• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH CABANG MAMAJANG KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH CABANG MAMAJANG KOTA MAKASSAR"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh LUKMAN LABA

10531216915

PROGRAM STUDI KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)
(3)
(4)

vi

Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasi sayang.

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukan cinta.

“…boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”(Al-baqarah ;216)

Pintu Kebahagiaan Adalah Do’a Kedua Orang Tua.

Olenya itu :

Kupersembahkan kariyah sederhana ini

Sebagai tanda bukti kecintaankuPada Ayahanda Rahmad Raha dan ibunda Masita Bota

Yang mencurahkan segala kasih sayang dan harapan dan untaian Do’a penuh cinta untuk saya.

(5)

vii

Penelitian Skiripsi ini menggunakan Penelitian Kuantitatif,dengan jenis penelitian lapangan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaru Profesionalisme Guru Terhadap karakter Siswas kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar,serta untuk mengetahui adanya pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap karakter Peserta didik Di Madrasah Aliyah Muhammadiya Cabang Mamajang Kota Makassar.Populasi Pada Penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X Yang berjumlah 40 orang,Teknik Pengambilan Sampel digunakan Sampel Jenuh,siswa kelas X sebanyak 40 orang.

Teknik Pengumpulan Data Yang Penulis Gunakan Adalah field research (riset lapangan),yaitu pengumpulan data dimana penulis terjun lansung ke lapangan peneliti untuk mengumpulkan data yang di perlukan dengan metode angket,observasi,dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data dengan menggunakan Analisis Korelasi product momet person product moment.

Hasil Penelitiana Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar,Hampir tidak ada korelasi Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Karakter siswa.Ini di tunjukan bahwa dari Hasil Analis korelasi memperlihatkan yaitu 0,115 Kemudian di interprestasikan kedalam table koefisien korelasi, tingkat koefisien yang berkisar antara 0,00-0,199 Berarti Korelasi antara fariable X dan Y termasuk korelasi sangat rendah atau tidak korelasi.

Kata Kunci :Profesionalisme Guru, Perkembangan Karakter Siswa.

(6)

viii

Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt sang penentu segalanya, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan Shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah dijalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Karakter Siswa Kelas X Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar”yang diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang-tua saya, Ayahanda Rahmad Rahaq dan ibunda Masita Bota tercinta atas segala kasih sayang dan do’a, serta segala pengorbanannya untuk kesuksesan penulis.

Ucapan terimakasih dan penghargaan khusus yang sebesar-besarnya kepada Dr. Hj. Rosleny Babo, M.Si Pembimbing I dan Dra. Hj. Mariyati Z, M.Si Pembimbing II yang dengan segala kesediaan, perhatian, keikhlasan meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi ini.

Selain itu, penulis ucapkan terima kasih pula yang setinggi-tingginya kepada Dr.H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Drs H Erwin Akib S.Pd., M.Pd., Ph D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

(7)

ix

memberikan pengetahuan dan bimbingan selama penulis menempuhi pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk menorehkan tinta emas di almamater Biru yang tercinta.

Untuk kakak-kakak dan Sahabatku Tanpa terkecuali, terima kasih untuk semua bantuan, semangat dan motivasinya selama ini, menemaniku dalam suka maupun duka. Kenangan bersama kalian tidak akan pernah terlupakan karena kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat dan motivasinya.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis diterima sebagai amal ibadah dan mendapat limpahan rahmat yang berlipat ganda dari ALLAH SWT. Dan akhirnya dengan segala kerendahan hati beserta segala kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna namun penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, senantiasa penulis harapkan dari semua pihak sebagai bahan masukan dalam penyusunan Skripsi ini,. Amin….

Makassar...2019

Penulis

(8)

x

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN... vi

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 4

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Penelitian Relevan ... 7

2. Profesionalisme Guru ... 9

3. Pengertian Guru ... 14

(9)

xi

7. Jenis-Jenis Karakter ... 31

B. Kerangka Pikir ... 36

C. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian... 40

B. Lokasi dan objek penelitian ... 40

C. Variabel penelitian ... 41

D. Populasi Dan sampel ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Teknil Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan... 67

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Kesimpulan ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN

(10)

xii

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian ... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... 44

Tabel 4.1 Data skor angket tentang Profesionalisme Guru ... 49

Tabel 4.2 Data skor angket tentang karakter siswa ... 49

Tabel 4.3 Hasil frekuensi angket Profesionalisme Guru ... 50

Tabel 4.4 Hasil frekuensi angket karakter siswa ... 50

Table 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 50

Table 4.6 Test of Homogeneity of Variances... 51

Table 4.7 ANOVA Table ... 52

Table 4.8 Variables Entered/Removeda ... 54

Tabel 4. 9 Model Summary ... 55

Tabel 4.10 Coefficients ... 56

Table 4.11 Guru anda selalu datang kesiangan ( tidak tepat waktu)ketika jam mengajar ... 56

Table 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Angket Tentang Profesionalisme Guru.. ... 60

Table 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Angket Tentang Profesionalisme ... 63

Tabel 4.14 Tabel Silang Antara Profesionalisme Guru ... 64

Table 4.15 Kerja untuk menghitung 𝑥2 antara Profesionalisme Guru ... 64

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tantangan dunia pendidikanpada era sekarang ini adalah tantangan bagi guru di dalam berhubungan dengan siswa dalam proses belajar mengajar.Guru sangat diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar,hasratingintahu, dan minat yang kuat pada siswanya untuk mengikuti pelajaran di sekolah dan partisipasi aktif di dalamnya.Sebab semakin banyak yang aktif termotivasi untuk belajar maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pendidik dan Tenaga kependidikan pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi.

Pendidikan dapat berjalan dengan baik jika tripusat pendidikan dapat bersinergi dengan baik.Salah satu pusat pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan wahana untuk mentransfer pengetahuan dan mentransformasi afektif dan psikomotorik menjadi lebih baik. Untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional berjalan dengan baik terutama mengenai membentuk karakter siswa yang baik maka peranan guru sangat dihandalkan karena salahsatu tugas guru adalah mendidik, membina dan membimbing siswa.

(12)

Guru professional yaitu memahami karakteristik siswa yang dihadapinya.

Oleh karena itu, ketika mengajar selalu memperhatikan siswanya. Kerna Mengetahui karakteristik siswa penting untuk menentukan bahan ajar yang akan diberikan. Seorang pendidik tidak boleh berhenti membentuk suasana pembelajaran kondusif bagi peserta didik supaya kualitas hasil belajarnya meningkat. Berikut ada 4 Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagaiberikut :

a. kompetensikepribadian b. kompetensisosial c. kompetensipaedagogie

d. dan kompetensi professional sesuai dengan undang – undang republik Indonesia nomor 14 tahun 2005.

Menurut Ahmad Tafsir “pendidikan adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan pesertadidik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik”.

Setiap pesertadidik pasti memiliki karakter yang berbeda-beda dengan teman yang lainnya, karena karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak atau budipekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter juga dikatakan sebagai kepribadian seseorang yang menunjukkan perbuatan yang terpuji atau pun perbuatan yang tercela.

Kemudian Syafaruddin juga mengemukakan bahwa karakter adalah sebagai pendidikan nilai,budipekerti,moral dan pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik

(13)

buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Harapan dalam pendidikan karakter adalah seorang akan cerdas emosinya.

Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan masa depan siswa, karena dengannya seseorang akan berhasil dalam menghadapi segala macam.

Guru menjadi panutan dan sering ditiru anak-anak, maka sebaiknya guru memberkan teladan yang baik. Pendidik yang baik kemungkinan besar akan memperoleh anak didik yang baik juga, realitanya adalah murid akan meniru apa saja yang dilakukan oleh gurunya, demikian sebaliknya jika guru berpeilaku buruk, maka akan memperoleh anak didik yang bertingkah laku buruk pula.

Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Guru dipandang sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar siswa. Mengingat peranannya yang sangat penting, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komperehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.

Seorang guru hendaklah menegakkan keprofesionalismenya dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya supaya siswa juga bisa bersikap disiplin dalam belajar disekolah dan dari kedisiplinan siswa tersebut mampu memunculkan karakter yang baik dari siswa itu sendiri.

(14)

Berdasarkan realita dan kondisi yang ada di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang, bahwa banyak Guru yang belum begitu Professsional seperti guru sering dating terlambat kesekolah, guru kurang bertanggung jawab atas tugas yang dibebani kepadanya. Banyak guru tidak tepat waktu dalam mengajar dan di saat mengajar,guru kurang memahami karakter belajar siswa sehingga mengakibatkan sebagian siswa lemah pemahaman.

Siswa juga sering keluar masuk pada saat pergantian jam pelajaran,sering terlambat,tidak mematuhi peraturan, sering melawan guru, berkelahi, membolos dan tidak mengerjakan PR sekolah. Pada dasarnya perlakuan siswa juga bisa dilatarbelakangi oleh lingkungan dan dirinya sendiri, namun pengaruh terbesar dan paling utama adalah Guru tidak Profesional menegakan peraturan dalam sekolah.

Mengenai latar belakang diatas,peneliti ingin melakukan penelitian yang mendalam agar diperoleh penjelasan dari informasi mengenai Profesional guru dalam mengajar dan pengaruhnya terhadap karakter siswa. Oleh karena itu,peneliti merangkumnya dalam judul yaitu:

“PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH CABANG MAMAJANG KOTA MAKASSAR”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan Latar belakang diatas,maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Apakah ada pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar?.

(15)

C. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk Mengetahui pengaruh Profesionalisme Guru terhadap karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang mamajang Kota Makassar.

D. ManfaatPenelitian

Manfaat penelitian terbagi atas dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masalah bagi perkembangan teknologi dan menambah kajian ilmu tentang keterampilan mengajar guru terhadap prestasi belajara siswa.

2. Manfaat Praktis.

Secara praktis, hasil dan penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak penelitian di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang mamajang Kota Makassar dalam pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan Sekolah.

a. Peneliti

Penelitian ini menjadi tahap belajar yang mendalam tentang penelitian pendidikan,serta menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam hal menyusun karya ilmiah.

(16)

b. Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi guru, khususnya di tempat penelitian yaitu di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar, agar Guru Secara Profesional mengajar.

c. Siswa

Selain bagi guru dan untuk peneliti sendiri, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pembelajaran kepada siswa agar dapat merubah prilaku yang kurang baik menjadi prilaku yang lebih baik lagi.

d. Sekolah

Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka membentuk karakter siswa, sebagai refrensi untuk membangun kualitas pendidikan.

e. Umum/pembaca

Secara umum bagi masyarakat penelitian ini diharapkan sebagai rujukan untuk berbagai kebutuhan, dan mengembangkan metodologi pembelajaran maupun sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang relevansi.

(17)

7 A. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian Relevan

Penelitian ini mengenai Pengaruh profesionalisme guru terhadap karakter siswa kelas X Madrasah Aliya Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar.. Berdasarkan eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Yang pertama adalah sebagai berikut :

a. Dari Uri Wahyuni dalam jurnalnya yang berjudul “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa di SDN Jigudan Triharjo Pandak Bantul”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakter siswa di SDN Jigudan Triharjo Pandak Bantul, mengetahui karakter siswa yang terbentuk di SDN Jigudan Triharjo Pandak Bantul, dan mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam membentuk karakter siswa di SDN Jigudan Triharjo Pandak Bantul.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa peran guru dalam membentuk karakter siswa berpengaruh terhadap karakter yang ditampilkan siswa di SDN Jigudan; nilai-nilai karakter yang terbentuk pada siswa di SDN Jigudan yaitu religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, toleransi, cinta damai, demokratis, komunikatif, menghargai prestasi, nasionalisme, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli

(18)

sosial, dan integritas; faktor pendukung dalam membentuk karakter siswa adalah guru sudah paham secara benar mengenai konsep dan aplikasi pendidikan karakter, sarana dan prasarana sekolah yang menunjang dalam pembelajaran dan proses pendidikan karakter, dan guru berperan aktif dalam pendidikan karakter sedangkan faktor penghambatnya adalah peserta didik yang mempunyai tabiat yang kurang baik dan faktor keluarga, faktor lingkungan masyarakat yang kurang mendukung.

a. Penelitian dari mila silvy arumsari dalam jurnalnya yang berjudul “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Sains di MI Al-huda Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakter siswa dalam pembelajaran sains, karakter yang terbentuk dalam pembelajaran sains serta faktor pendukung dan penghambat pembentukan karakter dalam pembelajaran sains.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru dalam membentuk karakter siswa dalam pembelajaran sains di MI Al Huda Yogyakarta: (1)Peran guru dalam membentuk karakter siswa sangat penting, peran guru dalam pembelajaran sains meliputi: peran sebagai motivator, fasilitator, model dan teladan serta pendorong kreativitas. (2) Karakter yang terbentuk dalam pembelajaran sains antara lain: jujur, tanggung jawab, kreatif dankerja keras. (3) Faktor pendukung pembentukan karakter siswa adalah komunikasi yang terjalin baik antara guru dan siswa, komunikasi yang terjalin baik antara guru dengan orang tua siswa dengan diadakan pertemuan setiap sebulan sekali, media pembelajaran sains yang sudah mencukupi.

(19)

Faktor penghambatnya adalah belum maksimalnya pembentukan karakter dari pembelajaran sains untuk siswa, kurangnya kesadaran siswa untuk memahami pembentukan karakter.

c. Penelitian dari Melinda Merdeka Sari dalam skiripsinya yang berjudul

“pembentukan pendidikan karakter di SD terpadu putra harapan purwokerto” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa-apa saja metode atau cara guru dalam pembentukan pendidikan karakter di SD Terpadu

Putra Harapan membentuk 10 nilai karakter menggunakan 3 metode dalam pelaksanaannya yakni metode pengajaran, keteladanan dan pembiasaan.

Nilai karakter yang ditanamkan yakni: 1). Nilai jujur: menggunakan metode pengajaran dan pembiasaan, 2). Nilai toleransi: menggunakan metode pengajaran dan keteladanan, 3). Nilai disiplin: menggunakan metode pengajaran dan pembiasaan, 4).Nilai kerja keras: menggunakan metode pengajaran dan keteladanan, 5). Nilai kreatif: menggunakan metode pengajaran, 6). Nilai mandiri: menggunakan metode pengajaran dan keteladanan, 7). Nilai rasa ingin tahu: menggunakan metode pengajaran, 8).

Nilai komunikatif: menggunakan metode pengajaran dan pembiasaan,9). Nilai gemar membaca: menggunakan metode keteladanan dan pembiasaan, 10).

Nilai tanggung jawab: menggunakan metode keteladanan.

2. Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesionalisme

Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing – masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata profesionalisme dan

(20)

Guru.Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah Profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris Profession yang berarti pekerjaan.

Profesional menurut UU Guru dan Dosen NO 14 tahun 2005 bab 1 pasal 1 ayat 4 yang berbunyi :

“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang di lakukan oleh seorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,kemahiran,atau kecakapan yang memenuhi standar mutsu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.”

Arifin dalam buku Kapita Selekta Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan kusus yang di peroleh dari pendidikan akademis yang intensif.Jadi profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian Tertentu.

Adapun pengertian profesi secara terminologi atau istilah, sesuai apa yang telah diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

(21)

a. Prof. H. M. Arifin mengartikan Profesi adalah suatu bidang keahlian khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkan.

b. Prof. Dr. Piet A. Sahertian dalam bukunya “profil Pendidikan Profesional” menyatakan bahwa pada hakikatnya profesi adalah suatu janji terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan karena terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

c. Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.

Pada umumnya orang memberi arti pada pengertian profesional.

Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknik yang dimiliki seseorang guru dikatakan profesional bila guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Profesional memiliki makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung jawab intelektual maupun moral dan rasa kesejawatan.

Lebih lanjut,Suri berpendapat bahwa Profesionalisme Guru mempunyai makna penting yaitu :

a. Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahtraan masayrakat umum.

b. Profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini di anggap oleh sebagian masyarakat rendah.

(22)

c. Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya.

Suatu pandangan yang lebih praktis yang menyatakan bahwa seorang yangf professional dalam profesi tertentu mengfhasilkan pemikiran- pemikiran tertentu dan karia yang kuat didasarkan pada suatu system pengetahuan yang telah dibekukan oleh dunia ilmu pengetahuan,atau masyarakat ilmiah dalam bidang studi tertentu (gema pendidikan,1993 : 1) Mengacu pada criteria dan persyaratan-persyaratan di atas,guru juga dapat dikatakan sebuah profesi.

Dari semua pendapat para ahli di atas, maka untuk sebagai kesimpulan profesional dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan atau dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut yang menganggap keahlian ini sebagai suatu yang harus diperbaharui secara terus menerus dengan memanfaatkan kemajuan–

kemajuan yang terdapat dalam ilmu pengetahuan.

b. Sarat-sarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru 1. Takwa Kepada ALLah

Takwa kepada Allah Swt merupakan syarat menjadi guru yang utama.Kita tahu bahwa takwa merupakan perintah dari Allah untuk menjalankan segala perintahnya serta menjauhi segala larangannya.

Dalam artian sebagai seorang guru haruslah mendidik anak yang sesuai

(23)

dengan perintah agama agar dapat menjadi seorang guru yang baik dan professional.

2. Memiliki akhlak atau berkelakuan baik

Dalam syarat menjadi guru yang baik haruslah memiliki akhlakul karimah, dengan akhlak serta berkelakuan yang baik maka itu akan mampu memberikan tauladan yang baik pula bagi anak didiknya sehingga akan mencapai keberhasilan dalam mendidik anak didikannya yang akan menjadi generasi penerus bangsa yang baik serta mulia

3. Berilmu

Berilmu juga merupakan syarat menjadi guru yang juga sangat penting, karena semakin tinggi pendidikan seorang guru maka semakin tinggi dan baik pula mutu pendidikannya dan segala sesuatu yang dilakukan dan dicapai didasari dengan ilmu yang ditandai dengan:

a) Memiliki Kualifikasi Akademik dimana seorang guru memilki tingkat pendidikan yang memenuhi persyaratan yang mana dibuktikan dengan ijazah yakni ijazah sarjana (S.1) atau diploma empat (D.4).

b) Memiliki Kompetensi yakni dengan seperangkat pengetahuan ,keterampilan dan perilaku yang memang harus dikuasai daan dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik.

c) Memiliki Sertifikat Pendidik (sertifikasi) yang membuktikan bahwa guru tersebut sebagai tenaga pengajar yang profesional. Sertifikat ini bertujuan untuk suatu penghargaan terhadap guru dimana guru

(24)

tersebut telah memenuhi standar profesi guru dengan proses sertifikasi.

d) Memiliki Kemampuan Mendidik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang sesuai peraturan yang termasuk dalam undang- undang.

4. Sehat Jasmani dan Rohani

Syarat menjadi guru juga harus memiliki kesehatan yang baik pula yang dapat memungkinkan bagi seorang guru untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar dengan baik dan sesuai tujuan.

a) Kesehatan jasmani merupakan faktor yang dapat menentukan kelancaran dalam proses belajar mengajar karena kesehatan jasmani dapat mempengaruhi semangat mengajar oleh seorang guru.

b) Kesehatan rohani merupakan hal yang berhubungan dengan masalah moral, sehingga seorang guru haruslah memiliki moral yang baik agar dapat menjadi tauladan bagi anak didikannya.

3. Pengertian Guru

Secara etimologi guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.Secara terminologi terdapat beberapa pendapat para ahli. Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Secara umum “Guru” adalah “pendidik”.

Dalam UU Guru dan Dosen,mengatakan bahwa guru adalah “Pendidik Profesional tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan,

(25)

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Sedangkan pengertian guru seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut

a. Ahmad D. Marimba, menyatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik.

b. M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan bahwa guru adalah Spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan membenarkannya, menghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang.

c. Amien Daiem Indrakusuma menyatakan bahwa guru adalah pihak atau subyek yang melakukan pekerjaan mendidik.

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka untuk sebagai kesimpulan guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat – tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa di masjid, di surau/ musholla, di rumah dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan

(26)

membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.

1. Kompetensi Profesionalisme Guru

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yang profesional.

Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional.

Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia

c. Kompetensi Profesional

(27)

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar

Di sini kompetensi profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar-mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.

Untuk mendapatkan suatu predikat sebagai guru yang kompeten harus memiliki sejumlah kemampuan – kemampuan.

Kemampuan dasar itu tidak lain adalah kompetensi guru.Adapun kompetensi profesional yang dikembangkan oleh proyek pembina pendidikan adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh A. Samana.

Menurut A. Samana ada kompetensi dasar harus dikuasai oleh guru yaitu:

(28)

a. Menguasai bahan

b. Mengelola proses belajar mengajar c. Mengelola kelas

d. Menggunakan media dan sumber bahan pengajaran e. Menguasai landasan – landasan kependidikan f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan i. Mengelola dan menyelenggarakan administrasi sekolah .

Kesimpulannya profesionalisme mengajar guru memiliki pengaruh positif terhadap keaktifan belajar siswa. Bentuk Profesionalisme guru dalam mengajar dapat membantu karakter siswa dalam belajar.

2. Kriteria Guru Sebagai Profesi

Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: a. upah, b. memiliki pengetahuan dan keterampilan, c. memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, d.

mengutamakan layanan, e. memiliki kesatuan, f. mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya. Kemudian Robert W. Richey dalam bukunya “Preparing for a Carier in Education”, yang dikutip Yunus Namsa mengemukakan ciri – ciri sekaligus syarat – syarat dari suatu profesi sebagai berikut:

1 Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi.

(29)

2 Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep – konsep serta prinsip – prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

3 Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

4 Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku siap serta cara kerja.

5 Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

6 Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.

7 Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier) dan menjadi seorang anggota yang permanen.

Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan mengemukakan khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba menyusun kriteria profesi keguruan. Misalnya National EducationAssociation (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria sebagai berikut:

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.

c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.

d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.

(30)

g. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalinerat.

Dalam buku yang dikutip Yunus Namsa, Sanusi mengutarakan ciri – ciri utama suatu profesi sebagai berikut:

1 Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan crusial.

2 Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.

3 Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

4 Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.

5 Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

6 Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan sosialisasi nilai – nilai profesional itu sendiri.

7 Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

8 Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

9 Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.

(31)

10 Jabatan ini mempunyai prestasi yang tinggi dalam masyarkat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa, Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi adalah; (a) bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yangmantap, pengendalianyang baik. Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar sistem; (b) bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (c) bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan.

4. Kriteria Guru

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;

a. Memiliki bakat sebagai guru.

b. Memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

(32)

d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.

Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni 1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; 2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; 3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; 4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; 5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas – tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual

(33)

5. Karakteristik Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Karakter adalh nilai-nilai unik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil pola pikir, olah hati, olah rasa dan karsa serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.

Karakter dalam bahasa Inggris: “character” dalam bahasa Indonesia

“karakter”. Berasal dari bahasa Yunani character dan charassain yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwardarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.

Secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

Karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang karakter:

(34)

1. Menurut Scerenko, karakter adalah ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompeksitas mental dari seseorang.

2. Menurut Winnie bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality.

Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan

Pengertian yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpukan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

(Pius Partanto, Dahlan, 1994). Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gayahidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkahlaku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan(Moh. Uzer Usman,1989).

Karakteristik siswa diartikan sebagai keseluruhan pola kelakuan dankemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari

(35)

lingkungansosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita- citanya(Sudirman,1990).

Namun ada juga yang mengartikan sebagai aspek-aspek ataukualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gayabelajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. BUno.2007)

Dr. I Made Candiasa, M.I.Komp,dekan FPTK IKIP Negeri Singaraja,dalam sebuah orasi untuk perkenalan menjadi guru besar di kampusnya awalpekan ini mengungkapkan karakteristik siswa dalam sebuah kelas atau sekolah itu sangat beragam.Sehingga saat melakukan proses belajar-mengajar, setiap siswa sebaiknya menerima perlakuan individu dengan pendekatan yang berbeda-bedaantara satu siswa dengan siswa lainnya.

Psikologi dengan berbagai cabangnya telah mengidentifikasi sangatbanyak variabel yang mengindikasikan perbedaan individu dan mempengaruhiproses belajar, seperti kecerdasan, keberbakatan, gayakognitif, gaya berpikir,daya adopsi, ketahan-malangan, dan kemampuan awal.Soal kecerdasan sudah sejak lama menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran.

Menurut Candiasa, teori faktor tunggal dari Binet-Simon (2008) mendeskripsikan kecerdasan dalam satu skor umum tunggal (overall single score)yang disebut intelligence quotient (IQ), sedangkan Spearman dengan teori duafaktor mendeskripsikan kecerdasan menjadi dua faktor kemampuan

(36)

yang berdirisendiri, yaitu faktor umum (general) dan faktor khusus (specific).

Bahkan, pemberagaman pembelajaran akibat perbedaan kecerdasan menguat setelahThurstone mendeskripsikan kecerdasan dan keberbakatan (aptitude) menjadibeberapa faktor kemampuan yang dikenal dengan faktor ganda (multiple factors), yaitu kemampuan verbal (verbal comprehension), kemampuan berhitung(number), kemampuan geometris (spatial relation), kelancaran kata (wordfluency), ingatan (memory), dan penalaran (reasoning).

Selanjutnya, tuntutan keberagaman pembelajaran lebih tampak lagi padateori kecerdasan ganda (multiple intelligence) dari Gardner (2009).

Teorikecerdasan ganda menyatakan bahwa kecerdasan dan keberbakatan manusiaterdiri atas tujuh komponen yang semiotonom, yaitu kecerdasan musik (musicalintelligence), kecerdasasan bodi-kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence),kecerdasan logika-matematika (logical- mathematical intelligence), kecerdasanruang (spatial intelligence), kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence),dan kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence).Nah, agar diperolehhasil belajar yang optimal, kecerdasan yang berbeda harus mendapatkan layananpembelajaran yang berbeda pula.

Selain kecerdasan, gaya kognitif juga cukup kuat pengaruhnya terhadapproses pembelajaran.Sebagaimana disebutkan oleh Witkin (1995:

(37)

127) yang membedakan individu berdasarkan gaya kognitifnya menjadi individu fieldindependent dan individu field dependent.

Individu field independent cenderung berpikir analisis, mereorganisasi materi pembelajaran menurut kepentingan sendiri, merumuskan sendiri tujuanpembelajaran secara internal dan lebih mengutamakan motivasi internal.

Di lainpihak, individu field dependent cenderung berpikir global, mengikuti strukturmateri pembelajaran apa adanya, mengikuti tujuan pembelajaran yang ada danlebih mengutamakan motivasi eksternal. Gejala psikologis lain yang dapatmembedakan individu dalam proses belajarnya adalah gaya berpikir. Gayaberpikir erat kaitannya dengan fungsi belahan otak. Koestler dan Clark (1960)menyebut bahwa belahan otak kanan lebih bersifat lateral dan divergen,sedangkan belahan otak kiri lebih bersifat vertikal dan konvergen.

Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir,dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan- kemampuantertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi tertentu. Proses berpikirotak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional, sedangkan proses berpikirotak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, divergen, dan holistik. Daya adopsiindividu juga berbeda dan juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Rogers (2006) membedakan individu berdasarkan daya adopsinya menjadi empatkelompok, yaitu adopter, mayoritas awal (early majority),

(38)

mayoritas akhir (latemajority), dan pembelot (laggard).Individu yang masuk kelompok adopter selalumempelopori penerimaan inovasi.Kelompok mayoritas awal memerima inovasiapabila sudah sekitar 30 persen individu lainnya menerima.Kelompok individumayoritas akhir bersedia menerima inovasi setelah 60 persen individu lainnya.

Kelompok individu pembelot adalah kelompok individu yang paling sukar menerima inovasi.Setelah itu, berawal dari kegagalan individu cerdas danberbakat dalam usahanya, ditemukan variabel ketahan-malangan (adversity) yangdapat mempengaruhi aktivitas individu, termasuk belajar.

Ketahan-malangan adalah daya tahan individu untuk menghadapi tantangan. Stoltz (2005:41) membedakan individu berdasarkan ketahan- malanganyang dimiliki menjadi tiga kelompok, yaitu penjelajah (climber), penunggu(camper), dan penyerah (quitter). Individu penjelajah selalu ingin maju seberapapun hambatan yang dialami.Individu penunggu, untuk berbuat sesuatu selalumenunggu keberhasilan individu lainnya.Individu penyerah adalah individu yangtidak berusaha untuk maju dan cenderung menyerah sebelum berusaha.

Kemampuan awal peserta juga harus mendapat pertimbangan dalam prosespembelajaran.Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individudalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan lingkungandapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal.

Perbedaan kemampuan awalmengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untukmembangun struktur kognitif.

(39)

6. Tujuan Pembentukan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kemendiknas sebagaimana dikutip Agus Zaenul Fitri, tujuan pendidikan karakter antara lain.

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki budaya dan karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

(40)

Menurut Yahya Khan, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Mengembangkan potensi anak didik menuju self actualization.

b. Mengembangkan sikap dan kesadaran akan harga diri.

c. Mengembangkan seluruh potensi peserta didik, merupakan manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.

d. Mengembangkan pemecahan masalah.

e. Mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil, untuk membantu meningkatkan berpikir kritis dan kreatif.

f. Menggunakan proses mental untuk menentukan prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektual.

g. Mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka intelegensi dan mengembangkan kreatifitas.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut :

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

(41)

c. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

7. Jenis- Jenis Karakter

Menurut rohinah. dalam buku (mengembangkan karakter anak secara efektif di sekolah dan rumah) bahwa dalam pendidikan karakter, terdapat enam nilai etika utama (core ethical values) seperti yang tertuang dalam deklarasi aspek yaitu meliputi), (1) dapat dipercaya (trustworthy) seperti sifat jujur (honesty) dan integritas (integrity), (2) memperlakukan orang lain dengan hormat (treats people with respect), (3) bertanggung jawab (responsible), (4) adil (fair), (5) kasih sayang (caring), dan (6) warga Negara yang baik (good citizen).

Lebih lanjut, sumantri menjelaskan beberapa esensi nilai karakter yang dapat dieksplorasi, diklarifikasi, dan direalisasikan melalui pembelajaran baik dalam intra dan ekstakurikuler antara lain sebagai berikut.

(42)

Tabel 2.1

(Nilai nilai dalam mengembangkan karakter)

Ideologi (Ideology)

Agama (Religion)

Budaya (Culture) Disiplin, hukum dan tata

tertib

Mencintai tanah air Demokrasi

Mendahulukan kepentingan umum Berani

Setia kawan Rasa kebangsaan Patriotik

Warga Negara produktif Martabat / harga diri bangsa

Setia / bela negara

Iman kepada tuhan Taat kepada perintah tuhan

Cinta agama

Patuh pada ajaran agama Berakhlak

Berbuat kebajikan Suka menolong dan bermanfaat bagi orang lain

Berdoa dan bertawakal Peduli terhadap sesama Berperikemanusiaan Adil

Moral dan kebijaksanaan

Toleransi dan itikad baik Baik hati Empati

Tata cara dan etika Sopan santun Bahagia / gembira Sehat

Dermawan Persahabatan Pengakuan Menghormati Berterima kasih

Sementara dalam persepsi kemendiknas terdapat 18 nilai karakter yang tertuang dalam buku pengembangan pendidikan dan budaya dan karakter bangsa yang disusun kementerian pendidikan nasional melalui badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum.

(43)

Suyadi.(2012). Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah.

Yogyakarta: Mentari Pustaka, h. 24-26.

1. Religious, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melasanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

2. Jujur, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3. Toleransi, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.

4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan dan tata tertib yang berlaku.

5. Kerja keras, yakni prilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh- sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain sebagainya dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

(44)

7. Mandiri, yakni sikap dan prilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

8. Demokrasi, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan prilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam.

10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau idividu dan golongan.

11. Cinta tanah air, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa bangsa, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain serta mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat prestasi lebih tinggi.

13. Komunikasi, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama sesara kolaboratif dengan baik.

(45)

14. Cinta damai, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyelesaikan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan lain sebagainya sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

18. Tanggung jawab, yakni sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Keseluruhan nilai karakter di atas oleh kemendiknas akan diimplementasikan di sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK) melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Bahkan, kemendiknas telah merumuskan indikator setiap nilai karakter, baik di tingkat madrasah maupun di kelas.

Karena tujuan pemerintah adalah:

1. untuk membentuk manusia indonesia yang bermoral, 2. membentuk manusia indonesia yang cerdas,

3. membentuk manusia indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras,

(46)

4. membentuk manusia indonesia yang optimis dan percaya diri, dan 5. membentuk manusia indonesia yang berjiwa patriot.

Maka dengan demikian, pendidikan adalah suatu wadah bagi anak bangsa untuk membentuk kemanusiaan, kepribadiaan dan juga untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

B. Kerangka Pikir

Sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah Mamajang merupakan Sekolah yang bernuansa islami.yang kini sekolah tersebut memiliki ruang musholah tersendiri,sehingga guru-guru dan siswa melaksanakan ibadah sholat pada saat adjan di kumandangkan.Kegiatan belajar mengajarpun berjalan sebagaimana sekola-sekolah pada umumnya.Namun yang menjadi permasalahan disini sesuai dengan peneliti lihat adalah guru-guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah saangat tidak Professsional dalam mengajar dan di luar jam mengajar.\

Untuk itu sebagai sasaran peneliti yaitu keprofesionalisme guru di sekola Madrasah Aliyah Muhammadiyah tersebut..Kenapa saya berkesimpulan seperti itu?tentu ada alasan-alasan yang perlu saya paparkan sebagai berikut :

a) Pada umumnya guru-guru yang berada di Sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiya Mamajang tersebut, kuwalitas profesional sangat minimdalam proses pembelajaran yaitu : guru tidak memahami karakter siswa secara perindividu atau secara kelompok, sehinga guru memberikan penjelasan atau menggunakan kompetensi mengajar secara umum atau ceramah saja. Untuk itu akibatnya ada beberapa siswa yang tidak memahami cara mengajar guru tersebut.di karenakan berbeda karakter menerima mata pelajaran.

(47)

b) Kemudian Pada jam istirahat, yaitu pada jam solat, siswa tidak ikut gurunya solat, mala mereka bermain, akibatnya Kuwalitas Guru belum Professional mendidik dan membimbing karakter siswanya dengan baik dan benar. Padahal suda di jelaskan dalam pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai- nilai luhur bangsa serta agama.

Hal ini dikuatkan lagi dengan adanya Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab Pasal 4 yang menyatakan bahwa

“Standar Pendidikan Nasional bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.”

Salah satu aktor penting yang sangat berperan di sekolah dalam mengembangan nilai-nilai karakter adalah tenaga pendidik atau guru.

(48)

Berikut adalah kerangka piker menggunakan bagan :

Karakter siswa merupakan ciri khas dari masing - masing peserta didik, setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda, baik itu karakter yang baik maupun karakter yang buruk. Untuk itu guru sangat berperan penting dalam pembentukan pendidikan karakter siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir diatas,maka hipotesis penelitian ini adalah:

Ha: Setelah guru melaksanakan tindakan-tindakan dalam proses pembelajaran maupun di saat waktu istrahat. Sebagaimana tindakan guru adalah Guru mampu memahami karakter siswa dalam belajar, dan juga guru mampu memaparkan mata pelajaran sesuai minat belajar siswa. Untuk itu ada pengaruh Profesionalisme guru terhadap karakter siswa dalam belajar.

KARAKTER SISWA

TIDAK PENGARUH PENGARUH

HASIL

PENGARUH PROFESIONALISME GURU

(49)

Ho: Tidak ada pengaruh Profesionalisme guru terhadap karakter siswa dalam belajar apabila guru tidak mampu memahami karakter siswa dengan baik dan benar, sehingga tingkat pemahaman siswa rendah, dikarenakan tidak sesuai dengan minat belajar.

(50)

40 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian uji statistik yang akan menganalisis data secara mendalam lalu di analisis dalam bentuk kuantitatif, teknik analisis uji statistik yang akan mencari ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkanuraiandiatas,penelitidapatmemperolehgambarantentangadanyaP engaruhProfesionalisme Guru terhadapkaraktersiswakelas X di Madrasah AliyahMuhammadiyahCabangMamajang Kota Makassar

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasipenelitiandiadakan di Madrasah AliyahMuhammadiyahCabangMamajang Kota Makassar.Beralamatdi Jl.Dr.Ratulangi. Lokasipenelitiandipiliholehpenelitikarenamemenuhikeriteria yang diharapkanolehpeneliti yang dapatmenunjangterhadappenelitian yang dilakukan.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang akandigunakandalampenelitianiniselamakuranglebihduabulanpadabulanJuli–

Agustus 2019.

(51)

C. Definisi Operasional Variabel

Menurut Ibid, (Hlm 75),“Definisioperasionalvariabeladalahdefinisi yang didasarkanatassifat-sifathal yang didefinisikan yang didapat, diamatiatau diobservasisertadapatdiukur”.

Berdasarkandefinisi di atas,

makadapatdiambilpengertianbahwadefinisioperasionalvariabelmerupakanpenjabar antentangsuatuvariabelsehinggamemungkinkanuntukdilakukanpengukuran.Adapu nvariabel yangdigunakandalampenelitianiniadalah:

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Dalampenelitianini yang menjadivariabelbebas (variabel independent) adalahProfesionalisme gurudenganindikator:

a) Guru memberikan contoh perilaku disiplin terhadap siswa b) Guru memberikan motivasi terhadap siswa

c) Guru memberikan perhatian terhadap siswa 2. Variabel terikat (variabel dependen)

Dalampenelitianini yang menjadivariabelterikatadalahKaraktersiswadenganindikator:

a) Siswa menerima nasehat guru b) Siswa melaksanakan perintah guru

c) Siswa dapat membedakan yang baik dan yang tidak baik

(52)

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:173),“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Menurut Sugiyono (2008:115), “Populasi juga dapat diartikan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar yang berjumlah 211 siswa.

Tabel 3.1

Populasi Peserta Didik Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Siswa Laki-laki

(L)

Perempuan (P)

X A 8 12 20

X B 11 9 20

XI A 19 23 42

XI B 20 21 41

XII A 21 20 41

XII B 23 24 47

102 109 211

Sumber: Madrasah AliyahMuhammadiyahCabangMamajangTahunAjaran

(53)

Menurut Muh.Iqbal Hasan (hlm 84),“Sampel adalah sebagai bagian dari populasi yang diambil melalui cara tertentu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisamewakili populasi”.

Berdasarkan definisi di atas maka peneliti dapat menjelaskan bahwa sampel adalah guru dan sebagian atau sekelompok siswa yang akan diteliti dan sudah mewakili semua populasi.

Menurut Suhar simi Arikunto (2013:108),“Untuk menentukan berapa banyak sampel yang akan diteliti, apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, dan apabila jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.

Berkenaan dengan itu, dalam penelitian berjijumlah populasinya sebanyak 211 siswa, maka sampel yang diambil adalah 40 orang siswa.

2. Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2003:74-78),“Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel”.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan.

Adapun teknik pengambilan sampel dalam menentukan kelas yang akan dijadikan sampel adalah teknik yang digunakan adalah Purposive sampling berdasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu serta berdasarkan ciri-ciri, atau sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti memilih kelas X sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa pada siswa kelas X tingkat kedisiplinan sangat rendah tingkat kedisiplinannya, pelanggaran-pelanggaran

(54)

populasi siswa kelas X ini memiliki ciri-ciri yang sama, dimana dalam pembagian kelasnya tidak ada kelas unggulan sehingga kemampuan siswa dianggap setara.

Pembagian kelas X dibagi dalam dua kelas.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Berdasarkan uraian diatas,instrument penelitian yang digunakan peneliti berupa kisi-kisi variable instrument penelitian, kisi-kisi instrument angket penelitian dan alat dokumentasi.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian

No Variabel Penelitian Sumber Data Metode 1. Variabel Bebas:

Profesional;isme Guru Siswa Angket

2. Variabel Terikat:

Karakteristik Siswa Siswa Angket

Sumber: Kisi-kisiInstrumenVariabelPenelitian Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Variabel

penelitian

Indikator Butir

soal

Jumlah

1 2 3 4

Variabel bebas(x)

Guru memberikan contoh perilaku yang baik terhadap siswa

5 5

Guru memberikan motivasi terhadap siswa

2 2

(55)

Sumber: Kisi-kisiInstrumenAngketPenelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

MenurutSuharsimiArikunto

(2006:151),“Angketataukuesioneradalahpertanyaantertulisyang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam artian laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa angket adalah metode pengumpulan data dengancara menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk meneliti responden khususnya untuk mengetahui bagaimana variable bebas mempengaruhi variable terikat.

Adapun jenis angket yang digunakan adalah angket tidak langsung. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert.Skala Likert digunakan untuk

penelitian Indikator

soal Jumlah

1 2 3 4

profesional Guru

Guru memberikan perhatian tehadap siswa

3 3

Variabel terikat(y)

Karakter Siswa

Siswa menerima nasehat guru Siswa melaksanakan perintah guru

Siswa dapat membedakan yang baik dan yang tidak baik

2

4

4

2

4

4

Jumlah 20 20

(56)

fenomena sosial. Sedangkan system pembuatan kuesioner penulis menggunakan angket tertutup dengan jumlah 16 soal, dimana responden cukup memberkan tanda checklist

(57)

telah diajukan, yaitu:

1. Coding

Yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka/huruf yang memberkan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. Maksud dalam pemberian kode dalam penelitian ini adalah angket yang telah diperiksa, diberi identitas sehingga dapat di ketahui kelanjutan proses pengolahan data.

Hasil dari coding dalam penelitian ini sebagai berikut:

(1) Untuk variabel bebas (X), yaitu Profesionalisme Guru di beri kode X (2) Untuk variabel terikat (Y), yaitu Karakter siswa diberi kode Y

2. Tabulasi

Yaitu memasukkan data kedalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam beberapa kategori.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Yaitu pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian yang diambil. Setelah data diolah dan dimasukkan kedalam tabel, selanjutnya adalahv menganalisis atau menguji data tersebut dengan analisiskuantitatifataustatistik.

UntukmengetahuipengaruhProfesionalisme Guruterhadapkaraktersiswakelas X di

Madrasah aliyaMuhammadiyaCabangMamajang Kota

(58)

kuadrat”.Adapunrumus chi kuadratsebagaiberikut:

Keterangan:

= Chi kuadrat

=Frekuensi yang diperoleh/diobservasi =Frekuensi yang diharapkan

Selanjutnyauntukmengetahuiseberapabesarketerkaitanantarafaktor yang satudengan yang lain yaituantaravariabelbebas (Profesionalisme Guru)

denganvariabelterikat (Karaktersiswa diMadrasah AliyahMuhammadiytaCabangMamajang Kota Makassar.) dapatdigunakankoefisienkontingensi (KK) denganrumussebagaiberikut :

Keterangan :

C = Koefisien Kontingensi

= Chi Kuadrat n = Jumlah Sampel

(59)

49 A. Hasil Penelitian

1. Data Variable Penelitian

Data tentang Profesionalisme Guru dan Karakter siswa (variabel X dan Y).

Untuk mengetahui secara umum data tentang Profesionalisme Guru dan Karakter, siswa peneliti mengadakan penelitian melalui angket langsung yang diajukan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Untuk memperoleh skor angket berdasarkan atas jawaban yang diperoleh dari responden dimana untuk tiap-tiap item memiliki skor yaitu: alternatif jawaban A, skor 4, B skor 3, C skor 2, D skor 1.

Dari data tersebut kemudian peneliti menyajikan tabel hasil penyebaran angket Profesionalisme Guru dan Karakter siswa adalah sebagai berikut:

a. Data skor angket tentang Profesionalisme Guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar (Terlampir tabel 4.1).

b. Data skor angket tentang karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang Kota Makassar (Terlampir 4.2).

Selain itu diperoleh hasil frekuensi angket Profesionalisme Guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cabang Mamajang kota Makassar sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari berbagai pendapat di atas maka dalam penelitian ini, semua nukilan dari ayat-ayat Perjanjian Lama dikategorikan sebagai kategori al- dakhi>l fi>

digunakan dalam analisis Working Worth ini yaitu Rasio likuiditas berupa Current Ratio dan Quick Ratio, sedangkan rasio solvabilitas berupa Current Liabilities to Net Worth Ratio

Penelitian ini dianggap penting dilakukan karena topic kemiskinan yang diangkat adalah kajian terhadap dua buah negara yang sejatinya memiliki kekayaan alam yang

Barret (1981) menjelaskan, organisme yang hidup pada suatu lingkungan dengan stres tinggi akan beradaptasi dan meningkatkan pertahanan dirinya dengan melakukan

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengaruh Tipe Kepribadian Locus of Control dan Self

JAPANESE1 ∼Veek1: 7〆2千(F) 7,'25(S) Week2: 7/27(》1〉 7/28(T) 7/29(W) ()rientation Orientationforre.gistrat呈 ・n Classreg三stration Introduct1on 7β0(Th) 7β1(F) Week3:

Tujuan penyusunan propsal skripsi ini adalah untuk memenuhi prasyarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Universitas

Dari hasil pengujian hipotesis 7, dapat diambil kesimpulan bahwa Perceived Ease Of Use memiliki pengaruh yang signifikan terhadap.