• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN TRAGAKAN SEBAGAI BASIS, MINYAK JERUK MANIS SEBAGAI PEWANGI DAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN TRAGAKAN SEBAGAI BASIS, MINYAK JERUK MANIS SEBAGAI PEWANGI DAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN

MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN TRAGAKAN SEBAGAI BASIS, MINYAK JERUK MANIS SEBAGAI PEWANGI DAN

MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

SKRIPSI

OLEH:

REJA RENTI BR SITEPU NIM 141501116

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN

MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN TRAGAKAN SEBAGAI BASIS, MINYAK JERUK MANIS SEBAGAI PEWANGI DAN

MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

REJA RENTI BR SITEPU NIM 141501116

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN

MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN TRAGAKAN SEBAGAI BASIS, MINYAK JERUK MANIS SEBAGAI PEWANGI DAN

MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

OLEH :

REJA RENTI BR SITEPU NIM 141501116

Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 15 Oktober 2018

Disetujui Oleh:

Pembimbing,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP. 195404121987012001

Panitia Penguji,

Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt.

NIP 197712262008122002

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP. 195404121987012001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt.

NIP 196106191991031001

Medan, November 2018 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.

NIP 195707231986012001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan Kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan dan Tragakan sebagai Basis, Minyak Jeruk Manis sebagai Pewangi dan Minyak Nilam sebagai Fiksatif”.

Minyak jeruk manis merupakan salah satu minyak atsiri dari famili Rutaceae. Senyawa limonene yang terdapat di dalam kulit jeruk membuat minyak atsiri jeruk manis beraroma khas dan wangi. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan minyak jeruk manis sebagai pewangi pada gel pengharum ruangan.

Tujuan penelitian ini memformulasikan basis gel pengharum ruangan kombinasi karagenan dan tragakan dengan konsentrasi 3% dari berbagai perbandingan dengan menambahkan minyak jeruk manis sebagai pewangi dan minyak nilam sebagai fiksatif. Hasil penelitian adalah kombinasi karagenan dan tragakan dengan konsentrasi 3% dengan 80:20 dapat diformulasikan sebagai basis gel pengharum ruangan. Aroma Minyak jeruk manis konsentrasi 9% paling disukai dan memiliki aroma khas dan minyak nilam konsentrasi 1% dapat menahan wangi paling lama pada gel pengharum ruangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis memiliki harapan supaya pengharum ruangan dengan minyak jeruk manis dan minyak nilam ini dapat menggantikan pengharum ruangan sintetik yang banyak beredar dipasaran.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.

Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., yang telah memberikan waktu dan tenaga dalam mambimbing penulis selama masa penelitian hingga selesainya skripsi ini.

(5)

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr.Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing akademik saya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si, Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini serta penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai. Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda terkasih Basri Sitepu dan Ibunda tercinta Sri Hati br Ginting serta adik-adikku tersayang atas dukungan dan doa-doa yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, November 2018 Penulis,

Reja Renti Br Sitepu NIM 141501116

(6)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Reja Renti Br Sitepu

Nomor Induk Mahasiswa : 141501116

Program Studi : S-1 Reguler Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan dan Tragakan sebagai Basis, Minyak

Jeruk Manis sebagai Pewangi dan Minyak Nilam sebagai Fiksatif

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, November 2018 Yang Membuat Pernyataan

Reja Renti Br Sitepu NIM 141501116

(7)

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN

MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN TRAGAKAN SEBAGAI BASIS, MINYAK JERUK MANIS SEBAGAI PEWANGI DAN

MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengharum ruangan merupakan salah satu produk yang sedang berkembang pada saat ini. pengharum ruangan di pasaran biasanya mengandung pewangi sintetik. Pewangi sintetik mempunyai aroma yang lebih tajam sehingga dapat menimbulkan rasa pusing dan kurang nyaman. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pewangi alami karena memiliki aroma yang khas dan lembut, salah satunya yaitu minyak jeruk manis.

Tujuan: Untuk memformulasi sediaan gel pengharum ruangan menggunakan basis gel konsentrasi 3% kombinasi karagenan dan tragakan dengan dari berbagai perbandingan dengan minyak jeruk manis sebagai pewangi dan minyak nilam sebagai fiksatif.

Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Penelitian tahap pertama yaitu memformulasikan basis gel konsentrasi 3% kombinasi karagenan dan tragakan dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, dan 40:60 untuk mendapatkan tekstur basis gel yang baik dan stabil. Penelitian tahap kedua menentukan konsentrasi minyak jeruk manis yaitu 3, 5, 7, 9, dan 11% untuk mendapatkan konsentrasi pewangi yang paling disukai panelis. Penelitian tahap ketiga menentukan konsentrasi minyak nilam yaitu 0,5, 1, 1,5 dan 2% yang terbaik dalam menahan wangi minyak jeruk manis. Pengujian gel pengharum ruangan yang dilakukan adalah pemeriksaan organoleptik, uji kestabilan gel, uji kesukaan, uji ketahanan wangi, uji penguapan zat cair.

Hasil: Formulasi basis gel konsentrasi 3% kombinasi karagenan dan tragakan dengan perbandingan 80:20 menghasilkan basis gel dengan tekstur yang baik dan stabil. Aroma minyak jeruk manis konsentrasi 9% adalah yang paling disukai panelis. Konsentrasi minyak nilam 1% merupakan konsentrasi terbaik dalam menahan minyak jeruk manis. Total penguapan terbesar pengharum ruangan terdapat pada ruangan kipas angin dan total penguapan terkecil terdapat pada ruangan suhu kamar.

Kesimpulan: Basis gel konsentrasi 3% kombinasi karagenan dan tragakan dengan perbandingan 80:20 menghasilkan tekstur gel pengharum ruangan yang baik stabil, minyak jeruk manis konsentrasi 9% adalah yang paling disukai panelis dan minyak nilam konsentrasi 1% adalah yang paling baik menahan wangi minyak jeruk manis.

Kata Kunci: Gel Pengharum Ruangan, Karagenan, Tragakan, Minyak Jeruk Manis, Minyak Nilam.

(8)

FORMULATION OF AIR FRESHENER GEL USING CARRAGEENAN AND TRAGACANTH AS A BASE, SWEET ORANGE OIL AS THE

FRAGRANCE AND PATCHOULI OIL AS THE FIXATIVE ABSTRACT

Background: Air freshener in the market usually contains a synthetic fragrance.

Synthetic fragrance produces sharper aroma that can cause dizziness and discomfort. In this research, researcher using natural fragrance because it has a unique and soft aroma. One of them is sweet orange oil.

Purpose: To formulate air freshener gel use gel base with the combination of carrageenan and tragacanth 3% concentration of various comparisons by adding sweet orange oil as fragrance and patchouli oil as fixative.

Method: This research was conducted in three stage. The first stage was formulated carrageenan and tragacanth by concentrations 3% and the ratio were 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, and 40:60 to get the best and stable gel texture.

The second stage was determining the concentrations of sweet orange oil. They were 3, 5, 7, 9, and 11% to get the typical of most unique and prefer fragrance concentration. The third stage was determining the concentration of patchouli oil.

They were 0.5, 1, 1.5 and 2% to get concentration that can fix sweet orange oil scent. The tests had been performed are organoleptic examination, gel stability test, hedonic test, liquid evaporation test, and endurance scent test.

Result: The base gel formula combination of carrageenan and tragacanth by concentration 3% and the ratio 80:20 produce the best and stable texture . Aroma of sweet orange oil concentration 9% was the most favorite of panelist. Patchouli oil concentration 1% was the best to fix the sweet orange oil was the largest. Total evaporation of air freshener contained in the fan room storage and the smallest total evaporation in the temperature room storage.

Conclusion: Base of gel concentration 3% combination of carrageenan and tragacanth with ratio 80:20 produce the best and stable air freshener texture, the concentration 9% of sweet orange oil that most preferred panelist. The best concentration 1% of patchouli oil was the best in fixing sweet orange fragrance.

Keywords : Air Freshener, Carrageenan, Tragacanth, Sweet Orange Oil, Patchouli Oil.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Gel Pengharum Ruangan ... 6

2.2 Karagenan ... 7

(10)

2.3 Tragakan ... 11

2.4 Minyak Jeruk Manis Sebagai Pewangi ... 12

2.5 Minyak Nilam ... 12

2.6 Propilen Glikol ... 14

2.7 Natrium Benzoat ... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 3.1 Jenis Penelitian... 17

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.3 Alat ... 17

3.4 Bahan ... 17

3.5 Prosedur Penelitian ... 18

3.6 Formulasi Sediaan Gel Pengharum Ruangan ... 18

3.7 Proses Pembuatan Basis Gel Pengharum Ruangan ... 21

3.8 Prosedur Pengujian ... 22

3.8.1 Pemeriksaan Organoleptik ... 22

3.8.2 Uji Kestabilan Gel ... 22

3.8.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 22

3.8.4 Uji Penguapan Zat Cair ... 23

3.8.5 Uji Ketahanan Wangi Produk Gel Pengharum Ruangan ... 24

3.9 Analisis Statistika... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Kestabilan Gel ... 26

4.2 Pemeriksaan Organoleptik ... 27

4.2.1 Pemilihan Tekstur Basis Gel ... 27

(11)

4.2.2 Pemilihan Aroma Terbaik Minyak Jeruk Manis ... 28

4.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 29

4.4 Uji Penguapan Zat Cair ... 31

4.5 Uji Ketahanan Wangi ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 42

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komponen Penyusun Karagenan ... 10 3.1 Formula standar basis gel pengharum ruangan ... 19 3.2 Formula pemilihan basis gel pengharum ruangan (50 gram)……. 19 3.3 Formula sediaan gel pengharum ruangan dengan berbagai

konsentrasi minyak jeruk manis sebagai pewangi ... 20 3.4 Formula sediaan gel pengharum ruangan dengan berbagai

konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif ... 21 4.1 Persentase nilai sineresis dari basis gel pengharum ruangan ... 26 4.2 Hasil tekstur gel dari formula pemilihan basis gel pengharum

ruangan ... 27 4.3 Hasil uji aroma terbaik minyak jeruk manis ... 28 4.4 Data nilai uji kesukaan (hedonic test) ... 30 4.5 Persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama

penyimpanan pada ruangan suhu kamar ... 32 4.6 Persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama

penyimpanan pada ruangan AC ... 33 4.7 Persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama

penyimpanan pada ruangan biasa yang diberi kipas angin ... 34 4.8 Persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan

berdasarkan ruangan uji ... 35 4.9 Nilai uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada ruangan

uji ... 36

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.6 Kerangka pikir penelitian ... 5 2.1 Struktur kimia kappa, iota, dan lambda karagenan ... 9 4.1 Grafik persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama

penyimpanan pada ruangan suhu kamar... 31 4.2 Grafik persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama

penyimpanan pada ruangan AC... 32 4.3 Grafik persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama

penyimpanan pada ruangan biasa yang diberi kipas angin ... 33 4.4 Grafik persentase total penguapan zat cair gel pengharum

ruangan berdasarkan ruangan uji ... 34

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagan alir pembuatan basis gel . 42

2 Sertifikat minyak nilam ... 43

3 Sertifikat karagenan ... 44

4 Gambar minyak nilam ... 45

5 Gambar minyak jeruk manis ... 46

6 Gambar Gel Pengharum Ruangan Setelah 4 Minggu ... 47

7 Perhitungan nilai sineresis gel ... 48

8 Tabel hasil nilai sineresis gel ... 49

9 Lembar penilaian uji kesukaan (hedonic test) ... 50

10 Tabel hasil uji kesukaan (hedonic test) ... 51

11 Tabel penguapan zat cair gel pengharum ruangan... 55

12 Perhitungan persen total penguapan zat cair gel pengharum ruangan ... 58

13 Tabel persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan berdasarkan ruangan uji ... 59

14 Perhitungan persentase bobot sisa gel dari sediaan gel pengharum ruangan ……….. 63

15 Contoh lembar penilaian uji ketahanan wangi ... 64

16 Tabel hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar ... 72

17 Tabel hasil uji ketahanan wangi pada ruangan AC ... 76

18 Tabel hasil uji ketahanan wangi pada ruangan biasa yang diberi kipas angin………... 80

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang multimanfaat. Minyak atsiri dapat diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Karena itu, minyak ini banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan wewangian dan kosmetika (Rusli, 2011).

Pengharum ruangan merupakan salah satu produk wewangian yang berkembang saat ini. Pengharum ruangan dapat melepaskan bahan-bahan volatilnya sehingga dapat mengharumkan ruangan. Bahan pewangi yang digunakan pada produk pengharum ruangan dibagi menjadi dua jenis yaitu, pewangi sintetik dan pewangi alami. Pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih tajam dan dapat menimbulkan rasa pusing dan kurang nyaman (Fitrah, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Steinemann dan kawan-kawan (2009), dimana penelitian dilakukan terhadap 25 produk pewangi untuk mengetahui emisi VOCs (Volatile Organic Compounds). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 133 VOCs yang dilepaskan oleh ke-25 produk tersebut dan digolongkan ke dalam senyawa beracun atau berbahaya dan karsinogen seperti 1,4-dioksan, metilen klorida, dan asetaldehid. Berdasarkan hal tersebut penggunaan pewangi alami merupakan pilihan yang baik dalam menghindari dan meminimalisasi timbulnya resiko tersebut (Fitrah, 2013).

Pewangi alami dapat diperoleh dari berbagai jenis atau campuran minyak

(16)

atsiri, selain itu minyak atsiri juga dapat berperan sebagai pengikat bau (Fixative parfume) dan minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai bahan baku pengharum

ruangan yang mampu membuat ruangan menjadi lebih bersih, segar, dan tidak pengap (Rusli, 2011). Minyak jeruk manis merupakan salah satu minyak atsiri dari famili Rutaceae yang mempunyai aroma yang khas dan wangi. Oleh karena itu, pada penelitian menggunakan minyak jeruk manis sebagai pewangi pada gel pengharum ruangan. Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri yang bersifat fiksatif, karena kemampuannya dalam mengikat minyak lainnya sehingga dapat bertahan lama (Kadir, 2011). Oleh sebab itu, pada penelitian ini digunakan minyak nilam dalam mengikat minyak jeruk manis agar wanginya dapat bertahan lama.

Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada beberapa jenis antara lain, padat, cair, semprot, dan gel. Pengharum ruangan berbentuk gel biasanya diletakkan dengan cara digantung atau diletakkan di suatu tempat. Pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel dalam penggunaannya lebih praktis dan mudah dibandingkan dengan pengharum ruangan dalam aerosol karena harus disemprot keruangan terlebih dahulu. Selain itu, pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel ini lebih mudah dalam hal penyimpanan dan pengemasannya serta menghambat pelepasan zat volatil pada pengharum ruangan sehingga wanginya lebih tahan lama (Rahmaisni, 2011).

Gel dapat dibuat menggunakan bahan dasar yang berasal dari Indonesia dan bersifat alami, seperti karagenan, kitosan, gelatin, gum, dan pektin. Kappa karagenan merupakan salah satu bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan gel, berasal dari rumput laut Eucheuma cottonii atau sekarang dikenal dengan nama Kappahycus alvarezii. Kappa karagenan memiliki sifat yang rapuh

(17)

jika dibuat menjadi gel. Untuk meningkatkan elastisitas dan kekuatannya, dapat dikombinasi dengan jenis pati atau gum lainnya. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan karagenan dikombinasi dengan tragakan karena tragakan memiliki sifat pengental sehingga dapat meningkatkan elastisitas dari karagenan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengembangkan formulasi sediaan gel pengharum ruangan menggunakan basis karagenan dan tragakan dengan minyak jeruk manis sebagai pewangi dan dan minyak nilam sebagai fiksatif.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah kombinasi karagenan dan tragakan dapat diformulasikan sebagai basis gel pengharum ruangan?

b. Apakah ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak jeruk manis sebagai pewangi pada gel pengharum ruangan?

c. Apakah ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dalam menahan wangi minyak jeruk manis pada gel pengharum ruangan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Kombinasi karagenan dan tragakan dapat diformulasikan sebagai bahan dasar gel pengharum ruangan.

b. Ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak jeruk manis sebagai pewangi pada gel pengharum ruangan.

(18)

c. Ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dalam menahan wangi minyak jeruk manis pada sediaan gel pengharum ruangan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apakah kombinasi karagenan dan tragakan dapat diformulasikan sebagai basis gel pengharum ruangan.

b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak jeruk manis sebagai pewangi pada gel pengharum ruangan.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari berbagai konnsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dalam menahan wangi minyak jeruk manis pada gel pengharum ruangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan mengembangkan formulasi karagenan dan tragakan sebagai basis dalam pembuatan gel pengharum ruangan dan meningkatkan daya guna dari minyak jeruk manis dan minyak nilam dalam sediaan gel pengharum ruangan.

(19)

1.6 Kerangka Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Konsentrasi Rasio Perbandingan

Karagenan dan Tragakan

Konsentrasi Minyak Jeruk Manis

dan Konsentrasi

Minyak Nilam

Gel Pengharum

Ruangan

Uji Organoleptik

Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji Penguapan Zat Cair Uji Ketahanan

Wangi Gel Pengharum Ruangan Uji Kestabilan

Gel

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel Pengharum Ruangan

Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang dapat melepaskan bahan- bahan volatilnya sehingga dapat mengharumkan ruangan. Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada beberapa jenis, antara lain cair, gel, dan padat. Pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel memiliki beberapa kelebihan seperti tidak tumpah, lebih lama mengikat wangi, praktis, mudah dalam pemakaian, bersifat elastis, dan bisa dikreasikan bentuknya (Kariza, 2015). Selain itu, pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel ini lebih mudah dalam hal penyimpanan dan pengemasannya (Rahmaisni, 2011).

Berbagai jenis pengharum ruangan banyak kita jumpai di sekitar kita.

Penggunaan pengharum ruangan (air freshener) tidak hanya di gunakan di ruang kerja dan alat transportasi seperti mobil, bus, dan kereta api, tetapi rumah-rumah tinggal juga memakainya (Wahyuni, 2016). Pengharum ruangan berbentuk gel biasanya diletakkan dengan cara digantung atau diletakkan di suatu tempat.

Pengharum ruangan berbentuk gel memiliki kestabilan aroma yang relatif singkat, mudah terurai sehingga aman terhadap lingkungan, sedangkan bentuk semprot biasanya menggunakan bahan kimia seperti isobutena, n-butana, propana atau campurannya (Fitrah, 2013).

Semua zat pewangi prinsipnya berisiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Association (IFRA) di antaranya

(21)

pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat

pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan methylchloro isothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek negatif bagi kesehatan

(Kariza, 2015). Bahan pewangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak atsiri.

Klasifikasi minyak atsiri/minyak menguap (Permadi, 1983):

1. Kelas I (Top Notes)

Adalah kelas yang paling gampang menguap. Contohnya: Eucalyptus (minyak kayu putih).

2. Kelas II (Middle Notes)

Adalah wangi yang muncul setelah top notes memudar atau kelas yang derajat penguapannya lebih rendah daripada top notes. Contohnya:

Camomile.

3. Kelas III (Base Notes)

Adalah kelas dengan derajat penguapan paling rendah. Golongan yang termasuk kelas ini juga dikenal sebagai fiksatif (pengikat) karena golongan ini juga digunakan dalam campuran dengan minyak menguap kelas I untuk menghambat daya penguapannya yang begitu tinggi. Contohnya: Patchouli (minyak nilam).

2.2 Karagenan

Karagenan adalah polisakarida rantai linear dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari perulangan unit-unit galaktosa dan 3,6 anhidrogalaktosa, keduanya baik yang berikatan dengan sulfat atau tidak, dihubungkan dengan ikatan glikosidik α-(1,3) dan β-(1,4) secara bergantian (Imeson, 2000).

(22)

Karagenan sebagai hidrokoloid diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan air panas atau larutan alkali kelas Rhodopyceae (rumput laut merah). Karagenan berupa serbuk kasar atau halus berwarna kuning kecoklatan sampai putih, tidak berbau dan tidak berasa (Rowe, et al., 2003).

Kegunaan karagenan antara lain sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi (Indriani dan Emi, 1999). Pada industri makanan, karagenan digunakan sebagai penstabil/pengontrol pelelehan pada es krim, pengental pada saus tomat, pensuspensi pada susu coklat dan yogurt, serta pembentuk gel pada puding susu. Pada industri farmasi digunakan pada pasta gigi, losion, krim, suspensi antibiotik, suspensi barium sulfat, dan gel antasida.

Karagenan juga digunakan pada industri keramik, cat, dan pertanian (Guiseley, 1980).

Pada gel pengharum ruangan, karagenan berfungsi sebagai pengemulsi minyak pengharum pada bahan hidrofobik. Karagenan yang dijadikan bahan pembuat gel pengharum ruangan berfungsi melepaskan minyak aroma secara perlahan-lahan (Hargeaves, 2003).

Karagenan dibagi dalam tiga kelas berdasarkan posisi gugus sulfat nya dan ada atau tidaknya anhidrogalaktosa. Kappa karagenan tersusun atas α-(1,3) D galaktosa-4-sulfat dan β-(1,4) 3,6-anhidrogalaktosa. Kappa karagenan mengandung 25% ester sulfat dan 34% 3,6-anhidrogalaktosa. Jumlah 3,6 anhidrogalaktosa yang terkandung dalam kappa karagenan adalah yang terbesar diantara dua jenis karagenan lainnya. Iota karagenan tersusun atas α-(1,3) D galaktosa-4-sulfat dan β-(1,4) 3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat. Iota karagenan mengandung 32% ester sulfat dan 30% 3,6-anhidrogalaktosa. Lambda karagenan tersusun atas α-(1,3) D-galaktosa-2-sulfat dan β-(1,4) D-galaktosa-2,6-disulfat.

(23)

Lambda karagenan mengandung 35% ester sulfat dan hanya mengandung sedikit atau tidak mengandung 3,6-anhidrogalaktosa. Kappa karagenan mempunyai sifat dapat membentuk gel yang kuat daripada iota karagenan, sedangkan lambda karagenan tidak dapat membentuk gel (Imeson, 2000). Struktur kimia ketiga jenis karagenan tersebut disajikan pada Gambar 2.1. Gugus molekul yang diberi lingkaran merah merupakan gugus 3,6-anhidrogalaktosa, sedangkan gugus molekul yang tidak diberi lingkaran merah adalah gugus galaktosa.

Gambar 2.1 Struktur kimia kappa, iota dan lambda karagenan (Guiseley, 1980) Selain ketiga jenis tipe karagenan tersebut, terdapat pula dua jenis tipe karagenan yaitu mu (µ) dan nu (ν) karagenan. Mu karagenan merupakan prekursor dari kappa karagenan sedangkan nu karagenan adalah prekursor dari iota karagenan (Imeson, 2000). Menurut Guiseley (1980), kappa dan iota dapat membentuk gel sedangkan mu (µ) dan nu (ν) tidak dapat membentuk gel.

Komposisi penyusun karagenan disajikan pada Tabel 2.1.

(24)

Tabel 2.1 Komponen penyusun karagenan

Jenis Karagenan Komponen Penyusun

Kappa karagenan D-galaktosa-4-sulfat,

3,6-anhidrogalaktosa

Iota karagenan D-galaktosa-4-sulfat,

3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat

Lambda karagenan D-galaktosa-2-sulfat,

D-galaktosa-2,6-disulfat

Mu karagenan D-galaktosa-4-sulfat,

D-galaktosa-6-sulfat,

Nu karagenan D-galaktosa-4-sulfat,

D-galaktosa-2,6-disulfat,

Euchema cottonii (Kappahycus alvarezii) merupakan jenis rumput laut

penghasil kappa karagenan, Euchema Spinosum merupakan penghasil iota karagenan, dan Gigartina merupakan penghasil lambda karagenan (Verawaty, 2008).

Pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau pengikatan silang rantai–rantai polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau mengimobilisasikan air di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Sifat pembentukan gel ini beragam dari satu jenis hidrokoloid ke jenis lain, tergantung pada jenisnya (Verawaty, 2008).

Proses terjadinya gel karagenan disajikan pada Gambar 2.2. Proses ini diawali dengan perubahan polimer karagenan menjadi bentuk gulungan acak (random coil). Perubahan ini disebabkan proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel karagenan. Ketika suhu diturunkan/pada pendinginan, maka polimer karagenan akan membentuk struktur double helix dan menghasilkan titik - titik pertemuan (junction points) dari rantai polimer (Gel

(25)

I).Pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan agregasi dari titik - titik pertemuan (junction points) tersebut (Guiseley, 1980).

Gambar 2.2 Proses pembentukan gel karagenan (Guiseley, 1980)

Proses pembentukan gel karagenan terjadi ketika larutan panas karagenan dibiarkan menjadi dingin. Gel yang dihasilkan bersifat thermoreversible yaitu gel akan mencair jika dipanaskan dan akan membentuk gel kembali bila didinginkan (Guiseley, 1980).

2.3 Tragakan

Tragakan merupakan hasil eksudat dari pohon dan cabang-cabang tumbuhan spesies Astragalus ( famili Leguminosae). Keduanya dieksploitasi secara komersial dari spesies yang tumbuh di wilayah Iran, Syria, dan Turkey.

Struktur kimia dari tragakan dapat digambarkan sebagai hetero kompleks, sangat bercabang, mempunyai genus polisakarida yang hidrofilik, berat molekul 840 kDa. Tragakan merupakan campuran dari kalsium, magnesium, dan garam kalium. Komponen utama tragakan adalah asam traganthic atau yang disebut juga dengan bassorin, dan kelarutannya di dalam air sekitar 60-70 % (Wiley, 2015).

Tragakan membentuk larutan kental baik di air panas maupun di air dingin. Tragantin larut di dalam air dan membentuk larutan koloid, sementara bassorin membentuk gel. Sifat gelasi ditingkatkan dengan adanya ion Ca2+. Pada

(26)

konsentrasi lebih dari 2%, tragakan dapat membentuk tekstur gel yang lembut (Wiley, 2015).

2.4 Minyak Jeruk Manis Sebagai Pewangi

Jeruk manis (Citrus sinensis) termasuk dalam famili Rutaceae, salah satu jenis citrus. Jeruk manis paling cocok ditanam di daerah subtropika yang memiliki suhu rata-rata 20-250C. Jeruk ini kebanyakan ditanam di daerah Timor, Provinsi NTT. Kulit jeruk manis menghasilkan minyak atsiri yang sangat banyak digunakan sebagai parfum, sebagai flavor, serta digunakan dalam industri sabun dan kosmetika (Guenther, 1990).

Komponen minyak atsiri dari kulit jeruk manis terdiri dari limonene (95%), mirsen (2%), oktanal (1%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%). Senyawa limonene yang terdapat di dalam kulit jeruk membuat minyak atsiri jeruk manis beraroma khas (Seputri, dkk., 2010).

2.5 Minyak Nilam

Nilam (Pogostemon cablin) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam). Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli yang dari bahasa tamilpatchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun.

Aroma minyak nilam dikenal kuat dan telah digunakan berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa (Daniel, 2012).

Beberapa komponen utama yang menjadi bahan senyawa penyusun minyak nilam meliputi patcholi alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde dan cadiene. Namun komponen penyusun yang

(27)

paling menentukan mutu minyak nilam tersebut ialah patcholi alcohol yang kadarnya tidak kurang dari 30% (Lutony dan Yeyet, 2000).

Minyak ini banyak dipergunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, anti septik, dan insektisida.Keunggulan minyak nilam dalam industri parfum yakni bersifat fiksatif yaitu kemampuannya dalam mengikat minyak lainnya sehingga harumnya dapat bertahan lama dan hingga kini belum dapat dibuat secara sintetis (Kadir, 2011).

Minyak nilam terdiri dari komponen-komponen yang bertitik didih tinggi sehingga sangat baik dipakai sebagai zat pengikat dalam industri parfum dan dapatmembentuk aroma yang harmonis. Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripadazat pewangi sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat di dalam parfum dimaksudkan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat pewangi yang terlalu cepat sehingga aroma wangi tidak cepat hilang atau lebih tahan lama (Halimah dan Zetra, 2011).

Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air sabun.Selain itu, minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris lainnya, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap.Minyak nilam juga dapat digunakan sebagai fiksatif atau bahan pengikat bahan pewangi lainnya.Peranan minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bisa digantikan oleh minyak lainnya. Karena sifatnya itulah minyak nilam banyak sekali dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian (parfum), kosmetik dan lain sebagainya (Lutony dan Yeyet, 2000).

(28)

2.6 Propilen glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2

dan berat molekul 76,09 (Ditjen, POM., 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik.

Propilen glikol dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak. Penggunaan propilen glikol adalah sebagai zat tambahan dan pelarut (Ditjen, POM., 1979).

Propilen glikol juga dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat bercampur dengan air (Rowe,dkk., 2003). Penggunaan kosolven disamping untuk meningkatkan kelarutan obat, juga untuk meningkatkan kelarutan konstituen volatil yang digunakan dalam meningkatkan flavor dan odor untuk pelarut cair (Agoes, 2008).

Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 5-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral (Rowe, dkk., 2003).

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen

(29)

glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe, dkk., 2003).

2.7 Natrium benzoat

Natrium benzoat (C7H5NaO2) mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Simpan dalam wadah tertutup baik (Ditjen, POM., 1995). Penggunaan natrium benzoat adalah sebagai pengawet (Ditjen, POM., 1979).

Natrium benzoat dikenal juga dengan nama sodium benzoat. Fungsi natrium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang merugikan (Ibekwe, dkk., 2007).

Sodium benzoat digunakan terutama sebagai pengawet pada kosmetik, makanan dan sediaan farmasi. Digunakan pada konsentrasi 0,02-0,5% untuk pengobatan oral, 0,5% untuk sediaan parenteral dan 0,1-0,5% untuk kosmetik (Rowe, dkk., 2003). Batas atas penggunaan sodium benzoat yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain 0,15- 0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%.

Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaanya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan (Rahmaisni, 2011).

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental, yang meliputi formulasi sediaan gel pengharum ruangan, uji organoleptis, uji kestabilan gel, uji kesukaan (hedonic test), uji penguapan zat cair dan uji ketahanan wangi terhadap sediaan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2018 di Laboratarium Farmasetika Dasar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Alat

Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, cawan penguap, gelas arloji, gelas beker (pirex), gelas ukur (pirex), oven (memmert), penangas air, pencetak gel, plastik, penjepit tabung, pipet tetes, spatula, sudip, termometer, timbangan analitik (Cosco).

3.4 Bahan

Bahan yang digunakan adalah karagenan yang diperoleh dari Lansida, tragakan, minyak jeruk manis dan minyak nilam yang diperoleh dari Lansida, serta propilen glikol, natrium benzoat, dan akuades.

(31)

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan `tekstur gel yang baik. Formula yang digunakan yaitu dengan memvariasikan perbandingan dari karagenan dan tragakan konsentrasi 3% dalam enam formula.

Selanjutnya adalah penelitian tahap kedua yaitu pemilihan wangi minyak jeruk untuk mendapatkan konsentrasi minyak jeruk manis yang memiliki aroma yang khas dengan menggunakan basis gel yang baik dan stabil.

Konsentrasi minyak jeruk manis yang mempunyai aroma yang khas akan digunakan untuk penelitian tahap ketiga dengan memvariasikan konsentrasi minyak nilam dalam berbagai konsentrasi yang bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dengan ketahanan wangi dan dapat diterima oleh konsumen dengan menggunakan panelis. Konsentrasi minyak nilam yang paling mempertahankan wangi minyak jeruk manis diperoleh dari uji penguapan zat cair dan ketahanan wangi menggunakan panelis selama 4 minggu penyimpanan di tempat yang berbeda-beda. Kriteria ruangan uji yang dipakai yaitu pada ruangan suhu kamar (27ºC), ruangan ber-AC (19ºC), dan ruangan biasa yang diberi kipas. AC kamar dan kipas angin, dinyalakan selama 8 jam sehari, serta ruangan uji yang digunakan berukuran antara 3x4 (Sitorus, 2016).

3.6 Formulasi Sediaan Gel Pengharum Ruangan

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Penelitian tahap pertama yaitu formula gel untuk mendapatkan tekstur basis gel yang baik. Penelitian tahap pertama dengan memformulasikan karagenan dan tragakan konsentrasi 3%

dengan perbandingan 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10.

(32)

Gel dibuat sebanyak 50 gram. Pencampuran kedua bahan diharapkan dapat menghasilkan gel dengan tekstur yang elastis, kenyal, dan tidak mudah hancur sehingga dapat digunakan pada penelitian tahap kedua (Mas, 2013).

Dalam penelitian Fitrah (2013), telah membuat formula standar gel pengharum ruangan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula standar basis gel pengharum ruangan (Fitrah, 2013) Komposisi Gel

Bobot (g)

60 : 40 70 : 30 100 : 0

Karagenan- Glukomanan konsentrasi 3%

3,78 : 2,52 4,41: 1,89 6,30 : 0 Natrium benzoat

(0,1%) 0,21 0,21 0,21

Propilen glikol (10%) 21 21 21

Akuades ad 210 182,49 182,49 182,49

Berdasarkan formula standar di atas maka peneliti melakukan modifikasi formulasi gel pengharum ruangan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Formula Pemilihan Basis Gel Pengharum Ruangan (50 gram) B2 Bahan

B1 B3 B4 B5 B6

1,2:0,3

Karagen an : Tragaka

n (g)

1,35:0,1 5

1,05:0,3

5 0,9:0,6 0,75:0,7

5 0,6:0.9

0,05

Natrium Benzoat

(g)

0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

5,00 Propilen

glikol (g) 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

43,45 Akuades

(g) 43,45 43,45 43,45 43,45 43,45

Keterangan :

B1 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 90:10 B2 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 80:20 B3 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 70:30 B4 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 60:40 B5 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 50:50 B6 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 40:60

(33)

Tabel di atas merupakan tabel formulasi basis gel pengharum ruangan dengan konsentrasi 3% dalam berbagai perbandingan dari karagenan dengan tragakan. Formula yang digunakan untuk mendapatkan basis gel yang baik yaitu dengan membuat perbandingan dari karagenan dan tragakan dalam enam perbandingan. Dari enam formula didapat satu formula dengan tekstur gel yang baik dan stabil untuk digunakan pada penelitian selanjutnya dengan berbagai konsentrasi minyak jeruk manis. Formula berbagai konsentrasi minyak jeruk manis sebagai pewangi dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Formula gel pengharum ruangan dengan berbagai konsentrasi minyak jeruk manis sebagai pewangi.

Bahan K1 K2 K3 K4 K5

Karagenan : tragakan

(g) 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 1,2

: 0,3

Minyak jeruk manis (g) 1,5 2,5 3,5 4,5 5,5

Natrium Benzoat (g) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,0

5

Propilenglikol (g) 5 5 5 5 5

Akuades (ml) 41,95 40,95 39,95 38,95 37,

95 Keterangan :

K1 : Minyak jeruk manis konsentrasi 3%

K2 : Minyak jeruk manis konsentrasi 5%

K3: Minyak jeruk manis konsentrasi 7%

K4 : Minyak jeruk manis konsentrasi 9%

K5 : Minyak jeruk manis konsentrasi 11%

Konsentrasi minyak jeruk manis yang mempunyai aroma khas dan paling disukai selanjutnya digunakan pada penelitian tahap ketiga dengan menambahkan minyak nilam dalam berbagai konsentrasi yaitu 0,5%, 1%, 1,5%, 2%. Formula berbagai konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dapat dilihat pada Tabel 3.4

(34)

Tabel 3.4 Formula sediaan gel pengharum ruangan dengan 4 konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif

Bahan F0 F1 F2 F3 F4

Karagenan : tragakan

(g) 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 1,2 : 0,3 Minyak jeruk manis

(g) 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5

Minyak nilam (g) - 0,25 0,5 0,75 1

Natrium benzoat (g) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Propilenglikol (g) 5 5 5 5 5

Akuades (ml) 38,95 38,7 38,45 38,20 37,95

Keterangan :

F0 : Tanpa minyak nilam

F1 : Minyak nilam konsentrasi 0,5%

F2 : Minyak nilam konsentrasi 1%

F3 : Minyak nilam konsentrasi 1,5%

F4 : Minyak nilam konsentrasi 2%

3.7 Proses Pembuatan Gel Pengharum Ruangan

Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan dan ditimbang bahan- bahan yang diperlukan. Akuades dipanaskan dalam gelas beker hingga 75oC.

Dimasukkan karagenan, diaduk dengan cepat hingga larut lalu dimasukkan tragakan dan diaduk kembali dengan cepat. Setelah itu dimasukkan natrium benzoat sedikit demi sedikit kemudian diaduk dengan cepat hingga homogen.

Diangkat gelas beker dari penangas lalu diaduk dengan cepat hingga suhunya turun mencapai 65oC. Setelah itu ditambahakan propilen glikol dan diaduk dengan cepat. Kemudian ditambahkan minyak jeruk manis dan minyak nilam, diaduk hingga homogen. Dituang ke dalam wadah lalu dibiarkan dalam suhu ruang hingga membentuk gel (Fitrah, 2013).

(35)

3.8 Prosedur Pengujian

3.8.1 Pemeriksaan organoleptik

Pemeriksaan organoleptik dilakukan pada basis gel dan aroma minyak jeruk manis. Pada basis gel, dilakukan pengujian dengan aspek yang diuji berupa tekstur gel yang baik dari berbagai perbandingan kombinasi karagenan dan tragakan sebagai basis gel. Tekstur gel yang diharapkan yaitu gel yang elastis, kenyal dan tidak mudah hancur, sedangkan pada aroma dilakukan pengujian dengan aspek yang diuji berupa minyak jeruk manis yang mempunyai aroma khas dan paling disukai dari berbagai konsentrasi. Aroma yang diharapkan adalah aroma minyak jeruk manis yang lembut dan khas (Wahyuni, 2016).

3.8.2 Uji Kestabilan Gel

Menurut Fitrah (2013), kestabialan gel diuji dengan menghitung dan membandingkan tingkat sineresis antar sampel. Gel yang telah terbentuk pada wadah plastik ditimbang bobotnya (Mo) lalu dipindahkan ke dalam plastik resealable yang telah diberi kode sampel. Gel disimpan pada oven bersuhu 30oC dalam keadaan plastik terbuka. Setelah 24 jam, gel dikeluarkan dari oven dan dipindahkan ke dalam wadah plastik sesuai kode sampel untuk ditimbang bobot akhirnya (Mi). Sebelum disimpan pada wadah plastik, permukaan gel dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue kering agar tidak ada zat cair yang ikut tertimbang.

Data yang dihitung adalah persen sineresis dengan perhitungan sebagai berikut:

Sineresis (%) = 𝑀𝑜−𝑀1𝑀𝑂 x 100%

3.8.3 Uji kesukaan (hedonic test)

Uji kesukaan (hedonic test) merupakan salah satu jenis uji penerimaan konsumen terhadap produk gel pengharum ruangan. Produk gel pengharum ruangan terdiri empat sediaan dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda-

(36)

beda. Pengujian kesukaan aroma wangi dilakukan dengan cara mencium dua sampai tiga kali. Saat pengujian, gel diposisikan dengan jarak 20 cm dari hidung dan wangi dicium dengan mengibas-ngibaskan tangan ke arah hidung (Sitorus, 2016).

Pada pengujian ini digunakan minimal 25 panelis. Panelis diminta untuk mengungkapkan kesan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan suatu produk pengharum ruangan dengan skala kesukaan. Skala yang digunakan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (cukup suka), 4 (suka), 5 (sangat suka). Data yang diperoleh dari kuesioner, ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

3.8.4 Uji Penguapan Zat Cair

Menurut Fitrah (2013), uji penguapan zat cair dilakukan dengan menimbang bobot gel perminggu selama 4 minggu. Gel pengharum ruangan ini disimpan di beberapa tempat ruangan uji yaitu pada ruangan suhu kamar, AC kamar, dan ruangan biasa yang diberi kipas angin. Dari uji ini, diperoleh besar penurunan bobot gel setiap minggunya dan total penurunan bobot setelah 4 minggu penyimpanan. Besar selisih bobot merupakan jumlah zat cair yang menguap.

Persentase penguapan zat cair dihitung dengan rumus:

Persen total penguapan zat cair = 𝑀𝑜−𝑀1𝑀𝑂 x 100%

Dengan perhitungan persentase bobot sisa gel:

Persen bobot sisa gel = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑒𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑘𝑒−𝑛 (𝑀𝑛)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑒𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑘𝑒−0 (𝑀0) x 100%

(37)

3.8.5 Uji ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan

Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan dilakukan untuk mengetahui kekuatan wangi gel pengharum ruangan selama penyimpanan yang dinilai oleh panelis dengan cara mencium wangi dari sediaan gel yang telah disimpan atau digunakan pada setiap tempat diantaranya yaitu di ruangan biasa, ruangan AC dan ruangan berkipas, dimana kipas dan AC dinyalakan selama 8 jam sehari. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan kekuatan wangi gel uji dengan gel standar dengan skala 5 – 1, dimana 5 = sama wangi, 4 = agak kurang wangi, 3 = kurang wangi, 2 = sangat kurang wangi, dan 1 = tidak wangi. Saat pengujian, gel diposisikan 45o dari hidung dengan jarak 20 cm dan wangi dicium dengan mengibas-ngibaskan tangan ke arah hidung. Uji ketahanan wangi dilakukan dengan metode uji perbandingan jamak karena dua atau lebih sampel uji disajikan secara bersamaan untuk dibandingkan dengan sampel standar/baku.

Sampel standar dibuat kembali pada hari yang sama sebelum dilakukan pengujian.

Pengujian dilakukan pada H7, H14, H21 dan H28 dengan panelis yang sama (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuisioner), ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

3.9 Analisis Data

Hasil uji kesukaan (Hedonic Test) dan uji ketahanan wangi didapat menggunakan rumus statistik. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.

(38)

Untuk menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut :

• 𝑥 ̅=∑ =𝑋𝑖𝑛𝑖𝑛

• S2= ∑ (𝑋𝑖− 𝑋̅)

𝑛 2 𝑖

𝑛

• S= √𝑆2

• P(𝑋̅ −(1,96.S / √𝑛) ≤ 𝜇 ≤(𝑋̅ +(1,96.S / √𝑛) ≅ 95 Keterangan:

n : Banyak panelis

S2 : Keseragaman nilai kesukaan

1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%

𝑋̅ : Nilai kesukaan rata-rata

Xi : Nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3,…, n S : Simpangan baku nilai kesukaan

P : Tingkat kepercayaan µ : Rentang nilai

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kestabilan Gel

Sineresis adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kestabilan basis gel.

Gel yang baik adalah gel dengan nilai sineresis di bawah 1%. Semakin rendah nilai sineresis maka gel akan semakin stabil yaitu tidak berair, elastis dan tidak mudah hancur (Fitrah, 2013).

Tabel 4.1 Persentase nilai sineresis dari basis gel pengharum ruangan

Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Sineresis (%)

B1 41,39 41,05 0,8

B2 42,32 41.92 0.9

B3 40,25 39,81 1.09

B4 41,95 41,36 1.4

B5 42,15 41,34 1,9

B6 42,45 41,54 2,1

Keterangan:

B1 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 90:10 B2 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 80:20 B3 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 70:30 B4 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 60:40 B5 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 50:50 B6 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 40:60

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa gel yang baik adalah gel yang menghasilkan nilai sineresis dibawah 1%, dalam tabel tersebut yang menghasilkan sinersis dibawah 1% yaitu formula B2 dan B1 yaitu masing-masing sebesar 0.9% dan 0.8% sehingga gel tersebut lebih stabil dibandingkan formula B3, B4, B5, dan B6. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi kandungan karagenan maka akan semakin kuat dalam memerangkap air sehingga semakin rendah nilai sineresis yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan, semakin banyak karagenan yang digunakan, semakin kuat memerangkap air sehingga air

(40)

tidak ke luar dari permukaan gel. Karagenan sebagai pembentuk gel berfungsi meningkatkan kestabilan emulsi dan dapat menghambat penguapan. Selain itu karagenan juga berfungsi menghambat penyebaran bahan-bahan volatil secara langsung karena bahan pembentuk gel ini memiliki fungsi sebagai penstabil dan pengikat (Mas, 2013).

4.2 Pemeriksaan Organoleptis 4.2.1 Pemilihaan Tekstur Basis Gel

Penelitian tahap pertama ini dilakukan untuk mendapatkan tekstur basis gel terbaik. Formulasi pemilihan basis gel pengharum ruangan dengan tekstur yang baik dan stabil pada penelitian tahap pertama dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil tekstur dari formula basis gel pengharum ruangan

Formula Tekstur gel

B1 Gel yang terbentuk agak keras

B2 Gel yang terbentuk elastis, kenyal dan tidak mudah hancur B3 Gel yang terbentuk elastis, kenyal dan tidak mudah hancur B4 Gel yang terbentuk kurang elastis, kenyal, dan tidak mudah hancur B5 Gel yang terbentuk kurang elastis, kenyal, dan tidak mudah hancur B6 Gel yang terbentuk kurang elastis, kenyal dan tidak mudah hancur Keterangan :

B1 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 90:10 B2 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 80:20 B3 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 70:30 B4 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 60:40 B5 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 50:50 B6 : Formula dengan perbandingan karagenan : tragakan sebesar 40:60

Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur gel diatas dapat disimpulkan bahwa formula B2 (80:20) dan B3 (70:30) merupakan basis gel yang baik, karena tekstur yang dihasilkan elastis-kenyal dan tidak mudah hancur. Pada penelitian ini dipilih basis gel formula B2 karena memiliki tekstur yang elastis, kenyal dan tidak mudah hancur serta memiliki nilai sineresis yang rendah.

(41)

4.2.2 Pemilihan Aroma Terbaik Minyak Jeruk Manis

Wangi merupakan parameter penting dalam suatu produk pengharum ruangan, karena parameter ini yang menentukan suka atau tidaknya penelis terhadap wangi suatu produk. Aroma wangi dihasilkan dari senyawa-senyawa volatile yang terkandung dalam minyak atsiri (Mas, 2013).

Tabel 4.3 Hasil uji aroma terbaik minyak jeruk manis

Formula Aroma yang diberikan

K1 Aroma yang dihasilkan adalah aroma minyak jeruk manis yang tidak wangi

K2 Aroma yang dihasilkan adalah aroma minyak jeruk manis yang kurang wangi

K3 Aroma yang dihasilkan adalah aroma minyak jeruk manis yang agak wangi

K4 Aroma yang dihasilkan adalah aroma minyak jeruk manis yang wangi dan khas

K5 Aroma yang dihasilkan adalah aroma minyak jeruk manis yang sangat wangi

Keterangan:

K1 : Minyak jeruk manis konsentrasi 3%

K2: Minyak jeruk manis konsentrasi 5%

K3 : Minyak jeruk manis konsentrasi 7%

K4 : Minyak jeruk manis konsentrasi 9%

K5: Minyak jeruk manis konsentrasi 11%

Berdasarkan Tabel 4.3, terlihat bahwa formula K1, K2, K3 (konsentrasi minyak jeruk manis 3%, 5%, 7%), menghasilkan gel yang memiliki aroma minyak jeruk manis yang tidak wangi. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan gel pengharum ruangan seperti karagenan dan tragakan memiliki aroma yang kurang sedap, sehingga apabila konsentrasi minyak jeruk manis yang digunakan rendah, maka belum dapat menutupi aroma kurang sedap yang dihasilkan bahan-bahan tersebut. Pada formula K4 (konsentrasi minyak jeruk manis 9%), merupakan formula terbaik karena memiliki aroma yang wangi dan khas. Hal ini disebabkan karena konsentrasi minyak jeruk manis yang digunakan lebih tinggi, namun formula K5 (konsentrasi minyak jeruk manis 11%)

(42)

memiliki aroma yang tajam dan menyengat karena konsentrasi minyak jeruk manis yang digunakan terlalu tinggi.

Wangi produk dipengaruhi oleh seberapa besar konsentrasi bahan pewangi yang ditambahkan dalam produk tersebut. Semakin banyak minyak jeruk manis yang ditambahkan kedalam produk maka wanginya akan semakin baik namun apabila konsentrasi minyak jeruk manis yang ditambahkan terlalu tinggi maka akan memberikan aroma yang tajam dan sangat menyengat.

4.3 Kesukaan (Hedonic Test)

Data yang diperoleh dari kuisoner ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya dengan analisis statistika untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata dari setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional, 2006)

Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap formula yaitu:

a. F1 memiliki interval nilai kesukaan 4,41 - 4,79. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,41 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

b. F2 memiliki interval nilai kesukaan 4,05 - 4,59. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,05 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

c. F3 memiliki interval nilai kesukaan 3,42 – 4,18. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,42 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

d. F4 memiliki interval nilai kesukaan 3,012 – 3,47. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,012 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

(43)

Tabel 4.4 Data nilai uji kesukaan (hedonic test)

Panelis Formula

F1 F2 F3 F4

1 5 4 5 3

2 4 3 2 2

3 5 5 4 4

4 4 5 3 3

5 4 5 4 3

6 4 5 5 3

7 4 5 4 4

8 5 4 4 3

9 5 3 3 2

10 5 5 4 3

11 5 4 3 3

12 5 4 4 3

13 5 5 4 3

14 5 5 3 3

15 5 4 4 3

16 5 4 5 4

17 5 5 4 3

18 5 4 3 3

19 5 4 5 3

20 5 4 5 4

21 4 5 5 4

22 4 3 4 4

23 4 4 3 4

24 4 4 2 4

25 4 5 3 3

Total 115 108 95 81

Keterangan:

F1 : Formula minyak nilam konsentrasi 0,5%

F2 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,0%

F3 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,5%

F4 : Formula minyak nillam konsentrasi 2%

Berdasarkan hasil uji kesukaan (hedonic test) diketahui bahwa gel pengharum ruangan yang disukai panelis adalah gel formula F1 (konsentrasi

(44)

minyak jeruk manis 9% dengan konsentrasi minyak nilam 0,5%) dan F2 (konsentrasi minyak jeruk manis 9% dengan konsentrasi minyak nilam 1%). Gel pengharum yang cukup disukai adalah formula gel F3 (konsentrasi minyak jeruk manis 9% dengan konsentrasi minyak nilam 1,5%) dan F4 (konsentrasi minyak jeruk manis 9% dengan konsentrasi minyak nilam 2%). Hal ini disebabkan karena wangi produk dipengaruhi oleh fiksatif yang ditambahkan pada produk. Semakin banyak konsentrasi minyak nilam yang ditambahkan maka aroma wanginya semakin kurang disukai. Penggunaan minyak nilam berlebih dapat menutupi aroma dari minyak jeruk manis (Mas, 2013).

4.4 Penguapan Zat Cair

Total penguapan zat cair diketahui dengan menimbang bobot gel pengharum ruangan dan menghitung penurunan bobot tersebut selama empat minggu setelah diletakkan pada ruangan uji yang berbeda-beda yaitu masing- masing pada ruangan suhu kamar, AC kamar, dan ruangan biasa yang diberi kipas angin, dengan ukuran antara 3x4. Pada ruangan AC kamar dan kipas angin dinyalakan selama 8 jam sehari.

Tabel 4.5 Persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar

Formula Bobot sisa (%)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

F1 95,36 88,89 83,97 78.09

F2 95,56 89,01 85,94 81,04

F3 94,11 87,24 77,91 73,45

F4 93,40 85,65 77,12 72,04

Keterangan:

F1 : Formula minyak nilam konsentrasi 0,5%

F2 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,0%

F3 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,5%

F4 : Formula minyak nillam konsentrasi 2%

(45)

Gambar 4.1 Grafik persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar

Berdasarkan tabel 4.5 yang disajikan pada Gambar 4.1 maka persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama 4 minggu penyimpanan pada ruangan suhu kamar yang terbesar terdapat pada formula F2 yaitu 81,04% dan persentase sisa bobot gel pengharum terkecil terdapat pada formula F4 yaitu 72,04%. Dari hasil persentase sisa bobot gel pengharum ruangan pada suhu kamar dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah F2 yaitu Formula dengan menggunakan minyak nilam konsentrasi 1%.

Tabel 4.6 Persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan AC

Formula Bobot sisa (%)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

F1 92,02 83,69 80,31 75,20

F2 92,95 87,88 79,26 76,41

F3 89,95 82,53 74,83 70,51

F4 91,08 82,99 74,46 69,90

Keterangan:

F1 : Formula minyak nilam konsentrasi 0,5%

F2 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,0%

F3 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,5%

F4 : Formula minyak nilam konsentrasi 2%

70 75 80 85 90 95 100

1 2 3 4

Sisa Bobot Gel (%)

Lama Penyimpanan (Minggu)

F1 F2 F3 F4

(46)

Gambar 4.2 Grafik persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan AC

Berdasarkan tabel 4.6 yang disajikan pada Gambar 4.2 maka persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama 4 minggu penyimpanan pada ruangan AC yang terbesar terdapat pada formula F2 yaitu 76,41 % dan persentase sisa bobot gel pengharum terkecil terdapat pada formula F4 yaitu 69,90%. Dari hasil persentase sisa bobot gel pengharum pada ruangan AC dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah F2 yaitu Formula dengan menggunakan minyak nilam konsentrasi 1%.

Tabel 4.7 Persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan yang diberi kipas angin

Formula Bobot sisa (%)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

F1 92,96 83,89 76,64 69,82

F2 95,26 87,09 79,16 72,81

F3 91,78 82,79 77,12 68,69

F4 88,89 80,33 73,36 66,67

Keterangan:

F1 : Formula minyak nilam konsentrasi 0,5%

F2 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,0%

F3 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,5%

F4 : Formula minyak nilam konsentrasi 2%

60 65 70 75 80 85 90 95 100

1 2 3 4

Sisa Bobot Gel (%)

Lama Penyimpanan (Minggu)

F1 F2 F3 F4

(47)

Gambar 4.3 Grafik persentase sisa bobot gel pengharum ruangan penyimpanan pada suhu ruangan yang diberi kipas angin

Berdasarkan tabel 4.7 yang disajikan pada Gambar 4.3 maka persentase sisa bobot gel pengharum ruangan selama 4 minggu penyimpanan pada ruangan yang diberi kipas angin yang terbesar terdapat pada formula F2 yaitu 72,81 % dan persentase sisa bobot gel pengharum terkecil terdapat pada formula F4 yaitu 66,67%. Dari hasil persentase sisa bobot gel pengharum pada ruangan yang diberi kipas angin dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah F2 yaitu Formula dengan menggunakan minyak nilam konsentrasi 1%.

Tabel 4.8 Persentase total penguapan zat cair pengharum ruangan berdasarkan ruangan uji

Keterangan:

F1 : Formula minyak nilam konsentrasi 0,5%

F2 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,0%

F3 : Formula minyak nilam konsentrasi 1,5%

F4 : Formula minyak nilam konsentrasi 2%

60 70 80 90 100

1 2 3 4

Sisa Bobot Gel (%)

Lama Penyimpanan (Minggu)

FI F2 F3 F4

Ruangan uji Total penguapan zat cair (%)

F1 F2 F3 F4

Suhu kamar 21,09 19,96 26,55 27,96

AC 24,80 23,59 29,49 30,10

Biasa yang diberi kipas

30,18 27,18 31,31 33,33

(48)

Gambar 4.4 Grafik persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan berdasarkan ruangan uji

Berdasarkan tabel 4.8 yang disajikan pada Gambar 4.4 maka persentase total penguapan zat cair terkecil terdapat pada formula F2 di semua ruangan uji yaitu pada ruangan suhu kamar 19,96%, ruangan AC sebesar 23,59%, dan ruangan biasa yang diberi kipas angin sebesar 27,18%. Sedangkan persentase total penguapan zat cair terbesar terdapat pada formula F4 di semua ruangan uji yaitu pada suhu kamar 27,96%, ruangan AC sebesar 30,10%, dan ruangan biasa yang diberi kipas angin sebesar 33,33%. Dari hasil ini didapatkan bahwa persentase total penguapan zat cair terbesar terdapat pada ruangan yang diberi kipas angin, diikuti dengan ruangan AC, dan total penguapan zat cair terkecil terdapat pada ruangan suhu kamar. Gel pengharum yang diletakkan pada ruangan yang diberi kipas angin mempunyai total penguapan zat cair yang paling besar karena kontak antara gel dan udara yang dihasilkan kipas sangat kuat, sementara gel yang diletakkan pada ruangan suhu kamar memiliki total penguapan zat cair terkecil karena sirkulasi udara pada suhu kamar tidak sebaik pada ruangan biasa yang diberi kipas angin.(Wahyuni, 2016).

Persentase susut bobot pada produk gel juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, konsentrasi bahan pembentuk gel, konsentrasi bahan

0 5 10 15 20 25 30 35 40

F1 F2 F3 F4

Total Penguapan Zat Cair (%)

Formula

Suhu Kamar AC

Kipas Angin

Gambar

Gambar 2.1 Struktur kimia kappa, iota dan lambda karagenan (Guiseley, 1980)  Selain  ketiga  jenis  tipe  karagenan  tersebut,  terdapat  pula  dua  jenis  tipe  karagenan  yaitu    mu  (µ)  dan  nu  (ν)  karagenan
Tabel 2.1 Komponen penyusun karagenan
Gambar 2.2 Proses pembentukan gel karagenan (Guiseley, 1980)
Tabel 3.1 Formula standar basis gel pengharum ruangan (Fitrah, 2013)  Komposisi Gel  Bobot (g)  60 : 40  70 : 30  100 : 0   Karagenan-Glukomanan  konsentrasi 3%  3,78 : 2,52  4,41: 1,89  6,30 : 0  Natrium benzoat  (0,1%)  0,21  0,21  0,21  Propilen glikol
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Selain formula gel, penggunaan bahan fiksatif (minyak akar wangi) dan konsentrasi bahan pewangi, ketahanan wangi juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan gel pengharum ruangan,

Penelitian ini mencoba mengembangkan produk gel pengharum ruangan yang lebih ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, yaitu minyak lemon

Kesimpulan :Kombinasi karagenan dan muciilago amili dengan konsentrasi 5% (karagenan 3,5% : mucilago amili 1,5%) dapat digunakan sebagai bahan dasar gel pengharum

Penelitian orientasi dilakukan untuk mendapatkan gel terbaik dari kombinasi karagenan dan natrium alginat konsentrasi 3% dengan berbagai perbandingan yaitu 70:30, 60:40, 50:50,

Penelitian orientasi dilakukan untuk mendapatkan gel terbaik dari kombinasi karagenan dan natrium alginat konsentrasi 3% dengan berbagai perbandingan yaitu 70:30, 60:40, 50:50,

Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami.. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Halaman

Kesimpulan: Variasi rasio perbandingan glukomanan dan gom xantan dengan konsentrasi 4% yang terbaik sebagai basis gel pengharum ruangan adalah formula B2 (80:20) dan

Kesimpulan: Variasi rasio perbandingan glukomanan dan gom xantan dengan konsentrasi 4% yang terbaik sebagai basis gel pengharum ruangan adalah formula B2 (80:20) dan