• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Hadi Ignatius Untu: Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.Yogyakarta: Program Studi

Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015, serta mengetahui pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama dan secara parsial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan pendekatan deskriptif dan korelasional. Sampel penelitian adalah 39 siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 31 siswa kelas XI. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha dan KR-20. Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji linearitas dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Regresi Linear Ganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki motivasi belajar tinggi dengan skor 64,51 pada skala 22 – 88, kemampuan pemecahan masalah sedang dengan skor 13,59 pada skala 0 – 24, dan hasil belajar matematika sedang dengan skor 17,92 pada skala 0 – 30. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.Demikian juga secara bersama-sama terdapat pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini juga menemukan besarnya pengaruh efektif dari motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015 sebesar 67,6%. Motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 30,9% dan kemampuan pemecahan masalah sebesar 36,7%.

(2)

ABSTRACT

Hadi Ignatius Untu: The Influence of Learning Motivation and Problem Solving Ability on the Students’ Mathematics Outcome of Grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in Academic Year 2014/2015. Thesis. Yogyakarta: Mathematics

Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University of Yogyakarta, 2015.

This research aims to figure out how high are the learning motivation, the problem solving ability and mathematics learning outcome of students of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen, and the influence of learning motivation and problem solving ability partially and simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015.

The method used in this research is non-experimental quantitative research method with descriptive and correlational approach. The sample used in this research is 39 students of Grade X. The instruments experiment is conducted to 31 students of Grade XI. The validity test of instruments uses the product moment correlation and the reliability test uses Cronbach Alpha and KR-20 value. Before carrying out the data analysis, it’s conducted analysis requirements tests previously, those are test of normality, test of linearity and test of multicolinearity. The hypothesis test uses multiple linear regression analysis.

The result of this research points out that the students have a high learning motivation in the score of 64,51 on the scale of 22 – 88, a medium problem solving ability in the score of 13 on the scale of 0 – 24, and a medium mathematics outcome in the score of 17,92 on the scale 0 – 30. This research also points out that there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability partially on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. Similarly there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. This research also finds out a large amount of effective contribution of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome in the amount of 67,6%. Students’ learning motivation contributes the influence in the amount of 30,9% and problem solving ability in the amount of 36,7%.

(3)

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR

DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMA KATOLIK SEMINARI XAVERIUS KAKASKASEN

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Hadi Ignatius Untu

NIM : 111414115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR

DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMA KATOLIK SEMINARI XAVERIUS KAKASKASEN

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Hadi Ignatius Untu

NIM : 111414115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vi MOTTO :

“What we do in life

echoes in

eternity”

Dipersembahkan untuk:

(10)

vii ABSTRAK

Hadi Ignatius Untu: Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015, serta mengetahui pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama dan secara parsial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan pendekatan deskriptif dan korelasional. Sampel penelitian adalah 39 siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 31 siswa kelas XI. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha dan KR-20. Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji linearitas dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Regresi Linear Ganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki motivasi belajar tinggi dengan skor 64,51 pada skala 22 – 88, kemampuan pemecahan masalah sedang dengan skor 13,59 pada skala 0 – 24, dan hasil belajar matematika sedang dengan skor 17,92 pada skala 0 – 30. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.Demikian juga secara bersama-sama terdapat pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini juga menemukan besarnya pengaruh efektif dari motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015 sebesar 67,6%. Motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 30,9% dan kemampuan pemecahan masalah sebesar 36,7%.

(11)

viii ABSTRACT

Hadi Ignatius Untu: The Influence of Learning Motivation and Problem Solving Ability on the Students’ Mathematics Outcome of Grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in Academic Year 2014/2015. Thesis. Yogyakarta:

Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University of Yogyakarta, 2015.

This research aims to figure out how high are the learning motivation, the problem solving ability and mathematics learning outcome of students of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen, and the influence of learning motivation and problem solving ability partially and simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015.

The method used in this research is non-experimental quantitative research method with descriptive and correlational approach. The sample used in this research is 39 students of Grade X. The instruments experiment is conducted to 31 students of Grade XI. The validity test of instruments uses the product moment correlation and the reliability test uses Cronbach Alpha and KR-20 value. Before carrying out the data analysis, it’s conducted analysis requirements tests previously, those are test of normality, test of linearity and test of multicolinearity. The hypothesis test uses multiple linear regression analysis.

The result of this research points out that the students have a high learning motivation in the score of 64,51 on the scale of 22 – 88, a medium problem solving ability in the score of 13 on the scale of 0 – 24, and a medium mathematics outcome in the score of 17,92 on the scale 0 – 30. This research also points out that there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability partially on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. Similarly there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. This research also finds out a large amount of effective contribution of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome in the

amount of 67,6%. Students’ learning motivation contributes the influence in the amount of 30,9% and problem solving ability in the amount of 36,7%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang senantiasa mencurahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik sebagai perwujudan impian, semangat, pengorbanan,

dan pengabdian saya.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan

Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA

Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015” ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika.

Dengan penuh kerendahan hati dan dari lubuk hati yang terdalam, saya

menyampaikan limpah terima kasih kepada :

1. Bapak Uskup Keuskupan Manado, Mgr. Joseph Suwatan, MSC dan

rekan-rekan pastor di Keuskupan Manado.

2. Rektor dan Staf Seminari Anging Mammiri Keuskupan Agung Makasar di

Yogyakarta.

3. Rektor Universitas Sanata Dharma, Dekan FKIP dan Kaprodi Pendidikan

Matematika.

4. Pembimbing skripsiku: Drs. Th. Sugiarto, MT.

5. Dosen dan Staf Kepegawaian Program Studi Pendidikan Matematika USD.

6. Teman-teman mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika

(13)

x

7. Kepala sekolah, para guru, para karyawan dan para siswa SMA Katolik

Seminari Xaverius Kakaskasen.

8. Almarhum ayah tercinta, ibu dan adik-adikku terkasih.

9. Adik-adikku tercinta: Lucia Pangau, Shinta Logio dan Trully Teteregoh.

10. Siapa saja, entah secara langsung ataupun tak langsung, telah membantu

penulis dalam menyusun skripsi ini.

Akhir kata, “hanya Dialah sumber berkat dan kasih yang akan membalas

segala bantuan Anda”. Tuhan memberkati usaha kita sekalian untuk memajukan

dunia pendidikan.

Yogyakarta, 27 Juli 2015

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Penjelasan Istilah ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 11

(15)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Motivasi Belajar ... 14

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 14

2. Komponen-komponen Motivasi ... 15

3. Jenis-jenis Motivasi ... 17

4. Karakteristik Motivasi Belajar Tinggi ... 18

B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 20

1. Kemampuan Matematis ... 20

2. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 21

3. Tahap-tahap Pemecahan Masalah ... 23

4. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pelajaran Matematika ... SMA Kelas X Tahun Ajaran 2014/2015 ... 26

C. Hasil Belajar Matematika ... 28

1. Pengertian Hasil Belajar ... 28

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 30

3. Penilaian Hasil Belajar ... 32

4. Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika SMA Kelas X Tahun ... Ajaran 2014/2015 ... 33

D. Penelitian yang Relevan ... 35

E. Kerangka Berpikir ... 37

F. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

C. Objek Penelitian ... 41

D. Perumusan Variabel Penelitian ... 41

E. Bentuk Data ... 42

F. Metode Pengumpulan Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 44

(16)

xiii

a. Instrumen Motivasi Belajar ... 45

b. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah ... 46

c. Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 49

2. Pengujian Instrumen ... 56

a. Uji Validitas ... 56

b. Uji Reliabilitas ... 58

H. Teknik Analisis Data ... 59

1. Pengujian Persyaratan Regresi Linear ... 62

a. Uji Normalitas ... 62

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68

J. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 69

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 70

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70

B. Hasil Ujicoba Instrumen dan Tindak Lanjut ... 72

1. Ujicoba Validitas ... 72

2. Ujicoba Reliabilitas ... 77

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 78

D. Tabulasi Data ... 80

E. Analisis Data ... 87

1. Uji Persyaratan Regresi Linear ... 87

a. Uji Normalitas ... 87

(17)

xiv

c. Uji Multikolinearitas ... 90

2. Analisis Deskriptif ... 91

a. Analisis Data Motivasi Belajar ... 92

b. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

c. Analisis Data Hasil Belajar Matematika ... 100

3. Analisis Korelasi ... 104

4. Analisis Determinasi ... 107

5. Uji Hipotesis ... 108

a. Uji Hipotesis Pertama ... 108

b. Uji Hipotesis Kedua ... 110

c. Uji Hipotesis Ketiga ... 111

6. Persamaan Garis Regresi ... 113

7. Sumbangan Efektif Tiap Variabel Bebas ... 114

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 115

1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif ... 115

2. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi ... 118

a. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi Partial ... 118

b. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi Ganda ... 121

G. Rangkuman Hasil Analisis dan Pembahasan ... 123

H. Kelemahan Penelitian ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategori dan Skor Jawaban Kuesioner ... 45

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Motivasi Belajar ... 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 47

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 49

Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 69

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen ... 71

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 72

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kemampuan Pemecahan Masalah ... 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar Matematika... 75

Tabel 4.5 Pedoman Pengukuran Uji Reliabilitas ... 77

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 78

Tabel 4.7 Tabulasi Skor Kuesioner Motivasi Belajar ... 81

Tabel 4.8 Tabulasi Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 83

Tabel 4.9 Tabulasi Skor Tes Hasil Belajar Matematika ... 85

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 88

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 89

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas ... 91

Tabel 4.13 Statistik Motivasi Belajar ... 92

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ... 95

Tabel 4.15 Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

(19)

xvi

Tabel 4.17 Statistik Hasil Belajar Matematika ... 100

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika ... 103

Tabel 4.19 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 105

Tabel 4.20 Hasil Analisis Korelasi Secara Parsial ... 105

Tabel 4.21 Hasil Analisis Korelasi Ganda ... 106

Tabel 4.22 Hasil Analisis Determinasi ... 108

Tabel 4.23 Hasil Uji t Motivasi Belajar ... 109

Tabel 4.24 Hasil Uji t Kemampuan Pemecahan Masalah ... 111

Tabel 4.25 Hasil Uji F ... 112

Tabel 4.26 Koefisien Persamaan Regresi Linear Ganda ... 113

Tabel 4.27 Sumbangan Efektif Tiap Variabel Bebas ... 115

Tabel 4.28 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif... 123

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 38

Histogram 4.1 Skor Motivasi Belajar ... 96

Histogram 4.2 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ... 100

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Item-item Kuesioner Motivasi Belajar ... 133

Lampiran 2 Soal-soal Tes Hasil Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 136

Lampiran 3 Kunci Jawaban dan Pedoman Penyekoran Tes Hasil Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 148

Lampiran 4 Data Rekapitulasi Skor Hasil Penelitian ... 156

Lampiran 5 Output Analisis Regresi Linear ... 158

Lampiran 6 Output Uji Normalitas ... 160

Lampiran 7 Output Uji Linearitas ... 162

Lampiran 8 Output Uji Multikolinearitas ... 163

Lampiran 9 Output Data Statistik Deskriptif ... 164

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 168

Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 171

Lampiran 12 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 174

Lampiran 13 Contoh Lembar Jawaban Siswa ... 175

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia menjadi topik hangat dan menarik yang

sering diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik di kalangan praktisi

pendidikan, politisi, masyarakat, maupun pihak pengambil kebijakan. Kualitas

pendidikan nasional dinilai belum memiliki kualitas yang memadai bila

dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara tetangga seperti

Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Kualitas pendidikan Indonesia

semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya.

Kunandar (2008:1-2) menjelaskan bahwa rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia dapat dilihat dari berbagai faktor. Pertama, lulusan dari sekolah atau

perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya

kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga

pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang

dipelajari dari lembaga pendidikan lebih bersifat teoritis, sehingga peserta didik

kurang inovatif dan kreatif. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI)

Indonesia masih rendah. Indonesia menempati peringkat 111 dari 117 negara pada

tahun 2004, peringkat 110 pada tahun 2005, dan peringkat 108 pada tahun 2010.

Ketiga, laporan International Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan

membaca siswa Sekolah Dasar Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara

(23)

International Student Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41

negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat 38,

sementara untuk bidang matematika dan kemampuan membaca menempati

peringkat 39. Kelima, laporan World Competitiveness Year Book tahun 2000,

Sumber Daya Manusia Indonesia juga menempati posisi yang rendah. Indonesia

berada pada peringkiat 46 dari 47 negara yang disurvei. Keenam, Indonesia

tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan dengan negara

tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

Prestasi pendidikan di Indonesia bukannya membaik, melainkan semakin

memburuk dari tahun ke tahun. Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk

skor matematika dalam survei Programme for International Student Assessment

(PISA) tahun 2012. Dari total 65 negara dan wilayah yang masuk survei PISA,

Indonesia menduduki ranking ke-64 atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari

Peru yang berada di peringkat terbawah.

Survei PISA diikuti oleh negara-negara yang tergabung dalam The

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA

menguji kemampuan siswa di tiga bidang yaitu matematika, membaca, dan sains.

Untuk PISA 2012, diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65

negara. Survei PISA 2012 juga menanyakan motivasi siswa dalam belajar

matematika. Ditemukan, negara dengan siswa yang memiliki keyakinan akan

kemampuannya akan meningkatkan prestasi matematika. Selain itu, semakin

(24)

Penelitian-penelitian dalam bidang pendidikan menunjukkan adanya

korelasi positif yang signifikan antara usaha, percaya diri, dan motivasi secara

keseluruhan dengan prestasi belajar secara keseluruhan. Demikian juga terdapat

korelasi positif yang signifikan antara usaha, percaya diri, dan motivasi secara

keseluruhan dengan prestasi rata-rata matematika siswa. Peningkatan motivasi

belajar siswa sangat diperlukan mengingat bahwa prestasi belajar pada umumnya

meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

Banyak siswa tidak mudah menaruh minat pada matematika karena

karakteristiknya yang sangat khas, yaitu bersifat abstrak, menggunakan

lambang-lambang yang kurang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, proses berpikir

yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat, dan materi dalam matematika kadang

tidak terlihat kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa harus bekerja

keras terlebih dahulu untuk dapat melihat daya tarik matematika, namun banyak

siswa tidak memiliki ketekunan dan kemauan bekerja keras untuk menemukan

daya tarik tersebut, sehingga hasil belajar matematika kurang baik.

Hasil belajar matematika yang kurang baik juga dipengaruhi oleh

kemampuan matematis siswa yang rendah. Kemampuan matematis ada beberapa

jenis, yaitu kemampuan penalaran, kemampuan koneksi, kemampuan

representasi, kemampuan komunikasi, dan kemampuan pemecahan masalah. Dari

antara kemampuan-kemampuan matematis ini kemampuan pemecahan masalah

memiliki pengaruh yang terbesar terhadap hasil belajar matematika. Kemampuan

pemecahan masalah yang rendah menyebabkan hasil belajar matematika juga

(25)

Hal ini sungguh disadari oleh para pemegang kekuasaan dalam bidang

pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu kurikulum yang baru, yakni kurikulum

2013, sangat menekankan peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Siswa

diarahkan dan diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

memecahkan masalah, baik masalah matematis maupun masalah yang

berhubungan dengan kehidupan nyata.

SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen merupakan salah satu SMA

yang berada di kota Tomohon, Sulawesi Utara. SMA ini merupakan SMA yang

khusus karena semua siswanya laki-laki dan tinggal di asrama. Hal ini tidaklah

mengherankan karena SMA ini merupakan sekolah yang mempersiapkan

calon-calon imam Gereja Katolik di masa datang.

Siswa-siswa SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen juga mengalami

masalah dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam motivasi belajar dan

kemampuan pemecahan masalah. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika

rendah bila dilihat dari nilai ujian sekolah setiap semester dan ujian nasional

setiap tahun.

Karena ingin berkarya dalam bidang keagamaan, para siswa sering

mengesampingkan pelajaran matematika karena mereka berpikir bahwa pelajaran

matematika tidak memiliki kegunaan yang berhubungan erat dengan pekerjaan

mereka di masa depan. Sekolah yang tidak membuka jurusan IPA dan hanya

membuka jurusan IPS seakan memperkuat pemikiran para siswa tersebut. Hal ini

(26)

Akibat hanya bisa mengambil peminatan dalam bidang IPS, kemampuan

matematis siswa, khususnya kemampuan pemecahan masalah, kurang diasah.

Siswa tidak banyak dilatih mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan

upaya untuk memecahkan masalah. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu

memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, mengerjakan

pemecahan masalah dan memeriksa hasil penyelesaian masalah.

Kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi latar belakang yang

menarik untuk dikaji karena pada umumnya para siswa mempunyai masalah

dalam kemampuan matematis tersebut, padahal nantinya bidang pekerjaan mereka

menuntut kemampuan pemecahan masalah, entah mereka akan menjadi imam

ataupun mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin awam. Walaupun masalah

matematis tidak persis sama dengan masalah kehidupan nyata, tetapi pemecahan

masalahnya memiliki langkah-langkah dan prinsip yang sama.

Masalah menjadi semakin kompleks karena dari tahun ke tahun SMA

Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tidak mempunyai guru matematika yang

tetap. Guru yang mengajar matematika hanyalah guru honorer dan sering berganti

dari tahun ke tahun, bahkan ada yang tidak berijazah sarjana pendidikan

matematika. Karena berstatus sebagai guru honorer, tanggung jawab dan

komitmen kadangkala terabaikan. Hal ini mengakibatkan motivasi belajar siswa

terhadap matematika berkurang dan kemampuan matematisnya tidak terolah

dengan baik sehingga hasil belajar matematika tidak sesuai harapan, khususnya

(27)

Penelitian terhadap pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan

masalah terhadap hasil belajar matematika siswa menjadi suatu hal yang penting

karena penelitian ini belum pernah dilaksanakan di SMA Katolik Seminari

Xaverius Kakaskasen. Penelitian ini juga menjadi penting karena manfaat besar

yang bisa didapatkan melalui penelitian ini, baik bagi peneliti sebagai calon guru

matematika di SMA ini maupun bagi para siswa yang perlu memiliki motivasi

belajar dan kemampuan pemecahan masalah yang baik demi pekerjaan mereka di

masa depan.

Sebagai calon yang dipersiapkan sebagai guru matematika di SMA ini

peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi hasil belajar, motivasi belajar dan

kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius

Kakaskasen, serta bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kemampuan

pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA

Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen. Alasan dipilihnya kelas X karena kelas

ini merupakan kelas baru yang mempunyai peluang lebih besar untuk bisa

dikembangkan hasil belajar matematikanya di tahun-tahun mendatang.

B. Identifikasi Masalah

Situasi problematik tentang kondisi pendidikan sebagaimana diuraikan di

atas memperlihatkan bahwa ada banyak masalah yang kompleks dalam dunia

pendidikan di Indonesia, termasuk di SMA Katolik Seminari Xaverius

(28)

1. Hasil belajar matematika siswa belum memuaskan bila dibandingkan dengan

mata pelajaran yang lain.

2. Kemampuan matematis siswa, khususnya kemampuan pemecahan masalah,

masih rendah. Siswa sering menganggap hal ini tidak berhubungan dengan

masa depannya.

3. Motivasi para siswa untuk belajar matematika masih tergolong rendah, dimana

para siswa kurang memberi waktu dan perhatian untuk belajar matematika.

4. Guru belum optimal dalam mengubah pemikiran dan perilaku peserta didik ke

arah penguasaan kompetensi dasar matematika yang lebih baik.

5. Guru yang mengajar matematika sering berganti dari tahun ke tahun dan ada

kalanya tidak berijazah sarjana pendidikan matematika.

6. Guru belum memiliki komitmen yang kokoh untuk meningkatkan kompetensi

matematika siswanya.

7. Siswa kurang memiliki ketekunan dan kemauan yang kuat untuk mengerjakan

soal-soal yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

C. Batasan Masalah

Karena adanya keterbatasan waktu, dana dan tenaga, dan supaya penelitian

ini dapat dilakukan lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah

diidentifikasikan akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan

memfokuskan diri untuk meneliti mengenai masalah yang berhubungan dengan

(29)

belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen

pada tahun ajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan masalah dan hasil

belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen

tahun ajaran 2014/2015?

2. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa

kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015?

3. Bagaimana pengaruh kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun

ajaran 2014/2015?

4. Bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah

secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA

Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

(30)

1. Untuk mengungkap berapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan

masalah dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari

Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengungkap bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun

ajaran 2014/2015.

3. Untuk mengungkap bagaimana pengaruh kemampuan pemecahan masalah

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari

Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.

4. Untuk mengungkap bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kemampuan

pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika

siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran

2014/2015.

F. Penjelasan Istilah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sangat penting untuk

memahami penelitian ini. Istilah-istilah yang dimaksud adalah variabel-variabel

pokok dalam penelitian ini. Istilah-istilah itu adalah hasil belajar matematika

siswa, motivasi belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

1. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah pola-pola perbuatan atau kemampuan

yang dimiliki siswa dalam aspek kognitif setelah menerima pengalaman

(31)

2. Motivasi Belajar Matematika

Motivasi belajar adalah suatu dorongan, baik internal maupun eksternal,

yang menyebabkan siswa bersemangat dalam pembelajaran matematika.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan siswa untuk

menyelesaikan masalah, baik masalah matematika maupun masalah

kehidupan nyata, melalui tahap-tahap: memahami masalah, merancang

rencana penyelesaian atas masalah, melaksanakan rencana penyelesaian atas

masalah dan melihat kembali penyelesaian.

4. Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius

Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015

Pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius

Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015 adalah daya yang timbul dari

dorongan-dorongan yang menyemangati siswa untuk belajar matematika dan

kesanggupan siswa untuk memecahkan masalah, baik masalah matematika

maupun masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata, yang

membentuk perubahan pola-pola perbuatan matematis dalam aspek kognitif

yang dimiliki siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen

(32)

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan dalam pengujian teori bahwa motivasi belajar dan

kemampuan pemecahan masalah berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen.

b. Menyumbangkan pemikiran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa demi pengembangan

kualitas pendidikan di SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah kajian pustaka di SMA Katolik Seminari Xaverius

Kakaskasen tentang ilmu pendidikan, khususnya berkenaan dengan hasil

belajar siswa, motivasi belajar siswa dan kemampuan siswa dalam dunia

pendidikan.

b. Menjadi masukan bagi para guru, khususnya guru matematika di SMA

Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen, dalam mengembangkan kualitas

pembelajaran matematika di sekolah.

3. Manfaat Bagi Peneliti

a. Menambah dan meningkatkan pengalaman sebagai peneliti dalam ilmu

pendidikan demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di

(33)

b. Menambah kesadaran dalam diri peneliti yang merupakan calon guru

matematika di SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tentang

pentingnya pengaruh motivasi belajar dan kemampuan matematis

terhadap hasil belajar matematika siswa.

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal,

isi, dan akhir. Berikut ini adalah sistematika penulisan skripsi ini secara lengkap:

1. Bagian awal skripsi. Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar,

daftar isi ,daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:

– Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

– Bab II : Kajian Pustaka. Bab ini berisi tentang kajian motivasi belajar,

kajian kemampuan pemecahan masalah, kajian hasil belajar matematika,

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

– Bab III : Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang jenis penelitian,

(34)

penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,

teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, tempat dan waktu

pelaksanaan penelitian.

– Bab IV : Pelaksanaan Penelitian, tabulasi data, analisis data dan

pembahasan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang deskripsi lokasi

penelitian, hasil ujicoba instrument dan tindak lanjut, pelaksanaan

pengumpulan data, tabulasi data, analisis data, pembahasan hasil

penelitian, dan kelemahan penelitian.

– Bab V : Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan hasil dan saran

serta hasil penelitian.

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan

Nasional, 2008: 930), motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat

dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi bertumbuh di dalam diri

seseorang (Sardiman, 2012: 75). Menurut Winardi (2011: 133), motivasi

merupakan sebuah predisposisi untuk bertindak dengan cara yang khusus dan

yang terarahkan kepada tujuan tertentu.

Chung dan Megginson (dalam Triton, 2009: 165) mendeskripsikan

motivasi sebagai “goal directed behavior. It concerns the level effort one exerts

in pursuing a goal.” Motivasi berkaitan erat dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengejar suatu tujuan.

Sardiman (2012: 74) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu

(36)

perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, meskipun tidak tertutup

kemungkinan bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin saja

melakukan suatu kegiatan yang tidak disukainya. Motivasi juga dapat dinilai

sebagai suatu daya dorong yang menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu

untuk mencapai tujuan. Menurut Siagian (2004: 79), motivasi menjadi dasar

utama bagi seseorang melakukan sesuatu untuk memuaskan berbagai

kebutuhannya .

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental

itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Ada ahli psikologi

pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar

tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental

yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku

belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu

(Dimyati dan Mudjiono, 2013: 80).

Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa adalah

dorongan yang menyebabkan siswa bersemangat dalam menjalankan tugasnya

sebagai pelajar demi mencapai suatu tujuan.

2. Komponen-Komponen Motivasi

Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan

tujuan (Dimiyati dan Mudjiono, 2013: 80). Kebutuhan muncul berdasarkan

(37)

memunculkan dorongan yang menggerakkan seseorang untuk memenuhi

harapannya dan mencapai tujuannya. Tujuan adalah apa yang ingin dicapai

oleh seseorang. Dengan tercapainya tujuan berarti telah terpenuhi kebutuhan

individu. Komponen kebutuhan dan dorongan sifatnya internal karena berada

dalam diri seseorang, sedangkan komponen tujuan sifatnya eksternal karena

berada di luar individu. Sejalan dengan itu Maslow mengemukakan bahwa

studi motivasi merupakan studi tentang tujuan, keinginan dan kebutuhan

manusia.

Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur tersebut terjadi dalam diri

sseseorang, namun dapat dipengaruhi oleh sesuatu di luar diri manusia,

misalnya kondisi cuaca, kondisi lingkungan, sarana prasarana, dan sebagainya.

Oleh karena itu dapat saja terjadi perubahan motivasi pada diri seseorang

dalam waktu singkat, jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan

atau mungkin tidak terpenuhi.

Kebutuhan muncul bila seseorang merasa ada ketidakseimbangan antara

apa yang ia miliki dengan yang ia harapkan. Misalnya, siswa merasa bahwa

hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap. Ia

merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik dalam mengatur waktu dan

cara belajar. Ia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu siswa

mengubah cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk

melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dan mencapai tujuan

(38)

3. Jenis-jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh,

seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorong atau

menyuruhnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kalau

dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud

dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung

dalam perbuatan itu sendiri (Sardiman, 2012: 89-90).

Beberapa tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa adalah (1)

Adanya bukti yang jelas tentang keterlibatan, kreativitas, dan rasa

menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pelajaran berlangsung; (2)

Adanya suasana hati yang positif, seperti keseriusan dan keceriaan; (3)

Munculnya pertanyaan dan pengamatan siswa yang mengaitkan materi

pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) Terdapat diskusi personal lanjutan

setelah selesainya jam pelajaran; (5) Menyerahkan tugas atau proyek kerja

tanpa diingatkan oleh guru; (6) Berusaha keras dan tidak menyerah dalam

mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas; (7)

(39)

Mengupayakan penguasaan materi secara mandiri dengan memanfaatkan

berbagai strategi dan sumber belajar (Gintings, 2010: 90).

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh, seorang siswa belajar karena

tahu besok ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik dan dipuji oleh

orang lain. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui

sesuatu, tetapi ingin mendapat nilai baik. Kalau dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung berhubungan dengan esensi

apa yang dilakukannya itu (Sardiman, 2010: 90-91).

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik bisa positif bisa

negatif. Contoh dari motivasi ekstrinsik yang negatif adalah rasa takut siswa

akan hukuman yang akan diberikan oleh guru mendorong siswa untuk

mengerjakan pekerjaan rumah. Contoh motivasi ekstrinsik yang positif

adalah dorongan siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena ingin

mendapat pujian dari guru (Gintings, 2010: 88-89).

4. Karakteristik Motivasi Belajar Tinggi

Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang

melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan

berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang

(40)

mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu

secara lebih lebih baik dari sebelumnya

Model-model pengukuran motivasi telah banyak dikembangkan.

McClelland (dalam Mangkunegara, 2005: 22) mengemukakan 6 karakteristik

orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu: 1) Memiliki tingkat

tanggung jawab pribadi yang tinggi; 2) Berani mengambil dan memikul resiko;

3) Memiliki tujuan realistik; 4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan

berjuang untuk merealisasikan tujuan; 5) Memanfaatkan umpan balik yang

konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan; 6) Mencari kesempatan untuk

merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dan

menempuh berbagai strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam

belajar. Upaya siswa dalam mencapai keberhasilan belajar meliputi

mendengarkan ceramah dengan serius, menjawab pertanyaan, berpartisipasi

aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Bahkan

tidak jarang siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan

memberikan masukan dalam bentuk gagasan atau usulan kepada guru atau

kepada kelas tentang berbagai kegiatan tambahan bahkan tugas tambahan

untuk memperluas dan memperdalam lingkup materi pelajaran yang harus

dipelajari.

Motivasi yang tinggi membuat siswa haus akan berbagai aspek yang

terkait dengan topik dan mata pelajaran yang dipelajarinya. Ia pun akan

(41)

atau kurikulum. Ia mencari sendiri materi pelajaran yang ingin dikuasainya

melalui berbagai sumber dan cara menurut inisiatifnya sendiri (Gintings, 2010:

86-87).

B. Kemampuan Pemecahan Masalah

1. Kemampuan Matematis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata

mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan

kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008: 552). Kemampuan seseorang akan turut serta

menentukan perilaku dan hasilnya. Kemampuan merupakan bakat yang

melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik atau

mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar dan dari pengalaman.

Menurut Stepen P. Robbins dalam bukunya “Perilaku Organisasi” (2006:

57), kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu

keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan.

Kemampuan matematis dideskripsikan oleh NCTM (dalam Bassarear,

2012: 47) sebagai berikut: "mathematical power includes the ability to explore,

(42)

about and through mathematics and to connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual activity”. Jadi kemampuan

pemecahan masalah, baik masalah matematika maupun masalah kehidupan

nyata, merupakan bagian dari kemampuan matematis.

Menurut NCTM, kemampuan matematis terdiri dari 5 macam, yaitu

kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis,

kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan koneksi matematis

dan kemampuan representasi matematis.

Dengan demikian kemampuan matematis siswa adalah kesanggupan atau

kecakapan seorang siswa dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan

untuk mengerjakan beragam tugas dalam pembelajaran matematika dan dalam

kehidupan nyata.

2. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan dengan

persoalan. Suatu soal dikatakan masalah apabila soal tersebut menantang

pikiran dan tidak otomatis ditemukan cara penyelesaiannya. Suatu masalah

adalah suatu tugas dimana seseorang berhadapan dengan sesuatu yang

memerlukan suatu penyelesaian, tetapi dia belum memiliki cara yang tepat

untuk menemukan pemecahannya.

(43)

apparent or obvius means or path to obtaining a solution.” Definisi ini

menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang

atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan, tetapi individu atau

kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat menentukan

solusinya. Hal ini berarti pula masalah situasi tersebut (masalah) dapat

ditemukan solusinya dengan menggunakan strategi berpikir yang disebut

pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk

menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan, melalui rintangan-rintangan di

sekitarnya dan mencapai tujuan yang tidak mudah didapatkan. Pemecahan

masalah merupakan pencapaian khusus dari intelegensia dan dipandang

sebagai kegiatan manusia yang paling khas (Polya, 1976: ix). Pemecahan

masalah tak bisa dilepaskan dari usaha manusia menggunakan pengetahuan,

keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah.

Menurut Polya (1976: 119), tujuan dari pemecahan masalah matematis

adalah menemukan objek-objek tertentu, hal-hal yang tidak diketahui dari

masalah, baik masalah matematika maupun masalah kehidupan nyata, dan

memenuhi syarat dari masalah yang menghubungkan hal-hal yang tidak

diketahui dengan hal-hal yang diketahui dalam masalah.

Dari uraian di atas kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan

sebagai kemampuan manusia untuk menemukan penyelesaian dari suatu

(44)

mudah dipecahkan dengan memanfaatkan segala pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki.

3. Tahap-tahap Pemecahan Masalah

Untuk dapat memecahkan masalah diperlukan tahap-tahap pemecahan

masalah. Sebuah kerangka kerja untuk memecahkan masalah matematika telah

dijelaskan oleh George Polya dalam sebuah bukunya yang berjudul “How To

Solve It”. George Polya (1985: 5-9) membagi proses pemecahan masalah ke

dalam empat tahap, yaitu: memahami masalah, merancang rencana

penyelesaian atas masalah, melaksanakan rencana penyelesaian atas masalah,

dan melihat kembali penyelesaiannya.

a. Memahami Masalah

Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa

siswa memahaminya secara benar. Siswa hanya bisa menjawab pertanyaan

yang dipahaminya. Pernyataan-pernyataan verbal dari masalah itu harus

dimengerti. Siswa harus menunjukkan bagian-bagian utama dari masalah,

data yang diketahui, data yang tidak diketahui dan syaratnya, Karena itu

siswa mesti bertanya telebih dahulu: Apa yang diketahui? Apa yang tidak

diketahui? Bagaimana syaratnya? Apakah ada kekecualian?

Pada tahap ini siswa harus dapat mengidentifikasi hal-hal yang

diketahui, hal-hal yang ditanyakan dan syarat-syarat yang ada. Apabila

(45)

situasinya. Setelah informasi yang diperoleh sudah lengkap, siswa harus

dapat mengorganisasi dan menghubung-hubungkan informasi-informasi

tersebut.

b. Merancang Rencana Penyelesaian atas Masalah

Siswa akan mengalami kesulitan untuk mempunyai gagasan yang baik

jika siswa memiliki pengetahuan yang sedikit tentang materi dan tidak

mungkin untuk mempunyai gagasan yang baik jika siswa tidak mempunyai

pengetahuan. Gagasan yang baik bersumber dari pengalaman masa lalu dan

pengetahuan awal yang dituntut.

Pada tahap ini siswa harus dapat menentukan apakah siswa pernah

menghadapi masalah tersebut ataupun masalah lain yang serupa. Selain itu

siswa harus memikirkan masalah lain yang mungkin ada hubungan dengan

masalah yang sedang dihadapi. Apakah siswa mengetahui masalah yang

serupa? Apakah siswa dapat menyatakan kembali masalah itu?

Pertanyaan-pertanyaan ini sangat membantu untuk mulai mendapatkan gagasan. Siswa

harus melihat sekeliling untuk beberapa poin yang sesuai, mengeksplorasi

beragam aspek dari masalah itu dan mentransformasi serta memodifikasi

masalah itu sedemikian rupa. Sambil berusaha mengaplikasikan berbagai

teorema yang diketahui, mempertimbangkan berbagai modifikasi,

bereksperimen dengan berbagai bantuan, siswa harus bisa menggunakan

(46)

c. Melaksanakan Rencana Penyelesaian atas Masalah

Merancang strategi untuk memikirkan ide pemecahan masalah tidaklah

mudah, tetapi melaksanakan rencana yang telah dirancang jauh lebih

mudah. Yang dibutuhkan adalah kesabaran. Rancangan telah memberikan

garis besar dan siswa harus meyakinkan dirinya bahwa detail-detail sudah

cocok dan menguji detail satu demi satu dengan sabar sampai semuanya

jelas dan tak ada kesalahan yang tersembunyi.

Pada tahap ini siswa melaksanakan rencana pemecahan masalah

berdasarkan rancangan dengan setiap kali mengecek kebenaran di setiap

langkah. Hal yang penting adalah siswa harus yakin akan kebenaran dari

setiap langkah yang dikerjakannya. Siswa harus mampu melihat bahwa

setiap langkah yang dia lakukan sudah benar. Siswa sudah menuliskan

jawaban secara detail untuk memastikan bahwa setiap langkah sudah benar.

d. Melihat Kembali Penyelesaian

Banyak orang yang mengerjakan hal lain dan tidak memeriksa kembali

hasilnya setelah mereka mendapatkan pemecahan masalahnya. Dengan

demikian mereka melupakan sebuah tahap yang penting dalam

pekerjaannya.

Dengan melihat kembali pada solusi yang lengkap, dengan

mempertimbangkan kembali dan menguji kembali hasil dan jalan yang

menuntun pada hasil itu, siswa dapat mengkonsolidasi pengetahuannya dan

(47)

Siswa harus menyelesaikan seluruh rencananya. Siswa harus menulis

pemecahannya dan mengecek setiap langkahnya. Siswa harus memiliki

alasan yang tepat bahwa pemecahannya memang benar. Namun demikian,

kesalahan selalu mungkin, khususnya jika argumennya panjang. Oleh

karena itu sangat penting siswa harus mengecek hasil dan argumennya.

Akhirnya siswa harus dapat membayangkan kasus-kasus dimana

mereka dapat mempergunakan lagi prosedur yang digunakan atau

mengaplikasikan hasil yang didapatkan. Siswa harus dapat menggunakan

hasil atau metode yang digunakan untuk beberapa masalah lain (Polya,

1985: 5-19).

4. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pelajaran Matematika SMA Kelas

X Tahun Ajaran 2014/2015

Siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen pada tahun

ajaran 2014/2015 mengikuti dua kurikulum yang berbeda. Semester ganjil

mengikuti Kurikulum 2013 dan semester genap mengikuti Kurikulum KTSP

2006. Dalam Kurikulum 2013 kompetensi dasar yang berhubungan dengan

kemampuan pemecahan masalah digambarkan dengan jelas, tetapi dalam

Kurikulum KTSP 2006 hal itu tidak digambarkan dengan jelas. Berikut ini

adalah kompetensi-kompetensi dasar pelajaran matematika kelas X yang terkait

(48)

Semester Satu:

3.1 Memilih dan menerapkan aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan

karakteristik permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa

kebenaran langkah-langkahnya.

3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis konsep persamaan dan pertidaksamaan

linear yang berkaitan dengan nilai mutlak, serta menerapkannya dalam

pemecahan masalah nyata.

3.3 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linear dua dan tiga variabel

serta pertidaksamaan linear dua variabel dan mampu menerapkan berbagai

strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta

memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika.

3.4 Mendeskripsikan operasi sederhana matriks serta menerapkannya dalam

pemecahan masalah.

Semester Dua:

3.4Menggunakan prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan

majemuk dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan

pemecahan masalah.

5.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri, dan

(49)

C.Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Hasil Belajar

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan

nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri

organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat

memenuhi tingkah laku organisme tersebut.

Belajar merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

kegiatan pembelajaran guru menetapkan tujuan pembelajaran. Siswa yang

berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012: 14).

Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 11-12) menyatakan bahwa

hasil belajar merupakan kapabilitas siswa berupa:

a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

(50)

b. Keterampilan intektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan

dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep

dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara garis besar Benyamin

Bloom (dalam Sudjana 2014: 22-23) membagi hasil belajar ke dalam 3 ranah

yakni:

a. Ranah kognitif. Ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif. Ini berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi atau karakteristik nilai.

c. Ranah Psikomotoris. Ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

(51)

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di

bidang fisik, gerakan-gerakan skill, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan atau kemampuan siswa yang menetap (kognitif, afektif dan

psikomotor) yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2010:145-155), faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam,

yaitu:

a. Faktor internal (faktor dalam diri siswa), yaitu keadaan jasmani dan

rohani siswa, yang terdiri dari:

1) Aspek Fisiologis

Kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam

menyerap informasi dalam belajar.

2) Aspek Psikologis, terdiri dari:

a) Inteligensia Siswa. Tingkat kecerdasan/intelegensia dan kemampuan

siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

b) Sikap Siswa. Sikap siswa yang positif dalam merespon dengan cara

yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya

(52)

c) Bakat Siswa. Kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu

tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.

d) Minat Siswa. Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

e) Motivasi Siswa. Keadaan internal organisme yang mendorong untuk

berbuat sesuatu.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan

disekitar siswa, terdiri dari:

1) Lingkungan Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

guru-guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya),

teman-teman sekelas, orang tua (keluarga) dan masyarakat yang dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa.

2) Lingkungan Non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya,

alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini turut menentukan tingkat kebrhasilan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

(53)

Pendekatan belajar berhubungan dengan keefektifan segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi

proses mempelajari materi tertentu.

3. Penilaian Hasil Belajar

Pada setiap akhir program pendidikan, pengajaran atau pelatihan

dilakukan penilaian. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah

program itu telah dikuasai oleh pesertanya atau belum. Untuk mengetahui hasil

belajar, dilakukan penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk

mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan hasil belajar siswa bukan saja

diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan

keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala

hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan

keterampilan (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012: 15)

Menurut Herman Yoseph Sunu Endrayanto dan Yustiana Wahyu

Harumurti (2014: 27), penilaian hasil belajar memiliki keterkaitan dengan

kegiatan pembelajaran dan pengajaran. Penilaian hasil belajar terintegrasi

dalam desain instruksional yang dikembangkan guru. Desain instruksional

merupakan keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran,

teknik mengajar, materi pelajaran, dan kegiatan penilaian belajar siswa.

Penilaian hasil belajar siswa harus konsisten dengan tujuan pembelajaran

dan materi pembelajarannya. Agar konsisten antara tujuan pembelajaran dan

(54)

adalah mengkaji dan menelaah isi kurikulum yang berlaku. Kurikulum

pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa di dalam silabus dan rencana

pembelajaran memuat kompetensi belajar. Kompetensi belajar merupakan

kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai

perwujudan daria pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa

selama mengikuti program pembelajaran tertentu (ibid., 28).

4. Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika SMA Kelas X Tahun Ajaran

2014/2015

Ada perbedaan dasar penyusunan kompetensi dasar pelajaran matematika

kelas X tahun ajaran 2014/2015. Kompetensi dasar semester ganjil disusun

dengan berpatokan pada kompetensi inti karena memakai Kurikulum 2013,

sedangkan kompetensi dasar semester genap disusun dengan berpatokan pada

standar kompetensi karena memakai Kurikulum KTSP 2006. Berikut ini adalah

kompetensi-kompetensi dasar pelajaran matematika SMA kelas X tahun ajaran

2014/2015:

Semester Satu:

3.1 Memilih dan menerapkan aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan

karakteristik permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa

(55)

3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis konsep persamaan dan pertidaksamaan

linear yang berkaitan dengan nilai mutlak, serta menerapkannya dalam

pemecahan masalah nyata.

3.3 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linear dua dan tiga variabel

serta pertidaksamaan linear dua variabel dan mampu menerapkan berbagai

strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta

memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika.

3.4 Mendeskripsikan konsep matriks sebagai representasi numerik dalam

kaitannya dengan konteks nyata.

3.5 Mendeskripsikan operasi sederhana matriks serta menerapkannya dalam

pemecahan masalah.

3.6 Mendeskripsikan daerah asal, daerah kawan, dan daerah hasil suatu relasi

antara dua himpunan yang disajikan dalam berbagai bentuk (grafik,

himpunan pasangan terurut, atau ekspresi simbolik)

3.7 Mengidentifikasi relasi yang disajikan dalam berbagai bentuk yang

merupakan fungsi.

3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan

lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.

Semester Dua:

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 3.1.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner  Motivasi Belajar
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan minat belajar siswa, serta proses penyelesaian masalah tes kemampuan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual

Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajanan mastery learning (belajar tuntas) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Selain itu,

Pendapat lain dari Wahyuddin (2016) menunjukkan bahwa motivasi belajar, kreativitas belajar berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga

Terdapat pengaruh kemandirian belajar (X2) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika (Y Berdasar pada hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan yang sudah ada, dengan

kemampuan pemecahan masalah matematika. Indikator-Indikator kemampuan pemecahan

Secara parsial variabel motivasi tidak terdapat kontribusi yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar matematika, hal tersebut mungkin disebabkan oleh

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model quantum teaching terapan metode scaffolding terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah