedaan genotype dengan faktor lingkungan sebagai penyebab lainnya (Sharkey, 2003).
2. Latihan
Latihan adalah gerakan tubuh yang terencana dan
terstruktur dan dilakukan berulang-ulang untuk menye mpurnakan
atau mempertahankan komponen kebugaran. Latihan yang teratur
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker usus, derajat
kolesterol tinggi. Latihan yang dilakukan lebih dari 30 menit akan
memberikan efek ganda, disatu pihak akan meningkatkan aliran
darah, dilain pihak akan membantu memecahkan metabolisme
lemak dan kolesterol. Bila tujuan dari latihan hanya untuk
membina atau meningkatkan kesegaran jasmani bukan untuk
meningkatkan prestasi olahraga, maka frekuensi latihan cukup 3-5
kali seminggu. Setiap berlatih waktu yang digunakan antara 15-
60 menit untuk latihan intinya.
3. Usia
Dengan penurunan sampai 10% perdekade untuk individu
yang tidak aktif, tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran awal
mereka. Bagi yang aktif, dapat menghentikan setengah penurunan
tersebut 4% hingga 5% perdekade dan yang terlibat dalam latihan
fitness dapat menghentikan setengahnya hingga 2,5 perdekade
(Sharkey, 2003).
4. Status Gizi
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada
kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuer.
Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorangg haruslah
melakukan latihan olahraga-olahraga yang cukup, mendapatkan
gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah,
Status gizi yang baik dapat mencapai kesehatan dan
kesegaran jasmani yang optimal, mampu bertahan terhadap latihan
yang keras dan mampu mencapai performance dalam olahraga secara baik.
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat
keseimbangan intake makanan dan penggunaanyaoleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai dimensi. Untuk mengevaluasi status gizi
dapat digunakan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus
sebagai berikut:
Indeks Massa Tubuh (IMT) =
Kemudian berdasarkan nilai yang didapatkan dari rumus IMT
tersebut dapat ditentukan klasifikasinya. Menurut Permaesih
(2001), klasifikasi IMT terdiri dari: berat badan kurang (<18,5),
berat badan normal (18,5 – 22,9), kelebihan berat badan (≥23,0),
beresiko menjadi obes (23,0 – 24,9), obes I (25,0 – 29,9), obes II (≥30,0).
5. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen
maksimum (VO2 maks) yang dihasilkan oleh gerak badan
seseorang individu sekitar 36 ml/kg/menit dalam pria sehat aktif
dan sekitar 29 ml/kg/menit dalam wanita sehat aktif. VO2 maks
akan lebih rendah pada individu yang banyak duduk. Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m)2
6. Pola Tidur
Keadaan tidur yang sebenarnya adalah saat pikiran dan
tubuh berbeda dengan keadaan terjaga, yakni ketika tubuh
beristirahat secara tenang, aktivitas metabolisme tubuh menurun,
dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar. Tidur di
tempatkan pada posisi ketiga terkait aktifitas paling vital bagi
manusia setelah udara dan air, tidur termasuk bagian dari periode
alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi, yang
dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme
tubuh yang minimal (Putra, 2011).
2.2 Daya Tahan Kardiorespirasi
2.2.1 Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan paru-paru,
jantung dan pembuluh darah untuk memberikan jumlah oksigen yang
cukup ke sel untuk memenuhi tuntutan aktivitas fisik yang
berkepanjangan (Hoeger, 2014).
Daya tahan kadiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas
sedang sampai tinggi untuk waktu yang lama. Kinerja latihan daya
tahan kardiorespirasi tergantung pada status fungsional sistem
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya TahanKardiorespirasi
Menurut Ikrami (2013) daya tahan kardiorespirasi
dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin,
aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan status gizi.
a. Genetik
Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni
sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir.
Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada
umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang
terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki
lebih banyak serabut otot merah lebih mampu melakukan kegitan
bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat
anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh.
Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi).
b. Umur
Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi
meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun
tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak
aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut
4-5% perdekade (Sharkey, 2003). Peningkatan kekuatan otot pria
dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia
pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal
dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur
menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal
65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun.
Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada
umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh
menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan
timbulnya obesitas pada usia tua.
c. Jenis Kelamin
Perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas pada
laki-laki dan perempuan mempengaruhi daya tahan
kardiovaskuler. Pada masa pubertas laki-laki memiliki jaringan
lemak yang lebih sedikit daripada perempuan. Hal yang sama juga
terjadi pada kekuatan otot ,karena perbedaan kekuatan otot antara
pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan ukuran otot baik besar
d. Pelatihan Fisik
Pelatihan yang bersifat aerobik yang di lakukan secara teratur
akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan dapat
mengurangi lemak tubuh . Dengan melakukan latihan olahraga
atau kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ
dipicu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu
beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan.
e. Status Gizi
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada
kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovakuler.
Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang haruslah
melakukan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang
memadai untuk kegiatan fisik.
2.2.3 Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi
Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi
tentang individu maupun objek tertentu yaitu mulai dari
mempersiapkan alat ukur yang digunakan sampai diperolehnya hasil
pengukuran yang bersifat kuantitatif yang hasilnya dapat diolah secara
statistika.
Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk
mengubah energi makanan menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja. Sel paling sedikit mengkonsumsi
oksigen adalah pada saat otot dalam keadaan istrahat. Sel otot yang
berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai
dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen (O2) dan
menghasilkan karbondioksida (CO2). Kebutuhan akan O2 dan
menghasilkan CO2 dapat diukur melalui pernafasan. Dengan mengukur
jumlah O2 yang dipakai selama latihan, dapat diketahui jumlah O2
yang dipakai oleh otot yang bekerja. Makin tinggi jumlah otot yang
dipakai maka makin tinggi pula intensitas kerja otot.
Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume dalam
mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas
maksimum atau disebut juga dengan VO2 maks. Kapasitas aerobik
menunjukkan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh
tubuh (VO2 maks). Semakin banyak oksigen yang diasup atau diserap
oleh tubuh menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja
sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan
semakin sedikit. VO2 maks diukur dalam banyaknya oksigen dalam
liter per menit (l/min) atau banyaknya oksigen dalam mililiter per berat
badan dalam kilogram per menit (ml/kg/min).
Tingkat kebugaran fisik seseorang berbeda-beda seusai dengan
komponen-komponen yang mempengaruhi kebugaran yang
dimilikinya. Untuk itu dilakukan latihan-latihan penunjang yang dapat
meningkatkan serta melibatkan sistem kardiovaskuler dan
mensuplai O2 keseluruh otot dan mengirimkan karbondioksida CO2
kembali ke paru, sehingga hal ini pula yang menentukan jumlah
konsumsi oksigen maksimal atau VO2 maks.
Tabel 2.1
Nilai Normatif VO2 Maks Bagi Laki-Laki dan Perempuan (Sumber: Doust, 2006)
FEMALE ( ml/ kg/min )
Age Very poor
Poor Fair Good Exellent Superior 13-19 < 25 25.0-30.9 31.0-34.9 35.0-38.9 39.0-41.9 > 41.9 20-29 < 23.6 23.6-28.9 29.0-32.9 33.0-36.9 37.0-41.0 >41.0 30-39 < 22 22.8-26.9 27.8-31.4 31.5-35.6 35.7-40.0 >40.0 40-49 < 21.0 21.0-24.4 24.5-28.9 29.0-32.8 32.7-36.9 >36.9 50-59 < 20.0 20.2-22.7 22.8-26.9 27.0-31.4 31.5-35.7 >35.7 60+ < 17.5 17.5-20.1 20.2-24.4 24.0-30.2 30.3-31.4 >31.4 Age Very poor
Poor Fair Good Exellent Superior
MALE ( ml/ kg/min ) 13-19 < 35.0 35.0-38.3 38.4-45.1 45.2-50.9 51.0-55.9 >55.9 20-29 < 33.0 33.0-36.4 36.5-42.4 42.5-46.4 46.5-52.4 >52.4 30-39 < 31.5 31.5-35.4 35.5-40.9 41.0-44.9 45.0-49.4 >49.4 40-49 < 30.2 30.2-33.5 31.0-35.7 39.0-43.7 43.8-48.0 >48.0 50-59 < 26.1 26.1-30.9 26.1-32.2 35.8-40.9 41.0-45.3 >45.3 60+ < 20.5 20.5-26.0 26.1-32.2 32.3-36.4 35.5-44.2 >44.2
2.2.4 Harvard Step Test
Harvard step test adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun
1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya
tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang
mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di
Universitas Harvard, USA, sehingga nama tes ini dimulai dengan
nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik
turun bangku selama 5 menit.
Pada tes ini individu yang diperiksa melalui uji untuk
melangkah naik dan turun dari bangku (NTB) gym setingi 45 cm
selama 5 menit pada tingkat 30 langkah / menit. Kemudian di lakukan
pemeriksaan terhadap jumlah denyut nadi setelah test pada saat 30
detik pertama (DN1), 30 detik kedua (DN2), dan 30 detik ketiga
(DN3). Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut
dihitung kedalam rumus Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang
selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih. Apabila
individu yang diuji tidak mampu melakukan NTB selama 5 menit,
maka waktu lama NTB tersebut dicatat, lalu DN-nya dihitung sesuai
dengan petunjuk pengambilan DN (Rusip, 2006).
Menurut Rusip (2006) kesanggupan badan seseorang
dinyatakan dengan IKB yang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus diatas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang makan
kesanggupan badannya semakin baik. Dari data denyut nadi yang
sudah dicatat, kemudian dilakukan penghitungan indeks kesanggupan
dengan cara berikut:
a. Cara lambat :
Indeks Kesanggupan = NTB (dalam detik) x 100 2 x (DN1 + DN2 + DN3)
Nilai normal : < 55 : kurang 55-64 : sedang 65-79 : cukup 80-89 : baik > 89 : sangat baik b. Cara cepat: Indeks Kesanggupan = Nilai norma : < 50 : kurang 50-80 : sedang >80 : baik Tabel 2.2
Nilai Normatif Indeks Kesanggupan Harvard Step test (Sumber: Rusip, 2006)
Lama Naik Turun Tangga
Denyut Nadi 1 menit - 1 menit.30 detik DN1
0-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 >85-89 0.00-0.29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0.30-0.59 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10 1.00-1.29 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15 1.30-1.59 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20 2.00-2.29 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25 2.30-2.59 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35 3.00-3.29 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40 3.30-3.59 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45 4.00-4.29 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50 4.30-4.59 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55 5.00 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60 NTB (dalam detik) x 100 5,5 x DN1
2.3 Latihan Interval Intensitas Tinggi
2.3.1 Pengertian Latihan Interval Intensitas Tinggi
Latihan interval intensitas tinggi adalah program pelatihan
yang menantang, terutama aerobik yang melibatkan intensitas tinggi
ke interval intensitas sangat tinggi (kapasitas maksimal 80 -90%)
Setiap latihan diikuti oleh intensitas rendah sampai sedang dengan
interval 1: 3 atau kurang bekerja untuk rasio pemulihan digunakan.
Latihan ini memberikan manfaat kesehatan dan kebugaran yang
lebih besar dari program intensitas rendah tradisional (Hoeger,
2014).
Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio
yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan
intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu salah satu
latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan,
daya tahan, dan kebugaran fisik. Pelatihan interval ini dilakukan
dengan interval yang tinggi selama 4 – 30 menit untuk latihan
kardiovaskuler kemudian dilakuan bergantian dengan latihan
intensitas rendah. Porsi melakukan latihan intensitas tinggi dan
latihan intensitas rendah harus dilakukan dengan rentang waktu yang
2.3.2 Tujuan Latihan Interval Intensitas Tinggi
Latihan interval intensitas tinggi ini terdiri dari periode
melakukan lari dengan intensitas tinggi yang diselingi dengan
periode istirahat yaitu berjalan. Hal ini menyebabkan tubuh secara
efektif membentuk dan menggunakan energi yang berasal dari
sistem anaerobik. Penambahan interval membantu pembuangan
metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan
interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan
periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh
meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan
pada volume dan kapasitas maksimum (VO2max) selama latihan
(Kolt, 2007).
Menurut American College of Sports Medicine menyatakan bahwa lebih banyak oksigen yang digunakan pada saat melakukan
latihan interval intensitas tinggi dari pada latihan noninterval.
Kecepatan Metabolik rate meningkat untuk 90 menit sampai dengan
24 jam setelah sesi latihan interval intensitas tinggi. Peningkatan
metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan
cepat. Latihan intensitas tinggi memacu kerja jantung dengan lebih
keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti
metabolisme tubuh juga menigkat sehingga makin banyak lemak
yang dipakai untuk pembakaran. Selain metabolisme pada saat kita
beristirahat pun meningkat, hal ini dikenal dengan istilah Resting Metabolic Rate (RMR) atau tingkatan metabolisme pada saat kita beristirahat selama 24 jam setelah melakukan latihan interval
intensitas tinggi (Kafiz, 2014).
Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval
intensitas tinggi ini meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak
dan meningkatkan kapasistas paru. Latihan interval intensitas tinggi
selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan intensitas rendah.
Sehingga latihan interval intensitas tinggi membutuhkan waktu
yang lebih singkat untuk mencapai manfaat kebugaran (Hoeger,
2014).
2.4 Senam Aerobik High Impact
2.4.1 Pengertian Senam Aerobik High Impact
Senam aerobik high impact adalah salah satu pembagian senam aerobik berdasarkan cara melakukan dan musik yang
mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact memiliki ciri khas dengan irama tubuh yang cepat dengan diiringi oleh musik
yang berirama cepat dan gerakan dinamis dengan lutut diangkat
tinggi sehingga memberikan beban latihan pada seluruh organ tubuh
Latihan senam aerobik high impact yang dilakukan dalam intensitas yang tinggi. Senam aerobik high impact menggunakan oksigen sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang
dapat diproses oleh tubuh.
2.4.2 Tujuan Senam Aerobik High Impact
Menurut Purwanto (2011) menyatakan bahwa tujuan
senam aerobik high impact yaitu: 1. Kekuatan otot
Senam pada intensitas yang tinggi dalam waktu singkat,
mempergunakan tenaga yang maksimum dan diulang-ulang
sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya.
2. Ketahanan fisik
Sema aerobik dengan intensitas yang tinggi dapat
memingkatkan ketahanan fisik dikarenakan gerakan dinamis
pada saat melakukan senam aerobik high impact meningkatkan penghantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
3. Ketahanan otot jantung
Istilah aerobik berarti dengan oksigen. Kapasitas kerja jantung,
peredaran darah, dan paru-paru berguna untuk memberikan
oksigen pada kerja otot dan jaringan-jaringan selama beberapa
kali melakukan latihan, dan dapat menghasilkan rasa lelah,
tercapainya kegiatan fisik secara optimal. Secara umum kegiatan
tersebut adalah latihan senam dan merupakan kunci dalam
mengembangkan fungsi kerja jantung secara efisiensi.
4. Kelenturan
Kelenturan merupakan keluasan gerak dalam persendian.
Kelentukan ini ditentukan oleh elastisitas otot, ligamentum dan
tendon. Gerakan dinamis pada saat melakukan senam aerobik
high impact dapat meningktakan kelenturan. 5. Komposisi tubuh
Gerakan aerobik high impact akan membantu pembakaran lemak sehingga menghindari seluruh tubuh menjadi gemuk.
2.5 Reaksi Fisiologis Sistem Kardiovaskuler terhadap Latihan
Pemakaian oksigen (O2) dan pembentukan karbondioksida (CO2)
dapat meningkat hingga 20 kali lipat pada saat tubuh sedang melakukan
latihan fisik. Pada saat latihan fisik pada orang yang sehat, ventilasi
alveolus meningkat hampir sama dengan langkah-langkah peningkatan
tingkat metabolism oksigen. Otak akan memberikan transmisi impuls
motorik ke otot yang berlatih dianggap mentransmisikan impuls kolateral
ke batang otak untuk mengeksitasi pusat pernafasan. Hal ini analog
dengan perangsanagan pusat vasomotor di batang otak selama latihan fisik
2007). Reaksi fisiologis yang terjadi setelah latihan dilakukan secara
teratur memberikan respon fisiologis, yaitu:
a. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung
Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada
jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi pembesaran jantung.
b. Pengaruh latihan terhadap isi denyut jantung
Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih. Atlet terlatih dapat memompakan
sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja.
c. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung
Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih (Jardins, 2002). d. Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri
Banyak eksperimen menunjukkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih.
e. Pengaruh latihan terhadap pernafasan
1) Jumlah pernafasan permenit berkurang. Individu terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit pada saat istirahat, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 12 - 14 kali permenit pada saat istirahat (Hayes, 1997).
2) Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatih diafragma bergerak sedikit sekali.
3) Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan efisiensi dalam pernafasan.
f. Pengaruh latihan terhadap sistem otot
Latihan terhadap otot-otot yang dapat menyebabkan peredaran
ke otot lebih baik, diantaranya adalah sarkoma dari serabut otot
menjadi lebih tebal dan kuat, ukuran otot bertambah, kekuatan otot
meningkat, daya tahan otot meningkat serta terjadi penambahan
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berfikir
Kebugaran fisik merupakan hal paling penting bagi setiap individu
agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan prima serta mencegah
datangnya penyakit. Tubuh yang bugar memiliki kesesuaian antara keadaan
fisik terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang
berlebihan dan tubuh masih memeliki energi cadangan untuk tetap mampu
melakukan aktifitas mendadak. Kebugaran fisik dapat dicapai dengan
melakukan aktivitas fisik yang tepat.
Latihan interval intensitas tinggi atau disebut juga dengan high intensity interval training (HIIT) yaitu latihan yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam
selang waktu tertentu salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan
meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan kebugaran fisik.
Senam aerobik high impact adalah senam yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi dengan irama musik yang cepat serta gerakan yang
dinamis. Gerakan yang dilakukan saat melakukan senam aerobik high impact
dilakukan dengan cepat sehingga terjadi pembebanan pada jantung untuk
memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah dapat menggunakan oksigen
sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang dapat diproses
oleh tubuh.
Kebugaran fisik dapat diukur berdasarkan daya tahan kardiorespirasi
yaitu dengan melakukan Harvard step test yang menggunakan prinsip indeks kesanggupan individu saaat melakukan tes naik turun bangku setinggi
45 cm selama 5 menit berdasarkan denyut nadi 30 detik pertama, 30 detik
kedua dan 30 detik ketiga. Pencatatan denyut nadi digunakan sebagai nilai
yang dimasukkan ke dalam rumus indeks kesanggupan yang hasilnya akan
dapat dilihat berdasarkan tabel data normatif indeks kesanggupan untuk
menentukan kebugaran fisik.
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Skema 3.1
Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Pelatihan Interval Intensitas Tinggi
Senam Aerobik
High Impact
Subjek Kebugaran Fisik
Kebugaran Fisik Meningkat
Pemeriksaan kebugaran dengan Harvard Step Test
3.3 Hipotesis
Pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik
daripada senam aerobik high impact pada mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Eksperimental dengan menggunakan
Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemberian
pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa. Kelompok kedua yaitu
pemberian senam aerobik high impact pada mahasiswa. Sehingga dapat disusun suatu rancangan penelitian sebagai berikut:
Skema 4.1
Rancangan Metode Penelitian
Keterangan:
P : Populasi
R : Random
S : Sampel
KP-1 : Kelompok Perlakuan-1 (Latihan Interval Intensitas Tinggi untuk meningkatkan kebugaran fisik)
KP-2 : Kelompok Perlakuan-2 (Senam Aerobik High Impact untuk
meningkatkan kebugaran fisik)
O1 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh awal pada kelompok-1
O2 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh pada kelompok-1 setelah diberikan Pelatihan Interval Intensitas Tinggi
O3 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh awal pada kelompok-2
O4 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh pada kelompok-2 setelah diberikan Senam Aerobik High Impact
O1 O2 O3 O4 S R P KP-1 KP-2 34
4.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di 2 tempat yaitu di Program Studi D-III
Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan di sanggar
Senam Ajna Pekanbaru selama 1 bulan terhitung dari tanggal 20 April hingga
11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4
minggu.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan tipe
penelitian eksperimen yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua
kelompok sampel.
4.3.1 Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa program
studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang berjumlah 146
orang.
4.3.2 Kriteria Subjek
a. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
b. Kriteria Inklusi
(1) Mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas