• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Sang Raja” yang Kepincut Cangkang Sawit

P

T Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri pada tahun 1996. Dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 009 Tahun 1996 sebagai wadah bagi persatuan beberapa kebun-kebun yang ada di Sumatera Utara.

Memiliki unit usaha yang mencakup di sembilan kabupaten/ kota yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Ratu, Padang Lawas Utara, Batubara dan Mandailing Natal. Areal lahan yang

dimiliki hingga saat ini seluas 175.735 Ha dan sebagian besarnya merupakan lahan kelapa sawit seluas 139.700 Ha.

PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengelolaan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman, pengolahan menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.

Penghargaan Energi Pratama

Saat ini, PTPN IV adalah “raja” kebun kelapa sawit di Sumatera Utara. Di tingkat nasional, PTPN IV menjadi raja kelapa sawit untuk BUMN, karena merupakan produsen CPO terbesar dibanding BUMN lainnya.

Produksi kelapa sawit PTPN IV pada tahun 2012 adalah 2.272.267 ton tandan buah segar (TBS) atau 23.787 kg per hektar lahan.

Untuk produksi turunan kelapa sawit,

produksi minyak dan inti sawit sebesar 637.379 ton. Sedangkan untuk produksi turunan inti sawit, produksi Palm Kernel Oil (PKO) sebesar 43.013 ton dan produk Palm Kernel Meal (PKM) adalah 49.904 ton.

Keseluruhan produk dihasilkan oleh 15 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas total 560 ton TBS per jam, 3 buah pabrik teh berkapasitas 226 ton Daun Teh Basah (DTB)

Kinerja keuangan PTPN IV khususnya laba bersih sejak tahun 2007 terus meningkat, kecuali pada tahun 2009 karena pada saat itu seluruh dunia terkena krisis perekonomian.

Penghargaan Energi Pratama

per hari dan 1 buah Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton per hari.

Kinerja keuangan PTPN IV khususnya laba bersih sejak tahun 2007 terus meningkat, kecuali pada tahun 2009 karena pada saat itu seluruh dunia terkena krisis perekonomian.

Permasalahan

Saat ini, PTPN IV mengoperasikan Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) yang menghasilkan minyak inti sawit PKO dan ampas inti sawit PKM. Kapasitas terpasang PPIS adalah 400 ton inti sawit per hari. Lokasinya menyatu dengan PKS

Pabatu yang berkapasitas 30 ton TBS per jam. Kinerja PPIS ditunjang oleh mesin kempa sebanyak 66 unit yang secara total memerlukan daya listrik sebesar 2,4 MW.

Sumber listrik PPIS awalnya dirancang dipasok dari PLN setempat. Kendalanya, aliran listrik di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2006/2007 sangat buruk, sehingga sering mengalami pemadaman listrik secara tidak terduga. Selama tahun 2005-2007, pasokan listrik terganggu sebanyak 13.334 jam sehingga sangat mengganggu operasi PPIS.

Padahal PPIS dirancang untuk bekerja secara kontinu agar mesin kempa dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Berhentinya proses pengempaan karena Penghargaan Energi Pratama

pemadaman listrik yang mendadak dapat berakibat kepada pemadatan cake, sehingga pada saat aliran listrik hidup kembali mesin kempa harus berhadapan dengan material padat. Oleh karena itu material padat harus dibersihkan lebih dahulu dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Menghadapi tantangan tersebut, PTPN IV menyediakan dua unit genset berbahan bakar solar sebagai cadangan dengan kapasitas masing-masing 1.280 kW sebagai solusi awal. Sayangnya, biaya operasional PPIS semakin meningkat karena harga solar industri semakin mahal. Biaya untuk PLN dan operasional genset rata-rata per tahun sekitar 7,3 s/d 8,6 milyar. Ditambah menurunnya efisiensi dan produktivitas PPIS.

“Ide awalnya dari direksi PTPN IV saat itu.

Prihatin melihat kondisi listrik masyarakat yang sering padam, sementara daya listrik PLN terbatas. Sementara potensi cangkang kelapa sawit banyak dan hingga kini belum ada aturannya boleh

dijual,” kata Aminudin, Kepala Dinas Teknik Pengolahan Daerah Pabatu PTPN IV.

Pembangkit Listrik Tandan Kosong Kelapa Sawit

Manajemen PTPN IV kemudian mengambil langkah strategis dengan membangun satu unit pembangkit listrik (PLTU) yang menggunakan bahan baku Tandan Kosong Kelapa Sawit dan cangkang. Langkah ini sejalan dengan misi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional unit kegiatan perusahaan serta sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan di PPIS.

PLTU berkapasitas 3 MW dibangun dengan biaya investasi sebesar Rp 41,4 milyar, meskipun pembelian peralatan PLTU tidak dilakukan sekaligus. “Alhamdulillah kami bisa lakukan sendiri untuk perakitannya meskipun unit-unitnya dibeli terpisah, hanya untuk otomatisasinya memerlukan bantuan pihak luar,” kata Hidayat Darpo, staf Direktorat dan Pengembangan Usaha yang terlibat penuh dalam perencanaan dan pembangunan PLTKS.

Keberadaan PLTU ini sangat membantu menstabilkan kinerja operasi PPIS.

Penggunaan tandan kosong dan cangkang hasil pengolahan di PKS yang selama ini diolah sebagai mulsa terbukti menguntungkan. Jika dihitung, PPIS mengolah 100.000 ton per tahun dengan konsumsi listrik adalah 120 KWH per ton, dengan hanya menggunakan PLN akan Penghargaan Energi Pratama

membutuhkan biaya sebesar Rp 8 milyar per tahun. Sementara penggunaan mesin genset berbahan baku solar bisa menelan biaya Rp 22,9 milyar dan melalui PLTU hanya akan membutuhkan biaya Rp 3,1 milyar per tahun. Penghematan biaya listrik yang sangat signifikan.

Penghargaan Energi 2012

Keberhasilan PTPN IV mengoperasikan PLTU 3 MW membawa banyak dampak positif khususnya bagi perusahaan.

Pertama, perusahaan dapat mengurangi beban keuangan dan meningkatkan kinerja PPIS.

Kedua, berpotensi menambah penda-patan perusahaan andaikan berhasil memperoleh Certified Emission Reductions (CER) dari negara donor.

Ketiga, mendukung program pemerintah khususnya dalam pengembangan energi terbarukan dan kemandirian energi.

Keempat, meningkatkan nilai tambah material sisa PKS khususnya tandan kosong/cangkang dan kelima suplay listrik untuk masyarakat bertambah.

Oleh karena itulah PTPN IV dianugrahi Penghargaan Energi 2012 untuk kategori Pratama atau perusahaan. Keberhasilan PTPN IV ini sangat diapresiasi oleh Direktur Utama PTPN IV Erwin Nasution dalam sambutannya di acara tahunan perusahaan tahun 2012.

Tindak lanjut

Berkat inovasi ini, PTPN IV yang memiliki visi menjadi pusat keunggulan perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan menjadi contoh pengelolaan limbah sawit. Keberhasilan PLTU 3 MW dicoba diterapkan oleh rekan-rekannya sesama BUMN perkebunan.

Salah satunya adalah PTPN I yang berencana hendak membangun PLTU Kelapa Sawit berkapasitas 10 MW dengan memanfaatkan sisa olahan PKS-nya PTPN IV sendiri, didukung penuh oleh jajaran direksi memulai projek-projek baru dalam optimalisasi potensi limbah Penghargaan Energi Pratama

kelapa sawit yang sebelumnya tidak dimanfaatkan melalui kerjasama dengan pihak lain ataupun secara mandiri. Proyek pembangkit listrik akan diperluas melalui pembangunan power plant di lokasi PKS lain sesuai dengan potensi bahan bakar sesuai kapasitas PKS yang tersedia.

Inovasi bahan baku pembangkit listrik saat ini sedang diteliti agar dapat menggunakan tandan kosong kelapa sawit dengan kadar air tinggi (>50%) sehingga cangkangnya dapat digunakan untuk keperluan lain. Potensi limbah cair PKS (POME) sedang diupayakan kerjasamanya adalah memanfaatkan gas methane yang ditangkap dari kolam limbah untuk membangkitkan listrik. Potensinya

Berkomitmen tinggi dan berpartisipasi aktif mempelopori secara swadaya/swakelola sejak tahun 2009 mewujudkan pembangunan Power Plant 2 sampai 3 MW dengan memanfaatkan/

meningkatkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), pabrik biodiesel 8000 liter/hari, optimalisasi PLTA 4 x 840 kW, dan audit energi listrik yang diikuti oleh PTPN III di Kebun Sei Mangke, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, serta diharapkan berdampak besar terhadap pembangunan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.

Lokasi : Kabupaten Serdang Bedagai 100 km dari Kota Medan arah P. Siantar;

Alamat: Letjend. Suprapto No. 2 Maimun, Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara 20151

diperkirakan sekitar 1-2 MW. PTPN IV selanjutnya berencana memanfaatkan potensi air di lingkungan perkebunannya melalui pembangunan PLTMH yang memiliki potensi hingga 7 MW.

Seluruh produksi listrik yang dihasilkan akan dijual ke PLN. Gabungan antara kemauan yang kuat untuk berinovasi serta potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh PTPN IV akan berdampak sangat positif bagi perekonomian nasional pada umumnya dan masyarakat Sumatera Utara pada khususnya. Penghargaan Energi di masa mendatang adalah apresiasi inovasi tersebut.*

Penghargaan Energi Pratama

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Saat ini, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang merupakan yang terbaik di Indonesia, karena uap alam yang dikeluarkan sangat kering (very dry) dengan kelembaban yang amat rendah, sehingga uap dapat langsung masuk ke turbin. Tidak ada emisi karbon, tidak ada hujan asam. Panas bumi Kamojang adalah sumber energi ramah lingkungan

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

PT. Pertamina Geothermal Energy