• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI TAHUN ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI TAHUN ( )"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI TAHUN (1970-2000)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : M. AINUL YAQIN NIM : 130706023

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Tidak lupa shalawat beriring salam penulis sanjungkan kepada junjungan besar baginda Nabi Muhammad SAW.

Syarat utama dan terakhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ialah menyelesaikan penulisan skripsi. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul Kehidupan Sosial Budaya Etnis Tamil Di Kota Binjai Tahun 1970-2000.

Penulisan ini menggambarkan tentang perkembangan kehidupan etnis Tamil di Kota Binjai Setelah masa perkebunan tembakau Deli.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata, penulis berterima kasih atas perhatiannya, semoga Allah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, Desember 2017

Penulis M. Ainul Yaqin NIM : 130706023

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulilah, puji dan syukur kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan baik moril dan material, dorongan, semangat, dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu dengan mengucapkan syukur penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada orang-orang yang berjasa dan membantu bagi penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera, serta kepada Wakil Dekan beserta Staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya, USU.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU dan juga kepada Ibu Dra. Nina Karina, M.SP., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah yang turut membantu dalam kelancaran penulisan ini.

3. Ibu Dra. Sri Pangestri Dewi Murni, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi.

Jasa dan bantuan beliau tidak akan penulis lupakan, serta terima kasih atas kesabaran di dalam membimbing menyelesaikan skripsi ini dan telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan masukan selama pengerjaan penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak/ Ibu dosen staf pengajar Program Studi Ilmu Sejarah yang telah menurunkan ilmunya kepada penulis, baik dari segi pengetahuan, pengalaman, serta wawasan selama penulis menjadi mahasiswa baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Tidak lupa juga kepada Staf Administrasi

(4)

Departemen Sejarah, Bang Ampera yang telah banyak membantu penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ayah saya Edi Irwanto dan Ibu saya Umi Kalsum atas jasa jasa dan pengorbanan yang besar kepada penulis hingga saat ini. Hingga dapat menyelesaikan pendidikan tinggi di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa juga saya ucapkan kepada Bapak Ridwanto yang sudah membiayai Kuliah Penulis dari awal semester hingga selesai sampai saat ini. Tanpa Beliau penulis tidak akan bisa menyelesaikan kuliah di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Terima kasih kepada Badan Pusat Statistik Kota Binjai, Perpustakaan Daerah Kota Medan, perpustakaan Tengku Luckman Sinar, serta Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan data dan pelayanan dengan baik selama penulis melakukan penelitian. Dan terima kasih juga saya Ucapkan kepada para informan yang telah memberikan saya banyak informasi Khususnya kepada dr. Nehru dan Bapak Siwa Kumar.

7. Terima kasih juga saya ucapkan kepada keluarga besar Ilmu Sejarah stambuk 2013, dan saya berterima kasih kepada Ely Sri Nadira atas dukungan moralnya selama saya mengerjakan skripsi.

(5)

Akhir kata, untuk semua yang membantu baik terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2017 Penulis

M. Ainul Yaqin NIM : 130706023

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Kehidupan Sosial Budaya Etnis Tamil Di Kota Binjai 1970-2000. Pada masa setelah lepasnya mayoritas etnis Tamil dari Perkebunan milik pihak Belanda, lalu mereka menyebar dari Deli ke berbagai daerah khususnya Kota Binjai. Keberadaan etnis Tamil di Kota Binjai yang berbeda dari etnis Pribumi yang sudah ada di Binjai membuat mereka harus

beradaptasi dengan masyarakat sekitar, berakulturasi kebudayaan dan

ekonomi membuat mereka perlahan lahan kehilangan beberapa pokok budaya asli nya.

Tulisan ini membahas bagaimana keadaan kehidupan etnis Tamil di kota Binjai yang pada awalnya mereka adalah buruh perkebunan. Lalu mereka berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing yang membuat mereka berbaur dengan masyarakat sekitar, sambil berusaha untuk memperbaiki ekonomi mereka. Dengan kebudayaan mereka berusaha untuk membuat nama baik mereka di kalangan masyarakat selain etnis Tamil.

Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini adalah menggunakan metode sejarah, yaitu Heuristik (Pengumpulan Sumber), penulis juga menggunakan metode kepustakaan, lapangan dan metode wawancara, selanjutnya ialah Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam Historiografi penulis menggunakan penulisan deskripsi spasial.

Kata Kunci : Kehidupan Sosial, Budaya, Etnis Tamil.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.4. Tinjauan Pustaka ... 12

1.5. Metode Penelitian... 13

BAB II KEDATANGAN ETNIS TAMIL KE KOTA BINJAI ... 16

2.1. Wilayah Kota Binjai ... 16

2.2. Sejarah Masuknya Etnis Tamil Ke Sumatera Timur ... 20

2.3. Keberadaan Etnis Tamil Di Kota Binjai ... 26

2.4. Organisasi Etnis Tamil Di Kota Binjai ... 30

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI ... 31

3.1. Sosial Budaya ... 31

3.1.1. Stratifikasi Etnis Tamil ... 33

(8)

3.1.2. Perayaan Hari Besar Agama Hindu ... 37

3.1.3. Upacara Kelahiran ... 41

3.1.4. Upacara Sadengesathe atau Waisuki Wanthepenn ... 42

3.1.5. Upacara Kematian Etnis Tamil ... 43

3.1.6. Tata Cara Perkawinan Etnis Tamil ... 46

BAB IVPERKEMBANGAN ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI 1970-2000 ... 52

4.1. Adaptasi Etnis Tamil ... 52

4.1.1. Identitas Etnis Tamil Di Kota Binjai ... 54

4.1.2. Bahasa Tamil ... 58

4.1.3. Ciri Ciri Fisik Etnis Tamil ... 59

4.1.4. Sistem Kekerabatan Etnis Tamil ... 61

4.1.5. Hubungan Dengan Masyarakat lain ... 62

4.2. Perkembangan Etnis Tamil Di Kota Binjai 1970-2000 ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Binjai adalah salah satu kota yang berada didalam wilayah Provinsi Sumatera Utara yang mengalami perkembangan dari efek perkebunan

.

Pada masa pemerintahan Belanda, kota Binjai merupakan tempat kedudukan residen Kabupaten Langkat1 yang masih berstatus Kerajaan dan Langkat merupakan salah satu wilayah yang paling berharga bagi Belanda

.

Seiring dengan perkembangan perkebunan di sekitar kotaBinjai, penduduk kota Binjai semakin meningkat, hal ini menjadikan kota Binjai sebagai kota yang menarik banyak para pendatang

.

Banyaknya pendatang dari luar daerah menjadikan kota ini sebagai kota heterogen yang multi-etnis, selain penduduk daerah setempat yang beretnis Melayu, etnis lainnya adalah Jawa, dan Karo

.

Penduduk yang datang dari luar wilayah Indonesia adalah etnis Cina dan etnis Tamil2.

1 Karl Pelzer, Toean Keboen dan Petani ,Jakarta : Sinar Harapan 1985. hlm. 20

2 Tengku Lukman Sinar, Medan, Orang India di Sumatera, Medan : Forkala, 2008. hlm. 5

(10)

Etnis Tamil adalah salah satu etnis pendatang di Sumatera Timur yang didatangkan oleh penguasa perkebunan pada tahun 1865 dari India Selatan ke Sumatera Timur untuk menjadi tenaga kerja di perkebunan tembakau3

.

Para pendatang ini tidak hanya sebagai buruh perkebunan, tetapi ada juga yang bekerja mencari kehidupan baru

.

Mereka yang mempunyai pendidikan dan keterampilan dapat memperoleh pekerjaan yang baik menjadi pegawai di kantor perkebunan dan juga tukang masak pada istana-istana sultan4

.

Keberadaan etnis Tamil yang berada di Sumatera Timur menarik perhatian masyarakat dari negeri asalnya, mereka mencoba merantau ke Tanah Deli untuk mencari pekerjaan dan banyak juga yang pulang ke negaranya, namun kembali lagi ke Sumatera Timur dengan membawa sanak saudara dan keluarganya karena mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari tempat asal mereka

.

Ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya etnis Tamil yang datang dari India dan menetap di wilayah Sumatera Timur

.

Karena jumlah buruh Tamil di perkebunan sudah mencapai kuota yang ditentukan maka pemerintah Belanda memutuskan untuk tidak mengambil buruh asing lagi terutama etnis Tamil

3Ibid., hlm. 20.

4Ibid., hlm. 25.

(11)

untuk bekerja diperkebunan yang disebabkan oleh banyaknya biaya yang dikeluarkan dan kuota buruh India sudah mencapai 2000 orang

.

5

Dalam beberapa tahun etnis Tamil yang ada di Kota Binjai sudah berkembang

,

ini dapat dilihat bahwa pada tahun 1970 sampai tahun 2000 sudah ada lebih dari 250 Kepala keluarga,

k

arena pada umumnya etnis Tamil hidup secara berkelompok dan biasanya mereka membuat perkampungan sendiri

.

Hal tersebut dapat dilihat dari kediaman etnis Tamil di beberapa kelurahan di Kota Binjai.

Beberapa kediaman etnis Tamil di Binjai adalah kelurahan Timbang Langkat, tepatnya di Jalan Hoki yang dahulunya sekitar tahun 1980-an bernama Jalan Tamil dan juga Jalan Kuil

.

Di kelurahan Mencirim yaitu Jalan Ir. Juanda dan Jalan Nuri

.

Lalu yang lain berada di Kelurahan Kartini yang terletak di Jalan Ahmad Yani

.

Kota Binjai memiliki dua kuil tempat orang India (etnis Tamil) beribadah.

Pertama, Kuil Shri Mariamman Binjai yang berdiri pada tahun 1880 berada di Jalan

Ahmad Yani. Kedua, Kuil Shri Shivan dibangun pada tahun 1970 yang berada di Jalan Kuil

.

Keberadaan kuil ini bukan hanya sekedar tempat beribadah tetapi juga sarana bagi mereka untuk melakukan komunikasi dan tempat berkumpul mereka sebagai sesama pendatang

.

Kediaman etnis Tamil juga bisa dilihat dari kehidupan mereka yang berkelompok-kelompok dan adaptasi mereka dengan etnis-etnis lainnya

5Ibid.,hlm. 11.

(12)

di Kota Binjai

.

Seperti di Kampung Tamil Kelurahan Timbang Langkat, Kelurahan Mencirim, dan Kelurahan Kartini

.

Dibandingkan dengan etnis pendatang lain, etnis Tamil yang ada di kota Binjai cenderung lebih menonjolkan keistimewaan budaya mereka

.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan atau aktivitas kebudayaan mereka yang selalu mengundang masyarakat sekitar baik dari kota Binjai sendiri maupun dari luar kota Binjai, yang tentunya hal tersebut dapat menunjang sisi kepariwisataan kota Binjai, seperti upacara Deepavali, Thaipussam dan Pangguni Maha Pujai

.

Selain kegiatan kebudayaan, etnis Tamil yang ada di kota Binjai dapat beradaptasi dengan etnis lain yang ada disekitarnya, walaupun mereka tinggal secara berkelompok

.

Cara mereka beradaptasi dengan masyarakat ataupun etnis lain dengan tidak bermukim terlalu jauh dan mengasingkan diri agar dapat dengan mudah berinteraksi dengan etnis yang lain sehingga banyak dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang, buruh pekerja, dokter ataupun guru

.

Etnis Tamil merupakan masyarakat yang harus melakukan kegiatan ekonomi untuk dapat bertahan hidup di lingkungannya dan mereka mulai terbiasa dengan kehidupan di sekitar tempat mereka tinggal

.

Dengan adanya proses adaptasi membuat masyarakat Tamil sedikit banyaknya memasukkan budaya masyarakat sekitar dengan tidak mengurangi kebudayaan mereka

.

(13)

Pada masa kolonial, etnis Tamil yang bekerja sebagai buruh di perkebunan, termasuk juga kuli Tamil yang ada di Kota Binjai

.

Di masa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak diasosiasikan dengan pekerjaan kasar

,

seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot

.

Hal ini terkait dengan latar belakang orang Tamil yang datang ke Sumatera Timur, yaitu mereka yang berasal dari golongan rendah di India, yang tentu saja memiliki tingkat pendidikan yang amat rendah pula

.

6

Mereka inilah yang dipekerjakan di zaman kolonial sebagai kuli di perkebunan-perkebunan milik orang Eropa

.

Orang-orang Tamil yang datang secara mandiri ke Medan pada umumnya memiliki jenis mata pencaharian hidup sebagai pedagang

.

7 Setelah kontrak kerja mereka selesai sebagian dari mereka ada yang pulang ke India ada juga yang menetap dan menyebar hingga ke Kota Binjai

.

Di masa sekarang keturunan mereka banyak yang bekerja sebagai karyawan swasta, buruh, dan juga sebagai sopir

.

Di masa kolonial sebagian dari etnis Tamil bekerja menjadi penarik kereta lembu dan ikut serta dalam pembuatan jalan

,

8 di masa kini keturunan mereka banyak yang sudah mengusahakan jasa transportasi angkutan barang dan juga menjadi

6 Tengku Luckman Sinar, Orang India Di Sumatera, Medan : Forkala, 2008. hlm 2.

7Ibid., hlm. 4.

8Ibid., hlm. 4.

(14)

pemborong pembangunan jalan

.

Keahlian mereka dalam kedua bidang pekerjaan ini banyak diakui orang

.

Pada masa sekarang, umumnya etnis Tamil yang ada bekerja sebagai pedagang dan karena perkembangan zaman ada juga yang menjadi pegawai swasta, dosen juga dokter

.

Bagi mereka yang berdagang, mereka biasanya berjualan rempah-rempah dan bumbu-bumbu dapur yang mereka produksi sendiri

.

Pada umumnya, mereka yang berjualan rempah-rempah, tekstil, dan menjual makanan adalah orang-orang Tamil yang beragama Islam

.

Mereka adalah kaum Muslim imigran yang datang dari India Selatan hampir bersamaan dengan kedatangan orang-orang India pada umumnya ke Sumatera Timur pada pertengahan abad ke-19

.

9

Bagi sebagian etnis Tamil Muslim mereka biasanya berjualan makanan khas India yang sudah terkenal sejak dulu seperti Kari, yang merupakan makanan asli dari India yang kemudian terkenal di Indonesia10, roti cane dan roti Jala

.

Kemudian ada yang berjualan pakaian sari, dan ada juga yang membuka kedai tepat di depan rumah mereka sendiri serta beberapa usaha lainnya

.

9Tidak semua migran buruh dari India Selatan merupakan Etnis Tamil yang beragama Hindu tetapi sebagian mereka ada yang beragama Islam.Lihat Jurnal Zulkifli Lubis Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi Di Medan.

10 Andreas. Maryoto, Jejak Pangan Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan. Jakarta:

Kompas. 2009. hlm. 4.

(15)

Kebanyakan etnis Tamil yang berprofesi sebagai pedagang buah dan sayuran dan juga tekstil, biasanya mereka berjualan di daerah Pasar Tavip ataupun Pasar Kaget di Kota Binjai

.

Adaptasi dengan masyarakat sekitar dapat dengan mudah dilakukan dengan cara berdagang di pasar

.

Karena rata-rata etnis Tamil yang berada di Kota Binjai bertempat tinggal dekat dengan pusat pasar agar memudahkan mereka berdagang sebagai bentuk memenuhi kebutuhan hidup dan memajukan kehidupan ekonomi mereka

.

Sebelum masa orde baru atau sekitar tahun 1950an kebanyakan masyarakat Tamil dengan kasta rendah hanya menyekolahkan anaknya sampai pendidikan SMA saja dikarenakan masih adanya keterikatan pada kasta yang dianut, namun setelah banyaknya perubahan pada tahun 1970 hingga 2000 mereka dengan kasta rendah sudah mampu membawa anaknya sampai ke perguruan tinggi, baik negeri ataupun Swasta

.

11Sehingga nantinya hal tersebut dapat berpengaruh bagi perbaikan tingkat ekonomi mereka

.

11Hal tersebut dipengaruhi stratifikasi sosial yang ada pada konsep agama Hindu sehingga tidak semua orang bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi, hasil wawancara dengan dr. Nehru pada 8 Juli 2017.

(16)

Kehidupan ekonomi masyarakat Tamil di Kota Binjai sudah menunjukkan tanda-tanda perkembangan, hal ini dapat dilihat dari tingkat kesenjangan ekonomi mereka yang menengah ke atas

.

Umumnya para pedangang Tamil sudah bisa membeli rumah sendiri

.

12

Seperti diketahui bahwa kota Binjai dihuni oleh banyak etnis, diantaranya adalah etnis Melayu, Batak Toba, Mandailing, Batak Karo, Simalungun, Nias, Jawa, Aceh, Tionghoa dan Tamil

.

Masing-masing kelompok etnis ini memiliki keyakinan dan kebudayaan yang berbeda-beda

.

Agama Kristen dipeluk oleh suku Batak Toba dan Karo, Islam dipeluk oleh mayoritas Etnis Jawa dan Melayu, Agama Buddha dipeluk oleh etnis Tionghoa dan agama Hindu dipeluk oleh etnis Tamil

.

Namun perbedaan etnis ini tidaklah menimbulkan konflik dengan etnis lain.

Termasuk juga etnis pendatang dengan etnis pribumi.Untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar kota Binjai

,

etnis Tamil berbaur dengan etnis-etnis yang lainnya melalui Interaksi Sosial, Budaya dan Ekonomi

.

Salah satunya adalah komunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan kegiatan ekonomi yang dilakukan kebanyakan adalah berdagang13

.

12Beberapa cara dapat menjadi patokan untuk mengukur tingkat kesenjangan ekonomi masyarakat Tamil di Kota Binjai seperti rumah atau tanah atau tingkat pendidikan, Hal ini dituturkan oleh dr. Nehru saat wawancara dengan penuilis tanggal 8 Juli 2017.

13Andreas. Maryoto, Jejak Pangan Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan. Jakarta:

Kompas. 2009. hlm. 38.

(17)

Etnis Tamil yang ada di kota Binjai memiliki keistimewaannya sendiri, mereka sangat memegang teguh kebudaayan asli mereka, berbeda dengan etnis Tamil yang ada di daerah lain, kecuali di Kelurahan Kampung Madras di kota Medan

.

Selain itu menurut narasumber14 umur dari tempat peribadatan mereka yaitu Kuil Shri Maryamman tersebut sudah berumur lebih dari seratus tahun dibangun sejak tahun 1880, yang mana pembangunan kuil pertama kali berhubungan dengan Sultan Langkat yang memberikan sepetak tanah untuk pembangunan Kuil tersebut

.

Dengan kata lain umur kuil Shri Mariamman di kota Binjai lebih tua 4 tahun dibandingkan kuil Shri Maryamman di kelurahan Kampung Madras Medan yang dibangun pada tahun 1884

.

Hal ini merupakan keunikan tersendiri bagi etnis Tamil yang ada di kota Binjai, mengingat banyak masyarakat yang beranggapan bahwa lebih dulu etnis Tamil menetap di kota Medan ketimbang di kota Binjai

.

Dengan demikian berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Masuknya Etnis Tamil di Kota Binjai

.

Mengingat bahwa Etnis Tamil adalah salah satu etnis pendatang dari luar wilayah Nusantara yaitu dari India Selatan dan etnis Tamil yang ada di Kota Binjai memiliki keunikan tersendiri baik dari sejarah maupun eksistensinya maka penulis merasa tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Kehidupan Sosial Budaya Etnis Tamil di Kota Binjai Tahun 1970-2000”.Penulis mengambil periodesasi sekitar tahun 1970 sampai 2000

14Wawancara dengan Pendeta kuil Shri Maryamman Siwa Kumar yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2017.

(18)

dikarenakan tahun tersebut merupakan tahun dimana etnis Tamil yang ada di kota Binjai mulai aktif dan berkembang dalam adaptasi, organisasi dan menonjolkan keistimewaan etnis mereka melalui banyak kegiatan

.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan bagian yang memuat lebih jelas tentang masalah yang telah ditetapkan dalam latar belakang masalah

.

Dengan kata lain, masalah itu diidentifikasi dengan rumusan masalah yang secara eksplisit dalam urutan sesuai dengan intensitas terhadap topik penelitian

.

15

Melihat dari latar belakang maka penulis menentukan beberapa rumusan masalah yang digunakan sebagai batasan dalam penulisan yang diharapkan tidak keluar dari jalur pembahasan yang semestinya

.

Beberapa rumusan masalah tersebut sebagai berikut

:

1. Bagaimana Sejarah kedatangan etnis Tamil di kotaBinjai ? 2. Bagaimana kehidupan sosial budaya etnis Tamil di kotaBinjai ?

3. Bagaimana perkembangan etnis Tamil di kota Binjai dengan masyarakat sekitar kota Binjai tahun 1970-2000 ?

15Dudung Abdurrahman,Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm.

50.

(19)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah

:

1. Menjelaskan kedatangan etnis Tamil ke kota Binjai

2. Menjelaskan kehidupan sosial budaya etnis Tamil di kota Binjai

3. Menjelaskan perkembangan etnis Tamil di kota Binjai dengan masyarakat sekitar kota Binjai tahun 1970-2000

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

:

1. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai sejarah kedatangan dan kehidupan etnis Tamil di kota Binjai pada tahun 1970 sampai tahun 2000

.

2. Sebagai bahan bacaan untuk penelitian lanjutan bagi peneliti yang ingin meneliti permasalahan yang sama dan berhubungan dengan penelitian ini

.

3. Sebagai sumbangan ilmu kepada pembaca yang ingin mengetahui etnis Tamil di kota Binjai

.

(20)

1.4. Tinjauan Pustaka

Tengku Lukman Sinar dalam bukunya Orang India Di Sumatera(2008). Buku ini menjelaskan tentang sejarah kedatangan Etnis Tamil ke Sumatera khususnya Sumatera Timur

.

Buku ini memaparkan tentang kehidupan etnis Tamil setelah berada di Sumatera Timur, yang mana mereka juga memegang peran dalam sejarah perkebunan di Sumatera Timur

.

Buku ini juga memuat beberapa data tentang kebudayaan asli etnis Tamil yang mereka bawa dari India Selatan ke Sumatera Timur ini

.

Mohammad Said di dalam buku Koeli Kontrak Tempoe Doeloe (1990) digunakan sebab didalamnya menjelaskan beberapa tulisan sejarah mengenai sejarah buruh pada masa perkebunan Belanda

.

Buku ini menggambarkan kehidupan para buruh yang dipekerjakan oleh perkebunan milik Belanda hingga setelah mereka lepas dari perkebunan

.

Karl Pelzer dalam bukunya Toean Kebun Dan Petani (1985)menjelaskan bagaimana sejarah datangnya etnis Tamil ke Sumatera Timur

.

Buku ini terdapat banyak sumber sejarah tentang perkebunan, yang mana perkebunan milik Belanda- lah yang menjadi alasan utama Etnis Tamil datang ke Sumatera

.

Buku ini juga memaparkan bagaimana aktivitas etnis Tamil selama menjadi buruh diperkebunan dan kehidupan mereka setelah lepas dari perkebunan

.

Buku Karl Pelzer ini membantu

(21)

penulis untuk mendapatkan sumber sejarah mulai dari masuknya hingga peran etnis Tamil di perkebunan

.

Tengku Lukman Sinar dalam bukunya Sejarah Medan Tempoe Doeloe(2011) menjelaskan tentang sejarah kota Medan dan kota sekitarnya

.

Buku ini juga menjelaskan tentang keberagaman sejarah etnis pendatang di Sumatera Timur termasuk etnis Tamil dan kebudayaannya yang dimuat secara singkat mulai dari tentang keberadaan Kuil mereka hingga keberadaan wilayah penyebaran etnis Tamil di Sumatera Timur khususnya Kota Medan

.

Buku ini penulis gunakan sebagai bahan tambahan dan perbandingan dengan sumber yang sudah penulis dapatkan

.

1.5. Metode Penelitian

Louis Gottchalk menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji dan menganalisa kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya

.

16

Berdasarkan pengertian diatas, Gottchalk mensistemasikan langkah-langkah dalam penelitian sejarah sebagai berikut

:

16 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. hlm. 44

(22)

1. Pengumpulan data atau sumber yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan

.

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan

.

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan judul Kehidupan Sosial Budaya Etnis Tamil di Kota Binjai Tahun 1970-2000, dengan ini peneliti akan mengumpulkan majalah, artikel, skripsi ataupun karya tulis yang sesuai dengan judul yang diteliti

.

Kemudian penelitian kelapangan akan dilakukan dengan mewawancarai informan yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang merupakan metode yang memakai observasi, wawancara terbuka, data bersifat deskriptif serta menganalisis

.

Oleh sebab itu, metode penelitian kualitatif lebih banyak mengupas masalah sosial yang sesuai dengan penelitian ini

.

2. Kritik sumber atau verifikasi sumber

.

Dalam hal ini terdapat dua tahap yaitu kritik eksternal dan kritik internal

.

Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik berdasarkan keaslian sumber atau keotentikannya, seperti menilai buku dari ejaan yang digunakan, kertas yang digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun diterbitkan dan lainnya

.

Kedua, kritik internal yang dikenal sebagai pemilihan sumber berdasarkan kesahihan sumber atau kredibilitas, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka

.

(23)

3. Menyimpulkan kesaksian atau sumber yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik ataupun interpretasi atau penafsiran fakta-fakta yang didapat berdasarkan bahan-bahan yang sudah dikritik

.

4. Penyusunan data sumber yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti, ataupun historiografi atau penulisan interpretasi yang dituangkan secara sistematis dan kronologis

.

17

17 LouisGottschalk, Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press, 2008. hlm 25.

(24)

BAB II

KEDATANGAN ETNIS TAMIL KE KOTA BINJAI

2.1. Wilayah Binjai

Secara geografis kota Binjai berada pada 3º31’ sampai dengan 3º40’ Lintang Utara dan 98º32’ Bujur Timur dan terletak 28 meter di atas permukaan laut

.

Wilayah

kota Binjai seluas 90,23 Km dikelilingi oleh Kabupaten Deli Serdang

.

Secara geografis kota Binjai bersebelahan dengan lima kabupaten yaitu

:

Sebelah Utara adalah Kecamatan Binjai

,

Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak

,

Kabupaten Deli Serdang

.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal

,

Kabupaten Deli Serdang

.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei

,

Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru

,

Kabupaten Deli Serdang

.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai

,

Kabupaten Langkat

.

18

Kota Binjai sebagai salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara yang hanya berjarak ± 26 Km dari pusat Kota Medan

.

Kota Binjai adalah daerah yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau

.

Landmark Kota Binjai adalah sebuah tugu berupa patung tiga orang pejuang yang sedang mengangkat

18 Untuk melihat peta kota Binjai Lihat pada Lampiran 1

(25)

senjata yang terletak di jalan utama kota yaitu Jalan Sukarno Hatta, Jalan Sudirman dan Jalan Tengku Amir Hamzah

.

Selain tugu perjuangan tersebut

,

digerbang pintu masuk Kota Binjai dibuat replika buah rambutan yang berukuran besar digantung disisi kiri dan kanan gerbang Kota

.

Kota Binjai memang dikenal masyarakat sebagai kota penghasil buah rambutan, karena dahulu kota ini memang penghasil rambutan dengan kualitas yang baik. Namun pada saat ini buah rambutan tidak lagi menjadi produk utama kota Binjai, tetapi masih banyak dari penduduk kota Binjai yang menanam pohon rambutan dipekarangan rumah mereka

.

Dalam perkembangannya, Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II provinsi Sumatera Utara yang sudah melakukan pemekaran wilayah

.

Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintahan No.10 Tahun 1986, wilayah daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 Km2 dengan lima wilayah kecamatan yang terdiri dari sebelas desa dan sembilan belas kelurahan

.

Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, maka jumlah desa menjadi tujuh belas dan kelurahan menjadi dua puluh

.

Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 140-1395/SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan enam desa persiapan dan satu kelurahan persiapan di Kota Binjai19

.

19BPS Kota Binjai. Binjai Dalam Angka 2016. hlm 31.

(26)

a. Kependudukan Kota Binjai

Tabel 1

Kependudukan dan Luas Wilayah Kota Binjai

Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

Binjai Selatan 29,96 50,275 1.344

Binjai Kota 4,12 24,427 6.471

Binjai Timur 21,70 53,610 2.280

Binjai Utara 23,59 71,054 3.038

Binjai Barat 10,86 42,714 4.078

Binjai Kota 90,23 242,008 2.697

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai tahun 2000)

Dari tabel diatas menunjukan bahwa Kota Binjai mempunyai luas wilayah 90,23 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 261.490 jiwa

.

Kecamatan Binjai Selatan mempunyai wilayah paling luas dengan 29,96 Km2, sedangkan wilayah terkecil berada di Kecamatan Binjai Kota dengan luas 4,12 Km2

.

Selain itu, penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara dengan jumlah 75,054 jiwa dan dengan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Binjai Kota dengan Jumlah 29,427 jiwa

.

(27)

b. Kependudukan Berdasarkan Agama

Tabel 2.

Persentase Penduduk Kota Binjai Menurut Agama Tahun 2000

Agama

Kecamatan Binjai

Selatan (%)

Binjai Kota (%)

Binjai Timur (%)

Binjai Utara (%)

Binjai Barat (%)

Islam 90,10 129,22 80,24 83,96 79,86

Kristen 7,48 15,35 10,52 5,16 2,53

Katolik 0,25 1,00 1,69 0,60 0,78

Hindu 0,7 1,54 0,43 0,07 0,21

Budha 0,17 45,64 0,09 2,18 11,43

Konghucu 0,00 0,01 0,00 0,01 0,41

Penduduk Kota Binjai terdiri dari beberapa kelompok agama. Adapun kelompok agama yang ada di Kota Binjai yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu

.

Agama Islam merupakan jumlah terbesar mayoritas dipegang oleh suku Jawa dan Melayu juga suku Mandailing, Aceh dan suku Minang, Agama Kristen dan Katolik dianut oleh mayoritas suku Batak dan Karo, sedangkan agama Buddha dianut oleh orang Tionghoa dan agama Hindu dianut oleh orang India

.

(28)

2.2. Sejarah Masuknya Etnis Tamil Ke Sumatera Timur

Kedatangan orang India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah lama sebelum Masehi

.

Pada awalnya mereka menyebarkan agama Hindu dan yang terakhir juga membawa agama Buddha terutama pada masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember

.

20 Pada situs Lobu Tua juga ditemukan prasasti dengan tulisan Tamil oleh pejabat Belanda, GJJ Deatz tahun 1872.

Setelah diterjemahkan oleh Prof. Dr. KA Nilakanda dari Universitas Madras India pada tahun 1931

.

Menurutnya batu bertulis itu bertahun Saka 1010 atau 1088 Masehi di zaman pemerintahan Raja Cola yang menguasai wilayah Tamil di India Selatan

.

Tulisan itu antara lain menyebutkan tentang perkumpulan dagang etnik Tamil sebanyak 1500 orang di Lobu Tua yang memiliki pasukan keamanan, aturan perdagangan dan ketentuan lainnya

.

Prasasti Lobu Tua itu berisi tentang aktivitas perdagangan kumpulan Tamil yang dikenal dengan nama “Mupakat Dewa 1500”

.

21

20Tengku Luckman Sinar, Orang India Di Sumatera, Medan : Forkala, 2008. hlm 1.

21Disebut Mupakat Dewa 1500, karena tidak hanya kumpulan para pedagang India saja tetapi juga dari aliran Brahmana, Wisnu, Mulabhadra dan lain lain. Lihat di Jurnal Pluralitas Tamil Di Kota Binjai oleh Siwa Kumar, Repository USU.

(29)

Kedatangan Bangsa India ke Sumatera Timur tidak terlepas dari investasi modal perkebunan bangsa Eropa yang marak berkembang di kawasan Pantai Timur Sumatera pada pertengahan abad ke 19

.

Investasi ini dipelopori oleh Jacobus Nienhuys (1863) yang mendapat konsesi tanah dari Sultan Deli yaitu Mahmud

Perkasa Alamsyah untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya ternyata sangat baik sebagai bahan pembungkus cerutu

.

Pada saat itu diperoleh keuntungan yang relatif besar, sehingga datanglah para investor asing lainnya ke Sumatera Timur

.

KemudianNienhuys membentuk maskapai tembakau yang bersifat Perseroan terbatas dengan nama Deli Maatschappij/Deli Maskapai pada tahun 1869

.

22

Pada tahun 1863, Kuypers dan Nienhuys mendapat hak konsesi tanah di Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya baik dan berbau harum sebagai pembalut cerutu

.

Kemudian Nienhuys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tg

.

Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun

.

23 Bal-bal tembakau dibawa dengan perahu yang dikerjakan oleh kuli orang India Tamil melalui sungai Deli dan sungai Babura dan dipertemuan kedua sungai itu di kampung Medan Puteri, lalu melapor ke kantor besar Deli Mij, dan dari

22Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta:

Sinar Harapan, 1985, hlm. 73.

23Tengku Luckman Sinar., op.cit, hlm 9.

(30)

sana baru dibawa menghilir sungai Deli ke Labuhan untuk diekspor dengan tongkang Cina ke Penang lalu dibawa ke Eropa

.

24

Sejak 1875, maskapai perkebunan Belanda mendatangkan kuli dari Jawa yang biayanya murah karena diperlakukan sebagai setengah budak, dilindungi peraturan kejam yang disebut “Poenale Sanctie”

.

Karena perkebunan besar juga dibuka orang Inggris di Malaya mendapat hambatan dari Inggris yang dirasa memberatkan perkebunan Belanda antara lain secara berkala aka nada petugas Inggris yang memeriksa tentang kondisi kuli Tamil seperti pengobatan, gaji dan lain lain

.

25

Di Malaya atas permintaan pemerintah India, semua penduduk asli India yang meninggalkan Malaya harus punya sertifikat bahwa mereka orang yang mampu atau ke negara dimana tidak dibuat traktat

.

Penguasa Tanjore dan pelabuhan Nagapatam, Karikal, Madras mencatat semua penumpang yang mau berangkat ke Malaya.

Imigran bebas tanpa kontrak kerja dan panjar juga dicatat bahwa ia bukan kuli tetapi misalnya calon petani

.

26

Di Malaya kapal dilarang membawa orang India ke Sumatera Timur untuk menjadi kuli tanpa sertifikat

.

Cremer mengusulkan pelayaran langsung ke India dengan biaya rendah oleh perkebunan asing di Sumatera Timur

.

Di Malaya dibuat

24Ibid., hlm. 9.

25Tengku Luckman Sinar., op.cit, hlm 10.

26Ibid., hlm 11.

(31)

peraturan bahwa semua orang India yang meninggalkan Malaya harus mempunyai sertifikat, karena takut mereka akan buat kontrak kerja dengan negara yang tak ada traktat dengan Inggris dan dimana tidak ada protector atau penjaga khusus orang Inggris seperti di Sumatera Timur

.

Hal ini menyebabkan kuli India tidak bisa meninggalkan Malaya

.

27

Selain imigran dari India Selatan ada juga orang Bombay serta Punjabi, dimasa kolonial buruh-buruh Tamil biasanya dipekerjakan sebagai tukang angkat air, memperbaiki parit, dan dibidang infrastruktur serta transportasi

.

Ketika bekerja di perkebunan, orang-orang India ini selalu disuruh untuk membuat jalan-jalan yang menghubungkan lokasi perkebunan dengan lokasi lainnya

.

Sementara itu orang-orang Punjabi yang beragama Sikh biasanya bekerja sebagai penjaga keamanan, pengawal di istana dan kantor-kantor, serta penjaga toko

.

Orang Punjabi yang bekerja diperkebunan juga bertugas sebagai penjaga malam, pengantar surat dan juga memelihara ternak sapi untuk memproduksi susu

.

28

27Ibid., hlm. 11

28Buruh India yang bekerja di perkebunan Belanda mayoritas bekerja kasar dan secara acak, dan bekerja mengurus lembu dan kerbau, Lihat di JurnalZulkifli Lubis, Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan,Medan: USU, 2005.

(32)

Pada tahun 1886 sudah ada dua ribu orang kuli Tamil

,

Sejak 1925 dengan datangnya ribuan kuli kontrak dari Jawa, maka tidak dipakai lagi kuli asing

.

Orang orang Tamil yang telah selesai kontraknya dengan perkebunan perkebunan milik Belanda, meskipun diperkenankan kembali ke kampung halamannya dengan diberikan ongkos secara cuma Cuma oleh sebagian pihak pemerintah Belanda yang ternyata mereka tidak pulang ke India. Mereka ini lah yang sampai sekarang melalui banyak proses telah tinggal dan bermukim di beberapa tempat, seperti di kota Medan dan kota Binjai.

Orang India yang datang ke Sumatera Timur kemudian datang secara bebas

.

Datanglah pedagang dan Chetty (peminjam uang secara riba)

.

Ada lagi suku orang Bombay yang membuka toko pakaian

.

29 Di awal abad ke-20 secara perlahan terjadi peralihan mata pencaharian, dari awalnya bekerja sebagai kuli di perkebunan beralih menjadi pedagang, supir pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan

.

29Tengku Luckman Sinar, op.cit, hlm. 12.

(33)

Hal ini mengakibatkan sebagian etnis Tamil mulai berpindah ke kota-kota yang dekat dengan sentra perdagangan dan pusat kota

.

30 Di antara pendatang etnis Tamil yang merantau di tanah Deli ada juga yang berpenghasilan cukup mapan sehingga menarik minat masyarakat di negeri asal mereka untuk mencoba merantau ke Sumatera Timur

.

Sebagian dari para pendatang ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik sehingga ketika tiba di Deli ia tidak bekerja sebagai buruh melainkan pegawai kantoran atau yang pada waktu itu lebih populer dengan istilah kerani pada kantor-kantor perkebunan

.

Pada umumnya etnis Tamil hidup secara berkelompok

.

Biasanya mereka membuat perkampungan sendiri

.

Daerah pemukiman etnis Tamil yang dapat dikenal adalah Kampung Keling atau sebahagian orang menyebutnya Kampung Madras

.

Lokasi perkampungan mereka terletak di pinggir sungai Babura, sebuah sungai yang membelah kota Medan yang menjadi jalur utama transportasi dimasa lampau

.

Dikawasan ini hingga sekarang masih terdapat situs-situs yang menandakan keberadaan etnis Tamil, misalnya kuil Shri Mariamman di Jalan Zainul Arifin sebagai kuil tertua bagi komunitas Tamil di kota Medan, yang dibangun tahun 1884 dan sejumlah kuil lainnya

.

30Mereka berpindah ke daerah yang dekat dengan perdagangan agar mendapat kehidupan yang lebih layak setelah lepas dari perkebunan.Lihat JurnalSiwa Kumar, Pluralitas Tamil Di kota Medan, Repository USU. 2011.

(34)

Kawasan Kampung Keling terletak di kota Medan tepatnya di sekitar Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Baru

.

Selain itu komunitas Tamil juga terdapat di Kampung Anggerung di Kelurahan Anggerung, Kecamatan Medan Polonia

.

Kampung Keling diperkirakan telah ada sejak tahun 1884

.

Ini dibuktikan dengan dibangunnya Kuil Shri Mariamman sebagai tempat ibadah etnis Tamil yang beragama Hindu pada tahun 1884

.

Kampung Keling ini memang bukan perkampungan Tamil tertua di Sumatera Utara, pemukiman tertua etnis Tamil terdapat di Kota Binjai, hal ini dibuktikan dengan adanya Kuil Shri Mariamman Binjai yang dibangun pada tahun 1880

.

2.3. Keberadaan Etnis Tamil Di Kota Binjai

Keberadaan etnis Tamil di Kota Binjai tidak terlepas dari pengaruh perkebunan yang dibangun pemerintah Belanda di Sumatera Utara, karena perkembangannya memberi dampak terhadap wilayah sekitarnya termasuk Kota Binjai yang pada saat itu masih merupakan bagian dari wilayah Langkat

.

Etnis Tamil yang ada di Kota Binjai berasal dari perkebunan, mereka yang bekerja diperkebunan di daerah Pungei sekarang Kebun Lada, di daerah tersebut terdapat perkebunan tembakau yang tahun 1925 diberi nama PTP IX

.

(35)

Setelah merdeka sekitar tahun 1950-an para buruh diperkebunan tersebut sebagian mulai menyebar ke daerah Kota Binjai dan sekitarnya seperti kuala Bingei, kuala Bergumit dan lain lain, kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk kembali ke kampung halaman mereka di India disebabkan ketiadaan biaya, maka dari itu mereka memilih menetap di kota Binjai, dan sebagian pindah ke kota Medan dimana peluangpekerjaan masih cukup banyak bagi etnis Tamil, namun ada pula sebagian etnis Tamil yang masih dipekerjakan di perkebunan tersebut31

.

Pola pemukiman yang mengelompokkan mayoritas etnis Tamil pada gilirannya mempengaruhi pola sikap mereka seperti kecenderungan untuk mempertahankan unsur-unsur budaya serta kegiatan keagamaan mereka

.

Masyarakat etnis Tamil yang menetap di Sumatera Timur pada masa kolonial Belanda telah menekuni berbagai pekerjaan dalam eksistensinya seperti berdagang makanan khas dan bumbu masakan

.

Penyebaran masyarakat Tamil di berbagai wilayah khusunya Kota Binjai telah melakukan kegiatan mereka sebagai makhluk sosial

.

Untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar Kota Binjai, etnis Tamil berbaur dengan etnis-etnis lainnya melalui interaksi sosial dan melakukan kegiatan ekonomi sebagai suatu cara untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup

.

31Wawancara dengan dr. Nehru. Pada 25 Maret 2017.

(36)

Keberadaan etnis Tamil di Kota Binjai sudah berkembang dilihat dari kediaman dan pola pemukiman mereka yang sudah membaur dengan etnis setempat

.

Seperti di daerah Kelurahan Timbang Langkat, Kelurahan Mencirim, dan Kelurahan Kartini

.

Pola pemukiman etnis Tamil dapat dilihat dengan adanya bentuk daun di depan pintu rumah mereka danada beberapa yang mengukir gambar Dewa didepan pintu rumah mereka

.

Ada juga simbol daun mangga didepan rumah orang Tamil yang menurut kepercayaan mereka berfungsi untuk menghalau roh jahat32

.

Etnis Tamil di Kota Binjai memiliki dua tempat beribadah

,

yaitu Kuil Shri Mariamman yang terletak di Jalan Jend

.

Ahmad Yani dan Kuil Shri Shivan yang terletak di Jalan Kuil di Kelurahan Timbang Langkat

.

33 Kuil Shri Mariamman ini memiliki keistimewaan tersendiri berupa beberapa lampion khas etnis Tionghoa yang digantung di depan pintu masuk kuil

,

lalu kuil ini juga memiliki sejarah yang berhubungan dengan perkebunan

,

sedangkan etnis Tamil yang beragama Islam

,

mereka ikut dalam komunitas Islam lainnya dan sholat di Masjid yang ada di daerah Binjai

.

32Wawancara dengan Siwa Kumar selaku pendeta di Kuil Shri Maryamman Binjai pada tanggal 24 Maret 2017, beliau menjelaskan tentang cara membedakan rumah orang Tamil yang ada di Kota Binjai dengan etnis lainnya.

33 Untuk melihat kuil Shri Mariamman lihat lampiran 2 dan 3.

(37)

Pembangunan Kuil Shri Mairiamman ini dipelopori oleh seorang yang bernama Mutu Kapitan yang merupakan pemimpin etnis Tamil pada tahun 1880

.

Beliau meminta izin kepada Sultan Langkat untuk membangun kuil bagi etnis Tamil agar mereka dapat melakukan ibadahnya

.

Sultan Langkat pun menyetujui dan memberikan sebidang tanah yang cukup luas, lalu didirikanlah Kuil Shri Mariamman tersebut pada tahun 1880

.

34

Uniknya jika dibandingkan dengan Kuil Shri Mariamman yang ada di Kampung Madras Medan, Kuil Shri Mariamman yang ada di Binjai berusia lebih tua empat tahun dibandingkan Kuil yang ada di Kampung Madras Medan

.

Bangunan Kuil Shri Mariamman di Kota Binjai terdapat angka yang menunjukkan tahun dibangunnya Kuil tersebut yaitu tahun 1880

.

Sedangkan Kuil Shri Shivan sendiri dibangun pada tahun 1980 yang berada di Jalan Kuil, jika dibandingkan dengan Kuil Shri Mariamman, kuil ini Nampak lebih lantaran kuil ini hanya menampung sebagian jamaah etnis Tamil yang ada di Kelurahan Mencirim dan Timbang Langkat

.

Jumlah penduduk etnis Tamil yang ada di sekitar Kuil Shri Sivan berjumlah sekitar 150 KK(Kepala Keluarga) dan sekitar Kuil Shri Mariamman berjumlah sekitar 200 KK(Kepala Keluarga) bagi yang beragama hindu35

.

Bagi etnis Tamil yang beragama

34Wawancaradengan Dr. M. Nehru selaku wakil ketua PSMK pada tanggal 8 juli 2017, beliau menjelaskan sejarah dibangunnya Kuil tersebut secara turun temurun.

35Wawancara dengan dr. Nehru, Beliau menjelaskan tentang jumlah penduduk Etnis Tamil yang ada di Kota Binjai berdasarkan Jamaah dari Kedua Kuil. Mengingat Pemerintah Kota Binjai tidak mengeluarkan data spesifik tentang jumlah Etnis Tamil di Kota Binjai.Tanggal 8 Juli 2017.

(38)

Islam berjumlah sekitar 180 KK, mereka mayoritas tinggal di daerah pusat kota Binjai36

.

2.4. Organisasi Etnis Tamil di Kota Binjai

Pada umumnya masyarakat etnis Tamil membentuk suatu perkumpulan bedasarkan keagamaan

.

Pada masyarakat Tamil di Kota Binjai, mereka dalam naungan PSMK atau Perhimpunan Shri Mariamman Koil yang dibentuk sejak pembangunan Kuil tahun 1880 dan direnovasi setelah tahun 1931

.

Perhimpunan ini berada di pekarangan Kuil Shri Mariamman yang terletak di Jalan Jend.Ahmad Yani No.57 di Kota Binjai

.

Perhimpunan ini merupakan perhimpunan tunggal di Binjai yang mewakili keseluruhan etnis Tamil di Kota Binjai, perhimpunan ini juga sebagai wadah atau payung yang membawahi semua kegiatan baik berupa keagamaan maupun sosial

.

Mereka tidak mempunyai organisasi lain atau organisasi khusus, hanya perhimpunan inilah yang menaungi semua kegiatannya

.

37

36 Hasil wawancara dengan Bapak H. Salauddin, yang merupakan anggota perkumpulan wirid lingkungan jalan Ahmad Yani dan sekitarnya, beliau merupakan etnis Tamil yang beragama Islam.

37Wawancara dengan Siwa Kumar selaku pendeta di Kuil Shri Maryamman Binjai pada tanggal 24 Maret 2017, menjelaskan tentang perhimpunan Shri Mariamman Koil atau PSMK..

(39)

BAB III

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI TAHUN 1970- 2000

3.1. Sosial Budaya

Budaya berkembang secara alami dalam masyarakat, budaya mengacu pada perilaku, sikap yang merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi

.

Dalam hal ini pola kehidupan dari masyarakat tertentu merupakan suatu kebudayaan, dengan kata lain kebudayaan merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh masyarakat dan diekspresikan bersama38

.

Menjadi bagian dari bangsa Indonesia merupakan satu pilihan yang secara sadar dijalankan oleh masyarakat Tamil di Kota Binjai pada umumnya

.

Mereka teguh dalam soal ini dan banyak di antara kaum tua etnis Tamil yang juga ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia, serta banyak pula di antara masyarakat Tamil yang berstatus sebagai pegawai negeri

.

Tetapi sebuah keprihatinan muncul di kalangan generasi tua Tamil dewasa ini melihat kenyataan bahwa semakin lama mereka kehilangan identitas kebudayaan Tamil

.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan pemuda Tamil tentang

38 Koentjaraningrat.Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta. 2005. hlm 60.

(40)

sejarah etnisnya, banyak diantara mereka yang sudah tidak bisa berbahasa Tamil, hanya kaum tua yang masih melestarikan budaya dan bahasa mereka

.

Sebagaimana etnis lainnya, etnis Tamil juga memiliki serangkaian upacara sendiri untuk merayakan berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya

.

Upacara tersebut biasanya berhubungan dengan tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat

.

Upacara tersebut pada dasarnya berfungsi untuk memaparkan sistem atau tatanan yang ada (pengetahuan lokal etnis Tamil yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Hindu dan budaya Tamil)

.

Menurut etnis Tamil pelaksanaan upacara-upacara sepanjang lingkup hidup itu sudah banyak yang berubah dari aslinya, banyak yang disebabkan oleh perkembangan zaman dan peran pemuda Tamil yang menginginkan perubahan

.

Sementara yang sebagian mereka tinggalkan adalah pemakaian bahasa Tamil yang diakibatkan oleh pergaulan pemuda Tamil dengan masyarakat non Tamil di Binjai karena dalam pergaulan etnis Tamil dengan Etnis setempat menggunakan bahasa Indonesia, Sindor yaitu warna dibelahan rambut bagi perempuan yang sudah menikah, Malewi atau gelang warna warni, dan Manggal Sutera yaitu tali kawin bagi perempuan yang sudah menikah

.

Sebagian masih ada yang menjalankan namun sebagian dari etnis Tamil sudah ada yang meninggalkan

.

Seperti menggunakan bahasa Tamil, sudah jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari mereka karena lebih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi

.

(41)

Pada suatu bentuk kehidupan dengan ritus daur hidup yang biasa disebut dengan rites of passagesatau siklus kehidupan, yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu prosesi perjalanan hidup manusia dalam menjalani tiap tingkatan dalam hidup, seperti lahir, bayi, remaja, dewasa, menikah, tua dan meninggal

.

Etnis Tamil mengenal proses daur hidup tersebut dengan memberikan upacara atau prosesi seremonial yang terkait dengan tingkatan dalam daur hidup, seperti upacara kelahiran, kematian dan lain sebagainya

.

3.1.1 Stratifikasi Etnis Tamil

Munculnya sistem kasta dilatar belakangi oleh adanya spesialisasi pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun kepada keluarganya

.

Misalnya pendeta yang memimpin upacara keagamaan, penenun, pedagang, petani dan sebagainya. Sistem kasta juga didukung oleh adanya perkawinan Endogami39

.

Stratifikasi etnis atau kasta ini juga terjadi dalam etnis Tamil, dimana hal ini sudah dilakukan turun temurun sejak dulu

.

Secara umum dalam kehidupan masyarakat Tamil, sistem kasta itu masih hidup dengan amat keras karena merupakan sistem pelapisan sosial yang mempunyai ciri ciri antara lain sebagai

:

keanggotaan dalam kasta berdasarkan kepada kelahiran,

39Merupakan seistem perkawinan yang hanya dilakukan dalam lingkungan kasta tertentu. Suwarno.Dinamika Sejarah Asia Selatan.Yogyakarta : Ombak, 2012. Hlm 26.

(42)

perkawinan dengan orang diluar kasta sangat dilarang, pergaulan dengan orang dari kasta terendah juga dilarang keras

.

Disamping itu tiap tiap kasta mempunyai kedudukan sosial yang sangat tajam batasnya, pada masyarakat Tamil umumnya seorang itu lahir dan mati dalam kastanya dan selama hidup perbedaan dalam kastanya itu tidak dapat diubah sama sekali

.

Struktur sosial Hindu dalam masyarakat disebut Varnasjrama Dharma yaitu kewajiban kewajiban sosial berdasarkan warna kulit

.

Sistem perkastaan pada masyarakat Tamil ini timbul oleh karena perbedaan asal dan warna kulitnya

.

Bangsa Arya pada tahun 1500 SM memasuki India dengan warna kulit lebih putih daripada bangsa asli yang mendiami India

.

Dengan hal ini dipercayai bahwa timbulnya kasta itu untuk menjaga supaya keturunan dan warna kulit bangsa Arya yang masuk ke India itu tetap terpelihara dan tidak bercampur dengan penduduk asli disana

.

40

Istilah kasta identik dengan warna, karena ada empat kasta maka disebut caturwarna41

,

yaitu

:

Brahmana, juga disebut pahpan dalam bahasa Tamil, dinyatakan bahwa golongan ini keluar dari mulut Dewa Brahma

.

Yang berarti bahwa golongan ini merupakan guru dari rakyat dan karena mulut yang menjadi saluran buah pikiran, karena itu lah kasta Brahmana dianggap golongan yang tertinggi

.

Kewajiban kasta Brahmana adalah sesuai dengan kedudukan sosial mereka dan hidup

40 O.D.P. Sihombing, India Sejarah Dan Kebudayaannya. Bandung : Sumur Bandung, 1962.

hlm 17-20.

41Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta : Ombak, 2012. hlm 27.

(43)

mereka haruslah tunduk kepada disiplin yang keras

.

Hidup mereka haruslah diabdikan kepada kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat dan dewa dewa, hidup seorang Brahmana dibagi dalam 4 tingkatan yaitu : Brahmatsjarya, Grahasta, Vanaprasta dan Sonyasa

.

Namun perlu diketahui bahwa tidak ada golongan Brahmanadikalangan masyarakat Tamil

.

Kasta Ksatria atau Aluner dalam bahasa Tamil, dikatakan golongan ini keluar dari tangan Dewa Brahma

,

yang berarti golongan ini merupakan golongan pemerintah

.

Karena tangan diperlukan dalam memegang senjata, menurut kitab perundangan Hindu tidak ada yang berhak memerintah kecuali kasta Ksatria yang berarti golongan ini berhak menjadi Raja atau pemimpin. Keberanian merupakan satu sifat yang harus dimiliki oleh kasta Ksatria karena tugas dan kewajiban mereka, seperti berperang

.

Kasta Waisyadipercaya keluar dari paha Dewa Brahma, gunanya paha adalah untuk membawa tubuh bagian atas dari satu tempat ke tempat lain, dan sebab itulah golongan Waisya menjadi pedagang atau saudagar dan harus berkeling ke banyak tempat

.

Kewajiban kasta Waisya adalah untuk memajukan kemakmuran negeri, tugas tugas mereka yang terutama adalah mengusahakan pertanian, peternakan dan perdagangan

.

Golongan kasta ini memakai Munja merupakan seutas tali yang suci, yang disandang diatas bahu kiri sampai ke pinggang kanan

.

(44)

Kasta Sudra yang dipercayai keluar dari telapak kaki Dewa Brahma yang berarti golongan ini harus melayani kasta kasta diatas mereka. Kasta Sudra lah yang paling banyak jumlahnya menurut buku perundingan Hindu. Memang kedudukan kasta Sudra sangat rendah dalam masyarakat Hindu, karena itu lah banyak larangan bagi golongan ini, mereka ini dilarang keras mengganti pekerjaan mereka yang sudah menjadi kebiasaan dan ketentuannya42

.

Selain caturwarna, dijumpai golongan lain yang berada diluar kasta, yaitu golongan Paria, Pancama atau Candala

.

43 Sistem kasta memang tidak bisa dihapuskan dari masyarakat Tamil, karena hal tersebut merupakan sistem pelapisan sosial yang paling dasar yang telah mendarah daging pada etnis Tamil ataupun etnis India. Namun pada saat sekarang ini penggunaan dan keistimewaan kasta sudah mulai berkurang pada etnis Tamil di Kota Binjai, hanya golongan tua yang masih mengunakan kasta sedangkan golongan muda lebih banyak yang memilih untuk meninggalkan penggunaan kasta karena bagi mereka penggunaan kasta pada zaman modern henya akan menghambat perkembangan mereka.

42Putu Sumba, DasarDasar Filsafat India. Denpasar : PT MABHAKTI, 2003. hlm 55-57

43Merupakan kasta yang berada dibawah kasta Sudra, mereka memiliki kewajiban untuk melayani kaum Brahmana, sedangkan Candala merupakan kaum yang menikah dengan bangsa asing.

Lihat di https://id.wikipedia.org/wiki/Kasta.

(45)

3.1.2 Perayaan Hari Besar Agama Hindu a. Hari Raya Deepawali

Hari Raya Deepawali merupakan hari kemenangan Sri Rama melawan simbol kejahatan yang tidak bisa dimusnahkan atau dibunuh dengan benda apapun dan siapapun

,

yang bertindak semena-mena membuat rakyat tersiksa

,

yang kemudian Sri Rama bertindak memusnahkan simbol kejahatan tersebut pada waktu senja

.

Perayaan ini dilangsungkan pada akhir bulan Purdassi atau bulan Ayppasi pada kalender Tamil yang bertepatan pada pertengahan bulan Oktober – November pada kalender Masehi

.

Simbol kejahatan tersebut sebelum dimusnahkan meminta kepada Sri Rama agar kematiannya disambut dengan kegembiraan dan kemeriahan dengan beraneka warna-warni hiasan lampu atau Deepam

,

sehingga setiap memperingati hari kematian simbol kejahatan tersebut masyarakat menyambutnya dengan gembira dengan cara silaturahmi dengan keluarga dan tetangga dengan melakukan Puja dirumah dan memasang Deepam dan membuat beraneka ragam makanan seperti kue-kue dan hidangan lainnya44

.

Hari raya Deepawali dilangsungkan selama empat hari

,

dan terdapat nama nama dalam penyebutan hari hari Deepawali

.

Pada etnis Tamil, mayoritas masyarakat hari pertama dimulai dengan Dhanteras

,

diikuti Chaturdasi dihari kedua

,

Diwali diari ketiga dan diakhiri dengan Diwali Padva

.

Perayaan ini dimeriahkan dengan menyusun Dias atau lampu minyak kecil yang terbuat dari tanah

44 Tengku Luckman Sinar, Orang India Di Sumatera,Medan, Forkala : 2008. hlm 23.

(46)

liat dengan sumbu kecil di area ruangan rumah

,

lingkungan rumah umat Hindu dan juga di area Kuil yang membuat seluruhnya terlihat indah karena dipenuhi cahaya Dias ataupun lilin

.

Selain itu hal yang biasa dilakukan saat perayaan Deepawali berlangsung ialah bertukar hadiah

,

menghidupkan petasan

,

menyalakan kembang api dan menyediakan makanan yang beraneka ragam

.

Namun bagi etnis Tamil yang mengalami kemalangan yang belum mencapai satu tahun tidak diperkenankan untuk merayakan Hari Raya Deepawali

.

Selain tidak diperbolehkan ikut berhari raya, etnis Tamil yang mengalami kemalangan itu juga tidak boleh melakukan pesta di rumah duka

.

Hal ini dilakukan karena sebagai bentuk rasa duka cita mereka karena telah ditinggal oleh anggota keluarganya45

.

b. Thaipussam

Perayaan terbesar umat Hindu khususnya etnis Tamil yang yang jatuh pada bulan Thai dalam hitungan kalender Tamil

,

yang jatuh pada bulan Januari-Februari, yang mana perayaan tersebut ditujukan kepada Dewa Murga yang berhasil menumpas kejahatan yang dilakukan Asura

.

Dimana Dewa Murga dengan menaiki kereta kencana berhasil menumpas Asura

.

Oleh sebab itu setiap perayaan Thaipussam arca Dewa Murga diarak keliling kota menaiki kereta kencana yang mana akan memberikan berkahnya kepada penduduk etnis Tamil

.

45 Perayaan Deepawali etnis Tamil di kota Binjai sama dengan etnis Tamil di daerah lain pada umumnya, hanya saja perayaan Deepawali di Kota Binjai tidak semeriah di daerah lain.

(47)

Hari Thaipussam merupakan hari membayar Nazar umat Hindu kepada Dewa Murga karena apa yang telah dihajatkan selama ini dikabulkan oleh Dewa Murga

,

ada berbagai macam cara para umat Hindu dalam membayar Nazarnya kepada Dewa Murga yaitu membawa Belanga atau kendi dari tanah liat atau alumunium yang diisi susu putih untuk dipersembahkan kepada Dewa Murga

.

Belanga yang diisi susu tersebut akan dibawa diatas kepala dan diarak dengan berjalan yang terkadang bisa mencapai beberapa kilometer

.

Mencukur habis rambut dikepala dan diwarnakan dengan warna jingga

,

baik laki laki atau permpuan

,

yang sudah tua atupun masih muda banyak yang memilih cara ini dalam mebayar Nazar mereka

.

Hari Thaipussam juga bermaksud hari menebus dosa dan juga memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan selama ini

.

Banyak cara yang dilakukan umat Hindu untuk menebus dosanya kepada Dewa Murga diantaranya yaitu

:

membawa Kavadi46 yang dijunjung diatas kepala atau dipikul diatas bahu

,

kavadi tersebut dihiasi dengan buku burung merak dan dihiasi dengan aneka bunga bungaan dan aneka dedaunan

.

Pembawa kavadi terdiri dari pria

,

wanita

,

tua dan muda yang beratnya disesuaikan dengan kemampuan yang memikulnya

.

Selain Kavadi, menusuk

46Kavadi merupakan batang kayu atau besi yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk dan diletakkan patung Dewa Murga atau Ganesha dalam berbagai ukuran .

(48)

pipi atau lidah dengan panah besi juga biasanya dilakukan ukurannya juga disesuaikan tergantung kemampuannya

.

47

Selain itu ada beberapa kegiatan yang dilakukan saat Thaipussan yaitu

:

menusuk badan dengan kail pancing yang berukuran sekitar 10 sentimeter

,

dan setiap kail pancing tersebut digantungi jeruk nipis

.

Lalu menusuk punggung dengan kail pancing dan diikatkan pada sebuah kereta kencana yang diatasnya diletakkan patung Dewa Murga

.

Para pembawa Kavadi dan orang yang menusuk badannya tersebut umumnya dalam keadaan setengah sadar

,

maka dari itu biasanya mereka akan didampingi oleh para kerabatnya

,

dan juga mereka melakukan hal tersebut dengan berjalan kaki menuju kuil yang dituju48

.

c. Tiruvilla

Dalam Agama Islam Tiruvilla sama dengan hari Maulid maupun Isra’

Mi’raj.Namun dalam hal ini Tiruvilla merupakan ritual yang menurut umat Hindu Tamil sebagai perwujudan bakti seorang hambanya kepada para Dewa.Ritual ini ditujukan untuk menghormati Dewi Kali, salah satu Dewi Umat Hindu Tamil

.

47Untuk melihat upacara Thaipussam lihat pada lampiran 4, pada etnis Tamil di Kota Binjai, kegiataan nazar yang seperti dijelaskan diatas sudah tidak dilakukan lagi karena adanya perubahan seperti sulitnya akses menuju sungai.

48Hasil wawancara dengan Pendeta Kuil Shri Mariamman Binjai, Siwa Kumar tanggal 27 Maret 2017

(49)

Kegiatan ini dilakukan sebagai persiapan untuk melakukan berbagai kegiatan pada pelaksanaan Thaipussam, ritual ini dilangsungkan agar umat yang memenuhi Nazarnya kepada Dewa Murga tidak merasakan sakit atau berdarah karena tanpa ilmu kebal biasanya tak ada orang yang tahan ditusuk dengan tombak atau berjalan diatas bara api

,

oleh umat Hindu dengan niat yang bersih demi menuntaskan janji kepada dewa dan Najar

,

tubuh mereka tak berdarah sama sekali ketika ditusuk oleh benda tajam, aksi ini lah yang disebut Tiruvilla49

.

Ritual ini dilangsungkan sehari sebelum perayaan Thaipussam

,

biasanya umat Hindu yang akan melakukan Nazar atau penebusan dosa pada Thaipussam

,

mereka akan beramai ramai berendam di sungai sambil memanjatkan doa yang diawasi oleh pendeta kuil

.

3.1.3. Upacara Kelahiran

Upacara kelahiran pada etnis Tamil terdiri dari dua bagian, yaitu upacara Walai Kappu dan Upacara Pathinaru

.

Upacara Walai Kappumerupakan ritual yang dilaksanakan untuk Ibu yang sedang hami antaral 7 sampai 9 bulan

.

Yang diundang dalam upacara ini hanyalah pihak keluarga dan kerabat mereka

.

Upacara ini dilakukan dengan harapan agar calon bayi mendapatkan perlindungan dan jauh dari pengaruh buruk

,

ritual ini merupakan ritual kecil yang dilaksanakan dengan meminta

49Merupakan serangkaian bentuk aksi pada acara Thaipussam, wawancara dengan Bapak Siwa Kumar, beliau menjelaskan tentang aksi pada Thaipussam.Tanggal 28 Maret 2017.

Gambar

Gambar Kuil Shri Mariamman Kota Binjai tahun 2000
Gambar Kuil Shri Mariamman Kota Binjai tahun 2017
Gambar perayaan upacara Thaipussam
Gambar Upacara Maha Kumba Abisegam
+4

Referensi

Dokumen terkait

Proses ganti rugi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota untuk keperluan pembangunan kantor unit pelaksana tekhnis daerah (UPTD) balai benih ikan dinas peternakan dan perikanan

Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Langsa dalam hal ini adalah Dinas Syariat Islam tentang Implementasi Terhadap Peraturan Daerah (Qanun) Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Hukum Cambuk

Kelurahan Masjid Jami’ memiliki tingkat siaga banjir yang cukup besar.. dibanding daerah lainnya di Kota Pangkalpinang, mulai dari

KETIGA : Pada saat Keputusan Walikota ini mulai berlaku, maka Keputusan Walikota Nomor 337 Tahun 2017 tentang Daftar Warisan Budaya Daerah Kota Yogyakarta

“Sawahlunto merupakan kota tambang modern zaman Belanda sekitar tahun 1800-an, pada tahun 1930 ada sekitar 600 orang Eropa yang tinggal di kota Sawahlunto, ini

Jika dibandingkan dengan daerah lain di Wilayah Karesidenan Madiun, tahun 2016 angka harapan lama sekolah Kota Madiun merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 14,19

Hubungan kerjasama antara pemerintah daerah Kotamadya Padang dengan Kota Hildesheim dalam bidang sosial dan budaya untuk meleksanaan suatu program kerja yang