• Tidak ada hasil yang ditemukan

M

urjito, salah seorang pemilik warung di Pantai Baru Ngentak mengingat betul sepinya pantai wisata yang dibuka pada awal 2010 menyusul abrasi yang memaksa Tempat Pelelangan Iklan dipindahkan ke lokasi tersebut.

“Pengunjung pantai sangat sepi waktu itu, dapat pembeli satu orang saja sudah bagus,” katanya.

Pantai Baru Ngentak beruntung, karena kemudian dipilih sebagai tempat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). PLTB pertama dibangun pertengahan 2010 dan selesai pada 2011.

Sejak itu, Murjito merasakan perubahan berarti bagi dirinya, dan

masyarakat pesisir.

“Sejak adanya ladang PLTB di 2011, selalu saja ada rombongan y a n g

datang

setiap harinya. Jumlah warung meningkat dari 10 menjadi 90 warung belum lagi ratusan pedagang kaki lima yang datang ketika hari libur. Jam dagang pun menjadi lebih panjang karena telah ada listrik untuk pencahayaan di malam hari,” kata Murjito yang kini juga menjadi teknisi PLTB-hibrid.

Pembangunan PLTB di pesisir pantai Bantul memang bukan kebetulan. Penyediaan energi bagi masyarakat di 17 kecamatan, 75 desa dan 933 dusun memang merupakan tantangan utama Pemerintah Kabupaten Bantul. Bahkan, sebagian kawasan pesisir pantai dan pegunungan masih belum terjangkau jaringan listrik sehingga rasio elektrifikasi baru di angka 80%.

Permasalahan tidak hanya disitu karena Kabupaten Bantul merupakan tempat bernaung berbagai sentra industri kecil menengah seperti sentra batik, kerajinan gerabah, kerajinan kulit, kerajinan kayu dan sentra pengolah makanan yang kesemuanya membutuhkan bahan bakar sementara minyak tanah sudah sulit

ditemukan di pasar, dan jika pun ada harganya sudah tidak ekonomis.

Tidak berdiam diri dengan keterbatasan anggaran daerah,

Pemkab Bantul aktif mengundang Penghargaan Energi Prabawa

berbagai pemangku kepentingan untuk memanfaatkan sumber potensi energi baru terbarukan yang tersedia lokal. Di pesisir pantai selatan, potensi energi terbarukan tersebut ada pada energi angin yang kecepatan rata-ratanya mencapai 4,5m per detik.

Bekerjasama dengan berbagai Kementerian, Lembaga dan Universitas, Pemerintah Kabupaten Bantul membangun puluhan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), panel surya, biogas dan bahkan penerangan jalan umum (PJU) yang terintegrasi dengan turbin angin dan panel surya sekaligus.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membangun empat unit

PLTB pertama pada tahun 2010, dan mulai beroperasi di pertengahan tahun 2011. Jumlah PLTB

terus bertambah melalui berbagai program yang ada di kementerian dan lembaga seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang membangun PLTB

terintegrasi panel surya untuk Penghargaan Energi Prabawa

Implementasi Technology Hybrid di Pandansimo memanfaatkan tenaga angin dan matahari (panel surya) untuk sumber daya listrik. Pengembangan kawasan ini merupakan kemitraan bersama Kementerian Ristek, LAPAN, UGM dan Dirjen Dikti. Implementasi Technology Hybrid akan menjai saah satu insentif riset di bidang kincir dan solar cell yang akan menumbuh-kembangkan perekonomian melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengelola Technology Hybrid.

Tlau Sakti Santosa Kepala Bidang

Data Litbang Bappeda – Pemkab

mengoperasikan pabrik es yang diperlukan nelayan setempat.

“Pemkab telah tambah satu unit PLTB lagi awal tahun ini. Pemkab juga sedang memfasilitasi investor asing yang berminat membangun ladang energi bayu berkapasitas total 50 MW,” kata Tlau

Sakti Santosa, Kepala Bidang Data Litbang, Bappeda Pemerintah Kabupaten Bantul.

Hingga saat ini telah ada 36 unit PLTB dan 3 sistem panel surya terpusat berkapasitas total 83 kW, 3 unit PJU terintegrasi turbin angin dan panel surya serta puluhan kompor biogas. “Kami sangat berterima kasih jika ada instansi yang ingin berkontribusi bagi pantai wisata teknologi EBT,” kata Tlau.

Pantai Baru tersebut kemudian ditetapkan sebagai model Sistem Inovasi Daerah (SIDA) Pengembangan Energi Hibrid Kincir Angin dan Panel Surya. Penetapan tersebut tidak hanya sekedar slogan.

Lomba Desain Bilah Turbin

Pada 2012, bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi, Pemkab Bantul mengadakan lomba desain bilah turbin angin. Pendaftar lomba turbin angin tahun 2012 ada 85 tim, namun hanya 28 tim yang terseleksi. Tim tersebut mendapatkan dana satu juta rupiah per tim untuk pembuatan bilah turbin angin dan uang makan sebesar 100 ribu rupiah per orang per hari selama uji coba. Pemenang ditentukan berdasarkan produksi listrik paling besar

saat uji coba selama lima hari di Pantai Baru.

Pada tahun 2013, Pemkab Bantul menggandeng D i r e k t o r a t J e n d e r a l Pendidikan Tinggi,

K e m e n t e r i a n Pendidikan Nasional dan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan lagi lomba tersebut dengan persyaratan yang lebih ketat.

Lingkup pekerjaan tidak hanya bilah turbin namun juga menara,

generator, sistem kontrol dan sebagainya. Kinerja PLTB yang dibuat pun akan dimonitoring selama sebulan penuh. Dalam lomba ini, fasilitas turbin dan menara angin disiapkan oleh lembaga pengelola PLTB yang dinamai, Workshop Wind Turbine.

Dikelola Warga

Lembaga pengelola yang dinamai Workshop Wind Turbine disiapkan oleh Kemenristek bersamaan dengan pembangunan ladang PLTB. Lembaga p e n g e l o l a tersebut terus d i u p a y a k a n untuk menjadi m a n d i r i , melalui proses transisi dari K e m e n r i s te k ke Pemkab Bantul sebelum a k h i r n y a d i k e l o l a masyarakat.

Budi, Kepala Workshop Wind Turbine

Penghargaan Energi Prabawa

Tenaga kerja yang direkrut sebanyak 16 orang mayoritas a d a l a h p e n d u d u k s e t e m p a t .

“Selain bertugas memelihara PLTB yang ada, kami juga melayani m a s y a r a k a t yang meminta informasi dan data seputar PLTB, termasuk pemberian pelatihan dan melakukan penelitian bersama,” kata Budi, Kepala Workshop Wind Turbin.

Dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil, workshop mengelola iuran listrik dari warung makan di pantai yang menggunakan penerangan dari PLTB.

“Pelanggan listrik PLTB dikenakan biaya Rp 300 per kWh, dan itu pun sepenuhnya hasil musyawarah warga sendiri,” kata Aar, operator PLTB.

Dengan iuran yang murah tersebut, tidak ada warung makan yang tertarik berlangganan listrik PLN walau jaringan

PLN telah masuk pada tahun 2012. Listrik dari PLTB dibatasi pada daya 1 hingga 2 ampere yang cukup untuk penanak nasi (rice cooker) dan lampu penerangan.

Selain memenuhi kebutuhan listrik, workshop juga mencoba melayani kebutuhan penting nelayan yaitu memproduksi es untuk mengawetkan ikan tangkapan. Pabrik es dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan panel surya dan PLTB sebagai sumber listriknya. “Kapasitas produksi es kristal sebesar 1.250 kg per hari dan 128 es balok per hari dengan berat 7 kg per balok,” kata Aar.

Pabrik es yang digerakkan angin dan matahari ini meringankan beban nelayan dengan harga yang lebih kompetitif. “Harga jual es yang diproduksi lebih murah yaitu Rp 15.000 per kotak sterofoam sedangkan jika beli di luar sekitar Rp 20.000 per kotak,”

lanjut Aar.

Setelah energi hibrid, angin dan matahari, workshop juga akan mengelola instalasi biogas. Instalasi ini baru selesai dibangun oleh Deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup.

Aar, Operator PLTB

Kompor biogas yang dibagikan ke pemilik warung

Penghargaan Energi Prabawa

Ekplorasi Energi Terbarukan

Komitmen Pemkab Bantul tidak berhenti pada energi angin di pesisir pantai. Bantul dilewati tiga sungai besar yaitu Oya, Opak dan Progo yang bermuara di pantai selatan. Sungai tersebut dialirkan ke 195 daerah irigasi untuk mengairi 4 ribu hektar sawah berpotensi untuk menghasilkan energi hidro.

Tidak hanya itu, tercatat peternak di Bantul memiliki 59.789 ekor ternak yang terpusat pada 5.432 unit kandang sehingga cocok untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi biogas. Tegalan dan pekarangan di Bantul, diperkirakan seluas 6.758 ha dan 3.300 ha, berpotensi dimanfaatkan untuk menanam umbi-umbian sebagai bahan baku bioetanol.

Beberapa pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dan sistem biogas telah dibangun untuk mendukung kegiatan produktif masyarakat desa.

Selain itu, Pemkab Bantul mendorong pengembangan teknologi bioenergi di SMK Muhammadiyah 1 Bambanglipuro.

Atas komitmennya dalam pembangunan sektor energi baru terbarukan tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menganugerahkan Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2012. Penghargaan yang hanya diberikan kepada Pemerintah Daerah yang melalui kebijakannya menjadi pelopor pembangunan energi nasional dan sebagai teladan di bidang energi.

Bantul terus bergerak dengan energi baru dan terbarukan. Wisata pantai pesisir selatan Bantul tidak hanya menyediakan pasir dan laut semata. Pengunjung wisata pun dapat melihat secara langsung pemanfaatan listrik yang dihasilkan seperti untuk pabrik es, pompa air petani, lampu dan penanak nasi di warung makan hingga penerangan jalan umum yang bersumber dari energi terbarukan. (ali)***

Penghargaan Energi Prabawa

Pemerintah Kabupaten yang meng-implementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang utama Pemerintah Kabupaten sebagai penggerak perubahan, mewujudkan kebijakan hemat energi listrik, BBM, dan air melalui pengembangan energi biogas rumah tangga di seluruh Kecamatan, produksi bioetanol pada SMK Muhammadiyah Bambanglipuro, merintis pembangunan Desa Mandiri Energi, yang berdampak besar terhadap peningkatan kesejahteraan Masyarakat, Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Bangsa dan Negara.

Alamat: Jl. Robert Wolter Monginsidi No.1 Kabupaten Bantul – Daerah Istimewa Yogyakarta

Penghargaan Energi Prabawa

Pengembangan Desa Mandiri Energi di Desa Sitimulyo

Kecamatan Piyungan berbasis bio gas dari kotoran ternak sapi yang energinya dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan.

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Terhampar pada ketinggian 400 sampai 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), sebagian besar wilayah Kabupaten Gayo Lues merupakan daerah perbukitan dan pegunungan hijau. Daerah yang terkenal dengan hawanya yang sejuk ini juga dikenal dunia sebagai ”paru-paru bumi”. Dengan mengelola energi baru terbarukan mikrohidro, Gayo Lues mendapat sumber energi sekaligus melibatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian bukit dan gunungnya.

Penghargaan Energi Prakarsa 2012