ABSTRAK
Hadi Ignatius Untu: Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015, serta mengetahui pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama dan secara parsial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan pendekatan deskriptif dan korelasional. Sampel penelitian adalah 39 siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 31 siswa kelas XI. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha dan KR-20. Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji linearitas dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Regresi Linear Ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki motivasi belajar tinggi dengan skor 64,51 pada skala 22 – 88, kemampuan pemecahan masalah sedang dengan skor 13,59 pada skala 0 – 24, dan hasil belajar matematika sedang dengan skor 17,92 pada skala 0 – 30. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.Demikian juga secara bersama-sama terdapat pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini juga menemukan besarnya pengaruh efektif dari motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015 sebesar 67,6%. Motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 30,9% dan kemampuan pemecahan masalah sebesar 36,7%.
ABSTRACT
Hadi Ignatius Untu: The Influence of Learning Motivation and Problem Solving Ability on the Students’ Mathematics Outcome of Grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in Academic Year 2014/2015. Thesis. Yogyakarta: Mathematics
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University of Yogyakarta, 2015.
This research aims to figure out how high are the learning motivation, the problem solving ability and mathematics learning outcome of students of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen, and the influence of learning motivation and problem solving ability partially and simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015.
The method used in this research is non-experimental quantitative research method with descriptive and correlational approach. The sample used in this research is 39 students of Grade X. The instruments experiment is conducted to 31 students of Grade XI. The validity test of instruments uses the product moment correlation and the reliability test uses Cronbach Alpha and KR-20 value. Before carrying out the data analysis, it’s conducted analysis requirements tests previously, those are test of normality, test of linearity and test of multicolinearity. The hypothesis test uses multiple linear regression analysis.
The result of this research points out that the students have a high learning motivation in the score of 64,51 on the scale of 22 – 88, a medium problem solving ability in the score of 13 on the scale of 0 – 24, and a medium mathematics outcome in the score of 17,92 on the scale 0 – 30. This research also points out that there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability partially on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. Similarly there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. This research also finds out a large amount of effective contribution of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome in the amount of 67,6%. Students’ learning motivation contributes the influence in the amount of 30,9% and problem solving ability in the amount of 36,7%.
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X
SMA KATOLIK SEMINARI XAVERIUS KAKASKASEN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Hadi Ignatius Untu
NIM : 111414115
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X
SMA KATOLIK SEMINARI XAVERIUS KAKASKASEN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Hadi Ignatius Untu
NIM : 111414115
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi MOTTO :
“What we do in life
echoes in
eternity”
Dipersembahkan untuk:
vii ABSTRAK
Hadi Ignatius Untu: Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015, serta mengetahui pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama dan secara parsial terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan pendekatan deskriptif dan korelasional. Sampel penelitian adalah 39 siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 31 siswa kelas XI. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha dan KR-20. Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji linearitas dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Regresi Linear Ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki motivasi belajar tinggi dengan skor 64,51 pada skala 22 – 88, kemampuan pemecahan masalah sedang dengan skor 13,59 pada skala 0 – 24, dan hasil belajar matematika sedang dengan skor 17,92 pada skala 0 – 30. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.Demikian juga secara bersama-sama terdapat pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini juga menemukan besarnya pengaruh efektif dari motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015 sebesar 67,6%. Motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 30,9% dan kemampuan pemecahan masalah sebesar 36,7%.
viii ABSTRACT
Hadi Ignatius Untu: The Influence of Learning Motivation and Problem Solving Ability on the Students’ Mathematics Outcome of Grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in Academic Year 2014/2015. Thesis. Yogyakarta:
Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University of Yogyakarta, 2015.
This research aims to figure out how high are the learning motivation, the problem solving ability and mathematics learning outcome of students of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen, and the influence of learning motivation and problem solving ability partially and simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015.
The method used in this research is non-experimental quantitative research method with descriptive and correlational approach. The sample used in this research is 39 students of Grade X. The instruments experiment is conducted to 31 students of Grade XI. The validity test of instruments uses the product moment correlation and the reliability test uses Cronbach Alpha and KR-20 value. Before carrying out the data analysis, it’s conducted analysis requirements tests previously, those are test of normality, test of linearity and test of multicolinearity. The hypothesis test uses multiple linear regression analysis.
The result of this research points out that the students have a high learning motivation in the score of 64,51 on the scale of 22 – 88, a medium problem solving ability in the score of 13 on the scale of 0 – 24, and a medium mathematics outcome in the score of 17,92 on the scale 0 – 30. This research also points out that there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability partially on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. Similarly there is a positive and significant influence of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome of grade X of SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen in academic year 2014/2015. This research also finds out a large amount of effective contribution of learning motivation and problem solving ability simultaneously on the students’ mathematics learning outcome in the
amount of 67,6%. Students’ learning motivation contributes the influence in the amount of 30,9% and problem solving ability in the amount of 36,7%.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa mencurahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik sebagai perwujudan impian, semangat, pengorbanan,
dan pengabdian saya.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan
Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA
Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015” ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Matematika.
Dengan penuh kerendahan hati dan dari lubuk hati yang terdalam, saya
menyampaikan limpah terima kasih kepada :
1. Bapak Uskup Keuskupan Manado, Mgr. Joseph Suwatan, MSC dan
rekan-rekan pastor di Keuskupan Manado.
2. Rektor dan Staf Seminari Anging Mammiri Keuskupan Agung Makasar di
Yogyakarta.
3. Rektor Universitas Sanata Dharma, Dekan FKIP dan Kaprodi Pendidikan
Matematika.
4. Pembimbing skripsiku: Drs. Th. Sugiarto, MT.
5. Dosen dan Staf Kepegawaian Program Studi Pendidikan Matematika USD.
6. Teman-teman mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika
x
7. Kepala sekolah, para guru, para karyawan dan para siswa SMA Katolik
Seminari Xaverius Kakaskasen.
8. Almarhum ayah tercinta, ibu dan adik-adikku terkasih.
9. Adik-adikku tercinta: Lucia Pangau, Shinta Logio dan Trully Teteregoh.
10. Siapa saja, entah secara langsung ataupun tak langsung, telah membantu
penulis dalam menyusun skripsi ini.
Akhir kata, “hanya Dialah sumber berkat dan kasih yang akan membalas
segala bantuan Anda”. Tuhan memberkati usaha kita sekalian untuk memajukan
dunia pendidikan.
Yogyakarta, 27 Juli 2015
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Penjelasan Istilah ... 9
G. Manfaat Penelitian ... 11
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Motivasi Belajar ... 14
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 14
2. Komponen-komponen Motivasi ... 15
3. Jenis-jenis Motivasi ... 17
4. Karakteristik Motivasi Belajar Tinggi ... 18
B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 20
1. Kemampuan Matematis ... 20
2. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 21
3. Tahap-tahap Pemecahan Masalah ... 23
4. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pelajaran Matematika ... SMA Kelas X Tahun Ajaran 2014/2015 ... 26
C. Hasil Belajar Matematika ... 28
1. Pengertian Hasil Belajar ... 28
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 30
3. Penilaian Hasil Belajar ... 32
4. Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika SMA Kelas X Tahun ... Ajaran 2014/2015 ... 33
D. Penelitian yang Relevan ... 35
E. Kerangka Berpikir ... 37
F. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
C. Objek Penelitian ... 41
D. Perumusan Variabel Penelitian ... 41
E. Bentuk Data ... 42
F. Metode Pengumpulan Data ... 43
G. Instrumen Penelitian ... 44
xiii
a. Instrumen Motivasi Belajar ... 45
b. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah ... 46
c. Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 49
2. Pengujian Instrumen ... 56
a. Uji Validitas ... 56
b. Uji Reliabilitas ... 58
H. Teknik Analisis Data ... 59
1. Pengujian Persyaratan Regresi Linear ... 62
a. Uji Normalitas ... 62
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68
J. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 69
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 70
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70
B. Hasil Ujicoba Instrumen dan Tindak Lanjut ... 72
1. Ujicoba Validitas ... 72
2. Ujicoba Reliabilitas ... 77
C. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 78
D. Tabulasi Data ... 80
E. Analisis Data ... 87
1. Uji Persyaratan Regresi Linear ... 87
a. Uji Normalitas ... 87
xiv
c. Uji Multikolinearitas ... 90
2. Analisis Deskriptif ... 91
a. Analisis Data Motivasi Belajar ... 92
b. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96
c. Analisis Data Hasil Belajar Matematika ... 100
3. Analisis Korelasi ... 104
4. Analisis Determinasi ... 107
5. Uji Hipotesis ... 108
a. Uji Hipotesis Pertama ... 108
b. Uji Hipotesis Kedua ... 110
c. Uji Hipotesis Ketiga ... 111
6. Persamaan Garis Regresi ... 113
7. Sumbangan Efektif Tiap Variabel Bebas ... 114
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 115
1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif ... 115
2. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi ... 118
a. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi Partial ... 118
b. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi Ganda ... 121
G. Rangkuman Hasil Analisis dan Pembahasan ... 123
H. Kelemahan Penelitian ... 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 126
A. Kesimpulan ... 126
B. Saran ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 130
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori dan Skor Jawaban Kuesioner ... 45
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Motivasi Belajar ... 46
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 49
Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 69
Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen ... 71
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 72
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kemampuan Pemecahan Masalah ... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar Matematika... 75
Tabel 4.5 Pedoman Pengukuran Uji Reliabilitas ... 77
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 78
Tabel 4.7 Tabulasi Skor Kuesioner Motivasi Belajar ... 81
Tabel 4.8 Tabulasi Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 83
Tabel 4.9 Tabulasi Skor Tes Hasil Belajar Matematika ... 85
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 88
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 89
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas ... 91
Tabel 4.13 Statistik Motivasi Belajar ... 92
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ... 95
Tabel 4.15 Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96
xvi
Tabel 4.17 Statistik Hasil Belajar Matematika ... 100
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika ... 103
Tabel 4.19 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 105
Tabel 4.20 Hasil Analisis Korelasi Secara Parsial ... 105
Tabel 4.21 Hasil Analisis Korelasi Ganda ... 106
Tabel 4.22 Hasil Analisis Determinasi ... 108
Tabel 4.23 Hasil Uji t Motivasi Belajar ... 109
Tabel 4.24 Hasil Uji t Kemampuan Pemecahan Masalah ... 111
Tabel 4.25 Hasil Uji F ... 112
Tabel 4.26 Koefisien Persamaan Regresi Linear Ganda ... 113
Tabel 4.27 Sumbangan Efektif Tiap Variabel Bebas ... 115
Tabel 4.28 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif... 123
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 38
Histogram 4.1 Skor Motivasi Belajar ... 96
Histogram 4.2 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ... 100
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Item-item Kuesioner Motivasi Belajar ... 133
Lampiran 2 Soal-soal Tes Hasil Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 136
Lampiran 3 Kunci Jawaban dan Pedoman Penyekoran Tes Hasil Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 148
Lampiran 4 Data Rekapitulasi Skor Hasil Penelitian ... 156
Lampiran 5 Output Analisis Regresi Linear ... 158
Lampiran 6 Output Uji Normalitas ... 160
Lampiran 7 Output Uji Linearitas ... 162
Lampiran 8 Output Uji Multikolinearitas ... 163
Lampiran 9 Output Data Statistik Deskriptif ... 164
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 168
Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 171
Lampiran 12 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 174
Lampiran 13 Contoh Lembar Jawaban Siswa ... 175
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia menjadi topik hangat dan menarik yang
sering diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik di kalangan praktisi
pendidikan, politisi, masyarakat, maupun pihak pengambil kebijakan. Kualitas
pendidikan nasional dinilai belum memiliki kualitas yang memadai bila
dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Kualitas pendidikan Indonesia
semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya.
Kunandar (2008:1-2) menjelaskan bahwa rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia dapat dilihat dari berbagai faktor. Pertama, lulusan dari sekolah atau
perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya
kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga
pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang
dipelajari dari lembaga pendidikan lebih bersifat teoritis, sehingga peserta didik
kurang inovatif dan kreatif. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI)
Indonesia masih rendah. Indonesia menempati peringkat 111 dari 117 negara pada
tahun 2004, peringkat 110 pada tahun 2005, dan peringkat 108 pada tahun 2010.
Ketiga, laporan International Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan
membaca siswa Sekolah Dasar Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara
International Student Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41
negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat 38,
sementara untuk bidang matematika dan kemampuan membaca menempati
peringkat 39. Kelima, laporan World Competitiveness Year Book tahun 2000,
Sumber Daya Manusia Indonesia juga menempati posisi yang rendah. Indonesia
berada pada peringkiat 46 dari 47 negara yang disurvei. Keenam, Indonesia
tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan dengan negara
tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Prestasi pendidikan di Indonesia bukannya membaik, melainkan semakin
memburuk dari tahun ke tahun. Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk
skor matematika dalam survei Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2012. Dari total 65 negara dan wilayah yang masuk survei PISA,
Indonesia menduduki ranking ke-64 atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari
Peru yang berada di peringkat terbawah.
Survei PISA diikuti oleh negara-negara yang tergabung dalam The
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA
menguji kemampuan siswa di tiga bidang yaitu matematika, membaca, dan sains.
Untuk PISA 2012, diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65
negara. Survei PISA 2012 juga menanyakan motivasi siswa dalam belajar
matematika. Ditemukan, negara dengan siswa yang memiliki keyakinan akan
kemampuannya akan meningkatkan prestasi matematika. Selain itu, semakin
Penelitian-penelitian dalam bidang pendidikan menunjukkan adanya
korelasi positif yang signifikan antara usaha, percaya diri, dan motivasi secara
keseluruhan dengan prestasi belajar secara keseluruhan. Demikian juga terdapat
korelasi positif yang signifikan antara usaha, percaya diri, dan motivasi secara
keseluruhan dengan prestasi rata-rata matematika siswa. Peningkatan motivasi
belajar siswa sangat diperlukan mengingat bahwa prestasi belajar pada umumnya
meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
Banyak siswa tidak mudah menaruh minat pada matematika karena
karakteristiknya yang sangat khas, yaitu bersifat abstrak, menggunakan
lambang-lambang yang kurang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, proses berpikir
yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat, dan materi dalam matematika kadang
tidak terlihat kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa harus bekerja
keras terlebih dahulu untuk dapat melihat daya tarik matematika, namun banyak
siswa tidak memiliki ketekunan dan kemauan bekerja keras untuk menemukan
daya tarik tersebut, sehingga hasil belajar matematika kurang baik.
Hasil belajar matematika yang kurang baik juga dipengaruhi oleh
kemampuan matematis siswa yang rendah. Kemampuan matematis ada beberapa
jenis, yaitu kemampuan penalaran, kemampuan koneksi, kemampuan
representasi, kemampuan komunikasi, dan kemampuan pemecahan masalah. Dari
antara kemampuan-kemampuan matematis ini kemampuan pemecahan masalah
memiliki pengaruh yang terbesar terhadap hasil belajar matematika. Kemampuan
pemecahan masalah yang rendah menyebabkan hasil belajar matematika juga
Hal ini sungguh disadari oleh para pemegang kekuasaan dalam bidang
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu kurikulum yang baru, yakni kurikulum
2013, sangat menekankan peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Siswa
diarahkan dan diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
memecahkan masalah, baik masalah matematis maupun masalah yang
berhubungan dengan kehidupan nyata.
SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen merupakan salah satu SMA
yang berada di kota Tomohon, Sulawesi Utara. SMA ini merupakan SMA yang
khusus karena semua siswanya laki-laki dan tinggal di asrama. Hal ini tidaklah
mengherankan karena SMA ini merupakan sekolah yang mempersiapkan
calon-calon imam Gereja Katolik di masa datang.
Siswa-siswa SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen juga mengalami
masalah dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam motivasi belajar dan
kemampuan pemecahan masalah. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika
rendah bila dilihat dari nilai ujian sekolah setiap semester dan ujian nasional
setiap tahun.
Karena ingin berkarya dalam bidang keagamaan, para siswa sering
mengesampingkan pelajaran matematika karena mereka berpikir bahwa pelajaran
matematika tidak memiliki kegunaan yang berhubungan erat dengan pekerjaan
mereka di masa depan. Sekolah yang tidak membuka jurusan IPA dan hanya
membuka jurusan IPS seakan memperkuat pemikiran para siswa tersebut. Hal ini
Akibat hanya bisa mengambil peminatan dalam bidang IPS, kemampuan
matematis siswa, khususnya kemampuan pemecahan masalah, kurang diasah.
Siswa tidak banyak dilatih mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan
upaya untuk memecahkan masalah. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, mengerjakan
pemecahan masalah dan memeriksa hasil penyelesaian masalah.
Kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi latar belakang yang
menarik untuk dikaji karena pada umumnya para siswa mempunyai masalah
dalam kemampuan matematis tersebut, padahal nantinya bidang pekerjaan mereka
menuntut kemampuan pemecahan masalah, entah mereka akan menjadi imam
ataupun mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin awam. Walaupun masalah
matematis tidak persis sama dengan masalah kehidupan nyata, tetapi pemecahan
masalahnya memiliki langkah-langkah dan prinsip yang sama.
Masalah menjadi semakin kompleks karena dari tahun ke tahun SMA
Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tidak mempunyai guru matematika yang
tetap. Guru yang mengajar matematika hanyalah guru honorer dan sering berganti
dari tahun ke tahun, bahkan ada yang tidak berijazah sarjana pendidikan
matematika. Karena berstatus sebagai guru honorer, tanggung jawab dan
komitmen kadangkala terabaikan. Hal ini mengakibatkan motivasi belajar siswa
terhadap matematika berkurang dan kemampuan matematisnya tidak terolah
dengan baik sehingga hasil belajar matematika tidak sesuai harapan, khususnya
Penelitian terhadap pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan
masalah terhadap hasil belajar matematika siswa menjadi suatu hal yang penting
karena penelitian ini belum pernah dilaksanakan di SMA Katolik Seminari
Xaverius Kakaskasen. Penelitian ini juga menjadi penting karena manfaat besar
yang bisa didapatkan melalui penelitian ini, baik bagi peneliti sebagai calon guru
matematika di SMA ini maupun bagi para siswa yang perlu memiliki motivasi
belajar dan kemampuan pemecahan masalah yang baik demi pekerjaan mereka di
masa depan.
Sebagai calon yang dipersiapkan sebagai guru matematika di SMA ini
peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi hasil belajar, motivasi belajar dan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius
Kakaskasen, serta bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kemampuan
pemecahan masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA
Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen. Alasan dipilihnya kelas X karena kelas
ini merupakan kelas baru yang mempunyai peluang lebih besar untuk bisa
dikembangkan hasil belajar matematikanya di tahun-tahun mendatang.
B. Identifikasi Masalah
Situasi problematik tentang kondisi pendidikan sebagaimana diuraikan di
atas memperlihatkan bahwa ada banyak masalah yang kompleks dalam dunia
pendidikan di Indonesia, termasuk di SMA Katolik Seminari Xaverius
1. Hasil belajar matematika siswa belum memuaskan bila dibandingkan dengan
mata pelajaran yang lain.
2. Kemampuan matematis siswa, khususnya kemampuan pemecahan masalah,
masih rendah. Siswa sering menganggap hal ini tidak berhubungan dengan
masa depannya.
3. Motivasi para siswa untuk belajar matematika masih tergolong rendah, dimana
para siswa kurang memberi waktu dan perhatian untuk belajar matematika.
4. Guru belum optimal dalam mengubah pemikiran dan perilaku peserta didik ke
arah penguasaan kompetensi dasar matematika yang lebih baik.
5. Guru yang mengajar matematika sering berganti dari tahun ke tahun dan ada
kalanya tidak berijazah sarjana pendidikan matematika.
6. Guru belum memiliki komitmen yang kokoh untuk meningkatkan kompetensi
matematika siswanya.
7. Siswa kurang memiliki ketekunan dan kemauan yang kuat untuk mengerjakan
soal-soal yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan waktu, dana dan tenaga, dan supaya penelitian
ini dapat dilakukan lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasikan akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan
memfokuskan diri untuk meneliti mengenai masalah yang berhubungan dengan
belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen
pada tahun ajaran 2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan masalah dan hasil
belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen
tahun ajaran 2014/2015?
2. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015?
3. Bagaimana pengaruh kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun
ajaran 2014/2015?
4. Bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah
secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA
Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengungkap berapa tinggi motivasi belajar, kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari
Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.
2. Untuk mengungkap bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun
ajaran 2014/2015.
3. Untuk mengungkap bagaimana pengaruh kemampuan pemecahan masalah
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari
Xaverius Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015.
4. Untuk mengungkap bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kemampuan
pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika
siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tahun ajaran
2014/2015.
F. Penjelasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sangat penting untuk
memahami penelitian ini. Istilah-istilah yang dimaksud adalah variabel-variabel
pokok dalam penelitian ini. Istilah-istilah itu adalah hasil belajar matematika
siswa, motivasi belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
1. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika adalah pola-pola perbuatan atau kemampuan
yang dimiliki siswa dalam aspek kognitif setelah menerima pengalaman
2. Motivasi Belajar Matematika
Motivasi belajar adalah suatu dorongan, baik internal maupun eksternal,
yang menyebabkan siswa bersemangat dalam pembelajaran matematika.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan siswa untuk
menyelesaikan masalah, baik masalah matematika maupun masalah
kehidupan nyata, melalui tahap-tahap: memahami masalah, merancang
rencana penyelesaian atas masalah, melaksanakan rencana penyelesaian atas
masalah dan melihat kembali penyelesaian.
4. Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius
Kakaskasen Tahun Ajaran 2014/2015
Pengaruh motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius
Kakaskasen tahun ajaran 2014/2015 adalah daya yang timbul dari
dorongan-dorongan yang menyemangati siswa untuk belajar matematika dan
kesanggupan siswa untuk memecahkan masalah, baik masalah matematika
maupun masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata, yang
membentuk perubahan pola-pola perbuatan matematis dalam aspek kognitif
yang dimiliki siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen
G. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan
penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan dalam pengujian teori bahwa motivasi belajar dan
kemampuan pemecahan masalah berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa Kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen.
b. Menyumbangkan pemikiran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa demi pengembangan
kualitas pendidikan di SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah kajian pustaka di SMA Katolik Seminari Xaverius
Kakaskasen tentang ilmu pendidikan, khususnya berkenaan dengan hasil
belajar siswa, motivasi belajar siswa dan kemampuan siswa dalam dunia
pendidikan.
b. Menjadi masukan bagi para guru, khususnya guru matematika di SMA
Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen, dalam mengembangkan kualitas
pembelajaran matematika di sekolah.
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Menambah dan meningkatkan pengalaman sebagai peneliti dalam ilmu
pendidikan demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di
b. Menambah kesadaran dalam diri peneliti yang merupakan calon guru
matematika di SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen tentang
pentingnya pengaruh motivasi belajar dan kemampuan matematis
terhadap hasil belajar matematika siswa.
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal,
isi, dan akhir. Berikut ini adalah sistematika penulisan skripsi ini secara lengkap:
1. Bagian awal skripsi. Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman
pengesahan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar,
daftar isi ,daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:
– Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
– Bab II : Kajian Pustaka. Bab ini berisi tentang kajian motivasi belajar,
kajian kemampuan pemecahan masalah, kajian hasil belajar matematika,
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
– Bab III : Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang jenis penelitian,
penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, tempat dan waktu
pelaksanaan penelitian.
– Bab IV : Pelaksanaan Penelitian, tabulasi data, analisis data dan
pembahasan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang deskripsi lokasi
penelitian, hasil ujicoba instrument dan tindak lanjut, pelaksanaan
pengumpulan data, tabulasi data, analisis data, pembahasan hasil
penelitian, dan kelemahan penelitian.
– Bab V : Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan hasil dan saran
serta hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008: 930), motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat
dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi bertumbuh di dalam diri
seseorang (Sardiman, 2012: 75). Menurut Winardi (2011: 133), motivasi
merupakan sebuah predisposisi untuk bertindak dengan cara yang khusus dan
yang terarahkan kepada tujuan tertentu.
Chung dan Megginson (dalam Triton, 2009: 165) mendeskripsikan
motivasi sebagai “goal directed behavior. It concerns the level effort one exerts
in pursuing a goal.” Motivasi berkaitan erat dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengejar suatu tujuan.
Sardiman (2012: 74) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu
perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, meskipun tidak tertutup
kemungkinan bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin saja
melakukan suatu kegiatan yang tidak disukainya. Motivasi juga dapat dinilai
sebagai suatu daya dorong yang menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu
untuk mencapai tujuan. Menurut Siagian (2004: 79), motivasi menjadi dasar
utama bagi seseorang melakukan sesuatu untuk memuaskan berbagai
kebutuhannya .
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental
itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Ada ahli psikologi
pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar
tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
(Dimyati dan Mudjiono, 2013: 80).
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa adalah
dorongan yang menyebabkan siswa bersemangat dalam menjalankan tugasnya
sebagai pelajar demi mencapai suatu tujuan.
2. Komponen-Komponen Motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan
tujuan (Dimiyati dan Mudjiono, 2013: 80). Kebutuhan muncul berdasarkan
memunculkan dorongan yang menggerakkan seseorang untuk memenuhi
harapannya dan mencapai tujuannya. Tujuan adalah apa yang ingin dicapai
oleh seseorang. Dengan tercapainya tujuan berarti telah terpenuhi kebutuhan
individu. Komponen kebutuhan dan dorongan sifatnya internal karena berada
dalam diri seseorang, sedangkan komponen tujuan sifatnya eksternal karena
berada di luar individu. Sejalan dengan itu Maslow mengemukakan bahwa
studi motivasi merupakan studi tentang tujuan, keinginan dan kebutuhan
manusia.
Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur tersebut terjadi dalam diri
sseseorang, namun dapat dipengaruhi oleh sesuatu di luar diri manusia,
misalnya kondisi cuaca, kondisi lingkungan, sarana prasarana, dan sebagainya.
Oleh karena itu dapat saja terjadi perubahan motivasi pada diri seseorang
dalam waktu singkat, jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan
atau mungkin tidak terpenuhi.
Kebutuhan muncul bila seseorang merasa ada ketidakseimbangan antara
apa yang ia miliki dengan yang ia harapkan. Misalnya, siswa merasa bahwa
hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap. Ia
merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik dalam mengatur waktu dan
cara belajar. Ia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu siswa
mengubah cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dan mencapai tujuan
3. Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh,
seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorong atau
menyuruhnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kalau
dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud
dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung
dalam perbuatan itu sendiri (Sardiman, 2012: 89-90).
Beberapa tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa adalah (1)
Adanya bukti yang jelas tentang keterlibatan, kreativitas, dan rasa
menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pelajaran berlangsung; (2)
Adanya suasana hati yang positif, seperti keseriusan dan keceriaan; (3)
Munculnya pertanyaan dan pengamatan siswa yang mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) Terdapat diskusi personal lanjutan
setelah selesainya jam pelajaran; (5) Menyerahkan tugas atau proyek kerja
tanpa diingatkan oleh guru; (6) Berusaha keras dan tidak menyerah dalam
mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas; (7)
Mengupayakan penguasaan materi secara mandiri dengan memanfaatkan
berbagai strategi dan sumber belajar (Gintings, 2010: 90).
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh, seorang siswa belajar karena
tahu besok ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik dan dipuji oleh
orang lain. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui
sesuatu, tetapi ingin mendapat nilai baik. Kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung berhubungan dengan esensi
apa yang dilakukannya itu (Sardiman, 2010: 90-91).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik bisa positif bisa
negatif. Contoh dari motivasi ekstrinsik yang negatif adalah rasa takut siswa
akan hukuman yang akan diberikan oleh guru mendorong siswa untuk
mengerjakan pekerjaan rumah. Contoh motivasi ekstrinsik yang positif
adalah dorongan siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena ingin
mendapat pujian dari guru (Gintings, 2010: 88-89).
4. Karakteristik Motivasi Belajar Tinggi
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang
melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang
mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu
secara lebih lebih baik dari sebelumnya
Model-model pengukuran motivasi telah banyak dikembangkan.
McClelland (dalam Mangkunegara, 2005: 22) mengemukakan 6 karakteristik
orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu: 1) Memiliki tingkat
tanggung jawab pribadi yang tinggi; 2) Berani mengambil dan memikul resiko;
3) Memiliki tujuan realistik; 4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan
berjuang untuk merealisasikan tujuan; 5) Memanfaatkan umpan balik yang
konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan; 6) Mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dan
menempuh berbagai strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar. Upaya siswa dalam mencapai keberhasilan belajar meliputi
mendengarkan ceramah dengan serius, menjawab pertanyaan, berpartisipasi
aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Bahkan
tidak jarang siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan
memberikan masukan dalam bentuk gagasan atau usulan kepada guru atau
kepada kelas tentang berbagai kegiatan tambahan bahkan tugas tambahan
untuk memperluas dan memperdalam lingkup materi pelajaran yang harus
dipelajari.
Motivasi yang tinggi membuat siswa haus akan berbagai aspek yang
terkait dengan topik dan mata pelajaran yang dipelajarinya. Ia pun akan
atau kurikulum. Ia mencari sendiri materi pelajaran yang ingin dikuasainya
melalui berbagai sumber dan cara menurut inisiatifnya sendiri (Gintings, 2010:
86-87).
B. Kemampuan Pemecahan Masalah
1. Kemampuan Matematis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata
mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan
kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008: 552). Kemampuan seseorang akan turut serta
menentukan perilaku dan hasilnya. Kemampuan merupakan bakat yang
melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik atau
mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar dan dari pengalaman.
Menurut Stepen P. Robbins dalam bukunya “Perilaku Organisasi” (2006:
57), kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu
keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan.
Kemampuan matematis dideskripsikan oleh NCTM (dalam Bassarear,
2012: 47) sebagai berikut: "mathematical power includes the ability to explore,
about and through mathematics and to connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual activity”. Jadi kemampuan
pemecahan masalah, baik masalah matematika maupun masalah kehidupan
nyata, merupakan bagian dari kemampuan matematis.
Menurut NCTM, kemampuan matematis terdiri dari 5 macam, yaitu
kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis,
kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan koneksi matematis
dan kemampuan representasi matematis.
Dengan demikian kemampuan matematis siswa adalah kesanggupan atau
kecakapan seorang siswa dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan
untuk mengerjakan beragam tugas dalam pembelajaran matematika dan dalam
kehidupan nyata.
2. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan dengan
persoalan. Suatu soal dikatakan masalah apabila soal tersebut menantang
pikiran dan tidak otomatis ditemukan cara penyelesaiannya. Suatu masalah
adalah suatu tugas dimana seseorang berhadapan dengan sesuatu yang
memerlukan suatu penyelesaian, tetapi dia belum memiliki cara yang tepat
untuk menemukan pemecahannya.
apparent or obvius means or path to obtaining a solution.” Definisi ini
menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang
atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan, tetapi individu atau
kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat menentukan
solusinya. Hal ini berarti pula masalah situasi tersebut (masalah) dapat
ditemukan solusinya dengan menggunakan strategi berpikir yang disebut
pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan untuk
menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan, melalui rintangan-rintangan di
sekitarnya dan mencapai tujuan yang tidak mudah didapatkan. Pemecahan
masalah merupakan pencapaian khusus dari intelegensia dan dipandang
sebagai kegiatan manusia yang paling khas (Polya, 1976: ix). Pemecahan
masalah tak bisa dilepaskan dari usaha manusia menggunakan pengetahuan,
keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah.
Menurut Polya (1976: 119), tujuan dari pemecahan masalah matematis
adalah menemukan objek-objek tertentu, hal-hal yang tidak diketahui dari
masalah, baik masalah matematika maupun masalah kehidupan nyata, dan
memenuhi syarat dari masalah yang menghubungkan hal-hal yang tidak
diketahui dengan hal-hal yang diketahui dalam masalah.
Dari uraian di atas kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan
sebagai kemampuan manusia untuk menemukan penyelesaian dari suatu
mudah dipecahkan dengan memanfaatkan segala pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
3. Tahap-tahap Pemecahan Masalah
Untuk dapat memecahkan masalah diperlukan tahap-tahap pemecahan
masalah. Sebuah kerangka kerja untuk memecahkan masalah matematika telah
dijelaskan oleh George Polya dalam sebuah bukunya yang berjudul “How To
Solve It”. George Polya (1985: 5-9) membagi proses pemecahan masalah ke
dalam empat tahap, yaitu: memahami masalah, merancang rencana
penyelesaian atas masalah, melaksanakan rencana penyelesaian atas masalah,
dan melihat kembali penyelesaiannya.
a. Memahami Masalah
Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa
siswa memahaminya secara benar. Siswa hanya bisa menjawab pertanyaan
yang dipahaminya. Pernyataan-pernyataan verbal dari masalah itu harus
dimengerti. Siswa harus menunjukkan bagian-bagian utama dari masalah,
data yang diketahui, data yang tidak diketahui dan syaratnya, Karena itu
siswa mesti bertanya telebih dahulu: Apa yang diketahui? Apa yang tidak
diketahui? Bagaimana syaratnya? Apakah ada kekecualian?
Pada tahap ini siswa harus dapat mengidentifikasi hal-hal yang
diketahui, hal-hal yang ditanyakan dan syarat-syarat yang ada. Apabila
situasinya. Setelah informasi yang diperoleh sudah lengkap, siswa harus
dapat mengorganisasi dan menghubung-hubungkan informasi-informasi
tersebut.
b. Merancang Rencana Penyelesaian atas Masalah
Siswa akan mengalami kesulitan untuk mempunyai gagasan yang baik
jika siswa memiliki pengetahuan yang sedikit tentang materi dan tidak
mungkin untuk mempunyai gagasan yang baik jika siswa tidak mempunyai
pengetahuan. Gagasan yang baik bersumber dari pengalaman masa lalu dan
pengetahuan awal yang dituntut.
Pada tahap ini siswa harus dapat menentukan apakah siswa pernah
menghadapi masalah tersebut ataupun masalah lain yang serupa. Selain itu
siswa harus memikirkan masalah lain yang mungkin ada hubungan dengan
masalah yang sedang dihadapi. Apakah siswa mengetahui masalah yang
serupa? Apakah siswa dapat menyatakan kembali masalah itu?
Pertanyaan-pertanyaan ini sangat membantu untuk mulai mendapatkan gagasan. Siswa
harus melihat sekeliling untuk beberapa poin yang sesuai, mengeksplorasi
beragam aspek dari masalah itu dan mentransformasi serta memodifikasi
masalah itu sedemikian rupa. Sambil berusaha mengaplikasikan berbagai
teorema yang diketahui, mempertimbangkan berbagai modifikasi,
bereksperimen dengan berbagai bantuan, siswa harus bisa menggunakan
c. Melaksanakan Rencana Penyelesaian atas Masalah
Merancang strategi untuk memikirkan ide pemecahan masalah tidaklah
mudah, tetapi melaksanakan rencana yang telah dirancang jauh lebih
mudah. Yang dibutuhkan adalah kesabaran. Rancangan telah memberikan
garis besar dan siswa harus meyakinkan dirinya bahwa detail-detail sudah
cocok dan menguji detail satu demi satu dengan sabar sampai semuanya
jelas dan tak ada kesalahan yang tersembunyi.
Pada tahap ini siswa melaksanakan rencana pemecahan masalah
berdasarkan rancangan dengan setiap kali mengecek kebenaran di setiap
langkah. Hal yang penting adalah siswa harus yakin akan kebenaran dari
setiap langkah yang dikerjakannya. Siswa harus mampu melihat bahwa
setiap langkah yang dia lakukan sudah benar. Siswa sudah menuliskan
jawaban secara detail untuk memastikan bahwa setiap langkah sudah benar.
d. Melihat Kembali Penyelesaian
Banyak orang yang mengerjakan hal lain dan tidak memeriksa kembali
hasilnya setelah mereka mendapatkan pemecahan masalahnya. Dengan
demikian mereka melupakan sebuah tahap yang penting dalam
pekerjaannya.
Dengan melihat kembali pada solusi yang lengkap, dengan
mempertimbangkan kembali dan menguji kembali hasil dan jalan yang
menuntun pada hasil itu, siswa dapat mengkonsolidasi pengetahuannya dan
Siswa harus menyelesaikan seluruh rencananya. Siswa harus menulis
pemecahannya dan mengecek setiap langkahnya. Siswa harus memiliki
alasan yang tepat bahwa pemecahannya memang benar. Namun demikian,
kesalahan selalu mungkin, khususnya jika argumennya panjang. Oleh
karena itu sangat penting siswa harus mengecek hasil dan argumennya.
Akhirnya siswa harus dapat membayangkan kasus-kasus dimana
mereka dapat mempergunakan lagi prosedur yang digunakan atau
mengaplikasikan hasil yang didapatkan. Siswa harus dapat menggunakan
hasil atau metode yang digunakan untuk beberapa masalah lain (Polya,
1985: 5-19).
4. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pelajaran Matematika SMA Kelas
X Tahun Ajaran 2014/2015
Siswa kelas X SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen pada tahun
ajaran 2014/2015 mengikuti dua kurikulum yang berbeda. Semester ganjil
mengikuti Kurikulum 2013 dan semester genap mengikuti Kurikulum KTSP
2006. Dalam Kurikulum 2013 kompetensi dasar yang berhubungan dengan
kemampuan pemecahan masalah digambarkan dengan jelas, tetapi dalam
Kurikulum KTSP 2006 hal itu tidak digambarkan dengan jelas. Berikut ini
adalah kompetensi-kompetensi dasar pelajaran matematika kelas X yang terkait
Semester Satu:
3.1 Memilih dan menerapkan aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan
karakteristik permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa
kebenaran langkah-langkahnya.
3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis konsep persamaan dan pertidaksamaan
linear yang berkaitan dengan nilai mutlak, serta menerapkannya dalam
pemecahan masalah nyata.
3.3 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linear dua dan tiga variabel
serta pertidaksamaan linear dua variabel dan mampu menerapkan berbagai
strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta
memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika.
3.4 Mendeskripsikan operasi sederhana matriks serta menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
Semester Dua:
3.4Menggunakan prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan
pemecahan masalah.
5.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri, dan
C.Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat
memenuhi tingkah laku organisme tersebut.
Belajar merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran guru menetapkan tujuan pembelajaran. Siswa yang
berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012: 14).
Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 11-12) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan kapabilitas siswa berupa:
a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
b. Keterampilan intektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan
dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep
dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara garis besar Benyamin
Bloom (dalam Sudjana 2014: 22-23) membagi hasil belajar ke dalam 3 ranah
yakni:
a. Ranah kognitif. Ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif. Ini berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi atau karakteristik nilai.
c. Ranah Psikomotoris. Ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di
bidang fisik, gerakan-gerakan skill, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan atau kemampuan siswa yang menetap (kognitif, afektif dan
psikomotor) yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2010:145-155), faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Faktor internal (faktor dalam diri siswa), yaitu keadaan jasmani dan
rohani siswa, yang terdiri dari:
1) Aspek Fisiologis
Kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dalam belajar.
2) Aspek Psikologis, terdiri dari:
a) Inteligensia Siswa. Tingkat kecerdasan/intelegensia dan kemampuan
siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
b) Sikap Siswa. Sikap siswa yang positif dalam merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya
c) Bakat Siswa. Kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.
d) Minat Siswa. Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
e) Motivasi Siswa. Keadaan internal organisme yang mendorong untuk
berbuat sesuatu.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan
disekitar siswa, terdiri dari:
1) Lingkungan Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
guru-guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya),
teman-teman sekelas, orang tua (keluarga) dan masyarakat yang dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa.
2) Lingkungan Non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini turut menentukan tingkat kebrhasilan belajar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
Pendekatan belajar berhubungan dengan keefektifan segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi
proses mempelajari materi tertentu.
3. Penilaian Hasil Belajar
Pada setiap akhir program pendidikan, pengajaran atau pelatihan
dilakukan penilaian. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah
program itu telah dikuasai oleh pesertanya atau belum. Untuk mengetahui hasil
belajar, dilakukan penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan hasil belajar siswa bukan saja
diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan
keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala
hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan
keterampilan (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012: 15)
Menurut Herman Yoseph Sunu Endrayanto dan Yustiana Wahyu
Harumurti (2014: 27), penilaian hasil belajar memiliki keterkaitan dengan
kegiatan pembelajaran dan pengajaran. Penilaian hasil belajar terintegrasi
dalam desain instruksional yang dikembangkan guru. Desain instruksional
merupakan keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran,
teknik mengajar, materi pelajaran, dan kegiatan penilaian belajar siswa.
Penilaian hasil belajar siswa harus konsisten dengan tujuan pembelajaran
dan materi pembelajarannya. Agar konsisten antara tujuan pembelajaran dan
adalah mengkaji dan menelaah isi kurikulum yang berlaku. Kurikulum
pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa di dalam silabus dan rencana
pembelajaran memuat kompetensi belajar. Kompetensi belajar merupakan
kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan daria pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa
selama mengikuti program pembelajaran tertentu (ibid., 28).
4. Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika SMA Kelas X Tahun Ajaran
2014/2015
Ada perbedaan dasar penyusunan kompetensi dasar pelajaran matematika
kelas X tahun ajaran 2014/2015. Kompetensi dasar semester ganjil disusun
dengan berpatokan pada kompetensi inti karena memakai Kurikulum 2013,
sedangkan kompetensi dasar semester genap disusun dengan berpatokan pada
standar kompetensi karena memakai Kurikulum KTSP 2006. Berikut ini adalah
kompetensi-kompetensi dasar pelajaran matematika SMA kelas X tahun ajaran
2014/2015:
Semester Satu:
3.1 Memilih dan menerapkan aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan
karakteristik permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa
3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis konsep persamaan dan pertidaksamaan
linear yang berkaitan dengan nilai mutlak, serta menerapkannya dalam
pemecahan masalah nyata.
3.3 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linear dua dan tiga variabel
serta pertidaksamaan linear dua variabel dan mampu menerapkan berbagai
strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta
memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika.
3.4 Mendeskripsikan konsep matriks sebagai representasi numerik dalam
kaitannya dengan konteks nyata.
3.5 Mendeskripsikan operasi sederhana matriks serta menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
3.6 Mendeskripsikan daerah asal, daerah kawan, dan daerah hasil suatu relasi
antara dua himpunan yang disajikan dalam berbagai bentuk (grafik,
himpunan pasangan terurut, atau ekspresi simbolik)
3.7 Mengidentifikasi relasi yang disajikan dalam berbagai bentuk yang
merupakan fungsi.
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
Semester Dua: