• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BER GER AK DENGAN ENER GI TERB AR UK AN BER GER AK DENGAN ENER GI TERB AR UK AN

Kementerian ESDM

“Buku ini lebih dari sekedar menceritakan kisah sukses pengembangan, penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia, tetapi memuat kisah-kisah inspiratif para inovator yang telah mempengaruhi dan mengajak orang mengembangan dan memanfaatkan energi terbarukan.

 

Kita yakin, bahwa para inovator ini tidak berharap hadiah atau anugerah.

Mereka mengerjakan dengan hati nurani. Menjadi inspirasi bagi masyakarat Indonesia yang lain untuk melihat, mengembangkan, dan menggunakan sumber-sumber energi yang telah disediakan alam Indonesia.

 

Melihat kerja para inovator dan perintis sebagai Penerima Penghargaan Energi menyadarkan kita kembali, bahwa Indonesia dianugerahi sumber energi yang melimpah. Tinggal kita yang harus menggali dan

mengembangkannya…”

 

Jero Wacik,

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

www.litbang.esdm.go.id © 2013

Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan

energi energi

terbarukan terbarukan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2013

Bergerak dengan

Bergerak dengan

(2)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Bergerak dengan

Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan

energi

terbarukan

(3)

Success Story Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia ______________________________________

Penerbit :

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

______________________________________

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

______________________________________

(4)

daftar isi

1. Daftar Isi ...

2. Sambutan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ...

3. Ucapan Terima Kasih ...

4. Pendahuluan ...

5. H.M. Dori Suhardi, Menuai Listrik Dari Way Ilahan ...

6. Geng Imut, Geng Motor Yang Dinanti Masyarakat ...

7. Sucipto, Tak Menyerah Sebarkan Turbin Mikrohidro ...

8. KPSP Setia Kawan, Mengubah Limbah Jadi Berkah ...

9. PLN Silayang, Kemandirian Masyarakat Mengelola Energi ...

10. PTP Nusantara IV, “Sang Raja” yang Kepincut Cangkang Sawit ...

11. PT. Pertamina Geothermal Energy, Kamojang Tetap yang Terbaik ...

12. Star Energy Geothermal, Panas Bumi Untuk Pembangunan Berkelanjutan ...

13. Cihanjuang Inti Teknik, Mikrohidro untuk Memberdayakan ...

14. CV Qaryah Thayyibah, Mem- berdayakan Desa dengan Biogas ...

15. PT Swen Inovasi Transfer “Paket Lengkap” Biogas untuk Pelosok Negeri ...

16. Sulawesi Barat Menuju Mandiri Energi ...

17. Lumbung Energi Hijau Sumatera Barat ...

18. Bayu, Yang Mengubah Bantul ...

19. Gayo Lues, Mengelola Energi di Paru-paru Bumi ...

iii iv vi vii 3 11 19 27 33 41 49

57 65

73

79 89 97 105 113

(5)

Sambutan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang Mahakuasa atas tersusunnya buku “Bergerak dengan Energi Terbarukan:

Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”. Tahun ini adalah tahun kedua Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menggelar penghargaan kepada para peneliti, perintis, dan inovator energi baru terbarukan di Indonesia.

Tradisi memberikan penghargaan adalah bagian dari budaya asli Indonesia. Walaupun pada saat ini di media kita lihat betapa sebagian kita saling mengecam, sejatinya budaya Indonesia yang ada adalah saling memberi apresiasi, saling mendukung. Bangsa kita perlu terus diingatkan kembali untuk lebih sering saling memberikan penghargaan.

Apalagi dalam konteks energi. Energi dibutuhkan oleh dunia, dibutuhkan oleh kita semua. Kita tidak akan bisa hidup nyaman tanpa energi. Para peneliti, para perintis, para inovator energi Indonesia, kehidupannya mirip dengan budayawan dan seniman. Mereka sering kali sepi dari hiruk-pikuk kemeriahan, sering luput dari penglihatan kita. Oleh karena itu, kepeloporan dan inovasi di bidang energi sangat pantas diberikan penghargaan yang tinggi.

Jika kita ingat, kita sering kali menganggap alam sebagai sumber keluhan, misalnya gunung api. Barangkali sebagian kita masih melihat gunung api itu sebagai sumber keluhan, karena dulu kita memaknai gunung api adalah bencana. Mengapa Tuhan memberikan banyak gunung api di Indonesia, di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali.

Padahal dalam agama diajarkan dibalik musibah selalu ada manfaat, ada karunia. Banyak gunung api, berarti di bawah tanah Indonesia banyak mengandung magma. Di sekitar itulah terdapat potensi panas bumi.

Panas bumi tidak boleh kita biarkan di bawah tanah. Mari kita ambil dan jadikan listrik.

Kedua, sering kita mengeluh terhadap panas matahari. Dari pagi sampai sore negara kita disorot matahari. Ternyata, jika batubara harus

Pengantar

(6)

ditambang, diangkut kapal, kemudian dibakar dulu baru dapat dijadikan listrik, matahari tidak perlu semua itu. Pagi sekali Tuhan sudah mengangkutnya ke halaman kita dari sumber energi yang sampai kiamat akan masih ada di situ. Matahari diantarkan setiap hari ke halaman kita.

Jika ini tidak bisa kita manfaatkan sebesar-besarnya sebagai sumber energi untuk kesejahteraan rakyat, kita yang salah. Keluhan yang lain misalnya soal angin. Ternyata di balik angin tadi kita lihat di Bantul, di Sulawesi Barat, ada angin yang menurut penelitian relatif konstan sepanjang tahun. Di sana kemudian dibangun kincir yang menghasilkan listrik.

Kita juga saksikan bagaimana biomassa, cangkang kelapa sawit dan sebagainya di tangan para inovator dan pelopor bisa menjadi sumber energi. Melihat kerja para inovator, dan perintis pemenang penghargaan menyadarkan kembali, bahwa Indonesia dianugerahi sumber energi yang melimpah. Tinggal kita yang harus menggali dan mengembangkannya.

Pada titik inilah, kita perlu berterima kasih kepada para inovator yang telah mempengaruhi dan mengajak orang mengembangan dan memanfaatkan energi baru dan terbarukan. Kita yakin, bahwa para inovator ini tidak berharap hadiah atau anugerah. Mereka mengerjakan dengan hati nurani, kita yang mempunyai kewajiban menghargai mereka.

Penghargaan yang diberikan adalah bentuk apresiasi kecil yang juga diharapkan memberi dampak meluas, menjadi inspirasi bagi masyakarat Indonesia yang lain untuk melihat, mengembangkan, dan menggunakan sumber-sumber energi yang telah disediakan alam Indonesia. Kita bisa saling belajar dari kerja keras dan kebaikan yang diawali oleh sikap saling menghargai, saling memberi apresiasi. Itulah budaya asli Indonesia, budaya yang lebih banyak mengutamana memberi apresiasi daripada mengecam dan mengeluh.

Saya ucapkan terima kasih kepada kepada para pemenang, dan semua pihak yang telah berkontribusi. Mari kita jadikan Penghargaan Energi sebagai tradisi. Makin lama makin besar, sehingga kita pantas mendapat julukan bangsa yang berbudaya tinggi.

Jakarta, 2013

Jero Wacik Pengantar

(7)

Pendahuluan

UCAPAN TERIMAKASIH

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengucapkan terimakasih kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bapak Jero Wacik yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menjadi Panitia Pelaksana Penghargaan Energi tahun 2012.

Ucapan terimakasih dan apresiasi yang tinggi juga kami sampaikan kepada Panitia Pelaksana dan Tim Teknis Penghargaan Energi tahun 2012 atas terselenggaranya kegiatan ini mulai dari sosialisasi, penjaringan, seleksi dan evaluasi administrasi calon penerima hingga dengan berlangsungnya Malam Penganugerahan Penghargaan Energi 2012.

Dewan Juri Penghargaan Energi tahun 2012 yang telah bekerja mulai dari proses penilaian semua calon yang masuk melalui sidang-sidang di malam hari hingga terpilihnya para Penerima Penghargaan Energi 2012. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Bapak Ir. Herman Afif Kusumo (Ketua), Bapak Dr. Ir. Surya Darma MBA (Wakil Ketua), Bapak Sammy Hamzah (Sekretaris), dan para Anggota Dewan Juri yaitu Bapak Rachmat Gobel, Bapak Prof. Dr. Hotman Siahaan, Bapak Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto DEA, Bapak Prof. Mukhtasor Ph.D, dan Bapak Anton S. Wahjosoedibjo.

Khusus pada penyelenggaraan Malam Penganugerahan Penghargaan Energi ke-2 tahun 2012 yang telah dilaksanakan pada 12 Oktober 2012 di The Dharmawangsa Hotel, kami menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi kepada Bapak Tossy A. Santoso dan Bapak Ali Rahman. Terimakasih dan apresiasi juga kami sampaikan kepada kepada para stakeholder yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungan acara Malam Penganugerahan Penghargaan Energi ke-2 tahun 2012 yaitu Majalah Tambang, BPMIGAS, PT Pertamina (Persero), PT PGN (Persero) Tbk., Bukit Asam Tbk, PT Panasonic Gobel, PT Adaro Energy Tbk., PT Paiton Energy, Trinergy Group, dan PT Tanito Harum.

Para Penulis dan Penyunting Kang Islaminur Pempasa, serta Staf Khusus Menteri ESDM Bapak I Ketut Wiryadinata, Bapak Pardamean Ronitua Harahap, dan Bapak William H. Sirait, kami ucapkan terimakasih atas kontribusinya baik pada saat penulisan, penyuntingan, revisi sampai dengan pencetakan.

Terimakasih dan rasa hormat tersebut di atas juga kami sampaikan kepada semua pihak, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah berkontribusi sehingga buku ini ada di tangan kita semua.

(8)

Pendahuluan

E

nergi terbarukan adalah energi yang berasal dan dihasilkan dari proses alam yang berkelanjutan. Sumber daya alami yang dapat digunakan untuk membangkitkan energi terbarukan antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Dilihat dari definisi ini, Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya energi yang beraneka ragam dan cukup melimpah.

Sayangnya, eksplorasi dan eksploitasi energi terbarukan saat ini relatif jauh lebih kecil dibanding dengan masifnya penggunaan energi fosil yang tak terbarukan.

Padahal, saat ini penggunaan energi fosil mendapat sorotan akibat efek gas rumah kaca (GRK) yang ditimbulkan. GRK diketahui berkontribusi terhadap dugaan perubahan iklim dunia, sehingga memicu tekanan internasional dan nasional untuk secara bersama menurunkan emisinya.

Selain itu, energi fosil tersebut juga suatu saat akan habis dengan eksploitasi secara terus-menerus.

Padahal, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik pada tahun 2012 sebesar 6,2 - 3 persen (BPS, 2012), kebutuhan energi tetap tinggi. Di antara tarik- menarik meningkatnya kebutuhan energi

terbarukan bisa menjadi “jalan alternatif”

bagi persoalan tersebut.

Lebih dari itu, pengelolaan energi terbarukan relatif sesuai dengan sumber daya alam dan kondisi geografis ketika diterapkan dengan skala dan kesesuaian lingkungan spesifik beragam daerah di Indonesia. Pengalaman yang ada menunjukkan keberhasilan pengelolaan energi terbarukan juga telah mendorong terciptanya kemandirian energi sekaligus kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan, mengingat keberlanjutan suplai energi terbarukan bergantung dari keberlanjutan proses alam.

Semua ini tentu sejalan dengan kebijakan energi nasional yaitu pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional.

Dari perspektif ini, kita tidak bisa tidak sepakat bahwa kebijakan energi nasional hingga pengalaman praktis di lapangan menjadi proponen alamiah pengembangan energi terbarukan. Kini, yang perlu dilakukan adalah percepatan agar energi terbarukan dapat mengejar dan menggapai ketinggalan dan

PENDAHULUAN

(9)

Pendahuluan Buku ini adalah bukti kecil bahwa energi terbarukan telah bergerak dan menggerakkan masyarakat dari mulai individu, kelompok masyarakat, institusi swasta dan pemerintahan untuk terus maju menuju cita-cita bersama, mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Tentu saja, cerita mereka yang bergerak dengan energi terbarukan bukan sebuah cerita yang bergelimang fasilitas dan kemudahan.

Dimulai dari kegelisahan Pak Dori melihat anak-anak yang tidak bisa belajar karena minimnya penerangan di malam hari.

Obsesi Noverius untuk mewujudkan Kota Kupang dan NTT berdaulat atas energi.

Kegalauan Sucipto melihat ketiadaan listrik di desanya, sementara ketersediaan air melimpah sepanjang musim.

Upaya Kelompok Masyarakat Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan yang secara mandiri menghasilkan biogas dan mengubah limbah (kotoran sapi) menjadi pupuk. Pengelolaan dan penyediaan listrik murah bagi masyarakat sejak tahun 1997 oleh Kelompok Masyarakat Perusahaan Listrik Nagari Silayang (PLNS) yang berasal dari PLTMH.

Dalam buku ini disajikan peran serta industri nasional dan daerah dalam mendukung dan menciptakan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Kisahnya dimulai dari PTP Nusantara IV, “Sang Raja” yang Kepincut

Cangkang Sawit. PGE Area Kamojang yang melakukan penghematan dan diversifikasi serta terus berinovasi. Star Energy Geothermal, mewujudkan panas bumi untuk pembangunan berkelanjutan.

Peran Cintek memberdayakan mikrohidro untuk menyediakan energi listrik di desa- desa, terutama di daerah yang memiliki banyak potensi air. Bagaimana Qaryah Thayyibah bergerak mewujudkan “Desa yang Berdaya” sesuai dengan arti nama yang disandangnya. Perjuangan PT Swen Inovasi Transfer dalam menyediakan “Paket Lengkap” Biogas untuk Pelosok Negeri.

Tidak ketinggalan juga pada kesempatan ini disajikan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam kegiatan usaha pengembangan, penyediaan, dan pemanfaatan energi dengan prinsip Konservasi Energi dan/

atau Diversifikasi Energi melalui kebijakan/

regulasi.

Sumatera Barat mewujudkan lumbung energi hijau dengan mengupayakan berbagai cara memanfaatkan potensi besar alam yang dimiliki. Provinsi termuda di Indonesia, Sulawesi Barat mengandalkan energi terbarukan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dari hanya 37 persen pada tahun 2007, hingga mencapai 87,3 persen pada akhir tahun 2012. Kabupaten Bantul mengubah bayu menjadi energi untuk menggerakkan roda kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kabupaten

(10)

Ucapan Terimakasih

Gayo Lues, mengelola energi di paru-paru bumi, mengembangkan regulasi sekaligus meningkatkan PAD dari produksi energi terbarukan.

Kisah nyata para pelopor yang bergerak dengan energi terbarukan dalam buku ini diawali dengan masalah. Mereka tidak hanya berpikir, tetapi juga bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memanfaatkan energi terbarukan.

Tidak semata hasil yang telah dicapai yang membuat mereka layak mendapat apresiasi antara lain melalui “Penghargaan Energi”. Lebih jauh lagi, pengalaman para pelopor dan inovator ini mengatasi berbagai masalah dan kesulitan yang dialami membuat kisah mereka layak dibagi sebagai bentuk transfer pengetahuan.

Berkaitan dengan itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Sumber Daya Mineral sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor

4 tahun 2011 menjalankan tugas dari Menteri ESDM sebagai Panitia Pelaksana Penghargaan Energi. Pelaksanaan tugas tersebut sesuai dengan misi Badan Litbang ESDM, yaitu mendukung pelaksanaan kebijakan dan strategi sektor ESDM serta memfasilitasi terlaksananya perkembangan teknologi, transfer teknologi, peningkatan nilai tambah, dan peningkatan kapasitas di sektor ESDM.

Dari pelaksanaan dan hasil yang telah diperoleh dari “Penghargaan Energi” sampai dengan saat ini, Badan Litbang ESDM terus mewujudkan terjadinya transfer teknologi dari hasil-hasil litbang yang dimiliki kepada para inovator di bidang energi. Selain itu juga ikut mendorong kepada perusahaan

“penikmat” energi fosil untuk menyisihkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk ikut serta dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan, penyediaan, dan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.

***

(11)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Di beranda belakang rumahnya di tepi Way Ilahan, H.M Dori Suhardi sering merenung sambil memandangi sungai besar di Desa Air Bakoman, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tenggamus. Sebagai seorang pendidik, ia gelisah melihat prestasi anak didiknya yang tidak begitu menggembirakan.

(12)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

(13)

D

i beranda belakang rumahnya di tepi Way Ilahan, H.M Dori Suhardi sering merenung sambil memandangi sungai besar di Desa Air Bakoman, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tenggamus.

Sebagai seorang pendidik, ia gelisah melihat prestasi anak didiknya yang tidak begitu menggembirakan.

Bagaimana mau berprestasi? Jika maghrib menjelang anak-anak tidak bisa belajar karena minimnya penerangan yang hanya menggunakan lampu sentir, pikirnya. Dari kegelisahan itu, muncul keinginan untuk memanfaatkan derasnya aliran sungai yang selalu dipandanginya itu menjadi sumber energi yang menerangi desanya.

H.M. Dori Suhardi

Menuai Listrik Dari Way Ilahan

Penghargaan Energi Prakarsa

(14)

Pada tahun 1979 ide itu disambut baik seorang temannya yang memiliki dinamo bekas motor Honda CB 100 dan lahan yang strategis. Bersama mereka membuat pembangkit listrik mini (pikohidro) serta dapat melistriki 3 rumah dengan kincir kayu sederhana.

Tahun 1987 atas keinginan masyarakat, kapasitas dynamo ditingkatkan menjadi 3.000 watt dan dapat menerangi 30 rumah.

Namun pada 1993, terjadi perpecahan dengan mitra kerjanya, hingga pikohidro yang dibangun dengan niat luhur itu harus dilepaskan. Pak Dori terpaksa kembali merintis pikohidro sendiri dengan membeli motor pengerak bekas mesin truk berkapasitas 12 PK.

Cobaan tidak berhenti, muncul isu di masyarakat bahwa mesin truk yang digunakan adalah hasil curian. Pak Dori dituding menjadi penadah. Untungnya isu tersebut tidak terbukti, karena Pak Dori memiliki bukti kuat pembelian mesin truk tersebut di Jakarta. Namun, karena tidak mau menjadi masalah berkepanjangan maka tahun 1997 mesin truk tersebut dijual.

Untuk mewujudkan cita-cita mengembangkan pikohidro, Pak Dori nekat menjual rumah. Hasil penjualan rumah digunakan sebagai modal melanjutkan niat mulianya memberikan listrik dari aliran sungai kepada masyarakat Desa Air Bakoman.

Dedikasi dan kecintaan H Dori akan PLTMH tertularkan kepada salah satu putranya, Sarif Subhan yang lahir pada 19 September 1969. Dengan tekad dan semangat akan perlunya pendidikan, dengan segala susah payah Pak Dori membiayai kuliah putranya agar dapat memperdalam ilmu dibidang kelistrikan khususnya PLTMH.

Usaha tersebut tidak sia-sia, Sarif berhasil menyelesaikan kuliahnya pada Jurusan

Salah satu turbin mikrohidro yang sedang

Penghargaan Energi Prakarsa

(15)

Pak Dori sedang memandang Bengkel BARAYA yang berlokasi disamping rumah seluas 25 m2

Elektro, Universitas Muhamadiah Lampung tahun 1997. Tugas akhir yang disusunnya adalah “Perencanaan Mikrohidro di desa Air Bakoman”. Sarif juga terjun mengembangkan cita-cita sang ayah untuk membuat turbin dengan biaya murah sehingga terjangkau oleh masyarakat luas.

Perjuangan panjang tersebut akhirnya membuahkan kesadaran masyarakat, pengelola pesantren, sekolah, dan instansi pemerintah mengenai pentingnya pikohidro. Listrik dari Way Ilahan terus dibangun dan sosialisasi terus dilakukan sehingga sambutan dari berbagai elemen masyarakat sangat antusias.

Masyarakat secara individu membuat kelompok-kelompok dengan nama sesuai kesepakatan, bergotong royong

membangun pikohidro untuk kebutuhan listrik kelompoknya, Kelompok-kelompok tersebut terdiri dari 10 hingga 30 kepala keluarga. Masing-masing kelompok mengelola mikrohidronya secara swadaya dengan rata-rata biaya iuran Rp 30.000 perbulan, dan penjualan listrik hanya rata rata Rp 1.000 per Kilowatt.

Seiring dengan semakin meluasnya virus pikohidro menyebar ke beberapa desa di sekitar Air Bakoman serta antusias masyarakat pengguna, kapasitas turbinpun terus ditingkatkan yang semula hanya 0,3 - 1 kW meningkat menjadi 2-3 kW dengan teknologi masih sederhana.

Tertantang dengan permintaan masyarakat yang terus meningkat akan kebutuhan turbin, dibangunlah bengkel kecil bernama Baraya Mikrohidro pada tahun 1997, Penghargaan Energi Prakarsa

(16)

dengan modal awal hasil dari penjualan rumah, untuk melayani kebutuhan turbin masyarakat. Bermodalkan mantra terus belajar dan berinovasi, pada 1998 Baraya Mikrohidro mampu memproduksi turbin sederhana dari bahan logam dengan kapasitas 5-20 kW.

Usaha yang terus menerus tanpa putus asa Pak Dori yang dibantu oleh sang anak, akhirnya tercium oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung. Pada 2004, Pak Dori mendapatkan pembinaan intensif dan dipercaya untuk membuat pembangkit listrik di berbagai lokasi.

Sejak 2008, Pak Dori mulai mendapatkan kepercayaan dari PNPM Mandiri untuk bermitra membuat mikrohidro di Desa Talang Sebelas, Lampung Barat, dan Desa Talang Mulya, Pesawaran. Pada 2010 bekerja sama dengan LSM Watala, Pak

Dori juga dipercaya membangun mikro hidro di Desa Srimenanti dan Sidomulyo, Lampung Utara. Permintaan akan pembuatan mikro hidro tidak saja datang dari Propinsi Lampung namun juga sudah merambah ke desa Suka Maju, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan.

Sejak awal pembangunan PLTMH secara terorganisir mulai tahun 1999 hingga 2003, sudah sebanyak 80 rumah dan sebuah bengkel mendapat energi listrik.

Biaya dikeluarkan secara swadaya oleh kepala keluarga yang dihimpun dalam kelompok sesuai dengan kapasitas turbin yang dipasang. Total kapasitas terpasang seluruh turbin kurang lebih 21 kW.

Perkembangan pesat populasi PLTMH terjadi sejak tahun 2004 hingga 2012, setelah mendapat bimbingan dan kerjasama

Pertumbuhan dan perkembangan turbin mikrohidro Produk Bengkel BARAYA dan daya dihasilkan serta

Penghargaan Energi Prakarsa

(17)

dari Distamben Propinsi Lampung, kerjasama dengan PNPM Mandiri dan Lembaga Swadaya masyarakat, sehingga mampu melistriki 2.432 rumah dengan kapasitas seluruhnya kurang lebih 664 kW. Daya terpasang lainnya adalah untuk Laboratorium Komputer SMP, Sekolah Dasar, Pondok Pesantren, Puskesmas, Balai Desa, Puskesmas Pembantu, di wilayah perdesaan Provinsi Lampung dengan total daya 7 kW.

Jawaban kegelisahan

Listrik yang mengaliri ke sekolah-sekolah seperti menjadi jawaban kegelisahan Pak Dori dulu. Sekolah setempat, MTS Nurul Islam di Air Putih III sudah dapat memasang 10 unit komputer untuk kebutuhan anak didiknya pada 2003. Gairah belajar siswa meningkat dengan diperkenalkan pada teknologi informasi.

Bukan hanya soal penerangan, keberadaan listrik juga memberikan akses informasi yang sangat cepat bagi masyarakat melalui internet, maupun telepon seluler.

“Pekerjaan administrasi dan komunikasi dengan luar pesantren dapat dilaksanakan

dengan rapih dan cepat serta para santri terbuka wawasan dengan memperoleh informasi tambahan melalui media elektronik,” kata H. Mubarak (61), pengelola pesantren Pesantren Nurul Islam.

Sekretaris Desa Air Bakoman, Jeje (47) menceritakan bagaimana dia dengan mudah berkomunikasi dengan berbagai elemen masyarakat melalui pesan singkat (SMS) dalam menunjang tugasnya sebagai sekdes setelah ada listrik di desanya, selain peluang ekonomi yang menyertainya.

”Banyak sekali peluang bisnis yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti jualan pulsa, es, pengeringan pisang sale, reparasi barang barang elektronik, warung makan dll, yang jelas perekonomian ikut terdorong,” katanya.

Agus koordinator salah satu PLTMH dusun Desa Air Putih II menghimpun diri bersama 30 kepala keluarga masing- masing mendapat pasokan 300 watt menceritakan, kini istrinya memanfaatkan waktu luangnya untuk berjualan es batu dari lemari es yang dimiliki.

Lain lagi cerita Pak Sujono, yang sejak tahun 1984 sampai saat ini masih setia memanfaatkan generasi kedua kincir dari bahan kayu buatan Pak Dori. ”Kami dapat mengirit biaya untuk penerangan lampu minyak tanah yang rata-rata sebulan bisa menghabiskan 15 liter mitan dengan biaya 90 ribu rupiah. Saat ini kami hanya butuh biaya untuk penerangan sekitar 35 ribu rupiah perbulan,” katanya.

Ibu-ibu PKK Air Bakoman lain lagi ceritanya.

Sekarang banyak ibu RT memiliki kegiatan sampingan seperti menjahit, membuat Penghargaan Energi Prakarsa

(18)

pisang sale, serta lebih intensif melakukan pengajian. ”Kami memiliki penghasilan tambahan untuk membantu biaya rumah tangga semenjak adanya Piko Hidro,” kata Ibu Mubarok (43).

Kepala Desa Sumber Mulya, Surtam (44) berkisah bahwa keluhan ibu-ibu di desanya berkaitan dengan kelangkaan minyak tanah sudah sangat berkurang semenjak adanya Piko Hidro. ”Kalau satu rumah tangga memakai penerangan yang paling sederhana yaitu lampu sentir diperlukan mitan sekitar 15-17 liter perbulan atau memerlukan biaya sekitar Rp. 136.000,- /bulan. Namun bila keluarga tertentu menggunakan petromak diperlukan sekitar 30-35 liter/bulan atau sekitar Rp.

280.000,-. Setelah adanya piko hidro maka hanya diperlukan biaya untuk penerangan sekitar 35-40 ribu/bulan,” paparnya.

Tentu saja, masih ada harapan tersisa dari Haji Dori dan anaknya. Keduanya sangat menginginkan pembinaan pemerintah khususnya dalam membuat turbin yang berbiaya murah sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas baik itu secara berkelompok maupun perorangan.

Ia berharap bisa memperoleh kredit lunak dalam mengembangkan usaha turbin, sehingga harganya menjadi sangat murah.

Saat ini turbin berikut kelengkapan dengan daya 10 kW memerlukan biaya sekitar 30 juta tidak termasuk pekerjaan sipilnya. Pak Dori masih punya mimpi, memanfaatkan turbin tanpa dinamo untuk mengolah hasil pertanian seperti kopi, kakao, pisang.

Semoga berhasil Pak Haji.***

Penghargaan Energi Prakarsa

Pemrakarsa, pelopor masyarakat Provinsi Lampung, dan berkomitmen tinggi dengan mewujudkan 82 Unit Turbin dengan teknologi sederhana pada Bengkel mandiri untuk PLTMH Pikohidro/455,5 kW/2101 KK selama 33 tahun, berdampak besar untuk pelaksanaan pendidikan dan kesehatan, lembaga desa dan perumahan serta meningkatkan perekonomian dan penyediaan tenaga kerja operator/teknisi yang profesional

Alamat:

Dusun Air Putih 1 RT/RW 02/04 Desa Air Bakoman, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus Lampung 35379

(19)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Jika di daerah lain geng motor adalah sesuatu yang mengancam dan mungkin menakutkan. Di Kupang, ada geng motor yang kedatangannya malah diharapkan penduduk. Namanya Geng Motor Imut, singkatan dari Aliansi Masyarakat Peduli Ternak yang dipimpin oleh Noverius H. Nggili, S.Pt..

(20)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

(21)

GENG IMUT,

GENG MOTOR YANG DINANTI MASYARAKAT

N

overius adalah alumnus Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, yang salah satu tugasnya sehari-hari adalah pemberdayaan perekonomiaan rakyat. Di luar jam dinasnya, ia memiliki hobi menjadi “raja jalanan”, berkeliling naik motor baik di kota Kupang, maupun touring ke kampung kampung di Timor Barat sejak 2005

Penghargaan Energi Prakarsa 2012Penghargaan Energi Prakarsa

Noverius H. Nggili

(22)

berdaulat atas energi, berbasis energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi setempat. Di titik inilah mereka kemudian bersepakat bersatu dan membentuk Geng Motor Imut pada 2010.

Anggota geng awalnya hanya terdiri dari 50 orang anggota aktif, yang memiliki 30 motor pribadi. Jumlah ini diluar 460 anggota pasif sebagai kawan diskusi di Facebook. Anggota komunitas geng ini beragam, mulai dari pegawai negeri, pegawai bank, aktivis lembaga swadaya masyarakat, dan pegawai swasta.

Geng motor Imut memulai langkah, dengan melakukan visioning komunitas berbasis apresiative inquiry untuk menemukan target kerja dalam bentuk mimpi komunitas, menggali kekuatan komunitas, baik itu kekuatan pribadi maupun jaringan, hingga menentukan peta jalan perubahan dalam bentuk tahapan prioritas agenda kerja selama lima tahun sejak Januari 2010 di Kantor Perkumpulan PIKUL.

Berkeliling dengan sepeda motor, melihat dan mendengar langsung apa yang dirasakan masyarakat, Noverius menemukan dua hal yang sangat merisaukannya. Sejak dulu NTT dikenal sebagai gudang ternak unggul baik itu sapi maupun babi, namun hal itu juga banyak dipertanyakan keberadaannya dengan menurunnya jumlah ternak di provinsi NTT. Ia juga melihat di daerahnya sering terjadi kelangkaan minyak tanah.

Kondisi tersebut mengusik pikiran Noverius dan menjadi bahan obrolan di antara sesama “raja jalanan”. Mereka melihat, selama ini petani dan peternak tradisional hanya bergelut dengan kegiatan rutinitas tanpa ada yang berarti untuk pengembangan ternak maupun pemanfaatan limbahnya.

Obrolan berujung pada keinginan untuk mewujudkan Kota Kupang dan NTT

Penghargaan Energi Prakarsa

(23)

Mantra komunitas yang dipilih yaitu

“Tapaleuk Urus Ternak” atau dalam arti singkatnya keluyuran mengurus ternak, . Dengan mantra ini, selain sebagai identitas, juga sekaligus memotivasi anggota untuk mencintai dan berkarya dalam bidang peternakan sesuai prioritas agenda kerja, walaupun sebagian dari anggota yang aktif bukan berprofesi sebagai peternak aktif.

Inovasi pertama yang dilakukan adalah membuat Digester Biogas Portable skala Rumah Tangga dari drum bekas kapasitas 220 liter (DePo BiMut S-001 dan S-002).

Selanjutnya Geng Imut melengkapinya dengan sarana pemanfaatan biogas seperti kompor gas (BiMuTy-004 generasi ke-4) dari besi bekas, penampungan gas dari ban mobil bekas dan memodifikasi lampu petromak berbahan bakar mitan menjadi gas. Uji coba hasil inovasi dilakukan di kediaman Noverius di Desa Oebufu, Kec. Oebobo, Kota Kupang, yang sekaligus merupakan sekretariat Geng Motor Imut.

Gas yang dihasilkan per digester dalam sehari dapat dimanfaatkan untuk

menyalakan kompor secara non stop selama 90 menit. Penampung gas yang dibuat dari ban dalam truk fuso dapat digunakan masak selama 45 menit secara nonstop.

Sejak pertama pengisian kotoran ternak ke dalam digester sampai dengan menghasilkan gas diperlukan waktu dua hari dengan ditambahkan zat aditif tertentu. Penambahan zat aditif ini mempercepat proses dibanding proses alamiah yang membutuhkan waktu lima hari. Biaya pembuatan untuk seluruh perangkat biogas sebesar Rp. 2.500.000,- awalnya berasal dari iuran anggota geng.

Sekolah Jalanan

Memasyarakatkan hasil inovasi dilakukan sambil menjalankan hobi bermotor.

Keluyuran dengan motor yang tadinya tidak terarah kini menjadi sangat bermanfaat bagi desa di Kabupaten Timor Barat. Area jelajah Geng Imut kemudian meluas dengan menyeberangi selat dari satu pulau ke pulau yang lain di gugus kepulauan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ciri khas dari cara komunitas ini mensosialisasikan inovasinya adalah dengan membuat sekolah jalanan Geng Motor Imut. Cara tersebut sangat efektif, sampai 2012 telah digelar sekolah jalanan di lebih dari 46 lokasi di 31 Desa di 8 kabupaten di NTT, melalui berbagai kelompok masyarakat, tani, wanita dan juga gereja.

Penampung gas yang dibuat dari ban dalam truk fuso

Penghargaan Energi Prakarsa

(24)

Uniknya sistem sekolah jalanan tersebut sampai menarik perhatian salah satu televisi swasta nasional yang kemudian menayangkan cara tersebut dalam acara Manusia Indonesia. Hasil sekolah jalanan itu kini telah terpasang 24 digester portable di delapan kabupaten berikut kelengkapannya berupa penampung gas, kompor dan petromak.

Setelah berhasil memasyarakatkan produk digester portabel berikut kelengkapanya, beberapa lembaga swadaya masyarakat dan juga salah satu Badan PBB bersedia mengucurkan dana untuk produksi selanjutnya. Pembuatan digester dilakukan di salah satu bengkel sederhana milik anggota, dan untuk memperoleh bahan bahan dilakukan kerja sama dengan para pengumpul barang bekas.

Di kelompok masyarakat pengguna, perkembangan penggunaan digester portable sangat pesat dengan sistem arisan melalui kelompok masyarakat wanita usaha tani, kelompok tani dan juga komunitas ternak secara swadaya.

Anggota GMImut bersama petromak biogas

Pesanan akan digester biogas portabel terus berdatangan baik dari masyarakat secara perorangan maupun lembaga swadaya masyarakat untuk diberikan kepada masyarakat.

Ketika tim penulis mengunjungi sekeratriat geng, terdapat 14 set pesanan yang telah dikemas untuk dikirim kepada pemesan.

GM Imut mentargetkan tahun 2012 akan dipasang sekitar 30 digester.

Mengatasi Masalah Limbah

Lurah Pertama yang memanfaatkan Digester Portabel adalah Lurah Bakunase, Bustaman. Bustaman mengaku membeli digester untuk mengatasi limbah 33 usaha pabrik tahu dan tempe di Kelurahan tersebut. Keberhasilan tahap awal, membuat Pak Lurah sangat antusias untuk menargetkan bahwa tahun Anggaran 2013 Kelurahan Bakunase akan membangun 80 digester portable.

Sementara itu, Ibu Dokas Faot Rohi ketua Kelompok Wanita Tani ”Damai” Desa Kiuteta, Kecamatan Noelbaki, Kabupaten Kupang, yang telah memanfaatkan Digester Portable selama lebih dari 8 bulan untuk keperluan masak memasak.

“Selama ini saya sehari-hari memasak dengan kompor minyak tanah dan juga kayu bakar yang semakin susah diperoleh.

Masalah utama yang saya hadapi adalah sering terjadi kelangkaan minyak tanah di Kota Kupang dan kalaupun ada harganya bisa dua kali lipat dari harga eceran,” kata Bu Dokas, seraya menyebut penghematan Penghargaan Energi Prakarsa

(25)

mencapai 45-60 ribu rupiah per bulan setelah menggunakan biogas.

Ibu Herlince Padeda, Ketua Jaringan Usaha Kecil Ina Foa, di Kampung Matani, Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang, mengaku menghemat pengeluaran Minyak Tanah sekitar Rp. 45.000 per bulan.

Keluhannya adalah digester portable yang digunakan kurang besar.”Saya berharap mempunyai digester portable yang besar, dan memohon subsidi dari pemerintah agar biaya digester dan kompor gas disubsidi pemerintah sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat lebih luas,”

katanya.

Lebih dari sekadar menghemat, Elisa Da Costa (49 tahun), anggota Kelompok Wanita Tani Kampung Silang, Noelbaki, Kabupaten Kupang memiliki kegiatan baru berjualan gorengan, mie rebus dan minuman panas. “Sudah sekitar 6 bulan saya berdagang, hasilnya b u a t

tambah kebutuhan di rumah, lumayan dapet 25-35 ribu rupiah per hari,” katanya.

Tambahan penghasilan juga dinikmati oleh Bapak Oke di Kelurahan Naikoten I, Kota Kupang, karena bengkel kecilnya yang baru dirintis sekitar enam bulan kebanjiran pesanan dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat untuk membuat kompor untuk digester portable. ”Saat ini pendapatan saya bertambah dari yang sebelumnya, dan tidak perlu lagi memikirkan pelanggan untuk 10 hari ke depan.”

Bukan hanya peralatan biogas, Geng Imut juga membuat inovasi lain, seperti membuat briket arang dan kompor biomasa dari semen/beton, Desalinator iMuT, Blok Suplemen Pakan Gula Lontar (BSPGL) untuk ternak ruminansia, Pembuatan VCO, Pupuk cair dan Pupuk Organik Bokashi semak bunga putih, Pestisida Organik, Ramuan tradisional

untuk pencegahan dan pengobatan ternak.

Penghargaan Energi Prakarsa

(26)

Bapak Salmun Aboe, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Oebofu, Kota Kupang yang menggalakkan penggunaan briket dari sisa ranting dan batok kelapa. Pada kegiatan tahap pertama telah melibatkan 42 anggota masyarakat yang mengikuti pelatihan pembuatan briket dan tungku beton dan hasilnya masyarakat mempraktekkan di rumah masing-masing untuk pemanfaatan briket sebagai salah satu alternatif bahan bakar memasak menggunakan tungku beton.

Masih ada mimpi

Sampai saat ini mimpi Noverius memang masih belum dapat direalisasikan secara masal karena terbentur masalah biaya.

Namun usahanya yang terus menerus dan tidak mengenal lelah telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Ia berharap pemerintah dapat memberikan subsidi atau kredit sangat lunak kepada masyarakat calon peminat/pengguna digester portable dengan sistem pengembalian/

cicilan yang besarnya dikonversikan dengan biaya yang dikeluarkan untuk minyak tanah.

Kalau mimpi ini terwujud dia yakin bahwa NTT berdaulat atas energi berbasis energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi setempat menjadi kenyataan, paling tidak ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah dan gas untuk memasak dapat diatasi.***

Pemrakarsa, inisiator utama komunitas GM iMUT Kota Kupang dan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan berkomitmen tinggi melebihi kapasitasnya sebagai seorang PNS dengan mewujudkan 24 Unit Instalasi Biogas Portable skala rumah tangga, penampung biogas portable, kompor biogas dan Sekolah Jalanan GM iMUT di 46 Lokasi di 8 Kabupaten Provinsi NTT, berdampak besar pada kemandirian/kedaulatan pengelolaan energi baru terbarukan dengan memanfaatkan potensi setempat

Alamat : Jl. Souverdi No. 72 RT/RW 006/01, Desa Oebufu, Kec. Oebobo, Kota Kupang - NTT Penghargaan Energi Prakarsa

(27)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Sucipto, pemrakarsa, motivator yang berkomitmen tinggi dengan mewujudkan 120 pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dengan total 608 kW dan dimanfaatkan oleh 3.308 KK. Ia juga mengelola dua unit PLTMH skala kecil (18 kW/87 KK) dan bengkel turbin secara berkelanjutan selama 20 tahun. Dampaknya dirasakan khususnya penyediaan lapangan kerja, peningkatan perekonomian masyarakat melalui home industry, serta kemandirian masyarakat dalam pengelolaan energi dan lingkungan, hingga melintasi batas-batas provinsi.

(28)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

(29)

Sucipto ,

Tak Menyerah Sebarkan Turbin Mikrohidro

kecetapan 700 liter/detik dan mengalir ke irigasi sebesar 300 liter/detik bahkan di saat kemarau panjang.

Pak Cip melihat hal ini sebagai peluang untuk mulai memproduksi turbin mikrohidro di tahun 1985. Pada kenyataannya, turbin buatan Pak Cip Penghargaan Energi Prakarsa

S

ucipto — yang akrab dipanggil Pak Cip

— mencoba mengembangkan turbin mikrohidro setelah melihat ketiadaan listrik di desanya. Sementara di desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang tersebut ketersediaan air melimpah sepanjang musim. Sumberwuluh memiliki sumber mata air yang mengalir dengan

(30)

justru menarik beberapa desa lain untuk membeli dan memanfaatkan turbin tersebut sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).

Akibatnya, Pak Cip mendapat protes dari warga di sekitar rumahnya karena dinilai tidak mau mengembangkan listrik di kampung halamannya sendiri. Inilah yang membuat Pak Cip akhirnya mendirikan PLTMH skala kecil pada tahun 1992.

Jangan dulu dibayangkan kisah Pak Cip dalam mengembangkan PLTMH langsung mulus. Pada 1998, jaringan listrik nasional telah masuk ke Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh. Warga mencoba mengajukan sambungan listrik, namun setelah empat kali masih gagal.

Berlanjut hingga 2010, sekitar 100 KK bersepakat memasang listrik di rumahnya dengan sistem kWh meter. Untuk memasang instalasi listrik yang terhubung ke PLTMH, warga diminta membayar biaya pemasangan jaringan sebesar Rp 1.200.000 yang dapat dicicil selama satu

tahun. Pak Cip akan segera memasang instalasi listrik di rumah warga jika warga telah membayar separuhnya.

Pada kenyataannya, setelah 6 bulan kesepakatan tersebut hanya 46 rumah yang membayar. “Warga yang membayar protes kepada saya, kamu jangan main- main kenapa kamu harus menunggu warga yang belum membayar, bagaimana uang kami?” kenang Pak Cip. Akhirnya Pak Cip harus memasang kembali satu per satu instalasi listrik lengkap dengan kWh meter bagi warga yang telah membayar.

Kejadian buruk terjadi ketika lebaran 2010, warga yang belum tersambung ke jaringan listrik nasional dan belum membayar ke Pak Cip, tidak terlistriki.

Saat itu rumah mereka gelap, dan diduga timbul iri terhadap rumah-rumah yang telah terlistriki dari PLTMH.

Celakanya, menurut Pak Cip, sebagian warga malah menganggap PLTMH sebagai penghalang tersambungnya jaringan listrik nasional dirumah mereka. “Akhirnya Penghargaan Energi Prakarsa

(31)

pada pukul setengah satu malam PLTMH kami dibakar.”

Kini, sebagian dari mereka yang sudah terlanjur kecewa listriknya tak kunjung dipasang dan sudah membakar PLTMH Pak Cip memilih menunggu dipasang PLN. Sebagian warga yang memang tidak mendaftar ke Pak Cip sejak awal memilih untuk dipasang listrik dari PLN dengan alasan bisa diwariskan ke anak cucu.

”Saya memilih aliran listrik dari PLTMH Pak Cip karena pertama, relatif jauh lebih murah waktu pemasangan pertama. Kedua, saya bisa pakai listrik selama 24 jam. Saya tetap bisa menyalakan TV, istri saya menyetrika baju juga tidak ada masalah. Ketiga, saya hanya menghabiskan sembilan belas ribu rupiah satu bulan. Jadi iuran atau bayaran bulanannya pun murah,” kata Pak Japen, salah seorang konsumen listrik PLTMH.

Bersama itu, Pak Cip terus berupaya memperbaiki pelayanan kepada warga dan hingga tahun 2012 telah terpasang 87 KK. Dua unit PLTMH yang dikelola memiliki kapasitas 12 kW dan 6 kW untuk dengan tarif Rp 300 per kWh. Listrik yang terpasang dapat digunakan 24 jam setiap hari kecuali pada hari Minggu Pak Cip mematikan pembangkit selama 3 jam untuk perawatan alat.

“Pada siang hari, kami memanfaatkan listrik untuk produksi turbin dengan bantuan 7 karyawan. Kadang-kadang kami mengalami kendala, yaitu proses produksi

turbin menjadi tersendat karena butuh energi listrik yang sangat besar sehingga arus naik turun tidak stabil. Namun, semua masih terkendali dengan baik,” kata Pak Cip kembali.

Produksi turbin listrik

Sejalan dengan pengelolaan PLTMH, Pak Cip terus berupaya meningkatkan kualitas dan kekuatan turbin yang dibuat untuk berputar tanpa henti selama 3-4 tahun dan meningkatkan energi agar tercukupi penggunaan listrik. Mulai 2009, Pak Cip mengadakan pendampingan kepada para pemasang turbin produksinya. Ia selalu memantau kelayakan turbin dan terus melakukan komunikasi dengan para konsumennya sehingga mengetahui turbinnya masih terpasang dengan baik atau tidak.

“Alhamdulillah, ibarat penjual minyak, saya tidak perlu memasarkan dengan berkeliling ke daerah-daerah. Pada suatu saat, secara kebetulan di tahun ‘90-an di Penghargaan Energi Prakarsa

(32)

daerah perbatasan Kabupaten Trenggalek, Pacitan, dan Ponorogo terdapat daerah yang sangat luas di suatu pegunungan dan sangat terisolasi. Saya diminta untuk memasang turbin di sana dan berhasil hingga akhirnya daerah-daerah sekitarnya terus meminta untuk dipasang turbin. Bahkan, hingga hampir 100-an unit turbin apalagi seluruh warga di tiga kabupaten tersebut sangat kompak untuk membangun secara bersama-sama,” kata Pak Cip.

Jejaringnya bertambah luas ketika ada warga di daerah yang telah menjadi konsumennya

bertransmigrasi ke

Sumatera. Setelah melihat turbin tersebut, mereka serta-merta membeli untuk dibawa ke daerah Bengkulu dan Lampung karena dinilai sangat cocok dengan daerah tersebut. Akhirnya, warga di sana pun mengenal Pak Cip dan juga membeli turbin hasil produksinya saat itu.

Pemesanan turbin bahkan terus berlanjut hingga ke daerah Kalimantan dan Papua.

Jika dihitung, sejak tahun 1985 hingga sekarang Sucipto menjadi produsen

PLTMH dengan kapasitas Penghargaan Energi Prakarsa

(33)

5 unit per tahun telah membangun 120 mikrohidro yang tersebar di Jawa Timur, Lampung, Bengkulu, Kalimantan, dan Papua dengan total daya terpasang 608 kW. Sucipto menerima pesanan turbin 13 kali rata-rata per tahun.

Pak Cip juga menerima mahasiswa- mahasiswa dari perguruan tinggi di Jawa Timur bahkan luar Jawa Timur untuk belajar di bengkelnya dan menyusun tugas akhir mereka. Dengan adanya pembangunan PLTMH di Gunung Sawur Desa Sumberwuluh tersebut, Pak Cip telah mendorong perubahan pola pikir bagi masyarakat setempat

untuk memenuhi kebutuhan energi secara mandiri.

Keberadaan turbin yang terpasang di irigasi dan dalam

kondisi terus berputar dapat mengangkat air sehingga membantu warga mengairi sawah hingga ke ujung desa. Bahkan dengan adanya listrik yang telah terpasang, masyarakat dapat menggunakan listrik untuk home industry untuk pengisian aki dan cuci motor.

Pak Cip berencana terus mengembangkan bengkelnya dan mendirikan perpustakaan mikrohidro agar warga memiliki ruang belajar tentang mikrohidro serta membangun replika turbinnya. Selain itu, ia ingin terus meningkatkan jumlah pengadaan kWh dan meningkatkan kapasitas 4 kW dengan cara meninggikan head karena banyak kebutuhan masyarakat sekitar yang belum terpenuhi apalagi turbin yang kini terpasang sudah tidak mencukupi. Apalagi cita- cita besarnya adalah membuat sentra home industry berbasis mikrohidro

dan menginterkoneksikan listrik dari turbinnya ke PLN.

”Pak Cip itu gigih, dia tidak mementingkan dirinya sendiri,

tetapi mementingkan p e m b e r d a y a a n

masyarakatnya dengan tetap tinggal di

daerah asalnya.

Teknologi piko dan mikro yang

dia kuasai dan

Ir. Nurul Huda, Kepala Bagian Ekonomi, Sekretariat Daerah Kabupaten Lumajang

Penghargaan Energi Prakarsa

(34)

kembangkan membuatnya sangat luar biasa. Dia sangat terbuka untuk berbagi dengan masyarakat apalagi memberi penyuluhan dan jasa survei tanpa memungut biaya sama sekali,

tidak komersial sehingga sangat patut untuk mendapat penghargaan dari pemerintah atas jasa dan integritasnya kepada pemenuhan energi untuk masyarakat dengan ilmunya, waktunya, pengabdiannya,” kata Ir. Nurul Huda, Kepala Bagian Ekonomi, Sekretariat Daerah Kabupaten Lumajang.

Perjalanan pantang menyerah Pak Cip mengembangkan energi terbarukan inilah yang menjadi pertimbangan ia mendapat Penghargaan Energi Prakarsa 2012 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.*

Pemrakarsa, motivator yang berkomitmen tinggi dengan mewujudkan 120 PLTMH/608 kW/3308 KK sekaligus mengelola 2 Unit PLTMH skala kecil/

18kW/87 KK, bengkel turbin secara berkelanjutan selama 20 tahun, berdampak besar pada Provinsi lain di Wilayah Indonesia khususnya penyediaan lapangan kerja, peningkatan perekonomian masyarakat melalui home industry, serta kemandirian masyarakat dalam pengelolaan energi dan lingkungan.

Alamat: Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh RT/RW 01/09, Kec Candipuro, Kab Lumajang-Jawa Timur.

Penghargaan Energi Prakarsa

(35)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Di tengah kelangkaan energi dan masalah limbah kotoran sapi, anggota Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan yang berlokasi di Dusun Mesagi, Desa Wonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mendorong masyarakat yang secara mandiri menghasilkan energi alternatif biogas dan mengubah limbah menjadi pupuk.

(36)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

(37)

KPSP Setia Kawan,

Mengubah Limbah Jadi Berkah

D

engan biogas, memasak tidak lagi memerlukan minyak, tidak menggunakan listrik, tidak beli tabung gas, tetapi cukup dengan mengumpulkan limbah kotoran sapi. Biogas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi ini aromanya tidak seperti bau kotoran sapi. Biogas ini dapat langsung digunakan untuk menyalakan kompor untuk kebutuhan memasak, sebagai pengganti minyak tanah, bisa juga digunakan sebagai bahan bakar lampu petromaks.

“Saya menggunakan biogas sudah 6 tahun. Sejak menggunakan biogas, saya bisa menghemat pengeluaran untuk pembelian bahan bakar sebesar Rp 350.000-Rp 400.000 per bulan. Selain itu, saya menggunakan biogas untuk lampu penerangan dan pemanas air buat mandi,”

kata Endang Trisilawati, petani/peternak di Dusun Krajan, Gendro.

“Dapur ngebul ruangan terang” itu dampak langsung yang diterima oleh pengguna Penghargaan Energi Prakarsa

(38)

biogas di KPSP Setia Kawan walaupun sebenarnya sisa pembakaran dari biogas ini sama sekali tidak menimbulkan kepulan asap seperti halnya memasak dengan kayu bakar. Bahkan, api yang dihasilkan biogas ini berwarna biru seperti layaknya menggunakan gas elpiji.

Di samping penggunaannya untuk keperluan penerangan dan memasak keperluan sehari-hari, biogas yang dihasilkan masih dapat digunakan untuk memasak air panas yang diperlukan dalam pemeliharaan sapi perah, bahkan sekaligus untuk keperluan mandi keluarga.

“Saya menggunakan biogas selama 4 tahun, sejak itu saya sudah tidak menggunakan kayu bakar dan elpiji, baik untuk masak maupun untuk memanaskan air untuk kebutuhan nyombor dan merah sapi. Tenaga mencari kayu bisa kami alihkan pada pekerjaan lain,” kata Kasan, Ketua Kelompok Peternak di Desa Gendro.

Energi yang tersedia juga memungkinkan warga untuk melakukan usaha lain, selain sapi dan pupuk. “Saya menggunakan biogas

sudah lima tahun. Sejak menggunakan biogas saya bisa mengembangkan usaha dengan menjual keripik dan gorengan.

Selain itu, limbah biogas jadi lahan usaha saya dengan cara dikeringkan, dikemas dan saya jual ke petani bunga krisan dan petani bunga lainnya,” kata Lulu, peternak di Desa Wonosari Nongkojajar.

Sapi perah Belanda

Saat ini pengelolaan dan pemanfaatan biogas memang sudah mencapai titik yang menguntungkan. Namun, lahirnya KPSP Setia Kawan merupakan proses perjalanan panjang yang dimulai pemeliharaan sapi perah untuk memenuhi kebutuhan Penghargaan Energi Prakarsa

(39)

susu orang-orang Belanda sejak 1911.

Berkembangnya peternakan sapi perah di Nongkojajar ini ternyata tidak selamanya berjalan mulus.

KPSP Setia Kawan yang saat ini mengelola 18.200 ekor sapi yang tersebar dan dipelihara oleh 7.970 orang anggota ini sempat mengalami masalah dengan pencemaran dari tumpukan kotoran sapi yang mencapai 20-30 kg per ekor sapi setiap hari. “Masalah lain adalah kebiasaan masyarakat menebang kayu bakar di hutan, sementara minyak tanah yang kala itu merupakan bahan bakar utama harganya yang terus meningkat,” kata M.

Hariyanto, SE, Pengurus KPSP Setia Kawan Nongkojajar.

Sebagai jalan keluar masalah energi dan lingkungan yang timbul tersebut, pada 1989 dibangun dua reaktor biogas skala rumah tangga untuk dimanfaatkan oleh dua keluarga di Desa Tutur dan

Desa Gendro. Sejak saat itu, biogas dikembangkan sehingga biogas dirasakan masyarakat mampu “menyelesaikan masalah jadi berkah”.

Agar seluruh masyarakat merasakan manfaat dengan adanya biogas, KPSP Setia Kawan terus melakukan penyuluhan pengembangan biogas. Hasil sampingan biogas digunakan sebagai pupuk organik bioslurry. Sampai saat ini sudah bisa diproduksi pupuk organik sebanyak 2.710 ton. Pembelajaran biogas dan pupuk organik ini diselenggarakan oleh lembaga bernama Bhakti Alam yang didirikan KPSP Setia Kawan sejak 2010.

“Saat ini telah terbangun 891 unit digester biogas untuk 1.223 kepala keluarga. Banyaknya digester yang sudah dibangun, menjadi semangat bagi kami tim untuk terus mengembangkan biogas,”

kata Hariyanto, Penanggung Jawab Pengembangan Biogas di KPSP Setia Kawan.

Penghargaan Energi Prakarsa

(40)

Berkat pengalamannya dalam pengembangan biogas, KPSP Setia Kawan sering kali di datangi tamu untuk konsultasi mengenai pengembangan biogas ini.

Bukan hanya dalam negeri, beberapa negara lain juga berguru di Nongkojajar.

Jasa dan komitmen tinggi untuk berpartisipasi aktif mengampanyekan biogas secara terus-menerus, serta sehingga terwujud produk nyata secara fisik yang merupakan hasil inovasi dan

Pemrakarsa, inisiator, penggerak masyarakat Kabupaten Pasuruan meluas di Provinsi Jawa Timur, dan berkomitmen tinggi dengan mewujudkan Reaktor Biogas 891 unit/1.223 KK, memanfaatkan buangan Reaktor Biogas menjadi Bio Slurry 2710 ton, dan terus aktif melakukan penyuluhan dan sosialisasi energi baru terbarukan, berdampak besar untuk peningkatan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan kesadaran pengendalian lingkungan masyarakat serta mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.

Alamat: Jl. Raya Nongkojajar No. 38, RT/RW 03/02, Dusun Pasar Baru, Desa Wonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur .

pengembangan teknologi baru. Hal ini berdampak besar dan positif terhadap pembangunan rnaupun peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dalam pengelolaan energi yang berkelanjutan dan efisien. Hal inilah yang mengantarkan KPSP Setia Kawan sebagai Penerima Penghargaan Prakarsa dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2012.*

Penghargaan Energi Prakarsa

(41)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Perusahaan Listrik Nagari Silayang (PLNS) merupakan organisasi masyarakat yang mengelola pengadaan listrik untuk Nagari atau Desa Silayang yang berasal dari PLTMH dengan daya 35 kW. Telah lebih dari 15 tahun PLN Silayang konsisten dalam menyediakan listrik murah bagi masyarakat sejak didirikan tahun 1997 silam.

(42)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

(43)

PLN Silayang,

Kemandirian Masyarakat Mengelola Energi

P

erusahaan Listrik Nagari Silayang (PLNS) merupakan organisasi masyarakat yang mengelola pengadaan listrik untuk Nagari atau Desa Silayang yang berasal dari PLTMH dengan daya 35 kW. Telah lebih dari 15 tahun PLN Silayang konsisten dalam menyediakan listrik murah bagi masyarakat sejak didirikan tahun 1997 silam.

PLTMH Silayang yang terletak di Jorong Batang Silayang, Nagari Silayang, Kabupaten Pasaman mulai dibangun pada 1995 di atas tanah hibah seluas 1.500 meter persegi dan disokong dana kerja sama Indonesia–Jerman (GTZ).

Proses pembangunan dibantu swadaya masyarakat Silayang dalam bentuk gotong royong pembersihan lahan, tenaga kerja, mobilisasi material, dan lain-lainnya.

Penghargaan Energi Prakarsa

(44)

Setelah diresmikan pada tahun 1997, pengelolaan PLTMH diserahkan kepada masyarakat setempat, dalam bentuk organisasi yang diberi nama Perusahaan Listrik Nagari Silayang (PLNS) yang berkantor di Pasar Silayang. Saat itu jumlah konsumen hanya 17 kepala keluarga. Dengan pengelolaan yang profesional, transparan, akuntabel, dan mengedepankan kepentingan masyarakat, konsumen terus bertambah sampai saat ini.

PLNS mulai menggunakan meterisasi setelah disepakati pada musyawarah masyarakat tahun 2010. Setiap pelanggan PLTMH PLNS diwajibkan menggunakan kWh meter. Dana pembelian kWh meter

diambil dari kas PLNS. Pelanggan membeli kWh meter dengan cara mencicil kepada PLNS.

Meterisasi ini berdampak positif luar biasa terhadap PLTMH dan pelanggan. Efisiensi PLTMH meningkat sehingga mampu mengaliri 306 pelanggan.

Penghargaan Energi Prakarsa

(45)

Penggunaan listrik oleh masyarakat menjadi lebih adil, jumlah yang dibayar sesuai dengan kWh listrik yang dipakai.

Jumlah pelanggan yang bertambah tentu membuat pendapatan PLNS juga meningkat.

Keberhasilan pengelolaan PLTMH oleh masyarakat Nagari Silayang melalui wadah organisasi masyarakat setempat (OMS) yang diberi nama PLNS memberikan peningkatan terhadap PLTMH itu sendiri dan kesejahteraan masyarakat Silayang.

Setidaknya secara langsung terjadi peningkatan efisiensi listrik termanfaatkan oleh konsumen dan peningkatan pendapatan PLNS.

Secara tidak langsung telah memberikan pembelajaran kepada masyarakat setempat akan arti penting penyediaan dan pengelolaan energi terbarukan yang berkelanjutan dan efisien sebagai sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. PLNS tidak hanya berdampak pada pemenuhan kebutuhan listrik semata bagi masyarakat Silayang.

Lebih jauh dari itu, PLNS juga merupakan sumber pendapatan bagi Nagari Silayang.

Dengan penggunaan hasil pendapatan (kas), PLNS dapat berkontribusi terhadap pembangunan Nagari Silayang.

Partisipasi masyarakat pelanggan yang tinggi dalam membayar iuran listrik telah banyak berkontribusi terhadap pembangunan Nagari Silayang. PLN Silayang secara rutin per bulan menyisihkan 15% dari pendapatan bersihnya untuk membantu pemerintahan Nagari Silayang, Kerapatan Adat Nagari (KAN), dan Badan Musyawarah Nagari (Bamus). PLN Silayang pernah memberi bantuan uang sebanyak Rp 35 juta untuk pembebasan lahan pembangunan SMA Nagari Silayang, pembebasan tanah pembangunan kantor camat (Rp 10 juta), hingga pembangunan masjid.

Sampai saat ini PLN Silayang telah memiliki uang kas sebanyak Rp 62 juta yang berasal dari iuran masyarakat Nagari Silayang sebesar Rp 350/watt dan biaya beban Rp 5.000. Disepakati iuran tarif pelanggan Penghargaan Energi Prakarsa

(46)

dengan sistem paket dan tarif daya per watt. Paket memakai elektronik Rp. 30.000 per bulan dan paket nonelektronik Rp 15.000/bulan. Jika menggunakan tarif daya per watt, harga per watt sebesar Rp 350 dengan biaya beban Rp 1.500/bulan.

Keberadaan PLN Silayang memberikan perubahan besar dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Nagari Silayang. Mulai dari pemakaian perlengkapan listrik rumah tangga dan juga kegiatan usaha rumah tangga, seperti kerajinan menjahit, bengkel sepeda motor, pembuatan perabot rumah tangga, warung makan dan minum.

Selain itu, berdampak secara regional di tingkat kecamatan untuk mendorong masyarakat memanfaatkan energi terbarukan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik yang tersedia melimpah di wilayah tersebut dan menjadikan Kecamatan Mapat Tunggul Selatan sebagai Pelopor Kecamatan Mandiri Energi di Kabupaten Pasaman.

PLTMH mempunyai arti penting dan strategis bagi perekonomian masyarakat Silayang. Listrik di Nagari Silayang hanya disuplai dari PLTMH. Keberhasilan pengelolaan PLTMH berdampak langsung Penghargaan Energi Prakarsa

(47)

Apresiasi Pemerintah Kabupaten Pasaman kepada PLN Silayang Keberhasilan masyarakat Silayang dalam mengelola PLTMH secara baik dan terus menerus selama lebih dari 15 tahun ini merupakan sebuah upaya yang sangat membanggakan dan perlu ditularkan kepada kelompok masyarakat lainnya.

Pemerintah Kabupaten Pasaman telah memberikan apresiasi atas keberhasilan ini dengan menambah 1 unit PLTMH baru guna mendukung PLTMH yang ada saat ini. Pemerintah Kabupaten Pasaman akan terus memberikan pendampingan dan pembinaan yang merupakan titik awal yang nyata dalam mewujudkan Kecamatan Mandiri Energi (KME).

terhadap peningkatan perekonomian masyarakat Silayang. Dengan adanya listrik yang berkelanjutan di Nagari Silayang menumbuhkan kegiatan usaha kecil di tengah masyarakat. Kegiatan usaha yang tumbuh ini memanfaatkan listrik dari PLTMH, yaitu pembuatan perabot/furnitur (1), penjahit pakaian (4), bengkel sepeda motor (4), dan warung-warung makan/

minum (6). Di samping itu, ada industri rumahan lainnya seperti penyediaan es batu, sewa dan sarana permainan atau hiburan.

Masyarakat Silayang sangat menyadari arti penting keberadaan PLTMH di daerah mereka karena merupakan satu-satunya sumber energi listrik yang ada. Apabila sumber energi yang ada ini tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan, mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya.

Masyarakat Silayang sangat memahami arti penting penyediaan dan pengelolaan energi yang ada secara berkelanjutan dan efisien guna memenuhi kebutuhan listrik mereka.

Pengorganisasian kegiatan pengelolaan PLTMH difasilitasi dan dimotori oleh Pemerintahan Nagari Silayang dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat Silayang, serta mendapatkan arahan dan bimbingan yang konsisten dari Pemerintah Kabupaten Pasaman (Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral), dengan cara memberikan pelatihan administrasi dan operasi.

Pengelolaan PLTMH Silayang akan terus ditingkatkan dan dikembangkan, sisi manajerial organisasi maupun sisi operasional PLTMH, misalnya dilakukan pengembangan dalam bentuk badan usaha komersial sosial, seperti Koperasi.

Selain itu dilakukan penyempurnaan Penghargaan Energi Prakarsa

(48)

jaringan distribusi dan mengaktifkan kembali fungsi pengatur beban (ELC) serta rencana operasi sinkronisasi dengan PLTMH Aur Kuning yang akan beroperasi

dalam tahun 2012. Dengan demikian, penyediaan dan pemanfaatan energi dari PLTMH Silayang dapat berkelanjutan dan efisien.

Keberhasilan kelompok masyarakat Silayang dalam mengelola PLTMH juga telah menjadi motivasi bagi masyarakat dari kecamatan lain seperti Tombang, Jorong Rotan Getah, Nagari Muaro Sungai Lolo, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kabupaten Pasaman. Mereka meniru model pengelolaan PLTMH oleh Masyarakat Silayang melalui organisasi PLNS.

Pemrakarsa, penggerak masyarakat Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kabupaten Pasaman dengan mewujudkan pengelolaan PLTMH 35 kW/306 KK melalui secara swadaya, berkelanjutan lebih dari 15 tahun, berdampak besar untuk peningkatan ekonomi melalui kegiatan usaha kecil, pendidikan, dan pelestarian lingkungan masyarakat dengan menjaga hutan di sekitar sumber air.

Alamat: Jl. Pasar Silayang – Jorong Batang Silayang - Nagari Silayang, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Pasaman, Sumatera Barat

Penghargaan Energi Prakarsa

(49)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

PTPN IV adalah raja kebun kelapa sawit di Sumatera Utara. Di tingkat nasional, PTPN IV menjadi raja kelapa sawit untuk BUMN karena merupakan produsen CPO terbesar diantara BUMN lainnya. Namun, sang raja seringkali tersandung masalah ketersediaan listrik, sebelum berpaling pada limbah cangkang kelapa sawit.

(50)

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

(51)

PTP Nusantara IV,

“Sang Raja” yang Kepincut Cangkang Sawit

P

T Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri pada tahun 1996. Dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 009 Tahun 1996 sebagai wadah bagi persatuan beberapa kebun- kebun yang ada di Sumatera Utara.

Memiliki unit usaha yang mencakup di sembilan kabupaten/ kota yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Ratu, Padang Lawas Utara, Batubara dan Mandailing Natal. Areal lahan yang

dimiliki hingga saat ini seluas 175.735 Ha dan sebagian besarnya merupakan lahan kelapa sawit seluas 139.700 Ha.

PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengelolaan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman, pengolahan menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.

Penghargaan Energi Pratama

(52)

Saat ini, PTPN IV adalah “raja” kebun kelapa sawit di Sumatera Utara. Di tingkat nasional, PTPN IV menjadi raja kelapa sawit untuk BUMN, karena merupakan produsen CPO terbesar dibanding BUMN lainnya.

Produksi kelapa sawit PTPN IV pada tahun 2012 adalah 2.272.267 ton tandan buah segar (TBS) atau 23.787 kg per hektar lahan.

Untuk produksi turunan kelapa sawit,

produksi minyak dan inti sawit sebesar 637.379 ton. Sedangkan untuk produksi turunan inti sawit, produksi Palm Kernel Oil (PKO) sebesar 43.013 ton dan produk Palm Kernel Meal (PKM) adalah 49.904 ton.

Keseluruhan produk dihasilkan oleh 15 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas total 560 ton TBS per jam, 3 buah pabrik teh berkapasitas 226 ton Daun Teh Basah (DTB)

Kinerja keuangan PTPN IV khususnya laba bersih sejak tahun 2007 terus meningkat, kecuali pada tahun 2009 karena pada saat itu seluruh dunia terkena krisis perekonomian.

Penghargaan Energi Pratama

(53)

per hari dan 1 buah Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton per hari.

Kinerja keuangan PTPN IV khususnya laba bersih sejak tahun 2007 terus meningkat, kecuali pada tahun 2009 karena pada saat itu seluruh dunia terkena krisis perekonomian.

Permasalahan

Saat ini, PTPN IV mengoperasikan Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) yang menghasilkan minyak inti sawit PKO dan ampas inti sawit PKM. Kapasitas terpasang PPIS adalah 400 ton inti sawit per hari. Lokasinya menyatu dengan PKS

Pabatu yang berkapasitas 30 ton TBS per jam. Kinerja PPIS ditunjang oleh mesin kempa sebanyak 66 unit yang secara total memerlukan daya listrik sebesar 2,4 MW.

Sumber listrik PPIS awalnya dirancang dipasok dari PLN setempat. Kendalanya, aliran listrik di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2006/2007 sangat buruk, sehingga sering mengalami pemadaman listrik secara tidak terduga. Selama tahun 2005- 2007, pasokan listrik terganggu sebanyak 13.334 jam sehingga sangat mengganggu operasi PPIS.

Padahal PPIS dirancang untuk bekerja secara kontinu agar mesin kempa dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Berhentinya proses pengempaan karena Penghargaan Energi Pratama

(54)

pemadaman listrik yang mendadak dapat berakibat kepada pemadatan cake, sehingga pada saat aliran listrik hidup kembali mesin kempa harus berhadapan dengan material padat. Oleh karena itu material padat harus dibersihkan lebih dahulu dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Menghadapi tantangan tersebut, PTPN IV menyediakan dua unit genset berbahan bakar solar sebagai cadangan dengan kapasitas masing-masing 1.280 kW sebagai solusi awal. Sayangnya, biaya operasional PPIS semakin meningkat karena harga solar industri semakin mahal. Biaya untuk PLN dan operasional genset rata-rata per tahun sekitar 7,3 s/d 8,6 milyar. Ditambah menurunnya efisiensi dan produktivitas PPIS.

“Ide awalnya dari direksi PTPN IV saat itu.

Prihatin melihat kondisi listrik masyarakat yang sering padam, sementara daya listrik PLN terbatas. Sementara potensi cangkang kelapa sawit banyak dan hingga kini belum ada aturannya boleh

dijual,” kata Aminudin, Kepala Dinas Teknik Pengolahan Daerah Pabatu PTPN IV.

Pembangkit Listrik Tandan Kosong Kelapa Sawit

Manajemen PTPN IV kemudian mengambil langkah strategis dengan membangun satu unit pembangkit listrik (PLTU) yang menggunakan bahan baku Tandan Kosong Kelapa Sawit dan cangkang. Langkah ini sejalan dengan misi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional unit kegiatan perusahaan serta sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan di PPIS.

PLTU berkapasitas 3 MW dibangun dengan biaya investasi sebesar Rp 41,4 milyar, meskipun pembelian peralatan PLTU tidak dilakukan sekaligus. “Alhamdulillah kami bisa lakukan sendiri untuk perakitannya meskipun unit-unitnya dibeli terpisah, hanya untuk otomatisasinya memerlukan bantuan pihak luar,” kata Hidayat Darpo, staf Direktorat dan Pengembangan Usaha yang terlibat penuh dalam perencanaan dan pembangunan PLTKS.

Keberadaan PLTU ini sangat membantu menstabilkan kinerja operasi PPIS.

Penggunaan tandan kosong dan cangkang hasil pengolahan di PKS yang selama ini diolah sebagai mulsa terbukti menguntungkan. Jika dihitung, PPIS mengolah 100.000 ton per tahun dengan konsumsi listrik adalah 120 KWH per ton, dengan hanya menggunakan PLN akan Penghargaan Energi Pratama

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.. Prosedur Pengajuan Izin Usaha

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.. Laporan Standar Nasional Indonesia

Ketiga dari sisi pekerja dan masyarakat yaitu, kurangnya sumber daya manusia yang kompeten untuk menangani masalah energi terbarukan ini dan tradisi penggunaan

selaku Kepala Subbidang Program dan Kerjasama Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, Dan Konservasi Energi yang telah memberikan

Dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga

Sumber energi terbarukan yang berasal dari pemanfaatan biogas limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan energi listrik yang saat ini banyak bergantung pada generator diesel

Ketiga dari sisi pekerja dan masyarakat yaitu, kurangnya sumber daya manusia yang kompeten untuk menangani masalah energi terbarukan ini dan tradisi penggunaan

Pasal 24 Dalam hal pembelian Tenaga Listrik dari pembangkit Tenaga Listrik yang memanfaatkan sumber Energi Terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 21 oleh PT PLN Persero