• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTISIPASI DAMPAK NEGATIF COVID-19 DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI. Tim Penyusun Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANTISIPASI DAMPAK NEGATIF COVID-19 DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI. Tim Penyusun Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANTISIPASI DAMPAK NEGATIF COVID-19 DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Tim Penyusun

Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Indonesia

(3)
(4)

EDITORIAL

Tim Buku Saku

Administrasi DGBF : Yuli Kusdwiastini. S.AB

Narasumber : Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., Ph.D Prof. Boy M. Bachtiar, drg., M.S., Ph.D., PBO Prof. Dr. Ellyza Herda, drg., M.Si

Kontributor

Isi Buku Saku : Seluruh anggota DGB-FKG

Prof. Dr. Hanna Bachtiar, drg., Sp.RKG(K) Prof. Laura Susanti, drg., Sp.Pros(K) Prof. Dr. M. Suharsini, drg., S.U., Sp.KGA(K) Prof. Dr. Benny S. Latief, drg., Sp.BM(K) Prof. Iwan Tofani, drg., Ph.D., Sp.BM(K) Prof. Boy M. Bachtiar, drg., M.S., Ph.D., PBO

Prof. Dr. M. F. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K) Prof. Risqa Rina Darwita, drg., Ph.D

Prof. Armasastra Bahar, drg., Ph.D.

Prof. Dr. Endang Suprastiwi, drg., Sp.KG(K) Prof. Dewi Fatma Sunarti, drg., M.S., Ph.D., PBO Prof. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg., Sp.KGA(K) Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., Ph.D Prof. Dr. Sri Lelyati, drg., S.U., Sp.Perio(K)

Prof. Dr. Miesje K. Purwanegara, drg., S.U., Sp.Ort(K) Prof. Dr. Ellyza Herda, drg., M.Si.

Prof. Endang Winiati, drg., M.Biomed., Ph.D., PBO Prof. Dr. Ratna Meidyawati, drg., Sp.KG(K) Pelindung

Ketua Sekretaris

: Dekan FKGUI, Prof. Dr. M. F. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K) : Ketua DGB-FKGUI, Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., PhD

: Sek. DGB-FKGUI, Prof. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg., Sp.KGA(K)

1. Prof. (E) Dr. S. M. Soerono Akbar, drg,. Sp.KG(K)

2. Prof. (E) S. W. A Prajitno, drg., SKM., M.ScD., Ph.D., Sp.Perio(K) 3. Prof. Heriandi Sutadi, drg., Ph.D., Sp.KGA(K)

4. Prof. Dr. Elza Ibrahim Auerkari., drg., M. Biomed., Sp.OF(K) 5. Prof. Bambang Irawan, drg., Ph.D.

6.

7.

8.

9.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23 10.

11.

12.

(5)

Disain Buku Saku : Rosi Maolana, A.MD

Diterbitkan oleh : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia Redaksi : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Ruang Sekretariat FKGUI Gedung A Lantai 2 Jl. Salemba Raya No.4 Jakarta Pusat 10430 Telepon : 021-31930270/ 3151035 Fax. 021-31931412

ISBN :

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seizin editor dan penerbit.

978-979-456-884-2

(6)

DAFTAR ISI

EDITORIAL ... iii

DAFTAR ISI ... v

KATA PENGANTAR ... viii

PENDAHULUAN ... x

BAB 1 ANTISIPASI PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI ... 1

1.1 Pendahuluan ... 1

1.2 Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh di FKG UI dalam Mengantisipasi Pandemi COVID- 19 ... 3

1.3 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Pembelajaran Daring/PJJ ... 5

1.3.1 Sistem pengelolaan dan sumber daya untuk interaksi pembelajaran daring di FKGUI ... 6

1.3.2 Sumber Daya untuk ujian ... 6

1.4 Masalah Penerapan Pembelajaran Daring Selama dan Pasca Pandemi COVID-19 terhadap Pendidikan Kedokteran Gigi ... 7

BAB 2 PANDEMI COVID-19: IMPLIKASI DAN PANDUAN PENELITIAN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI INDONESIA ... 9

2.1 Pendahuluan ... 9

2.2 Keterbatasan dan Peluang Riset Pasca Pandemi COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi ... 11

2.3 Managemen Biosafety Sampel Asal Rongga Mulut pada Laboratorium Riset Kedokteran Gigi Pasca Pandemi COVID 19 ... 11

(7)

2.3.1 Pedoman Penelitian yang Melibatkan Koleksi

Spesimen Asal Manusia ... 11

2.3.2 Definisi ... 12

2.3.3 Antisipasi ... 13

2.3.4 Langkah-langkah yang perlu diterapkan di Laboratorium Riset Kedokteran Gigi yang belum memiliki fasilitas BSL2 ... 14

BAB 3 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASA PANDEMI COVID-19 ... 15

3.1 Pendahuluan ... 15

3.2 Kasus-Kasus Kedaruratan Dental dan Penatalaksanaannya ... 16

3.2.1 Bidang Bedah Mulut dan Maksilofasial ... 16

3.2.2 Bidang Prostodonsia ... 17

3.2.3 Bidang Penyakit Mulut ... 17

3.2.4 Bidang Ortodonti ... 18

3.2.5 Bidang Kedokteran Gigi Anak ... 19

3.2.6 Bidang Periodontologi ... 21

3.2.7 Bidang Radiologi Kedokteran Gigi ... 22

3.2.8 Bidang Konservasi Gigi ... 24

3.2.9 Bidang Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan ... 27

3.3 Penggunaan Teledentistry Selama Masa Wabah COVID-19 ... 29

3.4 Prinsip Keamanan untuk Praktik Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 32

Checklist Skrining COVID-19 ... 36

Bagaimana menghadapi pasien yang lulus skrining dan tidak lulus skrining ... 37

(8)

3.5 Prinsip Desinfeksi Ruang Praktik Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut ... 45

3.6 Prinsip Pengelolaan Limbah COVID-19 Pada Pusat Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut ... 46

3.7 Adaptasi Dokter Gigi Terhadap Serangan COVID-19 “Kenormalan Baru” Setelah Pandemi ... 51

REFERENSI ... 53

LAMPIRAN 1 ... 57

LAMPIRAN 2 ... 58

(9)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barokaatuh, salam sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan perkenanNya maka buku Antisipasi Dampak Negatif COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi dapat diselesaikan. COVID-19 adalah penyakit menular baru yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Pertanggal 2 Mei 2020 di seluruh dunia terdapat 3.344.099 pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dengan total pasien meninggal dunia sebanyak 238.663 jiwa.

Di Indonesia sendiri terdapat 10.843 kasus terkonfirmasi positif dengan jumlah pasien meninggal sebesar 831 jiwa. Pandemi COVID-19 di Indonesia telah berlangsung sekitar dua bulan sejak pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Begitu banyak permasalahan yang terdampak dari bencana nasional ini. Masalah utamanya adalah jumlah penderita dan angka kematian yang terus meningkat dari hari ke hari. Permasalahan menjadi semakin kompleks karena berbagai aspek sosial dan ekonomi ikut terdampak.

Di bidang Kedokteran Gigi, dampak negatif COVID-19 tidak hanya dirasakan oleh penyelenggara pelayanan kepada pasien saja, tetapi juga pada Bidang Pendidikan Kedokteran Gigi dan Bidang Penelitian, serta Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat. Rencana antisipasi di setiap aspek Tridharma Perguruan Tinggi dalam Bidang Kedokteran Gigi, merupakan prioritas yang perlu dipersiapkan. Atas dasar pemikiran tersebut, maka seluruh anggota Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menyusun buku panduan ini.

Harapannya buku ini dapat menjadi panduan bagi dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan dalam Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi dan dokter gigi di luar Institusi Pendidikan, selama masa pandemi dan paska pandemi COVID-19.

(10)

Kami harapkan buku panduan yang merupakan sumbangsih pemikiran para Guru Besar FKG UI dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi yang berguna bagi mahasiswa, dosen dan dokter gigi, serta Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia.

Jakarta, 3 Mei 2020 Dekan FKG UI

Prof. Dr. M. F. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K)

Akhir kata, terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada seluruh anggota Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia di bawah kepemimpinan Prof. Anton Rahardjo, drg., M.KM., Ph.D, yang telah bekerja keras dengan kinerja yang maksimal dalam menyelesaikan buku panduan ini ditengah masa WFH (Work From Home) walau kami juga menyadari masih perlu penyempurnaan dalam penyusunan buku ini.

(11)

PENDAHULUAN

Coronavirus Disease-2019 atau COVID-19 adalah penyakit menular terbaru yang awalnya ditemukan di Wuhan-Cina pada akhir tahun 2019, namun saat ini telah menyebar secara cepat ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sejak tanggal 11 Maret 2020 Word Health Organization (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai kondisi pandemi. Bertambahnya jumlah kasus di Indonesia yang semakin meningkat, baik pada pasien COVID-19 maupun Orang Tanpa Gejala (OTG), maka pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 telah menetapkan COVID-19 sebagai Bencana Nasional.

(SARS-CoV-2) Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-CoV-2

merupakan penyebab COVID-19. COVID-19 umumnya ditularkan dengan rute utama percikan (droplets) dari mulut saat bersin/batuk. Penularan lewat udara (airborne) mungkin terjadi, antara lain pada orang yang lama terpapar konsentrasi udara tinggi pada ruang tertutup. Risiko penularan juga terjadi akibat sentuhan pada permukaan benda yang tercemar virus.

Percikan yang mengandung virus tersimpan di permukaan suatu benda, yang mungkindisentuholeh tangan. Virus dari tangan yang terkontaminasi dapat terbawa ke mukosa di mulut, hidung, dan mata orang tersebut sehingga membuatnya terjangkit. Dilaporkan bahwa virus SARS-CoV-2 umumnya dapat bertahan selama beberapa jam di permukaan yang halus, dan beberapa hari pada suhu serta kelembaban yang sesuai. Disebutkan pada beberapa laporan bahwa media penularan dapat juga dari darah, semua cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi (kecuali keringat), kulit non- intak, serta selaput lendir (mucous membranes). Penularan aerosol patut diwaspadai yaitu ketika percikan-percikan bertahan di udara dan kehilangan kandungan air, namun patogennya tertinggal dan membentuk inti percikan (yaitu aerosol). Aerosol-aerosol ini dapat terbang ke lokasi yang jauh, mengakibatkan potensi penularan jarak jauh.

(12)

Saat ini, sumber utama penyebaran adalah pasien COVID-19, namun pembawa (carrier) asimtomatik juga diduga sebagai sumber penyebaran.

Konfirmasi pasien positif COVID-19 menggunakan quantification real time-PCR (qPCR). Walaupun belum terkonfirmasi positif, pasien terduga (suspect) COVID-19 berpeluang dapat menularkan virus penyebabnya.

Penularan COVID-19 dapat menimbulkan gejala atau tanpa gejala sakit.

Individu yang terduga COVID-19 dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) orang tanpa gejala (OTG); (2) orang dalam pemantauan (ODP);

dan (3) pasien dalam pemantauan (PDP). Manifestasi klinik utama pasien dengan COVID-19 adalah demam, kelelahan, dan batuk kering.

Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Virus ini secara efektif dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada suhu 56°C selama 30 menit, dan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin). COVID-19 penyebarannya sangat cepat serta dapat menyebabkan kematian, berdampak sangat luas pada seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Oleh karena itu, antisipasi pencegahan penyebaran Covid-19 sangat perlu dilakukan.

Di bidang Kedokteran Gigi, dampak negatif COVID-19 tidak hanya dirasakan pada aspek pelayanan saja. Dampak pandemi COVID-19 di Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat mengharuskan perencanaan, persiapan dan penyesuaian program kegiatannya untuk difokuskan pada keselamatan personil serta pembatasan penyebaran COVID-19. Rencana antisipasi di setiap aspek Bidang Kedokteran Gigi merupakan prioritas yang perlu dipersiapkan.

Pendidikan berbasis elektronik jarak jauh, menjadi pilihan pemerintah sebagai antisipasi pembatasan penyebaran COVID-19 dan keselamatan personil yang terkait dalam proses pembelajaran. Rencana antisipasi pelaksanaan yang berfokus pada keselamatan personil dan pencegahan penyebaran COVID-19 juga sangat diperlukan di Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.

(13)

Buku ini mencakup bahasan dan rekomendasi antisipasi kegiatan Pendidikan, Penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Pelayanan di Bidang Kedokteran Gigi dalam masa pandemi COVID19. Buku ini bukan merupakan standar atau peraturan yang mengikat, namun buku yang disusun berdasarkan berbagai referensi, serta laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya antisipasi untuk meminimalkan dampak negatif COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi.

(14)

BAB 1

ANTISIPASI PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

1.1 Pendahuluan

Sehubungan dengan terjadinya kondisi pandemi COVID-19, pemerintah telah menghimbau untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dari rumah bagi mahasiswa di semua perguruan tinggi di Indonesia, termasuk mahasiswa di Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi, baik pada Program Akademik, Profesi S1 maupun Program Spesialis, S2 dan S3. Metoda pembelajaran pada Pendidikan Kedokteran Gigi memiliki kekhususan tersendiri, sehingga tidak semua metoda pembelajaran bisa dilakukan secara virtual learning (daring). Kegiatan praktikum pada tingkat pendidikan akademik, yang memerlukan pembelajaran melalui metode skills lab, misalnya, tidak secara mudah digantikan dengan metode pendidikan daring. Demikian pula, praktik klinik yang memerlukan tatap muka langsung dengan pasien, untuk saat ini belum dapat digantikan dengan metode pembelajaran secara daring. Diperlukan beberapa terobosan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, baik dari mahasiswa tingkat akademik maupun mahasiswa tingkat profesi.

Kondisi pandemi COVID-19, walaupun berdampak negatif terhadap pendidikan kedokteran gigi, ada pula sisi positif yang bisa diambil dari kondisi ini. Misalnya, dosen dan mahasiswa secara serentak diharuskan menguasai sistem pembelajaran jarak jauh. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi dan informasi, sebagai salah satu ciri pendidikan di era revolusi 4.0, sudah disosialisasikan dan di dorong untuk diterapkan di dunia pendidikan tinggi di Indonesia, tetapi sebagian besar dosen masih belum mengaplikasikannya.

(15)

Pendidikan profesi dokter gigi dan berbagai spesialisasi kedokteran gigi, mengharuskan mahasiswa berhadapan langsung dengan pasien untuk melakukan tindakan perawatan gigi dan mulut. Perawatan gigi dan mulut dilakukan di rumah sakit, puskesmas dan pada saat kegiatan bakti sosial di luar lingkungan kampus. Artinya, setiap mahasiswa Kedokteran Gigi yang tengah menjalani tahapan pendidikan dan berhadapan dengan pasien, sangat berisiko tinggi terhadap paparan dan penularan COVID-19. Risiko profesi ini mudah dipahami, karena setiap operator pelayanan kesehatan gigi dan mulut (dokter gigi, terapis gigi, radiologist) akan berhadapan langsung dengan habitat mikroorganisme di dalam rongga mulut, termasuk SARS-CoV-2. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi, pada setiap pasien yang dihadapi, baik pasien anak, dewasa, lansia, dengan dan/ atau yang dikatagorikan sebagai orang tanpa gejala (OTG), orang dengan pemantauan (ODP), atau pasien dengan pemantauan (PDP) COVID-19 seharusnya dipandang sebagai sumber infeksi SARS-CoV-2.

Berdasarkan kepustakaan dapat diketahui, bahwa penularan COVID-19 terutama terjadi melalui small droplets yang keluar dari mulut atau hidung seseorang yang terinfeksi SARS-CoV-2 saat batuk, bersin, atau berbicara, meskipun droplet relatif berat sehingga tidak melayang- layang dan cepat jatuh ke permukaan solid. Airborne transmission juga mungkin terjadi di dalam ruangan kerja, maka antisipasi terhadap penularan COVID-19 selama tindakan Kedokteran Gigi perlu dilakukan, dengan menyiapkan ruang kerja bertekanan negatif untuk mencegah penularan virus penyebab COVID-19. Demikian pula, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan cara yang tepat, minimal 20 detik, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Level 3, menjaga jarak aman antara operator dengan pasien seharusnya menjadi prosedur baku yang harus dipatuhi oleh operator, dan merupakan perilaku yang harus ditanamkan sejak mahasiswa dalam menghadapi pasien.

(16)

1.2 Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh di FKG UI dalam Mengantisipasi Pandemi COVID- 19

Pandemi COVID-19 penyebarannya sangat cepat, dapat menyebabkan kematian dan berakibat sangat luas pada seluruh aspek kehidupan manusia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka antisipasi untuk pencegahan penyebaran COVID-19 perlu dilakukan, dan dalam bidang Pendidikan, Menteri Pendidikan telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) No.2 dan No.3 tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan COVID-19 pada tanggal 9 Maret 2020. Pada tanggal 17 Maret 2020 Mendikbud menerbitkan Surat Edaran No. 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran Daring dan Bekerja dari rumah yang ditujukan kepada seluruh Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, sebagai tindak lanjut langkah pencegahan penyebaran COVID-19.

Surat Edaran tersebut dikeluarkan untuk memastikan, bahwa pengendalian, kewaspadaan dan penanganan penyebaran COVID-19 di unit kerja telah dilaksanakan dengan baik sesuai SE No.2 dan No.3 tahun 2020. Sehubungan dengan Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 36962/MPK.A/HK/2020, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi pada tanggal 3 April 2020 menerbitkan Surat Edaran No. 302/E.E2/KR/2020 tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan. Berdasarkaan SE tersebut di atas, Universitas Indonesia sebagai Perguruan Tinggi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera membuat kebijakan dengan menerbitkan Surat Edaran Rektor UI sebagai dasar bagi setiap Fakultas dalam lingkungan UI untuk menerbitkan Surat Edaran Dekan dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi selama masa pandemi COVID-19. Berdasarkan Surat Edaran Dekan serta merujuk Surat Keputusan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), maka antisipasi pandemi COVID-19 terhadap kegiatan Pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi UI dilaksanakan dengan membuat beberapa kebijakan yang sesuai sebagai berikut:

a) Pembelajaran dilaksanakan secara Daring/PJJ sesuai dengan karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yaitu

(17)

Terbuka (Fleksibel: penyampaian, pemilihan Mata Kuliah, merdeka belajar, lintas satuan); belajar mandiri (proses, porsi, kendali belajar lebih banyak oleh mahasiswa); anytime;

anywhere (belajar dimana saja dan kapan saja); berbasis TIK (memfasilitasi komunikasi dan interaksi pembelajaran).

Universitas Indonesia memiliki sarana prasarana untuk pelaksanaan pembelajaran secara Daring/PJJ yang berada di bawah Direktorat Pengembangan Akademik dan Sumber Daya Pembelajaran (DPASDP) yang dapat dipakai oleh seluruh Fakultas di Universitas Indonesia. Segala sesuatu tentang E- learning pembelajaran daring yang diterapkan di UI dapat diakses di www.dpasdp.ui.ac.id dan pjj.ui.ac.id. Namun Fakultas tetap harus merancang pembelajaran PJJ yang sesuai dengan Pendidikan Kedokteran Gigi dalam hal sarana dan prasarana untuk sumber daya untuk interaksi pembelajaran, sistem pengelolaan dan pembelajaran Daring serta sumber daya ujian.

b) Pembelajaran daring dilaksanakan untuk Pendidikan S1 Akademik Reguler dan Kelas Internasional, Profesi, S2, Spesialis KG dan S3. Pembelajaran daring dilakukan untuk semua mata kuliah kecuali untuk praktikum, Skills lab, praktik klinik dan lapangan serta penelitian tugas akhir dengan penjadwalan ulang pada bulan Juni dan Juli 2020 atau melakukan perubahan metodologi penelitian. Universitas Indonesia melakukan revisi kalender akademik yaitu semester genap 2019/2020 diperpanjang sampai akhir Juli 2020 dengan meniadakan semester antara, atau bahkan sampai menambah satu semester dan meniadakan wisuda pada semester genap 2019/2020 dan akan digabung pada wisuda di bulan Februari 2021.

c) Pendidikan Profesi Dokter Gigi mengacu kepada surat keputusan AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia) nomor: 587/sk/afdokgi/2020 tentang Pedoman Kegiatan Pemenuhan Aktifitas Pembelajaran Pendidikan Profesi Dokter Gigi Pada Kekhususan Permasalahan Pandemi

(18)

Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Penguatan kegiatan kognitif dilakukan dalam bentuk telaah jurnal, diskusi kasus dan untuk kegiatan psikomotor sedapat mungkin menggunakan substitusi keterampilan menggunakan simulasi video dan dipresentasikan secara daring dengan menggunakan beberapa form assesmen keterampilan klinik. Mahasiswa profesi tahun ke 2-4 diberi penugasan secara daring, demikian juga mahasiswa yang baru akan menjalani Pendidikan profesi. Surat Keputusan AFDOKGI tersebut dimaksudkan agar dampak pandemi COVID-19 terhadap pendidikan profesi dokter gigi dapat diperkecil dan diperlukan upaya pemenuhan pembelajaran pendidikan profesi dokter gigi yang tidak memberatkan mahasiswa, mampu dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemampuan institusi Pendidikan masing- masing

d) Evaluasi untuk kehadiran mahasiswa dan proses pembelajaran dilakukan penyesuaian dengan pembelajaran secara daring.

Seluruh ujian akhir S1 , S2 dan S3 dilaksanakan secara daring, demikian juga untuk promosi Doktor yang tata caranya telah diatur dalam Surat Keputusan Rektor UI.

e) Mahasiswa yang memiliki keterbatasan dana (Mahasiswa bidikmisi, beasiswa, dan yang tidak mampu) untuk mendukung proses pembelajarannya, diberikan bantuan dana dengan cara membayarkan kuota internet melalui bantuan dana dari dosen dan alumni.

1.3 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Pembelajaran Daring/PJJ

Sarana dan Prasarana untuk E-Learning dan PJJ tersedia di Universitas Indonesia, dan dapat diakses oleh seluruh fakultas di lingkungan UI. Sarana dan prasarana tersebut mencakup sistem pengelolaan dan pembelajaran daring (EMAS UI), sumber daya untuk interaksi pembelajaran (EMAS UI, MS Teams, Skype 4, Business, Google Meet) dan Sumber daya ujian, praktikum, kegiatan lapangan, layanan bantuan

(19)

teknis dan akademis (CBT, Lab Komputer, Helpdesk E-learning, Matlab, SPSS). Namun untuk pelaksanaan pembelajaran daring/PJJ selama pandemi COVID-19 tidak semua sarana dan prasarana tersebut dapat digunakan oleh setiap fakultas, tergantung karakteristik metode pembelajaran yang diterapkan di fakultas tersebut. Dengan demikian, perlu ditetapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembelajaran daring/PJJ di FKGUI.

1.3.1 Sistem pengelolaan dan sumber daya untuk interaksi pembelajaran daring di FKGUI

Fakultas membentuk Tim Informasi Teknologi (Tim IT) khusus dan bersama dengan Unit Administrasi Pendidikan bertugas membantu Dosen dan mahasiswa dalam pengelolaan pelaksanaan pembelajaran Daring yang dimulai pada pertengahan Maret 2020. Tim IT membuat “Panduan Pembelajaran Daring FKGUI” dan “Panduan Pelaksanaan Daring FKGUI untuk Fasilitator”. Kedua panduan ini disosialisasikan melalui e-mail dan grup whatsap. Sumber daya untuk interaksi pembelajaran yang dipakai adalah EMAS UI (E-learning Management Systems), Google Meets, MS Teams atau platforms lain yang disepakati oleh Dosen dan mahasiswa agar pembelajaran dapat berjalan lancar. Hasil survei yang dilakukan terhadap mahasiswa S1, Spesialis KG dan S2 yang telah melaksanakan pembelajaran daring didapat bahwa platforms yang dipakai format text-based (46%), WA group atau MS Teams dan Video-Audio-Text seperti Google Meets, MS Teams, atau Zoom. Moda pembelajaran daring dilakukan sinkronus maya (Video conference, Audio conference, text-based conference) dan asinkronus mandiri (Belajar mandiri: audio, video, animasi, simulasi).

1.3.2 Sumber Daya untuk ujian

Pelaksanaan evaluasi capaian pembelajaran setiap skenario dapat dilakukan dengan mengadakan Kuis melalui platform

(20)

EMAS UI (E-learning Management Systems). Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) juga dilaksanakan menggunakan EMAS UI. Waktu ujian dapat disesuaikan dengan kondisi jaringan internet, ujian dapat dilaksanakan baik sore atau malam hari, sehingga ujian dapat berjalan lancar dengan kondisi jaringan internet yang lebih stabil. Ujian Dokter Gigi (UDG) untuk mahasiswa profesi dilakukan secara daring menggunakan platforms MS Teams dan Google Meets. Pelaksanaan ujian akhir untuk mahasiswa Spesialis KG, S2, S3 dan promosi dapat dilaksanakan secara Daring menggunakan platform Google Meets.

1.4 Masalah Penerapan Pembelajaran Daring Selama dan Pasca Pandemi COVID-19 terhadap Pendidikan Kedokteran Gigi

Perubahan metode pembelajaran dari tatap muka menjadi kuliah daring membutuhkan kesiapan baik dari dosen dan mahasiswa untuk menjalankannya. Berbagai masalah yang dapat terjadi akibat penerapan pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 dan pasca pandemi COVID-19 terhadap Pendidikan Kedokteran Gigi yaitu:

a) Dosen perlu upaya lebih untuk mempersiapkan atau membuat materi pembelajaran secara Daring. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengikuti kegiatan tutorial/pelatihan secara daring yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Akademik dan Sumber Daya Pembelajaran UI atau Institusi lainnya. Harapannya hal tersebut bisa membantu para dosen untuk beralih ke pembelajaran secara daring dan menjadi lebih siap dalam mempersiapkan Massive Open Online Course (MOOC) dan menggunakan teknologi dan informasi sebagai salah satu ciri pendidikan di era revolusi 4.0.

b) Bertambahnya kebutuhan dana untuk pulsa internet bagi mahasiswa. Fakultas-fakultas di lingkungan UI mengantisipasinya dengan cara penggalangan dana dari

(21)

dosen dan alumni. Hal ini untuk membantu mahasiswa yang tidak mampu, agar biaya pulsa internet tidak menjadi kendala selama pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19 c) Capaian kompetensi mahasiswa yang tidak optimal terutama

dalam hal keterampilan dan praktik klinik. Oleh karena itu, diperlukan terobosan baru seperti penguatan kegiatan kognitif berupa telaah jurnal, diskusi kasus dan untuk kegiatan psikomotor sedapat mungkin menggunakan substitusi keterampilan menggunakan simulasi video dan dipresentasikan secara daring dengan menggunakan beberapa form assesmen keterampilan klinik seperti mini-Clinical Evaluation Exercise (mini-CEX) yaitu salah satu metode penilaian yang dirancang untuk mengukur performa peserta didik dalam pendidikan tahap klinik dan atau Direct Observation of Procedural Skills (DOPS).

d) Dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan praktikum, skills lab, praktik lapangan dan praktik klinik serta penelitian untuk tugas akhir yang dilakukan pasca pandemi COVID-19 cukup besar, karena masih memerlukan kewaspadaan level tinggi terhadap infeksi silang COVID-19. Praktik klinik di masa pasca pandemi COVID-19 harus dilaksanakan dengan alat pelindung diri level 3 untuk tindakan yang menimbulkan terjadinya aerosol.

f) Penjadwalan ulang rotasi praktik klinik, pemenuhan requirements klinik, ketersediaan pasien dan kesiapan wahana Pendidikan pasca pandemi COVID-19 memerlukan persiapan dan pengaturan ulang yang harus segera diantisipasi oleh institusi Pendidikan bersama RSKGM dan rumah sakit jejaring.

(22)

BAB 2

PANDEMI COVID-19: IMPLIKASI DAN PANDUAN PENELITIAN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI

DI INDONESIA

2.1 Pendahuluan

Sumber utama penyebaran COVID-19 adalah virus (SARS-CoV-2) pada droplet yang berasal dari spesimen mukosa nasofaring atau mukosa orofaringeal. Selain kedua sumber utama tersebut, SARS-CoV-2 dapat pula dideteksi pada sampel yang berasal dari dalam mulut, yaitu saliva dan cairan krevikular gingiva. Dalam praktik kedokteran gigi, percikan aerosol yang terkait dengan tindakan perawatan kedokteran gigi, dapat merupakan salah satu mode of action dari penularan SARS-CoV-2 kepada dokter gigi (Gambar 1).

Gambar 2.1 Potensi saliva sebagai bahan diagnosis dan transmisi Sar-CoV-2. (Xu R et al., 2020)

Telah dilaporkan bahwa Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE- 2) adalah reseptor utama pada sel inang (host cell) bagi SARS-CoV-2.

Molekul ACE-2 tersebut berperan penting dalam masuknya SARS-

(23)

CoV-2 ke dalam sel inang, untuk selanjutnya menyebabkan infeksi akhir (COVID-19). Molekul ACE-2 dilaporkan dieskpresikan oleh epitel mukosa mulut. Dengan demikian, sel-sel dalam jaringan mukosa mulut yang mengekspresikan ACE-2, terutama sel epitel lidah, merupakan oral niches yang dapat berperan sebagai perantara atau reservoir potensial terhadap penularan COVID-19. Temuan pustaka tersebut telah menjelaskan mekanisme dasar dalam penyebaran SARS-CoV-2, bahwa berbagai unsur di dalam mulut, baik cairan maupun biofilm pada permukaan mukosa, berpotensi sebagai sumber penyebaran COVID-19.

(Gambar 2)

Dengan demikian, deteksi SARS-CoV-2 dapat dilakukan pada sampel saliva, pada sampel bahan kumur, pada cairan krevikular gingiva, dan usap mukosa bukal /lidah.

Gambar 2.2 ACE-2 receptors pada sel epitel dan mekanisme replikasi SARS-Cov-2. (https://www.

chemistryviews.org/details/ezine/11225161/Coronavirus_Entering_and_Replicating_in_a Host_Cell.html)

(24)

2.2 Keterbatasan dan Peluang Riset Pasca Pandemi COVID-19 di Bidang Kedokteran Gigi

Pada situasi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, laboratorium yang belum memiliki fasilitas Biosafety level 2 (BSL2) untuk pemeriksaan mikrobiologi harus menghentikan aktifitas riset yang menggunakan sampel biologis asal manusia, sampai tersedia fasilitas BSL2 hingga pandemi COVID-19 dinyatakan berakhir atau setelah sampel yang mengandung biohazard yang akan digunakan telah dikonfirmasi PCR tidak mengandung SARS-CoV-2.

Keterbatasan penggunaan sampel biologi asal manusia di atas untuk kepentingan penelitian dapat disiasati dengan memanfaatkan metoda penelitianalternatif misalnya: meta analisis bioinformatic, in silico, molecular docking, in vivo /dengan hewan coba, in vitro: cell line culture dan menggunakan sel asal hewan.

Di samping itu, ada peluang untuk mengeksplorasi keunikan ekosisem oral terkait penelitian mengenai COVID-19, misalnya untuk mendapatkan strategi diagnosis atau metode pencegahan berdasarkan karakteristik patogenesis SARS-CoV-2. Demi kepentingan penelitian epidemiologi dan pengabdian pada masyarakat, maka dapat digunakan teknologi informatika /digital/ teledentistry, yang merupakan suatu pendekatan yang sesuai pada masa dan pasca pandemi COVID-19.

2.3 Managemen Biosafety Sampel Asal Rongga Mulut pada Laboratorium Riset Kedokteran Gigi Pasca Pandemi COVID 19 2.3.1 Pedoman Penelitian yang Melibatkan Koleksi Spesimen

Asal Manusia

Prosedur keamanan mulai pengambilan sampel dari subjek penelitian, penghantaran sampel menuju laboratorium, penyimpanan sampel, sampai pemusnahan pemusnahan sampel biologis setelah penelitian berakhir, hendaknya mengacu pada panduan WHO mengenai laboratorium yang difasilitasi dengan standar Biosafety level 2, dan tentunya telah lolos kaji etik penelitian.

(25)

Spesimen-spesimen asal rongga mulut berpotensi mengandung agen infectious yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit, dengan demikian selama kondisi pandemi COVID-19, dan selama beberapa waktu ke depan (yang belum diketahui akan berapa lama), sampel asal rongga mulut harus ditetapkan sebagai biohazardous, baik pada saat pengambilannya, transportasinya ke laboratorium, maupun pada saat pengolahannya di dalam laboratorium.

Kita tidak bisa memastikan apakah seseorang merupakan individu pembawa (carrier) SARS-CoV-2, maka sebagai tindakan pencegahan penularan dari satu ke lain orang, pemrosesan atau pengujian spesimen/ sampel klinik, yang dikatagorikan sebagai biohazardous hendaknya dilakukan pada laboratorium dengan fasilitas Biosafety Level 2 (BSL-2).

Pada bagian ini akan dijelaskan secara sederhana mengenai potensi keberadaan virus penyebab COVID-19 (SARS-CoV-2) pada sampel oral, dan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan selama bekerja di dalam laboratorium penelitian kedokteran gigi, terkait pemanfaatan sampel oral.

2.3.2 Definisi

Dalam bidang Kedokteran Gigi, yang dimaksudkan dengan sampel oral, adalah bahan pemeriksaan klinis yang diperlukan untuk mendukukung diagnosis klinis, prognosis, dan upaya preventif yang terkait dengan tindakan profesi kedokteran gigi. Sampel oral juga diperlukan pada kegiatan pendidikan, sebagai bahan pengajaran dalam rangka menunjang pemahaman berbagai teori terkait ekosistem di dalam mulut. Sampel oral yang lazim dikoleksi, terdiri dari 1). Cairan mulut (saliva, cairan saku gusi, dan bahan kumur). 2). Bahan pemeriksaan usapan mukosa mulut, yang terdiri dari kerokan lidah, usapan mukosa bukal, dan usapan mukosa palatum.

Pengambilan sampel oropharyngeal dan nasopharyngeal tidak

(26)

direkomendasikan untuk keperluan penelitian dalam bidang Kedokteran Gigi.

2.3.3 Antisipasi

Dari kepustakaan dapat diketahui, infeksi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak dengan seseorang yang tidak memperlihatkan gejala klinis atau yang tidak didiagnosis sebagai pasien COVID-19. Oleh karena itu, semua sampel oral yang dikoleksi sejak Januari 2020, hendaknya dicurigai berpotensi sebagai sumber SARS-CoV-2.

Ketika wabah COVID-19 secara resmi (oleh pemerintah) dinyatakan mereda, kami merekomendasikan untuk tetap memperhatikan prosedur baku ketika berhadapan dengan sumber sampel klinik, dan penanganan sampel (spesimen) tersebut. Peraturan yang perlu diperhatikan terkait dengan laboratory biosafety, adalah sebagai berikut:

a) Selalu menggunakan masker, sarung tangan, dan goggle (atau kaca mata) pada saat pengambilan sampel oral. Tetap mengikuti perkembangan wabah COVID-19 melalui sumber resmi.

b) Gunakan teknik pengambilan sampel oral yang tidak memungkinkan terjadinya percikan cairan mulut (droplet).

c) Lakukan pengukuran suhu tubuh subjek sebelum pengambilan sampel oral.

d) Ikuti petunjuk WHO dalam pemrosesan sampel oral, yaitu pemrosesan sampel oral hanya dilakukan pada laboratorium dengan fasilitas biosafety level 2. Jika ingin melakukan pembiakan virus, hendaknya dilakukan pada laboratorium dengan fasilitas biosafety level 3.

f) Dekontaminasi semua permukaan bench beberapa kali sebelum dan sesudah kerja di laboratorium. Gunakan larutan disinfektan, untuk membersihkan permukaan

(27)

bench, dengan menggunakan kertas tissue (towelettes), atau semprot dengan menggunakan alkohol (70%) atau hydrogen peroxide (0,5%), atau sodium hypochlorite (0,1%). Perlakuan yang sama dilakukan terhadap keyboards computer, tilpon, mikroskop, dan berbagai peralatan yang digunakan oleh banyak orang (mesin PCR, spectrophotometer, mesin ELISA, dan lain-lain).

g) Mencuci tangan dengan sabun, sebelum dan ketika akan meninggalkan laboratorium.

2.3.4 Langkah-langkah yang perlu diterapkan di Laboratorium Riset Kedokteran Gigi yang belum memiliki fasilitas

BSL2

a) Menghentikan penggunaan sampel biologis asal manusia yang akan dan/ atau sudah dikoleksi sejak Januari 2020, baik saliva, cairan krevikular gingiva, plak gigi, usapan/ kerokan mukosa mulut (sampai tersedia fasilitas laboratorium dengan standar BSL2). Dengan catatan.

Pengecualian diberlakukan terhadap sampel yang telah terkonfimasi negatif virus (SARS-CoV-2) melalui pemeriksaan PCR, yang menjadi tanggung jawab peneliti.

b) Menyiapkan fasilitas laboratorium dengan fasilitas BSL 2 bagi laboratorium riset di Fakultas Kedoktaran Gigi yang belum memilikinya.

(28)

BAB 3

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASA PANDEMI COVID-19

3.1 Pendahuluan

World Health Organisation (WHO) telah menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Selanjutnya, pemerintah Indonesia menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19 melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020, dan bencana COVID-19 sebagai Bencana Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020, karena jumlah kasus semakin meningkat, baik pada pasien COVID-19 maupun Orang Tanpa Gejala (OTG). Dalam konteks ini maka transmisi penularan COVID-19 melalui droplet ataupun aerosol, meningkatkan faktor risiko dokter gigi untuk tertular. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 2776/PB PDGI/

III-3/2020, mengenai pedoman pelayanan Kedokteran Gigi. Dalam pedoman tersebut, dinyatakan adanya pembatasan untuk melakukan pembatasan pelayanan secara langsung.

Dokter Gigi merupakan salah satu profesi yang paling rentan terpapar virus penyebab COVID-19 (Berita the New York Times, 15 Maret 2020). Berdasarkan data PB PDGI, sampai dengan akhir April 2020, ada 6 (enam) orang Dokter Gigi di Indonesia meninggal dunia karena terinfeksi SARS-CoV-2. Data ini mempertegas berbagai laporan ilmiah lainnya, bahwa Dokter Gigi merupakan profesi berisiko tinggi dalam pekerjaannya. Berdasarkan kompetensinya, maka dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, setiap Dokter Gigi akan berhadapan langsung dengan rongga mulut pasien. Dari aspek epidemiologi, rongga mulut merupakan sumber utama penyebaran COVID-19, karena reseptor SARS-CoV-2, yaitu enzim ACE-2 (Angiotensin Converting Enzyme-2) juga diekspresikan oleh mukosa oral.

(29)

Selama masa pandemi COVID-19, manajemen kesehatan gigi dan mulut pada pasien suspek COVID-19, merupakan masalah khusus yang dihubungkan dengan penularan virus penyebabnya (SARS-CoV-2). Di dalam ruang praktik dental dan selama kunjungan perawatan gigi dan mulut, setiap pasien suspek COVID-19, berpotensi mentransmisikan SARS-CoV-2 kepada Dokter Gigi dan Tenaga Medis. Demikian pula, infeksi silang antar-pasien dapat terjadi dalam zona kerja Dokter Gigi. Selama perawatan gigi, penggunaan alat-alat standar prosedur perawatan gigi yang menimbulkan aerosol, seperti handpieces turbine dan scaller, akan menciptakan semprotan air liur (droplet) yang mengandung darah dari pasien. Droplets yang mengandung SARS-CoV-2, selanjutnya dapat menyebar ke seluruh objek di dalam ruangan praktik Droplets yang mengandung SARS-CoV-2, selanjutnya dapat menyebar ke seluruh objek di dalam ruangan praktik dokter gigi. Dengan demikian, faktor risiko utama yang berhubungan dengan pekerjaan seorang Dokter Gigi adalah terjadinya kontak langsung dengan droplet dari pasien suspect COVID-19, dan kontak tidak langsung melalui dental instruments serta permukaan berbagai benda solid di dalam dan di sekitar ruangan praktik.

3.2 Kasus-Kasus Kedaruratan Dental dan Penatalaksanaannya.

Kasus kedaruratan dental umumnya merupakan masalah klinis yang ingin segera dapat diatasi, beberapa masalah yang diidentifikasi sering terjadi dikelompokkan sesuai bidang Spesialisasi Kedokteran Gigi di bawah ini. Kedaruratan dental pada masa pandemi COVID-19 ini sedikit mengalami pergeseran definisi, kasus-kasus yang menyebabkan seseorang menderita rasa sakit dan ketidak nyamanan yang berkepanjangan dimasukan ke dalam kedaruratan dental, sehingga perlu penatalaksanaan segera yang di sesuaikan dengan masing- masing Bidang Spesialisasi Kedokteran Gigi sebagai berikut:

3.2.1 Bidang Bedah Mulut dan Maksilofasial merupakan bidang spesialisasi kedokteran gigi yang memiliki banyak kasus kegawatdaruratan, antara lain: pencabutan gigi; fraktur gigi anterior yang disebabkan oleh kecelakaan; biopsi jaringan abnormal;

(30)

pendarahan tidak berhenti; pembengkakan yang menyakitkan di dalam atau sekitar mulut; nyeri pada gigi, atau tulang rahang;

infeksi gusi dengan rasa sakit atau bengkak; dan setelah perawatan operasi (ganti rubber drainage, pengangkatan jahitan).

3.2.2

Bidang Prostodonsia

, perawatan kegawatdaruratan gigi tiruan dan gangguan sendi rahang yang sesuai dengan anjuran IPROSI (Ikatan Prostodonsia Indonesia), adalah abses intraoral akibat pemasangan implan gigi atau restorasi cekat, perawatan sendi rahang yang dislokasi/sakit; perbaikan atau penyesuaian gigi tiruan karena mengalami kesulitan makan; mahkota gigi tiruan sementara yang lepas atau rusak, sehingga dapat menimbulkan risiko gigi penyangga patah, berubah posisi atau gigi menjadi hipersensitif; selain itu juga penyesuaian gigi palsu untuk orang yang menerima radiasi atau perawatan kanker lainnya; dan memberikan perawatan untuk pasien dengan kondisi medis kompleks sehingga apabila pasien tidak dirawat, akan menyebabkan penurunan kondisi kesehatan umum pasien, khususnya pada kelompok usia Lansia yang merupakan kelompok populasi yang sangat rentan terhadap COVID-19. Gejala COVID-19 pada lansia pada umumnya tidak jelas, dan lansia yang tertular sangat mudah mengalami perburukan. Data WHO menunjukkan 8 dari 10 lansia yang terkena COVID-19 meninggal dunia. Dengan demikian, perawatan pada lansia harus dilakukan secara sangat hati-hati dan operator harus memakai APD lengkap level 3. Lakukan perawatan sederhana, dalam waktu singkat, dan bukan tindakan invasif.

3.2.3

Bidang Penyakit Mulut

, pada masa pandemi COVID-19, kewaspadaan terhadap transmisi penyakit harus ditingkatkan.

Dalam bidang penyakit mulut, hal ini berdampak pada penundaan perawatan, dan mengutamakan perawatan kasus emerjensi.

Unit Penyakit Mulut RSKGM FKGUI telah menetapkan kriteria kasus darurat, yaitu 1) Kelompok penyakit mulut terkait reaksi hipersensitivitas; 2) Trauma akut mukosa oral; 3) Perdarahan di rongga mulut yang sulit berhenti; 4) Penyakit mulut yang

(31)

menimbulkan gangguan konsumsi makanan; 5) Penyakit mulut autoimun; 6) Penyakit mulut karena infeksi virus, bakteri, jamur yang disertai nyeri yang hebat; 7) mucosal burn; 8) mucositis;

dan 9) neuralgia. Pelayanan pasien dengan penyakit mulut mengoptimalkan pelayanan dengan teledentistry (untuk kasus non emerjensi). Namun, apabila pasien terpaksa datang, karena rasa nyeri yang tajam dan kuat, maka pelayanan dilakukan dengan tepat, dalam waktu yang singkat, dilakukan dengan four handed dentistry. Sebelum dilakukan perawatan, pasien berkumur dengan preoperative antimicrobial mouthrinces seperti povidone iodine 1%

atau hidrogen peroksida 1%. Perlu diperhatikan untuk meminimalkan aerosol. Selain meningkatkan kewaspadaan kepada petugas medis, perlu dilakukan edukasi pasien, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI) menyebarkan informasi kepada masyarakat untuk menunda ke dokter spesialis penyakit mulut, kecuali jika adanya bibir bengkak disertai sesak nafas, sariawan seluruh mulut, sariawan disertai demam, sariawan disertai lesi di kulit sariawan tidak sembuh dalam waktu satu bulan, sariawan setelah radiasi dan kemoterapi, bibir berdarah, dan gusi berdarah spontan.

3.2.4 Bidang Ortodonti, perawatan kegawatdaruratan dilakukan jika ada rasa nyeri yang terjadi saat pemakaian piranti ortodonsi baik piranti lepasan atau cekat. Pengguna piranti tersebut adalah anak-anak atau remaja, maka peran orang tua sangat penting dalam membantu anak membersihkan gigi dan mulut serta piranti ortodonsinya. Piranti ortodonsi lepasan sangat rentan menjadi media penularan, hal ini dikarenakan didalam rongga mulut ditemukan reseptor ACE2 yang tinggi yang merupakan reseptor SARS Co-V-2 virus. Kebersihan rongga mulut pada anak pengguna piranti ortodonsi harus sangat dicermati untuk mencegah penularan COVID-19. Alat lepasan ortodonsi dengan kerusakan pada plat dan/

atau kawat sejauh masih mungkin digunakan, sebaiknya tetap dipakai.

(32)

Perhatian khusus pada anak yang menggunakan piranti ortodonsi cekat sangat perlu dilakukan, dan orangtua harus terus mendampingi dalam pelaksanaan pemeliharaan dan pembersihan rongga mulut dan gigi geligi serta bagian-bagian dari piranti cekat tersebut, seperti busur kawat, breket, elasik ligasi, dan lainnya. Bila dijumpai kerusakan seperti terlepasnya breket, putusnya busur kawat, atau kawat ligasi putus yang dapat menyebabkan tertusuknya mukosa atau jaringan lunak rongga mulut lainnya hendaknya perlu segera diatasi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah pemantauan perkembangan perawatan ortodonsi secara terus menerus, baik melalui jalur komunikasi digital atau media lainnya secara jarak jauh agar keluhan dan masalah yang terjadi dapat diketahui dan dicarikan solusi yang terbaik. Pengetahuan tentang cara mengatasi masalah kedaruratan piranti ortodonsi secara mandiri juga perlu disampaikan kepada pasien, agar dapat mengatasi kedaruratan tersebut untuk sementara waktu sebelum dapat bertemu dengan dokter gigi spesialis ortodonsi yang merawatnya.

3.2.5

Bidang Kedokteran Gigi Anak,

pada masa pandemi COVID-19, keparahan penyakit gigi dan mulut anak diprediksi akan meningkat karena orang tua merasa khawatir membawa anaknya berkunjung ke dokter gigi. Pencegahan dan perawatan gigi anak menjadi tidak maksimal, karena hanya dilakukan di rumah tanpa pengawasan dokter gigi, dan orangtua menganggap masih ada gigi pengganti. Keparahan kerusakan gigi akan terus berkembang, menyebabkan menurunnya kualitas hidup seorang anak.

Pencegahan secara umum untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak selama masa pandemi COVID-19 menuntut orangtua untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak, mengingat anak masih dalam asuhan orangtua. Dengan demikian, seorang Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (KGA) harus mampu bersosialisasi secara digital untuk mendesiminasikan petunjuk berperilaku sehat, melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

(33)

teledentistry. Pencegahan secara khusus difokuskan pada karies gigi anak, gingivitis karena erupsi gigi, dan trauma dental dengan anjuran menjaga kebersihan gigi dan mulut di rumah, dan sesuai dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut anak.

Manajemen non-emerjensi dilakukan di rumah dengan teledentistry, sedangkan manajemen emerjensi pada anak ditujukan pada kasus-kasus dengan keluhan nyeri pada tingkat sangat mengganggu dan memerlukan kedaruratan perawatan di klinik gigi anak. Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) mengkatagorikan Kasus Emerjensi Gigi Anak adalah sebagai berikut: 1) Perdarahan tidak berhenti, 2) Kecelakaan hingga gigi anak lepas/patah, 3) Gigi anak nyeri sampai sulit makan, dan 4) Bengkak.

Perawatan emerjensi pada anak, dilakukan oleh seorang operator yang harus memakai Alat Proteksi Diri (APD) level 3 sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan rumah sakit, sebagai berikut: (1) proteksi standar pertama: cap disposible, masker surgical disposible, gaun kerja disposible warna putih, face shield, sarung tangan lateks atau nitrile disposable; (2) proteksi standar kedua: cap disposable, masker surgical disposible, google, face shield, gaun kerja disposible warna putih atau external insulation surgical clothing dan sarung tangan lateks atau nitrile disposable; (3) proteksi standar ketiga:

tidak dilakukan perawatan gigi untuk pasien anak suspek atau terkonfirmasi terinfeksi COVID-19.

Sebelum tindakan perawatan, maka harus dilakukan skrining atau evaluasi: (1) keadaan umum pasien anak, antara lain cek suhu tubuh bila >380 termasuk tidak normal, lingkungan tempat tinggal dan keluarga, riwayat pasien 14 hari sebelum berkunjung, kebersihan tangan pasien. Sebelum tindakan perawatan, anak-anak harus berkumur-kumur, dan tidak dianjurkan berkumur dengan khlorheksidin karena tidak efektif terhadap SAR-CoV-2 virus. (2) keadaan umum perawat gigi dan dokter gigi.

(34)

Rekomendasi secara umum untuk perawatan gigi dan mulut anak adalah tersedianya lingkungan kerja untuk perawatan gigi dan mulut anak yang bersih, bebas infeksi dan mempunyai sistem ventilasi yang baik. Secara khusus, selama tindakan perawatan gigi dan mulut anak, orangtua tidak boleh masuk ke dalam ruangan perawatan.

Demikian pula perlu diperhatikan tentang prosedur perawatan dengan menggunakan metode Four-handed dentistry, menggunakan alat aspirasi volume tinggi untuk meminimalkan droplet dan aerosol selama penggunaan high-speed turbine, dan pasien memakai isolasi rubber dam untuk meminimalisasi tercampurnya aerosol dengan droplet dan darah, serta menggunakan high-speed turbine dengan anti retraction valve untuk mengurangi flow bakteri oral.

Pasien harus dirujuk ke rumah sakit bila terjadi kasus trauma dental atau maksilofasial, yang mana perencanaan perawatan dislokasi dan avulsi disesuaikan dengan usia kronologis serta usia dentalis.

3.2.6

Bidang Periodontologi

, kasus kegawatdaruratan dalam masa Pandemi COVID-19 pada kelainan periodontal, dapat dilakukan jika terdapat: 1). Abses periodontal. Pemberian obat antibiotika, disertai minimal intervensi jika diperlukan. 2). Trauma oklusi.

Beban oklusi yang berat pada suatu sisi yang dapat menimbulkan rasa sakit sampai gigi goyang, karena kerusakan tulang alveolar.

Perawatan yang dilakukan umumnya adalah penyesuaian oklusi.

3). Gusi berdarah. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan adanya kebersihan mulut yang buruk, disertai ada warna kemerahan pada gusi. Pasien dianjurkan untuk melakukan penyikatan gigi dan gusi sampai bersih (jika permukaan gigi di raba dengan lidah, maka akan terasa gigi-nya licin). Anjuran untuk berkumur dengan air garam hangat selama satu menit, dua kali sehari, sampai tidak ada perdarahan yang terjadi saat menyikat gigi. Jika terjadinya perdarahan gusi berhubungan dengan kelainan atau penyakit sistemik, misalnya pasien sedang mengkonsumsi obat pengencer darah, maka disarankan untuk merujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. 4). Hopeless teeth. Kondisi kegoyangan gigi karena

(35)

kerusakan tulang alveolar hingga tinggal 25%, maka pencabutan gigi dapat ditunda. Pasien di instruksikan untuk sementara tidak mengunyah menggunakan sisi gigi tersebut; 5). Rasa ngilu yang terjadi karena hipersensitivitas dentin akibat resesi gingiva. Pada pasien bisa di instruksikan untuk menjaga kebersihan mulut nya dengan baik. Kepada pasien disarankan untuk menyikat gigi dengan pasta gigi untuk gigi sensitif, dan menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat medium sampai lembut. Cara menyikat gigi, dilakukan dengan menghindari tekanan berat ke gigi dan gingiva di sekitarnya.

6). Rasa sakit pada gusi terutama dirasakan pada saat mengunyah makanan, disebut impaksi makanan. Biasanya kondisi ini terjadi pada daerah gigi geraham. Pasien dianjurkan untuk melakukan pembersihan di daerah tersebut dari sisa makanan yang ada di sela gigi, menggunakan benang gigi/sikat interdental, kemudian melakukan penyikatan gigi dari arah gusi ke arah gigi. Rasa sakit juga bisa diatasi dengan pemberian obat analgesik. 7). Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Necrotizing Ulcerative Periodontitis maupun Herpetik Gingivostomatitis Akut. Kepada pasien dengan kondisi seperti ini dapat di instruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dengan baik.

3.2.7

Bidang Radiologi Kedokteran Gigi, Prioritas

kesiapan pelayanan selama masa pandemi COVID-19 dapat bervariasi antar satu RS/institusi dengan RS yang lain. Namun demikian, secara umum kesiapan harus difokuskan pada keselamatan personil pekerja radiasi dan pembatasan penyebaran virus melalui deteksi status kesehatan pasien terkait COVID-19, protokol dan prosedur dekontaminasi serta desinfeksi alat maupun ruangan, dengan melakukan sosialisasi mengenai kebijakan Institusi/RS kepada seluruh tenaga kesehatan yang terkait, termasuk personil cleaning service. Dalam bidang RKG, layanan pembuatan radiograf dengan konvensional maupun modern diagnostic imaging, baik menggunakan teknik intra-oral maupun ekstra-oral, berpotensi menyebabkan penyebaran virus. Dengan

(36)

demikian, pelaksanaannya harus benar-benar dibatasi dan diawasi untuk mengantisipasi potensi tersebut.

Antisipasi dampak penyebaran virus melalui pemeriksaan radiografik, harus ditetapkan prioritas utama efisiensi dan proteksi layanan RKG dalam mendukung keseluruhan sistem perawatan pasien Kedokteran Gigi dalam masa pandemi, sebagai berikut:

1). Utamakan hanya pasien darurat yang penatalaksanaannya memerlukan radiograf. 2). Pastikan status kesehatan pasien dengan memeriksa kembali data di surat konsul/rekam medik dan suhu tubuh bila diperlukan. 3). Pastikan personil pekerja radiasi dan tenaga medis mengetahui prosedur yang berlaku di RS selama masa pandemi. 4). Gunakan ruangan dan pesawat sinar-X khusus yang terpisah dari layanan umum, sesuai protokol dekontaminasi khusus dari RS/Institusi. 5). Pastikan penjadwalan dengan jeda antar pasien sedikitnya 30-60 menit untuk memberikan waktu bagi proses dekontaminasi/disinfeksi pesawat pencitra dan pertukaran udara pasif. Bila diperlukan, hubungi vendor untuk memastikan jenis disinfektan untuk pesawat pencitra tertentu. 6). Wajibkan, personil pekerja radiasi dan tenaga medis menggunakan masker, sarung tangan, pelindung mata/muka, atau APD yang sesuai standar. 7). Praktikan mencuci tangan secara regular dengan benar, serta lakukan disinfeksi semua peralatan yang digunakan termasuk komputer, dan lain-lain, setiap setelah kontak dengan pasien.

8). Pastikan, physical distancing minimal berjarak 1,5 m di ruang kerja maupun ruang tunggu. 9). Catat data pekerja radiasi dengan detil pada saat, dan setiap menangani satu pasien agar, mudah dihubungi bila ternyata pasien tersebut positif COVID-19 10). Dokter gigi Spesialis RKG – Radiologi Kedokeran Gigi harus menggunakan electronic platforms dalam melakukan interpretasi dan memberikan konsultasi kepada pasien. 11). Kegiatan berjarak dekat hendaknya menggunakan electronic platforms.

Walaupun masa pandemi COVID-19 telah dinyatakan selesai, kesiapan pencegahan COVID-19 harus dilanjutkan oleh instalasi

(37)

layanan RKG, sebagai dasar perencanaan dan persiapan antisipasi situasi serupa pada masa yang akan datang.

3.2.8

Bidang Konservasi Gigi

, perawatan kegawatdaruratan yang dilakukan terutama untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat mengganggu antara lain adalah tindakan membuka akses kamar pulpa pada keadaan pasien merasa sakit, akibat kerusakan jaringan pulpa irreversibel atau nekrosis jaringan pulpa gigi. Nyeri gigi dapat disebabkan karena karies gigi mencapai pulpa, lepas atau patahnya restorasi gigi, pembengkakan yang disebabkan gigi nekrosis dan atau parsial nekrosis, dan cracked toth syndrome.

Penyebab tersebut dapat menimbulkan saraf pulpa mengalami inflamasi dan hipersensitif terhadap stimulus panas atau dingin.

Gejala awal yang dirasakan pasien adalah nyeri intermitten atau sesaat ketika makan atau minum. Seiring dengan waktu maka nyeri tersebut akan menjadi persistent dan berdenyut, sehingga berpengaruh buruk terhadap pola makan, tidur dan berkonsentrasi. Pada akhirnya pasien akan terpaksa mencari perawatan terkait keluhannya ke dokter gigi spesialis konservasi gigi.

Pada umumnya yang dilakukan adalah perawatan saluran akar gigi dan pembuatan restorasi gigi. Sebagian besar tindakan di bidang konservasi gigi menggunakan bur berkecepatan tinggi yang dapat memicu terjadinya aerosol. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi dampak penyebaran virus COVID-19 harus ditetapkan prioritas utama efisiensi dan proteksi layanan konservasi gigi dalam mendukung keseluruhan sistem perawatan pasien dalam masa pandemi, yaitu sebagai berikut:

1). Melakukan asesmen emerjensi menggunakan kuesioner terukur melalui media komunikasi digital misalkan Google Form, sehingga pasien tidak perlu datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

2). Pada pasien dengan kondisi pulpitis ireversibel simptomatik, periodontitis apikalis simptomatik dan crack tooth syndrome:

(38)

a. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat atau natrium diklofenak atau parasetamol. Jika masih terasa nyeri dapat ditambahkan obat golongan dexamethasone.

Hal tersebut dapat dilakukan melalui media komunikasi digital. Perawatan saluran akar dapat dilanjutkan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait.

b. Tindakan membuka akses kamar pulpa dan melakukan pulpotomi serta aplikasi tambalan sementara jika pemberian obat analgesik gagal meredakan nyeri gigi.

Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

d. Tindakan pulpektomi dan aplikasi tambalan sementara jika tindakan sebelumnya gagal meredakan nyeri gigi.

Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

e. Tindakan penggantian tambalan sementara pada pasien yang sedang perawatan tetapi belum dapat melanjutkan.

Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

3). Pada pasien dengan crack tooth syndrome:

a. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat atau natrium diklofenak atau parasetamol. Hal tersebut dapat dilakukan melalui media komunikasi digital. Perawatan saluran akar dapat dilanjutkan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait.

b. Tindakan membuka akses kamar pulpa, pulpotomi, occlusal adjustment dan pemasangan band serta aplikasi

(39)

tambalan sementara jika pemberian obat analgesik gagal meredakan nyeri gigi. Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

4). Pada pasien dengan periapikal abses simptomatik:

a. Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat atau natrium diklofenak atau parasetamol. Walaupun belum ada bukti kuat ibuprofen tidak disarankan dalam dalam terapi pasien COVID-19. Dapat dipertimbangkan pemberian kombinasi obat analgetik dan antibiotik seperti amoxicillin, lincomycin, clindamycin, amoxyclav dan antibiotik lain. Pemberian obat tersebut dapat dilakukan melalui media komunikasi digital. Perawatan saluran akar dapat dilanjutkan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait.

b. Jika pemberian obat analgesik dan antibiotik gagal meredakan nyeri abses, maka dilakukan tindakan membuka akses kamar pulpa, kemudian melakukan drainase melalui perawatan saluran akar hingga pemberian medikamen serta aplikasi tambalan sementara. Perawatan lanjutan dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

5). Pada pasien dengan kondisi karies tanpa melibatkan pulpa, yaitu paska perawatan saluran akar, tanpa keluhan nyeri tetapi mengganggu fungsi kunyah dan sulit makan, maka dilakukan teknik restorasi interim. Jika memungkinkan maka dilakukan tindakan restorasi menggunakan semen ionomer kaca.

Restorasi permanen dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

6). Pada pasien dengan kondisi gangguan estetik akibat trauma

(40)

tanpa keluhan nyeri, maka hanya dilakukan pengasahan pada bagian yang tajam dan mengganggu. Jika memungkinkan dilakukan teknik restorasi direk resin komposit mono-layering dengan pertimbangan utama adalah fungsi estetik. Restorasi permanen menggunakan teknik indirek dapat dilakukan setelah kondisi pandemi berakhir yang dinyatakan oleh pihak terkait atau jika situasi memungkinkan.

7). Penggunaan APD level 2-3 atau sesuai standar oleh operator dan asisten, pasien berkumur menggunakan 0,2% povidone iodine atau 0,5-1% H2O2, isolasi rubberdam pada pasien, dan aplikasi high-suction WAJIB diterapkan selama perawatan yang bersifat invasif.

8). Sterilisasi instrumen menggunakan autoclave dan atau menggunakan instrumen sekali pakai. Lakukan penggantian baki instrumen tiap pasien berganti dan lakukan prosedur disinfeksi menyeluruh pada dental unit serta alat-alat konservasi gigi.

3.2.9 Bidang Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan, tindakan kegawatdaruratan yang dilakukan adalah menjaga kebersihan mulut yang baik. Hal ini dapat membantu mencegah ketidak-nyamanan di dalam rongga mulut, sehingga upaya ini dapat membantu menjaga ketahanan tubuh agar tetap prima dalam menghadapi situasi wabah COVID-19. Kesehatan gigi yang selalu terjaga baik, maka tidak hanya membantu mencegah penyebaran virus dari pasien ke dokter di klinik gigi, tetapi juga memungkinkan dokter gigi untuk fokus pada kegiatan yang benar-benar penting di masa krisis ini.

Penting sekali untuk menyarankan pasien dan masyarakat untuk menjaga agar rongga mulut tetap lembab untuk mempertahankan fungsi perlindungan selaput lendir terhadap virus atau bakteri.

Terutama di pagi hari setelah bangun tidur, kondisi rongga mulut menjadi kering. Dengan demikian, mengapa anjuran menjaga kondisi mulut sebelum tidur malam dan setelah bangun tidur

(41)

menjadi penting diperhatikan.

Dalam upaya untuk membantu mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi selama wabah COVID-19, beberapa anjuran yang harus disampaikan kepada pasien untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik di rumah adalah: 1). Lakukan penyikatan gigi selama dua menit, dua kali sehari, pagi dan siang hari dengan pasta gigi berfluoride.

2). Waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah, segera sebelum tidur malam dengan pasta gigi berfluoride. Pastikan setelah sikat gigi malam, tidak makan/minum selain air putih. 3). Batasi asupan makanan/minum yang mengandung gula. Menurut American Heart Association (AHA), penggunaan gula pada makanan kita setiap hari pada laki-laki adalah 150 kalori (37,5 gram atau 9 sendok teh), dan pada perempuan adalah 100 kalori (25 gram atau 6 sendok teh). 4). Bila mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula di pagi hari, pertahankan untuk tidak mengulanginya hingga saat makan siang 5). Hindari makanan atau minuman yang mengandung gula berkontak dengan gigi lebih dari 30 menit, agar cukup waktu bagi saliva untuk membantu proses remineralisasi sebelum saat makan siang. 6). Gunakan sikat gigi interdental atau benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sela- sela gigi. 7). Gunakan obat kumur setiap 12 jam per-hari untuk mencegah kolonisasi bakteri mulut pada permukaan gigi, dan menjaga napas agar tetap segar 8). Permen kunyah bebas gula dapat membantu produksi saliva dan menetralkan keasaman plak gigi.

Menghindari penyebaran virus yang lebih luas selama masa pandemi COVID-19, pemerintah menganjurkan untuk menjaga jarak antara satu orang dengan orang lainnya, memakai masker dan tetap bekerja serta tinggal di rumah. Kemungkinan munculnya keluhan sakit gigi dan ketidaknyamanan oral bisa terjadi karena berbagai sebab, termasuk tertundanya perawatan gigi sebelum berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Beberapa anjuran yang harus dikomunikasikan kepada pasien terkait tindakan pertama yang harus dilakukan bila terjadi keluhan

(42)

sakit gigi selama berdiam / bekerja di rumah sebelum mengambil keputusan untuk pergi ke klinik gigi adalah: 1). Bila sakit gigi tanpa disertai lubang gigi, kemungkinan individu tersebut menderita peradangan jarigan penyangga gigi akut. Pada kondisi ini, pastikan bahwa kondisi gigi-geligi bebas dari sisa makanan dan daging yang menyelip di antara gigi. Gunakan tusuk gigi untuk mengangkat sisa makanan tersebut. Lakukan penyikatan gigi dengan metoda menusuk (Toothpick methods, lihat lampiran), hingga bersih.

Gunakan obat kumur dan dilanjutkan dengan menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride, selama 2 menit. Usahakan berkumur hanya satu kali (Single Rinse Technique). 2). Bila keluhan sakit gigi disertai dengan adanya lubang gigi akut, pastikan lubang gigi bersih dari sisa makanan, dan tutup dengan kapas yang dibasuh dengan larutan povidone iodine. Segera minum obat analgesik, seperti paracetamol. 3). Rasa sakit bila gigi menyentuh gigi antagonis.

Kondisi ini, kemungkinan karena gigi tersebut mengalami infeksi periapical dan perlu pemberian antibiotik dengan resep dokter.

Jaga kebersihan gigi dan mulut serta minum obat analgesik. Segera hubungi dokter gigi untuk membuat perjanjian pengobatan gigi infeksi. 4). Kondisi selain yang disebutkan di atas, pasien diminta untuk membuat foto kondisi gigi mulutnya dengan menggunakan telpon genggam (lihat pada lampiran), dan menghubungi dokter gigi dengan menunjukkan foto tersebut. Selanjutnya, pasien diminta untuk menjalankan instruksi dokter giginya.

3.3 Penggunaan Teledentistry Selama Masa Wabah Covid-19

Telah terbit surat edaran Menkes RI No. HK.02.01/MENKES/303/2020, yang digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam masa wabah COVID-19. Hal ini diperkuat dengan peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 74 tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine pada masa wabah COVID-19. Dengan demikian, pemanfaatan metode Teledentistry menjadi cara tepat untuk

(43)

menjaga jarak fisik antara Dokter Gigi dengan pasien selama wabah COVID-19. Perlindungan hukum terhadap penggunaan Teledentistry di Indonesia hanya berlaku pada masa wabah COVID-19, dan akan berakhir sampai dengan masa kedaruratan kesehatan masyarakat terhadap penanganan COVID-19 yang ditetapkan pemerintah berakhir.

Telemedicine menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) adalah pemberian pelayanan kedokteran jarak jauh oleh Dokter dan Dokter Gigi dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat. Telemedicine termasuk metoda pelayanan jarak jauh oleh dokter gigi yang selanjutnya, akan menggunakan istilah Teledentistry dengan pertimbangan praktis untuk mencari sumber refrensi.

Menurut American Dental Association (ADA), Pemanfaatan teledentistry dapat mencakup perawatan dan pendidikan kepada pasien, tetapi tidak terbatas hanya pada, modalitas berikut:

• Video langsung (sinkronus): Interaksi langsung dua arah antara seseorang (pasien, pengasuh, atau penyedia) dan penyedia yang menggunakan teknologi telekomunikasi audiovisual.

Store-and-forward (asinkronus): Transmisi informasi kesehatan yang direkam (misalnya, radiografi, foto, video, tayangan digital dan fotomikrograf pasien) melalui sistem komunikasi elektronik yang aman kepada seorang praktisi, yang menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi kondisi pasien atau memberikan layanan secara real-time atau live interaction.

• Pemantauan pasien jarak jauh (PPJJ): Pengumpulan data kesehatan dan medis pribadi dari seseorang di satu lokasi melalui teknologi komunikasi elektronik, yang ditransmisikan ke penyedia (terkadang melalui layanan pemrosesan data) di lokasi yang berbeda untuk digunakan dalam perawatan dan dukungan yang berhubungan dengan perawatan pasien.

Gambar

Gambar	2.1		Potensi	saliva	sebagai	bahan	diagnosis	dan	transmisi	Sar-CoV-2.			(Xu	R	et	al.,	2020)
Gambar	 2.2	 	 ACE-2	 receptors	 pada	 sel	 epitel	 dan	 mekanisme	 replikasi	 SARS-Cov-2.	 (https://www.
Gambar	3.		Cara	pemasangan	masker			(sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z8LuO9SoEqs)
Foto	Luar	Mulut

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian empiris adalah metode kualitatif, yaitu hal yang dinyatakan responden atau narasumber baik secara tertulis

Nilai R² yang mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas secara keseluruhan dapat menjelaskan variabel terikat dan semakin baik hasil untuk model

Website ini dibuat dengan menggunakan pemrograman PHPTriad, sehingga memberikan kemudahan bagi server untuk mengolah data dan informasi baru dengan cepat serta menghasilkan

Batas akhir penyampaian data rekapatulasi yang sudah valid ( soft copy dalam bentuk file excel dan pdf) dari KOPERTIS kepada panitia uji kompetensi nasional adalah 3 Juni 2014. PTN

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, tingkat leverage dan profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui (1) upaya yang dilakukan wanita Hindu, (2) kendala yang dialami wanita Hindu, dan (3) peran wanita Hindu sebagai istri dalam

Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap dan rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh,

Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja,