• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KURIKULUM MODEL RESPONSIF PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV STUDI ADMINISTRASI PERHOTELAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KURIKULUM MODEL RESPONSIF PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV STUDI ADMINISTRASI PERHOTELAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ADM INISTRASI PERHOTEL AN

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum Pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Promovendus

Lien Maulina

NIM: 0707076

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

on the Education Program Curriculum of

Dipl. IV Hotel Department, Hotel

Administration Study Program at Bandung

Institute using Responsive Evaluation

Model

Oleh Lien Maulina

A.Mad.Par BPLP Bandung, 1982 S.Sos STIA Bagasasi Bandung, 1995

M.Pd. in Curriculum Development, 2004

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pasca Sarjana

Program Studi Pengembangan Kurikulum

© Lien Maulina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Bandung, Januari 2013

Disetujui dan Disyahkan untuk Mengikuti Ujian Sidang Terbuka (Tahap II) Oleh Pembimbing Disertasi

Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA Promotor

Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M.Pd Ko. Promotor

Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd Anggota

--- SEKOLAH PASCASARJANA

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Bandung, Januari 2013

Menyetujui,

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran SPs UPI

(5)

Curriculum evaluation on the education program curriculum of Dipl. IV Hotel

Department, Hotel Administration Study Program at Bandung Institute using Responsive Evaluation Model

ABSTRACT

This research is aimed to evaluate comprehensively the education program curriculum of Dipl. IV Hotel Department, Hotel Administration Study Program at Bandung Institute viewed from four dimensions, starting from Curriculum as an idea, Curriculum as a document, Curriculum as implementation, and Curriculum as a result. These issues into four research questions, namely 1) the suitability of Dipl. IV education of Hotel Administration Program in responding a work field demand. 2) curriculum performance as the document of Dipl. IV Hospitality Education study program at Bandung Tourism Institute which is currently used nowadays, 3) the connection of curriculum implementation with the target achievement, and, 4) consistency level of the curriculum idea with the curriculum document and the curriculum implementation and also with the outcomes of curriculum. This curriculum evaluation uses qualitative approach. It is a study using responsive evaluation model of Stake’s. The data analysis results yield findings and show that, there is no suitability between the education curriculum idea of Dipl. IV of Hotel Administration Study Program with the work field demand, The case caused by the qualification demanded by the work field does not match with the fresh graduated except for the only one target that is to become operation manager. 2) the findings of curriculum as the documents are, a) curriculum document is not made basically on graduate profile, so the material study does not refer to the competency which must be owned by the graduates in order to be able to carry the role which is suitable to profile. 3) the finding of curriculum implementation connection with the target achievement has worked well enough however it is caused by the unperfected curriculum used as reference of the curriculum target that cannot be achieved and, 4) there is no consistency between the curriculum idea and the curriculum document. There is no consistency between the curriculum implementation and also there is no consistency between the curriculum idea and the outcomes of curriculum. Referring to the evaluation, the researcher recommends 1) to adjust the curriculum objectives, 2) to revise curriculum document in order to be consistent with the curriculum objectives and 3) to maintain the curriculum process which has been carried out well. It was proved that responsive evaluation model very effective in answering the research questions.

Key words: Relevance, Consistence, and Responsive evaluation model

Promovendus: Lien Maulina

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kurikulum program pendidikan Diploma IV, Jurusan Hospitaliti, program studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, dilihat dari empat dimensi, yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen, kurikulum sebagai implementasi dan kurikulum sebagai hasil. Isu dirumuskan ke dalam empat permasalahan penelitian, yaitu: 1) kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV program studi Administrasi Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan, 2) performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan Hospitaliti Diploma IV Program Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. 3) keterkaitan Implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan, dan 4) tingkat konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum dan implementasi kurikulum serta outcomes dari kurikulum. Evaluasi menggunakan pendekatan kualitatif dengan model evaluasi Responsif dari Stake. Hasil análisis data menghasilkan temuan dan menyimpulkan bahwa 1) hanya terjadi sebagian kesesuaian antara ide kurikulum pendidikan Diploma IV program studi Administrasi Perhotelan dengan tuntutan lapangan pekerjaan artinya ide kurikulum yang bertujuan menghasilkan manajer tidak dapat sepenuhnya menjawab tuntutan lapangan pekerjaan, hal ini disebabkan karena kualifikasi yang diminta oleh dunia kerja berbeda dengan kualifikasi lulusan (fresh graduated) kecuali untuk salah satu tujuan menjadi operational manager, 2) temuan dari kurikulum sebagai dokumen adalah, a) dokumen kurikulum tidak dibuat berdasarkan profil lulusan, sehingga kajian materi tidak semuanya merujuk pada kompetensi yang harus dimiliki lulusan agar dapat menjalankan peran sesuai dengan profil, 3) temuan tentang keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan adalah implementasi kurikulum telah berjalan dengan cukup baik, terutama dalam hal praktikum tingkat manajerial, namun dikarenakan dokumen kurikulum yang digunakan sebagai acuan tidak sempurna, mengakibatkan tujuan kurikulum tidak tercapai dengan baik, dan 4) tidak terjadi konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum, tidak terjadi konsistensi antara ide kurikulum dengan implementasi kurikulum, serta tidak terjadi konsistensi antara ide kurikulum dengan outcomes dari kurikulum. Melihat hasil evaluasi tersebut, peneliti merekomendasikan 1) dilakukan penyesuaian tujuan kurikulum agar sepenuhnya relevan dengan kebutuhan industri, 2) perbaikan dokumentasi kurikulum agar konsisten dengan tujuan kurikulum, dan 3) implementasi kurikulum agar konsisten dengan tujuan serta dokumen kurikulum. Model Evaluasi Responsif terbukti efektif dalam mengevaluasi kurikulum program pendidikan diploma IV, program studi Administrasi Perhotelan, karena telah berhasil menjawab pertanyaaan penelitian.

(7)

DAFTAR ISI

B. Fokus Permasalahan

Penelitian... ...

(8)

C. Perumusan

(9)

Dasar……… Pengembangan Kurikulum yang Relevan dengan Kebutuhan Industri

5. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Diploma IV

Studi Administrasi Kualitas dalam Kurikulum Berbasis

(10)

……… ………….…

8

a.e. Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai Media Pendidikan Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

(11)
(12)

Lokasi……… mengenai kesesuaian ide kurikulum

Pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan………

a. 2. Temuan terhadap

Performa Kurikulum sebagai Dokumen Studi Administrasi Perhotelan………

(13)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

a. A. Sejarah Berdirinya Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung……… 22

4

a. B. Pembahasan Temuan Keterandalan Responsive Evaluation Model dalam

Evaluasi Kurikulum Mengenai Kesesuaian Ide

Kurikulum Pendidikan

Diploma IV Studi

Administrasi Perhotelan Dalam Menjawab Tuntutan

Lapangan Pekerjaan

………...

(14)
(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam meningkatkan kecerdasan dan

kesejahteraan masyarakat. Dengan pendidikan masyarakat memperoleh bekal berupa

kemampuan dan keterampilan untuk bekerja di dunia industri sesuai dengan bidang

yang diminati dan ditekuninya. Bekal tersebut juga akan memberi kekuatan kepada

seseorang untuk dapat bertahan dan berkembang di dalam menjalani kehidupan yang

dinamis dan penuh persaingan, terutama dalam menghadapi globalisasi.

Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan

tinggi yang bersifat mendasar, seperti: 1) perubahan dari pandangan kehidupan

masyarakat lokal ke masyarakat dunia, 2) perubahan dari kohesi sosial menjadi

partisipasi demokratis, terutama dalam pendidikan dan praktik berkewarganegaraan,

3) perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. (Dirjen

Dikti:2008)

Pada tahun 1994, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi perjanjian World

Trade Organisation dan perjanjian-perjanjian multilateral menjadi Undang-Undang

Republik Indonesia No.7/1994 tentang Agreement Establishing The World Trade

Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).

(17)

barang, jasa dan trade related intellectual property rights (TRIPS) atau hak atas

kepemilikan intelektual yang terkait dengan perdagangan. Dalam bidang jasa, yang

masuk sebagai obyek pengaturan WTO adalah semua jasa, kecuali “jasa

non-komersial atau tidak bersaing dengan penyedia jasa lainnya”. Dengan berlakunya

undang-undang tersebut, maka ketentuan-ketentuan WTO yang mengatur

perdagangan barang, jasa dan hak atas kepemilikan intelektual yang terkait dengan

perdagangan (trade related intellectual property rights) harus dilaksanakan.

Salah satu annex (lampiran) dari World Trade Organization (WTO) adalah

General Agreement in Services (GATS) atau perjanjian umum di dalam bidang jasa,

yang dibicarakan pada putaran Doha tahun 2000. Di dalam perjanjian tersebut

terdapat dua belas jenis jasa yang diperdagangkan, dan dua di antaranya adalah jasa

pendidikan (Educational Services) serta pariwisata dan usaha transportasi wisatawan

yang terkait (Tourism and Travel Related Services). Pemberlakuan perdagangan jasa

ini sudah dimulai secara bertahap saat negara anggota diminta menyampaikan

schedule of Commitment.

Selanjutnya pada Putaran Hongkong dibahas langkah-langkah untuk

meningkatkan komitmen dalam melaksanakan keputusan Doha dengan meminta

kepada masing-masing negara anggota untuk menawarkan atau melakukan “offering

sektor-sektor yang akan diliberalisasi. Menurut Hidayat (2006) Indonesia telah

menawarkan lima sektor jasa, yaitu konstruksi, telekomunikasi, bisnis, angkutan laut,

(18)

jasa pendidikan dan menawarkan liberalisasi jasa-jasa pendidikan, yakni: 1) jasa

pendidikan menengah teknikal dan vokasional, 2) jasa pendidikan tinggi teknikal dan

vokasional, 3) jasa pendidikan tinggi, 4) jasa pelatihan dan kursus bahasa, 5) jasa

pendidikan dan pelatihan sepakbola dan catur.

Hidayat (2006) mengungkapkan, di dalam perjanjian WTO tersebut ada

aturan pokok dan kewajiban yang perlu dipahami, yaitu: 1) prinsip non-diskriminasi

(most-favoured nation clause), 2) prinsip integrasi ekonomi, (economic integration

Clause), 3) prinsip keterbukaan (transparancy). Hal penting lainnya yang perlu

diketahui oleh warga negara dan badan usaha di dalam perjanjian tersebut adalah

tentang komitmen khusus, yaitu:

1. Akses Pasar (market access); yaitu cara pemasokan (mode of supply) yang

menyebutkan bahwa setiap anggota organisasi perdagangan dunia, harus

memberikan jasa dan pemasok jasa dari negara lain, memberikan perlakuan

yang tidak berbeda kepada yang bersangkutan sesuai dengan dengan

persyaratan, pembatasan dan kondisi yang disepakati dalam Schedule of

commitment. Di dalam perjanjian tersebut terdapat empat moda yang

diterapkan, yakni: 1) Cross Border Supply, 2) Consumption abroad, 3)

Commercial Presence, 4) Movement of Natural Persons.

2. Perlakuan Nasional (National Treatment), yaitu bahwa setiap negara peserta

(19)

negara lain dengan perlakuan yang diberikan kepada jasa yang berasal dari

negara setempat.

Liberalisasi menuju perdagangan bebas jasa yang dipromosikan oleh WTO

adalah untuk mendorong agar pemerintah negara anggota tidak menghambat empat

moda penyediaan jasa tersebut dengan kebijakan-kebijakan intervensionis. Dari

komitmen khusus tersebut di atas, yang menarik perhatian peneliti adalah akses

pasar, terutama moda keempat, yaitu Movement of Natural Persons yang

mengandung arti bahwa setiap warga negara yang kompeten dari seluruh negara

peserta dapat bekerja di negara peserta lainnya dengan mendapatkan perlakuan yang

sama seperti yang diberikan kepada warga negaranya. Menyimak hal yang

dikemukakan oleh Hidayat tersebut, maka dapat dilihat bahwa persaingan kerja akan

semakin tinggi, pemerintah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dinas

pendidikan, ketenaga kerjaan, para pemangku kepentingan, dunia industri pariwisata

dan masyarakat harus bahu membahu dalam mempersiapkan masyarakat yang

berkemampuan dan terampil dalam bekerja di bidang pariwisata, sehingga dapat

hidup berdampingan dengan warga negara seluruh negara anggota World Trade

Organization yang bergerak di bidang perdagangan jasa pariwisata dan jasa

pendidikan.

Untuk dapat mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan dan

pariwisata dalam mensejahterakan masyarakat, dibutuhkan formulasi strategi yang

(20)

General Agreement in Services (GATS). Tahun 2020 adalah tahun yang disepakati

sebagai awal resmi diberlakukannya era perdagangan bebas. Persiapan untuk

menyambut masa tersebut tentunya telah dilakukan oleh para anggota termasuk

Indonesia. Salah satu bagian yang ada dalam formulasi strategi adalah tentang

pengembangan sumber daya manusia.

Untuk menghadapi tahun 2020, industri pariwisata memerlukan sumber daya

manusia yang kompeten. Salah satu antisipasi yang dilakukan pemerintah adalah

dengan mensyahkan Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 2 tahun 2007,

tanggal 25 Januari 2007 tentang Asean Tourism Agreement atau persetujuan

Pariwisata Asean. Pasal 8 dari Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut

menyatakan bahwa negara anggota wajib bekerjasama dalam pengembangan sumber

daya manusia (SDM) di bidang industri pariwisata dengan:

(1) Merumuskan pengaturan tanpa hambatan untuk memudahkan negara anggota

ASEAN menggunakan tenaga akhli pariwisata professional dan tenaga kerja

terampil yang ada di kawasan ASEAN berdasarkan pengaturan bilateral.

(2) Mengintensifkan upaya berbagi sumberdaya dan sarana untuk program

pendidikan dan pelatihan pariwisata.

(3) Meningkatkan kurikulum dan keterampilan pariwisata dan merumuskan

standar kompetensi dan prosedur sertifikasi yang mengarah pada saling

(21)

(4) Memperkuat kemitraan pemerintah dan swasta dalam pengembangan SDM,

dan

(5) Melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, kelompok negara dan

lembaga-lembaga international dalam pengembangan SDM di bidang

pariwisata.

Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia No.7/1994 tentang

Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia) dan Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 2

tahun 2007, tanggal 25 Januari 2007 tentang ASEAN Tourism Agreement atau

persetujuan pariwisata bagi negara-negara anggota ASEAN tersebut menyebabkan

terbentuknya paradigma baru dalam pendidikan di Indonesia. Pemerintah telah

memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada perguruan tinggi untuk

mengembangkan berbagai potensi. Wewenang pada perguruan tinggi tersebut

berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka yang panjang, untuk itu

dibutuhkan keputusan strategis.

Sehubungan dengan masuknya pendidikan (educational services) dan

pariwisata (tourism and travel related services) ke dalam jasa yang diperdagangkan

di era globalisasi tahun 2020, maka pendidikan dan pariwisata Indonesia dituntut

untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu agar mempunyai competitive advantages

(22)

Hal ini sejalan dengan paradigma baru penataan sistem pendidikan tinggi,

yang mulai diterapkan pada Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan

Pengajaran (SP4) sejak 1997. Perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan

yang mengacu pada peningkatan mutu yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan

evaluasi yang sistematis dan mendalam dari mulai perumusan ide kurikulum,

perencanaan dan dokumentasi kurikulum, implementasi kurikulum sampai pada

evaluasi hasil akhir kurikulum.

Bertitik tolak dari pemikiran bahwa proses pendidikan memiliki peran

penting dalam optimalisasi pencapaian program-program yang direncanakan oleh

pemerintah dan sektor privat, maka masyarakat sudah mulai harus diajak pada

pemikiran yang lebih terbuka, bahwa fungsi layanan pendidikan tinggi merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha dan

masyarakat.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sudah menganut paradigma

seperti itu, dengan demikian dunia industri sebagai badan usaha, baik milik

pemerintah maupun swasta perlu dimintakan tanggung jawab dan kontribusi yang

lebih besar dalam penyediaan layanan tersebut, dan salah satunya dengan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih di tempatnya, baik

sebagai tenaga pelaksana, pengawas maupun manager.

Dunia industri pariwisata dan dunia pendidikan bekerja sama dalam

(23)

pribadi peserta didik. Jika tanggung jawab dunia industri memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk berlatih di tempatnya, maka tanggung jawab lembaga

pendidikan adalah menyusun kurikulum dan materi pendidikan sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan pasar kerja di masa yang akan datang, di mana peserta

didik selesai menjalankan pendidikan dan mulai bekerja. Tanggung jawab industri

dan lembaga pendidikan tersebut merupakan dua hal penting yang harus dilakukan

agar pelaksanaan pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan berjalan

harmonis, seiring dan sejalan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia

khususnya bidang pariwisata.

Kebutuhan pasar kerja pariwisata masa kini dan masa yang akan datang akan

meningkat seirama dengan kebutuhan perdagangan bebas tahun 2020. Sumber daya

usaha pariwisata, pada saat ini dan masa yang akan datang memiliki kesempatan

dan peluang kerja yang sangat tinggi, karena jasa pariwisata berada di dalam

persaingan perdagangan tingkat dunia. Dengan demikian bidang pariwisata

diharapkan mampu meraih serta memanfaatkan kesempatan dan peluang tersebut.

Untuk menjamin agar SDM pariwisata dapat bersaing di tingkat dunia, dan agar

penerimaan pekerjaan dan lingkungan tetap terjaga, serta untuk melindungi

kepentingan terbaik dari orang-orang yang terlibat dalam sektor pariwisata, maka

diperlukan lembaga pendidikan sumber daya manusia pariwisata yang berkualitas

(24)

Di dalam laporan akhir Strategi Pengembangan SDM bidang kebudayaan,

pariwisata, pemuda dan olah raga tahun 2009 (www. Kemenparekaf:2012) tertulis

bahwa sampai saat ini daya saing dan kualitas tenaga kerja pariwisata Indonesia

masih rendah atau menempati peringkat 40 dari 133 negara yang menjadi sampel

telaah. Selanjutnya UU nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan

bahwa setiap tenaga kerja bidang pariwisata wajib memiliki standar kompetensi

kerja. Di dalam laporan tersebut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

menyampaikan harapan agar sektor pariwisata Indonesia berkembang dan berada

paling depan di antara negara lain dengan tingkat daya saing yang tinggi. Penekanan

harapan tersebut terutama ditujukan pada SDM pariwisata, khususnya yang bergerak

di sektor perhotelan, restoran, dan SPA.

Melihat posisi kualitas SDM pariwisata tahun 2009, dan menimbang

kewajiban bahwa setiap tenaga kerja memiliki standar kompetensi yang diatur oleh

UU harus memiliki kualitas dan kompetensi yang diakui sekaligus berstandar

internasional. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya melalui pendidikan dan

pelatihan yang berkualitas. Menurut UU RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, ayat (21), evaluasi pendidikan

adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap

berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan.

Selanjutnya, dalam UU yang sama, Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi,

(25)

dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk

akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Kemudian dalam Pasal 58, ayat (2) evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan

program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,

transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional. Di dalam Bab

IV, tentang Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan

Pemerintah, Bagian Kesatu, tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, pasal 8

dikatakan bahwa masyarakat berhak, berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Pendidikan vokasi dan profesi mengajarkan keahlian terapan, menekankan

pada perkembangan skill, afektif kognitif dan psikomotorik, maka lebih jauh, tingkat

keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak hanya ditentukan oleh tingkat

profesionalisme yang dipunyai lulusannya, tetapi juga oleh kesempatan yang terbuka

bagi lulusannya untuk mendapatkan tempat kerja yang sesuai di pasar kerja (labor

market).

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk

menyiapkan penyediaan tenaga kerja, untuk itu orientasi pendidikannya harus tertuju

pada lulusannya yang dapat dipasarkan di pasar kerja. Menurut Calhoun & Finch

(1982:66), ”vocational education can develop a marketable man by developing his

ability to perform skills that extend his utility as a tool of production”. Hal tersebut

(26)

mempunyai daya jual tinggi, dengan cara mengembangkan kemampuannya dalam

membentuk keahlian yang dapat meningkatkan kegunaan dirinya sebagai alat

produksi. Untuk melihat pencapaian sasaran dan pendayagunaan pendidikan

kepariwisataan, maka diperlukan sebuah evaluasi kurikulum pendidikan

pengembangan sumber daya manusia pariwisata tersebut.

Vocational education should be evaluated on the bases of economic efficiency. Vocational education is economically efficient when (a) it prepare students for specific jobs in the community on the basis of man power needs, (b) it ensures an adequate labour supply for an occupational area, and (c) the student gets the job for which he was trained (Calhoun & Finch 1982:66)

Pernyataan tersebut mengandung arti bawa pendidikan vokasi tersebut harus

dievaluasi untuk melihat apakah secara ekonomi efisien. Dikatakan efisien jika (a)

pendidikan vokasi menyiapkan peserta didik untuk melaksanakan pekerjaan yang

spesifik di dalam masyarakat dengan basis kebutuhan akan tenaga tersebut, jika yang

disiapkan itu oleh pendidikan vokasi itu tenaga manajerial, tetapi masyarakat

pengguna lulusan tidak membutuhkan tenaga managerial, maka pendidikan tersebut

bisa dikatakan secara ekonomi tidak efisien. (b) pendidikan tersebut menjamin

kecukupan pasokan tenaga untuk lapangan pekerjaan, dan, (c) lulusan mendapatkan

pekerjaan sesuai dengan apa yang dilatihkan dalam pendidikan, Jadi jika di sekolah

peserta didik dilatih sebagai supervisor dan sebagai manajer, tetapi setelah lulus

bekerja sebagai tenaga pelaksana, maka dapat dikatakan pendidikan vokasi tersebut

(27)

Evaluasi kurikulum merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah

pendidikan vokasi. Menurut Hasan (2008:41) evaluasi kurikulum adalah usaha

sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan

sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks

tertentu. Hasan menambahkan bahwa keberlakuan kurikulum dibatasi oleh waktu.

Kurikulum yang sesuai untuk konteks waktu tertentu belum tentu cocok untuk waktu

yang lain, walaupun diberlakukan di tempat yang sama. Hal ini disebabkan karena

perubahan variabel lingkungan makro, lingkungan yang tidak bisa dikendalikan

seperti lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, persaingan, informasi

teknologi dan hal lainnya yang menandakan perkembangan zaman. Lingkungan

makro tersebut walaupun tidak bisa dikendalikan, tapi harus diperhatikan karena akan

memberikan pengaruh dan menentukan nilai dan kualitas pendidikan. Berkaitan

dengan hal tersebut kurikulum merupakan variabel yang dapat dikendalikan, artinya

dapat dikendalikan oleh pemerintah, oleh pengembang kurikulum disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat yang memerlukannya, baik lokal, nasional, regional maupun

mayarakat dunia. Jika tidak, maka kualitas hasil dari pendidikannya akan menjadi

rendah dan usang.

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung adalah unit pelaksana teknis dari

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif), merupakan lembaga pendidikan pariwisata berbasis kompetensi, di

(28)

yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga manajerial. Program ini telah dibuka

sejak tahun 1992 (Sadkar:2012).

Di dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: PM.No.48/DL.

107/MKP/2010 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Program Diploma

pada Pendidikan Tinggi Pariwisata di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata, pasal 7 menyatakan bahwa Evaluasi Kurikulum Program Diploma Pada

Pendidikan Tinggi Pariwisata di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali. Dari hasil pengamatan dan

wawancara terindikasi bahwa perlu dilakukan evaluasi terkait relevansi tujuan

program dengan kebutuhan industri, evaluasi tentang performa kurikulum,

konsistensi tujuan kurikulum dengan dokumen kurikulum, serta implementasi dan

evaluasi hasil kurikulum. Peneliti khawatir bahwa kurikulum KBK prodi ADH

kurang mendukung pencapaian tujuan, karena untuk menjadi seorang manager,

banyak faktor yang harus dipenuhi,

Peneliti melihat adanya jarak antara kualifikasi yang dimiliki lulusan dengan

kualifikasi yang dipersyaratkan oleh ”user” yang mungkin disebabkan oleh

perubahan yang terjadi antara waktu kurikulum disusun dengan masa kini, hal lain

yang lebih memberatkan lagi profil lulusan tersebut kini tercantum dalam Peraturan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.48/DL.107/MKP/2010. Untuk itu

diperlukan pengkajian ulang atau evaluasi tentang relevansi dan konsistensi program

(29)

dimulai dari ide kurikulum (pengembang) dan rencana tertulis kurikulum (dokumen)

hingga implementasi kurikulum, evaluasi hasil yang dilakukan secara khusus.

B. Fokus Permasalahan Penelitian

Adapun fokus permasalahan penelitian evaluatif ini adalah melihat kembali

kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan

dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan, dengan menelusuri sejarah

perkembangan kurikulum program studi, melihat performa dokumen kurikulum

tersebut, keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan sejak awal

hingga saat ini dan melihat konsistensi dari ide kurikulum dengan dokumen

kurikulum, implementasi kurikulum serta berdasarkan sejarah perkembangan tersebut

dapat dilihat kemungkinan outcomes dari kurikulum yang digunakan saat ini.

C. Perumusan Masalah

Di dalam studi evaluasi model Responsif, isu-isu yang muncul di dalam

sebuah organisasi dianggap sebagai “conceptual organizers”. Model tidak

menghendaki adanya hipotesis, tujuan, atau persamaan regresi. Isu-isu tersebut dapat

berupa kegelisahan, kebingungan, ketidak jelasan, keruwetan, problema, penilaian

subjektif terhadap program atau organisasi yang dirasakan oleh orang-orang yang

terkait dengan program tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Stake:1996 sebagai

berikut:

(30)

particularity, and subjective valuing already felt by persons associated with the program.

Karena peneliti adalah dosen di program studi tersebut maka isu-isu

kurikulum telah dirasakan bersama dan terlihat baik oleh pengelola program maupun

oleh dosen. Permasalahan kurikulum yang kompleks sejak berdirinya program studi,

hingga kini berpotensi untuk menjadi masalah besar, sehingga memerlukan

penyelesaian yang seksama dan segera. Isu- isu yang muncul diseleksi dan beberapa

dipilih untuk dijadikan dasar dalam menyusun struktur atau kerangka dalam

melanjutkan diskusi serta rencana pengumpulan data. Dengan demikian data

dikumpulkan melalui observasi yang sistematik, dan wawancara yang mendalam,

dapat memberikan kontribusi dalam memahami dan memecahkan permasalahan

kurikulum.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di atas maka dapat dirumuskan

empat isu pokok penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ide kurikulum pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan

merupakan pikiran kurikulum masih sesuai untuk menjawab tuntutan

lapangan pekerjaan pada saat ini?

2. Bagaimanakah konsistensi dari ide kurikulum, dokumen kurikulum dan

(31)

3. Bagaimanakah performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan

Hospitaliti Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung

4. Apakah implementasi kurikulum mendukung pencapaian tujuan?

Isu pokok tersebut diangkat menjadi pertanyaan penelitian, seperti di bawah ini:

1. Bagaimanakah kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV Studi

Administrasi Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan?

2. Bagaimanakah konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum dan

implementasi kurikulum serta outcomes dari kurikulum?

3. Bagaimanakah performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan

Hospitaliti Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung?

4. Bagaimanakah keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian adalah untuk:

a. Menilai konsep besar bidang studi kurikulum, yaitu konsep relevansi, dalam

studi ini relevansi antara desain dengan tuntutan lapangan. Tujuan ini

memberikan makna yang kuat bagi bidang studi kurikulum karena suatu

(32)

kurikulum dengan pemanfaatan kualitas yang dimiliki manusia tersebut di

kehidupan di masyarakat pada waktu yang bersangkutan telah menyelesaikan

studinya. Sedangkan relevansi tersebut ditetapkan pada waktu konstruksi

kurikulum dilakukan.

b. Menilai performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan Hospitaliti

Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

yang dipergunakan saat ini.

c. Menilai keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan.

d. Menilai konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum dan

implementasi kurikulum serta kemungkinan outcomes dari kurikulum.

e. Menguji keterandalan dari model evaluasi responsif dalam program pendidikan

Hospitaliti Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait yang

diuraikan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

1) Mengembangkan dasar teoritik relevansi dalam pengembangan kurikulum.

Peneliti mengembangkan dasar teoritik yang digali dari wawancara mendalam

(33)

relevansi yang dikembangkan ini merupakan prinsip dasar, yang dapat membantu

pengembang kurikulum dalam mengembangkan sebuah kurikulum, karena seorang

pengembang kurikulum dituntut untuk menghasilkan kurikulum yang relevan

dengan tuntutan lapangan, saat mahasiswa telah menyelesaikan studinya.

Berhubung relevansi ini ditetapkan pada waktu konstruksi kurikulum dilakukan,

maka pengembang kurikulum harus mampu. memandang jauh ke depan.

2) Mengembangkan prosedur baru model Evaluasi Responsif dari Stake. Peneliti

merevisi model ini dan mengembangkannya menjadi prosedur baru, sehingga dapat

dijadikan panduan oleh evaluator internal. Dengan model yang direvisi ini,

diharapkan bias pribadi (subjektivitas) dapat ditekan sampai ke tingkat yang

derajatnya dianggap objektif. Prosedur dari model ini sebelumnya terdiri dari 12

langkah peristiwa (events), dimodifikasi menjadi tujuh events dan dalam peristiwa

analisis ditambahkan expert panel atau focus group discussion. Dengan demikian,

maka model Evaluasi Responsif diperkaya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi penentu kebijakan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan khususnya studi Administrasi Perhotelan, hasil

penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan keputusan untuk melakukan

perbaikan maupun perubahan terhadap perumusan ide kurikulum dan dokumen serta

(34)

2) Bagi pengelola perguruan tinggi kepariwisataan. Diharapkan penelitian ini dapat

memberikan masukan dan pandangan dalam membuat keputusan yang tepat dan

terbaik dalam merumuskan ide dan dokumen kurikulum serta proses atau

implementasi kurikulum.

E. Pendekatan Penelitian

Untuk mengetahui sampai sejauh mana relevansi antara desain dengan tuntutan

lapangan, melihat performa kurikulum sebagai dokumen, melihat keterkaitan

implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan dan menilai konsistensi ide

kurikulum dengan dokumen kurikulum, ide kurikulum dengan implementasi

kurikulum serta ide kurikulum dengan outcomes dari kurikulum studi Administrasi

Perhotelan pendidikan kepariwisataan dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi

industri pariwisata yang optimal, peneliti harus menemukan unsur-unsur pokok

sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, maka digunakan penelitian evaluatif

dengan pendekatan kualitatif, karena segmen yang khusus dan terbatas, maka untuk

model evaluatif kualitatif dipilih model yang khusus pula, yaitu model Evaluasi

Responsif.

Pemilihan model ini juga didasarkan pada hasil konsultasi langsung, komunikasi

personal peneliti dengan Robert E. Stake (2012), penemu model penelitian case study,

Education Countenance model dan Responsive Evaluation model. Stake

(35)

ini agar digunakan model Evaluasi Responsif, karena model ini lebih berorientasi

pada aktifitas, keunikan dan kemajemukan dari masyarakat yang terlibat dalam

program. Selain itu sifat dasar yang istimewa dari pendekatan ini adalah kesediaan

mendengarkan isu kunci atau problema terutama yang telah diketahui oleh orang di

lapangan dan kelengkapan aspek kurikulum yang dievaluasi.

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah atau cara baru

untuk memperkaya model Evaluasi Responsif yang telah ada sebelumnya.

Sehubungan dengan status peneliti sebagai dosen yang telah bekerja sejak tahun 1982

di lembaga ini, maka diperlukan perubahan prosedur dalam analisis data. Prosedur

baru dalam analisis data ini dimaksudkan untuk mengurangi bias pribadi

(subjektivitas) sampai ke tingkat yang derajatnya dianggap objektif. Prosedur baru

dalam analisis data menjadi hal baru dalam evaluasi kurikulum yang menggunakan

model Evaluasi Responsif, sehingga penerapan evaluasi kurikulum untuk evaluator

internal lebih terbuka bagi siapa saja, dan kelemahan internal evaluator dapat

dikurangi.

Peneliti atau evaluator adalah seorang alumni yang sudah bekerja pada lembaga

tersebut, dan pernah menjabat sebagai ketua dan sekertaris program studi di beberapa

program studi termasuk studi Administrasi Perhotelan, sehingga tidak diperlukan

lagi familisasi, sebab peneliti berada dalam posisi yang paham tentang apa yang

terjadi di lembaga ini yang mungkin sulit dimiliki oleh peneliti yang datang dari luar.

(36)

dapat memisahkan pendapat stakeholders yang terdiri dari stakeholders pemerintah,

pengelola program, dosen, mahasiswa, alumni, para expert dari dunia industri.

Prosedur baru yang dikembangkan oleh peneliti didasarkan pada model pokok

Responsive Evaluation dari Stake, yang disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan

peneliti, untuk menjamin objektivitas data dan analisis. Prosedur baru dalam evaluasi

ini adalah perubahan dari model asli Responsive Evaluation yang terdiri dari

duabelas peristiwa (events) menjadi tujuh buah peristiwa, selain itu peneliti berusaha

untuk peka terhadap berbagai pandangan, dan berusaha mengakomodasi pendapat

yang ambigu serta tidak fokus pada yang datang dari pelaksana kurikulum (staf,

sekretaris, ketua program studi, dosen, tenaga pengajar, alumni, serta mahasiswa),

pejabat pertama yang menjadi ketua program Studi Hotel Administration dan ketua

STPB periode Studi Administrasi Perhotelan dibentuk, dan ”user” Hasil temuan

dianalisis ulang oleh sebuah panel expert (Focus Group Discussion) yang tidak

terlibat dalam penelitian kurikulum yang dikaji, seperti tenaga akhli (expert) dari

dunia industri perhotelan (user) dan para akhli kurikulum dari dunia pendidikan.

Perbedaan pandangan (jika ada) antara pelaksana kurikulum dan para expert di atas

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Dalam disertasi ini data atau temuan dimasukkan ke dalam bab III, karena

keterkaikan dengan model evaluasi yang digunakan, yaitu Model Evaluasi

Responsif.

1. Lokasi

Penelitian ini mengambil tempat di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung,

jalan Dr. Setiabudhi Nomor 186 Bandung 40141 Jawa Barat, Indonesia.

2.Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kurikulum program pendidikan Diploma

IV, studi Administrasi Perhotelan, jurusan Hospitaliti, Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung. Studi tersebut dipilih karena peneliti adalah pengajar yang mengabdikan

diri pada institusi tersebut sejak tahun 1982, dan pada saat ini menjadi dosen di

program studi Administrasi Perhotelan. Peneliti melihat kelebihan dan kekurangan

dari kurikulum studi Administrasi Perhotelan ini, dan berkeinginan untuk

memberikan sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kurikulum yang lebih

(38)

3. Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Dalam Evaluasi Responsif ini, sumber dan prosedur pengumpulan data dilakukan

dengan bantuan matriks Framework Evaluation Countenance Of Educational

Model(countenance paper) dari Stake, yang terdiri atas duabelas kolom. Terdapat

dua tahap pengumpulan data yang dikelompokkan ke dalam matriks deskripsi dan

matriks pertimbangan, seperti digambarkan pada bagan berikut ini.

ANTECEDENTS

TRANSACTION

OUTCOMES

Gambar: III.1 FRAMEWORKEVALUATION COUNTENANCE OF

EDUCATIONAL MODEL (Countenance Paper)

Sumber: (Stake, 1967; Worthen &Sanders, 1987)

STANDARD JUDGEMENTS

JUDGEMENT MATRIX

INTENTS OBSERVATION

(39)

Tahap pertama di kelompokan ke dalam matriks deskripsi (description matrix)

dan tahap kedua dikelompokan ke dalam matriks pertimbangan (judgements matrix).

Di dalam matriks deskripsi, data yang dikoleksi dibagi ke dalam dua katagori,

katagori pertama adalah tujuan (intents sources) dan katagori kedua adalah observasi

(observation sources). Dalam matriks pertimbangan (Judgement matrix), sumber

data dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sumber data untuk standar(standards

sources) dan sumber data untuk pertimbangan atau analisis (judgement sources).

Dalam matriks deskripsi terdapat pencarian relevansi (congruence) di antara tujuan

dan observasi (intents dan observations).

Tujuan sangat erat berhubungan dengan prediksi atau ramalan, dalam hal ini

diartikan sebagai rencana. Persepsi dari apa yang sebenarnya terjadi beserta

konsekuensinya disebut observasi (Stake:1977). Dalam matriks ini pun akan

dilakukan pencarian terhadap pertanyaan apakah terjadi konsistensi (contigency

logis) antara yang tertuang dalam dokumen ide kurikulum (antecedents) dengan

implementasi (transactions) dan (outcomes)?

Dalam bagian berikutnya terdapat kolom standar (standard) yang berisi tentang

pernyataan yang dikeluarkan oleh berbagai expert dan atau teori tentang apa yang

seharusnya terjadi di dalam situasi tersebut. Kumpulan data tentang bagaimana yang

dirasakan orang tentang berbagai aspek dalam situasi tersebut (yang terdapat di

dalam matriks deskripsi) dibandingkan dengan standar, lalu dianalisis dimasukkan

(40)

Dalam mengimplementasikan pengolahan data deskriptif ini terdapat beberapa

fase, yaitu:

1) Antecedents phase, fase ini mengupas tentang keadaan rencana atau kondisi

sebelum program diimplementasikan. Pada fase ini, permasalahan yang diteliti

adalah bagaimana perumusan ide kurikulum disusun. Apakah telah mengikuti

langkah-langkah yang benar pada saat merumuskan ide kurikulum? Apakah ide

kurikulum masih sesuai untuk menjawab tuntutan lapangan pada saat ini?

2) Transaction phase, fase ini akan dibagi ke dalam dua bagian, bagian pertama

adalah fase di mana ide kurikulum dituangkan ke dalam dokumen kurikulum. Di

bagian pertama fase ini akan diteliti apakah dokumen kurikulum disusun

berdasarkan dokumen atau ide kurikulum? apakah terjadi konsistensi (contigency

logis) antara yang tertuang dalam dokumen ide kurikulum atau tidak? Bagian kedua

dari fase ini, membahas mengenai apakah implementasi sesuai dengan dokumen

kurikulum?

3) Outcomes phase, adalah fase di mana diketahui hasil yang didapat akibat dari

implementasi program. Disini juga akan dilihat sejauh mana hasil kurikulum,

konsisten dengan tujuan yang direncanakan. Dengan kata lain peneliti akan

menggali dan mempertanyakan apakah hasil dari program tersebut sesuai dengan

yang diharapkan, selain itu apakah para lulusan dari program tersebut akan

(41)

saat menerima jabatan yang tertuang dalam dokumen kurikulum (profil lulusan).

Sejalan dengan hal itu akan dilihat pula apakah terjadi konsistensi antara

antecedents, transactions, dan outcomes dari kurikulum. Selanjutnya akan dicari

relevansi antara tujuan dan hasil observasi, serta di analisis apakah relevan dengan

standar atau tidak.

Berdasarkan matriks tersebut maka sumber data dalam disertasi ini adalah:

1. Ketua program studi Administrasi Perhotelan periode pertama, periode

tahun 1992-1996, dipilih sebab beliau turut serta dalam pengkonsruksian

ide dan dokumen kurikulum, serta sekaligus sebagai penanggung jawab

implementasi Kurikulum. Dosen senior, serta Pembantu Ketua I Bidang

Akademik dipilih sebab yang bersangkutan termasuk pejabat dan dosen

yang turut serta dalam pengkonsruksian ide dan dokumen kurikulum,

serta sekaligus sebagai pelaksana dari implementasi Kurikulum.

2. Sepuluh orang dosen vokasional, yang mewakili empat pilar administrasi

perhotelan (Products, Human Resources, Marketing dan Accounting) dan

terkait dengan silabus, Satuan Acara Perkuliahan, serta pencapaian

kompetensi yang harus dikuasai para lulusan sehingga dapat memerankan

jabatan yang tertulis dalam profil lulusan.

3. Mahasiswa berjumlah delapan orang dengan komposisi empat orang

mahasiswa semester dua, dan empat orang mahasiswa semester enam.

(42)

proses pelaksanaan kurikulum, baik yang bersifat teori maupun praktik

laboratorium.

4. Limabelas orang alumni dari periode lulusan yang berbeda dan sedang

bekerja di berbagai bidang perhotelan, mewakili empat pilar administrasi

perhotelan yang berada baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan berbagai moda, baik

wawancara langsung tatap muka, telefon maupun surat elektronik.

5. Dokumen kurikulum, seperti Peraturan Menteri, struktur kurikulum,

silabus dan Satuan Acara Perkuliahan, dokumen Praktik Kerja Nyata

dijadikan objek penelitian baik substansi maupun regulasi berkaitan

dengan penyusunan kurikulum.

b. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini

dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga memungkinkan untuk

mendapatkan data yang berkelanjutan dan memperhalus tema yang muncul. Data

kualitatif tersebut akan digunakan untuk mengisi matriks deskriptif dan matriks

pertimbangan. Data juga didapat melalui analisis dokumen dan wawancara

mendalam.

Prosedur pengumpulan data untuk mengisi kolom antecedents, adalah

(43)

kurikulum sebagai ide, peneliti berusaha untuk mendapatkan dokumen tentang

proses konstruksi kurikulum sebagai ide, seperti dokumen surat keputusan kelompok

kerja pengembangan kurikulum, risalah-risalah rapat selama kurikulum sebagai ide

dikonstruksi, namun tidak berhasil, karena dokumen tersebut sudah tidak tersedia

lagi, sehingga pada akhirnya menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap

ketua program studi Administrasi Perhotelan periode pertama, periode tahun

1992-1996, dan terhadap dosen senior, serta Pembantu Ketua I Bidang Akademik.

Langkah kedua, pengumpulan data untuk transactions menggunakan analisis

dokumen serta wawancara mendalam terhadap dosen, mahasiswa dan staf

prodi.Langkah ketiga, pengumpulan data untukoutcomes dengan cara wawancara

mendalam, dan expert judgement.

c. Teknik Pengumpulan Data

a) Studi dokumentasi

Studi Dokumenter (Documentary Study), peneliti menghimpun dan

menganalisis dokumen tertulis yang diperlukan sebagai data untuk menjawab

sebagian dari pertanyaan penelitian nomor satu tentang dokumen kurikulum sebagai

ide dan menjawab pertanyaan penelitian nomor dua tentang performa kurikulum.

Dokumen yang diperlukan diantaranya adalah dokumen tentang ide kurikulum,

dokumen tertulis kurikulum, seperti Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

(44)

Perkuliahan, kalender akademik, pedoman akademik, jadwal kunjungan industri,

jadwal ceramah tamu dan dokumen Praktik Kerja Nyata. Dokumen yang telah

diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis)

disusun secara sistematis, padu dan utuh sebagai sebuah laporan dari hasil analisis

dokumen. Di dalam Dokumen Peraturan Menteri Terbaru tentang Kurikulum

Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,

tertulis tujuan kurikulum pendidikan Diploma IV, program studi Administrasi

Perhotelan, kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh lulusan, beserta profil

lulusan dan struktur kurikulum. Profil lulusan yang tertulis di dalam Peraturan

Menteri tersebut adalah lulusan dapat bekerja sebagai Accounting manager,

marketing manager, operation manager, duty manager, human resources

manager.Hal ini berbeda dengan tujuan-tujuan kurikuler sebelumnya, di mana

sebelumnya tujuan kurikulum adalah mempersiapkan tenaga manajerial di bidang

perhotelan. Dalam rangka pengkayaan data dan analisa dokumen tersebut dibahas

untuk melihat konsistensi ide kurikulum, dokumen kurikulum, implementasi

kurikulum, serta hasil dari kurikulum.

b)Observasi

Untuk mendapatkan pemahaman tentang konteks yang lebih baik dalam

masalah yang akan diteliti, mendorong peneliti bersikap terbuka, mendekati

permasalahan yang sedang diteliti secara induktif, melihat keadaan yang mungkin

(45)

dibicarakan stakeholders pada saat wawancara terutama masalah yang sensitif,maka

peneliti melakukan observasi terhadap implementasi kurikulum, seperti proses

pembelajaran di dalam kelas teori atau pun praktik laboratorium. Observasi praktik

laboratorium dilaksanakan untuk beberapa mata kuliah seperti Operasional Tata

Boga, Operasional Restoran dan Bar, Operasional Tata Graha, praktik tingkat

manajerial di hotel praktik, termasuk praktik kerja nyata I di semester empat, dan

praktik kerja nyata II yang dilakukan di semester tujuh. Di kelas teori beberapa

dosen masih menggunakan strategi mengajar mahasiswa sebagai objek bukan

sebagai subjek. Di laboratorium praktik para mahasiswa bergabung dengan

mahasiswa regular program Diploma III di program studi terkait, sebagian

mahasiswa terlihat kaku dan tidak melebur dengan baik selain itu intensitas praktik

manajerial di hotel praktik atau di unit practice assigned sangat terbatas. Pada saat

pelaksanaan praktik kerja nyata kedua, yaitu pada saat mahasiswa berada di semester

tujuh, seharusnya mahasiswa melaksanakan program management training, namun

pada kenyataannya terdapat mahasiswa yang berada dalam posisi pelaksana.

c) Wawancara Mendalam:

Wawancara mendalam dilakukan terhadap Stakeholders, dalam penelitian ini

dibagi ke dalam enam kelompok, yaitu: 1) stakeholders pemerintah, 2) manajemen

dan staf program studi Administrasi Perhotelan, 3) dosen dan tenaga pengajar, 4)

(46)

Kelompok pertama: stakeholders pemerintah, adalah pemangku kepentingan

dalam hal ini pemerintah melalui Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, yang

merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, diwakili oleh ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung pada periode

tersebut, wawancara dengan ketua periode tersebut dilakukan dengan cara

komunikasi jarak jauh menggunakan telefon, namun beliau mengatakan lebih baik

peneliti mewawancarai pejabat terkait yang masih aktif. Wawancara mendalam

secara langsung dengan Pembantu Ketua Satu, yang pada saat itu turut terlibat dalam

pembentukan program studi Administrasi Perhotelan. Dari Pembantu Ketua Satu

diperoleh informasi bahwa latar belakang dibentuknya program pendidikan Diploma

IV studi Administrasi Perhotelan adalah untuk mengisi kebutuhan tenaga

managerial bidang perhotelan dan untuk meningkatkan status lembaga, dari Balai

Pendidikan menjadi Sekolah Tinggi. Selanjutnya wawancara dilanjutkan dengan

Ketua studi Administrasi Periode Pertama. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

data mengenai latar belakang tujuan dibukanya program Administrasi Perhotelan,

Ketua program studi tersebut mengungkapkan bahwa konten atau materi untuk

program tersebut diambil dan dikembangkan dari program pendidikan Diploma III

berjenjang, jurusan Hotel Management. Program tersebut merupakan program

pendidikan diploma tertinggi jurusan perhotelan dari Balai Pendidikan dan Latihan

Pariwisata, yang kemudian beralih status menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata

(47)

Kelompok kedua: manajemen dan staf studi Administrasi Perhotelan, adalah

ketua dan sekretaris program studi dan staf yang menyiapkan program pendidikan

dari awal hingga akhir. Staf program studi adalah mereka yang membantu

penyelenggaraan program pendidikan, bertugas menyiapkan laporan absensi setiap

mahasiswa dan proses belajar mengajar, mengorganisasikan nilai evaluasi

keberhasilan mahasiswa, dan administrasi lainnya. Manajemen program studi

Administrasi Perhotelan adalah mereka yang berstatus dosen dan pada saat ini

duduk sebagai ketua dan sekretaris program studi bertanggung jawab atas kelancaran

penyelenggaraan program pendidikan. Ketua dan Sekertaris program studi tersebut

adalah pejabat baru, namun termasuk dosen senior di jurusan Hospitaliti.

Wawancara dilakukan secara informal, berulang kali untuk mendapatkan data

mengenai implementasi kurikulum.Implementasi kurikulum dilakukan sesuai

dengan apa yang tertulis di dalam dokumen kurikulum.

Kelompok ketiga:dosen dan tenaga pengajar yang menyampaikan perkuliahan, di

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung termasuk di program studi Administrasi

Perhotelan. Sebagian dari dosen bertugas di laboratorium praktik dan ada yang

bertugas menyampaikan materi teori baik umum maupun materi vokasi di dalam

kelas. Terdapat lebih dari enampuluh orang dosen yang mengajar di program studi

Administrasi Perhotelan, dan 10 orang diwawancarai untuk mendapatkan data

mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar di ADH. Wawancara dilaksanakan di

(48)

individual, pertanyaan berkisar tentang dokumen kurikulum dan persiapan mengajar

(silabus dan satuan Acara Perkuliahan) Pada umumnya Satuan Acara Perkuliahan

dibuat berdasarkan silabus. Sebagian besar mengetahui bahwa tujuan kurikulum

adalah untuk menghasilkan tenaga managerial bidang perhotelan, tetapi tidak

mengetahui secara pasti bahwa kompetensi apa yang harus dikuasai oleh lulusan

sehingga materi yang diberikan tidak dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan.

Kelompok keempat: alumni adalah mereka yang telah berhasil mengikuti

pendidikan dan memperoleh ijazah,yang akan memberikan umpan balik dari

program pendidikan yang telah diikutinya. Sebanyak limabelas orang alumni, turut

serta di dalam penelitian ini, mereka adalah lulusan dari periode yang berbeda, yang

sekarang sudah bekerja, dan tersebar di seluruh dunia.Wawancara dilakukan secara

langsung dan juga dilakukan dengan bantuan telefon dan surat elektronik.

Wawancara alumni dilakukan secara langsung saat alumni mengunjungi kampus

(insidentil) dan sebagian dipilih berdasarkan jabatan terkait empat pilar Administrasi

Perhotelan. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mereka mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi untuk bekerja di pilar produk untuk posisi pelaksana

atau penyelia, dan untuk pilar lainnya. Diperlukan pengalaman beberapa tahun untuk

mencapai posisi manajerial terutama jika ingin berkarir di hotel berbintang empat

dan lima.

Kelompok kelima: mahasiswa, adalah mereka yang mengikuti program

(49)

informan berjumlah 8 orang dengan komposisi sebagai berikut: empat orang dari

semester dua dan empat orang dari semester enam.Mahasiswa dipilih secara acak,

dan diwawancarai secara langsung terkait dengan implementasi kurikulum,

Kelompok keenam: expert dari dunia industri, adalah para manajer yang

bekerja di industri perhotelan dan telah berada di dalam posisi managerial di mana

sebagian dari alumni program studi Administrasi Perhotelan pada saat ini bekerja,

sehingga dapat memberikan penilaian dan pertimbangan terhadap kualitas dari

alumni tersebut. Kelompok expert atau tenaga ahli dari dunia industri ini, sebagian

adalah alumni studi Administrasi Perhotelan dan alumni dari program studi lainnya

yang telah meraih sukses di industri. Para expert tersebut diambil dari berbagai

hotel, yaitu dari: Hotel Hilton Bandung, mewakili human resourcesdevelopment,

Jayakarta Anyer Villas mewakili Accounting department, Banana Inn Bandung

mewakili sales and marketing department, Savoy Homann Bandung mewakili food

and beverages departement, Swiss Bell Hotel (General Manager), Aston Denpasar

Bali mewakili General Manager, dan Aston Pasteur Bandung mewakili sales and

marketing. Mereka menjabat sebagai Human Resources Manager, General

Manager, Accounting Manager, Food and Beverages Manager, dan Marketing

manager. Hasil dari wawancara dan judgement dari para expert tersebut

mengungkapkan bahwa alumni studi Administrasi Perhotelan sangat cepat

(50)

ditempatkan di berbagai bidang yang ada di industri perhotelan, namun memerlukan

pengalaman beberapa tahun untuk mencapai posisi managerial.

d) Panel Expert (Focus Group Discussion) dan Expert Judgement

Panel Expert (Focus Group Discussion)digunakan untuk validasi temuan

penelitian. Peneliti mempresentasikan hasil penelitian di hadapan para expert

tersebut, kemudian paraexpert diminta untuk memberikan tanggapan, sanggahan

dan pertimbangan tentang hasil penelitian tersebut, di antaranya mengenai tujuan

kurikuler, materi, isi dan hasil dari kurikulum. Paraexpert juga diminta masukannya

untuk peningkatan kesesuaian kurikulum dengan tuntutan lapangan.

Expert Judgment adalah cara untuk mengungkapkan dan mengumpulkan

pendapat, pandangan dan pertimbangan serta penilaian para ahli dari dunia industri

terhadap kualitas, kompetensi hardskills dan softskills yang dimiliki oleh para

lulusan program studi Administrasi Perhotelan yang bekerja di perusahaan di mana

para tenaga ahli tersebut berperan sebagai atasannya. Expert tersebut dipilih

berdasarkan empat pilar pendidikan di program studi Administrasi Perhotelan, yaitu

sales and marketing, accounting, product (food and beverages department

danrooms division, sertahuman resources. Jadi peneliti mencari manager hotel

berbintang tiga ke atas yang menduduki dan menguasai empat pilar tersebut.

Beruntung bagi penulis karena melalui Ikatan Alumni, maka penulis bisa

(51)

dan bersedia membantu memberikan judgementatau penilaian terhadap kualitas

lulusan, pengalaman kuliah, proses perkembangan karier sejak mendapatkan

pekerjaan pertama hingga menjadi manager.

c. ProsedurAnalisis Data

Prosedur analisis data untuk antecedents, transaction dan outcomes adalah

sebagai berikut: data yang didapatkan dari matriks deskripsi tentang intents

dibandingkan dengan data yang didapat dari matriks deskripsi observations,

seharusnya terjadi congruencies dalam hal ini relevansi antara keduanya, lalu

dibandingkan dengan standar ideal yang didapatkan dari teori atau yang digunakan

di lapangan, selanjutnya seandainya terjadi perbedaan maka perbedaan tersebut

dianalisis dan diberikan pertimbangan. Prosedur tersebut dituangkan ke dalam

matriks atau tabelberikut ini.

TABEL No.III. 1

ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER

KESESUAIAN IDE KURIKULUM DALAM MENJAWAB TUNTUTAN LAPANGAN

PEKERJAAN

Intentions Observations Standard Judgement

(52)

Intentions Observations Standard Judgement

p. kajian kekuatan dan kelemahan serta validitas

(53)

Salah satu dari expert pilar human resources development mengungkapkan,

bahwa:

Tujuan kurikuler untuk menghasilkan manager secara langsung kelihatannya sulit untuk dicapai, sebab posisi manager adalah jabatan karier yang dicapai melalui pendidikan dan pengalaman kerja, mulai dari pelaksana hingga penyelia baru menjadi manager”.

Ungkapan tersebut di atas menjadi lebih tegas, sebab seorang manager yang

lainnya menyatakan hal seperti berikut:

Hotel mempunyai carier development programmes untuk pegawainya, mereka mendapatkan penilaian melalui job performance appraisal, kemudian bagi yang terpilih diberi pelatihan sesuai dengan bidangnya dan dipromosikan pada level yang lebih tinggi, jadi manager merupakan promosi bagi karyawan berprestasi”.

Selanjutnya adalah tabel analisis data untuk transactions tentang performa

kurikulum program pendidikan diploma IV studi Administrasi Perhotelan dengan

menggunakan model Countenance paper.

TABEL No.III. 2

ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER

PERFORMA KURIKULUM

Intentions Observations Standard Judgement

(54)

Intentions Observations Standard Judgement

Selanjutnya adalah tabel analisis data untuk transactions tentang keterkaitan

implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan program pendidikan diploma IV

studi Administrasi Perhotelan dengan menggunakan model Countenance paper

TABEL No.III. 3

ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER TENTANG KETERKAITANIMPLEMENTASI KURIKULUM

DENGAN PENCAPAIAN TUJUAN

Intentions Observations Standard Issues

(55)

TABEL No.III. 4

ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER TENTANG KURIKULUM SEBAGAI HASIL

Intentions Observations Standard Judgement

Outcomes Kompetensi

Selanjutnya dibandingkan dengan standard dari matriks pertimbangan

hasilnya dimasukan kedalam matriks pertimbangan sebagai hasil analisis.

B. ProsedurModel Evaluasi Responsif

Sebagaimana dikemukakan di bab II model Evaluasi Responsif yang digunakan

terdiri atas tujuh peristiwa (events). Proses pengumpulan data yang dilakukan

disesuaikan dengan ketujuh peristiwa tersebut.

1) Langkah Model

Berikut ini adalah gambar Evaluasi Responsif dari Stake (1975) yang sudah

dimodifikasi oleh penelitimenjadi tujuh peristiwa,dan digunakan dalam penelitian

(56)

Gambar No. III.1

Responsive Evaluation Process ( Lien’s Modification )

Peristiwa pertama: Mengkonsepkan Isu dan problema (Conceptulize issues,

problem)

Selama menjalankan tugas pada program studi ini, peneliti melihat fenomena

kurikulum yang muncul ke permukaan dan menghadirkan berbagai isu. Setelah

(57)

para dosen, mereviu kekhawatiran dan harapan yang dikemukakan, mencatat

keanehan, kebingungan, harapan dan ketidak setujuan, maka peneliti akhirnya

berhasil mensistesis hal-hal tersebut dan menetapkan tujuan yang kokoh yang akan

menjadi acuan dalam penelitian ini. Tujuan tersebut adalah melihat keunggulan dan

kelemahan dari kurikulum program pendidikan Diploma IV, Studi Administrasi

Perhotelan, dan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian yang menjadi

kepedulian peneliti. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut adalah:

a.Sejauh mana kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV studiAdministrasi

Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan pada saat ini? Disini

akan dilihat apakah ide kurikulum untuk membuka pendidikan Diploma IV

program studi Administrasi Perhotelan dapat menjawab tuntutan lapangan

pekerjaan pada saat ini? Ide kurikulum prodi ADH tersebut dilihat dari ide awal

hingga yang digambarkan dalam profil lulusan dan tercantum dalam Permen:PM

No. 48/DL.107/MKP/2010. Isu kesesuaian ini sangat penting untuk di segera

evaluasi karena salah satu tanggung jawab utama dari lembaga pendidikan adalah

menyelenggarakan pendidikan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja.

Walaupun konstruksi ide kurikulum terjadi pada tahun 1992, namun

informasinya tetap diperlukan, karena kurikulum tahun 1992 itu merupakan dasar

dari kurikulum yang digunakan Studi Administrasi Perhotelan pada saat ini.

Seandainya kurikulum terdahulu tersebut kokoh, maka berkembang dan

Gambar

TABEL........................................................................................
Gambar: III.1 FRAMEWORKEVALUATION COUNTENANCE OF EDUCATIONAL MODEL (Countenance Paper)
TABEL No.III. 1
TABEL No.III. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembinaan Profesionalisme pada Bidang Hospitality di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) untuk mencaritahu beberapa

Adapun tujuan dari pengembangan sistem informasi kepegawaian di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung adalah sebagai berikut. Meningkatkan ke akuratan data yang

( Studi kasus terhadap Manajemen Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Kursus Jurusan Perhotelan di Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia /LPTI Bandung

bahwa pedoman penyelenggaraan pendidikan Program Studi Diploma IV Pertanahan pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah ditetapkan

Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui Pengembangan Sistem Administrasi Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan di Jurusan Akuntansi Program Diploma III.. Metode yang

PROFESIONALISME DI BIDANG HOSPITALITY (STUDI PEMBINAAN DISIPLIN DI PROGRAM STUDI MANAJEMEN PATISERI SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG) ” ini beserta seluruh isinya

(5) Peserta Didik adalah Mahasiswa Program Diploma III, Diploma IV, Strata I dan Program Lanjutan serta Program Pascasarjana yang telah mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa dan

UJIAN TENGAH SEMESTER OPB 1 SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2021 NAMA/ NIM : KELAS/ SEMESTER : TANGGAL :