• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA

SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA

PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ABDURRAB

AYU PERMATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

ii

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH

MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA

SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA

PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ABDURRAB

AYU PERMATA NIM: 1390361024

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA

PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ABDURRAB

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrassi Fisioterapi Program Pascasarjana

Universitas Udayana

AYU PERMATA NIM: 1390361024

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 3 JULI 2015

Pembimbing I,

Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP. 195811051987021001

Pembimbing II,

Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN. 0526056801

Mengetahui,

Ketua Program Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

DR. dr. Susy Purnawati, M.K.K,AIFO NIP. 196809291999032001

(5)

v

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 JULI 2015

Pembimbing I,

Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP. 195811051987021001

Pembimbing II,

Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN. 0526056801

Mengetahui

Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Direktur

Program Pasca Sarjana Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO

NIP. 196809291999032001

Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K)

(6)

vi

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 tanggal 1 Juli 2015

Ketua : Dr. dr. I Wayan Weta, M.S

Anggota :

1. Muh. Ali Imron, SMPh., S.Sos., M.Fis

2. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika., M.Kes., AIFO

3. Dr. dr. Desak Wihandani, M.Kes

(7)

vii

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ayu Permata

NIM : 1390361024

Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga

Judul Tesis : PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH

MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM

AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM

STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2015 Hormat Saya,

(8)

viii

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di Universitas Udayana.

Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof.Dr.dr.Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD selaku Rektor Universitas Udayana.

2. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana.

3. Dr.dr.Susy Purnawati,M.K.K.AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Universitas Udayana.

4. Dr. dr. I Wayan Weta, M.S selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Tesis ini.

5. Muh. Ali Imron, SMPh, S.Sos, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian Tesis ini.

6. Terimakasih kepada Bapak Sugijanto, Dipl. PT, M.Fis., Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M. Kes, AIFO, dan Dr. dr, Desak Made Wihandani, M.Kes yang telah bersedia menguji Tesis ini dan telah memberi banyak saran dan kritik membangun dalam Tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Kepada yang tercinta Ibunda Hj. Indrawati dan Ayahanda Drs. H. Syamsir Yahya, SH (Alm) yang selalu memberikan doa dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa.

9. Kakanda Anang Perdhana Putra, S.STP , Kakanda Rieski Fernanda, SH, Kakanda Shanti Diana Putri, Amd. Keb, Kakanda Rizca Firliani, Amd. Keb atas persaudaraan yang indah, doa dan dorongan semangat agar tetap tegar dan kuat menghadapi segala proses

(9)

ix

semangat dan tingkah polah yang menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis. 10.Seluruh keluarga besar penulis, terutama Datuk H. Mawin Asmi Dt. Manggung (Alm)

dan Nenek Hj. Sariana serta Datuk H. Yahya Ja’far (Alm) dan Nenek Hj. Maryam (Almh) yang menjadi inspirasi bagi penulis, terimakasih untuk segala contoh dalam menjalani kehidupan.

11.Sahabat-sahabat penulis Thubii-Thucii (Nia, Nuni, dan Nova) dan Arisan Club (Tata, Ria dan Kak Liza) beserta seluruh keluarga besarnya yang selalu siap sedia memberikan

support melalui persahabatan yang tulus sebagai rumah kedua bagi penulis.

12.Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan motivasi pada penulis.

13.Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas Abdurrab serta seluruh alumni dan mahasiswa-mahasiswi Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu bersama-sama. 14.Bapak Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Wilayah Riau serta

Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Kabupaten dan Kota Provinsi Riau yang telah banyak memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian Tesis ini. 15.Sanggar Senam Ajna Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis untuk

memberikan intruksi senam pada sampel penelitian ini.

16.Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi angkatan 2013 untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Dan saudari-saudari Srikandi Fisioterapi dari Riau, Kak Nova Relida, SST.FT, Kak Marliana, SST.FT, Kak Siti Muawanah, SST.FT, Kak Nur Achirda, SST. FT dan Ismaningsih, SST.FT. Semoga persaudaraan kita selalu dalam lindungan dan berkah Allah.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Juni 2015

(10)

x

FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ABDURRAB

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran Mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran Mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan karena kebugaran fisik yang rendah. Bagi mahasiswa peningkatan kebugaran fisik dapat mencegah penyakit dan meningkatkan konsentrasi belajar. Peningkatkan kebugaran fisik yang optimal perlu dilaksanakan melalui pelatihan yang teratur dan terencana. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

Sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang mahasiswa program studi D-III Fisioterapi dengan usia yang berusia 18-21 tahun. Rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel dipilih secara random. Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dan kelompok 2 diberikan senam aerobik high impact. Pelatihan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu selama 4 minggu.

Hasil analisis kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan didapatkan tidak ada perbedaan kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sebelum pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 41,36 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 43,00 dengan nilai p = 0,282. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = 0,014.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact secara signifikan.

Kata kunci : Kebugaran Fisik, Pelatihan Interval Intensitas Tinggi, Senam Aerobik High Impact

(11)

xi

FITNESS MORE THAN HIGH IMPACT AEROBIC GYMNASTIC AT THE STUDENT STUDIES D-III PHYSIOTHERAPY

ABDURRAB UNIVERSITY

This research is motivated by the discovery of recapitulation attendance figures Student attendance in 2013 at the D-III Study Program of Physiotherapy at Abdurrab University with average student absenteeism due to illness increased by 75%. Student absenteeism due to illness is suspected because low physical fitness. For students increase physical fitness can prevent diseases and increase the concentration of learning. Increasing optimal physical fitness needs to be implemented through regular training and planned. This study aims to prove the high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobic gymnastics at the Student Studies D-III Physiotherapy at Abdurrab University.

Sample in this study were 78 students of the D-III Physiotherapy with age 18-21 years old. Experimental research is research using Randomized Pre and Post Test Group Design. The sample was selected randomly. One group was given a high-intensity interval training and group 2 was given high impact aerobics gymnastic. The training is done 3 times in 1 week for 4 weeks.

Results of the analysis of physical fitness before being given training obtained no difference of physical fitness before being given training in both groups. Results mean before training in the group given high intensity interval training is 41,36 and the average results in the group given high impact aerobic exercise that is 43,00 with p = 0,282. Results of the analysis of physical fitness after training given obtained there were difference given of physical fitness after training in both groups. Average results after training in the group given high intensity interval training is 60,92 and the average results in the group given high impact aerobic exercise that is 57,74 with p = 0,014.

Based on these results it can be concluded that high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobics gymnastic significantly.

Keywords : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics

(12)

xii

FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ABDURRAB

Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai kehidupan yang sehat dan produktif, setiap individu memerlukan kondisi fisik yang optimal. Kondisi fisik yang optimal bagi setiap individu salah satunya dipengaruhi oleh daya tahan kardiorespirasi yang merupakan kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya.

Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk secara efisien menggunakan kerja jantung, pembuluh darah serta paru untuk menyediakan zat makanan dan mengangkut oksigen bagian-bagian tubuh yang sedang melakukan aktifitas fisik. Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Pada penelitian ini pengukuran kebugaran fisik yang digunakan adalah kemampuan melakukan Harvard Step Test yang dihitung berdasarkan Indeks kesanggupan badan (IKB). Hasil penilaian IKB dikonversikan ke dalam nilai normatif kebugaran untuk mengetahui kategori kebugaran subjek penelitian.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang rendah. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact

pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan

Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok. Kelompok 1 yaitu pemberian pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa. Kelompok 2 yaitu pemberian senam aerobik high impact pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di 2 tempat, untuk kelompok 1 dilaksanakan di Program Studi D-III Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan kelompok 2 dilaksanakan di Sanggar Senam Ajna Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 April hingga 11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu.

Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu dan merupakan salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan, daya tahan system kardio, kapasitas paru, dan kebugaran fisik. Latihan intensitas rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan. Hal ini dikarenakan sel paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah

(13)

xiii

cara melakukan dan musik yang mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact

menggunakan tenaga yang maksimum dan diulang-diulang sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya. Peningkatan ketahanan fisik setelah senam ini dikarenakan gerakan dinamis pada saat melakukan aerobik high impact meningkatkan denyut jantung. Gerakan dinamis pada saat senam ini meningkatkan kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru untuk memberikan oksigen pada kerja otot selama latihan. Peningkatan denyut jantung akan mengakibatkan stroke volume meningkat. Laju aliran darah meningkat sehingga kebutuhan oksigen ke otot yang aktif dapat dipenuhi untuk memberikan energi pada saat kontraksi otot. Latihan senam aerobik high impact dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi.

Hasil analisis kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan didapatkan tidak ada perbedaan nilai kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sebelum pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 41,36 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 43,00 dengan nilai p = 0,282. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan nilai kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = p = 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

(14)

xiv

Hal HALAMAN SAMPUL DEPAN……… i

HALAMAN SAMPUL DALAM………..……… ii

HALAMAN PERSYARATAN GELAR……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI……….…….…. vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...………...……… vii

UCAPAN TERIMAKASIH……….………….………. viii

HALAMAN ABSTRAK DAN RINGKASAN………. x

DAFTAR ISI…..……….………... xiv

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR SKEMA... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1 1.2 Rumusan Masalah……….…………...7 1.3 Tujuan Penelitian………... 7 1.4 Manfaat Penelitian………... 7 1.4.1 Manfaat Teoritis………..………..……… 7 1.4.2 Manfaat Praktis……..………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran Fisik………... 9

2.1.1 Pengertian Kebugaran Fisik………...………... 9

(15)

xv

2.2.1 Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi………..………. 16

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi…... 17

2.2.3 Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi…….……….……….. 19

2.2.4 Harvard Step Test………..……….. 21

2.3 Latihan Interval Intensitas Tinggi……….…... 24

2.3.1 Pengertian Latihan Interval Intensitas Tinggi………. 24

2.3.2 Tujuan Latihan Interval Intensitas Tinggi………….……….. 25

2.4 Senam Aerobik High Impact……….…... 26

2.4.1 Pengertian Senam Aerobik High Impact…….………...…….. 26

2.4.2 Tujuan Senam Aerobik High Impact………….………... 27

2.5 Reaksi Fisiologis Sistem Kardiovaskuler terhadap Latihan……... 28

BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berfikir………...………... 31

3.2 Kerangka Konsep Penelitian………….………... 32

3.3 Hipotesis……….………... 33

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian………...……..………...34

4.2 Lokasi dan Waktu……….…….………...35

4.3 Jenis dan Sumber Data………...35

4.3.1 Populasi…………….………....……..35

(16)

xvi

4.4 Variabel Penelitian…..………... 38

4.4.1 Variabel Bebas…..…………….………...……. 38

4.4.2 Variabel Terikat..……….………. 38

4.5 Definisi Operasional Variabel.……….…….……… 39

4.5.1 Latihan Interval Intensitas Tinggi……….……...………. 39

4.5.2 Senam Aerobik High Impact…………….……...………. 41

4.5.3 Pengukuran Kebugaran Fisik………….……...……… 42

4.6 Alur Penelitian….………..……….…….……….. 45

4.7 Analisis Data………..……….…….……….. 46

4.7.1 Uji Normalitas…………..……………….……...………. 46

4.7.2 Uji Homogenitas.………....…………….……...……….………. 46

4.7.3 Uji Hipotesis.………….……...………...………. 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Fisik Sampel Penelitian….………... 48

5.2 Analisis Uji Homogenitas………..……..……... 50

5.2.1 Analisis Uji Homogenitas Karakteristik Sampel…….…...…………. 50

5.2.2 Analisis Uji Homogenitas Kebugaran Fsik Sampel…….…...………. 51

5.3 Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik….... 52

5.4 Pembahasan ………... 54

(17)

xvii

5.4.3 Perbedaan Pelatihan Interval Intesitas Tinggi dan Senam Aerobik

High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik………... 59 5.5 Kelemahan Penelitian……….…………... 65

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan….………... 66 6.2 Saran……….…………... 66

DAFTAR PUSTAKA……….. 67

(18)

xviii

Tabel 2.1 Nilai Normatif VO2 Maks Bagi Laki-Laki dan Perempuan……….….… 21

Tabel 2.2 Nilai Normatif Indeks Kesangupan Harvard Step Test……….… 23

Tabel 5.1 Karakteristik Fisik

Sampel………..……….….….… 49

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Fisik Sampel pada Kelompok 1 dan

2……….… 50

Tabel 5.3 Uji Homogenitas Kebugaran Fisik………... 51 Tabel 5.4 Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam

Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik………... 52 Tabel 5.5 Perbandingan Peningkatan Kebugaran Fisik Sesudah Pelatihan Pada Kedua

(19)

xix

Hal

Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian……….….… 32 Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian……….………..… 34 Skema 4.2 Skema Alur Penelitian……….………..… 45

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari

suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

membutuhkan suatu keadaan yang mendukung kesehatan fisik masyarakat

untuk dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan bangsa.

Keberhasilan pembangunan akan tercapai jika didukung dengan masyarakat

yang memiliki kebugaran fisik.

Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan

derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar

setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai

kehidupan yang sehat dan produktif, setiap individu memerlukan kondisi

fisik yang optimal. Kondisi fisik yang optimal bagi setiap individu salah

satunya dipengaruhi oleh daya tahan kardiorespirasi yang merupakan

kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan

intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan

kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan

sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih

dapat melakukan kegiatan lainnya.

Kebugaran fisik dapat dicapai sebagai suatu akibat dari faktor input

dan processing. Sebagai produk dari aktifitas fisik, tingkat kebugaran fisik

(21)

dari sudut ilmu faal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Sistem

respirasi sebagai organ penyedia oksigen, (2) Sistem cardiovascular dengan isinya (darah, dalam hal ini hemoglobin), sebagai pengangkut oksigen, (3)

sistem otot sebagai pengguna oksigen, (4) sistem metabolisme energi sebagai

penyedia energi (5) status gizi (indeks masa tubuh), serta (6) tergantung pada

umur, jenis kelamin, program aktivitas fisik dan latihan. Keenam faktor

tersebut secara fisiologis dan biologis harus berfungsi normal dan

ditingkatkan secara simultan ( Sarwono, 2008).

Individu yang memiliki kebugaran fisik yang baik dapat dilihat dari

kesehatan kerja dari jantung dan paru-parunya. Kerja jantung dan paru-paru

dapat diukur dari denyut nadi dan hembusan nafas. Pengukuran denyut nadi

dan frekuensi nafas ini dapat memperlihatkan kondisi fisik individu yang

sehat atau tidak, terlatih atau tidak. Pada saat bergerak, otot yang bekerja

memerlukan pasokan oksigen untuk mengolah energi yang didapat dari

makanan. Udara yang dihirup oleh paru, dihantarkan darah menuju jantung,

kemudian oleh jantung dipompakan ke seluruh tubuh, terutama pada otot

yang bekerja. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen

perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen yang diperlukan

menjadi meningkat hingga10 hingga 15 kali lipat.

Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya

tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan

untuk melakukan latihan dinamis menggunakan otot tubuh dengan intensitas

(22)

dengan respon jantung, pembuluh darah, serta paru untuk mengangkut

oksigen ke otot (Purnawati, 2013).

Daya tahan kardiovaskuler merupakan komponen terpenting dari

kesegaran jasmani atau kebugaran fisik. Daya tahan kardiovaskuler

menunjukkan kemampuan kerja jantung untuk menyediakan zat makanan dan

oksigen untuk bagian-bagian tubuh yang sedang melakukan aktivitas.

Kemampuan ini diperlukan dalam waktu yang lama dan intensitas rendah

sehingga disebut sebagai kapasitas latihan submaksimal (Adiatmika, 2002).

Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari

kebugaran fisik. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem

jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada

keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya

ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme

tubuh. Daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan kemampuan

untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan

sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama.

Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi

yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress

jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini

juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih

dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin

(23)

Harvard step test adalah sebuah metode penilaian yang secara akurat mengidentifikasi tingkat kardiorespirasi. Hal ini dikarenakan hasil tes

didasarkan pada detak jantung yang akurat pada waktu istirahat dan latihan,

(Greenberg 2004). Harvard Step Test merupakan test daya tahan kardiorespirasi dengan mengukur Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dalam

melakukan tes naik turun bangku selama 5 menit. Pada saat seseorang

melakukan tes ini jumlah denyut nadi saat 30 detik pertama, kedua dan ketiga

menjadi acuan untuk menetukan indeks kesanggupan individu. Semakin

besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.

Nilai IKB dapat diukur sesuai dengan latihan fisik yang mampu dilakukan

individu dan menunjukkan kondisi kebugaran fisik.

Latihan fisik yang teratur dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan

kondisi fisik yang bugar. Untuk mendapatkan latihan fisik yang sesuai dengan

tubuh maka dibutuhkan usaha-usaha dibidang kesehatan gerak dan fungsi

tubuh. Fisioterapi merupakan bagian dari integral pelayanan kesehatan yang

berhubungan erat dengan gerak dan fungsi tubuh. Menurut Ikatan fisioterapi

Indonesia (IFI) pada tahun 2014 dalam Buku Standar Kompetensi Fisioterapi

Indonesi menyatakan bahwa Fisioterapi merupakan bagian integral pelayanan

kesehatan yang memiliki otonomi profesional yaitu kebebasan dalam

melakukan upaya-upaya promotif, preventif, restoratif, pemeliharnaan dan

wellness dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Salah satu dari kewenangan Fisioterapi yaitu dapat

(24)

fisik tersebut yaitu latihan yang dapat meningkatkan daya tahan

kardiorespirasi seperti pelatihan interval intensitas tinggi dan senam aerobik

high impact.

Pelatihan interval intensitas tinggi adalah sebuah konsep latihan yang

menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dan diselingi dengan

latihan intensitas sedang atau rendah. Pelatihan ini dilakukan dalam selang

waktu tertentu yang dapat memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga

dapat menigkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan metabolisme tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk, (2013) tentang pelatihan intensitas tinggi berbasis crossfit untuk meningkatkan kebugaran aerobik maksimal dan komposisi tubuh pada 43 orang selama 10 minggu didapatkan hasil signifikan

terhadap perbaikan VO2maks dan penurunan persentase lemak tubuh. Latihan

yang dilakukan oleh Oiliveira dkk, (2013) tentang efek Pelatihan Interval

Intensitas Tinggi selama 2 minggu pada pria dewasa dengan nilai Body Mass Index (BMI) tinggi menunjukkan peningkatan VO2maks.

Senam aerobikmerupakan serangkaian gerak yang dipadukan dengan

irama musik yang telah dipilih dengan durasi tertentu yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi pemasukan oksigen di dalam jaringan tubuh yang

ditentukan oleh kapasitas maksimal paru saat menghirup udara. Latihan

aerobik dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki

kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi.

Latihan aerobik memberi pengaruh dalam metabolisme tubuh antara lain

(25)

Penelitian yang dilakukan oleh Alex dkk (2011) tentang pengaruh

senam aerobik low impact dan high impact terhadap kebugaran fisik terhadap 20 orang didapatkan hasil yang signifikan terhadap latihan senam aerobik low impact dan high impact terhadap hasil kesegaran jasmani. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa latihan senam aerobik high impact

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan low impact terhadap hasil kebugaran fisik.

Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval intensitas tinggi

meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasitas

paru. Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90

menit latihan intensitas rendah (Hoeger, 2014).

Penelitian yang dilakukan Mukti (2014), menyatakan bahwa

pengukuran indeks keberhasilan olahraga nasional, didapatkan hasil tingkat

kebugaran jasmani adalah 4,07% untuk kategori baik. Ini berarti lebih dari

95% kondisi kebugaran jasmani masyarakat Indonesia kurang baik atau

bahkan sangat buruk.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi

absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III

Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa

karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa

dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang

rendah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian

(26)

Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini yaitu : Apakah pelatihan interval intensitas tinggi lebih

meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan

interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam

aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Memperoleh data yang empirik tentang efek pelatihan interval

intensitas tinggi dan senam aerobik high impact untuk meningkatkan kebugaran fisik pada mahasiswa program studi D-III Fisioterapi

(27)

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai pedoman bagi mahasiswa dan masyarakat pada

umumnya tentang efek pelatihan interval intensitas tinggi dan senam

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kebugaran Fisik

2.1.1 Pengertian Kebugaran Fisik

Ditinjau secara fisiologis, kebugaran fisik adalah kemampuan

tubuh dalam melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang

diberikan pada tubuh terhadap aktifitas yang dilakukan sehari-hari

tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

Kebugaran fisik adalah kemamuan untuk memenuhi tuntutan

mempertahanakan keselamatan hidup sehari-hari dan efektif tanpa

mengalami kelelahan dan masih memiliki energi untuk melakukan

aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).

Menurut Nala (2002) menyatakan bahwa kebugaran fisik ada dua

yaitu berhubungan dengan kesehatan dan non kesehatan. Kebugaran

fisik yang berhubungan dengan kesehatan sangat erat hubungannya

dengan kerja atau menunaikan tugas sehari-hari dalam mengukur

kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan hal yang paling

penting adalah pengukuran daya tahan kardiorespirasi. Kebugaran fisik

yang berhubungan dengan non kesehatan adalah kesanggupan dan

kemampuan tubuh melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap

pembebanan fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan

kelelahan berarti.

(29)

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kebugaran

fisik ialah kecocokan keadaan fisik terhadap aktivitas sehari-hari yang

harus dilaksanakan oleh fisik. Kebigaran fisik dapat menyebabkan

individu mampu melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang

baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih

memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat

mendadak.

2.1.2 Komponen Kebugaran Fisik

Menurut Housman dkk (2015) menyatakan bahwa kesegaran

jasmani, kebugaran fisik, atau physical fitness terdiri atas sepuluh komponen. Komponen tersebut sebagian besar komponen biomotorik

ditambahkan dengan komponen komposisi tubuh (terkait dengan

masalah kesehatan). Kesepuluh komponen kebugaran fisik tersebut

adalah:

1. Kekuatan Otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot adalah kemampuan dalam mempergunakan

otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot dapat

diraih dari latihan dengan beban berat dan frekuensi sedikit. Kita

dapat melatih kekuatan otot lengan dengan latihan angkat beban,

(30)

2. Daya Tahan Otot (Musculer endurance)

Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam

mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam

waktu sependek-pendeknya. Dengan kata lain berhubungan dengan

sistem anaerobik dalam proses pemenuhan energinya. Daya tahan

otot dapat disebut juga daya ledak otot (explosive power). Latihan yang dapat melatih daya ledak otot adalah latihan yang bersifat

cepat atau berlangsung secepat mungkin.

3. Kelenturan (Flexibility)

Kelenturan adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan

diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.

4. Komposisi Tubuh (Body Composition)

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak

mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan

oksigen selama olah raga berat.

5. Daya Tahan Kardiovaskuler (cardivasculer endurance)

Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang

dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran

darahnya secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kerja secara

terus menerus. Dengan kata lain berhubungan dengan sistem

aerobik dalam proses pemenuhan energinya. Latihan untuk melatih

(31)

dilatih dengan beban rendah atau kecil, namun dengan frekuensi

yang banyak dan dalam durasi waktu yang lama.

6. Kecepatan Gerak (Speed Movement)

Kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk

mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama

dengan waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan sangat dibutuhkan

dalam olahraga yang sangat mengandalkan kecepatan, seperti lari

pendek 100 m dan lari pendek 200 m. Kecepatan dalam hal ini lebih

mengarah pada kecepatan otot tungkai dalam melakukan aktifitas.

7. Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi

di area tertentu, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan atau dari

samping ke depan. Olahraga yang sangat mengandalkan kelincahan

misalnya bulu tangkis. Kelincahan dapat dilatih dengan lari cepat

dengan jarak sangat dekat, kemudian berganti arah.

8. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang

mengendalikan organ-organ syaraf otot sehingga dapat

mengendalikan gerakan-gerakan dengan baik dan benar. Senam

merupakan salah satu cabang olahraga yang sangan mengandalkan

(32)

9. Kecepatan Reaksi (Reaction time)

Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera

bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang

ditimbulkan lewat indera.

10. Koordinasi (coordination)

Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan

berbagai gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal

secara efektif.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran

fisik:

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang bertanggungjawab atas 25%

hingga 40% dari perbedaan nilai VO2max. Lebih dari setengah

perbedaan genotype dengan faktor lingkungan aerobik

dikarenakan oleh perbedaan genotype dengan faktor lingkungan sebagai penyebab lainnya (Sharkey, 2003).

2. Latihan

Latihan adalah gerakan tubuh yang terencana dan

terstruktur dan dilakukan berulang-ulang untuk menye mpurnakan

atau mempertahankan komponen kebugaran. Latihan yang teratur

(33)

penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker usus, derajat

kolesterol tinggi. Latihan yang dilakukan lebih dari 30 menit akan

memberikan efek ganda, disatu pihak akan meningkatkan aliran

darah, dilain pihak akan membantu memecahkan metabolisme

lemak dan kolesterol. Bila tujuan dari latihan hanya untuk

membina atau meningkatkan kesegaran jasmani bukan untuk

meningkatkan prestasi olahraga, maka frekuensi latihan cukup 3-5

kali seminggu. Setiap berlatih waktu yang digunakan antara 15-

60 menit untuk latihan intinya.

3. Usia

Dengan penurunan sampai 10% perdekade untuk individu

yang tidak aktif, tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran awal

mereka. Bagi yang aktif, dapat menghentikan setengah penurunan

tersebut 4% hingga 5% perdekade dan yang terlibat dalam latihan

fitness dapat menghentikan setengahnya hingga 2,5 perdekade

(Sharkey, 2003).

4. Status Gizi

Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada

kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuer.

Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorangg haruslah

melakukan latihan olahraga-olahraga yang cukup, mendapatkan

gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah,

(34)

Status gizi yang baik dapat mencapai kesehatan dan

kesegaran jasmani yang optimal, mampu bertahan terhadap latihan

yang keras dan mampu mencapai performance dalam olahraga secara baik.

Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat

keseimbangan intake makanan dan penggunaanyaoleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai dimensi. Untuk mengevaluasi status gizi

dapat digunakan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus

sebagai berikut:

Indeks Massa Tubuh (IMT) =

Kemudian berdasarkan nilai yang didapatkan dari rumus IMT

tersebut dapat ditentukan klasifikasinya. Menurut Permaesih

(2001), klasifikasi IMT terdiri dari: berat badan kurang (<18,5),

berat badan normal (18,5 – 22,9), kelebihan berat badan (≥23,0),

beresiko menjadi obes (23,0 – 24,9), obes I (25,0 – 29,9), obes II (≥30,0).

5. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen

maksimum (VO2 maks) yang dihasilkan oleh gerak badan

seseorang individu sekitar 36 ml/kg/menit dalam pria sehat aktif

dan sekitar 29 ml/kg/menit dalam wanita sehat aktif. VO2 maks

akan lebih rendah pada individu yang banyak duduk. Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m)2

(35)

6. Pola Tidur

Keadaan tidur yang sebenarnya adalah saat pikiran dan

tubuh berbeda dengan keadaan terjaga, yakni ketika tubuh

beristirahat secara tenang, aktivitas metabolisme tubuh menurun,

dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar. Tidur di

tempatkan pada posisi ketiga terkait aktifitas paling vital bagi

manusia setelah udara dan air, tidur termasuk bagian dari periode

alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi, yang

dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme

tubuh yang minimal (Putra, 2011).

2.2 Daya Tahan Kardiorespirasi

2.2.1 Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan paru-paru,

jantung dan pembuluh darah untuk memberikan jumlah oksigen yang

cukup ke sel untuk memenuhi tuntutan aktivitas fisik yang

berkepanjangan (Hoeger, 2014).

Daya tahan kadiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan

untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas

sedang sampai tinggi untuk waktu yang lama. Kinerja latihan daya

tahan kardiorespirasi tergantung pada status fungsional sistem

(36)

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya TahanKardiorespirasi

Menurut Ikrami (2013) daya tahan kardiorespirasi

dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan status gizi.

a. Genetik

Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni

sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir.

Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada

umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang

terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki

lebih banyak serabut otot merah lebih mampu melakukan kegitan

bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat

anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh.

Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih

banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi).

b. Umur

Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi

meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun

(37)

tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia,

dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak

aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut

4-5% perdekade (Sharkey, 2003). Peningkatan kekuatan otot pria

dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia

pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal

dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur

menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal

65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun.

Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada

umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh

menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan

timbulnya obesitas pada usia tua.

c. Jenis Kelamin

Perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas pada

laki-laki dan perempuan mempengaruhi daya tahan

kardiovaskuler. Pada masa pubertas laki-laki memiliki jaringan

lemak yang lebih sedikit daripada perempuan. Hal yang sama juga

terjadi pada kekuatan otot ,karena perbedaan kekuatan otot antara

pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan ukuran otot baik besar

(38)

d. Pelatihan Fisik

Pelatihan yang bersifat aerobik yang di lakukan secara teratur

akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan dapat

mengurangi lemak tubuh . Dengan melakukan latihan olahraga

atau kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ

dipicu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu

beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan.

e. Status Gizi

Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada

kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovakuler.

Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang haruslah

melakukan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang

memadai untuk kegiatan fisik.

2.2.3 Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi

Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi

tentang individu maupun objek tertentu yaitu mulai dari

mempersiapkan alat ukur yang digunakan sampai diperolehnya hasil

pengukuran yang bersifat kuantitatif yang hasilnya dapat diolah secara

statistika.

Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk

mengubah energi makanan menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja. Sel paling sedikit mengkonsumsi

(39)

oksigen adalah pada saat otot dalam keadaan istrahat. Sel otot yang

berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai

dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen (O2) dan

menghasilkan karbondioksida (CO2). Kebutuhan akan O2 dan

menghasilkan CO2 dapat diukur melalui pernafasan. Dengan mengukur

jumlah O2 yang dipakai selama latihan, dapat diketahui jumlah O2

yang dipakai oleh otot yang bekerja. Makin tinggi jumlah otot yang

dipakai maka makin tinggi pula intensitas kerja otot.

Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume dalam

mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas

maksimum atau disebut juga dengan VO2 maks. Kapasitas aerobik

menunjukkan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh

tubuh (VO2 maks). Semakin banyak oksigen yang diasup atau diserap

oleh tubuh menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja

sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan

semakin sedikit. VO2 maks diukur dalam banyaknya oksigen dalam

liter per menit (l/min) atau banyaknya oksigen dalam mililiter per berat

badan dalam kilogram per menit (ml/kg/min).

Tingkat kebugaran fisik seseorang berbeda-beda seusai dengan

komponen-komponen yang mempengaruhi kebugaran yang

dimilikinya. Untuk itu dilakukan latihan-latihan penunjang yang dapat

meningkatkan serta melibatkan sistem kardiovaskuler dan

(40)

mensuplai O2 keseluruh otot dan mengirimkan karbondioksida CO2

kembali ke paru, sehingga hal ini pula yang menentukan jumlah

konsumsi oksigen maksimal atau VO2 maks.

Tabel 2.1

Nilai Normatif VO2 Maks Bagi Laki-Laki dan Perempuan (Sumber: Doust, 2006)

FEMALE ( ml/ kg/min )

Age Very poor

Poor Fair Good Exellent Superior 13-19 < 25 25.0-30.9 31.0-34.9 35.0-38.9 39.0-41.9 > 41.9 20-29 < 23.6 23.6-28.9 29.0-32.9 33.0-36.9 37.0-41.0 >41.0 30-39 < 22 22.8-26.9 27.8-31.4 31.5-35.6 35.7-40.0 >40.0 40-49 < 21.0 21.0-24.4 24.5-28.9 29.0-32.8 32.7-36.9 >36.9 50-59 < 20.0 20.2-22.7 22.8-26.9 27.0-31.4 31.5-35.7 >35.7 60+ < 17.5 17.5-20.1 20.2-24.4 24.0-30.2 30.3-31.4 >31.4 Age Very poor

Poor Fair Good Exellent Superior

MALE ( ml/ kg/min ) 13-19 < 35.0 35.0-38.3 38.4-45.1 45.2-50.9 51.0-55.9 >55.9 20-29 < 33.0 33.0-36.4 36.5-42.4 42.5-46.4 46.5-52.4 >52.4 30-39 < 31.5 31.5-35.4 35.5-40.9 41.0-44.9 45.0-49.4 >49.4 40-49 < 30.2 30.2-33.5 31.0-35.7 39.0-43.7 43.8-48.0 >48.0 50-59 < 26.1 26.1-30.9 26.1-32.2 35.8-40.9 41.0-45.3 >45.3 60+ < 20.5 20.5-26.0 26.1-32.2 32.3-36.4 35.5-44.2 >44.2

2.2.4 Harvard Step Test

Harvard step test adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun

1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya

tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang

(41)

mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di

Universitas Harvard, USA, sehingga nama tes ini dimulai dengan

nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik

turun bangku selama 5 menit.

Pada tes ini individu yang diperiksa melalui uji untuk

melangkah naik dan turun dari bangku (NTB) gym setingi 45 cm

selama 5 menit pada tingkat 30 langkah / menit. Kemudian di lakukan

pemeriksaan terhadap jumlah denyut nadi setelah test pada saat 30

detik pertama (DN1), 30 detik kedua (DN2), dan 30 detik ketiga

(DN3). Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut

dihitung kedalam rumus Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang

selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih. Apabila

individu yang diuji tidak mampu melakukan NTB selama 5 menit,

maka waktu lama NTB tersebut dicatat, lalu DN-nya dihitung sesuai

dengan petunjuk pengambilan DN (Rusip, 2006).

Menurut Rusip (2006) kesanggupan badan seseorang

dinyatakan dengan IKB yang dapat dihitung dengan menggunakan

rumus diatas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang makan

kesanggupan badannya semakin baik. Dari data denyut nadi yang

sudah dicatat, kemudian dilakukan penghitungan indeks kesanggupan

dengan cara berikut:

a. Cara lambat :

Indeks Kesanggupan = NTB (dalam detik) x 100 2 x (DN1 + DN2 + DN3)

(42)

Nilai normal : < 55 : kurang 55-64 : sedang 65-79 : cukup 80-89 : baik > 89 : sangat baik b. Cara cepat: Indeks Kesanggupan = Nilai norma : < 50 : kurang 50-80 : sedang >80 : baik Tabel 2.2

Nilai Normatif Indeks Kesanggupan Harvard Step test (Sumber: Rusip, 2006)

Lama Naik Turun Tangga

Denyut Nadi 1 menit - 1 menit.30 detik DN1

0-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 >85-89 0.00-0.29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0.30-0.59 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10 1.00-1.29 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15 1.30-1.59 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20 2.00-2.29 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25 2.30-2.59 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35 3.00-3.29 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40 3.30-3.59 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45 4.00-4.29 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50 4.30-4.59 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55 5.00 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60 NTB (dalam detik) x 100 5,5 x DN1

(43)

2.3 Latihan Interval Intensitas Tinggi

2.3.1 Pengertian Latihan Interval Intensitas Tinggi

Latihan interval intensitas tinggi adalah program pelatihan

yang menantang, terutama aerobik yang melibatkan intensitas tinggi

ke interval intensitas sangat tinggi (kapasitas maksimal 80 -90%)

Setiap latihan diikuti oleh intensitas rendah sampai sedang dengan

interval 1: 3 atau kurang bekerja untuk rasio pemulihan digunakan.

Latihan ini memberikan manfaat kesehatan dan kebugaran yang

lebih besar dari program intensitas rendah tradisional (Hoeger,

2014).

Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio

yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan

intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu salah satu

latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan,

daya tahan, dan kebugaran fisik. Pelatihan interval ini dilakukan

dengan interval yang tinggi selama 4 – 30 menit untuk latihan

kardiovaskuler kemudian dilakuan bergantian dengan latihan

intensitas rendah. Porsi melakukan latihan intensitas tinggi dan

latihan intensitas rendah harus dilakukan dengan rentang waktu yang

(44)

2.3.2 Tujuan Latihan Interval Intensitas Tinggi

Latihan interval intensitas tinggi ini terdiri dari periode

melakukan lari dengan intensitas tinggi yang diselingi dengan

periode istirahat yaitu berjalan. Hal ini menyebabkan tubuh secara

efektif membentuk dan menggunakan energi yang berasal dari

sistem anaerobik. Penambahan interval membantu pembuangan

metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan

interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan

periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh

meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan

pada volume dan kapasitas maksimum (VO2max) selama latihan

(Kolt, 2007).

Menurut American College of Sports Medicine menyatakan bahwa lebih banyak oksigen yang digunakan pada saat melakukan

latihan interval intensitas tinggi dari pada latihan noninterval.

Kecepatan Metabolik rate meningkat untuk 90 menit sampai dengan

24 jam setelah sesi latihan interval intensitas tinggi. Peningkatan

metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan

cepat. Latihan intensitas tinggi memacu kerja jantung dengan lebih

keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti

metabolisme tubuh juga menigkat sehingga makin banyak lemak

yang dipakai untuk pembakaran. Selain metabolisme pada saat kita

(45)

beristirahat pun meningkat, hal ini dikenal dengan istilah Resting Metabolic Rate (RMR) atau tingkatan metabolisme pada saat kita beristirahat selama 24 jam setelah melakukan latihan interval

intensitas tinggi (Kafiz, 2014).

Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval

intensitas tinggi ini meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak

dan meningkatkan kapasistas paru. Latihan interval intensitas tinggi

selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan intensitas rendah.

Sehingga latihan interval intensitas tinggi membutuhkan waktu

yang lebih singkat untuk mencapai manfaat kebugaran (Hoeger,

2014).

2.4 Senam Aerobik High Impact

2.4.1 Pengertian Senam Aerobik High Impact

Senam aerobik high impact adalah salah satu pembagian senam aerobik berdasarkan cara melakukan dan musik yang

mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact memiliki ciri khas dengan irama tubuh yang cepat dengan diiringi oleh musik

yang berirama cepat dan gerakan dinamis dengan lutut diangkat

tinggi sehingga memberikan beban latihan pada seluruh organ tubuh

(46)

Latihan senam aerobik high impact yang dilakukan dalam intensitas yang tinggi. Senam aerobik high impact menggunakan oksigen sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang

dapat diproses oleh tubuh.

2.4.2 Tujuan Senam Aerobik High Impact

Menurut Purwanto (2011) menyatakan bahwa tujuan

senam aerobik high impact yaitu: 1. Kekuatan otot

Senam pada intensitas yang tinggi dalam waktu singkat,

mempergunakan tenaga yang maksimum dan diulang-ulang

sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya.

2. Ketahanan fisik

Sema aerobik dengan intensitas yang tinggi dapat

memingkatkan ketahanan fisik dikarenakan gerakan dinamis

pada saat melakukan senam aerobik high impact meningkatkan penghantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

3. Ketahanan otot jantung

Istilah aerobik berarti dengan oksigen. Kapasitas kerja jantung,

peredaran darah, dan paru-paru berguna untuk memberikan

oksigen pada kerja otot dan jaringan-jaringan selama beberapa

kali melakukan latihan, dan dapat menghasilkan rasa lelah,

(47)

tercapainya kegiatan fisik secara optimal. Secara umum kegiatan

tersebut adalah latihan senam dan merupakan kunci dalam

mengembangkan fungsi kerja jantung secara efisiensi.

4. Kelenturan

Kelenturan merupakan keluasan gerak dalam persendian.

Kelentukan ini ditentukan oleh elastisitas otot, ligamentum dan

tendon. Gerakan dinamis pada saat melakukan senam aerobik

high impact dapat meningktakan kelenturan. 5. Komposisi tubuh

Gerakan aerobik high impact akan membantu pembakaran lemak sehingga menghindari seluruh tubuh menjadi gemuk.

2.5 Reaksi Fisiologis Sistem Kardiovaskuler terhadap Latihan

Pemakaian oksigen (O2) dan pembentukan karbondioksida (CO2)

dapat meningkat hingga 20 kali lipat pada saat tubuh sedang melakukan

latihan fisik. Pada saat latihan fisik pada orang yang sehat, ventilasi

alveolus meningkat hampir sama dengan langkah-langkah peningkatan

tingkat metabolism oksigen. Otak akan memberikan transmisi impuls

motorik ke otot yang berlatih dianggap mentransmisikan impuls kolateral

ke batang otak untuk mengeksitasi pusat pernafasan. Hal ini analog

dengan perangsanagan pusat vasomotor di batang otak selama latihan fisik

(48)

2007). Reaksi fisiologis yang terjadi setelah latihan dilakukan secara

teratur memberikan respon fisiologis, yaitu:

a. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung

Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada

jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi pembesaran jantung.

b. Pengaruh latihan terhadap isi denyut jantung

Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih. Atlet terlatih dapat memompakan

sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja.

c. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung

Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih (Jardins, 2002). d. Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri

Banyak eksperimen menunjukkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih.

(49)

e. Pengaruh latihan terhadap pernafasan

1) Jumlah pernafasan permenit berkurang. Individu terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit pada saat istirahat, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 12 - 14 kali permenit pada saat istirahat (Hayes, 1997).

2) Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatih diafragma bergerak sedikit sekali.

3) Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan efisiensi dalam pernafasan.

f. Pengaruh latihan terhadap sistem otot

Latihan terhadap otot-otot yang dapat menyebabkan peredaran

ke otot lebih baik, diantaranya adalah sarkoma dari serabut otot

menjadi lebih tebal dan kuat, ukuran otot bertambah, kekuatan otot

meningkat, daya tahan otot meningkat serta terjadi penambahan

(50)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berfikir

Kebugaran fisik merupakan hal paling penting bagi setiap individu

agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan prima serta mencegah

datangnya penyakit. Tubuh yang bugar memiliki kesesuaian antara keadaan

fisik terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang

berlebihan dan tubuh masih memeliki energi cadangan untuk tetap mampu

melakukan aktifitas mendadak. Kebugaran fisik dapat dicapai dengan

melakukan aktivitas fisik yang tepat.

Latihan interval intensitas tinggi atau disebut juga dengan high intensity interval training (HIIT) yaitu latihan yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam

selang waktu tertentu salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan

meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan kebugaran fisik.

Senam aerobik high impact adalah senam yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi dengan irama musik yang cepat serta gerakan yang

dinamis. Gerakan yang dilakukan saat melakukan senam aerobik high impact

dilakukan dengan cepat sehingga terjadi pembebanan pada jantung untuk

memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah dapat menggunakan oksigen

(51)

sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang dapat diproses

oleh tubuh.

Kebugaran fisik dapat diukur berdasarkan daya tahan kardiorespirasi

yaitu dengan melakukan Harvard step test yang menggunakan prinsip indeks kesanggupan individu saaat melakukan tes naik turun bangku setinggi

45 cm selama 5 menit berdasarkan denyut nadi 30 detik pertama, 30 detik

kedua dan 30 detik ketiga. Pencatatan denyut nadi digunakan sebagai nilai

yang dimasukkan ke dalam rumus indeks kesanggupan yang hasilnya akan

dapat dilihat berdasarkan tabel data normatif indeks kesanggupan untuk

menentukan kebugaran fisik.

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Skema 3.1

Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Pelatihan Interval Intensitas Tinggi

Senam Aerobik

High Impact

Subjek Kebugaran Fisik

Kebugaran Fisik Meningkat

Pemeriksaan kebugaran dengan Harvard Step Test

(52)

3.3 Hipotesis

Pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik

daripada senam aerobik high impact pada mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

(53)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan Eksperimental dengan menggunakan

Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemberian

pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa. Kelompok kedua yaitu

pemberian senam aerobik high impact pada mahasiswa. Sehingga dapat disusun suatu rancangan penelitian sebagai berikut:

Skema 4.1

Rancangan Metode Penelitian

Keterangan:

P : Populasi

R : Random

S : Sampel

KP-1 : Kelompok Perlakuan-1 (Latihan Interval Intensitas Tinggi untuk meningkatkan kebugaran fisik)

KP-2 : Kelompok Perlakuan-2 (Senam Aerobik High Impact untuk

meningkatkan kebugaran fisik)

O1 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh awal pada kelompok-1

O2 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh pada kelompok-1 setelah diberikan Pelatihan Interval Intensitas Tinggi

O3 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh awal pada kelompok-2

O4 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh pada kelompok-2 setelah diberikan Senam Aerobik High Impact

O1 O2 O3 O4 S R P KP-1 KP-2 34

(54)

4.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di 2 tempat yaitu di Program Studi D-III

Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan di sanggar

Senam Ajna Pekanbaru selama 1 bulan terhitung dari tanggal 20 April hingga

11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4

minggu.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan tipe

penelitian eksperimen yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua

kelompok sampel.

4.3.1 Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa program

studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang berjumlah 146

orang.

4.3.2 Kriteria Subjek

a. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

b. Kriteria Inklusi

(1) Mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Ketahanan (harga &amp; kuantitas) pangan Ketahanan gizi Produktivitas, Ketrampilan, kreativitas Biaya kesehatan Pembangunan ekonomi Realokasi untuk investasi

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling dimana sampel ialah masyarakat desa kembuan yang berjumlah 83 responden yang memenuhi

Mengenai tugas guru agama bagi pendidikan Islam adalah mendidik serta membina anak didik dengan memberikan dan menanamkan nilainilai agama kepadanya.Menurut

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Nilai erosi maksimum yang terjadi pada pantai mutiara pada skenario kemunduran garis pantai 0,288 m telah terjadi erosi maksimum 6,058m sedangkan pada nilai kemunduran garis

Kekuatan bending tertinggi diperoleh pada spesimen kompoit serap bunyi berbahan dasar kombinasi kertas HVS dan serabut kelapa dengan kerapatan 5:1 dan persentase perekat 7,5%,

Formula substitusi terpilih yang paling disukai panelis adalah formula substitusi F3 (keong sawah 75 gram dan puree kelor 20 gram), yang memiliki skor tertinggi pada warna

Jarak antara tiap individu dapat diketahui dengan membaca tabel 4, pada Pericrocotus cinnamomeus dan Pericrocotus flammeus memiliki jarak terkecil yaitu sebesar 1,732 ,