• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA SYARIAH SURABAYA (Studi Deskriptif Kuantitatif Iklim Komunikasi Organisasi PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA SYARIAH SURABAYA (Studi Deskriptif Kuantitatif Iklim Komunikasi Organisasi PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskr iptif Kuantitatif Ik lim Komunikasi Or ganisasi PT. Asur ansi J iwa

Bringin J iwa Sejahtera Syar iah Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memperoleh Gelar Sar jana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

U P N “Veter an” J awa Timur

Oleh :

Deasy Tr iana Pr imatanti

NPM. 0843010009

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh :

DEASY TRIANA PRIMATANTI NPM. 0843010009

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fak ultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Univer sita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 20 J anuar i NIP. 196 2032 31993092 001

(3)

Disusun Oleh :

DEASY TRIANA PRIMATANTI NPM. 0843010009

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Kusnar to, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui,

DEKAN

Dr a. Hj. Supar wati, M.Si

(4)

Asur ansi J iwa Bringin J iwa Sejahtera Syar iah Sur abaya)

Iklim komunikasi organisasi dibentuk melalui interaksi antara anggota organisasi. Iklim bukanlah sifat seseorang individu, tetapi dipelihara oleh para anggota organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya yang didasarkan atas permasalahan yang terjadi, yaitu penurunan jumlah nasabah asuransi dan tidak berhasilnya pencapaian target yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan juga karena sering terjadi konflik internal antara Unit Marketing dan Financial Consultant, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya.

Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik penarikan sample menggunakan Purposive Sampling yakni didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yaitu karyawan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya khususnya Unit Marketing dan Financial Consultant yang berjumlah 27 orang dijadikan populasi.

Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa iklim komunikasi organisasi pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya secara keseluruhan dapat dikatakan tidak baik.

Kata Kunci :Iklim Komunikasi Organisasi, PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya

ABSTRACT

DEASY TRIANA PRIMATANTI, ORGANIZATIONAL COMMUNICATION CLIMATE PT. ASURANSI J IWA BRINGIN J IWA SEJ AHTERA SYARIAH SURABAYA (Study Quantitative Descr iptive of Or ganizational Communication Climate PT. Asur ansi J iwa Br ingin J iwa Sejahtera Syar iah Sur abaya)

Organizational communication climate is formed through the interaction between members of the organization. Climate is not the nature of an individual,

but maintained by the members of the organization.This study aims to determine

(5)

especially Unit Marketing and Financial Consultant amounting to 27 people made the population.

Based on data presentation and analysis of data obtained the conclusion that the climate of organizational communication at PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya asa whole can be said is not good

(6)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang

telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi penelitian ini.

Keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis membuat

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Berkat usaha, dorongan serta

bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs.

Kusnarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang selama ini telah

membimbing serta memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan FISIP UPN “Veteran” JATIM

2. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” JATIM

3. Drs. Saiffudin Zuhri, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” JATIM

4. Drs. Kusnarto, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing

5. Ir. Didiek Tranggono, M.Si, sebagai Dosen Wali

(7)

8. Keluarga penulis, Papa, Mama, Mbak Dini, Mas Dedy, Mas Eki, Mbak

Shanty dan semua keluarga besar penulis, terima kasih atas segala dorongan,

bimbingan, nasihat-nasihat, serta doanya.

9. Sahabat-sahabatku tercinta Shyla, Elisa, Annisa, Bang Ian, Genggong (Fifi,

Veve, Indah, Reni, Ndul, Rayyan, Putri, Juwi & Ucup), terima kasih buat

segala dukungan, doa, dan semangatnya.

10. Derry Setya Putra terima kasih untuk cerewetannya dan juga doanya serta

Yudha “kalong” Trisatria terima kasih telah mengembalikan semangatku

lagi.

11. Seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon kehadirat Tuhan YME semoga segala

bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari

Tuhan YME.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

menggunakannya.

Surabaya, Januari 2012

(8)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAKS ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ………... 10

(9)

2.1.3 Karakteristik dan Fungsi Organisasi ……….. 12

2.1.4 Komunikasi Organisasi ………..………… 15

2.1.5 Komunikasi Organisasi Dalam Suatu Perusahaan …………... 19

2.1.6 Pendekatan Komunikasi Organisasi ………..… 20

2.1.7 Iklim Komunikasi Organisasi ……….... 22

2.1.8 Iklim Komunikasi Organisasi Dalam Suatu Perusahaan ……... 23

2.1.9 Proses Komunikasi di Perusahaan ……….… 28

2.1.10 Komunikasi Interaksional ……….... 29

2.1.11 Konsep Hubungan Dalam Suatu Perusahaan ……….. 31

2.2 Kerangka Berpikir ……….. 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Metode Penelitian ……….…. 37

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 37

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ……….. 43

(10)

3.5 Metode Analisis Data ……….……… 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 50

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

4.1.1 Latar Belakang Perusahaan……….. 50

4.1.2 Struktur Organisasi……….. 52

4.2 Penyajian Data dan Analisa Data ... 53

4.2.1 Identitas Responden………53

4.2.2 Kepercayaan……… 57

4.2.3 Keputusan Partisipatif………. 60

4.2.4 Kejujuran……….… 63

4.2.5 Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah………66

4.2.6 Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas………....69

4.2.7 Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi………... 72

4.2.8 Nilai Iklim Komposit……….. 76

(11)

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ……….... 86

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng Masa lah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Pada dasarnya

komunikasi menyentuh hampir seluruh kehidupan manusia dimanapun dan

apapun yang dilakukan manusia tersebut. Dengan berkomunikasi manusia

dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.

Hubungan dengan orang lain merupakan proses yang terus berlanjut,

jumlah dan mutu komunikasi yang ada pada hubungan tersebut adalah

yang membawa hubungan tersebut dalam kehidupan.

Melalui hubungan dengan orang lain, manusia dapat berkumpul

dalam suatu wadah untuk mempermudah pencapaian tujuan hidupnya. Hal

tersebut sesuai dengan sifat dasar manusia yang merupakan makhluk

sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan

orang lain. Bentuk kerja sama ini dapat melalui interaksi sosial, baik

hubungan antar individu, hubungan individu dengan kelompok, maupun

hubungan antar kelompok.

Manusia dalam berinteraksi tidak sekedar untuk memenuhi

kepentingan pribadinya semata, tetapi berusaha untuk menjadi suatu

bagian dalam kelompok-kelompok masyarakat. Keberadaan manusia

dalam suatu kelompok masyarakat dapat diakui jika manusia tersebut

(13)

menghormati, saling menolong, dan saling menghargai, hubungan antar

manusia dapat berjalan dengan harmonis.

Bentuk interaksi antar manusia dapat diwujudkan dalam sebuah

organisasi. Organisasi merupakan sebuah tempat yang menampung

orang-orang yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi yang sehat

ditunjukkan dengan interdependen bekerja dengan cara yang sistematik

untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Organisasi dianggap sebagai

pemroses informasi terbesar dengan input, throughput, dan output. Sistem

terstruktur atas perilaku ini mengandung jabatan-jabatan (posisi-posisi)

dan peranan-peranan yang dapat dirancang sebelum peranan-peranan

tersebut diisi oleh pelaku organisasi (Pace dan Faules, 1993 : 17).

Sifat terpenting organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran,

dan penanganan kegiatan anggota organisasi dan bagaimana komunikasi

berlangsung dalam suatu organisasi dan apa maknanya adalah tergantung

pada konsepsi seseorang mengenai organisasi.

Dalam suatu organisasi terdapat pimpinan dan bawahan. Pimpinan

dalam kedudukannya sebagai komunikator bagi organisasi dituntut

memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien.

Maksudnya adalah perintah atau instruksi yang disampaikan dapat

dipahami oleh karyawan. Kemampuan seorang pemimpin yaitu dalam

memberikan informasi mengenai tujuan organisasi dan memberikan

penjelasan dalam kaitannya dengan tujuan masing-masing kelompok

(14)

mereka bersama. Dengan cara tersebut, seorang pimpinan dapat

memotivasi karyawannya untuk bekerja dengan baik. Untuk menciptakan

motivasi yang tinggi di dalam diri anggota organisasi, maka lingkungan

tempat mereka bekerja turut mendukung.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan

penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian

dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit

tertentu komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu

dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi

organisasi terjadi kapanpun, setidaknya satu orang menduduki suatu

jabatan dalam organisasi menafsirkan pertunjukan. Komunikasi yang akan

ditelaah adalah anggota-anggota organisasi, analisis komunikasi organisasi

menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara

bersamaan (Pace dan Faules, 2006 : 31).

Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi disebut dengan

komunikasi organisasi. adapun tujuan komunikasi dalam organisasi adalah

untuk membentuk saling pengertian (mutual understanding) sehingga

terjadi kesetaraan kerangka referensi (frame of reference) dan kesamaan

pengalaman (fields of experience) diantara anggota organisasi.

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi

suatu evaluasi menyeluruh mengenai peristiwa, komunikasi, perilaku

(15)

konflik-konflik antar karyawan dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam

organisasi tersebut (Pace dan Faules, 2006 : 147).

Iklim komunikasi organisasi dibentuk melalui interaksi antara

anggota organisasi. Interaksi-interaksi dan proses-proses yang membentuk,

menciptakan kembali, mengubah, dan memelihara iklim adalah hal yang

seharusnya menjadi pusat perhatian. Iklim bukanlah sifat seorang individu,

tetapi sifat yang dibentuk, dimiliki bersama, dan dipelihara oleh para

anggota organisasi (Pace dan Faules, 2006 : 149).

Iklim komunikasi di dalam suatu organisasi memiliki peran yang

cukup penting. Upaya suatu organisasi menciptakan iklim kerja yang

positif selain memerlukan dukungan dari anggota organisasi juga

memerlukan proses waktu karena setiap individu yang berada dalam

organisasi tersebut memerlukan adaptasi dan pembenahan secara bertahap

untuk mencapai hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi organisasi.

Iklim komunikasi yang positif akan menyebabkan tujuan

organisasi akan dapat cepat tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh

para anggotanya serta cenderung akan meningkatkan dan mendukung

komitmen pada organisasi. sebaliknya, iklim komunikasi yang negatif

akan menyebabkan terciptanya lingkungan kerja organisasi yang tidak

sehat, sehingga tujuan organisasi tidak dapat tercapai. Iklim komunikasi

yang negatif juga dapat mengakibatkan para anggotanya menjadi tidak

memiliki komitmen pada organisasi dan tidak memiliki sense of belonging

(16)

Sebuah organisasi tidak terlepas dari permasalahan yang bisa

terjadi di dalamnya. Terdapat hierarki dalam sebuah struktur organisasi

yang diisi dengan berbagai orang yang mempunyai sifat, latar belakang

dan tingkat pendidikan yang berbeda. Maka dari itu tidak semua arus

kegiatan organisasi bisa terjadi dengan baik. PT. Asuransi Jiwa Bringin

Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya sendiri juga mempunyai

permasalahan-permasalahan intern yang dapat mengahambat kelancaran informasi dan

komunikasi serta dapat membuat suasana kerja yang tidak kondusif.

PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya atau

yang lebih dikenal dengan merk dagang BRIngin Life Syariah berdiri pada

28 Oktober 1987. Perusahaan ini berada di Surabaya tepatnya di Jl.

Untung Suropati No. 85 Surabaya. PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa

Sejahtera Syariah Surabaya adalah perusahaan yang bergerak dalam

bidang pelayanan jasa khusunya adalah asuransi. PT. Asuransi Jiwa

Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya merupakan kantor cabang yang

membawahi penjualan asuransi untuk regional Jawa Timur.

Peneliti tertarik menjadikan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa

Sejahtera Syariah Surabaya sebagai objek penelitian karena PT. Asuransi

Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya merupakan salah satu

pelopor perusahaan asuransi yang berbasiskan syariah. Perusahaan ini

sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa nasional di Indonesia. Tetapi

ternyata meskipun perusahaan ini merupakan perusahaan asuransi jiwa

(17)

membuat perusahaan ini cukup berhasil di bidangnya. Ada saja

permasalahan yang timbul di dalam organisasi PT. Asuransi Jiwa Bringin

Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya, salah satunya adalah belum berhasilnya

pencapaian target nasabah asuransi dan jumlah premi yang telah

ditetapkan oleh Kantor Pusat yang berada di Jakarta.

Penurunan jumlah nasabah PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa

Sejahtera Syariah Surabaya menjadi suatu masalah yang patut diperhatikan

oleh pimpinan cabang. Jumlah pencapaian nasabah asuransi yang menurun

juga berpengaruh dan berkaitan erat dengan menurunnya jumlah

pendapatan premi yang ditargetkan oleh perusahaan. Meskipun anggaran

yang diberikan untuk menunjang operasional perusahaan setiap tahunnya

adalah sama tetapi masih belum dapat memenuhi target yang ditetapkan.

Unit Marketing dan Financial Consultant sangat berperan penting di dalam

pencapaian target yang ditetapkan perusahaan karena tugas mereka yang

sangat crucial (penting) di dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang

jasa khususnya asuransi. Permasalahan yang muncul juga tidak hanya dari

penurunan nasabah dan jumlah premi semata. Sering terjadinya konflik di

dalam hubungan kerja antara Unit Marketing dengan Financial Consultant

juga dapat memperhambat pencapaian target perusahaan.

Sebuah iklim komunikasi organisasi yang sehat dapat dilihat dari

beberapa faktor yang terjadi, salah satunya melalui motivasi kerja terhadap

karyawan yang ada. Menurut Pace dan Faules motivasi kerja adalah

(18)

Dengan meningkatnya motivasi karyawan, berarti iklim komunikasi dapat

berjalan baik dan semua karyawan mendukung dan mampu melaksanakan

operasional dengan baik demi pencapaian target yang telah ditetapkan

perusahaan dan pencapaian tujuan organisasi.

Masalah atau ancaman yang muncul dari dalam organisasi jauh

lebih berbahaya bila dibandingkan masalah atau ancaman yang berasal

dari luar perusahaan. Sebesar apapun permasalahan yang dihadapi akan

dapat teratasi apabila anggota organisasi atau perusahaan tersebut bersatu

dan bersama-sama mengatasinya, tetapi apabila suatu organisasi atau

perusahaan sudah tidak memiliki anggota yang tidak dapat diandalkan dan

sudah tidak solid lagi, maka dapat dikatakan nasib organisasi atau

perusahaan tersebut sedang berada di ujung tanduk. Keharmonisan

hubungan dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting bagi

kelancaran pelaksanaan tugas. Hubungan yang harmonis dalam suatu

organisasi dapat dicapai apabila terjalin komunikasi yang baik antara

karyawan dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa baik

iklim komunikasi organisasi yang tercipta di PT. Asuransi Jiwa Bringin

Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya. Karena permasalahan yang terjadi dalam

suatu organisasi atau perusahaan memang tidak dapat dihindari dan pasti

akan selalu ada, tetapi permasalahan yang muncul tidak boleh dibiarkan

(19)

yang nantinya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka perumusan

masalah penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi di PT. Asuransi Jiwa Bringin

Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang

telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana iklim komunikasi organisasi di PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa

Sejahtera Syariah Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini untuk berbagai

pihak adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu

komunikasi dan sebagai tambahan bahan referensi khususnya tentang

(20)

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengetahui iklim

komunikasi organisasi di PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera

Syariah Surabaya.

b. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan yang nantinya

dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas iklim komunikasi

organisasi di PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah

(21)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Penger tian Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal

dari bahasa latin yaitu communicatio, dan bersumber dari kata communis

yang berarti sama. Maksud dari kata sama adalah persamaan makna

(Effendy, 2003 : 9).

Menurut Hovland, komunikasi adalah “the process to modify the

behavior of other individuals”, dengan kata lain komunikasi adalah proses

megubah perilaku orang lain. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu

memang komunikatif (Effendy, 2003 : 10).

Lasswell berpendapat bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In

Which Channel To Whom With What Effect?. Hal tersebut menunjukkan

bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan

yang diajukan itu, yakni :

1. Komunikator (source sender)

2. Pesan (message)

(22)

4. Komunikan (receiver)

5. Efek (effect)

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu.

Pada hakekatnya, proses komunikasi adalah proses penyampaian

pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). Pikiran tersebut dapat berupa gagasan, informasi, opini, dan

lain sebagainya yang muncul dari benaknya (Effendy, 2003 : 10-11).

2.1.2 Penger tian Organisasi

Organisasi adalah suatu lembaga sosial yang secara sadar

dikoordinasikan dan dengan sengaja disusun yang terdiri dari sekumpulan

orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan mempunyai

batasan-batasan yang secara relative dapat diidentifikasikan dan keberadaannya

mempunyai basis yang relatif permanen dan dikembangkan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Kazt dan Roseinzweig, organisasi adalah adanya

orang-orang yang usahanya harus dikoordinasikan, tersusun dari sejumlah

sub-sistem yang saling berhubungan dan saling tergantung serta bekerja sama

atas dasar pembagian kerja, peran dan wewenang, dan juga mempunyai

(23)

Stephen P. Robbins (1990) mendefinisikan organisasi sebagai

social entity, unit-unit organisasi terdiri atas orang atau kelompok orang

yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut terkoordinasi secara sadar,

artinya dikelola dalam upaya mencapai tujuannya.

2.1.3 Kar akter istik dan Fungsi Or ganisasi

Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian kerja

dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab (Muhammad,

2001 : 23). Tiap organisasi mempunyai karakteristik umum, antara lain :

1. Dinamis

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami

perubahan karena selalu menghadapi tantangan baru dari

lingkungannyadan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan yang selalu berubah. Sifat dinamis disebabkan karena

adanya perubahan ekonomi dalam lingkungannya. Semua organisasi

memerlukan sumber keuangan untuk melakukan aktivitasnya. Oleh

karena itu kondisi ekonomi mempengaruhi secara tajam pada

kehidupan organisasi. Uang yang tersedia, sumber yang digunakan

sebagai bahan mentah, biaya pekerja atau karyawan, semuanya

(24)

2. Memerlukan Informasi

Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa

informasi organisasi tidak dapat jalan. Dengan adanya informasi bahan

mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat dimanfaatkan

oleh manusia. Begitu juga sebaliknya, dengan tidak adanya informasi

suatu organisasi dapat macet atau mati sama sekali. Untuk

mendapatkan informasi adalah melalui proses komunikasi. Oleh

karena itu komunikasi memegang peranan penting dalam organisasi

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi yang

dapat diperoleh dari dalam maupun luar organisasi.

3. Mempunyai Tujuan

Organisasi merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu. Setiap organisasi mempunyai tujuan

masing-masing yang bervariasi. Tujuan itu hendaknya dihayati oleh seluruh

anggota organisasi sehingga setiap anggota dapat diharapkan

mendukung secara penuh untuk pencapaian tujuan organisasi melalui

partisipasi mereka secara individu.

4. Terstruktur

Organisasi membuat aturan, undang-undang, dan hirarki hubungan

dalam organisasi. Struktur menjadikan organisasi mebakukan prosedur

kerja dan mengkhususkan tugas yang berhubungan dengan produksi

(25)

Organisasi mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah :

1. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing

dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Jika organisasi

lebih kompleks maka kebutuhan organisasi yang diperoleh lebih

banyak. Semua ini merupakan tanggung jawab anggota organisasi

untuk memenuhinya.

2. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab

Organisasi harus sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh

organisasi maupun masyarakat tempat organisasi itu berada. Standart

ini memberikan organisasi tanggung jawab yang harus dilakukan

anggotanya.

3. Memproduksi Barang atau Orang

Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang

membimbing, mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan

pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru,

program baru dan arah yang baru. Orang sebagai anggota organisasi

manapun sebagai pemakai jasa organisasi dipengaruhi oleh organisasi.

Dalam kondisi yang normal orang akan cenderung mengambil

karakteristik tertentu dari organisasi tempat ia bekerja (Muhammad,

(26)

2.1.4 Komunikasi Or ganisasi

Komunikasi organisasi adalah perilaku yang terjadi dan bagaimana

mereka yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna

atas apa yang sedang terjadi (Pace dan Faules, 1993 : 33).

Menurut Goldhaber (1986) definisi komunikasi organisasi adalah

“the process of creating and exchanging messages within a network of

interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”.

Dengan kata lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan

saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling

tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungannya yang tidak pasti

atau yang selalu berubah-ubah (Muhammad, 2001: 67).

Komunikasi mengikat bersama bagian-bagian dari suatu organisasi

dan mendorong orang-orang untuk bertindak. Dalam suatu organisasi kerja

komunikasi menjalankan beberapa fungsi, yaitu :

1. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi dan pengetahuan dari

orang yang satu kepada orang yang lain sehingga terjadi tindakan kerja

sama.

2. Komunikasi berfungsi membantu mendorong dan mengarahkan

orang-orang untuk melakukan sesuatu.

3. Komunikasi berfungsi membantu membentuk sikap dan menanamkan

kepercayaan untuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi

(27)

4. Komunikasi berfungsi membantu memperkenalkan pegawai-pegawai

dengan lingkungan fisik dan sosial mereka.

Disamping keempat fungsi tersebut, komunikasi juga menjalankan

fungsi-fungsi tambahan seperti pemeliharaan hubungan sosial diantara

manusia-manusia (Moekijat, 1993 : 7).

Menurut Dale Yoder (Moekijat, 1993 : 14-17), tujuan utama

komunikasi dalam pekerjaan adalah untuk memudahkan pelaksanaan dan

memperlancar jalannya organisasi. Tujuan komunikasi dalam pekerjaan

antara lain sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kesetiaan, kerja sama dan pengertian pegawai.

2. Untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang kebutuhan

dan tujuan pegawai.

3. Untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang reaksi

pegawai terhadap tujuan, kebijaksanaan, dan praktek perusahaan.

4. Untuk meberikan informasi, menjelaskan, dan menafsirkan

program-program perusahaan dan keefektifan dari program-program-program-program.

5. Untuk meningkatkan hubungan pribadi dan peran serta pegawai.

6. Untuk memberikan alat ekspresi dan penjelasan.

7. Untuk memberikan kebutuhan pribadi dan kebutuhan jabatan pegawai.

8. Untuk memotivasi pegawai.

9. Untuk memberikan propaganda kepada pegawai dan merintangi

propaganda dari sumber-sumber lain.

(28)

Dalam arti yang luas, tujuan komunikasi dalam suatu perusahaan

adalah untuk mengadakan perubahan-perubahan dan untuk mempengaruhi

tindakan ke arah kesejahteraan perusahaan. Komunikasi penting untuk

berfungsinya interen perusahaan karena komunikasi menyatukan

fungsi-fungsi manajerial yang menurut Harold Koonts komunikasi diperlukan

untuk :

1. Menentukan dan menyebarkan tujuan perusahaan.

2. Mengembangkan rencana guna pencapaiannya.

3. Mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lainnya

dengan cara yang se-efektif dan se-efisien mungkin.

4. Memilih, mengembangkan, dan menilai anggota organisasi.

5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan menciptakan suasana agar

orang-orang mau memberikan sumbangan dan mengawasi pelaksanaan

pekerjaan.

Komunikasi dalam manajemen adalah salah satu dari sekian

banyak bidang komunikasi dalam lingkup komunikasi manusia.

Pentingnya komunikasi dalam manajemen dinyatakan oleh Lawrence D.

Brennen bahwa manajemen adalah komunikasi dan George R. Terry

mengibaratkan komunikasi sebagai minyak pelumas agar proses

manajemen berjalan lancar (Effendy, 2003 : 10).

Komunikasi antar manusia merupakan komunikasi langsung (tatap

muka) dan dengan sikap dialogis serta umpan balik yang terjadi secara

(29)

pada saat itu juga sehingga sering digunakan untuk melakukan persuasif.

Komunikasi persuasif dapat berlangsung dalam situasi komunikasi yang

melibatkan upaya seseorang yang dengan sadar berubah tingkah lakunya

melalui penyampaian pesan (Effendy, 2003 : 25-26).

Dalam suatu organisasi (baik profit maupun non profit), tindak

komunikasi dalam organisasi akan melibatkan :

1. Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan

informasi yang seluruh anggotanya berharap dapat memperoleh

informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.

2. Regulatif

Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi.

3. Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak

akan selalu membawa hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan,

maka banyak pimpinan yang lebih suka mempersuasikan bawahan

daripada memberi perintah, sebab pekerjaan yang dilakukan secara

sukarela akan menghasilkan kepedulian yang besar.

4. Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang

memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan

(30)

informal. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan

untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap

organisasi (Sendjaja, 1992 : 136).

2.1.5 Komunikasi Or ganisasi Dalam Suatu Per usahaan

Menurut Pace dan Faules (1993 : 32), komunikasi organisasi dapat

didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi tertentu. Suatu

organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis

antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu

lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak-tidaknya satu

orang yang menduduki jabatan dalam organisasi menafsirkan pertunjukan.

Komunikasi yang akan ditelaah adalah anggota-anggota organisasi,

analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak

transaksi yang terjadi secara simultan.

Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas

interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.

Makna pesan dinegosiasikan antara peserta komunikasi. Makna pesan

muncul dan berkembang dalam interaksi yang berlangsung. Hubungan

antara para peserta juga konteksnya akan menentukan apa makna kata-kata

yang bersangkutan. Fokus perhatiannya adalah pada transaksi verbal dan

(31)

Komunikasi organisasi sering juga diartikan sebagai perilaku

pengorganisasian (organizing behavior), yakni bagaimana para karyawan

terlibat dalam proses berinteraksi dan memberikan makna atas apa yang

terjadi (komunikasi transaksional). Oleh karena itu, ketika organisasi

dianggap sekedar sekumpulan orang yang berinteraksi maka komunikasi

hanya berfungsi sebagai organisasi. Komunikasi tidak sekedar melayani

organisasi, tetapi merupakan organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi

organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang memungkinkan

kehidupan organisasi, apakah kata-kata, gagasan-gagasan, dan konstruk

yang mendorong, mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan

aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik (Liliweri, 2004 :

60).

Menurut Mulyana (2001:75), komunikasi organisasi

(Organizational Communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat

formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang

lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi

seringkali melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan

adakalanya juga komunikasi publik.

2.1.6 Pendekatan Komunikasi Or ganisasi

Untuk mengetahui komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi

(32)

1. Pendekatan Makro

Pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur

global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi ini

organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti memproses informasi

dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan

menentukan tujuan organisasi.

2. Pendekatan Mikro

Pendekatan mikro memfokuskan kepada komunikasi dalam unit

dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada

tingkatan ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi

untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk melibatkan

anggota kelompok dalam tugas kelompok, komunikasi untuk menjaga

iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan

pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja

dalam organisasi.

Dalam organisasi biasanya terdapat bermacam-macam kelompok

sosial. Masing-masing kelompok ini mempunyai tujuan

masing-masing. Agar masing-masing kelompok ini dapat menyokong

pencapaian tujuan organisasi dan penjelasan kaitannya dengan tujuan

masing-masing kelompok sehingga masing-masing kelompok

merasakan bahwa tujuan organisasi adalah tujuan mereka bersama.

Dalam hal ini diperlukan ketrampilan berkomunikasi dari pimpinan

(33)

dengan baik. Lebih lagi bila anggota kelompok melihat adanya

keuntungan bagi diri mereka, mereka akan bekerja dengan giat dan

akan mendukung tujuan organisasi.

3. Pendekatan Individual

Pendekatan individual berpusat kepada tingkah laku komunikasi

individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan

pada kedua pendekatan yang terdahulu akhirnya diselesaikan oleh

komunikasi individual satu sama lainnya. Komunikasi individual ada

beberapa bentuk, diantaranya berbicara dalam kelompok kerja,

mengunjungi dan berinteraksi dalam rapat, menulis dan mengonsep

surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya.

2.1.7 Iklim Komunikasi Or ganisasi

Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu

menjadi perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut

sedikit banyaknya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan.

Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik perlu

memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.

Ada hubungan yang sirkuler antara iklim komunikasi dengan iklim

organisasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan

iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh macam-macam cara

anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi

(34)

berkomunikasi secara rileks dan ramah tamah dengan anggota lain.

Sedangkan iklim komunikasi yang negatif menjadikan anggota tidak

berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.

Iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap

kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh

dan keterlibatan. Reeding (Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi

penting dari iklim komunikasi, yaitu :

1. Partisipasi membuat keputusan.

2. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia.

3. Keterbukaan dan keterusterangan.

4. Tujuan berkinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja

dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

5. “Supportiveness”, atau bawahan mengakui dan mengamati bahwa

hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka

membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting

(Muhammad, 2001 : 82-85).

2.1.8 Iklim Komunikasi Or ganisasi Dalam Suatu Perusahaan

Iklim komunikasi organisasi dibentuk melalui interaksi antara

anggota-anggota organisasi. Interaksi-interaksi dan proses-proses yang

membentuk, menciptakan kembali, mengubah, dan memelihara iklim

adalah hal-hal yang seharusnya menjadi pusat perhatian. Interaksi adalah

(35)

bukanlah sifat seorang individu, tetapi sifat yang dibentuk, dimiliki

bersama dan dipelihara oleh para anggota organisasi ( Pace dan Faules,

1993 : 165-166).

Menurut Pace dan Faules (1993:149), iklim komunikasi organisasi

terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh

unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan,

disepakati, dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan

melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini

menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan

individu, dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi.

Perusahaan yang memiliki iklim komunikasi organisasi yang sehat

dapat digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki

citra yang baik dalam kompetisi antar perusahaan. Iklim ini dibentuk dari

pola interaksi yang intens agar anggota organisasi (semua karyawan)

dengan lingkungan yang penuh persahabatan, saling menghargai, dan

kepercayaan yang tinggi akan menuju ke arah iklim komunikasi yang

positif.

Menurut Pace dan Faules (1993 : 157), proses pengukuran iklim

komunikasi organisasi meliputi penelitian atas persepsi anggota organisasi

mengenai pengaruh komunikasi. Sebagai suatu konsep yang berkaitan

dengan persepsi, iklim komunikasi diukur dengan meneliti reaksi-reaksi

perseptual anggota organisasi atas sifat-sifat makro organisasi yang

(36)

1974). Meskipun satuan-satuan analisis adalah persepsi individu, persepsi

keseluruhan memberi suatu deskripsi yang bermanfaat mengenai iklim

komunikasi bila yang diukur adalah sifat-sifat makro organisasi.

Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota

organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi

organisasi yang positif yaitu yang penuh persaudaraan mendorong para

anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah

dengan anggota lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota

tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa keterbukaan

(Muhammad, 2001 : 85).

Menurut Pace dan Faules (1993 : 159-160), ada enam faktor besar

yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi, antara lain :

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah bagaimana karyawan menilai kepercayaan

yang mereka peroleh dari atasan dan bagaimana karyawan merespon

kepercayaan itu dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan

organisasi. Personel di semua tingkat berusaha keras untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya

ada kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan

dan tindakan.

2. Pembuatan Keputusan Partisipasif

Pembuatan keputusan partisipatif yang dimaksud adalah

(37)

permasalahan yang dihadapi di dalam perusahaan dan bagaimana

mencari jalan keluar bersama untuk menyelesaikannya. Para pegawai

di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah

kebijakan organisasi, yang relevan terhadap kedudukan mereka. Para

pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan

berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta

dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

3. Kejujuran

Kejujuran yang dimaksud adalah bagaimana karyawan mampu

menyampaikan isi pikiran mereka dan saling berterus terang sehingga

tidak ada selisih paham serta tidak ada kebohongan diantara karyawan.

Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi dan para pegawai

mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa

mengindahkan apakah mereka berbicara pada teman sejawat, bawahan,

atau atasan.

4. Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan mampu secara terbuka mengkoordinasikan

pekerjaan supaya mulai dari tingkat manajer, penyelia (supervisor),

sampai staf apapun mengenai informasi dapat disebarluaskan dengan

(38)

relatif lebih mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung

dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka

untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau

bagian-bagian lainnya, dan berhubungan luas dengan perusahaan, para

pemimpin, dan rencana-rencana.

5. Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas

Mendengarkan dalam komunikasi ke atas yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan atau staf merasa bahwa informasi yang dimiliki

dianggap penting oleh manajemen sehingga manajemen mau

mendengarkan masukan dari bawahan dengan pikiran yang terbuka.

Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan

saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di

setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan

dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang

cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang

berlawanan.

6. Perhatian Pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi

Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud

adalah personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan

suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktifitas

tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada

(39)

2.1.9 Pr oses Komunikasi di Per usahaan

Proses-proses komunikasi di dalam perusahaan bisa

bermacam-macam cara penyampaiannya. Harus dilaksanakan seefektif mungkin

karena dibutuhkan feedback untuk mengetahui apakah komunikasi yang

disampaikan sukses atau tidaknya. Dari sana kita tahu apakah respons

yang didapat positif atau negatif.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran

(interpretation) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian balik

(decoding) dalam proses komunikasi. Jika persepsi tidak akurat, tidak

mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan

untuk memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Mulyana,

2001 : 167-168).

Informasi yang merujuk kepada kata-kata (dalam pesan tertulis)

dan bunyi (dalam pesan terucap) dalam pertunjukan. Informasi akan

dirujuk , seperti dalam konteks “arus informasi” dan “pemrosesan

informasi”. Informasi adalah suatu istilah untuk merujuk kepada apa yang

kita sebut pesan dan sering digunakan untuk merujuk kepada nilai

keuntungan dan kerugian, evaluasi kinerja, dan pendapat pribadi yang

dinyatakan dalam surat dan memo, laporan teknis, dan data (Pace dan

Faules, 1993 : 29).

Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu perusahaan harus

memiliki komunikasi yang efektif di semua karyawan. Persepsi mengenai

(40)

kepada bawahan atau sebaliknya harus benar-benar akurat. Pola

komunikasi yang di dalamnya terjadi proses saling tukar menukar

informasi menjadikan efektifitas pesan dapat diterima dengan baik antara

kedua belah pihak.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi sangat penting

karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah

komunikasinya ini berhasil atau malah gagal. Dengan kata lain, apakah

umpan baliknya itu positif maupun negatif.

2.1.10 Komunikasi Inter ak sional

Komunikasi pada hakekatnya adalah interaksi. Pandangan ini

menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau

aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik

verbal maupun non verbal penerima bereaksi lagi setelah menerima respon

atau umpan balik dari orang kedua dan seterusnya.

Pada model komunikasi interaksional, manusia dianggap lebih

aktif. Kualitas simbolik secara implicit terkandung dalam istilah

interaksional sehingga model komunikasi interaksional ini berbeda dengan

interaksi biasa yang ditandai dengan penukaran stimulus respons

(Mulyana, 2003 : 159).

Model komunikasi interaksional merujuk pada model komunikasi

yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan

(41)

dalam sosiologi, meskipun pengaruhnya juga berdampak pada disiplin

ilmu lainnya. Pada model komunikasi interaksional sangat sulit untuk

menggambarkan model diagramatik, karena karakter yang kualitatif, non

sistematik dan non linier. Beberapa model yang sesuai untuk

menggambarkan komunikasi interaksional adalah model verbal.

Dalam komunikasi interaksional tidak mengklasifikasi fenomena

komunikasi menjadi beberapa unsure atau fase seperti dijelaskan dalam

model linier atau mekanistik. Alih-alih komunikasi digambarkan sebagai

pembentukan makna (penafsiran pesan atau perilaku orang lain) orang

peserta komunikasi.

Mulyana (2003 : 160), menjelaskan bahwa beberapa konsep

penting yang digunakan dalam komunikasi interaksional adalah :

1. Diri (self)

2. Diri yang lain (other)

3. Simbol

4. Makna

5. Penafsiran

6. Tindakan

Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta

komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan

perilaku yang rumit dan sulit diramalkan (Mulyana, 2003 : 160). Dalam

(42)

pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur

yang ada di luar dirinya.

2.1.11 Konsep Hubungan Dalam Suatu per usahaan

Komunikasi organisasi yang paling nyata adalah konsep hubungan

(relationship). Goldhaber (1979) mendefinisikan organisasi sebagai

“sebuah jaringan hubungan yang saling tergantung (interpendent)”. Bila

sesuatu yang saling bergantung, ini berarti hal-hal tersebut saling

mempengaruhi dan saling dipengaruhi satu sama lainnya. Pola dan sifat

hubungan dalam organisasi dapat ditentukan oleh jabatan dan peranan

yang ditetapkan bagi jabatan tersebut. Ini memberi struktur dan stabilitas

kepada organisasi tersebut.

1. Hubungan Antar Pesona

Hubungan yang paling intim yang kita miliki dengan orang-orang

lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya, biasanya

disebut sebagai hubungan antar pesona. Dengan merekalah kita

beresonansi, bergetar dan sesuai, menunjukkan bahwa dapat

memperdulikan mereka. Hubungan antar pesona memiliki pengaruh

yang besar dan menembus kehidupan organisasi. Bila kondisi untuk

hubungan antar pesona yang baik hadir, sehingga cenderung

menemukan respons-respons positif terhadap penyelia (supervisor),

sikap tanggap atas kebutuhan-kebutuhan pribadi dan organisasi,

(43)

informasi, semua ini adalah prasyarat untuk komunikasi ke atas dan ke

bawah yang efektif.

2. Hubungan Posisional

Hubungan posisional yang paling umum, dan mungkin paling

penting untuk kerja organisasi secara efektif dan efisien, adalah hubungan

atasan-bawahan. Dalam organisasi, jabatan-jabatan disusun dalam urutan

hierarki, menciptakan serangkaian hubungan atasan-bawahan di seluruh

organisasi memiliki implikasi untuk hampir seluruh organisasi. Bila

hubungan-hubungan atasan-bawahan dapat diperkokoh sumber daya

manusia di seluruh organisasi dapat ditingkatkan.

Komunikasi atasan-bawahan menunjukkan bahwa bawahan

cenderung mengatakan kepada atasan apa yang ingin didengar oleh atasan

mereka menurut pikiran mereka, dan memberi informasi kepada atasan

yang menggambarkan kelebihan bawahan, atau paling sedikit, tidak

mencerminkan kekurangan bawahan. Konsekuensi yang tampak berkaitan

dengan sifat hubungan posisional dalam organisasi dan terutama dengan

hubungan atasan-bawahan yang melekat hierarkis yang muncul dari

struktur organisasi (Pace dan Faules, 2006 : 201-205).

Hubungan antara manajer, penyelia (supervisor) dan staf dalam

suatu organisasi perusahaan ditentukan oleh hubungan secara terstruktur

dan hubungan antar pribadi. Hubungan struktur berdasarkan jabatan yang

(44)

pelaksanaan instruksi dari manajer ke penyelia dan diteruskan kepada staf.

Sedangkan hubungan antar pribadi menguatkan pesan tersebut agar

instruksi dilaksanakan tidak kaku, melainkan ada suasana yang akrab

supaya hubungan antar anggota organisasi terjalin dengan baik.

Ker angka Ber pikir

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan

berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain di dalam

kehidupan sehari-hari. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat

diabaikan, begitu juga halnya dalam kehidupan berorganisasi.

Perkembangan aktivitas organisasi terpusat pada iklim komunikasi

organisasi. Ini menjadi perhatian bagi pemimpin guna meningkatkan

kinerja perusahaan.

Dalam meneliti iklim komunikasi organisasi PT. Asuransi Jiwa

Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya, penulis mengukur faktor-faktor

yang mempengauhi iklim komunikasi organisasi tersebut.

Pada iklim komunikasi organisasi terdapat enam faktor yang

berpengaruh, yaitu :

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah bagaimana karyawan menilai kepercayaan

yang mereka peroleh dari atasan dan bagaimana karyawan merespon

kepercayaan itu dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan

(45)

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya

ada kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan

dan tindakan.

2. Pembuatan Keputusan Partisipatif

Pembuatan keputusan partisipatif yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan dapat berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai

permasalahan yang dihadapi di dalam perusahaan dan bagaimana

mencari jalan keluar bersama untuk menyelesaikannya. Para pegawai

di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah

kebijakan organisasi, yang relevan terhadap kedudukan mereka. Para

pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan

berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta

dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

3. Kejujuran

Kejujuran yang dimaksud adalah bagaimana karyawan mampu

menyampaikan isi pikiran mereka dan saling berterus terang sehingga

tidak ada selisih paham serta tidak ada kebohongan diantara karyawan.

Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi dan para pegawai

(46)

mengindahkan apakah mereka berbicara pada teman sejawat, bawahan,

atau atasan.

4. Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan mampu secara terbuka mengkoordinasikan

pekerjaan supaya mulai dari tingkat manajer, penyelia (supervisor),

sampai staf apapun mengenai informasi dapat disebarluaskan dengan

terbuka. Kecuali untuk informasi rahasia, anggota organisasi harus

relatif lebih mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung

dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka

untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau

bagian-bagian lainnya, dan berhubungan luas dengan perusahaan, para

pemimpin, dan rencana-rencana.

5. Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas

Mendengarkan dalam komunikasi ke atas yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan atau staf merasa bahwa informasi yang dimiliki

dianggap penting oleh manajemen sehingga manajemen mau

mendengarkan masukan dari bawahan dengan pikiran yang terbuka.

Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan

saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di

(47)

dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang

cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang

berlawanan.

6. Perhatian Pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi

Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud

adalah personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan

suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas

tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada

anggota organisasi lainnya.

Umpan balik dari komunikasi yang terjalin di PT. Asuransi Jiwa

Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya antara pimpinan dan karyawan

dalam penelitian ini dikategorikan positif dan negatif. Pertanyaan yang

dijawab responden dengan jawaban “Ya” mengarah pada iklim

komunikasi yang positif dan pertanyaan yang dijawab responden dengan

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument

penelitian berupa kuisioner.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Va r iabel

Definisi operasional menjelaskan bagaimana variabel penelitian

dapat diukur atau dioperasionalkan. Penelitian ini difokuskan pada iklim

komunikasi organisasi pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera

Syariah Surabaya.

Iklim komunikasi organisasi merupakan variabel untuk mengetahui

situasi dalam lingkungan kerja di suatu organisasi secara keseluruhan.

Iklim komunikasi organisasi ini dibentuk melalui interaksi yang intens

antar anggota organisasi (seluruh karyawan) dengan lingkungan yang

penuh persahabatan, saling menghargai dan kepercayaan yang tinggi akan

menuju ke arah iklim yang baik dan positif. Iklim juga dibentuk dari

interaksi karyawan dalam mempersepsi aturan, kebijakan, dan nilai yang

(49)

Dalam iklim komunikasi organisasi yang baik adalah yang positif,

yaitu yang terdapat kepercayaan antara atasan dengan bawahan. Karyawan

dapat berkonsultasi dan berkomunikasi serta diikutsertakan dalam

pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan perusahaan yang

berhubungan dengan posisi para karyawan. Terdapat keterusterangan dan

kejujuran diantara sesama karyawan dan mudah menerima segala

informasi yang berhubungan dengan kemampuan karyawan dalam

pekerjaan dan pendapat serta pemikiran karyawan yang dianggap penting

oleh manajemen. Karyawan menunjukkan komitmen terhadap tujuan

berkinerja tinggi dan manajemen menganggap kesejahteraan karyawan

sama pentingnya dengan tujuan perusahaan berkinerja tinggi. Semua ini

merupakan prasyarat untuk komunikasi ke atas dan ke bawah dapat

berjalan efektif (Pace dan Faules, 2005 : 203).

Iklim komunikasi organisasi meliputi persepsi-persepsi mengenai

pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam

organisasi. Dan dalam hal ini variabel iklim komunikasi organisasi dapat

diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Adalah keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan

tindakan yang dikembangkan oleh para personel organisasi.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Atasan terlihat memiliki kepercayaan yang tinggi kepada

(50)

2. Bawahan terlihat memiliki kepercayaan yang tinggi kepada

atasan mereka dalam membimbing pelaksanaan tugas-tugas

bawahan.

3. Kepercayaan karyawan kepada sesama rekan kerja dalam

pelaksanaan tugas-tugas yang harus dikerjakan bersama.

b. Pembuatan Keputusan Partisipatif

Adalah upaya para pegawai di semua tingkatan dalam organisasi untuk

berperan serta dalam proses pembuatan keputusan bersama atau

partisipatif dan penentuan tujuan dengan cara berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah

kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Personel di semua tingkat dalam organisasi berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan

dengan kedudukan mereka.

2. Banyak kesempatan berkomunikasi yang tersedia bagi seluruh

personel untuk berkonsultasi dengan tingkat manajemen yang

berada di atas mereka dalam proses pengambilan keputusan

dan penetapan tujuan organisasi.

3. Dalam menyelesaikan masalah yang terjadi selalu diselesaikan

bersama antara pimpinan dan karyawan atau antar sesama

(51)

c. Kejujuran

Adalah suasana umum yang diliputi keterusterangan sehingga para

karyawan mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka

tanpa mengindahkan apa mereka berbicara kepada teman sejawat,

bawahan, atau atasan sehingga tidak ada selisih paham serta

kebohongan diantara karyawan.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Atasan terlihat memiliki kejujuran yang tinggi kepada bawahan

mereka dalam mebimbing pelaksanaan tugas-tugas bawahan.

2. Bawahan terlihat memiliki kejujuran yang tinggi kepada atasan

dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan mereka.

3. Kebebasan mengutarakan pendapat dan isi hati juga

berlangsung dalam lingkup sesama karyawan untuk mencapai

suasana kerja yang kondusif antar rekan sejawat dan hasil kerja

yang maksimal.

d. Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

Adalah kemudahan bagi anggota organisasi untuk memperoleh

informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu,

yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan

pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan

yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para

(52)

Variabel ini dijabarkan dalam dua indikator, yaitu :

1. Pimpinan mengkomunikasikan secara terbuka setiap informasi

yang didapat mengenai kebijakan-kebijakan baru maupun

mengenai apapun sehubungan pekerjaan kepada karyawannya.

2. Semua personel relatif mudah memperoleh informasi yang

berkaitan langsung dengan pekerjaan mereka, kecuali untuk

informasi rahasia organisasi yang penting.

e. Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas

Adalah upaya personel organisasi di setiap tingkatan dalam organisasi

untuk mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang

dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi,

secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari

bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali

ada petunjuk yang berlawanan.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Atasan mendengarkan secara berkesinambungan dan berpikiran

luas mengenai semua saran atau laporan masalah yang diajukan

oleh personel pada semua tingkat bawahan dalam organisasi.

2. Penerimaan atas usulan yang disampaikan staf atau karyawan

dalam kaitannya keterbukaan dengan atasan, dapat diterima dan

direspon dengan baik oleh pihak pimpinan.

3. Informasi yang diterima dari bawahan dipandang cukup

(53)

f. Perhatian Pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi

Adalah upaya anggota di setiap tingkatan dalam organisasi yang

menunjukkan komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi,

produktivitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan

perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Perhatian yang serius kepada kesejahteraan semua personel penting

bagi manajemen seperti pentingnya tujuan organisasi berkinerja

tinggi.

2. Pimpinan selalu memberikan motivasi, memperhatikan

kesejahteraan dan reward kepada semua karyawan untuk membuat

kinerja meningkat dan loyal kepada perusahaan.

3. Karyawan di semua tingkat dalam organisasi menunjukkan

komitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi (produktivitas tinggi,

kualitas tinggi, biaya rendah).

Umpan balik dari komunikasi yang terjalin di PT. Asuransi Jiwa

Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya antara pimpinan dan bawahan ini

di kategorikan menjadi positif dan negatif. Pertanyaan yang dijawab

responden dengan jawaban “Ya” mengarah pada iklim komunikasi

organisasi positif dan pertanyaan yang dijawab responden dengan jawaban

(54)

Sakala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Skala ini

hanya mengelompokkan peristiwa dalam kategori tertentu. Angka yang

tidak menunjukkan kedudukan suatu kategori terhadap kategori lain

melainkan hanya sekedar kode saja.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah karyawan PT. Asuransi Jiwa Bringin

Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya. Populasi ini merupakan jumlah Unit

Marketing dan Financial Consultant yang bekerja di organisasi PT.

Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya yaitu berjumlah

27 orang. Para karyawan tersebut terkait langsung dengan setiap

kebijakan, sistem, dan budaya organisasi yang ada.

3.3.2 Sampel dan Tek nik Penar ikan Sampel

Perusahaan PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera Syariah

Surabaya memiliki karyawan dalam organisasi tersebut yang akan

dijadikan populasi dalam penelitian ini. Karyawan dalam organisasi ini

yang akan dijadikan populasi terdiri dari Unit Marketing dan Financial

Consultant.

Untuk penentuan sampel menggunakan Non Probability Sampling

dengan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel

(55)

dengan kebutuhan penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan responden

adalah Unit Marketing dan Financial Consultant di PT. Asuransi Jiwa

Bringin Jiwa Sejahtera Syariah Surabaya yang berjumlah 27 orang.

Penulis melakukan perhitungan ukuran sampel ini didasarkan atas populasi

yang ada dalam organisasi di PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera

Syariah Surabaya dan yang berkaitan langsung dengan penelitian tentang

iklim komunikasi organisasi.

3.4 Tek nik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,

penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Jenis Data :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari responden. Dalam hal ini, responden memberikan jawaban

atas pernyataan-pernyataan dalam kuisioner yang telah

disesuaikan peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak

langsung melalui lembaga yang terkait atau perusahaan yang

bersangkutan, dalam hal ini PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa

(56)

perusahaan, struktur organisasi, serta data-data lain yang

berhubungan dengan penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah berupa data internal yaitu data

yang diperoleh dari dalam PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera

Syariah Surabaya.

3. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data primer dan sekunder penulis

menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, yaitu :

a. Kuisioner

Untuk memperoleh data primer penulis juga menggunakan

angket atau kuisioner yang disebarkan kepada responden

dengan harapan akan memperoleh data yang valid dan benar.

b. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data sekunder dipergunakan cara

pencatatan dari dokumen yang berhubungan dengan penelitian

ini. Dalam hal ini adalah data yang berupa arsip perusahaan

yaitu tentang sejarah perusahaan dan struktur organisasi

Gambar

Tabel 4.1 Susunan Kepemilikan

Referensi

Dokumen terkait

Uraian tugas para agen (orang yang mencari nasabah untuk masuk ke asuransi) pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Syariah Medan yaitu : a. Melakukan perencanaan dan pengaturan

PT Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur Medan (BSAM) adalah salah satu perusahaan asuransi kerugian ( general insurance ) yang pada tahun 2008 berada di posisi puncak pada peringkat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi KPP Pratama Surabaya yang didasarkan atas permasalahan yang terjadi, yaitu terjadinya

Syarat dan Prosedur Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa pada PT Prudential Life Assurance Cabang Surabaya .... Permasalahan Terjadinya Penolakan Pengajuan Klaim Assuransi Jiwa pada

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui peran strategi promosi dalam upaya meningkatkan penjualan produk jasa asuransi pada PT Asuransi Bringin Sejahtera Artamakmur (Cabang

Dalam prosedur pengelolaan Premi AJISAKA pada Bringin Life Bandung upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut dengan cara perusahaan menghubungi nasabah yang

Skripsi dengan judul ”Permasalahan Hukum Asuransi Syariah Dan Penyelesaiannya (Studi Kasus wanprestasi Pada Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera 1912 Kantor Unit

Strategi Pemasaran PT Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Cabang Surabaya Pemasaran marketing adalah salah satu dari berbagai kegiatan pokok yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk