• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Mandiri Energi K ondisi geografis Sulawesi Barat

membuat sebagian besar daerah belum dimasuki jaringan listrik, karena sulitnya transportasi dan relatif terpencil.

Namun, sungai-sungai yang memisahkan wilayah-wilayah desa justru menjadi sumber energi yang menerangi puluhan desa terpencil.

“Sungai yang banyak tersebar di Sulawesi Barat ini akan kita manfaatkan sebagai potensi energi untuk menerangkan, untuk

menyinari untuk pengembangan industri baik di pedesaan maupun di kota-kota, karena energi akan memberikan manfaat dalam mengembangkan ekonomi masyarakat,” kata Ir. Agussalim Tamaodjeo, M. Eng. Sc., Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Barat.

Pemerintah Sulbar kemudian mengembangkan infrastruktrur Desa Mandiri Energi (DME) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Penghargaan Energi Prabawa

Sungai Batanguru & Turbin Penggerak

“Pemanfaatan energi alternatif, dalam hal ini air sungai, dengan memberdayakan potensi yang ada di daerah ini untuk menimbulkan energi listrik sehingga masyarakat di desa bisa memenuhi kebutuhan listrik sendiri, oleh karena itu disebut desa mandiri energi,” papar Agussalim

Hingga saat ini Sulbar telah memiliki sekitar 128 DME yang tersebar di lima kabupaten dan mampu memproduksi listrik sendiri dengan memanfaatkan energi terbarukan melalui PLTMH. “PLN telah memberi gelar Provinsi ini sebagai Provinsi PLTMH yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.”

Agussalim menjelaskan bahwa komitmen pemerintah dalam memanfaatkan potensi energi terbarukan terus ditingkatkan.

Pengembangan EBT selanjutnya

antara lain adalah rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Karama I dan II dengan kapasitas total 450 MW, PLTA Tumbuan, pembangunan PLTMH di desa-desa terpencil, pengembangan biomassa dengan mengembangkan limbah sawit, pengembangan energi biogas dengan memanfaatkan kotoran hewan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kaluku dengan kapasitas 2 x 25 megawatt.

Merintis DME

Pengembangan DME di Sulawesi Barat tidak terlepas dari sosok Ir. Linggih, seorang ilmuwan yang merupakan alumni Penghargaan Energi Prabawa

Makassar, Sulawesi Selatan. Putra kelahiran Mamasa ini telah melatih masyarakat yang ada di desa terpencil dan tidak memiliki listrik untuk mengenal ilmu pengetahuan tentang teknik membuat PLTMH dengan memanfaatkan aliran sungai dan menggunakan turbin produksi lokal.

Ilmuwan peraih Penghargaan Desa Mandiri Energi pada tahun 2008 dan Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011, mengawali uji cobanya di Sungai Batanguru Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa. “Desa ini jauh dari jaringan PLN, dan sekalipun PLN bisa masuk, ekonomi masyarakat tidak menjangkau atau katakanlah keterjangkauan mereka untuk memanfaatkan listrik itu sangat minim, sehingga dengan potensi yang ada kita mencoba memanfaatkan,” katanya.

Linggih kemudian membangun PLTMH sederhana untuk kebutuhan listrik terhadap 300 kepala keluarga di 40 desa Batanguru dengan total daya sebesar 30.000-40.000 watt. “Kini, warga di desa ini tidak lagi khawatir adanya pemadaman listrik PLN seperti yang dialami pelanggan PLN di sejumlah daerah. Selama pasokan air tetap ada, turbin ini akan terus bekerja 24 jam sehari, dan sampai saat ini belum ada keluhan tentang rancangan mutakhir yang dikembangkan di desa ini,”

paparnya.

Gerakan 40 DME di Batanguru selanjutnya berkembang berkat kerjasama dengan PKK dalam hal

pemberdayaan ekonomi keluarga dan mensukseskan bangun mandar, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menurunkan kemiskinan. Keberhasilan desa mandiri di Batanguru dalam mengatasi krisis listrik melalui mesin turbin hasil rekayasa teknologi membuat Gubernur Sulbar, Drs. H. Anwar Adnan Saleh memberikan apresiasi dengan membuat kebijakan khususnya di bidang kelistrikan.

“Saya bangga dengan prestasi yang dilahirkan oleh seorang anak dari desa terpencil karena bisa menciptakan satu teknologi yang tidak semua orang bisa, karena itu saya akan apresiasi dan tindak lanjuti untuk membuat suatu kebijkan khususnya di bidang kelistrikan, bagaimana ilmu itu bisa dimasukan dalam kurikulum sekolah/STM yang ada di Sumarorong ini s e h i n g g a ilmunya dapat

menyebar kepada

anak-a n anak-a k yang akan

Penghargaan Energi Prabawa

datang dan akan berkembang lebih baik,”

kata Gubernur.

Kabupaten Mamasa merupakan daerah yang masih sulit dari jangkauan PLN namun kini telah mampu menikmati aliran listrik khususnya pada desa-desa terpencil.

Pembangunan PLTMH selanjutnya terdapat di Desa Batu Ampat dan diharapkan tahun ini akan selesai, sehingga capaian Sulbar untuk DME sebanyak 129 Desa.

Daerah tersebut menjadi prioritas, dan sebagai langkah awal adalah memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). PLTMH dan PLTS diharapkan membangkitkan gerak dan laju ekonomi masyarakat sehingga tidak lagi terbebani dengan keterbatasan energi listrik seperti yang terjadi saat ini.

Selain itu para stakeholder diajak untuk terus bekerja memanfaatkan potensi lokal tanpa mengesampingkan pelestarian lingkungan dalam rangka mencapai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Pengembangan Energi

Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik dan mendorong pembangunan ekonomi daerah, Pemprov Sulbar membuka peluang bagi kalangan dunia usaha untuk berinvestasi dengan memanfaatkan potensi alam yang dimiliki. Untuk itu, pemerintah provinsi berjanji memberikan kemudahan-kemudahan yang diperlukan oleh dunia usaha sehingga sumber daya

alam dapat dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan daerah dan nasional.

“Potensi alam yang dimiliki bisa dipergunakan untuk menghasilkan energi-energi, termasuk energi terbarukan seperti sumber daya pembangkit tenaga air, yang mungkin satu-satunya terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Gubernur.

Beberapa langkah konkret sudah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan energi Sulbar. Pada Mei 2010, Pemerintah Sulbar telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan investor dari China, China Gezhouba Group International Engineering Co, LTD (CGGC) untuk membangun tiga proyek sekaligus.

CGGC dikenal sebagai perusahaan yang telah berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di dunia, yakni PLTA The Three Gorges Project.

Tiga proyek yang akan dibangun di Sulbar adalah pembangunan PLTA Karama yang Penghargaan Energi Prabawa

Kalumpang, Kabupaten Mamuju, jalan arteri Mamuju Multi Mode Access Road dan pembangunan Pelabuhan Kontainer Internasional di Belangbelang. PLTA Karama berkapasitas 300-500 MW nantinya akan menjadi pembangkit listrik terbesar di Sulbar dan akan menjadi penyuplai listrik terbesar di Sulawesi.

Selain bekerjasama dengan investor China, Pemprov Sulbar juga bekerjasama dengan perusahaan multinasional, Bukaka Group. Bukaka akan membangun pusat energi terbarukan di Kabupaten Mamuju dengan dana sebesar Rp 10 triliun. Dewan Pembina Bukaka Grup, Jusuf Kalla, telah menyatakan bahwa pembangunan pusat energi terbarukan terletak di Bonehau Kabupaten Mamuju.

Untuk menunjang pembangunan (investasi) tersebut, PT. Bukaka terlebih dahulu akan membangun jalan menuju daerah investasi yang berada di daerah pegunungan Mamuju sepanjang 80 kilometer dalam rangka mempermudah akses transportasi. Pembangunan proyek tahap pertama akan dibangun dengan kapasitas 2x12,5 megawatt dan memanfaatkan Sungai Karama di Desa Tambi Tambi Kecamatan Kalumpang, yang terletak di perbatasan Provinsi Sulbar dan Sulsel. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut adalah maksimal lima tahun.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga menyatakan bahwa Sulbar memiliki potensi mikro hidro dan akan menjadi proyek percobaan dalam pengembangan energi terbarukan selama tahun 2013-2015. Pengembangan energi terbarukan ini merupakan salah satu kegiatan dari Program Kemakmuran Hijau (Green Prosperity) yang dilaksanakan dengan menggunakan dana hibah dari Amerika Serikat. Dana hibah dari Amerika Serikat diberikan ke Indonesia melalui Millenium Challenge Corporation (MCC) sebesar USD 600 juta dalam bentuk Program Compact.

Tujuan program tersebut adalah meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil melalui pengembangan energi terbarukan (renewable energy), meningkatkan produktivitas dan menurunkan emisi gas Penghargaan Energi Prabawa

rumah kaca berbasis daratan (reduce land-based greenhouse gas emissions). Upaya ini dilakukan dengan cara memperbaiki praktik-praktik penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya alam.

Keberhasilan membangun dan mengembangkan kemandirian energi ini membawa Sulbar meraih Penghargaan Energi Prabawa 2012, yang diberikan langsung oleh Menteri ESDM, Jero Wacik

kepada Gubernur Sulbar, Drs. H. Anwar Adnan Saleh. Penghargaan ini diberikan karena Sulawesi Barat dinilai telah berjasa dan menjadi panutan serta pelopor aktif dalam mengkampanyekan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan (EBT).

Pemprov Sulbar dinilai telah menjadi contoh penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional.*

“Pemerintah Provinsi yang meng-implementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang utama Pemerintah Provinsi sebagai penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional melalui pembangunan inftrastruktur, Desa Mandiri Energi dan PLTMH dengan capaian rasio elektrifikasi 81% dan desa berlistrik 72%, yang berdampak besar terhadap peningkatan kesejahteraan Masyarakat, Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Bangsa dan Negara.”

Alamat: Kompleks Kantor Gubernur Sulawesi Barat, Jl. Ahmad Yani No.1, Mamuju, Sulawesi Barat

Penghargaan Energi Prabawa

Penghargaan Energi Prakarsa 2012

Perwujudan Sumatera Barat sebagai lumbung energi hijau dilakukan dengan mengupayakan berbagai cara memanfaatkan potensi besar alam yang dimiliki, di antaranya mengembangkan kelistrikan bagi daerah terisolir melalui tenaga matahari, angin dan membangun sejumlah pembangkit mikrohidro, termasuk pengembangan teknologi biogas

Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat

-Penghargaan Energi Prakarsa 2012