STUDI ADM INISTRASI PERHOTEL AN
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
DISERTASI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum Pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Promovendus
Lien Maulina
NIM: 0707076PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCA SARJANA
on the Education Program Curriculum of
Dipl. IV Hotel Department, Hotel
Administration Study Program at Bandung
Institute using Responsive Evaluation
Model
Oleh Lien Maulina
A.Mad.Par BPLP Bandung, 1982 S.Sos STIA Bagasasi Bandung, 1995
M.Pd. in Curriculum Development, 2004
Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pasca Sarjana
Program Studi Pengembangan Kurikulum
© Lien Maulina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Bandung, Januari 2013
Disetujui dan Disyahkan untuk Mengikuti Ujian Sidang Terbuka (Tahap II) Oleh Pembimbing Disertasi
Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA Promotor
Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M.Pd Ko. Promotor
Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd Anggota
--- SEKOLAH PASCASARJANA
LEMBAR PERSETUJUAN
Bandung, Januari 2013
Menyetujui,
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran SPs UPI
Curriculum evaluation on the education program curriculum of Dipl. IV Hotel
Department, Hotel Administration Study Program at Bandung Institute using Responsive Evaluation Model
ABSTRACT
This research is aimed to evaluate comprehensively the education program curriculum of Dipl. IV Hotel Department, Hotel Administration Study Program at Bandung Institute viewed from four dimensions, starting from Curriculum as an idea, Curriculum as a document, Curriculum as implementation, and Curriculum as a result. These issues into four research questions, namely 1) the suitability of Dipl. IV education of Hotel Administration Program in responding a work field demand. 2) curriculum performance as the document of Dipl. IV Hospitality Education study program at Bandung Tourism Institute which is currently used nowadays, 3) the connection of curriculum implementation with the target achievement, and, 4) consistency level of the curriculum idea with the curriculum document and the curriculum implementation and also with the outcomes of curriculum. This curriculum evaluation uses qualitative approach. It is a study using responsive evaluation model of Stake’s. The data analysis results yield findings and show that, there is no suitability between the education curriculum idea of Dipl. IV of Hotel Administration Study Program with the work field demand, The case caused by the qualification demanded by the work field does not match with the fresh graduated except for the only one target that is to become operation manager. 2) the findings of curriculum as the documents are, a) curriculum document is not made basically on graduate profile, so the material study does not refer to the competency which must be owned by the graduates in order to be able to carry the role which is suitable to profile. 3) the finding of curriculum implementation connection with the target achievement has worked well enough however it is caused by the unperfected curriculum used as reference of the curriculum target that cannot be achieved and, 4) there is no consistency between the curriculum idea and the curriculum document. There is no consistency between the curriculum implementation and also there is no consistency between the curriculum idea and the outcomes of curriculum. Referring to the evaluation, the researcher recommends 1) to adjust the curriculum objectives, 2) to revise curriculum document in order to be consistent with the curriculum objectives and 3) to maintain the curriculum process which has been carried out well. It was proved that responsive evaluation model very effective in answering the research questions.
Key words: Relevance, Consistence, and Responsive evaluation model
Promovendus: Lien Maulina
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kurikulum program pendidikan Diploma IV, Jurusan Hospitaliti, program studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, dilihat dari empat dimensi, yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen, kurikulum sebagai implementasi dan kurikulum sebagai hasil. Isu dirumuskan ke dalam empat permasalahan penelitian, yaitu: 1) kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV program studi Administrasi Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan, 2) performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan Hospitaliti Diploma IV Program Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. 3) keterkaitan Implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan, dan 4) tingkat konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum dan implementasi kurikulum serta outcomes dari kurikulum. Evaluasi menggunakan pendekatan kualitatif dengan model evaluasi Responsif dari Stake. Hasil análisis data menghasilkan temuan dan menyimpulkan bahwa 1) hanya terjadi sebagian kesesuaian antara ide kurikulum pendidikan Diploma IV program studi Administrasi Perhotelan dengan tuntutan lapangan pekerjaan artinya ide kurikulum yang bertujuan menghasilkan manajer tidak dapat sepenuhnya menjawab tuntutan lapangan pekerjaan, hal ini disebabkan karena kualifikasi yang diminta oleh dunia kerja berbeda dengan kualifikasi lulusan (fresh graduated) kecuali untuk salah satu tujuan menjadi operational manager, 2) temuan dari kurikulum sebagai dokumen adalah, a) dokumen kurikulum tidak dibuat berdasarkan profil lulusan, sehingga kajian materi tidak semuanya merujuk pada kompetensi yang harus dimiliki lulusan agar dapat menjalankan peran sesuai dengan profil, 3) temuan tentang keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan adalah implementasi kurikulum telah berjalan dengan cukup baik, terutama dalam hal praktikum tingkat manajerial, namun dikarenakan dokumen kurikulum yang digunakan sebagai acuan tidak sempurna, mengakibatkan tujuan kurikulum tidak tercapai dengan baik, dan 4) tidak terjadi konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum, tidak terjadi konsistensi antara ide kurikulum dengan implementasi kurikulum, serta tidak terjadi konsistensi antara ide kurikulum dengan outcomes dari kurikulum. Melihat hasil evaluasi tersebut, peneliti merekomendasikan 1) dilakukan penyesuaian tujuan kurikulum agar sepenuhnya relevan dengan kebutuhan industri, 2) perbaikan dokumentasi kurikulum agar konsisten dengan tujuan kurikulum, dan 3) implementasi kurikulum agar konsisten dengan tujuan serta dokumen kurikulum. Model Evaluasi Responsif terbukti efektif dalam mengevaluasi kurikulum program pendidikan diploma IV, program studi Administrasi Perhotelan, karena telah berhasil menjawab pertanyaaan penelitian.
DAFTAR ISI
B. Fokus Permasalahan
Penelitian... ...
C. Perumusan
Dasar……… Pengembangan Kurikulum yang Relevan dengan Kebutuhan Industri
5. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Diploma IV
Studi Administrasi Kualitas dalam Kurikulum Berbasis
……… ………….…
8
a.e. Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai Media Pendidikan Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Lokasi……… mengenai kesesuaian ide kurikulum
Pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan………
a. 2. Temuan terhadap
Performa Kurikulum sebagai Dokumen Studi Administrasi Perhotelan………
…
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
a. A. Sejarah Berdirinya Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung……… 22
4
a. B. Pembahasan Temuan Keterandalan Responsive Evaluation Model dalam
Evaluasi Kurikulum Mengenai Kesesuaian Ide
Kurikulum Pendidikan
Diploma IV Studi
Administrasi Perhotelan Dalam Menjawab Tuntutan
Lapangan Pekerjaan
………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam meningkatkan kecerdasan dan
kesejahteraan masyarakat. Dengan pendidikan masyarakat memperoleh bekal berupa
kemampuan dan keterampilan untuk bekerja di dunia industri sesuai dengan bidang
yang diminati dan ditekuninya. Bekal tersebut juga akan memberi kekuatan kepada
seseorang untuk dapat bertahan dan berkembang di dalam menjalani kehidupan yang
dinamis dan penuh persaingan, terutama dalam menghadapi globalisasi.
Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan
tinggi yang bersifat mendasar, seperti: 1) perubahan dari pandangan kehidupan
masyarakat lokal ke masyarakat dunia, 2) perubahan dari kohesi sosial menjadi
partisipasi demokratis, terutama dalam pendidikan dan praktik berkewarganegaraan,
3) perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. (Dirjen
Dikti:2008)
Pada tahun 1994, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi perjanjian World
Trade Organisation dan perjanjian-perjanjian multilateral menjadi Undang-Undang
Republik Indonesia No.7/1994 tentang Agreement Establishing The World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
barang, jasa dan trade related intellectual property rights (TRIPS) atau hak atas
kepemilikan intelektual yang terkait dengan perdagangan. Dalam bidang jasa, yang
masuk sebagai obyek pengaturan WTO adalah semua jasa, kecuali “jasa
non-komersial atau tidak bersaing dengan penyedia jasa lainnya”. Dengan berlakunya
undang-undang tersebut, maka ketentuan-ketentuan WTO yang mengatur
perdagangan barang, jasa dan hak atas kepemilikan intelektual yang terkait dengan
perdagangan (trade related intellectual property rights) harus dilaksanakan.
Salah satu annex (lampiran) dari World Trade Organization (WTO) adalah
General Agreement in Services (GATS) atau perjanjian umum di dalam bidang jasa,
yang dibicarakan pada putaran Doha tahun 2000. Di dalam perjanjian tersebut
terdapat dua belas jenis jasa yang diperdagangkan, dan dua di antaranya adalah jasa
pendidikan (Educational Services) serta pariwisata dan usaha transportasi wisatawan
yang terkait (Tourism and Travel Related Services). Pemberlakuan perdagangan jasa
ini sudah dimulai secara bertahap saat negara anggota diminta menyampaikan
schedule of Commitment.
Selanjutnya pada Putaran Hongkong dibahas langkah-langkah untuk
meningkatkan komitmen dalam melaksanakan keputusan Doha dengan meminta
kepada masing-masing negara anggota untuk menawarkan atau melakukan “offering”
sektor-sektor yang akan diliberalisasi. Menurut Hidayat (2006) Indonesia telah
menawarkan lima sektor jasa, yaitu konstruksi, telekomunikasi, bisnis, angkutan laut,
jasa pendidikan dan menawarkan liberalisasi jasa-jasa pendidikan, yakni: 1) jasa
pendidikan menengah teknikal dan vokasional, 2) jasa pendidikan tinggi teknikal dan
vokasional, 3) jasa pendidikan tinggi, 4) jasa pelatihan dan kursus bahasa, 5) jasa
pendidikan dan pelatihan sepakbola dan catur.
Hidayat (2006) mengungkapkan, di dalam perjanjian WTO tersebut ada
aturan pokok dan kewajiban yang perlu dipahami, yaitu: 1) prinsip non-diskriminasi
(most-favoured nation clause), 2) prinsip integrasi ekonomi, (economic integration
Clause), 3) prinsip keterbukaan (transparancy). Hal penting lainnya yang perlu
diketahui oleh warga negara dan badan usaha di dalam perjanjian tersebut adalah
tentang komitmen khusus, yaitu:
1. Akses Pasar (market access); yaitu cara pemasokan (mode of supply) yang
menyebutkan bahwa setiap anggota organisasi perdagangan dunia, harus
memberikan jasa dan pemasok jasa dari negara lain, memberikan perlakuan
yang tidak berbeda kepada yang bersangkutan sesuai dengan dengan
persyaratan, pembatasan dan kondisi yang disepakati dalam Schedule of
commitment. Di dalam perjanjian tersebut terdapat empat moda yang
diterapkan, yakni: 1) Cross Border Supply, 2) Consumption abroad, 3)
Commercial Presence, 4) Movement of Natural Persons.
2. Perlakuan Nasional (National Treatment), yaitu bahwa setiap negara peserta
negara lain dengan perlakuan yang diberikan kepada jasa yang berasal dari
negara setempat.
Liberalisasi menuju perdagangan bebas jasa yang dipromosikan oleh WTO
adalah untuk mendorong agar pemerintah negara anggota tidak menghambat empat
moda penyediaan jasa tersebut dengan kebijakan-kebijakan intervensionis. Dari
komitmen khusus tersebut di atas, yang menarik perhatian peneliti adalah akses
pasar, terutama moda keempat, yaitu Movement of Natural Persons yang
mengandung arti bahwa setiap warga negara yang kompeten dari seluruh negara
peserta dapat bekerja di negara peserta lainnya dengan mendapatkan perlakuan yang
sama seperti yang diberikan kepada warga negaranya. Menyimak hal yang
dikemukakan oleh Hidayat tersebut, maka dapat dilihat bahwa persaingan kerja akan
semakin tinggi, pemerintah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dinas
pendidikan, ketenaga kerjaan, para pemangku kepentingan, dunia industri pariwisata
dan masyarakat harus bahu membahu dalam mempersiapkan masyarakat yang
berkemampuan dan terampil dalam bekerja di bidang pariwisata, sehingga dapat
hidup berdampingan dengan warga negara seluruh negara anggota World Trade
Organization yang bergerak di bidang perdagangan jasa pariwisata dan jasa
pendidikan.
Untuk dapat mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan dan
pariwisata dalam mensejahterakan masyarakat, dibutuhkan formulasi strategi yang
General Agreement in Services (GATS). Tahun 2020 adalah tahun yang disepakati
sebagai awal resmi diberlakukannya era perdagangan bebas. Persiapan untuk
menyambut masa tersebut tentunya telah dilakukan oleh para anggota termasuk
Indonesia. Salah satu bagian yang ada dalam formulasi strategi adalah tentang
pengembangan sumber daya manusia.
Untuk menghadapi tahun 2020, industri pariwisata memerlukan sumber daya
manusia yang kompeten. Salah satu antisipasi yang dilakukan pemerintah adalah
dengan mensyahkan Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 2 tahun 2007,
tanggal 25 Januari 2007 tentang Asean Tourism Agreement atau persetujuan
Pariwisata Asean. Pasal 8 dari Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut
menyatakan bahwa negara anggota wajib bekerjasama dalam pengembangan sumber
daya manusia (SDM) di bidang industri pariwisata dengan:
(1) Merumuskan pengaturan tanpa hambatan untuk memudahkan negara anggota
ASEAN menggunakan tenaga akhli pariwisata professional dan tenaga kerja
terampil yang ada di kawasan ASEAN berdasarkan pengaturan bilateral.
(2) Mengintensifkan upaya berbagi sumberdaya dan sarana untuk program
pendidikan dan pelatihan pariwisata.
(3) Meningkatkan kurikulum dan keterampilan pariwisata dan merumuskan
standar kompetensi dan prosedur sertifikasi yang mengarah pada saling
(4) Memperkuat kemitraan pemerintah dan swasta dalam pengembangan SDM,
dan
(5) Melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, kelompok negara dan
lembaga-lembaga international dalam pengembangan SDM di bidang
pariwisata.
Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia No.7/1994 tentang
Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) dan Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 2
tahun 2007, tanggal 25 Januari 2007 tentang ASEAN Tourism Agreement atau
persetujuan pariwisata bagi negara-negara anggota ASEAN tersebut menyebabkan
terbentuknya paradigma baru dalam pendidikan di Indonesia. Pemerintah telah
memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada perguruan tinggi untuk
mengembangkan berbagai potensi. Wewenang pada perguruan tinggi tersebut
berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka yang panjang, untuk itu
dibutuhkan keputusan strategis.
Sehubungan dengan masuknya pendidikan (educational services) dan
pariwisata (tourism and travel related services) ke dalam jasa yang diperdagangkan
di era globalisasi tahun 2020, maka pendidikan dan pariwisata Indonesia dituntut
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu agar mempunyai competitive advantages
Hal ini sejalan dengan paradigma baru penataan sistem pendidikan tinggi,
yang mulai diterapkan pada Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan
Pengajaran (SP4) sejak 1997. Perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan
yang mengacu pada peningkatan mutu yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan
evaluasi yang sistematis dan mendalam dari mulai perumusan ide kurikulum,
perencanaan dan dokumentasi kurikulum, implementasi kurikulum sampai pada
evaluasi hasil akhir kurikulum.
Bertitik tolak dari pemikiran bahwa proses pendidikan memiliki peran
penting dalam optimalisasi pencapaian program-program yang direncanakan oleh
pemerintah dan sektor privat, maka masyarakat sudah mulai harus diajak pada
pemikiran yang lebih terbuka, bahwa fungsi layanan pendidikan tinggi merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha dan
masyarakat.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sudah menganut paradigma
seperti itu, dengan demikian dunia industri sebagai badan usaha, baik milik
pemerintah maupun swasta perlu dimintakan tanggung jawab dan kontribusi yang
lebih besar dalam penyediaan layanan tersebut, dan salah satunya dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih di tempatnya, baik
sebagai tenaga pelaksana, pengawas maupun manager.
Dunia industri pariwisata dan dunia pendidikan bekerja sama dalam
pribadi peserta didik. Jika tanggung jawab dunia industri memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk berlatih di tempatnya, maka tanggung jawab lembaga
pendidikan adalah menyusun kurikulum dan materi pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pasar kerja di masa yang akan datang, di mana peserta
didik selesai menjalankan pendidikan dan mulai bekerja. Tanggung jawab industri
dan lembaga pendidikan tersebut merupakan dua hal penting yang harus dilakukan
agar pelaksanaan pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan berjalan
harmonis, seiring dan sejalan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
khususnya bidang pariwisata.
Kebutuhan pasar kerja pariwisata masa kini dan masa yang akan datang akan
meningkat seirama dengan kebutuhan perdagangan bebas tahun 2020. Sumber daya
usaha pariwisata, pada saat ini dan masa yang akan datang memiliki kesempatan
dan peluang kerja yang sangat tinggi, karena jasa pariwisata berada di dalam
persaingan perdagangan tingkat dunia. Dengan demikian bidang pariwisata
diharapkan mampu meraih serta memanfaatkan kesempatan dan peluang tersebut.
Untuk menjamin agar SDM pariwisata dapat bersaing di tingkat dunia, dan agar
penerimaan pekerjaan dan lingkungan tetap terjaga, serta untuk melindungi
kepentingan terbaik dari orang-orang yang terlibat dalam sektor pariwisata, maka
diperlukan lembaga pendidikan sumber daya manusia pariwisata yang berkualitas
Di dalam laporan akhir Strategi Pengembangan SDM bidang kebudayaan,
pariwisata, pemuda dan olah raga tahun 2009 (www. Kemenparekaf:2012) tertulis
bahwa sampai saat ini daya saing dan kualitas tenaga kerja pariwisata Indonesia
masih rendah atau menempati peringkat 40 dari 133 negara yang menjadi sampel
telaah. Selanjutnya UU nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan
bahwa setiap tenaga kerja bidang pariwisata wajib memiliki standar kompetensi
kerja. Di dalam laporan tersebut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
menyampaikan harapan agar sektor pariwisata Indonesia berkembang dan berada
paling depan di antara negara lain dengan tingkat daya saing yang tinggi. Penekanan
harapan tersebut terutama ditujukan pada SDM pariwisata, khususnya yang bergerak
di sektor perhotelan, restoran, dan SPA.
Melihat posisi kualitas SDM pariwisata tahun 2009, dan menimbang
kewajiban bahwa setiap tenaga kerja memiliki standar kompetensi yang diatur oleh
UU harus memiliki kualitas dan kompetensi yang diakui sekaligus berstandar
internasional. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya melalui pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas. Menurut UU RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, ayat (21), evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, dalam UU yang sama, Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi,
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Kemudian dalam Pasal 58, ayat (2) evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan
program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional. Di dalam Bab
IV, tentang Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan
Pemerintah, Bagian Kesatu, tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, pasal 8
dikatakan bahwa masyarakat berhak, berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
Pendidikan vokasi dan profesi mengajarkan keahlian terapan, menekankan
pada perkembangan skill, afektif kognitif dan psikomotorik, maka lebih jauh, tingkat
keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak hanya ditentukan oleh tingkat
profesionalisme yang dipunyai lulusannya, tetapi juga oleh kesempatan yang terbuka
bagi lulusannya untuk mendapatkan tempat kerja yang sesuai di pasar kerja (labor
market).
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk
menyiapkan penyediaan tenaga kerja, untuk itu orientasi pendidikannya harus tertuju
pada lulusannya yang dapat dipasarkan di pasar kerja. Menurut Calhoun & Finch
(1982:66), ”vocational education can develop a marketable man by developing his
ability to perform skills that extend his utility as a tool of production”. Hal tersebut
mempunyai daya jual tinggi, dengan cara mengembangkan kemampuannya dalam
membentuk keahlian yang dapat meningkatkan kegunaan dirinya sebagai alat
produksi. Untuk melihat pencapaian sasaran dan pendayagunaan pendidikan
kepariwisataan, maka diperlukan sebuah evaluasi kurikulum pendidikan
pengembangan sumber daya manusia pariwisata tersebut.
Vocational education should be evaluated on the bases of economic efficiency. Vocational education is economically efficient when (a) it prepare students for specific jobs in the community on the basis of man power needs, (b) it ensures an adequate labour supply for an occupational area, and (c) the student gets the job for which he was trained (Calhoun & Finch 1982:66)
Pernyataan tersebut mengandung arti bawa pendidikan vokasi tersebut harus
dievaluasi untuk melihat apakah secara ekonomi efisien. Dikatakan efisien jika (a)
pendidikan vokasi menyiapkan peserta didik untuk melaksanakan pekerjaan yang
spesifik di dalam masyarakat dengan basis kebutuhan akan tenaga tersebut, jika yang
disiapkan itu oleh pendidikan vokasi itu tenaga manajerial, tetapi masyarakat
pengguna lulusan tidak membutuhkan tenaga managerial, maka pendidikan tersebut
bisa dikatakan secara ekonomi tidak efisien. (b) pendidikan tersebut menjamin
kecukupan pasokan tenaga untuk lapangan pekerjaan, dan, (c) lulusan mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan apa yang dilatihkan dalam pendidikan, Jadi jika di sekolah
peserta didik dilatih sebagai supervisor dan sebagai manajer, tetapi setelah lulus
bekerja sebagai tenaga pelaksana, maka dapat dikatakan pendidikan vokasi tersebut
Evaluasi kurikulum merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah
pendidikan vokasi. Menurut Hasan (2008:41) evaluasi kurikulum adalah usaha
sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan
sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks
tertentu. Hasan menambahkan bahwa keberlakuan kurikulum dibatasi oleh waktu.
Kurikulum yang sesuai untuk konteks waktu tertentu belum tentu cocok untuk waktu
yang lain, walaupun diberlakukan di tempat yang sama. Hal ini disebabkan karena
perubahan variabel lingkungan makro, lingkungan yang tidak bisa dikendalikan
seperti lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, persaingan, informasi
teknologi dan hal lainnya yang menandakan perkembangan zaman. Lingkungan
makro tersebut walaupun tidak bisa dikendalikan, tapi harus diperhatikan karena akan
memberikan pengaruh dan menentukan nilai dan kualitas pendidikan. Berkaitan
dengan hal tersebut kurikulum merupakan variabel yang dapat dikendalikan, artinya
dapat dikendalikan oleh pemerintah, oleh pengembang kurikulum disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang memerlukannya, baik lokal, nasional, regional maupun
mayarakat dunia. Jika tidak, maka kualitas hasil dari pendidikannya akan menjadi
rendah dan usang.
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung adalah unit pelaksana teknis dari
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif), merupakan lembaga pendidikan pariwisata berbasis kompetensi, di
yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga manajerial. Program ini telah dibuka
sejak tahun 1992 (Sadkar:2012).
Di dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: PM.No.48/DL.
107/MKP/2010 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Program Diploma
pada Pendidikan Tinggi Pariwisata di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata, pasal 7 menyatakan bahwa Evaluasi Kurikulum Program Diploma Pada
Pendidikan Tinggi Pariwisata di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali. Dari hasil pengamatan dan
wawancara terindikasi bahwa perlu dilakukan evaluasi terkait relevansi tujuan
program dengan kebutuhan industri, evaluasi tentang performa kurikulum,
konsistensi tujuan kurikulum dengan dokumen kurikulum, serta implementasi dan
evaluasi hasil kurikulum. Peneliti khawatir bahwa kurikulum KBK prodi ADH
kurang mendukung pencapaian tujuan, karena untuk menjadi seorang manager,
banyak faktor yang harus dipenuhi,
Peneliti melihat adanya jarak antara kualifikasi yang dimiliki lulusan dengan
kualifikasi yang dipersyaratkan oleh ”user” yang mungkin disebabkan oleh
perubahan yang terjadi antara waktu kurikulum disusun dengan masa kini, hal lain
yang lebih memberatkan lagi profil lulusan tersebut kini tercantum dalam Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.48/DL.107/MKP/2010. Untuk itu
diperlukan pengkajian ulang atau evaluasi tentang relevansi dan konsistensi program
dimulai dari ide kurikulum (pengembang) dan rencana tertulis kurikulum (dokumen)
hingga implementasi kurikulum, evaluasi hasil yang dilakukan secara khusus.
B. Fokus Permasalahan Penelitian
Adapun fokus permasalahan penelitian evaluatif ini adalah melihat kembali
kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan
dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan, dengan menelusuri sejarah
perkembangan kurikulum program studi, melihat performa dokumen kurikulum
tersebut, keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan sejak awal
hingga saat ini dan melihat konsistensi dari ide kurikulum dengan dokumen
kurikulum, implementasi kurikulum serta berdasarkan sejarah perkembangan tersebut
dapat dilihat kemungkinan outcomes dari kurikulum yang digunakan saat ini.
C. Perumusan Masalah
Di dalam studi evaluasi model Responsif, isu-isu yang muncul di dalam
sebuah organisasi dianggap sebagai “conceptual organizers”. Model tidak
menghendaki adanya hipotesis, tujuan, atau persamaan regresi. Isu-isu tersebut dapat
berupa kegelisahan, kebingungan, ketidak jelasan, keruwetan, problema, penilaian
subjektif terhadap program atau organisasi yang dirasakan oleh orang-orang yang
terkait dengan program tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Stake:1996 sebagai
berikut:
particularity, and subjective valuing already felt by persons associated with the program.
Karena peneliti adalah dosen di program studi tersebut maka isu-isu
kurikulum telah dirasakan bersama dan terlihat baik oleh pengelola program maupun
oleh dosen. Permasalahan kurikulum yang kompleks sejak berdirinya program studi,
hingga kini berpotensi untuk menjadi masalah besar, sehingga memerlukan
penyelesaian yang seksama dan segera. Isu- isu yang muncul diseleksi dan beberapa
dipilih untuk dijadikan dasar dalam menyusun struktur atau kerangka dalam
melanjutkan diskusi serta rencana pengumpulan data. Dengan demikian data
dikumpulkan melalui observasi yang sistematik, dan wawancara yang mendalam,
dapat memberikan kontribusi dalam memahami dan memecahkan permasalahan
kurikulum.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di atas maka dapat dirumuskan
empat isu pokok penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ide kurikulum pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan
merupakan pikiran kurikulum masih sesuai untuk menjawab tuntutan
lapangan pekerjaan pada saat ini?
2. Bagaimanakah konsistensi dari ide kurikulum, dokumen kurikulum dan
3. Bagaimanakah performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan
Hospitaliti Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung
4. Apakah implementasi kurikulum mendukung pencapaian tujuan?
Isu pokok tersebut diangkat menjadi pertanyaan penelitian, seperti di bawah ini:
1. Bagaimanakah kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV Studi
Administrasi Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan?
2. Bagaimanakah konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum dan
implementasi kurikulum serta outcomes dari kurikulum?
3. Bagaimanakah performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan
Hospitaliti Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung?
4. Bagaimanakah keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian adalah untuk:
a. Menilai konsep besar bidang studi kurikulum, yaitu konsep relevansi, dalam
studi ini relevansi antara desain dengan tuntutan lapangan. Tujuan ini
memberikan makna yang kuat bagi bidang studi kurikulum karena suatu
kurikulum dengan pemanfaatan kualitas yang dimiliki manusia tersebut di
kehidupan di masyarakat pada waktu yang bersangkutan telah menyelesaikan
studinya. Sedangkan relevansi tersebut ditetapkan pada waktu konstruksi
kurikulum dilakukan.
b. Menilai performa kurikulum sebagai dokumen, program pendidikan Hospitaliti
Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
yang dipergunakan saat ini.
c. Menilai keterkaitan implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan.
d. Menilai konsistensi ide kurikulum dengan dokumen kurikulum dan
implementasi kurikulum serta kemungkinan outcomes dari kurikulum.
e. Menguji keterandalan dari model evaluasi responsif dalam program pendidikan
Hospitaliti Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait yang
diuraikan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
1) Mengembangkan dasar teoritik relevansi dalam pengembangan kurikulum.
Peneliti mengembangkan dasar teoritik yang digali dari wawancara mendalam
relevansi yang dikembangkan ini merupakan prinsip dasar, yang dapat membantu
pengembang kurikulum dalam mengembangkan sebuah kurikulum, karena seorang
pengembang kurikulum dituntut untuk menghasilkan kurikulum yang relevan
dengan tuntutan lapangan, saat mahasiswa telah menyelesaikan studinya.
Berhubung relevansi ini ditetapkan pada waktu konstruksi kurikulum dilakukan,
maka pengembang kurikulum harus mampu. memandang jauh ke depan.
2) Mengembangkan prosedur baru model Evaluasi Responsif dari Stake. Peneliti
merevisi model ini dan mengembangkannya menjadi prosedur baru, sehingga dapat
dijadikan panduan oleh evaluator internal. Dengan model yang direvisi ini,
diharapkan bias pribadi (subjektivitas) dapat ditekan sampai ke tingkat yang
derajatnya dianggap objektif. Prosedur dari model ini sebelumnya terdiri dari 12
langkah peristiwa (events), dimodifikasi menjadi tujuh events dan dalam peristiwa
analisis ditambahkan expert panel atau focus group discussion. Dengan demikian,
maka model Evaluasi Responsif diperkaya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penentu kebijakan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan khususnya studi Administrasi Perhotelan, hasil
penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan keputusan untuk melakukan
perbaikan maupun perubahan terhadap perumusan ide kurikulum dan dokumen serta
2) Bagi pengelola perguruan tinggi kepariwisataan. Diharapkan penelitian ini dapat
memberikan masukan dan pandangan dalam membuat keputusan yang tepat dan
terbaik dalam merumuskan ide dan dokumen kurikulum serta proses atau
implementasi kurikulum.
E. Pendekatan Penelitian
Untuk mengetahui sampai sejauh mana relevansi antara desain dengan tuntutan
lapangan, melihat performa kurikulum sebagai dokumen, melihat keterkaitan
implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan dan menilai konsistensi ide
kurikulum dengan dokumen kurikulum, ide kurikulum dengan implementasi
kurikulum serta ide kurikulum dengan outcomes dari kurikulum studi Administrasi
Perhotelan pendidikan kepariwisataan dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi
industri pariwisata yang optimal, peneliti harus menemukan unsur-unsur pokok
sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, maka digunakan penelitian evaluatif
dengan pendekatan kualitatif, karena segmen yang khusus dan terbatas, maka untuk
model evaluatif kualitatif dipilih model yang khusus pula, yaitu model Evaluasi
Responsif.
Pemilihan model ini juga didasarkan pada hasil konsultasi langsung, komunikasi
personal peneliti dengan Robert E. Stake (2012), penemu model penelitian case study,
Education Countenance model dan Responsive Evaluation model. Stake
ini agar digunakan model Evaluasi Responsif, karena model ini lebih berorientasi
pada aktifitas, keunikan dan kemajemukan dari masyarakat yang terlibat dalam
program. Selain itu sifat dasar yang istimewa dari pendekatan ini adalah kesediaan
mendengarkan isu kunci atau problema terutama yang telah diketahui oleh orang di
lapangan dan kelengkapan aspek kurikulum yang dievaluasi.
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah atau cara baru
untuk memperkaya model Evaluasi Responsif yang telah ada sebelumnya.
Sehubungan dengan status peneliti sebagai dosen yang telah bekerja sejak tahun 1982
di lembaga ini, maka diperlukan perubahan prosedur dalam analisis data. Prosedur
baru dalam analisis data ini dimaksudkan untuk mengurangi bias pribadi
(subjektivitas) sampai ke tingkat yang derajatnya dianggap objektif. Prosedur baru
dalam analisis data menjadi hal baru dalam evaluasi kurikulum yang menggunakan
model Evaluasi Responsif, sehingga penerapan evaluasi kurikulum untuk evaluator
internal lebih terbuka bagi siapa saja, dan kelemahan internal evaluator dapat
dikurangi.
Peneliti atau evaluator adalah seorang alumni yang sudah bekerja pada lembaga
tersebut, dan pernah menjabat sebagai ketua dan sekertaris program studi di beberapa
program studi termasuk studi Administrasi Perhotelan, sehingga tidak diperlukan
lagi familisasi, sebab peneliti berada dalam posisi yang paham tentang apa yang
terjadi di lembaga ini yang mungkin sulit dimiliki oleh peneliti yang datang dari luar.
dapat memisahkan pendapat stakeholders yang terdiri dari stakeholders pemerintah,
pengelola program, dosen, mahasiswa, alumni, para expert dari dunia industri.
Prosedur baru yang dikembangkan oleh peneliti didasarkan pada model pokok
Responsive Evaluation dari Stake, yang disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan
peneliti, untuk menjamin objektivitas data dan analisis. Prosedur baru dalam evaluasi
ini adalah perubahan dari model asli Responsive Evaluation yang terdiri dari
duabelas peristiwa (events) menjadi tujuh buah peristiwa, selain itu peneliti berusaha
untuk peka terhadap berbagai pandangan, dan berusaha mengakomodasi pendapat
yang ambigu serta tidak fokus pada yang datang dari pelaksana kurikulum (staf,
sekretaris, ketua program studi, dosen, tenaga pengajar, alumni, serta mahasiswa),
pejabat pertama yang menjadi ketua program Studi Hotel Administration dan ketua
STPB periode Studi Administrasi Perhotelan dibentuk, dan ”user” Hasil temuan
dianalisis ulang oleh sebuah panel expert (Focus Group Discussion) yang tidak
terlibat dalam penelitian kurikulum yang dikaji, seperti tenaga akhli (expert) dari
dunia industri perhotelan (user) dan para akhli kurikulum dari dunia pendidikan.
Perbedaan pandangan (jika ada) antara pelaksana kurikulum dan para expert di atas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Dalam disertasi ini data atau temuan dimasukkan ke dalam bab III, karena
keterkaikan dengan model evaluasi yang digunakan, yaitu Model Evaluasi
Responsif.
1. Lokasi
Penelitian ini mengambil tempat di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung,
jalan Dr. Setiabudhi Nomor 186 Bandung 40141 Jawa Barat, Indonesia.
2.Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kurikulum program pendidikan Diploma
IV, studi Administrasi Perhotelan, jurusan Hospitaliti, Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung. Studi tersebut dipilih karena peneliti adalah pengajar yang mengabdikan
diri pada institusi tersebut sejak tahun 1982, dan pada saat ini menjadi dosen di
program studi Administrasi Perhotelan. Peneliti melihat kelebihan dan kekurangan
dari kurikulum studi Administrasi Perhotelan ini, dan berkeinginan untuk
memberikan sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kurikulum yang lebih
3. Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Dalam Evaluasi Responsif ini, sumber dan prosedur pengumpulan data dilakukan
dengan bantuan matriks Framework Evaluation Countenance Of Educational
Model(countenance paper) dari Stake, yang terdiri atas duabelas kolom. Terdapat
dua tahap pengumpulan data yang dikelompokkan ke dalam matriks deskripsi dan
matriks pertimbangan, seperti digambarkan pada bagan berikut ini.
ANTECEDENTS
TRANSACTION
OUTCOMES
Gambar: III.1 FRAMEWORKEVALUATION COUNTENANCE OF
EDUCATIONAL MODEL (Countenance Paper)
Sumber: (Stake, 1967; Worthen &Sanders, 1987)
STANDARD JUDGEMENTS
JUDGEMENT MATRIX
INTENTS OBSERVATION
Tahap pertama di kelompokan ke dalam matriks deskripsi (description matrix)
dan tahap kedua dikelompokan ke dalam matriks pertimbangan (judgements matrix).
Di dalam matriks deskripsi, data yang dikoleksi dibagi ke dalam dua katagori,
katagori pertama adalah tujuan (intents sources) dan katagori kedua adalah observasi
(observation sources). Dalam matriks pertimbangan (Judgement matrix), sumber
data dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sumber data untuk standar(standards
sources) dan sumber data untuk pertimbangan atau analisis (judgement sources).
Dalam matriks deskripsi terdapat pencarian relevansi (congruence) di antara tujuan
dan observasi (intents dan observations).
Tujuan sangat erat berhubungan dengan prediksi atau ramalan, dalam hal ini
diartikan sebagai rencana. Persepsi dari apa yang sebenarnya terjadi beserta
konsekuensinya disebut observasi (Stake:1977). Dalam matriks ini pun akan
dilakukan pencarian terhadap pertanyaan apakah terjadi konsistensi (contigency
logis) antara yang tertuang dalam dokumen ide kurikulum (antecedents) dengan
implementasi (transactions) dan (outcomes)?
Dalam bagian berikutnya terdapat kolom standar (standard) yang berisi tentang
pernyataan yang dikeluarkan oleh berbagai expert dan atau teori tentang apa yang
seharusnya terjadi di dalam situasi tersebut. Kumpulan data tentang bagaimana yang
dirasakan orang tentang berbagai aspek dalam situasi tersebut (yang terdapat di
dalam matriks deskripsi) dibandingkan dengan standar, lalu dianalisis dimasukkan
Dalam mengimplementasikan pengolahan data deskriptif ini terdapat beberapa
fase, yaitu:
1) Antecedents phase, fase ini mengupas tentang keadaan rencana atau kondisi
sebelum program diimplementasikan. Pada fase ini, permasalahan yang diteliti
adalah bagaimana perumusan ide kurikulum disusun. Apakah telah mengikuti
langkah-langkah yang benar pada saat merumuskan ide kurikulum? Apakah ide
kurikulum masih sesuai untuk menjawab tuntutan lapangan pada saat ini?
2) Transaction phase, fase ini akan dibagi ke dalam dua bagian, bagian pertama
adalah fase di mana ide kurikulum dituangkan ke dalam dokumen kurikulum. Di
bagian pertama fase ini akan diteliti apakah dokumen kurikulum disusun
berdasarkan dokumen atau ide kurikulum? apakah terjadi konsistensi (contigency
logis) antara yang tertuang dalam dokumen ide kurikulum atau tidak? Bagian kedua
dari fase ini, membahas mengenai apakah implementasi sesuai dengan dokumen
kurikulum?
3) Outcomes phase, adalah fase di mana diketahui hasil yang didapat akibat dari
implementasi program. Disini juga akan dilihat sejauh mana hasil kurikulum,
konsisten dengan tujuan yang direncanakan. Dengan kata lain peneliti akan
menggali dan mempertanyakan apakah hasil dari program tersebut sesuai dengan
yang diharapkan, selain itu apakah para lulusan dari program tersebut akan
saat menerima jabatan yang tertuang dalam dokumen kurikulum (profil lulusan).
Sejalan dengan hal itu akan dilihat pula apakah terjadi konsistensi antara
antecedents, transactions, dan outcomes dari kurikulum. Selanjutnya akan dicari
relevansi antara tujuan dan hasil observasi, serta di analisis apakah relevan dengan
standar atau tidak.
Berdasarkan matriks tersebut maka sumber data dalam disertasi ini adalah:
1. Ketua program studi Administrasi Perhotelan periode pertama, periode
tahun 1992-1996, dipilih sebab beliau turut serta dalam pengkonsruksian
ide dan dokumen kurikulum, serta sekaligus sebagai penanggung jawab
implementasi Kurikulum. Dosen senior, serta Pembantu Ketua I Bidang
Akademik dipilih sebab yang bersangkutan termasuk pejabat dan dosen
yang turut serta dalam pengkonsruksian ide dan dokumen kurikulum,
serta sekaligus sebagai pelaksana dari implementasi Kurikulum.
2. Sepuluh orang dosen vokasional, yang mewakili empat pilar administrasi
perhotelan (Products, Human Resources, Marketing dan Accounting) dan
terkait dengan silabus, Satuan Acara Perkuliahan, serta pencapaian
kompetensi yang harus dikuasai para lulusan sehingga dapat memerankan
jabatan yang tertulis dalam profil lulusan.
3. Mahasiswa berjumlah delapan orang dengan komposisi empat orang
mahasiswa semester dua, dan empat orang mahasiswa semester enam.
proses pelaksanaan kurikulum, baik yang bersifat teori maupun praktik
laboratorium.
4. Limabelas orang alumni dari periode lulusan yang berbeda dan sedang
bekerja di berbagai bidang perhotelan, mewakili empat pilar administrasi
perhotelan yang berada baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan berbagai moda, baik
wawancara langsung tatap muka, telefon maupun surat elektronik.
5. Dokumen kurikulum, seperti Peraturan Menteri, struktur kurikulum,
silabus dan Satuan Acara Perkuliahan, dokumen Praktik Kerja Nyata
dijadikan objek penelitian baik substansi maupun regulasi berkaitan
dengan penyusunan kurikulum.
b. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga memungkinkan untuk
mendapatkan data yang berkelanjutan dan memperhalus tema yang muncul. Data
kualitatif tersebut akan digunakan untuk mengisi matriks deskriptif dan matriks
pertimbangan. Data juga didapat melalui analisis dokumen dan wawancara
mendalam.
Prosedur pengumpulan data untuk mengisi kolom antecedents, adalah
kurikulum sebagai ide, peneliti berusaha untuk mendapatkan dokumen tentang
proses konstruksi kurikulum sebagai ide, seperti dokumen surat keputusan kelompok
kerja pengembangan kurikulum, risalah-risalah rapat selama kurikulum sebagai ide
dikonstruksi, namun tidak berhasil, karena dokumen tersebut sudah tidak tersedia
lagi, sehingga pada akhirnya menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap
ketua program studi Administrasi Perhotelan periode pertama, periode tahun
1992-1996, dan terhadap dosen senior, serta Pembantu Ketua I Bidang Akademik.
Langkah kedua, pengumpulan data untuk transactions menggunakan analisis
dokumen serta wawancara mendalam terhadap dosen, mahasiswa dan staf
prodi.Langkah ketiga, pengumpulan data untukoutcomes dengan cara wawancara
mendalam, dan expert judgement.
c. Teknik Pengumpulan Data
a) Studi dokumentasi
Studi Dokumenter (Documentary Study), peneliti menghimpun dan
menganalisis dokumen tertulis yang diperlukan sebagai data untuk menjawab
sebagian dari pertanyaan penelitian nomor satu tentang dokumen kurikulum sebagai
ide dan menjawab pertanyaan penelitian nomor dua tentang performa kurikulum.
Dokumen yang diperlukan diantaranya adalah dokumen tentang ide kurikulum,
dokumen tertulis kurikulum, seperti Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Perkuliahan, kalender akademik, pedoman akademik, jadwal kunjungan industri,
jadwal ceramah tamu dan dokumen Praktik Kerja Nyata. Dokumen yang telah
diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis)
disusun secara sistematis, padu dan utuh sebagai sebuah laporan dari hasil analisis
dokumen. Di dalam Dokumen Peraturan Menteri Terbaru tentang Kurikulum
Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,
tertulis tujuan kurikulum pendidikan Diploma IV, program studi Administrasi
Perhotelan, kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh lulusan, beserta profil
lulusan dan struktur kurikulum. Profil lulusan yang tertulis di dalam Peraturan
Menteri tersebut adalah lulusan dapat bekerja sebagai Accounting manager,
marketing manager, operation manager, duty manager, human resources
manager.Hal ini berbeda dengan tujuan-tujuan kurikuler sebelumnya, di mana
sebelumnya tujuan kurikulum adalah mempersiapkan tenaga manajerial di bidang
perhotelan. Dalam rangka pengkayaan data dan analisa dokumen tersebut dibahas
untuk melihat konsistensi ide kurikulum, dokumen kurikulum, implementasi
kurikulum, serta hasil dari kurikulum.
b)Observasi
Untuk mendapatkan pemahaman tentang konteks yang lebih baik dalam
masalah yang akan diteliti, mendorong peneliti bersikap terbuka, mendekati
permasalahan yang sedang diteliti secara induktif, melihat keadaan yang mungkin
dibicarakan stakeholders pada saat wawancara terutama masalah yang sensitif,maka
peneliti melakukan observasi terhadap implementasi kurikulum, seperti proses
pembelajaran di dalam kelas teori atau pun praktik laboratorium. Observasi praktik
laboratorium dilaksanakan untuk beberapa mata kuliah seperti Operasional Tata
Boga, Operasional Restoran dan Bar, Operasional Tata Graha, praktik tingkat
manajerial di hotel praktik, termasuk praktik kerja nyata I di semester empat, dan
praktik kerja nyata II yang dilakukan di semester tujuh. Di kelas teori beberapa
dosen masih menggunakan strategi mengajar mahasiswa sebagai objek bukan
sebagai subjek. Di laboratorium praktik para mahasiswa bergabung dengan
mahasiswa regular program Diploma III di program studi terkait, sebagian
mahasiswa terlihat kaku dan tidak melebur dengan baik selain itu intensitas praktik
manajerial di hotel praktik atau di unit practice assigned sangat terbatas. Pada saat
pelaksanaan praktik kerja nyata kedua, yaitu pada saat mahasiswa berada di semester
tujuh, seharusnya mahasiswa melaksanakan program management training, namun
pada kenyataannya terdapat mahasiswa yang berada dalam posisi pelaksana.
c) Wawancara Mendalam:
Wawancara mendalam dilakukan terhadap Stakeholders, dalam penelitian ini
dibagi ke dalam enam kelompok, yaitu: 1) stakeholders pemerintah, 2) manajemen
dan staf program studi Administrasi Perhotelan, 3) dosen dan tenaga pengajar, 4)
Kelompok pertama: stakeholders pemerintah, adalah pemangku kepentingan
dalam hal ini pemerintah melalui Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, yang
merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, diwakili oleh ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung pada periode
tersebut, wawancara dengan ketua periode tersebut dilakukan dengan cara
komunikasi jarak jauh menggunakan telefon, namun beliau mengatakan lebih baik
peneliti mewawancarai pejabat terkait yang masih aktif. Wawancara mendalam
secara langsung dengan Pembantu Ketua Satu, yang pada saat itu turut terlibat dalam
pembentukan program studi Administrasi Perhotelan. Dari Pembantu Ketua Satu
diperoleh informasi bahwa latar belakang dibentuknya program pendidikan Diploma
IV studi Administrasi Perhotelan adalah untuk mengisi kebutuhan tenaga
managerial bidang perhotelan dan untuk meningkatkan status lembaga, dari Balai
Pendidikan menjadi Sekolah Tinggi. Selanjutnya wawancara dilanjutkan dengan
Ketua studi Administrasi Periode Pertama. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
data mengenai latar belakang tujuan dibukanya program Administrasi Perhotelan,
Ketua program studi tersebut mengungkapkan bahwa konten atau materi untuk
program tersebut diambil dan dikembangkan dari program pendidikan Diploma III
berjenjang, jurusan Hotel Management. Program tersebut merupakan program
pendidikan diploma tertinggi jurusan perhotelan dari Balai Pendidikan dan Latihan
Pariwisata, yang kemudian beralih status menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata
Kelompok kedua: manajemen dan staf studi Administrasi Perhotelan, adalah
ketua dan sekretaris program studi dan staf yang menyiapkan program pendidikan
dari awal hingga akhir. Staf program studi adalah mereka yang membantu
penyelenggaraan program pendidikan, bertugas menyiapkan laporan absensi setiap
mahasiswa dan proses belajar mengajar, mengorganisasikan nilai evaluasi
keberhasilan mahasiswa, dan administrasi lainnya. Manajemen program studi
Administrasi Perhotelan adalah mereka yang berstatus dosen dan pada saat ini
duduk sebagai ketua dan sekretaris program studi bertanggung jawab atas kelancaran
penyelenggaraan program pendidikan. Ketua dan Sekertaris program studi tersebut
adalah pejabat baru, namun termasuk dosen senior di jurusan Hospitaliti.
Wawancara dilakukan secara informal, berulang kali untuk mendapatkan data
mengenai implementasi kurikulum.Implementasi kurikulum dilakukan sesuai
dengan apa yang tertulis di dalam dokumen kurikulum.
Kelompok ketiga:dosen dan tenaga pengajar yang menyampaikan perkuliahan, di
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung termasuk di program studi Administrasi
Perhotelan. Sebagian dari dosen bertugas di laboratorium praktik dan ada yang
bertugas menyampaikan materi teori baik umum maupun materi vokasi di dalam
kelas. Terdapat lebih dari enampuluh orang dosen yang mengajar di program studi
Administrasi Perhotelan, dan 10 orang diwawancarai untuk mendapatkan data
mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar di ADH. Wawancara dilaksanakan di
individual, pertanyaan berkisar tentang dokumen kurikulum dan persiapan mengajar
(silabus dan satuan Acara Perkuliahan) Pada umumnya Satuan Acara Perkuliahan
dibuat berdasarkan silabus. Sebagian besar mengetahui bahwa tujuan kurikulum
adalah untuk menghasilkan tenaga managerial bidang perhotelan, tetapi tidak
mengetahui secara pasti bahwa kompetensi apa yang harus dikuasai oleh lulusan
sehingga materi yang diberikan tidak dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan.
Kelompok keempat: alumni adalah mereka yang telah berhasil mengikuti
pendidikan dan memperoleh ijazah,yang akan memberikan umpan balik dari
program pendidikan yang telah diikutinya. Sebanyak limabelas orang alumni, turut
serta di dalam penelitian ini, mereka adalah lulusan dari periode yang berbeda, yang
sekarang sudah bekerja, dan tersebar di seluruh dunia.Wawancara dilakukan secara
langsung dan juga dilakukan dengan bantuan telefon dan surat elektronik.
Wawancara alumni dilakukan secara langsung saat alumni mengunjungi kampus
(insidentil) dan sebagian dipilih berdasarkan jabatan terkait empat pilar Administrasi
Perhotelan. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mereka mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi untuk bekerja di pilar produk untuk posisi pelaksana
atau penyelia, dan untuk pilar lainnya. Diperlukan pengalaman beberapa tahun untuk
mencapai posisi manajerial terutama jika ingin berkarir di hotel berbintang empat
dan lima.
Kelompok kelima: mahasiswa, adalah mereka yang mengikuti program
informan berjumlah 8 orang dengan komposisi sebagai berikut: empat orang dari
semester dua dan empat orang dari semester enam.Mahasiswa dipilih secara acak,
dan diwawancarai secara langsung terkait dengan implementasi kurikulum,
Kelompok keenam: expert dari dunia industri, adalah para manajer yang
bekerja di industri perhotelan dan telah berada di dalam posisi managerial di mana
sebagian dari alumni program studi Administrasi Perhotelan pada saat ini bekerja,
sehingga dapat memberikan penilaian dan pertimbangan terhadap kualitas dari
alumni tersebut. Kelompok expert atau tenaga ahli dari dunia industri ini, sebagian
adalah alumni studi Administrasi Perhotelan dan alumni dari program studi lainnya
yang telah meraih sukses di industri. Para expert tersebut diambil dari berbagai
hotel, yaitu dari: Hotel Hilton Bandung, mewakili human resourcesdevelopment,
Jayakarta Anyer Villas mewakili Accounting department, Banana Inn Bandung
mewakili sales and marketing department, Savoy Homann Bandung mewakili food
and beverages departement, Swiss Bell Hotel (General Manager), Aston Denpasar
Bali mewakili General Manager, dan Aston Pasteur Bandung mewakili sales and
marketing. Mereka menjabat sebagai Human Resources Manager, General
Manager, Accounting Manager, Food and Beverages Manager, dan Marketing
manager. Hasil dari wawancara dan judgement dari para expert tersebut
mengungkapkan bahwa alumni studi Administrasi Perhotelan sangat cepat
ditempatkan di berbagai bidang yang ada di industri perhotelan, namun memerlukan
pengalaman beberapa tahun untuk mencapai posisi managerial.
d) Panel Expert (Focus Group Discussion) dan Expert Judgement
Panel Expert (Focus Group Discussion)digunakan untuk validasi temuan
penelitian. Peneliti mempresentasikan hasil penelitian di hadapan para expert
tersebut, kemudian paraexpert diminta untuk memberikan tanggapan, sanggahan
dan pertimbangan tentang hasil penelitian tersebut, di antaranya mengenai tujuan
kurikuler, materi, isi dan hasil dari kurikulum. Paraexpert juga diminta masukannya
untuk peningkatan kesesuaian kurikulum dengan tuntutan lapangan.
Expert Judgment adalah cara untuk mengungkapkan dan mengumpulkan
pendapat, pandangan dan pertimbangan serta penilaian para ahli dari dunia industri
terhadap kualitas, kompetensi hardskills dan softskills yang dimiliki oleh para
lulusan program studi Administrasi Perhotelan yang bekerja di perusahaan di mana
para tenaga ahli tersebut berperan sebagai atasannya. Expert tersebut dipilih
berdasarkan empat pilar pendidikan di program studi Administrasi Perhotelan, yaitu
sales and marketing, accounting, product (food and beverages department
danrooms division, sertahuman resources. Jadi peneliti mencari manager hotel
berbintang tiga ke atas yang menduduki dan menguasai empat pilar tersebut.
Beruntung bagi penulis karena melalui Ikatan Alumni, maka penulis bisa
dan bersedia membantu memberikan judgementatau penilaian terhadap kualitas
lulusan, pengalaman kuliah, proses perkembangan karier sejak mendapatkan
pekerjaan pertama hingga menjadi manager.
c. ProsedurAnalisis Data
Prosedur analisis data untuk antecedents, transaction dan outcomes adalah
sebagai berikut: data yang didapatkan dari matriks deskripsi tentang intents
dibandingkan dengan data yang didapat dari matriks deskripsi observations,
seharusnya terjadi congruencies dalam hal ini relevansi antara keduanya, lalu
dibandingkan dengan standar ideal yang didapatkan dari teori atau yang digunakan
di lapangan, selanjutnya seandainya terjadi perbedaan maka perbedaan tersebut
dianalisis dan diberikan pertimbangan. Prosedur tersebut dituangkan ke dalam
matriks atau tabelberikut ini.
TABEL No.III. 1
ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER
KESESUAIAN IDE KURIKULUM DALAM MENJAWAB TUNTUTAN LAPANGAN
PEKERJAAN
Intentions Observations Standard Judgement
Intentions Observations Standard Judgement
p. kajian kekuatan dan kelemahan serta validitas
Salah satu dari expert pilar human resources development mengungkapkan,
bahwa:
“Tujuan kurikuler untuk menghasilkan manager secara langsung kelihatannya sulit untuk dicapai, sebab posisi manager adalah jabatan karier yang dicapai melalui pendidikan dan pengalaman kerja, mulai dari pelaksana hingga penyelia baru menjadi manager”.
Ungkapan tersebut di atas menjadi lebih tegas, sebab seorang manager yang
lainnya menyatakan hal seperti berikut:
“Hotel mempunyai carier development programmes untuk pegawainya, mereka mendapatkan penilaian melalui job performance appraisal, kemudian bagi yang terpilih diberi pelatihan sesuai dengan bidangnya dan dipromosikan pada level yang lebih tinggi, jadi manager merupakan promosi bagi karyawan berprestasi”.
Selanjutnya adalah tabel analisis data untuk transactions tentang performa
kurikulum program pendidikan diploma IV studi Administrasi Perhotelan dengan
menggunakan model Countenance paper.
TABEL No.III. 2
ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER
PERFORMA KURIKULUM
Intentions Observations Standard Judgement
Intentions Observations Standard Judgement
Selanjutnya adalah tabel analisis data untuk transactions tentang keterkaitan
implementasi kurikulum dengan pencapaian tujuan program pendidikan diploma IV
studi Administrasi Perhotelan dengan menggunakan model Countenance paper
TABEL No.III. 3
ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER TENTANG KETERKAITANIMPLEMENTASI KURIKULUM
DENGAN PENCAPAIAN TUJUAN
Intentions Observations Standard Issues
TABEL No.III. 4
ANALISIS DATA MODEL COUNTENANCE PAPER TENTANG KURIKULUM SEBAGAI HASIL
Intentions Observations Standard Judgement
Outcomes Kompetensi
Selanjutnya dibandingkan dengan standard dari matriks pertimbangan
hasilnya dimasukan kedalam matriks pertimbangan sebagai hasil analisis.
B. ProsedurModel Evaluasi Responsif
Sebagaimana dikemukakan di bab II model Evaluasi Responsif yang digunakan
terdiri atas tujuh peristiwa (events). Proses pengumpulan data yang dilakukan
disesuaikan dengan ketujuh peristiwa tersebut.
1) Langkah Model
Berikut ini adalah gambar Evaluasi Responsif dari Stake (1975) yang sudah
dimodifikasi oleh penelitimenjadi tujuh peristiwa,dan digunakan dalam penelitian
Gambar No. III.1
Responsive Evaluation Process ( Lien’s Modification )
Peristiwa pertama: Mengkonsepkan Isu dan problema (Conceptulize issues,
problem)
Selama menjalankan tugas pada program studi ini, peneliti melihat fenomena
kurikulum yang muncul ke permukaan dan menghadirkan berbagai isu. Setelah
para dosen, mereviu kekhawatiran dan harapan yang dikemukakan, mencatat
keanehan, kebingungan, harapan dan ketidak setujuan, maka peneliti akhirnya
berhasil mensistesis hal-hal tersebut dan menetapkan tujuan yang kokoh yang akan
menjadi acuan dalam penelitian ini. Tujuan tersebut adalah melihat keunggulan dan
kelemahan dari kurikulum program pendidikan Diploma IV, Studi Administrasi
Perhotelan, dan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian yang menjadi
kepedulian peneliti. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut adalah:
a.Sejauh mana kesesuaian ide kurikulum pendidikan Diploma IV studiAdministrasi
Perhotelan dalam menjawab tuntutan lapangan pekerjaan pada saat ini? Disini
akan dilihat apakah ide kurikulum untuk membuka pendidikan Diploma IV
program studi Administrasi Perhotelan dapat menjawab tuntutan lapangan
pekerjaan pada saat ini? Ide kurikulum prodi ADH tersebut dilihat dari ide awal
hingga yang digambarkan dalam profil lulusan dan tercantum dalam Permen:PM
No. 48/DL.107/MKP/2010. Isu kesesuaian ini sangat penting untuk di segera
evaluasi karena salah satu tanggung jawab utama dari lembaga pendidikan adalah
menyelenggarakan pendidikan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja.
Walaupun konstruksi ide kurikulum terjadi pada tahun 1992, namun
informasinya tetap diperlukan, karena kurikulum tahun 1992 itu merupakan dasar
dari kurikulum yang digunakan Studi Administrasi Perhotelan pada saat ini.
Seandainya kurikulum terdahulu tersebut kokoh, maka berkembang dan