• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK

Ida Ayu Ketut Alit Supartini

1

, I Nyoman Wirya

2

, Putu Rahayu Ujianti

3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: idaayuketutalitsupartini@yahoo.com

1

, wiryanyoman14@gmail.com

2

, rahayuujianti@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar pada kelompok B2 semester II TK Ceria Asih Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 10 anak kelompok B2 TK Ceria Asih Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016. Data tentang hasil belajar dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 TK Ceria Asih Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rerata hasil belajar kemampuan kognitif anak pada siklus I adalah 60,5% yang berada pada kategori rendah. Rerata hasil belajar pada siklus II sebesar 86% dengan kriteria tinggi. Jadi terjadi peningkatan belajar sebesar 25,5%.

Kata-kata kunci: metode demonstrasi, kartu bergambar, kemampuan kognitif, lambang bilangan

Abstract

This study aims to determine the increase cognitive ability in recognizing the emblem after application of the method to the number of media-assisted demonstration picture cards in the second half of the group B2 TK Ceria Asih Singaraja in the academic year 2015/2016. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of a phase of action planning, action, observation / evaluation and reflection. The subjects were 10 children in group B2 TK Ceria Asih Singaraja in the academic year 2015/2016. Data on learning outcomes in this study were collected by using observation method. The collected data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results showed that the application of media-assisted demonstration method illustrated cards can improve learning outcomes of cognitive ability in recognizing the emblem number of children in group B2 TK Ceria Asih Singaraja in the academic year 2015/2016. It can be seen from the increase in average learning outcomes cognitive abilities of children in the first cycle was 60.5%, which is at the low category. The mean result of learning on the second cycle of 86% with high criteria.

So there was an increase of learning by 25.5%

Keywords: demonstration method, picture cards, cognitive ability, the symbol numbers

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan potensi manusia agar berkembang optimal dan terintegrasi.

Usaha ini juga dilakukan agar dapat digunakan untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sujiono (2009:7) menyatakan bahwa pendidikan bagi anak usia dini adalah “pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak”.

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak.

Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan suatu lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman. Adanya pengalaman ini dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya. Pengalaman belajar bisa didapatkan anak dari lingkungan misalnya melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

Pendidikan sangat penting di masa Taman Kanak-kanak karena pada masa ini adalah masa pembentukan perkembangan kepribadian, sikap mental dan intelektual dibentuk pada usia dini. Kualitas masa awal anak atau masa prasekolah merupakan cerminan kualitas bangsa yang akan datang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang dasar. Hal ini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.

Upaya ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Sujiono (2009:42), secara umum tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah “untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan

untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Potensi yang dapat dikembangkan anak meliputi bidang fisik motorik, intelektual/kognitif, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa. Salah satu aspek perkembangan yang penting dalam perkembangan diri anak yaitu aspek perkembangan kognitif. Slamet Suyanto (dalam Lestari, 2014) menyatakan bahwa,

“perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir pada usia dini, anak mulai menunjukkan proses berpikir yang jelas, mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar”. Perkembangan kognitif anak tidak terlepas dari kecerdasan dalam berhitung, hal ini sesuai dengan pendapat Tadkirotun Musfiroh (dalam Lestari, 2014) yang menyatakan bahwa “kecerdasan berhitung berkaitan dengan kemampuan mengolah lambang bilangan”.

Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan pada kelompok B2 TK Ceria Asih Singaraja ada beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam mengenal bilangan. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan terhadap anak. Dari hasil pengamatan tersebut, anak mampu membilang/menyebutkan urutan bilangan tanpa mengetahui lambang bilangan. Akan tetapi, pada saat guru meminta anak untuk menunjukkan lambang bilangan yang sudah disebutkan, anak belum mampu melakukannya dengan tepat. Anak juga belum mampu menunjukkan lambang bilangan dengan benda nyata. Selain itu, anak juga masih bingung dalam mengurutkan lambang bilangan dan anak masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan lambang bilangan dengan benda.

Kelompok yang digunakan dalam penelitian yaitu kelompok B2. Jumlah anak pada kelompok B2 di TK Ceria Asih Singaraja berjumlah 10 orang anak.

Observasi yang dilakukan pada kelompok B2 menggunakan empat bintang sebagai panduan untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan.

Kategori dalam panduan observasi tersebut yaitu anak belum berkembang (*), anak mulai berkembang (**), anak berkembang sesuai harapan (***), dan berkembang

(3)

sangat baik (****). Dari 10 orang anak, lima orang anak mendapatkan bintang satu, 3 orang anak mendapatkan bintang dua, dan dua orang anak mendapatkan bintang tiga, serta belum ada anak yang mampu mencapai bintang empat.

Anak yang mendapatkan bintang satu cenderung hanya mampu menyebutkan urutan bilangan tanpa lambang bilangan. Anak yang mendapatkan bintang dua sudah mulai mampu menyebutkan urutan bilangan dengan benda nyata atau dengan jumlah gambar.

Akan tetapi, anak masih belum mampu menunjukkan lambang bilangan setelah menyebutkan bilangan dengan benda nyata atau jumlah gambar. Selanjutnya untuk anak yang mendapatkan bintang tiga, anak sudah mampu dalam menyebutkan urutan bilangan dengan menunjuk jumlah gambar, serta anak sudah mulai bisa menyebutkan dengan benda nyata. Anak masih memerlukan bimbingan guru dalam melakukan pengenalan terhadap lambang bilangan. Hal ini dikarenakan, masih banyak anak yang bingung ketika guru mengenalkan lambang bilangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak masih kurang dalam pengenalan lambang bilangan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah anak yang bisa menyebutkan urutan bilangan dan yang bisa menunjukkan jumlah gambar yaitu 8 orang anak. Sedangkan untuk anak yang dapat dikatakan sudah mulai berkembang dalam kemampuannya mengenal lambang bilangan berjumlah 2 orang anak. Maka dari itu, anak masih memerlukan rangsangan untuk dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal ini dilakukan agar anak tidak hanya mampu menyebutkan urutan bilangan dan menunjukkan gambar, tetapi juga mampu mengenal atau mengetahui lambang bilangan yang disebutkannya.

Adanya permasalahan diatas dapat disebabkan karena anak masih bingung saat menunjukkan lambang bilangan. Anak hanya mampu menyebutkan urutan bilangan. Akan tetapi, anak belum mampu menunjukan lambang bilangan yang tepat ketika guru bertanya. Hal ini juga membuat anak masih kebingungan ketika mengurutkan lambang bilangan. Selain itu,

anak juga kurang memperhatikan ketika guru mengajarkan anak tentang lambang bilangan. Biasanya guru mengajarkan anak tentang lambang bilangan dengan cara menuliskan lambang bilangan tersebut di papan tulis. Anak juga lebih banyak menggunakan majalah saat pembelajaran berlangsung.

Solusi dari permasalahan diatas yaitu bisa dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik ataupun berbeda dari media sebelumnya. Media menjadi salah satu komponen yang paling penting dalam suatu proses pembelajaran di kelas. Latif, dkk (2013:151) menyatakan bahwa “kata media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar”. Hal ini sejalan dengan Sanjaya (2008:163) yang menyatakan

“secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar”. Latif, dkk (2013:151) juga menyatakan “dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pembawa pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa media itu merupakan suatu perantara yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran dari pengirim kepada penerima pesan. Adanya media dalam suatu proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar anak dalam pembelajaran yang diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang akan dicapainya.

Proses pembelajaran pada pendidikan anak usia dini tidak akan terlepas dari penggunaan media pembelajaran sebagai pendukung proses belajar yang lebih efektif. Dalam media pembelajaran terdapat beberapa jenis media yang sering dipakai dalam kegiatan pembelajaran. Latif, dkk (2013:152) menyatakan bahwa media pembelajaran dibagi menjadi 3 yaitu “media visual/media grafis yaitu media yang hanya dapat dilihat, media audio yaitu berkaitan dengan indera pendengaran, dan media audio-visual yaitu mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan ransangan- rangsangan visual”.

Latif, dkk (2013:152) menjelaskan bahwa “media visual/media grafis

(4)

merupakan media yang hanya dapat dilihat.

Jenis media visual ini menjadi media yang paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi dari tema dalam suatu proses pembelajaran. Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan”. Salah satu media grafis yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yaitu gambar. Gambar mempunyai sifat yang konkret, mudah didapat dan mudah dipergunakan. Zaman dan Eliyawati (2010) mengungkapkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan.

Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang).

Jenis media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media visual/media grafis. Media grafis yang dimaksud yaitu media kartu bergambar. Kartu bergambar termasuk dalam salah satu contoh media grafis yaitu media gambar. Media kartu bergambar digunakan karena media ini mempunyai sifat yang konkret, mudah didapat dan mudah dipergunakan. Selain itu, hal ini juga dikarenakan media kartu bergambar merupakan salah satu media yang dapat merangsang anak untuk lebih cepat mengenal angka atau lambang bilangan. Anak juga akan belajar mengenai urutan bilangan dan dapat memahami konsep bilangan dengan baik melalui media kartu bergambar ini. Oleh karena itu, anak tidak hanya sekedar menyebutkan jumlah gambar pada kartu bergambar tersebut, tetapi anak juga mengetahui lambang bilangan dari jumlah gambar yang disebutkannya.

Menurut Dina Indriana (dalam Damayanti, 2015:31), media kartu bergambar adalah “media pembelajaran dalam bentuk kartu yang berukuran 25 cm x 30 cm”. Gambar yang ditampilkan dapat berupa gambar tangan atau foto yang sudah ada kemudian ditempelkan atau dicetak pada lembaran-lembaran kartu.

Sedangkan menurut Azhar Arsyad (dalam Damayanti, 2015:31) menjelaskan bahwa media kartu bergambar yaitu “media kartu yang berisi gambar-gambar, teks atau

simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu, ukuran dari kartu gambar dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi”.Jadi, dapat disimpulkan bahwa kartu bergambar yaitu jenis media visual berbentuk kartu yang berisikan gambar dan simbol atau lambang bilangan yang dapat digunakan dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan.

Selain itu, kartu bergambar ini lebih bersifat konkret, mudah dilihat dan diingat oleh anak.

Penggunaan media kartu bergambar dalam proses pembelajaran dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan berhitung permulaan khususnya dalam kemampuan mengenal lambang bilangan anak. Rahman (dalam Susanto, 2011:108) mengungkapkan bahwa “dampak penggunaan kartu bergambar terhadap kemampuan berhitung permulaan, diantaranya anak mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan baik, anak memiliki konsep berhitung dengan baik dan anak dapat mengembangkan segenap potensi yang dimiliki sesuai dengan kemampuannya”.

Suatu proses pembelajaran melalui penggunaan media akan lebih baik jika dilengkapi dengan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode demonstrasi. Metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah (dalam Trianto, 2011:194) adalah “metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan”. Sedangkan demonstrasi menurut Sudjana (2005:154) adalah “teknik yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik terhadap suatu bahan belajar dengan cara memperhatikan, menceritakan dan memperagakan bahan itu”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar yang digunakan guru dengan cara memperhatikan, menceritakan, memperagakan bahan itu dan memperlihatkan kepada seluruh kelas

(5)

suatu proses baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran.

Dengan demikian, ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing anak. Melalui demonstrasi juga dapat memberikan pengalaman belajar kepada anak. Hal ini dikarenakan anak melihat langsung, mendengarkan dan juga menirukan atau melakukan kegiatan yang didemonstrasikan dari awal.

Roestiyah (2001:83) menyatakan bahwa tujuan metode demonstrasi adalah

“agar anak mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu dan cara membuat sesuatu”. Selain tujuan, adapun manfaat dari metode demonstrasi ini yaitu manfaat metode demonstrasi secara umum menurut Gunarti, dkk (2008:9.5) yang menyatakan bahwa “perhatian anak dapat lebih dipusatkan, proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri anak”. kelebihan metode demonstrasi menurut Djamarah (dalam Trianto, 2011:195) yaitu “membantu anak didik memahami dengan jelasnya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan yang akan disampaikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya”.

Sedangkan kekurangan dari metode demonstrasi menurut Roestiyah (2001: 85) yaitu “bila alatnya terlalu kecil atau penempatan yang kurang tepat menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa, bila waktu tidak tersedia dengan cukup maka demonstrasi akan berlangsung terputus- putus, bila siswa tidak diikutsertakan maka proses demonstrasi akan kurang dipahami oleh siswa sehingga kurang berhasil adanya demonstrasi tersebut”. Maka dari itu untuk mengatasi kekurangan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru yaitu guru harus terampil dalam melakukan demonstrasi, melengkapi alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi, alat dan media yang digunakan harus terlihat jelas oleh anak, mengatur waktu sebaik mungkin, dan

membuat rancangan serta persiapan demonstrasi sebaik mungkin.

Media kartu bergambar dan metode demonstrasi yang sudah dijelaskan diatas digunakan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak. Kognitif merupakan salah satu dari lima aspek perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia dini. Kognitif adalah suatu proses berpikir. Proses berpikir yang dimaksud yaitu kemampuan anak untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Munawir Yusuf (dalam Lestari, 2014:11) berpendapat bahwa “kemampuan kognitif dapat didefinisikan sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah”.

Piaget (dalam Sujiono, 2009:120) mengemukakan bahwa “perkembangan kognisi adalah interaksi dari hasil kematangan manusia dan pengaruh lingkungan”. Selanjutnya Piaget berpendapat bahwa “perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahap yaitu sensori motor (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-12 tahun) dan operasional formal (12 tahun)”. Pada penelitian ini anak masuk pada tahap praoperasional. Menurut Piaget (dalam Papalia dkk, 2008:323) “tahap ini adalah tahap kedua perkembangan kognitif dimana anak-anak semakin kompleks dalam menggunakan pemikiran simbolis tetapi belum mampu menggunakan pemikiran logis”. Kemajuan kognitif sepanjang usia kanak-kanak awal ini yaitu menggunakan simbol, memahami identitas, memahami sebab-akibat, mampu mengklasifikasikan, memahami angka, dan empati.

Tahap-tahap kemampuan kognitif anak dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 dibagi sesuai dengan usia pada tingkat pencapaian perkembangan. Pada usia anak 4-5 tahun yaitu membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan dan mengenal lambnag huruf. Sedangkan pada usia 5-6 yaitu menyebutkan lambang bilangan satu

(6)

sampai sepuluh, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan, mengenal berbagai macam lambang huruf

vokal dan konsonan, dan

merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangannya yaitu mengenal lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan dan mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar pada kelompok B2 Semester II TK Ceria Asih Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pada peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan melalui penggunaan media kartu bergambar.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi anak, guru, kepala TK dan peneliti lain. (1) bagi anak diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan melalui penggunaan media kartu bergambar. Anak tidak hanya sekadar menyebutkan urutan bilangan, tetapi anak juga mengetahui jumlah bilangan yang ia sebutkan, (2) bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar anak, (3) bagi kepala TK, hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi berharga bagi kepala TK untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam mengembangkan kemampuan mengenal bilangan pada anak melalui penggunaan media kartu bergambar, (4) bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti di bidang pendidikan, untuk meneliti aspek dan variabel lain yang diduga dapat

memiliki kontribusi yang tepat tentang pembelajaran di lembaga PAUD.

METODE

Penelitian dilakukan di TK Ceria Asih Singaraja. Penelitian ini dilaksanakn pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK Ceria Asih Singaraja pada tahun pelajaram 2015/2016 yang berjumlah 10 orang dengan 5 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan.

Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B2 TK Ceria Asih Singaraja pada semester II.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada aspek perkembangan kognitif khususnya pada kemampuan mengenal lambang bilangan anak di kelompok B2 semester II di TK Ceria Asih Singaraja.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus satu ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus dua dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Penelitian yang dilakukan di TK Ceria Asih Singaraja mengenai kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 ini menggunakan metode observasi. Menurut

(7)

Nurkancana (dalam Agung, 2014:94)

“metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis”. Pada penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan kognitif anak.

Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan kedalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu (*), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (**), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga (***), dan anak berkembang sangat baik dengan tanda bintang empat (****).

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Agung (2014:142) menyatakan bahwa “metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:144).

Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan kemampuan kognitif pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianaliss dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung angka rata-rata, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Kriteria keberhasilan dalam peneletian ini adalah jika persentase kemampuan kognitif anak mengalami peningkatan dari dari siklus I ke siklus II.

Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan menegenal lambang bilangan berlangsung dengan efektif dan efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di TK Ceria Asih Singaraja pada kelompok B2.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana siklus I terdiri dari 15 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri 10 kali pertemuan. Penelitian siklus I dilaksanakan dari tanggal 2 mei sampai tanggal 27 mei 2016. Selanjutnya penelitian siklus II dilaksanakan dari tanggal 30 mei sampai tanggal 10 juni 2016. Data yang dikumpulkan adalah mengenai kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan melalui penggunaan media kartu bergambar pada anak kelompok B2 dengan menggunakan metode demonstrasi dalam penerapannya.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan demonstrasi berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan diperoleh rata-rata pada siklus I sebesar 60,5%. Data hasil belajar anak pada kemampuan mengenal lambang bilangan disajikan dalam bentuk grafik polygon.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan menggunakan lima indikator dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor. Data yang didapat disajikan kedalam grafik polygon pada hasil belajar kemampuan mengenal lambang bilangan anak pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik sebagai berikut.

(8)

Gambar 1. Grafik Polygon Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Md<M (11<12<12,1). Jika nilai modus lebih kecil dari median dan mean, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa sebaran skor kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Ceria Asih Singaraja pada siklus I cenderung rendah.

Dari nilai M% = 60,5 % yang dikonvensasikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64 % yang berarti bahwa kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 pada siklus I berada pada kriteria rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kriteria rendah yaitu 60,5 %.

Hal ini dijadikan refleksi untuk perbaikan dan perlu ditingkatkan pada siklus II.

Kendala yang pertama yaitu masih ada anak yang kurang memperhatikan saat guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dikarenakan ada dua orang anak yang sering membuat keributan yaitu SJ dan AP. Hal ini membuat anak yang lain tidak kosentrasi dalam mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.

Ada beberapa sebab mengapa SJ dan AP sering membuat keributan. Sebab yang pertama yaitu SJ selalu mengajak AP bermain dan mengobrol di dalam kelas saat guru menjelaskan kegiatan. Sebab yang

kedua yaitu SJ dan AP selalu duduk berdampingan dan tidak pernah terpisah, sehingga membuat mereka lebih sering bermain saat guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Hal tersebut juga dapat membuat anak yang lain menjadi terganggu. Sebab yang ketiga yaitu SJ dan AP sering tidak mendengarkan ketika guru memberitahu mereka untuk tidak bermain saat guru menjelaskan kegiatan.

Kendala yang kedua yaitu penyampaian materi yang kurang jelas oleh guru sehingga materi yang disampaikan sulit dipahami oleh anak. Anak sulit memahami apa yang disampaikan oleh guru dikarenakan guru terlalu cepat saat berbicara didepan. Akibatnya, saat anak melakukan kegiatan masih banyak anak yang bingung dalam menghubungkan dan memasangkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah gambar.

Adanya beberapa kendala yang terjadi pada saat kegiatan siklus I, maka dilakukanlah suatu perbaikan. Perbaikan ini dilakukan dengan mencari solusi untuk meningkatkan kembali kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan.

Perbaikan tersebut diantaranya guru selalu mendampingi anak dalam melaksanakan kegiatan. Sehingga jika ada anak yang belum mampu melakukan kegiatan, guru bisa membimbing ataupun mengarahkan anak bagaimana cara yang benar untuk melakukan kegiatan tersebut.

Solusi untuk kendala yang pertama yaitu dua orang anak yang sering membuat keributan ini tidak dibiarkan duduk berdekatan. Guru harus melibatkan anak saat mendemonstrasikan kegiatan dengan selalu mengajak anak ikut mencoba melakukan kegiatan yang akan dilakukan.

Saat kegiatan berlangsung, dua orang anak tersebut dibagi dalam area yang berbeda.

Hal ini bertujuan agar dua orang anak ini tidak mengganggu anak yang lain saat melakukan kegiatan. Selain itu, guru juga selalu mengawasi dan memberikan bimbingan kepada anak baik pada saat mendemonstrasikan kegiatan ataupun saat melakukan kegiatan.

Selanjutnya solusi untuk kendala yang kedua yaitu guru menjelaskan kegiatan kepada anak secara perlahan dan menggunakan bahasa yang mudah 0

1 2 3 4

10 11 12 13 14

Frekuensi

Skor

f

x

Mo= 11 Md= 12

M=12,1

(9)

dimengerti oleh anak. Guru juga selalu melakukan tanya jawab kepada anak.

Selain itu, guru selalu menciptakan suasana yang menyenangkan saat mendemonstrasikan kegiatan dan saat melakukan tanya jawab. Tanya jawab ini dilakukan agar anak tidak kebingungan saat melakukan kegiatan dan mengetahui apa yang kurang ia mengerti pada kegiatan yang akan dilakukan.

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama 10 kali pertemuan.

Data hasil penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak disajikan

dalam bentuk grafik polygon yaitu sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik Polygon Siklus II

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo>Md>M (18>17,5>17,2), Jika nilai modus lebih besar dari median dan mean, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Ceria Asih Singaraja pada siklus II cenderung tinggi.

Rata-rata hasil belajar kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak pada siklus II sebesar 86%. Nilai rata- rata persen jika dikonversikan kedalam PAP skala lima rata-rata persen berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa kemampuan kognitif dalam

mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Anak menjadi lebih antusias dalam mengikuti setiap kegiatan karena anak sudah mengetahui dan memahami tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah direncanakan khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak. Rencana pembelajaran yang dimaksud yaitu solusi dari kendala yang ditemukan pada penelitian siklus.

Peningkatan pada siklus II ini terlihat pada rata-rata persen kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dari rendah menjadi tinggi. Dalam penelitian ini, anak juga selalu diberikan motivasi agar anak lebih paham dan mampu dalam melakukan setiap kegiatan.

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata prsentase (M%) hasil belajar dari pra siklus (58%) ke siklus I (60,5%) dan ke siklus II (86%), sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Peningkatan tersebut juga disebabkan karena guru melakukan perbaikan yang optimal dari kendala yang dihadapi pada siklus I.

Berdasarkan pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Anak menjadi lebih antusias dalam mengikuti setiap kegiatan karena anak sudah mengetahui dan memahami tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah direncanakan 0

1 2 3 4 5

15 16 17 18 19

Frekuensi

Skor

f

x

M=17,2

Md=17,5

Mo=18

(10)

khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak. Dalam penelitian ini, anak juga selalu diberikan motivasi agar anak lebih paham dan mampu dalam melakukan kegiatan tersebut.

Jika dilihat dari kelebihan metode demonstrasi menurut Roestiyah (2001:84) yaitu “perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan dan kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya”. Sehingga kesan yang diterima anak lebih mendalam. Selain itu, dengan adanya kelebihan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran pada siklus II ini dapat membantu anak memahami jelasnya suatu proses atau kerja suatu benda, karena guru menjelaskan secara terus menerus tentang kegiatan yang dilakukan. Kegiatan belajar juga dilakukan dalam suasana gembira dan partisipasif serta tidak menjemukan, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreativitas anak dalam melakukan kegiatan. Hal ini terlihat dari semangat dan antusias anak saat kegiatan berlangsung.

Selanjutnya guru juga memberikan motivasi yang kuat untuk anak agar lebih giat dalam melakukan setiap kegiatan. Jadi dengan demonstrasi itu anak dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung.

Metode demonstrasi menurut Sudjana (2005:154) adalah “teknik yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik terhadap suatu bahan belajar dengan cara memperhatikan, menceritakan dan memperagakan bahan itu”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (dalam Trianto, 2011:194) metode demonstrasi adalah

“metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan”. Jadi dapat disimpulkan bahawa metode demonstrasi adalah metode mengajar yang digunakan guru dengan cara memperhatikan, menceritakan, memperagakan bahan itu

dan memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran. Dengan demikian ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing siswa.

Sebelum metode demonstrasi ini diterapkan, guru selalu melakukan langkah persiapan di dalam kelas yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh semangat.

Menyediakan media-media yang diperlukan dan menyediakan tempat duduk yang nyaman untuk anak. Selanjutnya guru melakukan langkah pelaksanaan yaitu menjelaskan kepada anak tentang kegiatan yang akan dilakukan, memberikan penjelasan secara perlahan dan mudah dimengerti oleh anak. Setelah proses demonstrasi itu berakhir, guru selalu melakukan tanya jawab kepada anak. Hal ini dilakukan agar guru mengetahui apakah ada anak yang masih kurang mengerti tentang kegiatan yang akan dilakukan.

selain itu tanya jawab ini dapat mengurangi kebingungan anak saat melakukan kegiatan. Saat kegiatan berlangsung, guru juga selalu mendampingi anak untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak agar mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Jika dilihat dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam penelitian ini menunjukan penerapan metode demonstrasi berbantuan media kartu bergambar efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak. Penelitian ini berakhir pada siklus II dengan rata-rata presentase 80-89% dengan kategori tinggi.

Penelitian ini tidak dapat dilanjutkan hingga pencapaian rata-rata presentase 90-100%

(sangat tinggi) karena adanya keterbatasan waktu. Oleh karena itu, sangat diharapkan penelitian ini dapat disempurnakan kembali oleh peneliti lain sehingga mampu mencapai skor maksimal ideal dengan kategori sangat tinggi.

(11)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B2 TK Ceria Asih Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak sebesar 60,5% dengan rata-rata presentase 55- 64% yang berada pada kategori rendah.

Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak sebesar 86% dengan rata-rata presentase 80-89%

yang berada pada kategori tinggi. Jadi peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 25,5%.

Kepada anak disarankan agar selalu memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, sehingga dalam melakukan kegiatan anak bisa melakukannya dengan maksimal. Anak juga disarankan untuk bertanya tentang apapun yang kurang dimengerti, sehingga anak tidak kebingungan lagi saat melakukan kegiatan. Kepada guru disarankan untuk dapat mengoptimalkan kegiatan di kelas dengan penerapan metode demonstrasi khususnya untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui penggunaan media kartu bergambar. Kepada Kepala TK diharapkan dapat memberikan saran- saran kepada guru-guru untuk memaksimalkan penerapan metode demonstrasi khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak melalui penggunaan media kartu bergambar.

Kepada peneliti lain disarankan dapat menyempurnakan penelitian ini sehingga dapat mencapai hasil yang lebih optimal.

Selain itu, adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.

Malang: Aditya Media Publishing.

Damayati, Yasinta Nina. 2015. Peningkatan Kemampuan Membilang Melalui Media Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B1 Tk Pkk 37 Dodogan Jatimulyo Dlingo Bantul. Tersedia pada

http://eprints.uny.ac.id/15776/1/SKRIP SI YASINTA%20NINA%20DAMAYAN TI-10111241022.pdf. (Diakses pada tanggal 15 maret 2016)

Gunarti, Winda dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Latif, Mukhtar dkk. 2014. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Lestari, Dewi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Kegiatan Bermain Kartu Angka Pada Anak Kelompok A Di TK Aba Jimbung I, Kalikotes, Klaten. Tersedia pada e-journal.ikip- veteran.ac.id/index.php/belia/article/vi ew/298/303. (diakses pada tanggal 26 februari 2016)

Lestari, Ria Puji. 2014. Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Penggunaan Media Kartu Angka Dan Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok A2 TK Masyithoh Ngasem Sewon Bantul Yogyakarta. (Diakses pada tanggal 26 februari 2016)

Papalia, Diane E dkk. 2010. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. 2015. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

(12)

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. 2015. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

---. 2006. Strategi Pembelajaran.

Berorientasi Standar Proses. Jakarta:

Kencana

Sudjana. 2005. Metoda & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:

Falah Production.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Indeks.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta:

Kencana.

Zaman, Badru dan Cucu Eliyawati. 2010.

Media Pembelajaran Anak Usia Dini.

Tersedia pada http://file.upi.edu/Direkt ori/FIP/JUR._PGTK/19701022199802 2 CUCU_ELIYAWATI/MEDIA_PEMB ELAJARAN_ANAK_USIA_DINI- PPG_UPI.pdf. (diakses pada tanggal 26 februari 2016)

Gambar

Gambar 1. Grafik Polygon Siklus I
Gambar 2. Grafik Polygon Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal itu penerapan metode bermain berbantuan media kolam pancing dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak

Berdasarkan rumusan masalah yang dipakai, dapat dirumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif melalui penerapan metode

yang berarti bahwa kemampuan anak dalam mengenal angka anak kelompok B di TK Dharmapatni Denpasar Barat pada siklus I berada pada kriteria rendah. Hal ini terjadi

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan setelah diterapankannya metode

Terjadinya peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak setelah penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan media pohon bilangan

Hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka bergambar pada kegiatan anak dalam pengenalan lambang bilangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa delignifikasi enzimatik sekam padi oleh jamur Marasmius sp memberikan hasil yang lebih baik daripada jamur

Namun jika dilihat dari jumlah penambahan bioetanol yang digunakan, campuran solar dan bioetanol 10% masih menunjukkan performa yang cukup baik jika