• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil kemampuan berpikir geometris siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam menyelesaikan soal soal materi garis garis pada segitiga menurut teori Van Hiele

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil kemampuan berpikir geometris siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam menyelesaikan soal soal materi garis garis pada segitiga menurut teori Van Hiele"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRIS SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN DALAM MENYELESAIKAN

SOAL-SOAL MATERI GARIS-GARIS PADA SEGITIGA MENURUT TEORI VAN HIELE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Eusebia Vercelli Jesee Pertiwi

NIM : 121414081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk:

¤ Bos Gondrong (re: Tuhan Yesus Kristus)

¤ Papa & Mama

¤ Fr. Ishak Jacues Cavin, SJ

¤ Laurente Atmajaya

¤ Tinon Yektami Atmaja

¤ Almamater Universitas Sanata Dharm a

Keep rowing your boat. Read more

Learn more

I believe that many people will be helped by you.

-IJC- Kis 21: 14

“Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami

(5)

v

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

(7)

vii ABSTRAK

Eusebia Vercelli Jesee Pertiwi (2017). Profil Kemampuan Berpikir Geometris Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam Menyelesaikan Soal-Soal Materi Garis-Garis pada Segitiga Menurut Teori Van Hiele. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh materi garis-garis pada segitiga yang dianggap sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir geometris siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam menyelesaikan materi garis-garis pada segitiga menurut teori van Hiele.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan yang berjumlah 33 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2017. Data penelitian dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir geometris siswa yang berupa data kualitatif. Instrumen data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan berpikir geometris dan pedoman wawancara. Data hasil penelitian dianalisis secara kualitatif dengan proses (1) reduksi data, (2) kategorisasi, (3) sintesisasi.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kemampuan berpikir geometris level visualisasi dengan indikator menggambar garis tinggi pada segitiga, 12 siswa (36,36%) memiliki kemampuan tinggi, 13 siswa (39,39%) memiliki kemampuan sedang, dan 8 siswa (24,24%) memiliki kemampuan rendah. Pada kemampuan berpikir geometris level analisis dengan indikator menentukan proyeksi pada segitiga siku-siku, segitiga lancip, dan segitiga tumpul, 0 siswa (0%) memiliki kemampuan tinggi, 6 siswa (18,18%) memiliki kemampuan sedang, dan 27 siswa (81,82%) memiliki kemampuan rendah. Pada kemampuan berpikir geometris level deduksi informal dengan indikator menentukan panjang sisi pada segitiga, kategori kemampuan siswa terbagi sama rata yaitu 11 siswa (33,33%) pada masing-masing kategori. Pada kemampuan berpikir geometris level deduksi dengan indikator menentukan panjang garis tinggi pada segitiga, 30 siswa (90,91%) memiliki kemampuan tinggi, 2 siswa (6,06%) memiliki kemampuan sedang, dan 1 siswa (3,03%) memiliki kemampuan rendah. Sedangkan pada indikator menentukan panjang garis berat pada segitiga, 7 siswa (21,21%) memiliki kemampuan tinggi, 23 siswa (69,70%) memiliki kemampuan sedang, dan 3 siswa (9,09%) memiliki kemampuan rendah.

(8)

viii ABSTRACT

Eusebia Vercelli Jesee Pertiwi (2017). Profile of Geometric Thinking Ability of the VIII Grade Students of SMP Pangudi Luhur Moyudan in Solving Problems in The Topic of Lines on Triangle According to Van Hiele Theory. Undergraduate Thesis of Mathematics Education Study Program, F aculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research background is the topic of lines on triangle which is considered difficult. This research purpose is to describe the geometric thinking ability of the VIII grade students of SMP P angudi Luhur Moyudan in solving problems in the topic of lines on triangle according to Van Hiele theory.

This research is a descritive qualitative research. The subject s of this research are 33 VIII A grade students of SMP P angudi Luhur Moyudan. This research was held on F ebruary to June 2017. The data of this research is qualitative data of geometric thinking ability. The data instrument of this research is geometric thinking ability test and interview. The data’s result of this research were analyzed qualitatively by three steps process (1) data reduction, (2) categorization, (3)syntheses.

Based on the analysis result, this research indicates that visualization level of geometric thimking ability with indicator drawing high line on triangle, there are: 12 students (36,36%) had high ability, 13 students (39,39%) had medium ability, and 8 students (24,24%) had low ability. In analysis level of geometric thinking ability with indicator determining projection of a 90-degree angle triangle, an acute triangle, and an obtuse triangle, there are: 0 students (0%) had high ability, 6 students (18,18%) had medium ability, and 27 students (81,82%) had low ability. In informal deduction level of geometric thinking ability with indicator determining length side on triangle; there are 11 students (33,33%) for each category. In deduction level of geometric thinking ability with indicator determine lenght high line on triangle, there are: 30 students (90,91%) had high ability, 2 students (6,06%) had medium ability, and 1 student (3,03%) had low ability. Whereas, in deduction level of geometric thinking ability with indicator determine lenght weight line on triangle, there are: 7 students (21,21%) had high ability, 23 students (69,70%) had medium ability, and 3 student (9,09%) had low ability.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan kasihNya

penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Berpikir

Geometris Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam Menyelesaikan

Soal-soal Materi Garis-garis pada Segitiga Menurut Teori Van Hiele”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini membutuhkan

waktu yang tidak singkat dan banyak sekali pihak-pihak yang memberikan

dukungan, motivasi, bantuan dalam berbagai macam bentuk sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada berbagai pihak yang turut serta dalam penyusunan skripsi ini

diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan dosen penguji

yang telah memberikan pengarahan dan saran bagi penulis.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pendampingan, pengarahan, dan motivasi hingga berakhirnya

(10)

x

5. Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah

memberikan pengarahan dan saran bagi penulis.

6. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan JPMIPA yang telah berbagi ilmu,

membimbing, dan melayani selama penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak Drs. Yohanes Junianto, selaku Kepala SMP Pangudi Luhur

Moyudan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini.

8. Ibu Ag. Y. Dwi Ambarwati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika

kelas VIII yang telah memberikan ijin, pendampingan, saran, dan

dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.

9. Siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan yang bersedia

bekerjasama sehingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini

berjalan lancar.

10.Kedua orang tuaku Papa Cesarius Jaka Legawa dan Mama Yuvitha

Purwanti yang telah memberikan dukungan dalam bentuk doa, moral,

material, dan nasihat hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Adik-adikku tersayang Fr. Ishak Jacues Cavin, SJ., Laurente Atmajaya,

dan Tinon Yektami Atmaja yang senantiasa mendoakan dan

menyemangati penulis.

12.Sahabat-sahabatku Angela Merici, Steffani Desy, Tiara Puspitasasi,

Marshellina Selly yang selalu mau direpotin penulis.

13.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA...vi

ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Pembatasan Masalah ...4

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...5

F. Batasan Istilah ...6

G. Manfaat Penelitian ...7

H. Sistematika Penulisan ...7

BAB II LANDASAN TEORI ...9

A. Hasil Belajar ...9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Hasil Belajar... 10

B. Kemampuan Berpikir Geometris...11

C. Teori van Hiele ...12

D. Garis-garis pada Segitiga...15

(13)

xiii

2. Teorema Kesebangunan Segitiga... 16

3. Proyeksi Garis pada Segitiga Siku-siku ... 16

4. Garis Tinggi pada Segitiga... 18

5. Garis Berat pada Segitiga... 20

E. Penelitian-penelitian Lain yang Relevan ...24

F. Kerangka Berpikir ...25

BAB III METODE PENELITIAN ...27

A. Jenis Penelitian ...27

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...27

C. Subjek Penelitian ...28

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

H. Validitas dan Reliabilitas...32

1. Validitas ... 32

2. Reliabilitas ... 34

I. Metode/Teknik Analisis Data ...35

1. Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Geometris ... 35

2. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 38

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ...39

1. Tahap Persiapan ... 39

2. Tahap Pelaksanaan ... 40

3. Tahap Analisis Data ... 40

4. Tahap Pembahasan... 41

(14)

xiv

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN

PEMBAHASAN ...42

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...42

1. Tahap Persiapan ... 42

2. Tahap Pengambilan Data Penelitian ... 43

B. Data Penelitian...44

1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris ... 44

2. Wawancara... 45

C. Analisis Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...59

1. Validitas Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Geometris ... 61

2. Reliabilitas Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Geometris ... 61

D. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...62

1. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris secara Kuantitatif ... 62

2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris secara Kualitatif ... 64

E. Pembahasan ...82

F. Keterbatasan Penelitian ...98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...100

A. Kesimpulan ...100

B. Saran ...101

DAFTAR PUSTAKA ...103

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Geometris...30

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ...31

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Tingkat Validitas ...33

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Tingkat Reliabilitas ...35

Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...35

Tabel 3.6 Standar Nilai Hasil Belajar...37

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ...44

Tabel 4.2 Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...44

Tabel 4.3 Deskripsi Jawaban dan Transkrip Wawancara Soal Nomor 1 ...46

Tabel 4.4 Deskripsi Jawaban dan Transkrip Wawancara Soal Nomor 2 ...49

Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban dan Transkrip Wawancara Soal Nomor 3 ...51

Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban dan Transkrip Wawancara Soal Nomor 4 ...53

Tabel 4.7 Deskripsi Jawaban dan Transkrip Wawancara Soal Nomor 5 ...56

Tabel 4.8 Hasil Uji Coba Soal Tes ...60

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi ...61

Tabel 4.10 Standar Nilai Hasil Belajar...62

Tabel 4.11 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris secara Lengkap ...63

Tabel 4.12 Analisis Hasil Tes Kemampuan Visualisasi pada Soal Nomor 1 ...65

Tabel 4.13 Analisis Hasil Tes Kemampuan Analisis pada Soal Nomor 2 ...66

Tabel 4.14 Analisis Hasil Tes Kemampuan Deduksi Informal pada Soal Nomor 3 ...66

Tabel 4.15 Analisis Hasil Tes Kemampuan Deduksi Informal pada Soal Nomor 4 ...66

Tabel 4.16 Analisis Hasil Tes Kemampuan Deduksi Informal pada Soal Nomor 5 ...67

Tabel 4.17 Topik Data Hasil Tes kemampuan Berpikir Geometris ...68

Tabel 4.18 Sintesisasi Data Soal Nomor 1 ...79

Tabel 4.19 Sintesisasi Data Soal Nomor 2 ...79

Tabel 4.20 Sintesisasi Data Soal Nomor 3 ...80

Tabel 4.21 Sintesisasi Data Soal Nomor 4 ...80

(16)

xvi

Gambar 4.1 Bagan Kategorisasi Data Kemampuan Visualisasi ...73

Gambar 4.2 Bagan Kategorisasi Data Kemampuan Analisis ...74

Gambar 4.3 Bagan Kategorisasi Data Kemampuan Deduksi Informal ...75

Gambar 4.4 Bagan Kategorisasi Data Kemampuan Deduksi Nomor 4 ...76

Gambar 4.5 Bagan Kategorisasi Data Kemampuan Deduksi Nomor 5 ...77

Gambar 4.6 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Visualisasi Tinggi S9...82

Gambar 4.7 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Visualisasi Sedang S32...83

Gambar 4.8 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Visualisasi Rendah S29 ...84

Gambar 4.9 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Analisis Sedang S9 ...86

Gambar 4.10 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Analisis Rendah S32...87

Gambar 4.11 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Tinggi S29 ...88

Gambar 4.12 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Sedang S27 ...89

Gambar 4.13 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Rendah S32 ...89

Gambar 4.14 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Tinggi S9 ...91

Gambar 4.15 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Sedang S32 ...91

Gambar 4.16 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Rendah S30 ...92

(17)

xvii

Gambar 4.18 Jawaban Subjek dengan Kemampuan Deduksi Informal Sedang S29 ...95

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A1. Soal Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...106

A2. Pedoman Penskoran Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Geometris...107

A3. Soal Tes Kemampuan Berpikir Geometris...112

A4. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...113

B1. Hasil Validasi Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Geometris...119

B2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris...121

C. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa...122

D1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara...128

D2. Transkrip Wawancara...129

D3. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris ...139

E1. Surat Ijin Penelitian ...154

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia, pendidikan di sekolah menjadi tujuan bagi orang tua

untuk mengarahkan belajar anak mereka agar memperoleh pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai untuk mendorong

perkembangan anak. Hal-hal tersebut akan diperoleh melalui kegiatan

proses belajar-mengajar yang difasilitasi oleh guru. Kegiatan proses

belajar-mengajar di sekolah terbagi dalam beberapa bidang studi yang

dikelompokkan berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada. Bidang studi

tersebut meliputi bahasa, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

matematika, dan keterampilan.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

dipelajari dalam pendidikan di sekolah. Menurut NCTM (Van de Walle

2008: 4), matematika memiliki lima standar isi, yaitu bilangan dan

operasinya, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas.

Semua topik yang dipelajari dalam matematika berkaitan erat dengan

kemampuan bernalar, pemahaman konsep, dan berhitung. Untuk mencapai

kompetensi dalam mengikuti pembelajaran matematika siswa harus

mampu memahami konsep dari materi yang diberikan oleh guru.

Kemampuan berpikir siswa sangat diperlukan untuk membangun

(20)

Kemampuan siswa dalam memahami materi sebelumnya akan

mempengaruhi proses belajar siswa pada tahap berikutnya.

Safrina (2014: 9) menyebutkan bahwa geometri adalah cabang

matematika yang diajarkan dengan tujuan agar siswa dapat memahami

sifat-sifat dan hubungan antar unsur geometri serta dapat menjadi pemecah

masalah yang baik. Pengenalan geometri tentang titik, garis, bidang, dan

ruang sebenarnya telah diperkenalkan sejak siswa masuk sekolah dasar.

Bahkan bentuk-bentuk dari geometri banyak ditemui dalam kehidupan

sehari-hari, baik itu dalam bentuk bangun datar maupun bangun ruang.

Garis-garis pada segitiga merupakan salah satu materi geometri

yang dipelajari di kelas VIII SMP. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti kepada guru matematika di SMP Pangudi Luhur

Moyudan, materi garis-garis pada segitiga menjadi salah satu materi yang

dianggap sulit. Kesulitan tersebut meliputi dimana siswa harus

benar-benar memahami unsur-unsur yang dimiliki bangun segitiga untuk bisa

menentukan garis-garis pada segitiga. Pemahaman siswa terhadap

unsur-unsur yang dimiliki bangun geometri sangat berkaitan dengan kemampuan

berpikir geometris siswa.

Fuys (1988: 12) menyatakan bahwa untuk membantu siswa

melewati tahap berpikir dari suatu tahap ketahap berikutnya dalam belajar

geometri diperlukan pengalaman belajar yang sesuai dengan tahapan

(21)

3

dengan lainnya pastilah berbeda. Kemampuan berpikir geometris yang

dimiliki siswa sangat mempengaruhi sejauhmana pemahaman siswa akan

materi yang telah diajarkan dan untuk lanjut pada pemahaman yang lebih

tinggi. Pengetahuan mengenai tahapan perkembangan berpikir dan

keterampilan dasar geometri siswa, dapat memberikan referensi kepada

seorang pengajar untuk mengambil keputusan dalam memilih model dan

media pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Salah satu teori yang

mendeskripsikan tentang perkembangan belajar matematika khususnya

materi geometri adalah teori berpikir van Hiele.

Menurut Van de Walle (2008: 151), teori van Hiele dikembangkan

untuk membantu proses berpikir siswa dalam belajar geometri. Siswa akan

melalui lima level van Hiele yaitu level 1 (visualisasi), level 2 (analisis),

level 3 (deduksi informal), level 4 (deduksi), dan level 5 (rigor). Setiap

level tersebut mendeskripsikan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa

dalam geometri, khususnya pada penelitian ini adalah materi garis-garis

pada segitiga. Identifikasi keterampilan dasar geometri siswa ditinjau dari

level kemampuan berpikir van Hiele bisa dijadikan alternatif pengetahuan

dalam melakukan proses belajar mengajar matematika, khususnya dalam

pembelajaran geometri.

SMP Pangudi Luhur Moyudan merupakan sekolah swasta di

bawah yayasan Pangudi Luhur. Sebelum diadakan penelitian ini, peneliti

(22)

rangka Pengalaman Praktik Lapangan (PPL). Peneliti memilih SMP

Pangudi Luhur Moyudan karena SMP ini merupakan salah satu SMP yang

mengajarkan tentang materi garis-garis pada segitiga dibahas dengan lebih

mendalam pada satu pokok bahasan penuh. Pada beberapa sekolah SMP

yang menggunakan kurikulum 2006 tidak banyak yang mengulang materi

garis-garis segitiga pada kelas VIII lebih mendalam. Oleh karena itu,

peneliti memilih SMP Pangudi Luhur Moyudan sebagai tempat penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti

ingin melakukan penelitian dengan judul “Profil Kemampuan Berpikir

Geometris Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam

Menyelesaikan Soal-soal Materi Garis-garis pada Segitiga Menurut Teori

van Hiele”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ditemukan

beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Materi garis-garis pada segitiga yang dianggap sulit.

2. Kemampuan berpikir siswa dalam memahami materi sebelumnya

akan mempengaruhi proses belajar siswa pada tahap berikutnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memberikan

(23)

5

1. Standar kompetensi pada penelitian ini adalah menentukan proyeksi

suatu garis, garis tinggi, dan garis berat pada segitiga.

2. Kompetensi dasar pada penelitian ini adalah menentukan proyeksi

suatu garis pada segitiga, menggambar dan menghitung panjang garis

tinggi pada segitiga, dan menggambar serta menghitung panjang garis

berat pada segitiga.

3. Kemampuan berpikir siswa dilihat dari hasil belajar dalam bentuk

pemberian tes pada materi garis-garis pada segitiga.

4. Penelitian ini hanya membahas mengenai kemampuan berpikir

geometris menurut teori van Hiele pada materi garis-garis pada

segitiga siswa kelas VIII A Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

kemampuan berpikir geometris siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur

Moyudan dalam menyelesaikan soal-soal materi garis-garis pada segitiga

menurut teori van Hiele?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan

berpikir geometris siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan dalam

menyelesaikan soal-soal materi garis-garis pada segitiga menurut teori van

(24)

F. Batasan Istilah

1. Kemampuan Berpikir Geometris

Kemampuan berpikir geometris merupakan kemampuan yang

dimiliki seseorang dalam memproses atau mencermati sifat-sifat garis,

sudut, bidang, dan ruang serta penggambaran dan keterkaitannya di

dalam pikiran.

2. Teori van Hiele

Teori van Hiele merupakan teori yang menjelaskan tentang

perkembangan proses berpikir siswa dalam geometri. Dalam proses

berpikir tersebut siswa akan melalui lima tingkatan dalam berpikir

yaitu level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi informal),

level 3 (deduksi), dan level 4 (rigor).

3. Garis-garis pada Segitiga

Garis-garis pada segitiga adalah salah satu pokok bahasan dari

cabang ilmu matematika yang diajarkan pada siswa SMP. Garis-garis

pada segitiga mempelajari tentang unsur-unsur yang terdapat pada

segitiga, seperti garis tinggi dan garis berat, cara melukis garis tinggi

dan garis berat, dan menentukan panjang garis tinggi dan garis berat..

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh melalui

adanya kegiatan belajar yang telah dilakukan baik dalam ranah

(25)

7

diukur hanya pada ranah kognitif yaitu kemampuan berpikir geometris

siswa.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Memberi informasi bagi guru dalam mengetahui sejauhmana

kemampuan berpikir geometris siswa sehingga dapat menjadi referensi

bagi guru dalam merancang pembelajaran matematika khususnya

materi garis-garis pada segitiga.

2. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini, siswa dapat mengetahui kemampuan

berpikir geometris yang dimiliki oleh masing-masing dan mendorong

siswa untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan/permasalahan

matematika khususnya geometri.

3. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam

menentukan tingkatan kemampuan berpikir geometris siswa.

Menjadikan bekal bagi peneliti sebagai calon guru dalam memahami

kemampuan berpikir siswa khususnya pada materi geometri.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi

(26)

Bab I pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II landasan teori, bab ini berisi tentang dasar-dasar teori

mengenai belajar, hasil belajar, teori van Hiele, materi garis-garis pada

segitiga, penelitian-penelitian lain yang relevan, dan kerangka berpikir.

Bab III metodologi penelitian, bab ini berisi tentang jenis

penelitian yang digunakan, waktu dan tempat penelitian, bentuk data

penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan

reliabilitas, dan teknik analisis data penelitian.

Bab IV pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, analisis data, dan

pembahasan. Pada bab ini berisi deskripsi pelaksanaan penelitian, hasil

penelitian, analisis data penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan

keterbatasan penelitian.

Bab V penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Winkel (2009: 59), belajar adalah aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat

relatif konstan dan berbekas.

Menurut Hamzah (2008: 23) belajar adalah perubahan tingkah

laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil

dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Djamarah (2011: 13), belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Slameto (Djamarah 2011: 13), belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

(28)

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pengertian belajar tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku dalam bidang

kognitif, afektif, dan psikomotorik karena adanya interaksi dengan

lingkungan sekitar. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif dan

berbekas.

2. Hasil Belajar

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat perubahan

tingkah laku dalam proses belajar yang berupa hasil belajar. Menurut

Djamarah (2002: 141), hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi

sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu.

Menurut Paul Suparno (Sardiman, 1986: 38), hasil belajar

dipengaruhi oleh pengalaman subjek dengan dunia fisik dan

lingkungannya, serta tergantung pada apa yang telah diketahui, si

subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi

dengan bahan yang sedang dipelajari.

Berdasarkan uraian para tokoh tentang hasil belajar, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang

diperoleh melalui adanya kegiatan belajar yang telah dilakukan baik

(29)

11

kemampuan berpikir geometris siswa akan dilihat dari hasil belajar

pada ranah kognitif.

B. Kemampuan Berpikir Geometris

Menurut Suwarsono (1998: 26), kegiatan berpikir diartikan sebagai

kegiatan memproses atau mencermati suatu bahan berupa informasi,

pertanyaan/masalah atau hal lain, di dalam kepala, dalam rangka untuk

mencapai sesuatu tujuan tertentu. Tujuan tertentu yang dicapai dapat

berupa pemahaman tentang informasi yang dihadapi, jawaban atau

pemecahan atas pertanyaan atau masalah yang dihadapi, atau kesimpulan

tentang apa yang dihadapi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan geometri

sebagai cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut,

bidang, dan ruang. Sedangkan menurut Van de Walle (2008: 150)

pemahaman ruang meliputi kemampuan dalam penggambaran objek

dalam pikiran dan hubungan keterkaitan ruang untuk memutar

benda-benda di dalam pikiran.

Berdasarkan penjabaran dari beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwa kemampuan berpikir geometris merupakan kemampuan yang

dimiliki seseorang dalam memproses atau mencermati sifat-sifat garis,

sudut, bidang, dan ruang serta penggambaran dan keterkaitannya di dalam

(30)

C. Teori van Hiele

Teori van Hiele dikemukakan oleh seorang peneliti dan pendidik

berkebangsaan Belanda Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof.

Mereka memiliki pengalaman pribadi tentang kesulitan yang dimiliki

siswa dalam belajar geometris. Teori Van Hiele berasal dari tesis mereka

di Universitas Utrecht pada tahun 1957 (Van de Walle 2008: 151). Teori

van Hiele merupakan teori yang menjelaskan tentang perkembangan

proses berpikir siswa dalam geometris. Menurut teori van Hiele, ada lima

tingkat pemikiran atau pemahaman dalam geometris yaitu:

a. Level 0 (Visualisasi)

Fuys (1988: 5) mendeskripsikan level 0 sebagai “The student

identifies, names, compares and operates on geometrisc figures (e.g.,

triangles, angles, intersecting or parallel lines) according to their

appearance. Pada tahap awal ini, siswa mampu mengidentifikasi,

memberi nama, dan membandingkan dalam bentuk geometri

(misalkan segitiga, sudut, berpotongan atau garis sejajar) menurut

yang kelihatan pada bentuk tersebut. Gambar geometri digambarkan

sebagai sebuah penampilan fisik gambar geometri, bukan bagian atau

sifat-sifat dari gambar geometri. Dideskripsikan pula oleh Fuys (1988:

58) bahwa kemampuan siswa pada tingkat ini masih pada tahap

belajar kosakata geometri, dapat mengidentifikasi bentuk tertentu,

membuat gambar, dan dapat mereproduksi bentuk itu. Contohnya,

(31)

13

dan segitiga tumpul dan menamai segitiga tersebut menggunakan

bahasa baku.

b. Level 1 (Analisis)

Fuys (1988: 5) mendeskripsikan level 1 sebagai “The student

analyzes figures in terms of their components and relationships

among components and discovers properties/rules of a class of shapes

empirically (e.g., by folding, measuring, using a grid or diagram)”.

Pada level 1, siswa mampu menganalisis bentuk geometri dari

komponen dan hubungan antara komponen dalam bentuk tersebut dan

menemukan sifat sesuai kenyataan kelompok dari bentuk (misalkan

dengan melipat, mengukur, menggunakan diagram). Melalui observasi

dan eksperimen siswa mulai membedakan karakteristik bangun. Siswa

dapat menyebutkan sifat-sifat yang muncul seperti klasifikasi sudut

(siku-siku, tumpul, lancip), sejajar dan tegak lurus, dan konsep dari

ruas garis dan sudut yang sama dan sebangun. Dengan demikian

gambar dapat dikategorikan berdasarkan kesamaan sifat-sifat yang

dimiliki. Meskipun demikian, siswa belum sepenuhnya dapat

menjelaskan hubungan antara sifat-sifat tersebut, belum dapat melihat

hubungan antara beberapa bangun geometri dan definisi tidak dapat

dipahami oleh siswa. Contohnya, siswa dapat menentukan proyeksi

(32)

c. Level 2 (Deduksi Informal)

Fuys (1988: 5) mendeskripsikan level 2 sebagai “The student

logically interrelates previously discovered properties/ rules by giving

or following informal arguments”. Tahap ini juga dikenal dengan

tahap abstrak, tahap teoritik, dan tahap keterkaitan. Pada tahap ini,

siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun

geometri. Sedangkan Van de Walle (2008: 153) mendefinisikan level

ini sebagai kemampuan siswa dalam membuat definisi abstrak,

menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakan

deduksi informal, dan dapat mengklasifikasikan bangun-bangun

secara hirarki. Contohnya, siswa mampu mengidentifikasi dan

menyebutkan hal-hal yang menyebabkan dua segitiga dikatakan

sebangun.

d. Level 3 (Deduksi)

Fuys (1988: 5) mendeskripsikan level 3 sebagai “The student

proves theorems deductively and establishes interrelationships among

networks of theorems”. Level ini juga dikenal dengan tahap deduksi

formal. Pada level ini siswa dapat membuktikan teorema dan

hubungan timbal-balik dari teorema yang telah terbukti, tidak hanya

sekedar menerima bukti. Siswa dapat menyusun teorema berdasarkan

aksioma dan definisi yang telah diketahui siswa. Pada level ini siswa

(33)

15

Contohnya, siswa dapat menentukan panjang garis tinggi dengan

menggunakan teorema Pythagoras.

e. Level 4 (Rigor)

Fuys (1988: 5) mendeskripsikan level 4 sebagai “The student

establishes theorems in different postulational systems and

analyzes/compares these systems”. Pada tahap ini siswa bernalar

secara formal dalam sistem matematika dan dapat menganalisis

konsekuensi dari manipulasi aksioma dan definisi. Saling keterkaitan

antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi, teorema, dan

pembuktian formal dapat dipahami. Hasil pemikiran pada level ini

berupa perbandingan dan perbedaan diantara berbagai sistem-sistem

geometri dasar. Pada pendidikan sekolah menengah kemampuan siswa

belum mencapai pada level rigor, hal ini dikemukakan oleh Van de

Walle (2008: 154) bahwa level ini merupakan tingkatan bagi

mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai

cabang ilmu matematika.

D. Garis-garis pada Segitiga

Garis-garis pada segitiga meliputi garis tinggi, garis bagi, dan garis

berat. Pada pembelajaran dikelas VIII SMP dipelajari lebih dalam tentang

garis tinggi dan garis berat.

1. Proyeksi Suatu Garis

Proyeksi suatu garis adalah pembentukan bayangan suatu garis

(34)

bidang, dengan syarat garis hubung titik dan titik hasil proyeksinya

harus tegak lurus dengan bidang tersebut (Adinawan, 2005: 158).

2. Teorema Kesebangunan Segitiga

Pada dua bangun segitiga berlaku :

a. Jika sisi-sisi yang bersesuaian sebanding, maka kedua segitiga itu

sebangun.

b. Jika sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, maka kedua

segitiga itu sebangun.

3. Proyeksi Garis pada Segitiga Siku-siku

a. Adinawan (2005: 161-163), untuk menentukan panjang sisi pada

segitiga siku-siku adalah sebagai berikut:

1) BD adalah proyeksi AB pada BC

Gambar 2.1

Misalkan BD adalah proyeksi AB pada BC, sehingga

m m (berimpit)

m m (= 90 )

(35)

17

Jadi, dan sebangun ( ), sehingga

berlaku:

2) CD adalah proyeksi AC pada BC

Gambar 2.2

Misalkan CD adalah proyeksi AC pada BC, sehingga

m m (berimpit)

m m (= 90 )

m m (= 90 )

Jadi, dan sebangun ( ), sehingga

berlaku:

(36)

Gambar 2.3

Misalkan AD adalah proyeksi AB pada BC, sehingga

m m (= 90 )

m m (= 90 )

m m (= 90 )

Jadi, dan sebangun ( ), sehingga

berlaku:

4. Garis Tinggi pada Segitiga

Garis tinggi pada segitiga adalah garis yang ditarik dari sudut

segitiga dan tegak lurus terhadap sisi yang ada di hadapan sudut

segitiga tersebut (Agus, 2008: 109).

a. Melukis Garis Tinggi pada Segitiga

Langkah-langkah melukis garis tinggi pada segitiga:

(37)

19

2) Buat garis busur dari titik sudut C dan memotong garis AB

didua titik (misalkan titik P dan titik Q).

3) Buat garis busur dari titik P.

4) Buat garis busur dari titik Q dan memotong busur dari titik P

(misalkan R adalah titik potong kedua tali busur).

5) Hubungkan titik C dengan titik R, sehingga garis CR

memotong garis AB (misalkan titik S).

6) CS merupakan garis tinggi dari titik sudut C.

Gambar 2.4

b. Menghitung Ruas Garis Tinggi pada Segitiga

Garis tinggi segitiga dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus luas suatu segitiga. Namun, rumus tersebut dapat digunakan

jika luas dan alas dari segitiga diketahui. Selain menggunakan

rumus luas segitiga, tinggi segitiga dapat ditentukan jika panjang

(38)

Pada berikut, , , , adalah

garis tinggi ke sisi a, adalah garis tinggi ke sisi b, adalah

garis tinggi ke sisi c.

Gambar 2.5

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk

menentukan tinggi suatu segitiga apabila diketahui panjang ketiga

sisi segitiga:

Dengan keliling segitiga

Rumus tinggi segitiga tersebut merupakan rumus yang didapatkan

dari substitusi rumus keliling segitiga, rumus proyeksi, dan dalil

Phytagoras (Adinawan, 2005: 173).

5. Garis Berat pada Segitiga

a. Melukis Garis Berat Pada Segitiga

Langkah-langkah melukis garis berat dari titik sudut A:

(39)

21

2) Buat garis busur dari titik sudut B dan memotong garis BC,

diperoleh perpotongan kedua tali busur (misalkan P dan Q

adalah titik potong kedua tali busur).

3) Hubungkan titik P dan titik Q, garis P Q akan memotong garis

BC (misalkan titik R).

4) Hubungkan titik A dengan titik R.

5) Garis AR merupakan garis berat dari titik sudut A.

Gambar 2. 6

b. Dalil Stewart

(40)

Pada gambar 2.7 ruas garis CE merupakan garis tinggi.

merupakan segitiga tumpul dengan sudut tumpul di D.

Dengan demikian, maka berlaku rumus proyeksi sebagai berikut:

... (1)

merupakan segitiga lancip, maka berlaku rumus proyeksi

sebagai berikut:

... (2)

Dari persamaan (1) dikalikan dengan dan persamaan (2)

dikalikan dengan untuk mengeliminasi , sehingga diperoleh:

c. Menghitung Garis Berat Pada Segitiga

Pada gambar berikut, ruas garis CD merupakan garis berat.

Karena CD garis berat, maka .

+

(41)

23

c

Gambar 2.8

Dengan menggunakan Dalil Stewart, akan didapatkan rumus garis

berat.

Dalil Stewart:

(karena )

� ( ) ( ) ( ) ( )

� √

a b

(42)

E. Penelitian-penelitian Lain yang Relevan

Beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitia ini adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Misri dan Achmad Iqbal

Zhumni (2013) dengan judul Pengaruh Tingkat Berpikir Geometris

(Teori Van Hiele) terhadap Kemampuan Berpikir Siswa dalam

Mengerjakan Soal pada Materi Garis dan Sudut. Penelitian ini

menggunakan penelitian kuantitatif dengan one-shot casestudy. Teknik

pengumpulan data menggunakan tes yang berupa tes essay. Penelitian

dilakukan di kelas VII SMP Negeri 1 Ciledug dengan jumlah sampel

sebanyak 40 siswa. Hasil dari penelitian ini, tingkat berpikir geometris

siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

siswa dalam mengerjakan soal garis dan sudut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aisia U. Sofyana dan Prof. Dr. Mega

T. Budiarto, M. Pd. (2013) dengan judul Profil Keterampilan

Geometris Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Geometris

Berdasarkan Level Perkembangan Berfikir Van Hiele. Pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian tes

keterampilan geometris kepada 6 siswa SMPN 26 Surabaya. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa siswa pada level 0 dapat memberi

nama dan mengenali bentuk dengan penampilan bangun (keterampilan

visual), tapi tidak dapat secara spesifik mengidentifikasi sifat-sifat

(43)

25

karakteristik, namun tidak menggunakannya untuk pengakuan dan

penyortiran (keterampilan logika). Sedangkan siswa pada level 1 sudah

dapat menganalisis suatu konsep dan peoperties-nya serta dapat

menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan

(keterampilan visual), pengukuran, eksperimen (keterampilan terapan),

menggambar dan membuat model (keterampilan menggambar).

Namun, siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara

sifat-sifat tersebut (keterampilan logika) dan belum dapat memahami

definisi (keterampilan verbal). Selanjutnya siswa pada level 2 sudah

dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometris dan

sifat-sifat antara beberapa bangun geometris (keterampilan logika).

Siswa dapat membuat definisi abstrak (keterampilan verbal),

menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakan

deduksi informal (keterampilan terapan), dan dapat mengklasifikasikan

bangunbangun secara hirarki (keterampilan visual).

F. Kerangka Berpikir

Garis-garis pada segitiga merupakan pembelajaran geometri pada

pemahaman konsep bangun segitiga yang dipelajari di kelas VIII SMP.

Materi tersebut dianggap sebagai materi yang sulit bagi siswa karena

dalam materi tersebut mempelajari konsep-konsep dasar yang saling

berkaitan. Dalam mempelajari geometri ini siswa akan melalui

tingkatan-tingkatan berpikir yang berurutan. Oleh karena itu, pemahaman siswa pada

(44)

untuk mempelajari materi selanjutnya. Salah satu teori yang

mendeskripsikan tentang kemampuan berpikir geometris adalah teori van

Hiele. Teori van Hiele mendeskripsikan kemampuan berpikir geometris

melalui tahapan tingkat berpikir, yaitu: visualisasi (level 0), analisis (level

1), deduksi informal (level 2), deduksi (level 3), dan rigor (level 4).

Peneliti akan membuat soal berdasarkan tingkatan kemampuan

berpikir geometris menurut van Hiele dengan tujuan untuk mengetahui

sejauhmana kemampuan berpikir geometris siswa berada. Soal tersebut

diberikan kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran tentang

garis-garis pada segitiga. Selain disesuaikan dengan dekripsi tingkatan berpikir

yang dikemukakan oleh van Hiele, soal tersebut disesuaikan dengan materi

yang telah dipelajari siswa.

Hasil belajar siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh

peneliti dapat mendeskripsikan kemampuan berpikir masing-masing

siswa. Melalui penelitian ini, peneliti akan melihat sejauhmana

kemampuan berpikir geometris menurut teori van Hiele khususnya pada

materi garis-garis pada segitiga.

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti akan melihat

kemampuan siswa dalam berpikir geometris menurut teori van Hiele di

(45)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif,

karena peneliti akan mendeskripsikan kemampuan berpikir geometriss

yang dimiliki oleh siswa berdasarkan teori yang dikemukakan oleh van

Hiele. Menurut Kountour (2003: 105), penelitian deskriptif adalah jenis

penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan

sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.

Menurut Rahardjo (Manab, 2015: 4), penelitian kualitatif merupakan

aktivitas ilmiah untuk mengumpulkan data secara sistematik,

mengurutkannya sesuai kategori tertentu, mendeskripsikan dan

menginterpretasikan data yang diperoleh dari wawancara atau percakapan

biasa, observasi, dan dokumentasi. Menurut Manab (2015: 5), tujuan dari

penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman yang

mendalam tentang perilaku, proses interaksi, makna suatu tindakan, nilai,

pengalaman individu atau kelompok, yang semuanya berlangsung dalam

latar alami.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Pengambilan data penelitian berlangsung pada semester genap

(46)

ujicoba instrumen dan tes kemampuan berpikir geometris dilaksanakan

pada bulan Mei 2017.

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Moyudan

yang beralamat di Dusun Mergan, Desa Sumberagung, Kecamatan

Moyudan pada tahun ajaran 2016/2017.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII

A SMP Pangudi Luhur Moyudan semester genap tahun ajaran 2016/2017.

Banyak subjek yang akan diteliti adalah 33 siswa.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian dari penelitian ini adalah kemampuan berpikir

geometris siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran

2016/2017.

E. Bentuk Data Penelitian

Bentuk data dalam penelitian ini dalah data kemampuan berpikir

geometris siswa yang berupa data kualitatif. Data hasil belajar siswa ini

hanya diukur pada ranah kognitif. Data tersebut diperoleh dari hasil

belajar siswa setelah mempelajari dan mengerjakan soal-soal tentang

garis-garis pada segitiga. Dari hasil pekerjaan siswa tersebut akan dilihat

(47)

29

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes dan wawancara.

1. Tes

Menurut Arikunto (2013: 67) tes merupakan alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir

geometris. Tes dilakukan setelah siswa mendapatkan pembelajaran

tentang materi garis-garis pada segitiga.

2. Wawancara

Menurut Nazir (2005: 193) wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara

dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dalam

penelitian ini dilakukan untuk mendukung atau menguatkan data yang

telah diambil dalam penelitian ini. Proses wawancara dilakukan secara

langsung dan ditujukan kepada siswa yang terlibat dalam proses

penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Berdasarkan metode pengumpulan data maka disusun beberapa

(48)

1. Peneliti

Basrowi & Suwandi (2008: 173) mengemukakan bahwa dalam

penelitian kualitatif seorang peneliti merupakan instrumen atau alat

penelitian karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses

penelitian. Peran peneliti sebagai instrumen penelitian yaitu perencana,

pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan menjadi

pelapor hasil penelitian.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Geometris

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Geometris

Level Kemampuan

Berpikir Geometriss Indikator

Nomor Soal

Level 0: Visualisasi Mengambar garis tinggi pada segitiga

1

Level 1: Analisis

Menentukan proyeksi pada segitiga siku-siku, segitiga lancip, dan segitiga tumpul.

2

Level 2: Deduksi Informal

Menentukan panjang sisi pada segitiga siku-siku. Menentukan panjang ruas garis tinggi pada segitiga. Menentukan panjang ruas garis berat pada segitiga.

3

4

5

Sebelum soal tes kemampuan berpikir geometris

digunakan dalam penelitian ini, maka soal tersebut akan

diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari soal.

b. Pedoman Wawancara

Wawancara ini dilaksanakan setelah siswa mengerjakan tes

(49)

31

dilakukan untuk mengkonfirmasi jawaban siswa pada tes

kemampuan berpikir geometris.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Aspek yang Diukur Pertanyaan 1. Kemampuan siswa dalam merupakan garis tinggi dari titik sudut C? 2. Kemampuan siswa

menganalisis gambar geometri (berpotongan, tegak lurus, sejajar) materi garis-garis pada segitiga. merupakan proyeksi dari garis BA terhadap garis BD?

3. Kemampuan siswa dalam menggunakan sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri.

7. Pada gambar ini

Segitiga manakah yang sebangun?

(50)

No. Aspek yang Diukur Pertanyaan dan dalil. 10.Teorema/dalil apa yang

kamu gunakan untuk mengerjakan soal nomor 4?

11.Mengapa kamu menggunakan

teorema/dalil tersebut? 12.Ruas garis manakah yang

merupakan garis berat dari titik sudut J? 13.Teorema/dalil apa yang

kamu gunakan untuk mengerjakan soal nomor 5?

14.Mengapa kamu menggunakan

teorema/dalil tersebut?

H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Menurut Azwar (2014: 173), validitas berasal dari kata validity

yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk

mengetahui validitas instrumen tes dapat menggunakan rumus

korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

∑ ∑ ∑

(51)

33

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

= banyaknya siswa yang mengikuti tes

= skor aitem tiap nomor

= jumlah skor total

Kriteria Koefisien Korelasi menurut Arikunto (2013:89)

adalah:

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Tingkat Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0.80 < ≤ 1.00 Sangat tinggi

0.60 < ≤ 0.80 Tinggi

0.40 < ≤ 0.60 Cukup

0.20 < ≤ 0.40 Rendah

0.00 < ≤ 0.20 Sangat rendah

Penafsiran terhadap koefisien validitas dipakai tabel harga

kritik r dalam statistika dan diambil taraf signifikasi 0,05. Jika

lebih besar atau sama dengan r tabel maka korelasi antara item soal

dengan skor total tersebut valid, sebaliknya jika lebih kecil dari r

tabel maka korelasi antara item soal dengan skor total soal tersebut

(52)

2. Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability (Azwar, 2014:

173). Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah

pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Untuk memperoleh reliabilitas tes bentuk uraian digunakan

rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2013 : 122-123).

Dimana ∑ ∑

dan ∑

Keterangan:

= koefisien reliabilitas instrumen

n = jumlah semua item

∑ = jumlah varians skor tiap item

= varians skor total

= skor tiap item

= skor total

= banyaknya siswa yang mengikuti tes

Langkah selanjutnya adalah menafsirkan koefisien reliabilitas.

Penafsiran koefisien reliabilitas yaitu dengan membanding nilai r11

(53)

35

dari nilai pada rtabel, maka bisa dikatakan bahwa soal tersebut reliabel

atau memiliki tingkat kepercayaan.

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Tingkat Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0.80 < ≤ 1.00 Sangat tinggi

1. Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Geometris

Data tes kemampuan berpikir geometris diperoleh dari hasil tes

yang telah dikerjakan oleh siswa. Tes kemampuan berpikir geometris

terdiri dari lima butir soal yang masing-masing butir mendeskripsikan

level-level kemampuan berpikir geometris menurut teori van Hiele.

berikut ini disajikan pedoman penilaian tes kemampuan berpikir

geometris:

Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Geometris

(54)
(55)

37

Dari nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan interpretasi

standar nilai yang telah dimodifikasi oleh peneliti, sebagai berikut:

Tabel 3.6 Standar Nilai Hasil Belajar

(56)

2. Teknik Analisis Data Kualitatif

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.”

Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 248)

Menurut Moleong (2007: 288) proses analisis data terdiri dari

bagian-bagian sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses identifikasi setiap data.

Pada mulanya data-data yang diperoleh selama penelitian

diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang

ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan

masalah penelitian.

b. Kategorisasi

Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap data ke

dalam bagian yang memiliki kesamaan. Kemudian

bagian-bagian yang telah dikategorikan diberi nama/label.

c. Sintesisasi

Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori

dengan kategori lainnya. Kaitan satu kategori dengan kategori

(57)

39

Dalam penelitian ini semua data yang diperoleh kemudian

direduksi untuk menentukan data mana saja yang dapat membantu

peneliti dalam menjawab masalah penelitian. kemudian proses

selanjutnya adalah menyusun kategori-kategori berdasarkan

jawaban subjek pada tes kemampuan berpikir geometris.

Pengkategorian data dilakukan berdasarkan indikator-indikator

yang telah dicapai masing-masing subjek penelitian. Selanjutnya

dari kategori-kategori data yang ada, peneliti melakukan

sintesisasi data. Sintesisasi data ini dilakukan untuk melihat kaitan

dari masing-masing kategori yang telah disusun, kemudian peneliti

mengelompokkan kategori yang ada dalam tiga kemampuan yaiitu

tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil sintesisasi data yang

diperoleh kemudian peneliti dapat melakukan penarikan

kesimpulan dari hasil analisis.

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan 1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan Proposal

Proposal ini terdiri dari 3 bab, yaitu latar belakang,

landasan teori, dan metodologi penelitian. penyusunan proposal ini

sebagai dasar dan langkah awal bagi peneliti sebelum

melaksanakan penelitian lebih lanjut.

(58)

Peneliti membuat surat ijin penelitian dari kampus yang

ditujukan kepada Kepala SMP Pangudi Luhur Moyudan. Surat ini

sebagai permohonan bagi peneliti untuk dapat melaksanakan

penelitian di sekolah tersebut.

c. Pembuatan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menyusun instrumen tes

kemampuan berpikir geometris dan kisi-kisi wawancara. Kedua

instrumen tersebut kemudian divalidasi oleh pakar/ahli yaitu dosen

pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. Setelah

dianggap layak untuk digunakan kemudian peneliti melakukan uji

coba instrumen. Uji coba dilakukan untuk melihat kevalidan dan

reliabel dari instrumen yang telah dibuat untuk digunakan dalam

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti memberikan tes

kemampuan berpikir geometris kepada subjek penelitian yaitu

siswa-siswi kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan. Setelah siswa

mengerjakan tes kemampuan berpikir geometris, peneliti kemudian

melaksanakan wawancara kepada beberapa siswa.

3. Tahap Analisis Data

Setelah diperoleh data selama pelaksanaan penelitian kemudian

peneliti mengolah dan menganalisis data. Data peneliian dianalisis

(59)

41

4. Tahap Pembahasan

Tahap pembahasan ini merupakan tahap mendeskripsikan hasil

analisis data yang telah diperoleh. Dari tahap ini dapat terlihat

sejauhmana kemampian berpikir geometris subjek pada

masing-masing level.

5. Tahap Penarikan Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan maka tahap

penelitian yang terakhir ialah penarikan kesimpulan. Kesimpulan ini

merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ada dalam penelitian

ini yaitu mendeskripsikan kemampuan berpikir geometris menurut

(60)

42 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Deskripsi pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap yaitu tahap

persiapan dan tahap pengambilan data yang dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang pertama peneliti lakukan adalah

membuat proposal penelitian. Selanjutnya, peneliti membuat surat ijin

penelitian dari kampus yang akan ditujukan kepada Kepala SMP

Pangudi Luhur Moyudan. Pada tanggal 2 Februari 2017 peneliti datang

ke sekolah untuk meminta ijin penelitian kepada Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah memberikan ijin dan peneliti diminta untuk

menghubungi guru mata pelajaran matematika. Pada hari yang sama

peneliti menemui guru mata pelajaran matematika kelas VIII untuk

membicarakan tentang penelitian ini dan merencanakan pelaksanaan

penelitian. Tahap persiapan lain yang peneliti lakukan adalah membuat

instrumen penelitian. Instrumen penelitian tersebut meliputi instrumen

untuk mengukur kemampuan berpikir geometris. Instrumen ini telah

dikonsultasikan oleh pakar yaitu dosen pembimbing dan guru

(61)

43

2. Tahap Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data penelitian diawali dengan wawancara guru

matematika kelas VIII pada tanggal 2 Februari 2017. Wawancara ini

mengenai pengalaman guru selama mengajarkan materi garis-garis

pada segitiga dan kesulitan yang sering dihadapi oleh siswa pada

materi tersebut.

Kegiatan pengambilan data berlanjut pada uji coba soal tes

kemampuan berpikir geometris. Peneliti melaksanakan uji coba pada

tanggal 16 Mei 2017 di kelas VIII B selama 70 menit dengan jumlah

32 siswa. Hasil uji coba soal tersebut kemudian dianalisis untuk

melihat validitas dan reliabilitas dari soal yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

Pengambilan data selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 18

Mei 2017 di kelas VIII A. Tes kemampuan berpikir geometris

diberikan kepada 33 siswa selama 70 menit. Pada hari yang sama

peneliti juga melakukan wawancara dari beberapa siswa yang telah

mengerjakan tes kemampuan berpikir geometris. Siswa yang

diwawancarai terdiri dari siswa yang mendapatkan hasil tes baik,

sedang, dan kurang. Berikut disajikan rincian kegiatan pelaksanaan

(62)

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

No. Hari, Tanggal Kegiatan

1. Kamis, 2 Februari 2017 Mengantar surat ijin penelitian ke SMP Pangudi Luhur Moyudan

2. Kamis, 2 Februari 2017 Wawancara Guru Matematika

3. Sabtu, 11 Februari 2017 Konsultasi Soal Tes Kemampuan Berpikir Geometris ke guru

3. Selasa, 16 Mei 2017 Uji coba soal Tes Kemampuan Berpikir Geometris

4. Kamis, 18 Mei 2017 Tes Kemampuan Berpikir Geometris 5. Kamis, 18 Mei 2017 Wawancara Siswa

B. Data Penelitian

1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris

Tes kemampuan berpikir geometris diujikan di kelas VIII A

SMP Pangudi Luhur Moyudan pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 07.10

– 08.20 dan diikuti oleh 33 siswa. Hasil belajar siswa dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Geometris

(63)

45

Wawancara menjadi salah satu instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini. Wawancara ini dilakukan pada 6 siswa ysng telah

mengikuti tes kemampuan berpikir geometris. Keenam siswa tersebut

mewakili dari dua siswa yang memiliki kemampuan tinggi (S9 dan

(64)

dua siswa yang memiliki kemampuan rendah (S30 dan S32). Berikut

merupakan bagian dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada 6

siswa tersebut:

Tabel 4.3 Deskripsi Jawaban dan Transkrip Wawancara Soal Nomor 1

No. Subjek Jawaban Siswa Deskripsi Jawaban Siswa

1. S9

Siswa melukiskan segitiga lancip dengan tepat. Siswa memberikan label dengan tepat.

Siswa melakukan langkah-langkah melukis garis tinggi dengan tepat.

Transkrip Wawancara S9

1. P : Bagaimana kamu menggambarkan segitiga lancip ABC? Langkah-langkah apa yang kamu lakukan untuk melukis garis tinggi dari titik sudut C?

(65)

47

No. Subjek Jawaban Siswa Deskripsi Jawaban Siswa

2. S25

Siswa melukiskan segitiga lancip dengan tepat. Siswa tidak memberikan label pada segitiga lancip yang telah dilukis.

Siswa melakukan langkah-langkah melukis garis tinggi dengan tepat.

Transkrip Wawancara S25

1. P : Bagaimana kamu menggambarkan segitiga lancip ABC? Bisa dijelaskan?

2. S25 : Aku menggambarnya tu gimana ya harus pake penggaris sama jangka. Soalnya Bu Ambar sudah mengajari kalo cara membuat segitiga yang benar itu pertama digaris sepanjang berapa senti setelah itu menggunakan jangka diukur berapa sentimeter terus nanti dibuat gitu.

3. P : Langkah-langkah apa yang harus kamu lakukan untuk

Siswa melukiskan segitiga lancip dengan tepat. Siswa tidak memberikan label pada segitiga lancip yang telah dilukis. Siswa salah dalam

melakukan langkah- langkah melukis garis tinggi.

Transkrip Wawancara S27

(66)

No. Subjek Jawaban Siswa Deskripsi Jawaban Siswa 2. S27 : (siswa melukiskan segitiga lancip, setelah itu membuat busur

dari kedua sudut segitiga yang berpotongan di titik sudut lainnya, selanjutnya siswa membuat garis busur dari kedua sudut segitiga sebelumnya yang memotong sebuah ruas garis dan kedua busur tersebut berpotongan di kedua titik. Lalu

Siswa melukiskan segitiga lancip dengan tepat. Siswa memberikan label menggunakan nama standar dengan tepat.

Siswa salah dalam

melakukan langkah- langkah dan tidak melukiskan garis tinggi yang diminta.

Transkrip Wawancara S32

1. P : Menurut kamu bagaimana cara kamu melukiskan segitiga tinggal digaris (siswa membuat garis dari kedua titik potong). 3. P : Dari gambar kamu itu, garis manakah yang merupakan garis

tinggi dari titik sudut C ?

Gambar

gambar dapat dikategorikan berdasarkan kesamaan sifat-sifat yang
 Gambar 2.2 Misalkan CD adalah proyeksi AC
 Gambar 2.4
Gambar 2.5 Berikut merupakan rumus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cloud computing is a technology that is possible the user to fill they needs quickly.One of the cloud computing service is Infrastructure as a service to serve a

Pada tahun 1992, nama Yap Thiam Hien diabadikan sebagai penghargaan yang diberikan kepada tokoh yang dianggap berjasa di bidang HAM di Indonesia setiap

tingkat margin sebagai variabel paling dominan mempengaruhi Alokasi Dana pihak ketiga pada UKM adalah benar adanya, dengan asumsi bahwa dari kedua variabel independen (

Guru memberikan tugas individu untuk mencari artikel yang berhubungan dengan pekerjaan administrasi sarana dan prasarana.. Memberikan umpan balik terhadap proses

penempatan bahan material pada tempat yang telah disetujui Direksi Pengawas serta akan menjamin jalan masuk ke kantor lokasi proyek tidak terganggu dan bebas dari

Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis, karena jumlah konsumsi hampir sama walaupun harga mahal

Sampah-sampah yang terkumpul di dalam Tempat Sampah atau Lobang (Tanah yang digali) sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal 2 Peraturan Daerah ini, sepanjang diduga

Jadi DBMS merupakan software (dan hardware) yang khusus didesain untuk melindungi dan memanage Database atau dapat diartikan sebagai suatu sistem inFormasi yang