• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Tpbi 12b Regulasi Hormon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Tpbi 12b Regulasi Hormon"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN SISTEM REGULASI HORMON TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN SISTEM REGULASI HORMON DAN PEMIJAHAN BUATAN DENGAN TEKNIK HIPOFISASI PADA DAN PEMIJAHAN BUATAN DENGAN TEKNIK HIPOFISASI PADA

IKAN KOMET (

IKAN KOMET (CCaarraassissius aurus auraattus aurus auraattusus))

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum

mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan pada semester genap mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan pada semester genap

Disusun oleh : Disusun oleh :

Kelompok 12 | Perikanan B Kelompok 12 | Perikanan B

Pipit

Pipit Widia Widia Ningsih Ningsih 230110140023011014008383 Imas

Imas Siti Siti Nur Nur Halimah Halimah 230110140084230110140084 Lina

Lina Aprilia Aprilia 230110140023011014008787 Darajat

Darajat Prasetya Prasetya Witantra Witantra 230110140023011014009898 Didi

Didi Arvindi Arvindi 230110140123011014010101

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS PADJADJARAPADJADJARANN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR  JATINANGOR 

2017 2017

▸ Baca selengkapnya: laporan praktikum memasak

(2)

ii ii

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan mengenai

mengenai Sistem Regulasi Hormon dan Pemijahan Buatan dengan TeknikSistem Regulasi Hormon dan Pemijahan Buatan dengan Teknik Hipofisasi pada Ikan komet (

Hipofisasi pada Ikan komet (CCaarraassissius aurus auraatus atus aururaatustus).).

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1.

1. Dosen mata kuliah Biologi Perikanan;Dosen mata kuliah Biologi Perikanan; 2.

2. Seluruh anggota kelompok 5;Seluruh anggota kelompok 5; 3.

3. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Laporan ini disusun sebagai hasil dari praktikum yang merupakan salah satu Laporan ini disusun sebagai hasil dari praktikum yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan pada semester genap di tugas dari mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan pada semester genap di Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Padjadjaran.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan praktikum Teknologi Pembenihan Ikan di Fakultas Perikanan mengenai kegiatan praktikum Teknologi Pembenihan Ikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai analisis Sistem Regulasi Hormon dan Pemijahan lebih mendalam mengenai analisis Sistem Regulasi Hormon dan Pemijahan Buatan dengan Teknik Hipofisasi pada Ikan komet (

Buatan dengan Teknik Hipofisasi pada Ikan komet (Carassius auratusCarassius auratus).).

Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

Jatinangor, Mei 2017 Jatinangor, Mei 2017

Penyusun Penyusun

▸ Baca selengkapnya: laporan praktikum telur direndam cuka

(3)

ii ii

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan mengenai

mengenai Sistem Regulasi Hormon dan Pemijahan Buatan dengan TeknikSistem Regulasi Hormon dan Pemijahan Buatan dengan Teknik Hipofisasi pada Ikan komet (

Hipofisasi pada Ikan komet (CCaarraassissius aurus auraatus atus aururaatustus).).

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1.

1. Dosen mata kuliah Biologi Perikanan;Dosen mata kuliah Biologi Perikanan; 2.

2. Seluruh anggota kelompok 5;Seluruh anggota kelompok 5; 3.

3. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Laporan ini disusun sebagai hasil dari praktikum yang merupakan salah satu Laporan ini disusun sebagai hasil dari praktikum yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan pada semester genap di tugas dari mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan pada semester genap di Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Padjadjaran.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan praktikum Teknologi Pembenihan Ikan di Fakultas Perikanan mengenai kegiatan praktikum Teknologi Pembenihan Ikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai analisis Sistem Regulasi Hormon dan Pemijahan lebih mendalam mengenai analisis Sistem Regulasi Hormon dan Pemijahan Buatan dengan Teknik Hipofisasi pada Ikan komet (

Buatan dengan Teknik Hipofisasi pada Ikan komet (Carassius auratusCarassius auratus).).

Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

Jatinangor, Mei 2017 Jatinangor, Mei 2017

Penyusun Penyusun

(4)

iii iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL ... ... ... vv DAFTAR GAMBAR  DAFTAR GAMBAR ... ... vivi DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN... ... viivii

I.

I. PENDAHULUANPENDAHULUAN... ... 11 1.1

1.1 Latar Latar Belakang ...Belakang ... ... 11 1.2

1.2 Identifikasi Masalah ...Identifikasi Masalah ... ... 22 1.3

1.3 Tujuan ...Tujuan ... ... 33 1.4

1.4 Kegunaan ...Kegunaan ... ... 33

II.

II. TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA ... ... 44 2.1

2.1 Ikan Ikan Komet...Komet... ... 44 2.1.1

2.1.1 Morfologi Morfologi Ikan Ikan Komet ...Komet ... 4... 4 2.1.2

2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi Ikan Komet Ikan Komet ... 5... 5 2.1.3

2.1.3 Reproduksi Reproduksi Ikan Ikan Komet ...Komet ... 5... 5 2.2

2.2 Ikan Ikan Mas...Mas... ... 77 2.2.1

2.2.1 Morfologi Morfologi Ikan Ikan Mas ...Mas ... 7... 7 2.2.2

2.2.2 Klasifikasi Klasifikasi Ikan Mas Ikan Mas ... 8... 8 2.2.3

2.2.3 Reproduksi Reproduksi Ikan Ikan Mas ...Mas ... 8... 8 2.3

2.3 Pemijahan Buatan Pada IPemijahan Buatan Pada Ikan ...kan ... 9... 9 2.3.1

2.3.1 Pemilihan Pemilihan Induk ...Induk ... ... 1010 2.3.2

2.3.2 Pemberokan Pemberokan Induk ...Induk ... ... 1010 2.3.3

2.3.3 Penimbangan Penimbangan Induk Induk ... 10... 10 2.3.4

2.3.4 Penyuntikan Penyuntikan Induk ...Induk ... ... 1010 2.3.5

2.3.5 Pemijahan ...Pemijahan ... ... 1111 2.4

2.4 Hormon Yang Berperan Dalam Pemijahan Buatan Dengan TeknikHormon Yang Berperan Dalam Pemijahan Buatan Dengan Teknik Hipofisasi

Hipofisasi ... ... 1111 2.5

2.5 Bagian Bagian Dan Dan Fungsi Otak ...Fungsi Otak ... 13... 13 2.6

2.6 Teknik Hipofisasi ...Teknik Hipofisasi ... . 1515

BAB Halaman

(5)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM ... 18

3.1 Tempat dan Waktu ... 18

3.2 Alat dan Bahan ... 18

3.2.1 Alat ... 18 3.2.2 Bahan ... 19 3.3 Tahapan Praktikum ... 19 3.3.1 Persiapan Praktikum ... 19 3.3.2 Pelaksanaan Praktikum ... 20 3.4 Metode ... 20

3.5 Parameter yang diamati... 20

3.5.1 Otak Ikan, Bagian Dan Fungsinya ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA... 26

(6)

v

DAFTAR TABEL

 Nomor  Judul Halaman

1. Reproduksi Ikan Komet ... 6

2. Alat yang Digunakan pada Praktikum ... 18

3. Bahan yang Digunakan pada Praktikum ... 19

(7)

vi

 Nomor  Judul Halaman

1. Ikan Komet... 4

2. Ikan Mas... 7

3. Otak Ikan dan Bagian-bagiannya ... 14

4. Otak Ikan, Bagian dan Fungsi ... 21

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

 Nomor  Judul Halaman

1. Kegiatan Praktikum ... 29 2. Diagram Alir Tahapan Praktikum ... 31

(9)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan ikan semakin hari semakin meningkat, salah satunya permintaan ikan komet. Ikan komet (Osteochilus hasselti) merupakan ikan yang harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Selain itu, ukuran ikan komet cukup besar, menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tingkat tinggi, serta letak organ-organnya mudah dipelajari (Kordi 2004).

Ikan komet (Carassius auratus auratus) merupakan salah satu jenis ikan mas hias, ciri yang membedakan dengan ikan mas hias lainnya adalah caudal fin atau sirip ekornya lebih panjang dan percabangan di sirip ekornya sangat terlihat  jelas (Wicaksono 2005).

Dari banyaknya varietas ikan mas hias yang dihasilkan di dunia oleh Cina dan Jepang, ikan komet ini merupakan satu-satunya hasil seleksi dari ikan common goldfish pada abad 19 di Philadelpia Amerika Serikat oleh Hugo Murket dan secara masal di terjunkan ke pasaran (Skomal 2007).

Sehubungan dengan kondisi tersebut, perlu dikembangkan teknologi  perbenihan untuk meningkatkan produksi ikan komet. Keberhasilan budidaya

komet memerlukan ketersediaan benih yang berkualitas baik dalam jumlah cukup secara berkesinambungan. Saat ini penerapan berbagai pengetahuan mengenai hormone untuk meningkatkan produksi budidaya, bukan lagi hal baru. Sejak dua dekade terakhir, perkembangan endokrinologi ikan sangat berkembang pesat dan  berperan serta dalam meningkatkan produksi budidaya, terutama melalui  penyuntikan atau induksi hormon.

Salah satu hormon alami yang biasa digunakan untuk induksi pemijahan adalah ekstrak hipofisis sehingga pemijahan induksi menggunakan teknik ini dikenal dengan hipofisasi. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan mengenai teknik hipofisasi yang berguna untuk meningkatkan produksi budidaya ikan komet.

(10)

2 1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada praktikum regulasi hormon ikan komet adalah sebagai berikut :

(11)

1. Bagaimana pengaruh pemberian hormon hipofisa pada proses ovulasi ikan komet ?

2. Bagaimana cara mendapatkan ekstrak hormon hipofisa dari ikan donor ? 1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum regulasi hormon ikan komet adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui teknik pemberian hormon hipofisa pada proses

ovulasi ikan komet.

2. Untuk mengetahui cara mendapatkan ekstrak hipofisa dari ikan donor yaitu ikan Mas.

1.4 Kegunaan

Kegunaan dari praktikum regulasi hormon ikan komet adalah sebagai informasi bagi mahasiswa mengenai pengaruh pemberian hormon hipofisa pada  proses ovulasi ikan komet serta cara mendapatkan ekstrak hipofisa dari ikan donor

(12)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Komet

2.1.1 Morfologi Ikan Komet

Ikan komet (Carassius auratus auratus) merupakan salah satu jenis ikan mas hias, ciri yang membedakan dengan ikan mas hias lainnya adalah caudal fin atau sirip ekornya lebih panjang dan percabangan di sirip ekornya sangat terlihat jelas (Wicaksono 2005). Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik (Wicaksono 2005).

Gambar 1. Ikan Komet

(Sumber : www.alamikan.com)

Ikan komet memiliki badan yang memanjang dan ramping sehingga di dalam akuarium ataupun di kolam, ikan ini selalu aktif berenang ke segala  penjuru. Panjang tubuh ikan komet bisa mencapai sekitar 35 cm dari ujung kepala sampai ujung ekor. Ikan komet mulai bisa memijah pada umur 4 bulan dan bisa hidup sampai berumur 14 tahun tergantung pemeliharaan. Dari banyaknya varietas ikan mas hias yang dihasilkan di dunia oleh Cina dan Jepang, ikan komet ini merupakan satu-satunya hasil seleksi dari ikan common goldfish pada abad 19 di Philadelpia Amerika Serikat oleh Hugo Murket dan secara masal di terjunkan ke pasaran (Skomal 2007).

(13)

2.1.2 Klasifikasi Ikan Komet

Klasifikasi ikan komet berdasarkan ilmu taksonomi (Lingga dan Susanto 2003) adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostariphisysoidei Sub ordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus auratus 2.1.3 Reproduksi Ikan Komet

Secara alami ikan komet akan memijah mulai dari pukul 11 malam hingga menjelang pagi pada kondisi lingkungan yang sesuai. Dengan sifat telurnya yang adesiv ikan komet membutuhkan media untuk memijah sebagai substrat telurnya menempel. Substrat ini dapat berupa kakaban, dedaunan atau akar tumbuhan air seperti eceng gondok dan apu-apu. Setelah memijah induk diangkat dari wadah  pemijahan untuk kemudian dipulihkan kondisinya pada wadah yang berbeda

antara jantan dan betinanya (Skomal 2007).

Kualitas induk memiliki peranan penting dalam budidaya ikan komet. Indukan yang bagus secara genetis akan menghasilkan keturunan yang  berkualitas. Kriteria ini dapat dilihat dari pertumbuhan induk dan kecerahan warna

dasar.

Berikut ciri-ciri induk komet yang berkualitas:

a. Umur ikan sudah cukup matang, lebih dari 2 tahun

 b. Memiliki jenis yang sama atau mendekati, misalnya kohaku dengan kohaku

c. Bentuk tubuh ideal, dari atas tampak seperti torpedo d. Gaya berenang tenang dan seimbang

e. Warna cemerlang dan kontras

f. Sehat, gerakannya gesit tidak banyak diam di dasar kolam. Perbedaan komet jantan dan betina.

(14)

6

Tabel 1. Reproduksi Ikan Komet

ikan komet jantan ikan komet betina

 pada overculum terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika di raba terasa kasar

 pada overculu terdapat bintik- bintik dan terasa halus jika diraba induk yang telah matang jika diurut pelan ke

arah lubang genital akan keluar cairan  berwarna putih

 pada induk yang telah matang,  perut terasa lembek dan besar

membulat

gerakan gesit dan lincah gerakan cenderung lamban

Selama masa pemijahan akan terjadi kejar mengejar antara ikan komet  betina yang di ikuti beberapa komet jantaan, dimana si betina akan mengeluarkan telurnya pada kakaban. Setelah telur menempel indukan jantan akan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur tersebut (Skomal 2007). Telur ikan Komet berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan  berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa Setelah telur menetas kakaban atau tanaman air bisa diangkat. Larva ikan Komet bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva yang baru menetas memiliki yolksak sebagai candangan makanan yang akan terserap dalam 4 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Komet memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya (Skomal 2007). Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia.

Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari  bobotnya Perludilakukan pemupukan terhadap media pemeliharaan larva untuk

menumbuhkan pakan alami. Apabila kepadatan pakan alami sudah berkurang  burayak komet dapat diberikan pakan tabahan berupa pellet komersil dalam  bentuk tepung dengan kaddar protein 40% Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Penjarangan  burayak perlu dilakukan ketika memasuki umur 3 minggu memasuki pendederan

(15)

1. Kolam pendederan adalah kolam untuk memelihara ikan komet hingga berumur 3 bulan (Skomal 2007).

2.2 Ikan Mas

2.2.1 Morfologi Ikan Mas

Ikan Mas mula-mula dibawa dari China dan Rusia, kemudian didatangkan  juga dari Eropa pada tahun 1927 dan 1930, Taiwan pada tahun 1970, serta Jepang  pada tahun 1980 (Sumantadinata 1995). Ikan Mas selama ini dikenal sebagai

komoditi dengan nilai ekonomi tinggi. Persebarannya melingkupi hampir semua wilayah di Indonesia. Ikan ini juga dikenal dengan nama latin Cyprinus Carpio. Di Indonesia sendiri, budidaya ikan mas mulai gencar sejak tahun 1920. Bibit awal ikan mas diimpor dari Eropa, Taiwan, Cina dan Jepang. Hingga saat ini, setidaknya dikenal 10 jenis ikan yang dibedakan berdasar pada karakter morfologi ikan mas itu sendiri.

Gambar 2. Ikan Mas

(Sumber : www.pembenihanikanmas.com)

Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (comprossed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran). Sirip  punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjarikeras dan di  bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung  berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya  bergerigi. garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada

(16)

8

di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung  belakang pangkal ekor. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan

(pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham (Pribadi 2002).

Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak  berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya

(dorsal) berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Sirip ekornya menyerupai cagak memanjang simetris. Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan (Pribadi 2002).

2.2.2 Klasifikasi Ikan Mas

Klasifikasi ikan komet (Cyprinus carpio L.) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Cyprinoidae Familia : Cyprinidae Sub familia : Cyprininae Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio 2.2.3 Reproduksi Ikan Mas

Sistem reproduksi ikan Mas (Cyprinus carpio) yaitu ovipar dimana  perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan pelepasan sel telur jantan dan  betina, dimana spermatozoa diluar tubuh dan fertilisasi terjadi diluar tubuh. Ciri-ciri lain adalah sel telur berukuran besar karena banyak mengandung kuning telur yang dapat menjadi bekal bagi anak-anaknya dalam mengawali hidupnya diluar tubuh (Susanto,2004).

Siklus hidup ikan Mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium  pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang

menghasilkan sperma). Sebenarnya, pemijahan ikan Mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya ikan Mas sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan Mas aktif

(17)

mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi  permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan (Suseno, 2000).

Sifat telur ikan Mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan Mas  berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa (Susanto, 2007). Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan Mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan Mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva  berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia

kebul ini, ikan Mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya (Susanto, 2007).

2.3 Pemijahan Buatan Pada Ikan

Pemijahan ikan secara buatan adalah pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta  proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik  stripping / pengurutan

(Sularto et al., 2006). Pemijahan ini lebih banyak campur tangan manusia, karena selain pemijahannya dirangsang dengan hormon dari luar, proses pengeluaran telur dilakukan dengan striping dan sperma dilakukan dengan cara membedah kantong sperma. Pembuahan telur oleh sperma dilakukan dengan cara mencampurkannya. Keunggulan teknik ini adalah kualitas keturunan dapat diketahui secara pasti dan waktu pemijahan dapat diatur dan ditentukan, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan banyak campur tangan manusia dan  biaya operasional yang mahal. Adapun tujuan pemijahan buatan yaitu dapat merangsang pemijahan ikan-ikan yang masak kelamin tetapi susah memijah secara alami karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai, mengintensifkan

(18)

10

 pembenihan dan mengurangi kematian karena dengan kawin suntik ini akan didapatkan telur yang terbuahi sempurna, menghasilkan benih ikan dengan kualitas, kuantitas yang tepat dan ketersediaannya berkelanjutan (Sularto et al., 2006).

2.3.1 Pemilihan Induk

Peningkatan produksi benih ikan ditentukan oleh beberapa hal yaitu kualitas induk, kualitas lingkungan perairan, ketersediaan pakan alami dan teknik  pembenihan yang diterapkan. Kualitas induk ikan akan mempengaruhi kualitas telur yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kualitas larva dan benih. Pada teknik pemijahan dengan teknologi kawin suntik harus jeli dalam pemilihan induk ,induk yang dipilih sudah dewasa (min 12 bln) dan matang gonad, berat telah mencapai kriteria spesies tertentu.

2.3.2 Pemberokan Induk

Pemberokan atau memuasakan ikan dilakukan setelah pemilihan induk. Induk jantan dan betina yang memenuhi persyaratan, dimasukkan ke dalam kolam  pemberokan secara terpisah. Pemberokan dilakukan selama 1-2 hari. Tujuan dari  pemberokan ini adalah :

1. Mengurangi lemak pada tubuh induknya agar telur mudah dikeluarkan. 2. Pada pemijahan alami untuk menambah daya rangsang pada saat

dipertemukan.

3. Membersihkan saluran pencernaan atau isi perut. 2.3.3 Penimbangan Induk

Penimbangan induk dilakukan untuk mengetahui berat induk sebagai  penentu kebutuhan banyaknya hormon yang akan digunakan dalam teknologi kawin suntik. Hormon yang akan disuntikkan terlebih dahulu ditentukan dosis nya, yaitu tergantung bobot induk atau tergantung kematangan gonad, untuk mengetahui kebutuhanan hormon yang akan di suntikan ke induk ikan dengan mengalikan berat induk dengan dosis hormon. Setelah diketahui jumlah hormon yang dibutuhkan, maka dilakukan pengenceran.

2.3.4 Penyuntikan Induk

Penyuntikan hormon memijahan dapat dilakukan secara intramuskuler (penyuntikan langsung ke dalam daging) pada pangkal ekor, punggung, atau

(19)

 pangkal sirip dada. Selain itu, penyuntikan dapat dilakukan juga secara intracranial (penyuntikan di kepala) maupun secara intraperitoncal (penyuntikan di perut). Induk ikan yang akan disuntik sebaiknya ditutup kepalanya dengan kain lap basah agar tidak stress. Penyuntikan dilakukan pada induk betina maupun induk jantan secara intramuskuler yaitu pada punggung dengan kemiringan spuit 45 derajat.

2.3.5 Pemijahan

Induk ikan akan memijah setelah 8-10 jam (untuk induk ikan mas, tawes, dan grass carp). Induk catfish membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memijahkan, yaitu sekitar 14-18 jam. Pada pagi hari induk akan selesai memijahkan dan telur terlihat melekat pada substrat bagi telur - telur yang bersifat melekat (adhesive) dan meleyang-layang bagi telur-telur yang bersifat demersal. Induk kemudian ditangkap dan dikembalikan ke dalam kolam masing - masing misalkan induk jantan di kembalikan ke kolam induk jantan dan induk betina di kembalikan ke kolam induk betina.

2.4 Hormon Yang Berperan Dalam Pemijahan Buatan Dengan Teknik Hipofisasi

Kelenjar hipofisa mempunyai peran yang sangat penting, dimana kelenjar yang dihasilkan berupa hormon yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan  perkembangbiakan. Kerusakan dalam pengambilan ekstrak hormon

mengakibatkan hormon tersebut tidak berfungsi. Hormon yang berpengaruh dalam pemijahan ikan adalah gonadotropin yang berfungsi dalam pematangan gonad dan mengontrol ekskresi hormon yang dihasilkan oleh gonad (Hurkat dan Mathur, 1986). Menurut Budiyanto (2002), Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh hormon yaitu GH, ACTH, TSH, LTH, FSH, LH, ICSH, MSH. Hipofisa terletak dibawah otak, jadi untuk mengambil kelenjar hipofisa langkah pertama yang harus diambil adalah mengeluarkan otak.

Secara garis besar, mekanisme kerja hormon untuk perkembangan dan  pematangan gonad merupakan suatu rangkaian dalam poros hipotalamus-hipofisis-gonad. Stimulasi oleh adanya pelepasan  gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus menyebabkan kelenjar hipofisis

(20)

12

mensekresikan gonadotropin (GtH) untuk dialirkan ke dalam darah. Rangsangan untuk mensintesis hormon GnRH di atas diterima oleh hipotalamus dari otak melalui reseptor-reseptor yang menerima rangsangan dari luar lingkungan. Selain GnRH yang bersifat memacu, dari hipotalamus juga dikeluarkan substansi  penghambat pelepasan GtH yaitu Dopamin (DA) (Redding 1993).

GnRH mempunyai struktur dekapeptida, hormon ini mempunyai daya kerja untuk merangsang sekresi GtH. Mekanisme pengaruh GnRH terhadap  peningkatan sekresi hormon-hormon hipofisis ini dilakukan melalui sistem adenilsiklase-cAMP. GnRH merangsang produksi GtH yang kemudian akan mempengaruhi produksi hormon-hormon gonad yaitu estrogen dan progesteron. Dari konsep umpan balik negatif dimengerti bahwa terjadi kaitan antara keberadaan hormon-hormon gonad dengan status hormon gonadotropin dan GnRH (Djojosoebagio 1990).

Para ahli endrokinologi ikan saat ini telah bersepakat untuk menetapkan dua tipe GtH hipofisis ikan yaitu GtH-I dan GtH-II yang dikarakterisasi dari empat ordo teleostei. GtH-I dan II mempunyai peran yang berbeda dalam mengendalikan  perkembangan gonad. GtH-I secara struktural dan fungsional dapat dibandingkan dengan FSH pada mamalia dan banyak terdapat pada hipofisis serta darah ikan ketika gonadnya aktif tumbuh dan dalam fase gametogenesis serta diyakini bahwa hormon ini penting dalam proses vitellogenesis dan pada awal perkembangan gonad. Sedangkan GtH-II, yang dapat dibandingkan dengan LH pada mamalia,  penting sebagai stimulator dalam pematangan akhir oosit serta ovulasi pada ikan  betina dan spermiasi pada ikan jantan (Redding 1937; Gomez 1999 dalam Suetake et al. 2001). Dengan adanya kesamaan struktur dan fungsi antara GtH-I dengan FSH dan GtH-II dengan LH tersebut, maka ada beberapa penulis yang menggunakan istilah FSH dan LH untuk menggantikan istilah GtH-I dan GtH-II seperti dalam tulisan ini.

Menurut Bond (1979), mekanisme hipofisasi dimulai ketika rangsangan dari syaraf pusat diantarkan ke hipotalamus, setelah lebih dahulu diolah oleh reseptor seperti mata dan sirip. Hipotalamus akan mengeluarkan GnRH yang akan merangsang gonad untuk menghasilkan hormon gonadotropin yang dibutuhkan dalam proses pemijahan. Hormon-hormon tersebut akan segera mempengaruhi

(21)

kerja dari alat-alat kelamin pada ikan yaitu testis dan ovarium. Testis akan menghasilkan androgen steroid dan ovarium akan menghasilkan estrogen. Mekanisme hormon kelamin adalah hormon steroid seperti estrogen, kortisol, aldosteron dan lain-lain, masuk ke dalam sasaran kemudian merangsang aktivitas gen maka ikan akan segera memijah.

2.5 Bagian Dan Fungsi Otak

Posisi otak terletak di kepala bagian tengah, bentuk dan warna otak teramati  jelas dari sisi atas, samping dan belakang. Adapun fungsi bagian-bagian otak yang

teramati yaitu:

a. Trakus Olfaktori : Menghubungkan dengan lobus olfaktori  b. Lobus Olfaktori : Berfungsi dalam indera penciuman

c. Lobus opticus : Menggerakkan bola mata (Lobus bagian atas) dan untuk penglihatan (Lobus bagian bawah)

d. Cerebelum : Pengatur keseimbangan tubuh

e. Lobus Vagal : Berhubungan dengan jantung, saluran pencernaan f. Medula Oblongata : Merupakan otak bagian belakang

g. Trakus Optikus : Berfungsi untuk pengelihatan

h. Pituitary : Berfungsi untuk pengaturan hormon Bagian-bagian otak dari muka ke belakang adalah sebagai berikut:

a. Telensefalon

Wilayah yang paling anterior dari otak disebut juga otak depan. Pada ikan berfungsi untuk penerimaan, elaborasi, dan penghantar impuls bau. Ukuran telensefalon bervariasi sesuai dengan kebutuhan ikan. Pada bagian anterior telencephalon terdapat sebuah bulbus pencium dan dibagian caudalnya terdapat lobus penciuman dan dua bagian internalnya berupa rongga ventrikel otak I dan II. Bulbus olfactorius, merupakan lanjutan dari tractus olfactorius dan berakhir sebagai sepasang „bola‟, mempunyai lanjutan sebagai benang-benang halus yang menuju ke dinding lekuk hidung.  Hemisphaerium cerebri, terdapat di bagian posterior lobus olfactorius. Bagian

dasarnya disebut corpus striatum, sedangkan bagian atap dan dinding samping disebut  pallium. Diencephalon, terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral. Bersama-sama dengan telencephalon termasuk

(22)

14

 bagian dari otak muka (prosencephalon). Pada diencephalon terdapat thalamus, hypothalamus, lobus inferior , dan saccus vasculosus.

Pada bagian ventrolateral lobus ini terdapat ganglion besar dan korpus striatum, yang merupakan pusat korelasi terutama untuk menyampaikan impuls bau pada posterior sensorik. Meskipun penciuman merupakan fungsi yang jelas dari telensefalon , tetapi itu bukanlah satu-satunya fungsi dari telensefalon seperti yang terdapat pada ikan rayfin yang diduga melayani tambahan kegiatan fungsi fasilitasi umum lebih rendah.

b. Diencephalon

Diensefalon terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral. Bersama-sama dengan telencephalon termasuk bagian dari otak muka ( prosencephalon). Pada diencephalon terdapat thalamus, hypothalamus, lobus inferior, dan saccus vasculosus. Diencephalon dapat dibagi menjadi wilayah epitalamus dengan ganglia yang habenularnya yang meliputi thalamus dan hypothalamus. Di bawah hipotalamus terdapat hipofisis atau kelenjar  pituitari. Kelenjar pituitari ini melekat pada bagian dasar otak lamprey.

Thalamus berfungsi sebagai pusat estafet untuk rangsangan penciuman.

Gambar 3. Otak Ikan dan Bagian-bagiannya (Sumber : www.cintalaut.com) c. Mesencephalon

(23)

Mesencephalon atau otak tengah ikan mempunyai ukuran relatif  besar. Mesensefalon terdiri dari tectum RSAL optik, pada dorsal terdapat dua lobus optik, dan pada ventral terdapat tegmentum. Tectum terdiri dari zona sel-sel saraf atau neuron. Sebagian besar serat-serat saraf optik  berakhir di tectum. Lobus opticus berbentuk bulat dan besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian sebelah ventral terletak lobi inferior (bagian dari diencephalon) yang merupakan tempat melekat hypophyse (hypothalamus). Pada bagian anterior hypophyse terdapat persilangan dari nervus opticus (nervus cerebralis  II) yang disebut chiasma nervi optici. Selain lobus opticus, pada mesencephalon juga terdapat torus semicircularis.

d. Metencephalon

Pada metencephalon terdapat bagian menonjol yang disebut Cerebellum, memiliki fungsi utama yaitu mengatur kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap ruang. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua bagian besar, yaitu valvula membrane dan corpus membrane yang besarnya tergantung spesiesnya.

Myelencephalon, disebut juga medulla oblongata, melanjutkan diri ke caudal sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalamn canalis vertebralis. Bersama-sama dengan cerebellum, medulla oblongata termasuk bagian dari otak belakang (r hombexcephalon).

2.6 Teknik Hipofisasi

Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan untuk memijah atau terjadinya pengeluaran telur ikan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Teknik penyuntikan dengan pemijahan buatan atau induced breeding yaitu merangsang ikan untuk kawin (Simanjuntak 1985). Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin (Susanto 1996). Pemijahan sistem hipofisasi ialah merangsang pemijahan induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa ini terletak di bawah

(24)

16

otak sebelah depan, mengandung hormon gonadotropin yang berfungsi untuk mempercepat ovalusi dan pemijahan (Milne 1999). Menurut Sumantadinata (1981), terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra muscular, intra cranial, dan intra perineal.

Pemijahan dapat dilakukan dengan pemberian sediaan hormon baik yang alami maupun sintetis. Hormon alami yang biasa digunakan untuk pemijahan adalah ekstrak hipofisis sehingga pemijahan induksi menggunakan teknik ini dikenal dengan hipofisasi. Hipofisis yang sering digunakan adalah hipofisis ikan mas. Salam pelaksanaan hipofisasi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu persyaratan ikan donor hipofisis, ketepatan dosis ekstrak hipofisis dan kematangan gonad induk resipien. Ikan donor yang digunakan haruslah ikan yng sehat dan sudah matang kelamin serta tidak habis mijah. Hal ini perlu diperhatikan agar kadar hormon gonadotropin yang ada di dalam kelenjar hipofisis mencukupi untuk menginduksi maturasi dan pemijahan. Berat tubuh ikan donor sekurang-kurangnya sama dengan berat tubuh ikan resipien. Kelenjar hipofisa letaknya dibawah otak, diambil dengan cara membelah kepala ikan. Pengambilannya harus dengan menggunakan pinset. Untuk itu harus dipersiapkan sejumlah ikan donor yang total bobotnya empat kali bobot induk.

Langkah pertama yang harus dijalani dalam pemijahan buatan dengan  penyuntikan ekstrak hipofisa adalah seleksi induk. Setelah induk diseleksi dan diketahui bobotnya, langkah berikutnya adalah menentukan bobot ikan donor. Timbang ikan donor seberat 4 kali bobot induk (empat dosis). Siapkan dalam tempat terpisah. Ambil ikan donor yang telah ditimbang sebanyak 1/4 nya dan ambil hipofisanya dengan menggunakan pinset, tempatkan ke dalam penggerus, dan kemudian lumatkan dengan penggerus tersebut. Hati-hati, pada saat hipofisa diambil jangan sampai ada darah atau kotoran yang terbawa. Jika hipofisa telah lumat, tambahkan 1 - 2 cc aquabidest (H202) untuk melarutkan. Ambit larutan hipofisa tersebut dengan spuit dan kemudian suntikkan pada induk betina. Pegang erat-erat dengan menggunakan kain yang halus, suntikkan jarum spuid di otot  bagian punggung ikan. Penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan. (arah kepala) ikan. Setelah penyuntikan ini, lepaskan kembali induk untuk menunggu  penyuntikan kedua

(25)

Kelebihan dari hormon hipofisa adalah hormon ini bisa disimpan dalam waktu lama sampai dua tahun. Penggunaan hormon ini juga relatif mudah (hanya membutuhkan sedikit alat dan bahan), tidak membutuhkan refrigenerator dalam  penyimpanan, dosis dapat diperkirakan berdasar berat tubuh donor dan resepien,

adanya kemungkinan terdapat hormon hormon lain yang memiliki sifat sinergik. Kekurangan dari teknik hipofisasi adalah adanya kemungkinan terjadi reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal dari ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan  pengaruh. Efek dosis yang lebih tinggi terbukti akan menyebabkan makin

cepatnya masa laten Pemijahan. Hal ini diduga berhubungan dengan meningkatnya konsentrasi 17 α, 20 β.

(26)

18

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat dilaksanakannya praktikum TPBI “Pemijahan Buatan Ikan Komet dengan Teknik Hipofisasi” dilakukan di Labor atorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Praktikum ini dilaksanakan  pada hari Jum‟at tanggal 5 Mei 2017.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum regulasi hormon dan pemijahan buatan dengan teknik hypofisasi bisa dilihat pada tabel 1.

Tabel 2. Alat yang Digunakan pada Praktikum

No. Nama Alat Fungsi

1. Botol Vial Sebagai tempat penyimpanan ekstrak hipofisa dari ikan donor

2. Alat Suntik Sebagai alat untuk menyuntikan hormon ke tubuh induk ikan

3. Jarum Sonde Untuk mematikan ikan

4. Mortar dan Alu Sebagai penggerus kelenjar hipofisa

5. Pisau Untuk memotong kepala ikan

6. Cawan Petri Sebagai wadah penyimpanan sementara kelenjar hipofisa dengan direndam akuades 7. Tabung Reaksi Sebagai tempat kelenjar hiofisa yang sudah

digerus

8. Talenan Alas tempat memotong ikan

9. Neraca Analitik Untuk menimbang

10. Baskom Sebagai wadah induk ikan

11. Sentrifugator Alat sentrifugasi

12. Akuarium Media penyimpanan induk ikan

13. Aerator Sebagai penambahan oksigen di akuarium 14. Heater Sebagai alat untuk menstabilkan suhu air

(27)

15. Nampan Wadah alat-alat

16. Lap Basah Penutup induk ikan ketika di suntik

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum regulasi hormon dan pemijahan  buatan dengan teknik hypofisasi bisa dilihat pada tabel 2

Tabel 3. Bahan yang Digunakan pada Praktikum

No. Nama Bahan Fungsi

1. 2. 3. Ikan Mas Ikan Komet Air

Sebagai Ikan Donor Sebagai Ikan Target Median hidup induk ikan

4. Akuades Larutan fisiologis

3.3 Tahapan Praktikum 3.3.1 Persiapan Praktikum

Adapun langkah-langkah persiapan hipofisa yang dilakukan antara lain: 1. Ikan target (ikan komet) diambil dan ditimbang bobotnya

2. Ikan donor (ikan mas) diambil dan ditimbang bobotnya

3. Jumlah ikan donor dan ikan target disesuaikan jumlahnya berdasarkan  bobot

4. Kepala ikan dipotong secara vertikal hingga terpisah dengan tubuh 5. Bagian kepala dari arah mulut dipotong secara horizontal hingga bagian

otak terlihat

6. Otak dipisahkan dan diambil kelenjar hipofisanya

7. Kelenjar hipofisa digerus dengan mortar sambil diencerkan menggunakan aquades sedikit demi sedikit

8. Larutan disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 2000 rpm. 9. Diambil larutan supernatannya dan dimasukkan ke dalam botol fial

(28)

20

3.3.2 Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan praktikum regulasi hormon dan pemijahan buatan dengan teknik hypofisasi dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Hipofisa di dalam botol fial disiapkan 2. Ikan target diambil

3. Bagian kepala dan ekor ikan ditutup dengan kain lap 4. Hipofisa diambil menggunakan suntikan

5. Hipofisa disuntikkan pada ikan target dibawah sirip dorsal sisik kedua 6. Ikan target disimpan kembali dalam aquarium

3.4 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode Eksperimen dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharafkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat.

3.5 Parameter yang diamati

3.5.1 Otak Ikan, Bagian Dan Fungsinya

Otak pada ikan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon (Bond 1978). Telencephalon merupakan otak bagian depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan  pembauan. Diencephalon terletak pada bagian belakang telencephalon.

Mesencephalon merupakan otak bagian tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang lobus opticus yang bertindak sebagai pusat penglihatan, menerima serabut dari retina. Myelencephalon merupakan agian otak paling  belakang (posterior), dengan membran oblongata sebagai komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan rangsangan keluar melalui saraf cranial.

(29)

Gambar 4. Otak Ikan, Bagian dan Fungsi (Sumber : www.cintalaut.com)

Posisi otak terletak di kepala bagian tengah, bentuk dan warna otak teramati  jelas dari sisi atas, samping dan belakang. Adapun fungsi bagian-bagian otak yang

teramati yaitu:

a. Trakus Olfaktori : Menghubungkan dengan lobus olfaktori  b. Lobus Olfaktori : Berfungsi dalam indera penciuman

c. Lobus opticus : Menggerakkan bola mata (Lobus bagian atas) dan untuk penglihatan (Lobus bagian bawah)

d. Cerebelum : Pengatur keseimbangan tubuh

e. Lobus Vagal : Berhubungan dengan jantung, saluran  pencernaan dan perut

f. Medula Oblongata : Merupakan otak bagian belakang g. Trakus Optikus : Berfungsi untuk pengelihatan

(30)

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil praktikum dari kelomok 12 mengenai pemijahan buatan dengan teknik hypofisasi dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 4. Pemijahan Buatan Dengan Teknik Hypofisasi

Kel

 jenis ikan target

 berat ikan target (gram)

 jenis ikan donor

 berat ikan donor (gram)

12

ikan

komet 35 ikan Mas 74

4.2 Pembahasan

Hasil yang didapatkan oleh kelompok 12 dari praktikum pemijahan buatan dengan teknik hypofisasi yaitu ikan donor yang digunakan yaitu ikan Mas dan ikan target yang digunakan yaitu ikan Komet denga masing-masing bobot ikan komet seberat 35 gram sehingga untuk ikan ikan donor yang digunakan yaitu ikan yang memiliki bobot dua kali lipat dari bobot ikan target sehingga bobot untuk ikan donor yang digunakan yaitu ikan Mas dengan bobot 74 gram. Kelenjar hipofisa terdapat pada bagian bawah otak ikan yang dimana pada kelenjar hipofisa ini terdapat hormon-hormon reproduksi yang dapat mempercepat proses dari ovulasi pada ikan. Posisi otak terletak di kepala bagian tengah, bentuk dan warna otak teramati jelas dari sisi atas, samping dan belakang. Adapun fungsi bagian- bagian otak yang teramati yaitu:

(31)

Gambar 5. Pembahasan Otak Ikan, Bagian dan Fungsi (Sumber : www.cintalaut.com)

a. Trakus Olfaktori : Menghubungkan dengan lobus olfaktori  b. Lobus Olfaktori : Berfungsi dalam indera penciuman

c. Lobus opticus : Menggerakkan bola mata (Lobus bagian atas) dan untuk penglihatan (Lobus bagian bawah)

d. Cerebelum : Pengatur keseimbangan tubuh

e. Lobus Vagal : Berhubungan dengan jantung, saluran pencernaan f. Medula Oblongata : Merupakan otak bagian belakang

g. Trakus Optikus : Berfungsi untuk pengelihatan

h. Pituitary : Berfungsi untuk pengaturan hormone

Setelah didapatkan ekstarksi hormon hipofisa maka dilakukan teknik hipofisasi dengan cara penyuntikan pada daerah bawah sirip dorsal ikan atau yang disebut dengan teknik penyuntikan intra muscular   sebagai yang disebutkan Sumantadinata (1981), terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra muscular, intra cranial , dan intra perineal . Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh hormon yaitu GH, ACTH, TSH, LTH, FSH, LH, ICSH, MSH (Budiyanto 2002). Secara garis besar, mekanisme kerja hormon untuk perkembangan dan pematangan gonad merupakan suatu rangkaian dalam poros hipotalamus-hipofisis-gonad. Stimulasi oleh adanya pelepasan  gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus menyebabkan kelenjar

hipofisis mensekresikan gonadotropin (GtH) untuk dialirkan ke dalam darah.

Krtiteria yang harus diperhatikan dalam proses hipofisasi adalah Ikan donor harus dalam kondisi sehat, tidak ada luka fisik atau cacat karena dapat

(32)

24

menimbulkan infeksi dan penularan bibit penyakit (Sugiharto 1986). Persyaratan  bagi ikan resipien atau ikan penerima hipofisa dari ikan lain adalah berasal dari

induk jantan dan betina yang matang kelamin dan siap untuk dipijahkan. Induk resipien merupakan hasil ikan budidaya dan domestikasi. Memiliki badan sehat dan tidak cacat (Sugiharto 1986).

(33)

25

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Regulasi hormon dan Pemijahan Ikan dengan teknik hypofisasi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Teknik pemberian hipofisa pada ikan komet yaitu dengan teknik hipofisasi  penyuntikan ekstrak hipofisa ikan mas secara intra muscullar   serta  penentuan dosis yang diberikan ditentukan besar bobot ikan donor yaitu

seberat dua kali lipat dari ikan target.

2. Cara mendapatkan ekstrak hypofisa ikan donor yaitu dengan mengiris  bagian kepala hingga bagian otak terlihat, letak hypofisa berada di bawah

otak yang dilindngi oleh tulang rawan sehingga pada saat pengambilah otak ikan harus diangkat dan tulang rawan di hancurkan. Setelah didapatkankemudian di cuci dengan aquades, digerus, dan disentrifugasi untukmendapatkan supernata/ ekstrak homon.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum regulasi hormon dan pemjahan dengan teknik hypofisasi yaitu dilakukannya pengamatan setelah dilakukannya penyuntikan hypofisa untuk mengetahui kerja dari ekstrak hipofisa dalam proses ovulasi pada ikan komet.

(34)

26

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, I. dan Liviawati, E. 1998.  Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanasius. Yogyakarta.

and Physiology, Part C 154 (2011) 278-287.

And The Impact Of Environmental Contaminants. Comparative  Biochemistry

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia Budiyanto. 2002. Pengaruh Penyuntikan Ekstraks Kelenjar Hipofisa. Bogor .

Program Studi Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan IPB Fakultas Perikanan. Bogor.

Gordon, M.S. 1982. Animal Physiology Principle. Mc Millan Publishing Company:NewYork.

Hadjamulia. A. 1970. Pengamatan Budidaya Ikan Merangsang Pemijahan Hormon Hypofisa.  Kontribusi Lembaga Penelitian Perikanan  Darat  No.19. Bogor.

Hardjamulia, A. 1978.  Budidaya Ikan Introduksi. Departemen Pertanian . Balai Latihan Pendidikan dan Penyuluhan. SUPM Bogor. 49 hal.

Hoar , W. S. 1957. The Endocryne Organs. Academic Press : New York. Jakarta.

Kordi, Ghufar. H. Budidaya Lele Keli. PT.Rineka Cipta dan Pt Bina Adiaksara. Jakarta

Lingga, P., dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

MacLatchy, et al. 2011. Fundulus Heteroclitus: Ovarian Reproductive Physiology Penebar Swadaya, Jakarta.

Pribadi, S.T., dkk. (2002).  Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Depok: Agro Media Pustaka. hal. 5-6.

Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Ikan Mas.  Proyek Pengembangan Ekonomi  Masyarakat Pedesaan, Bappenas. Jakarta

(35)

27

(eds.). The Physiology of Fishes. CRC Press. USA. p: 503-534. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Jakarta.

(36)

28

Skomal, G. 2007. Goldfish. Second edition. Wiley Publishing. USA Sugiarto. 1986. Teknik Pembenihan Ikan. CV. Simplex, Jakarta.

Sumantadinata, K. 1981.  Perkembangbiakan Ikan

 – 

 Ikan Pelihara Indonesia. Susanto, H. 2001. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya :

Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta

Sutisna, D. H. 2005. “Pembenihan Ikan Air Tawar”. Kanisius : Yogyakarta.

Wicaksono, Prabowo. 2005.  Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan dan  Kelangsungan Hidup Ikan Nilem Osteochilus hasselti C.V. yang dipelihara dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Dengan  Pakan Perifiton. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor.

(37)

29 Lampiran 1. Kegiatan Praktikum

 pengambilan ikan donor Penimbangan ikan komet

 penimbangan ikan Mas Proses pembedahan otak ikan donor

(38)

30

Gambar

Gambar 1.  Ikan Komet
Tabel 1. Reproduksi Ikan Komet
Gambar 2.  Ikan Mas
Gambar 3.  Otak Ikan dan Bagian-bagiannya (Sumber : www.cintalaut.com) c. Mesencephalon
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembuatan laporan hasil praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknis respon fisiologis pada domba, serta mengetahui bagaimana cara mengambil spesimen atau sampel

Laporan praktikum mengenai sortasi kopi yang bertujuan untuk mengetahui mutu biji kopi dan pengujian nilai cacat berdasarkan

Laporan praktikum fisika dasar mengenai dinamika

Laporan hasil praktikum teknologi informasi tentang pembuatan database

Laporan praktikum pembuatan peta hidrologi menggunakan ARCGIS.

Laporan hasil praktikum mengenai difraksi sinar

Laporan praktikum pemetaan tematik membahas pembuatan peta tematik dengan berbagai model