• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE

KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK

《飞越老人院》电影对话中的言外之意行为分析: 语用学研究

(《Fēiyuè lǎorén yuàn 》diànyǐng duìhuà zhōng de yánwàizhīyì xíngwéi fēnxī: Yǔ yòng xué yánjiū )

SKRIPSI

OLEH:

YUNI.A.PARAPAT 150710002

PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK

《飞越老人院》电影对话中的言外之意行为分析 : 语用学研究

(《 Fēiyuè lǎorén yuàn 》diànyǐng duìhuà zhōng de yánwàizhīyì xíngwéi fēnxī: Yǔ yòng xué yánjiū )

SKRIPSI

OLEH:

YUNI.A.PARAPAT 150710002

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui:

Medan, 24 Juli 2019 Pembimbing

(3)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE

KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK

《飞越老人院》电影对话中的言外之意行为分析: 语用学研究 (《Fēiyuè lǎorén yuàn 》diànyǐng duìhuà zhōng de yánwàizhīyì xíngwéi fēnxī:

Yǔ yòng xué yánjiū )

Disusum Oleh Yuni.A.Parapat

150710002

Skripsi ini diterima oleh Panitia Ujian Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi persyaratan

memperoleh gelar sarjana

Panitia Ujian

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Niza Ayuningtias,S.S.,MTCSOL Pembimbing 2 Mhd.Pujiono, M.Hum.,Ph.D Penguji 3 Intan Erwani Penguji

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 24 Juli 2019

Yuni .A.Parapat 150710002

(5)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK

《飞越老人院》电影对话中的言外之意行为分析 : 语用学研究

(《 Fēiyuè lǎorén yuàn 》diànyǐng duìhuà zhōng de yánwàizhīyì xíngwéi fēnxī: Yǔ yòng xué yánjiū )

YUNI.A.PARAPAT 150710002

ABSTRACT

The title of the study is “Analisis Tindak Tutur dalam Film Full Circle

《飞越老人院》: Kajian Pragmatik”. The purpose of this research are (1) to

discribe about illocutionary from of speech acts in film Full Circle

《飞越老人院》(2) to discribe about function illocutionary from of speech acts in film Full Circle《飞越老人院》. Theory of this research are Searle and Leech.This research is a descriptive qualitative method.The data of this study are the speech of the main characters and other additional figures that contain forms and functions of Ilokusi speech acts. The data source of this research is a film titled Full Circle《飞越老人院》in 2012. The data of this study were collected using the method of observation and recording techniques by Sudaryanto and Miles .A. Huberman, namely: Data reduction, data presentation and conclusion.

The results of this found 56 data (1) illocutionary speech acts contained in the film Full Circle《飞越老人院》, namely assertive of this found 4 data , directive of this found 12 data, commissive of this found 4 data, expressive of this found 13 data and declarations of this found 3 data, so illocutionary speech this found is 36 data (2) Ilokusi speech act functions contained in film Full Circle

《飞越老人院》, namely the function of competitive this found 4 data , convivial of this found 7 data , collaborating of this found 5 data and conflicting of this found 4 data,so illocutionary speech acts of this found 20 data.

Keywords: Pragmatic, speech act, illocution, Full Circle.

(6)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG FILM FULL CIRCLE KARYA ZHANG YANG : KAJIAN PRAGMATIK

《飞越老人院》电影对话中的言外之意行为分析 : 语用学研究

(《 Fēiyuè lǎorén yuàn 》diànyǐng duìhuà zhōng de yánwàizhīyì xíngwéi fēnxī: Yǔ yòng xué yánjiū )

YUNI.A.PARAPAT 150710002

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Full Circle《飞越老人院》: Kajian Pragmatik”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam film

Full Circle《飞越老人院》(2) mendeskripsikan fungsi tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam film Full Circle 《飞越老人院》. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Ilokusi oleh Searle dan teori fungsi tindak tutur oleh Leech. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah tuturan para tokoh utama dan tokoh tambahan lainnya yang mengandung bentuk-bentuk dan fungsi tindak tutur

Ilokusi. Sumber data penelitian ini adalah film yang berjudul Full Circle tahun 2012. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode simak

dan teknik catat oleh Sudaryanto dan Miles .A. Huberman, yaitu : Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini ditemukan berjumlah 56 data (1) tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam film Full Circle《飞越老人院》 berjumlah 36 data, yaitu : tindak tutur Ilokusi asertif berjumlah 4 data, direktif berjumlah 12 data, komisif berjumlah 4 data, ekspresif berjumlah 13 data dan deklarasi berjumlah 3 data (2) fungsi tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam film Full Circle 《飞越老人院》berjumlah 20 data, yaitu:

fungsi tindak tutur Ilokusi kompetitif berjumlah 4 data, menyenangkan berjumlah 7 data, bekerja sama berjumlah 5 data, dan bertentangan berjumlah 4 data.

Kata Kunci : Pragmatik, Tindak Tutur, Ilokusi, Film.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atad berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul ”Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam dialog Film Full Circle” . Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Sastra Cina

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari penulis banyak berbagai pihak yang telah memberikan semangat, bimbingan , dan doa kepada penulis., Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Bahasa Mandarin, dan sebagai selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan motivasi selama penulis melaksanakan pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL., selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Mandarin, Universitas Sumatera Utara.dan sebagai selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas telah membimbing, dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya pada Program Studi Bahasa Mandarin, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Kedua orang tua yang penulis sayangi dan hormati, Ayahanda Luter Parapat dan Ibunda tercinta Dought Siregar yang telah banyak memberikan doa, nasehat, semangat dan pengorbanan baik moril dan materil yang tiada tara . 我很爱你们!

6. Abangda penulis Becket Parapat dan adik penulis Rikardo Parapat yang selalu sedia memberikan semangat, nasihat , doanya dalam pengerjaan menulis skripsi ini.

7. Seluruh keluarga besar terutama bou, maktua , abang dan kakak penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman terbaik penulis Agintha Kawa , Raini dan Andinah Nasution sebagai teman yang telah memberikan semangat dan bantuan selama pengerjaan skripsi.

9. Sahabat rohani penulis, Koor Efrata di gereja yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman kuliah penulis khususnya stambuk 2015 Sri Wahyuni, Elsa, Meiriana , Okta Rumapea, Elia Cahyati , Elfi Taruli , Zahara Ginting , Alya, Anissa Zhahra , Nurmazaya , Akhiria , Nuri , Tiara Sari, Julia Sutanti , Jefri yang telah banyak memberikan semangat, saran, kritikan, dan saling menghibur satu sama lain dan teman-teman stambuk 15 lainnya

(9)

yang tidak dapat disebutkan satu persatu selama masa perkuliahan di Program Studi Sastra Cina USU.

11. Adik-adik kuliah penulis khususnya stambuk 17 yang telah banyak memberikan semangat, saran, kritikan, dan saling menghibur satu sama lain selama masa perkuliahan di Program Studi Bahasa Mandarin USU.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dangat mengharapkan kritik dan saran sangat diperlukan sebagai koreksi untuk membangun skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Medan, 24 Juli 2019 Penulis,

Yuni .A. Parapat NIM. 150710002

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

LEMBAR PERNYATAAN...ii

ABSTRACK...iii

ABSTRAK...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR SINGKATAN...x

DAFTAR TABEL ...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...16

1.3 Batasan Masalah...16

1.4 Tujuan Penelitian...17

1.5 Manfaat Penelitian...17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...18

2.1 Konsep...18

2.1.1 Pragmatik...18

2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi...19

2.1.3 Film...20

2.1.4 Film Full Circle...21

2.1.5 Dialog...25

2.2 Landasan Teori...26

2.2.1 Tindak Tutur Ilokusi...26

2.2.2 Fungsi Tuturan...29

2.3 Tinjauan Pustaka...33

(11)

BAB III METODE PENELITIAN...38

3.1 Metode Penelitian...38

3.2 Teknik Pengumpulan Data...39

3.3 Teknik Analisis Data...40

3.4 Data dan Sumber Data...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...42

4.1 Hasil Penelitian...42

4.2 Pembahasan...44

4.2.1 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Dalam Dialog Film...44

4.2.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Dalam Dialog Film...86

BAB V PENUTUP...111

5.1 Simpulan...111

5.2 Saran...111

Daftar Pustaka... 112

Lampiran...114

Lampiran I Daftar Pemain Film Full Circle...114

Lampiran II Sinopsis Film Full Circle Bahasa Indonesia... 115

Lampiran III Tabel Reduksi Data...123

(12)

DAFTAR SINGKATAN

FC: Full Circle

(13)

DAFTAR TABEL

4.1.1 Jumlah Data Bentuk Tindak Tutur Ilokusi...42 4.1.2 Jumlah Data Fungsi Tindak Tutur Ilokusi...43

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan bahasa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena bahasa merupakan salah satu media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia luar sekitarnya.

Hal itu berarti bahwa fungsi utama dalam bahasa adalah sebagai media atau alat komunikasi yang paling penting untuk berkomunikasi dan menyatakan ekspresi diri yang dipergunakan untuk mengekspresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya.

Sebagai alat media komunikasi, bahasa tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pemakainya, dan bahasa itu muncul karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial sehingga melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, berkomunikasi, meningkatkan kemampuan intelektual, dan saling menyatakan ekspresi diri kepada penutur lainnya .

Menurut Yule (2006: 3) menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi, dapat diasumsikan seorang penutur mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturnya dan mengharapkan mitra

tuturnya (pendengar) dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan.

Dalam pertuturan, seorang penutur biasanya menggunakan bahasa untuk mengekpresikan semua yang ada dalam pikirannya.

(15)

Hal tersebut dapat dilihat pada seorang sastrawan yang mengekspresikan perasaannya melalui tulisan. sebagai contohnya , seorang dosen yang menjelaskan materi di depan kelas, atau dua orang manusia yang saling berkomunikasi untuk membicarakan sesuatu. Percakapan atau tuturan tersebut disebut dengan tindak tutur.

Menurut Levinson (1983 : 9) Tindak tutur merupakan salah satu dari unsur pragmatik yang saling berhubungan antara bahasa dan konteksnya yang terumuskan dalam struktur bahasa tersebut yang melibatkan pembicara, pendengar, dan pembaca yang dibicarakan. Selain dari pendapat Levinson, Rustono (2000: 21) mengatakan bahwa unsur pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Dengan begitu, kajian ini berfungsi sebagai alat komunikasi yang secara bersama-samaan membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi dengan cara konteks sosialnya ( Chaer dan Leonie Agustino,1995).

Dalam penerapan tindak tutur , tindak tutur dikemukakan oleh beberapa para

ahli bahasa antara lain, yaitu: Austin, Searle, Chaer, dan Tarigan.

Istilah dari tindak tutur untuk pertama kali dikemukakan oleh bernama Austin.

Austin mengemukakan bahwa dalam setiap aktivitas bertuturan tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar tuturan itu. Austin memiliki 3 jenis tindak tutur , yaitu : tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi yang didukung oleh pendapat Searle (dalam Rusminto 2010: 22) dengan mengatakan bahwa unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat melainkan tindakan tertentu seperti membuat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan.

(16)

Sebagai contohnya adalah: "Lalu lintas menuju ke sini macet,"

Dalam hal ini apa yang diucapkan seseorang saat terlambat datang pada suatu rapat bukan hanya memberi informasi tentang kemacetan lalu lintas (lokusi), melainkan juga merupakan tindakan meminta maaf (ilokusi) yang diharapkan membawa efek pemberian maaf dari kawan bicara (perlokusi).

Selanjutnya, Searle (dalam Rusminto, 2010: 22) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah teori yang mencoba mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penuturnya.

Kajian tersebut didasarkan pada pandangan bahwa tuturan merupakan sarana untuk berkomunikasi dan memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi nyata, misalnya membuat pernyataan, pertanyaan, dan perintah.

Maka, dalam tindakan ini merupakan karakteristik tuturan dalam komunikasi.

Dalam merealisasikan tuturan atau wacana, seseorang dapat berbuat sesuatu, yaitu performansi tindakan. Tuturan yang dimaksud berupa performansi tindakan yang disebut dengan tuturan performatif, yakni tuturan yang bertujuan untuk melakukan suatu tindakan.

Chaer (2004:16) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur ini boleh dapat dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Berdasarkan uraian di atas yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa tindak tutur adalah teori yang mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan oleh si penutur. contohnya seperti tuturan marah, pada tindak tuturan

(17)

marah dipengaruhi oleh adanya suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan emosi seseorang dalam situasi tutur tersebut menjadi meningkat.

Tarigan (1990: 36) menyatakan bahwa tindak tutur adalah suatu ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Dengan kata lain, kedua belah pihak antara penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu tujuan kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tindak tuturan ini biasanya dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Dalam bentuk lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya (penyimak), sedangkan dalam bentuk tulis, tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada mitra tuturnya, yaitu pembaca (Tarigan, 2009: 32). Sementara itu, tuturan berbentuk lisan juga dapat diekspresikan melalui media elektronik, salah satunya adalah media audio visual dalam bentuk film.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk penggunaan bahasa terutama tindak tutur ilokusi yang berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan dimana tindak tuturan itu terjadi antara penutur dengan lawan bicaranya. Dalam suatu tuturan juga harus memiliki tujuan yang berupaya untuk mencapai suatu hasil yang dikehendaki oleh penutur kepada mitra tutur. Dengan kata lain, hal ini dipertegaskan oleh Rustono (2000: 75) yang menyatakan bahwa tindak tutur Ilokusi merupakan tindak tutur yang mempunyai maksud, fungsi, atau daya tuturan tertentu.

(18)

Jenis tuturan ini dapat diidentifikasi dengan pertanyaan, Untuk apakah tuturan itu diekspresikan? Adapun verba yang menandai tindak tutur ilokusi, antara lain:

melaporkan, mengumumkan, meramalkan, berpendapat, meminta, menegur, memohon, menganjurkan, menyuruh, mengusulkan, mengungkapkan, menanyakan, berterima kasih, mengucapkan selamat, berjanji, dan mendesak (Leech,1993: 323). Jadi, tindak tutur lokusi ini merupakan tindak tutur yang menginformasikan sesuatu dengan maksud tertentu. Seperti pada contoh tuturan berikut ini : “Besok kamu harus berangkat pagi ke kantor”.

Menurut Searle (dalam Rahardi, 2005:36) tindak tutur Ilokusi dapat digolongkan ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut: (a) representatif atau asertif, (b) direktif atau impositif, (c) ekspresif atau evaluatif, (d) komisif, dan (e) deklarasi atau isbati.

Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas sesuatu yang diujarkan yang bertujuan untuk menyatakan, kesimpulan penegasan, mendeksripsikan, memberitahukan dan melaporkan.

Berikut ini adalah contoh dari tindak tutur representatif, yaitu:“Mahasiswa sudah bayar uang kuliah sebesar 90%”, dan “Besok saja kita harus berangkat ke Palangkaraya”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur asertif yang bentuknya sebagai penegasan, sedangkan pada contoh berikutnya, “Di kota inilah dia dilahirkan”, ini termasuk tindak tutur representatif yang bentuknya sebagai menyatakan.

(19)

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu.

Tuturan-tuturan ini bertujuan untuk mengajak, perintah, permohonan, pemberian pesan, dan saran. Berikut ini adalah contoh dari tindak tutur direktif, yaitu:

“Ambilkan sendok di meja itu!”, tindak tuturan ini merupakan tindak tutur direktif yang bentuknya sebagai memerintah, “Ayo, kita ke kampus hari ini . tindak tutur ini merupakan tindak tutur direktif yang bentuknya sebagai mengajak, dan sedangkan pada contoh berikutnya, “Lebih baik anda jangan membuang sampah disini “, tindak tutur ini merupakan tindak tutur direktif yang bentuknya sebagai pemberian pesan.

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan sesuatu yang disebutkan di dalam tuturannya. Tuturan-tuturan ini bertujuan untuk berjanji, bersumpah dan penolakan. Berikut ini adalah contoh tindak tutur komisif, yaitu : “Saya berjanji akan mengasuh anak ini dengan ikhlas dan baik”, dan “Jika kau tidak datang ke pesta pernikahanku, aku tidak akan berteman lagi denganmu”, serta “Jika ada rezeki, kami akan menunaikan ibadah haji”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur komisif yang bentuknya sebagai bersumpah dan berjanji.

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang diujarkan penutur dimaksudkan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu.

Tuturan-tuturan ini bertujuan untuk kekaguman, kegembiraan, kesedihan, kemarahan, kebencian, penyesalan, kekuatiran, dan kepuasan,

(20)

Berikut ini adalah contoh tindak tutur ekspresif , yaitu: “Hari ini aku bahagia ketika dia menerima surat balasan cintaku”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur ekspresif yang bentuknya sebagai kepuasan, dan contoh dari tindak tutur ekspresif lainnya, yaitu “Kamarmu hari ini sangat berantakan sekali, Nak”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur ekspresif yang bentuknya sebagai kemarahan.

Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tuturan- tuturan ini bertujuan dengan maksud untuk mengesahkan , melarang, dan memutuskan, Berikut ini adalah contoh tindak tutur deklarasi, yaitu: ”Jangan naik ke meja itu, Dik!”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur deklarasi yang bentuknya sebagai melarang, “Hari ini toko kami sudah dibuka”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur deklarasi yang bentuknya sebagai mengesahkan , dan

“Besok tidak ada rapat”, tindak tutur ini merupakan tindak tutur deklarasi yang bentuknya sebagai memutuskan.

Leech (dalam Rustono, 1999: 38) menyatakan bahwa untuk memudahkan identifikasi tindak tutur Ilokusi, ada beberapa verba, antara lain yaitu: melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, terima kasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, Leech (dalam Oka , 1993: 162), menyatakan bahwa fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan yang sopan dan terhormat. Keempat klasifikasi didasarkan pada fungsi adalah sebagai

(21)

berikut: (1) kompetitif, (2) menyenangkan, (3) bekerja sama, dan (4) bertentangan.

Kompetitif adalah fungsi tuturan yang sama sekali tidak bertatakrama.

Pada tindak tutur ilokusi kompetitif ini mempunyai sifat sopan santun dan tujuannya mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam kompetisi antara apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun.

Jenis tindak tutur kompetitif ditandai dengan verba, misalnya: memerintah, meminta, dan mengemis. Berikut ini adalah contoh fungsi kompetitif, yaitu:

”Tolong mas teleponnya dimatikan dahulu! ”, jenis dari tindak tuturan Ilokusi di atas adalah kompetitif yang fungsinya meminta. Tuturan tersebut penutur meminta supaya penerima tutur yang sedang melakukan aktifitas berkomunikasi menggunakan media elektronik di pom bensin untuk mematikan telepon genggamnya dahulu.

Menyenangkan adalah fungsi tuturan yang bertatakrama. Tujuan tindak tutur Ilokusi ini sejalan dengan tujuan sosial yang bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah. Pada jenis menyenangkan ini ditandai dengan verba sebagai berikut: menawarkan, mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat. contoh dari jenis tindak tutur Ilokusi menyenangkan adalah sebagai berikut: “Terima kasih bagi semua yang sudah membantu saya di sini”. Berdasarkan tuturan di atas termasuk kegolongan jenis menyenangkan dengan fungsi berterima kasih. Tuturan tersebut menunjukkan rasa terima kasih seseorang kepada pihak-pihak lain yang telah menerima dan membantu kelancaran suatu acara atau kegiatan. Pada jenis bekerja sama tidak melibatkan

(22)

sopan santun karena jenis ini sopan santun tidak relevan. Tujuan ilokusinya tidak melibatkan tujuan sosial atau biasa-biasa terhadap tujuan sosial.

Bekerja sama ditandai dengan verba, misalnya: menyatakan, menginstruksikan, dan mengumumkan. Contoh jenis tindak tutur Ilokusi bekerja sama dengan verba mengumumkan adalah sebagai berikut : “Ibu-ibu, sebelum dimasak ikan direndam dulu pakai jeruk nipis”. Fungsi tuturan tersebut mengumumkan kepada peserta demo masak bahwa sebelum memasak hendaknya ikan direndam dahulu menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis.

Bertentangan adalah unsur sopan santun tidak ada sama sekali karena pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial. Jenis tindak tutur Ilokusi bertentangan ditandai dengan verba, misalnya: mengancam, mencerca, menegur menuduh, menyumpahi, dan memarahi. Contoh dari jenis tindak tutur ilokusi bertentangan dengan verba mengancam adalah sebagai berikut: “Jika tidak mau belajar lebih baik tidak usah sekolah”. Fungsi tuturan pada tuturan bertentangan ini dari contoh “Jika tidak mau belajar lebih baik tidak usah sekolah” di atas merupakan fungsi mengancam.

Berdasarkan tindak tuturan Ilokusi tersebut ayah mengancam anaknya yang tidak mau belajar dan malas belajar. Apabila anaknya tidak mau belajar seperti

diungkapkan oleh ayahnya maka lebih baik tidak usah sekolah saja.

Dalam peristiwa tutur tersebut diorganisasikan secara sistematis untuk menyampaikan gagasan atau untuk mencapai tujuan dalam hal berkomunikasi. Tujuan tersebut merupakan isi pembicaraan yang dilakukan oleh penutur dan mitra tutur.

(23)

Sesuai dengan latar belakang yang sudah dipaparkan , dalam penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur Ilokusi dalam sebuah film . film ini berjudul “Full Circle”. Di dalam film Full Circle ini memiliki berbagai versi amerika (1978) yang bertemakan tentang kisah keluarga, perjuangan yang bergenrekan tentang drama. Dalam hal penelitian ini, adapun alasan peneliti memilih film “Full Circle”

karena Film Full Circle merupakan film yang dikenal oleh masyarakat china, yang ditangani dengan sentuhan ringan yang baru pada film-film sutradara penulis oleh Zhang Yang. Pembuat film yang tidak dapat dikategorikan dan diragukan lagi , yang telah menangani berbagai subjek dalam 15 tahun terakhir mulai dari Spicy Love Soup (1997), melalui drama obat-obatan terlarang (2001) dan kisah keluarga Sunflower (2005), hingga drama Driverless (2010) .

Film-film Zhang selalu didorong oleh kinerja yang sangat keras, dan sering disentuh pada usia tua yang kesepian yang dapat terjadi tanpa jaringan dukungan tradisional Cina keluarga. Dalam film Full Circle , Zhang yang sekarang sudah berusia pertengahan 40-an yang secara langsung menghadapi masalah dalam sebuah film yang menggabungkan unsur-unsur dari dua film terbaiknya Shower (1999), dengan campuran komunitas dan usia tua, dan Getting Home (2007) (dengan perjalanannya) tetapi muncul dengan sesuatu yang hangat, menyenangkan, lucu dan akhirnya puitis.

Kunci dalam film Full Circle tahun 2012 ini adalah sebuah kesederhanaan, semangat dan perjuangan. Dari urutan pertama Wu tianming yang diperankannya dengan karakter Lao Zhou yang dimainkan dengan semangat hebat, Wu tianming yang sudah berusia 72 tahun sekaligus merupakan seorang direktur / produser

(24)

kunci tahun 1980-an yang sudah memiliki judul film seperti Life (1984), Old Well (1987), ditambah kemudian King Masks (1996) yang juga ikut berperan di atas panggung di depan para pendengarnya yang sudah berusia lanjut. Zhang memberi suatu isyarat bahwa ini akan menjadi penghangat hati dengan beberapa kejutan.

Yang terbesar dari itu bahwa Full Circle bukan hanya komedi ringan tentang sekelompok tua yang sial dan kesepian, dan bukan hanya film jalan di mana sebuah petualangan, penonton sudah mengetahui karakter Lao Zhou dan Lao Ge dengan sangat baik .

Full Circle lebih menceritakan tentang kemampuan orangtua untuk mewujudkan impian mereka di usia berapa pun, dan untuk membuktikannya melalui salah satu karakter, bahwa ada saatnya dalam kehidupan orang tua ketika mereka harus memikirkan diri mereka sendiri sekali, setelah seumur hidup diri dan berkorban untuk anak-anak mereka, tidak ada yang orisinal dalam ide ini, tetapi cara penanganannya oleh Zhang dan penulis reguler Huo Xin sebagian besar menghindari yang sudah jelas. Konflik merupakan bagian yang relatif kecil dari film ini, tidak seperti di Getting Home , yang dimana titik utamanya sebagian besar ada di sana untuk membandingkan ruang terbuka lebar yang mereka lalui (termasuk padang rumput Mongolia Dalam) dengan tradisional. rumah tua di mana mereka ditempatkan. Sepanjang jalan pembuatan film , Zhang terus mengendalikan potensi film untuk melodrama dan kelucuan, tanpa terlalu banyak membelenggu para pemeran.

(25)

Lao Ge yang sudah menjadi tua-tua keladi yang kehilangan tempat tinggal karena kehendak anaknya, Xu Huanshan (Lao Ge) yang sudah sekarang berusia pertengahan tahun 70-an, membawa martabat lembut ke bagian yang kurang dimainkan di seluruh bagian. Ternyata, sebenarnya Lao Zhou yang menjadi pusat emosi film ini, sebagian besar berkat permainan Wu tianming yang blak-blakan dari seorang tokoh yang kisahnya sama yang tidak lebih menyedihkan daripada kisah kehidupan Lao Ge. Meskipun tema yang sedang berjalan bagaimana perasaan orang tua dikecewakan oleh anak-anak mereka, kisah masing-masing hanya secara sekilas dirujuk. Satu-satunya pengecualian adalah Lao Ge yang tampaknya menjadi contoh bagi mereka semua yang kisah hidup ceritanya cukup rumit yaitu seorang putra yang tidak mau berbicara dengannya dan seorang cucu yang ingin menyatukan mereka berdua .

Di antara para pemeran pendukung yang kuat, Yan Bingyan seorang aktris TV yang jarang mendapatkan peran layar lebar Teeth of Love (2007) yang pantas diterimanya, menonjol sebagai kepala muda yang keras di rumah. Zhang telah mengemas film ini dengan pemain yang lebih tua yang berbaur bersama dengan lebih muda. Namun, dalam sebuah langkah yang agak menggelegar, dia juga mengemasnya dengan akting cemerlang dengan nama-nama besar yang lebih memukau daripada yang lain. Xu Fan yang muncul sebagai menantu Lao Ge yang serakah, dan bahkan Chen Kun sebagai dokter Tianjin.

Dengan teknisi yang sangat sempurna, mulai dari penyuntingan yang lancar oleh Yang Hongyu hingga musik sederhana oleh San Bao (1999), yaitu: The Road Home (1999), yang tidak pernah lebih lembut atau lebih halus daripada di puitis,

(26)

Yang Tao yang berjudul Little Red Flowers (2006) , The Sun Also Rises (2007), yang bekerja untuk pertama kalinya dengan Zhang yang memunculkan beberapa gambar layar lebar yang mencolok, dari warna musim gugur rumah tua, ruangan terbuka lebar di mana para tua yang wanita ikut berperan dengan bus tua mereka. Selaras dengan nada realis-dongeng film, judul cina secara kasar berarti

"The Flying Old People's Home".

Dalam film Full Circle karya Zhang Yang ini memiliki beberapa tokoh,yaitu : Xu Huanshan (Lao Ge) ,Wu Tianming (Lao Zhou ),Li Bin (Lao tai tai), Yan Bingyan (Kepala Perawat), Wang Deshun (Lao Lin), Cai Hongxiang (Lao Qian II) Tang Zuohui (Lao Huang) , Jiang Hualin (Lao Zhang), Jia Fengsen (Lao Zheng) Niu Ben (Lao Jin), Han Tong Sheng (Anaknya Lao Ge), Gao Ge (Cucu Lao Ge ) Liu Dong (Lao qian) , Zhang Huaxun (Lao Sun), Wang Liansheng (Lao Zhao) Yao Gang (Hai Zi de Qian/Mr.Qian) , Shang Tiantong (Perawat) , Hu Ming (Mr.Cui), Xu Fan (Anaknya Lao Ge) , Feng Jing 'en (Istri dari putranya Lao Ge II) Shi Yulin (Penjaga Pintu), Jin Hong (Supir Bus), Si Changqing (Senior Berandalan), Chen Ping (Istri dari putranya Lao Ge I ), Zhang Zhengyuan (Lao Chen), Huang Suying (Kakak Senior yang paling dituakan), Siqin Gaowa (Lao Ma Ma ), Chen Kun (Dokter), Dai Jun (Mr.Chen), Guo Jinglin (MC).

Film ini berdurasi 1 jam 44 menit 47 detik, film ini menceritakan di sebuah kota di provinsi Ningxia, Cina utara. Lao Ge (Xu Huanshan) adalah pensiunan sopir bus berusia pertengahan 70-an yang putranya Lao Ge (Han Tongsheng) tidak berbicara dengannya. Istri kedua Lao Ge sudah meninggal enam bulan lalu.

Lalu, terpaksa pindah karena Lao Ge diusir oleh putranya . Lao Ge pergi untuk

(27)

tinggal bersama teman lamanya Lao Zhou (Wu Tianming) yang juga seorang pensiunan sopir bus, yang berbagi kamar dengan Lao Jin yang gila (Niu Ben) di rumah rakyat tua Guanshan. Lao Ge begitu tertekan pada bagaimana hidupnya berakhir kelak, Lao Ge merenungkan dan mencoba bunuh diri lagi , tetapi ia masih diberi harapan oleh Lao Zhou.

Lao Zhou telah merekrut beberapa dari mereka untuk melakukan sketsa komik yang ia harapkan akan masuk ke kompetisi TV Jepang yang akan diadakan di Tianjin. Saat latihan, salah satu grup mereka ada yang terluka, dan kepala rumah (Yan Bingyan) melarang mereka pergi ke Tianjin. Tapi Zhou tidak dibujuk dengan mudah, Lao Zhou dan Lao Ge, berserta empat orang lainnya, membuat rencana rahasia untuk "melarikan diri" dari sana karena inilah harapan mimpi mereka untuk orang-orang dikasihinya terutama pada Lao Zhou. Lao Zhou ingin mencari anak perempuannya yang telah lama hilang apabila ia dapat memenangkan pada lomba tersebut. Namun , takdir berkata lain, Lao Zhou akhirnya meninggal sehingga teman-teman Lao Zhou terutama Lao Ge melanjutkan mimpi Lao Zhou yang hampir menang.

(28)

Berikut ini adalah contoh dialog dalam film Full Circle karya Zhang Yang : Data I

老周:今天咱们练习要队形,啊。

Lao Zhou : Jīntiān zánmen liànxí yào duì xíng, a.

(Ayo berlatih formasi hari ini ) 老林你给大家喊口令。

Lǎolín nǐ gěi dàjiā hǎn kǒulìng.

(Lao lin ajak semua orang berkumpul) 老林:好啊。

Lǎo Lín: Hǎo a.

(Oke).

Pada contoh data I menunjukkan kalimat dialog 今天咱们练习要队形,啊 (Jīntiān zánmen liànxí yào duì xíng, a) yang memiliki arti “ayo, berlatih formasi hari ini”, dengan kata “ayo”, tindak tutur Ilokusi ini kemudian dibalas oleh dengan kata 好 啊 (Hǎo a) yang memiliki arti “ oke”, dan tindak tutur Ilokusi ini merupakan tindak tutur Ilokusi dengan tipe menyuruh yang fungsinya mengajak.

Oleh sebab itu, penutur memberitahu kepada mitra tutur bahwa saat itu mereka harus melakukan permainan yang sudah diadakan dan mengajak untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh yang sudah dipaparkan sebelumnya , maka dalam penelitian ini penulis memilih judul “Analisis tindak tutur Ilokusi dalam dialog film Full Circle berdasarkan kajian pragmatik karya Zhang Yang pada tahun 2012” , karena di film ini banyak ditemukan adanya tindak tutur Ilokusi dalam dialog film Full Circle ini sangat beragam , terutama film ini menggunakan bahasa Mandarin.

(29)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , peneliti menemukan dua permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Tindak tutur Ilokusi apa sajakah yang terdapat dalam dialog film Full Circle karya Zhang Yang ?

2) Bagaimanakah fungsi tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam dialog film Full Circle karya Zhang Yang ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan pembahasan, maka penulis memerlukan pembatasan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini hanya berfokus pada :

1) Bentuk-bentuk tindak tutur Ilokusi pada dialog film Full Circle karya Zhang Yang dalam durasi 1 jam 44 menit 47 detik.

2) Fungsi tindak tutur Ilokusi pada dialog film Full Circle karya Zhang Yang dalam durasi 1 jam 44 menit 47 detik.

(30)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur Ilokusi pada dialog film Full Circle karya Zhang Yang pada tahun 2012.

2) Mendeskripsikan fungsi tindak tutur Ilokusi dalam dialog film Full Circle karya Zhang Yang pada tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang di atas, adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam studi kajian pragmatik, khususnya mengenai jenis-jenis tindak tutur Ilokusi beserta fungsinya yang terdapat dalam film Full Circle karya Zhang Yang.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan para pembaca tentang kajian Tindak tutur Ilokusi dalam film Full Circle karya Zhang Yang, dan dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam penelitian- penelitian selanjutnya serta memberi manfaat untuk adik-adik Program Studi Sastra Cina FIB USU dalam mengkaji pragmatik terkhusus mengenai tindak tutur Ilokusi .

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Secara umum konsep memiliki pengertian yaitu sebagai salah satu serangkaian pernyataan, ide dan gagasan yang saling terkait tentang berbagai kejadian atau peristiwa dan menjadi dasar atau petunjuk dalam melakukan penelitian.

Menurut Soedjadi (2000:14) mengatakan bahwa ”konsep merupakan salah satu ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (lambang bahasa)”.

Menurut Singarimbun dan Effendi (2009:34) mengatakan bahwa “konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan”.

Menurut Umar (2011:4) mengatakan bahwa “konsep merupakan sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek”.

2.1.1 Pragmatik

Secara umum pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis.

(32)

Menurut Leech (1993: 8) mengatakan bahwa ”pragmatik adalah studi yang mengkaji tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat”.

Menurut Nababan (1987:2) mengatakan bahwa “pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaannya.

Menurut Levinson (1983: 9) mengatakan bahwa “pragmatik adalah suatu kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa”. Di sini, pengertian atau pemahaman bahasa menunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan dan ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.

2.1.2 Tindak tutur Ilokusi

Secara umum tindak tutur Ilokusi merupakan suatu tindak tuturan yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan oleh si penutur.

Menurut Wijana (1996:18-19) berpendapat bahwa “tindak tutur Ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi daya ujar”.

Tindak tuturan tersebut diidentifikasikan sebagai tindak tutur yang bersifat untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu, serta mengandung maksud dan daya tuturan. Tindak tutur Ilokusi tidak mudah diidentifikasi, karena tindak tutur

(33)

Ilokusi berkaitan dengan siapa petutur, kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak tutur ini merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam memahami tindak tutur.

Menurut Chaer dan Leonie (2010:53) menyatakan bahwa “tindak tutur Ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit”. Tindak tutur Ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan.

Menurut Austin (2000:51) “tindak tutur Ilokusi merupakan inti dari tindak pertuturan itu sendiri, yang menunjukkan sebuah aksi dengan cara menuturkan sebuah kalimat”.

2.1.3 Film

Secara umum film merupakan fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks yang merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik.

Menurut Himawan Pratista (2008: 1) ”Sebuah film terbentuk dari dua unsur yaitu , unsur naratif dan unsur sinematik”. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif dan setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya-lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu merupakan elemen-elemen pokok pembentuk suatu narasi.

(34)

Menurut Palapah dan Syamsudin (1986: 114) mendefinisikan

“film sebagai salah satu alat media yang berkarakteristik massal yang merupakan kombinasi antara gambar-gambar bergerak dan perkataan”.

Menurut Rabiger (2009: 8) mengatakan bahwa “film merupakan hasil karya yang bersifat unik dan menarik sehingga ada banyak cara yang dapat digunakan dalam suatu film dokumenter untuk menyampaikan ide-ide tentang dunia nyata”.

2.1.4 Film Full Circle

Film Full Circle diproduksi oleh sebuah sutradara yang bernama Zhang Yang. Film ini mulai diterbitkan pada tahun 2012. Film Full Circle ini memiliki durasi 1 jam 44 menit 47 detik, film ini menceritakan di sebuah kota di provinsi Ningxia, Cina utara. Lao Ge (Xu Huanshan) adalah pensiunan sopir bus berusia pertengahan 70-an yang putranya Lao Ge (Han Tongsheng) tidak berbicara dengannya. Istri kedua Lao Ge sudah meninggal enam bulan lalu. Lalu Terpaksa pindah karena Lao Ge diusir oleh putranya . Lao Ge pergi untuk tinggal bersama teman lamanya Lao Zhou (Wu Tianming) yang juga seorang pensiunan sopir bus, yang berbagi kamar dengan Lao Jin yang gila (Niu Ben) di Rumah Rakyat Tua Guanshan. Lao Ge begitu tertekan pada bagaimana hidupnya berakhir kelak , Lao Ge merenungkan dan mencoba bunuh diri lagi , tetapi ia masih diberi harapan oleh Lao Zhou. Lao Zhou telah merekrut beberapa dari mereka untuk melakukan sketsa komik yang ia harapkan akan masuk ke kompetisi TV Jepang yang akan diadakan di Tianjin. Saat latihan, salah satu grup mereka ada yang terluka, dan kepala rumah (Yan Bingyan) melarang mereka pergi ke Tianjin. Tapi Zhou tidak

(35)

dibujuk dengan mudah, Lao Zhou dan Lao Ge, berserta empat orang lainnya, membuat rencana rahasia untuk "melarikan diri" dari sana karena inilah harapan mimpi mereka untuk orang-orang dikasihinya terutama pada Lao Zhou. Lao Zhou ingin mencari anak perempuannya yang telah lama hilang apabila ia dapat memenangkan pada lomba tersebut. Namun , takdir berkata lain, Lao Zhou akhirnya meninggal sehingga teman-teman Lao Zhou terutama Lao Ge melanjutkan mimpi Lao Zhou yang hampir menang.

Dalam film Full Circle karya Zhang Yang ini memiliki beberapa tokoh, yaitu : Xu Huanshan (Lao Ge) ,Wu Tianming (Lao Zhou ),Li Bin (Lao tai tai),

Yan Bingyan (Kepala Perawat), Wang Deshun (Lao Lin), Cai Hongxiang (Lao Qian II) Tang Zuohui (Lao Huang) , Jiang Hualin (Lao Zhang), Jia Fengsen

(Lao Zheng) Niu Ben (Lao Jin), Han Tong Sheng (Anaknya Lao Ge), Gao Ge (Cucu Lao Ge) Liu Dong (Lao qian) , Zhang Huaxun (Lao Sun), Wang Liansheng (Lao Zhao) Yao Gang (Hai Zi de Qian/Mr.Qian) , Shang Tiantong (Perawat) , Hu Ming (Mr.Cui), Xu Fan (Anaknya Lao Ge) , Feng Jing 'en (Istri dari putranya Lao Ge II) Shi Yulin (Penjaga Pintu), Jin Hong (Supir Bus), Si Changqing (Lao Chen), Chen Ping (Istri dari putranya Lao Ge I ), Zhang Zhengyuan (Senior Berandalan, Huang Suying (Kakak Senior yang paling dituakan), Siqin Gaowa (Lao Ma Ma ), Chen Kun (Dokter), Dai Jun (Mr.Chen), Guo Jinglin (MC ).

Film Full Circle merupakan film yang dikenal oleh masyarakat china dan populer, yang ditangani dengan sentuhan ringan yang baru pada film-film sutradara penulis oleh Zhang Yang. Pembuat film yang tidak dapat dikategorikan dan diragukan lagi , yang telah menangani berbagai subjek dalam 15 tahun

(36)

terakhir mulai dari Spicy Love Soup (1997), melalui drama obat-obatan terlarang

(2001) dan kisah keluarga Sunflower (2005), hingga drama Driverless (2010).

Kunci dalam film Full Circle tahun 2012 ini adalah sebuah kesederhanaan, semangat dan perjuangan. Dari urutan pertama Wu tianming yang diperankannya dengan karakter Lao Zhou yang dimainkan dengan semangat hebat, Wu tianming yang sudah berusia 72 tahun merupakan seorang direktur / produser kunci tahun 1980-an yang sudah memiliki judul film seperti Life (1984), Old Well (1987), ditambah kemudian King Masks (1996) yang juga ikut berperan di atas panggung di depan para pendengarnya yang sudah berusia lanjut. Zhang memberi suatu isyarat bahwa ini akan menjadi penghangat hati dengan beberapa kejutan.

Yang terbesar dari itu bahwa Full Circle bukan hanya komedi ringan tentang sekelompok tua yang sial dan kesepian, dan bukan hanya film jalan di mana sebuah petualangan, penonton sudah mengetahui karakter Lao Zhou dan Lao Ge dengan sangat baik .

Full Circle lebih menceritakan tentang kemampuan orangtua untuk mewujudkan impian mereka di usia berapa pun, dan untuk membuktikannya melalui salah satu karakter, bahwa ada saatnya dalam kehidupan orang tua ketika mereka harus memikirkan diri mereka sendiri sekali, setelah seumur hidup diri dan berkorban untuk anak-anak mereka, tidak ada yang orisinal dalam ide ini, tetapi cara penanganannya oleh Zhang dan penulis reguler Huo Xin sebagian besar menghindari yang sudah jelas. Konflik merupakan bagian yang relatif kecil dari film ini, tidak seperti di Getting Home , yang dimana titik utamanya sebagian besar ada di sana untuk membandingkan ruang terbuka lebar yang mereka lalui

(37)

(termasuk padang rumput Mongolia Dalam) dengan tradisional rumah tua di mana mereka ditempatkan. Sepanjang jalan pembuatan film , Zhang terus mengendalikan potensi film untuk melodrama dan kelucuan, tanpa terlalu banyak membelenggu para pemeran.

Lao Ge yang sudah menjadi tua-tua keladi yang kehilangan tempat tinggal karena kehendak anaknya, Xu Huanshan (Lao Ge) yang sudah sekarang berusia pertengahan tahun 70-an, membawa martabat lembut ke bagian yang kurang dimainkan di seluruh bagian. Ternyata, sebenarnya Lao Zhou yang menjadi pusat emosi film ini, sebagian besar berkat permainan Wu tianming yang blak-blakan dari seorang tokoh yang kisahnya sama yang tidak lebih menyedihkan daripada kisah kehidupan Lao Ge. Meskipun tema yang sedang berjalan bagaimana perasaan orang tua dikecewakan oleh anak-anak mereka, kisah masing-masing hanya secara sekilas dirujuk. Satu-satunya pengecualian adalah Lao Ge yang tampaknya menjadi contoh bagi mereka semua yang kisah hidup ceritanya cukup rumit yaitu seorang putra yang tidak mau berbicara dengannya dan seorang cucu yang ingin menyatukan mereka berdua .

Di antara para pemeran pendukung yang kuat, Yan Bingyan seorang aktris TV yang jarang mendapatkan peran layar lebar Teeth of Love (2007) yang pantas diterimanya, menonjol sebagai kepala muda yang keras di rumah. Zhang telah mengemas film ini dengan pemain yang lebih tua yang berbaur bersama dengan lebih muda. Namun, dalam sebuah langkah yang agak menggelegar, dia juga mengemasnya dengan akting cemerlang dengan nama-nama besar yang lebih

(38)

memukau daripada yang lain. Xu Fan yang muncul sebagai anak Lao Ge II yang serakah, dan bahkan Chen Kun sebagai dokter Tianjin.

Dengan teknisi yang sangat sempurna, mulai dari penyuntingan yang lancar oleh Yang Hongyu hingga musik sederhana oleh San Bao (1999); The Road Home (1999), yang tidak pernah lebih lembut atau lebih halus daripada di puitis, Yang Tao yang berjudul Little Red Flowers (2006) The Sun Also Rises (2007), yang bekerja untuk pertama kalinya dengan Zhang yang memunculkan beberapa gambar layar lebar yang mencolok, dari warna musim gugur rumah tua, ruangan terbuka lebar di mana para tua yang wanita ikut berperan dengan bus tua mereka. Selaras dengan nada realis-dongeng film, judul cina secara kasar berarti

"The Flying Old People's Home".

2.1.5 Dialog

Dialog adalah percakapan antara 2 orang atau lebih dan dialog dapat diartikan juga sebagai komunikasi yang mendalam yang mempunyai tingkat dan kualitas yang tinggi yang mencangkup kemampuan untuk mendengarkan dan juga saling berbagi pandangan satu sama lain.

Menurut Akhmad Saliman (1996 : 98) dialog adalah salah satu unsur yang paling penting dalam berkomunikasi agar terjalinnya suatu interaksi untuk berbicara dengan lawan bicaranya dan merupakan sebuah tiruan dari kehidupan kesehariannya.

(39)

2.2 Landasan Teori

Teori adalah suatu susunan definisi, konsep, dan menyajikan pandangan mengenai suatu fenomena dengan menunjukkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Menurut Siswoyo (2003:42) mengatakan bahwa” Teori diartikan sebagai seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antar variable, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena.

Adapun teori yang dipakai dalam penelitian ini sangat berkaitan dengan pragmatik, yaitu teori tindak tutur Ilokusi berdasarkan pendapat dari Searle (1969) serta teori fungsi tuturan Ilokusi oleh Leech (1993).

2.2.1 Tindak Tutur Ilokusi

Pragmatik merupakan suatu maksud ujaran, yakni untuk apa ujaran dilakukan, menanyakan apa maksud ujaran, dan mengaitkan makna dengan siapa pembicara, dimana, bilamana, dan bagaimana (Leech (1993:164)) dan Tindak tutur juga merupakan kajian unsur dari pragmatik tersebut.

Tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh Austin dalam bukunya yang berjudul How Things With Words tahun 1962. Austin mengemukakan bahwa aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar itu.

(40)

Pendapat Austin didukung oleh pendapat Searle yang mengemukakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan salah satu kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa.

Pendapat tersebut didasarkan pada pendapat bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan (2) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi yang nyata.

Menurut Austin dalam Chaer (2004: 53) membagi tindak tutur menjadi tiga klasifikasi, yaitu (i) tindak tutur lokusi, (ii) tindak tutur ilokusi (iii) tindak tutur perlokusi. Oleh karena itu , dalam penelitian ini berfokus pada tindak tutur Ilokusi. Tindak tutur Ilokusi merupakan tuturan yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, selain itu dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur Ilokusi ini dapat diidentifikasikan jika sebelumnya telah dipertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan, dan dimana tindak tutur terjadi. Tindak tutur Ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.

Secara khusus , Searle ( 1969 : 23-24) menggolongkan Tindak tutur Ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Asertif adalah tindak tutur yang menunjukkan keyakinan penutur terhadap

kebenaran ekspresi pikiran dan ini membawa nilai kebenaran.

Tindak tutur ini mengekspresikan keyakinan penutur, seperti dalam tindak tutur

(41)

menerangkan, menyimpulkan, penegasan, pendeksripsian dan menyatakan kesimpulan .

2. Direktif merupakan tindak tutur yang memperlihatkan usaha penutur dalam membuat mitra tutur agar melakukan sesuatu. Tipe ini mengekspresikan keinginan penutur terhadap mitra tutur agar melakukan sesuatu, seperti dalam tindak tutur permohonan , memerintah, mengajak, pemberian pesan dan saran, serta bertanya.

3. Komisif merupakan tindak tutur yang mengungkapkan janji penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan di masa depan. Tipe ini mengekspresikan maksud penutur dalam melakukan sesuatu, seperti berjanji, bersumpah dan menolak

4. Ekspresif merupakan tindak tutur yang mengekspresikan sikap psikologis atau pernyataan dari penutur, seperti kesenangan, kesedihan, dan suka/tidak suka, seperti dalam tindak tutur meminta maaf, kegembiraan, kesedihan , kemarahan kebencian, penyesalan, kekaguman , kekuatiran, kepuasan, menuduh, memberi selamat, memuji, dan berterimakasih.

5. Deklaratif merupakan tindak tutur yang memberi efek perubahan secara langsung melalui beberapa pernyataan dalam suatu peristiwa. Tipe ini juga disebut performasi institusi. Dalam hal ini, penutur memberi dampak kepada masyarakat melalui isi pikirannya dan dunia, seperti mengesahkan, melarang dan memutuskan.

(42)

2.2.2 Fungsi Tuturan

Di dalam kegiatan bertutur tentu ada perihal pokok yang menjadi perhatian umum. Dalam perihal pokok tersebut mudah dipahami oleh orang lain yang harus dibahasakan, harus memperhatikan kaidah bahasa dan pemakaiannya.

Perihal pokok yang dimaksud merupakan pusat perhatian untuk dibicarakan atau dibahasakan adalah topik tutur, sedangkan tuturan adalah topik tutur yang sudah dibahasakan (lihat Suyono, 1990: 23).

Tindak tutur merupakan sebuah suatu aktivitas. Menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act) (lihat Purwa, 1990). Tindak tutur suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan seperti menendang dan mencium.

Hanya berbeda perannya dalam setiap anggota tubuh. Pada tindakan menendang kaki yang berperan, sedangkan mencium adalah bagian muka yang berperan.

Tindak tutur tidak akan lepas dari analisis situasi tuturan (Speech situation).

Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan (lihat Rustono, 1999: 25).

Situasi tutur di dalam komunikasi ada dua pihak peserta yang penting yaitu penutur dan mitra tutur, atau pengirim amanat dan penerimanya.

Supaya komunikasi ini berlangsung di antara pihak yang berkomunikasi harus ada kontak berdekatan. Secara fisik kontak berdekatan belum berarti terciptanya situasi tutur. Penutur harus mengambilperhatian pihak yang akan dan sedang diajak bicara atau berkomunikasi. Di dalam komunikasi tersebut terdapat fungsi tindak tutur. Fungsi tindak tutur dari satu bentuk tuturan melebihi satu fungsi. Fungsi yang dikehendaki oleh penutur dan yang kemudian dipahami oleh

(43)

mitra tutur bergantung pada konteks yang mengacu ke tuturan yang mendahului atau mengikuti tuturan.

Kenyataan bahwa satu bentuk tuturan dapat mempunyai lebih dari satu fungsi adalah kenyataan di dalam komunikasi bahwa satu fungsi dapat dinyatakan, dialami, dan diutarakan dalam berbagai bentuk tuturan. Bahasa dapat dikaji dari segi bentuk dan fungsi. Kajian dari segi bentuk menggunakan pendekatan formalisme, yaitu pendekatan telaah bahasa yang menekankan bentuk-bentuk bahasa semata-mata. Sementara itu, kajian dari segi fungsi menggunakan pendekatan nonformalisme, yaitu pendekatan telaah bahasa yang bertitik tolak dari tindak tutur (speech act) dan melihat fungsi tindak tutur itu dalam komunikasi bahasa dalam fenomena sosial (lihat Gunarwan, 1992).

Teori fungsional adalah teori yang mendefinisikan bahasa sebagai sebuah bentuk komunikasi dan yang ingin memperlihatkan bagaimana bahasa bekerja dalam sistem-sistem masyarakat manusia yang lebih besar. Istilah-istilah yang menandai hadirnya fungsionalisme ialah , maksud , tujuan, sasaran, rencana.

Teori fungsional digunakan untuk membahas ilokusi-ilokusi atau makna dari segi maksud. Selain itu, mereka membicarakan sifat-sifat bahasa dengan menggunakan istilah fungsi (lihat Grice (1957), Searle (1969) dalam Leech (1993) menyatakan di dalam teori tindak ujar, tuturan mempunyai dua jenis makna, yaitu:

(44)

1. Makna Proposisional (yang disebut juga locutonary meaning) merupakan dasar yang bersifat teratur yang dinyatakan oleh kata-kata dan struktur tertentu yang terdapat di dalam tuturan itu sendiri.

2. Makna Ilokusi (yang dikenal sebagai illocutionary force) merupakan dampak dari ujaran atau teks tulis yang ada pada pembaca atau pendengar (lihat Djajasudarma, 2012: 80).

Untuk itu, menurut Leech (dalam Oka , 1993: 162) fungsi Ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan.

Adapun fungsi tindak tutur Ilokusi yaitu, (1) kompetitif, (2) konvivial, (3) kolaboratif, dan (4) konfliktif. Fungsi-fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kompetitif (Bersaing)

Fungsi kompetitif atau bersaing adalah tuturan yang tidak bertatakrama (discourteous), misalnya meminta pinjaman dengan nada memaksa, sehingga di sini melibatkan sopan santun. Tujuan tindak tutur Ilokusinya sama dengan tujuan sosial. Pada Ilokusi yang berfungsi kompetitif ini mempunyai sifat sopan santun dan tujuannya mengurangi ketidakharmonisan, misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis.

(45)

2. Konvivial (Menyenangkan)

Fungsi konvivial atau menyenangkan adalah tuturan yang bertatakrama.

Tujuan tindak tutur Ilokusinya sejalan dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah, misalnya menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, menyambut, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat.

3. Kolaboratif (Kerja Sama)

Fungsi kolaboratif atau kerja sama adalah tidak melibatkan sopan santun karena pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Tujuan tindak tutur Ilokusinya tidak melibatkan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan menginstruksikan.

4. Konfliktif (Bertentangan)

Fungsi konfliktif atau bertentangan tidak mengandung unsur sopan santun sama sekali karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan.

Tujuan tindak tutur Ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya mengancam, menegur, dan mencerca.

(46)

2.3 Tinjauan pustaka

Tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka yang relevan dengan penelitian yang sedang dikerjakan. Dalam penelitian ini memiliki beberapa tinjauan pustaka oleh beberapa penelitian terdahulu, yaitu :

Khifdiatullutfiah (2013) , Penelitian ini berjudul “Tindak tutur Ilokusi Direktif tokoh dalam novel hujan karya Tere Liye : Kajian pragmatik”.

Novel ini menceritakan tentang percintaan yang dimana seorang perempuan mencintai laki-laki yang telah menyelamatkan hidupnya di masa lalu, ketika bencana alam terjadi dan merusak hampir seluruh penjuru dunia. Perempuan ini ingin sekali menghapus kenangan yang menyakitkan yang disebabkan oleh laki-laki tersebut dalam hidupnya. Dalam komunikasi yang terjalin diantara penokohan ini ditemukan jenis tindak tutur yaitu Tindak tutur Direktif.

Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis untuk mengetahui dan memahami konteks tuturan selain bukan dari Rustono melainkan menurut Hymes (1968) unsur-unsur konteks mencakup berbagai komponen yang disebutnya dengan akronim , yaitu : SPEAKING. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek, dan teori yang digunakan sama.

Penelitian ini membahas tentang jenis dan fungsi tindak tutur dalam novel Tere Liye yang mengacu pada teori tindak tutur oleh Searle.

(47)

Mitra ( 2013 ), Penelitian ini berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Acara Variety Show Running Man 《奔跑吧兄弟》: Kajian Pragmatik”. Acara ini menceritakan tentang variety show siaran Cina di ZRTG. Televisi Zhejiang Ini adalah spin-off dari variety show asli Korea Selatan Running Man oleh SBS . Ini pertama kalinya ditayangkan pada 10 Oktober 2014. Acara ini diklasifikasikan sebagai permainan variety show, di mana MC dan tamu menyelesaikan misi untuk memenangkan perlombaan. Dalam komunikasi yang terjalin diantara penokohan ini ditemukan jenis tindak tutur yaitu Tindak tutur Ilokusi . Penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi bagi penulis untuk memahami makna dan fungsi dari tindak tutur . Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek, dan teori yang digunakan sama. Penelitian ini membahas tentang jenis dan fungsi tindak tutur dalam acara Variety show Running Manyang mengacu pada teori tindak tutur oleh Searle.

Wu (2013), Penelitian ini berjudul dalam jurnal “ Tindak Tutur dalam Novel Dream in Red Mansions”. Novel ini menceritakan tentang percintaan yang terjadi di tengah masa dinasti Qing. Dalam komunikasi yang terjalin diantara penokohan ini ditemukan tiga jenis tindak tutur yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi sesuai dengan teori tindak tutur oleh Austin. Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis untuk memahami penggunaan kalimat, kata dalam bahasa mandarin

yang memiliki daya tindak tutur khususnya dalam berkomunikasi.

Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek, dan teori yang digunakan sama. Penelitian ini membahas tentang jenis dan

(48)

fungsi tindak tutur dalam acara variety show yang mengacu pada teori tindak tutur oleh Searle.

Wang Shuhong (2013), Penelitian ini berjudul dalam jurnal”Sebuah Studi tentang Penggunaan Pragmatik dari Tindak tutur Guru bahasa Inggris di kelas”.

Dalam Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur dalam pragmatik untuk menganalisis perilaku wacana kelas guru bahasa Inggris, terutama bahasa pengajar guru, pertanyaan kelas guru, umpan balik guru terhadap jawaban siswa, menganalisis perilaku wacana kelas guru dan bahasa dan hubungan antar lingkungan. Dalam penelitian ini juga menggunakan metode observasi alami dan analisis percakapan digunakan yaitu membuat video kelas lima guru sekolah menengah dari berbagai tempat dipilih sebagai lokasinya. Para guru dan siswa di kelas bahasa Inggris sekolah menengah biasa adalah objek penelitian, dan wacana kelas guru itu dipindahkan. Dalam menganalisis perilaku wacana guru di kelas ini, terutama instruksi yang dikeluarkan oleh guru di kelas, serta pertanyaan dan umpan balik, dan menarik beberapa kesimpulan yang bermakna, yang akan menginspirasi dan membantu praktik mengajar guru di kelas bahasa Inggris sekolah menengah. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak sarjana tertarik untuk mempelajari wacana guru, tetapi sebagian besar studi ini terbatas pada penyelidikan jumlah wacana guru, kurangnya analisis mendalam tentang wacana guru, dan penggunaan teori perilaku wacana yang relevan dalam konteks kelas khusus. Perilaku wacana guru dipelajari. Oleh karena itu, skripsi ini menggunakan teori tindak tutur untuk menganalisis komposisi perilaku wacana guru dan fungsinya dari pengajaran kelas yang sebenarnya untuk menganalisis perilaku

(49)

wacana guru. Bagian ini memperkenalkan penelitian perilaku wacana guru di rumah dan di luar negeri, serta penelitian tentang teori yang terkait teori perilaku verbal. Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis untuk memahami menggunakan teori tindak tutur dalam pragmatik dan teori tindak tutur tidak langsung dari Searle untuk menganalisis dan mengomentari perilaku wacana kelas guru, terutama berfokus pada instruksi, pertanyaan dan umpan balik guru, dan kemudian Perilaku kelas wacana ini ditempatkan dalam konteks kelas tertentu, dan mereka dipelajari secara kontekstual, fungsional, dan dinamis.

Fauziah (2015), Penelitian ini berjudul ”Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif pada wacana rubrik Kriing Surat Kabar Salopos Edisi April 2015”.

Solopos merupakan salah satu surat kabar yang wilayah pembacanya berada di seluruh Solo raya. Sebagai surat kabar umum, Solopos berusaha mengakomodasikan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat, mulai dari soal politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Solopos berusaha menempatkan dirinya sebagai surat kabar yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Solopos dalam menyajikan lebih berani mengungkap fakta dan keberpihakan pada kepentingan lebih luas, Solopos berusaha menjadi jembatan penghubung dengan mengutamakan fakta dan kebenaran. Salah satu caranya dengan menyediakan rubrik untuk menampung informasi yang diperoleh reporter dari berbagai sumber yang telah dipublikasi ke redaksi Solopos untuk dimuat. Rubrik dalam surak kabar Solopos tersebut bernama kriiing Solopos. Rubrik kriiing Solopos tersebut, berisikan informasi terkini dari berbagai sumber sebagai sarana untuk mengungkapkan laporan, gagasan, keluhan, ucapan terimakasih, dan lain-lain.

(50)

Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis untuk memahami bentuk- bentuk tindak tutur direktif dan ekspresif . Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek, dan teori yang digunakan adalah sama yaitu : Searle.

Dwi (2015) , Penelitian ini berjudul ”Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Bahasa Jepang”. Penelitian ini memberitakan tentang bahasa Jepang.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang tuturan-tuturan yang ada dalam film menggunakan kajian pragmatik.

Tujuan diadakan penelitian adalah untuk mengetahui apa saja tindak tutur tidak langsung ilokusi dan untuk mengetahui tujuan penggunaan tindak tutur ilokusi dalam film. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari tuturan-tuturan yang terdapat dalam film Great Teacher Onizuka

Special Graduation yang mengandung tindak tutur tidak langsung ilokusi.

Penulis memilih film Great Teacher Onizuka Special Graduation karena film tersebut menunjukkan situasi, penutur, lawan tutur yang dapat dilihat dengan jelas, serta tindak tutur Ilokusi yang ditemukan cukup banyak. Metode pengambilan data menggunakan metode simak dan teknik catat. Analisis data menggunakan pendekatan fungsionalisme.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh Civitas GMKI Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU, terkhusus buat PK m.b 2013-2014 Daud,Rinto, Baginta, , Edo, Endang, Siska & Imelda serta rekan-rekan yang

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem pakar yang efektif dan dapat digunakan untuk melakukan diagnosa demam pada balita sehingga penyakit

Rismayani, Pemanfaatan Teknologi Google Maps Api Untuk Aplikasi Laporan Kriminal Berbasis Android pada Polrestabes Makassa r, Jurnal Penelitian Pos dan

Bagian terpenting dari halaman utama web ini adalah halaman web perhitungan angka kredit yang merupakan bagian yang harus diisi oleh instruktur setelah memperoleh

Sehubungan dengan point 1 dan 2 serta ketentuan dan hasil tersebut di atas, Pokja pada Unit Layanan Pelayanan memutuskan bahwa pelelangan paket pekerjaan Lanjutan Pemetaan Alur

Kesimpulan dari penelitian ini bahwasanya masjid Umar Bin Khattab Ngabeyan, Kartasura berfungsi sebagai tempat ibadah, menuntut ilmu agama, pusat dakwah dan pelayan

Karena kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan, maka untuk setiap akan melakuka review kurikulum ataupun

Dari pemaparan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fungsi masjid dalam pendidikan Islam bagi masyarakat dengan judul Fungsi Masjid